askep fraktur.doc

103
ASKEP FRAKTUR BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fraktur merupakan ancaman potensial atau aktual kepada integritas seseorang akan mengalami gangguan fisiologis maupun psikologis yang dapat menimbulkan respon berupa nyeri. Nyeri tersebut adalah keadaan subjektif dimana seseorang memperlihatkan ketidak nyamanan secara verbal maupun non verbal. Respon seseorang terhadap nyeri dipengaruhi oleh emosi, tingkat kesadaran, latar belakang budaya, pengalaman masa lalu tentang nyeri dan pengertian nyeri. Nyeri mengganggu kemampuan seseorang untuk beristirahat, konsentrasi, dan kegiatan yang biasa dilakukan (Engram, 1999). Jumlah penderita mengalami fraktur di Amerika Serikat sekitar 25 juta orang pertahun. Pada saat peneliti melakukan studi pendahuluan di ruang bedah RSUP. H. Adam Malik Medan diperoleh data bahwa, pada bulan Maret 2010 terdapat 8 kasus yang mengalami fraktur. Fraktur femur merupakan kejadian tertinggi. Berdasarkan observasi peneliti sejumlah pasien dengan keluhan utama nyeri sering ditemui terutama pada pasien fraktur. Informasi yang didapat peneliti dari perawat ruangan pada saat itu, untuk mengatasi nyeri yang dirasakan oleh pasien diberikan obat analgetik saja dan tidak pernah diberi kompres dingin oleh perawat untuk mengatasi nyeri yang dirasakan pasien tersebut. Kompres dingin merupakan salah

Upload: siti-sholikah

Post on 20-Dec-2015

20 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: ASKEP FRAKTUR.doc

ASKEP FRAKTUR

BAB 1

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Fraktur merupakan ancaman potensial atau aktual kepada integritas seseorang akan

mengalami gangguan fisiologis maupun psikologis yang dapat menimbulkan respon berupa

nyeri. Nyeri tersebut adalah keadaan subjektif dimana seseorang memperlihatkan ketidak

nyamanan secara verbal maupun non verbal. Respon seseorang terhadap nyeri dipengaruhi oleh

emosi, tingkat kesadaran, latar belakang budaya, pengalaman masa lalu tentang nyeri dan

pengertian nyeri. Nyeri mengganggu kemampuan seseorang untuk beristirahat, konsentrasi, dan

kegiatan yang biasa dilakukan (Engram, 1999). Jumlah penderita mengalami fraktur di Amerika

Serikat sekitar 25 juta orang pertahun.

Pada saat peneliti melakukan studi pendahuluan di ruang bedah RSUP. H. Adam Malik Medan

diperoleh data bahwa, pada bulan Maret 2010 terdapat 8 kasus yang mengalami fraktur. Fraktur

femur merupakan kejadian tertinggi. Berdasarkan observasi peneliti sejumlah pasien dengan

keluhan utama nyeri sering ditemui terutama pada pasien fraktur. Informasi yang didapat peneliti

dari perawat ruangan pada saat itu, untuk mengatasi nyeri yang dirasakan oleh pasien diberikan

obat analgetik saja dan tidak pernah diberi kompres dingin oleh perawat untuk mengatasi nyeri

yang dirasakan pasien tersebut. Kompres dingin merupakan salah satu bentuk tindakan mandiri

perawat yang perlu dipertimbangkan terutama pada pasien yang mengalami nyeri fraktur

Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi).Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain: sendi rahangnya telah mengalami dislokasi. Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi macet.Selain macet, juga terasa nyeri.Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi.

B.     Tujuan Penelitian

a)      Tujuan Umum

sebagai pemenuhan tugas Sistemmuskuloskeletal ”fraktur dan dislokasi”dan untuk mengidentifikasi efektifitas kompres dingin terhadap penurunan intensitas nyeri pasien fraktur dan dislokasi.

Page 2: ASKEP FRAKTUR.doc

b)     Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi perbedaan penurunan intensitas nyeri fraktur antara sebelum dan sesudah

intervensi kompres dingin pada kelompok intervensi

b. Mengidentifikasi perbedaan penurunan intensitas nyeri fraktur dan dislokasi antara sebelum dan

sesudah intervensi

C.    Manfaat

a.       Dapat digunakan sebagai informasi dan masukan dalam memberi praktek pelayanan

keperawatan yang komprehensif pada pasien yang mengalami nyeri fraktur dan dislokasi,

b.      Dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi mahasiswa nantinya dalam menerapkan asuhan

keperawatan berupa intervensi keperawatan di Rumah Sakit dalam perawatan nyeri pasien

fraktur dan dislokasi.

c.       Dapat memberikan pengetahuan dan keterampilan berharga bagi peneliti, sehingga dapat

menerapkan pengalaman ilmiah yang diperoleh untuk penelitian dimasa mendatang. Selain itu

juga menyediakan informasi awal untuk penelitian keperawatan sejenis, khususnya untuk pasien

yang mengalami nyeri fraktur dan dislokasi.

BAB iipembahasan

A.    KONSEP DASAR TEORI FRAKTUR

1.      Definisi

a.    Fraktur Adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh

rudapaksa. (Mansjoer, Arif, 2000). Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal yang

datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang. Pernyataan ini sama yang diterangkan dalam buku Luckman and Sorensen’s Medical Surgical Nursing. Anatomi Dan Fisiologi

a.             Struktur TulangTulang sangat bermacam-macam baik dalam bentuk ataupun ukuran, tapi mereka masih

punya struktur yang sama. Lapisan yang paling luar disebut Periosteum dimana terdapat pembuluh darah dan saraf. Lapisan dibawah periosteum mengikat tulang dengan benang kolagen disebut benang sharpey, yang masuk ke tulang disebut korteks. Karena itu korteks sifatnya keras dan tebal sehingga disebut tulang kompak. Korteks tersusun solid dan sangat kuat yang disusun dalam unit struktural yang disebut Sistem Haversian.

Page 3: ASKEP FRAKTUR.doc

Tulang terdiri dari tiga sel yaitu osteoblast, osteosit, dan osteoklast. Osteoblast merupakan sel pembentuk tulang yang berada di bawah tulang baru. Osteosit adalah osteoblast yang ada pada matriks. Sedangkan osteoklast adalah sel penghancur tulang dengan menyerap kembali sel tulang yang rusak maupun yang tua. Sel tulang ini diikat oleh elemen-elemen ekstra seluler yang disebut matriks. Matriks ini dibentuk oleh benang kolagen, protein, karbohidrat, mineral, dan substansi dasar (gelatin) yang berfungsi sebagai media dalam difusi nutrisi, oksigen, dan sampah metabolisme antara tulang daengan pembuluh darah. Selain itu, didalamnya terkandung garam kalsium organik (kalsium dan fosfat) yang menyebabkan tulang keras. (Black,J.M,et al,1993 dan Ignatavicius, Donna. D,1995).

b.            Tulang PanjangAdalah tulang yang panjang berbentuk silinder dimana ujungnya bundar dan

sering menahan beban berat (Ignatavicius, Donna. D, 1995). Tulang panjang terdiriatas epifisis, tulang rawan, diafisis, periosteum, dan medula tulang. Epifisis (ujung tulang) merupakan tempat menempelnya tendon dan mempengaruhi kestabilan sendi. Diafisis adalah bagian utama dari tulang panjang yang memberikan struktural tulang. Metafisis merupakan bagian yang melebar dari tulang panjang antara epifisis dan diafisis. Metafisis ini merupakan daerah pertumbuhan tulang selama masa pertumbuhan. (Black, J.M, et al, 1993) Fungsi Tulang

1)      Memberi kekuatan pada kerangka tubuh.2)      Tempat mlekatnya otot.3)      Melindungi organ penting.4)      Tempat pembuatan sel darah.5)      Tempat penyimpanan garam mineral.

(Ignatavicius, Donna D, 1993)Jenis Fraktur:

a.        Menurut jumlah garis fraktur :          Simple fraktur (terdapat satu garis fraktur)         Multiple fraktur (terdapat lebih dari satu garis fraktur)         Comminutive fraktur (banyak garis fraktur/fragmen kecil yang lepas)b.       Menurut luas garis fraktur :         Fraktur inkomplit (tulang tidak terpotong secara langsung)         Fraktur komplit (tulang terpotong secara total)         Hair line fraktur (garis fraktur hampir tidak tampak sehingga tidak ada perubahan bentuk tulang)c.        Menurut bentuk fragmen :         Fraktur transversal (bentuk fragmen melintang)         Fraktur obligue (bentuk fragmen miring)         Fraktur spiral (bentuk fragmen melingkar)d.       Menurut hubungan antara fragmen dengan dunia luar :         Fraktur terbuka (fragmen tulang menembus kulit), terbagi 3 :

I.           Pecahan tulang menembus kulit, kerusakan jaringan sedikit, kontaminasi ringan, luka <1 cm.II.        Kerusakan jaringan sedang, resiko infeksi lebih besar, luka >1 cm.III.     Luka besar sampai ± 8 cm, kehancuran otot, kerusakan neurovaskuler, kontaminasi besar.         Fraktur tertutup (fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar)

2.      Etiologi

Page 4: ASKEP FRAKTUR.doc

a.          Kekerasan langsungKekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau miring.

b.        Kekerasan tidak langsungKekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.

c.          Kekerasan akibat tarikan ototPatah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan. (Oswari E, 1993)

3.      Patofisiologi

Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekeuatan dan gaya pegas untuk menahan tekanan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. (Carpnito, Lynda Juall, 2000).

Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai denagn vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya (Black, J.M, et al, 1993)

a.       Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur1)      Faktor Ekstrinsik

Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung terhadap besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur.

2)      Faktor IntrinsikBeberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya tahan untuk timbulnya

fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan, elastisitas, kelelahan, dan kepadatan atau kekerasan tulang.( Ignatavicius, Donna D, 2000 )

b.      Biologi penyembuhan tulangTulang bisa beregenerasi sama seperti jaringan tubuh yang lain. Fraktur merangsang

tubuh untuk menyembuhkan tulang yang patah dengan jalan membentuk tulang baru diantara ujung patahan tulang. Tulang baru dibentuk oleh aktivitas sel-sel tulang. Ada lima stadium penyembuhan tulang, yaitu:

1)      Stadium Satu-Pembentukan HematomaPembuluh darah robek dan terbentuk hematoma disekitar daerah fraktur. Sel-sel darah

membentuk fibrin guna melindungi tulang yang rusak dan sebagai tempat tumbuhnya kapiler baru dan fibroblast. Stadium ini berlangsung 24 – 48 jam dan perdarahan berhenti sama sekali.

2)      Stadium Dua-Proliferasi Seluler Pada stadium initerjadi proliferasi dan differensiasi sel menjadi fibro kartilago yang

berasal dari periosteum,`endosteum,dan bone marrow yang telah mengalami trauma. Sel-sel

Page 5: ASKEP FRAKTUR.doc

yang mengalami proliferasi ini terus masuk ke dalam lapisan yang lebih dalam dan disanalah osteoblast beregenerasi dan terjadi proses osteogenesis. Dalam beberapa hari terbentuklah tulang baru yang menggabungkan kedua fragmen tulang yang patah. Fase ini berlangsung selama 8 jam setelah fraktur sampai selesai, tergantung frakturnya.

3)      Stadium Tiga-Pembentukan KallusSel–sel yang berkembang memiliki potensi yang kondrogenik dan osteogenik, bila

diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai membentuk tulang dan juga kartilago. Populasi sel ini dipengaruhi oleh kegiatan osteoblast dan osteoklast mulai berfungsi dengan mengabsorbsi sel-sel tulang yang mati. Massa sel yang tebal dengan tulang yang imatur dan kartilago, membentuk kallus atau bebat pada permukaan endosteal dan periosteal. Sementara tulang yang imatur (anyaman tulang ) menjadi lebih padat sehingga gerakan pada tempat fraktur berkurang pada 4 minggu setelah fraktur menyatu.

4)      Stadium Empat-KonsolidasiBila aktivitas osteoclast dan osteoblast berlanjut, anyaman tulang berubah menjadi

lamellar. Sistem ini sekarang cukup kaku dan memungkinkan osteoclast menerobos melalui reruntuhan pada garis fraktur, dan tepat dibelakangnya osteoclast mengisi celah-celah yang tersisa diantara fragmen dengan tulang yang baru. Ini adalah proses yang lambat dan mungkin perlu beberapa bulan sebelum tulang kuat untuk membawa beban yang normal.

5)      Stadium Lima-RemodellingFraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama beberapa bulan

atau tahun, pengelasan kasar ini dibentuk ulang oleh proses resorbsi dan pembentukan tulang yang terus-menerus. Lamellae yang lebih tebal diletidakkan pada tempat yang tekanannya lebih tinggi, dinding yang tidak dikehendaki dibuang, rongga sumsum dibentuk, dan akhirnya dibentuk struktur yang mirip dengan normalnya.(Black, J.M, et al, 1993 dan Apley, A.Graham,1993)

c.       Komplikasi fraktur1)      Komplikasi Awal

a)      Kerusakan ArteriPecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT menurun,

cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.b)      Kompartement Syndrom

Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh darah. Selain itu karena tekanan dari luar seperti gips dan embebatan yang terlalu kuat.c)      Fat Embolism Syndrom

Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang sering terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran darah dan menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang ditandai dengan gangguan pernafasan, tachykardi, hypertensi, tachypnea, demam.d)     Infeksi

System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus

Page 6: ASKEP FRAKTUR.doc

fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.e)      Avaskuler Nekrosis

Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya Volkman’s Ischemia.f)       Shock

Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.

2)      Komplikasi Dalam Waktu Lamaa)      Delayed Union

Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan karenn\a penurunan supai darah ke tulang.b)      Nonunion

Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkkonsolidasi dan memproduksi sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan. Nonunion ditandai dengan adanya pergerakan yang berlebih pada sisi fraktur yang membentuk sendi palsu atau pseudoarthrosis. Ini juga disebabkan karena aliran darah yang kurang. c)      Malunion

Malunion merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan meningkatnya tingkat kekuatan dan perubahan bentuk (deformitas). Malunion dilakukan dengan pembedahan dan reimobilisasi yang baik. (Black, J.M, et al, 1993)

4.      Gambaran Klinis:

Tanda-tanda klasik fraktur:1.      Nyeri2.      Deformitas3.      Krepitasi4.      Bengkak5.      Peningkatan temperatur lokal6.      Pergerakan abnormal7.      Echymosis8.      Kehilangan fungsi9.      Kemungkinan lain.

5.      Klasifikasi Fraktur

Penampikan fraktur dapat sangat bervariasi tetapi untuk alasan yang praktis , dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu:

a.       Berdasarkan sifat fraktur.1).    Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar,

disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi.

Page 7: ASKEP FRAKTUR.doc

2).    Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit.

b.      Berdasarkan komplit atau ketidakklomplitan fraktur.1).       Fraktur Komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks

tulang seperti terlihat pada foto.2).       Fraktru Inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang seperti:a)         Hair Line Fraktur (patah retidak rambut)b)         Buckle atau Torus Fraktur, bila terjadi lipatan dari satu korteks dengan kompresi tulang

spongiosa di bawahnya.c)         Green Stick Fraktur, mengenai satu korteks dengan angulasi korteks lainnya yang terjadi pada

tulang panjang.c.       Berdasarkan bentuk garis patah dan hubbungannya dengan mekanisme trauma.1).    Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan akibat trauma

angulasi atau langsung.2).    Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu tulang dan

meruakan akibat trauma angulasijuga.3).    Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan trauma rotasi.4).    Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong tulang ke

arah permukaan lain.5).    Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada insersinya

pada tulang.d.      Berdasarkan jumlah garis patah.1)      Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.2)      Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan.3)      Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang sama.e.       Berdasarkan pergeseran fragmen tulang.1).    Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap ttetapi kedua fragmen tidak bergeser

dan periosteum nasih utuh.2).    Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga disebut lokasi

fragmen, terbagi atas:a)      Dislokai ad longitudinam cum contractionum (pergeseran searah sumbu dan overlapping).b)      Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut).c)      Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling menjauh).f.       Fraktur Kelelahan: fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang.g.      Fraktur Patologis: fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang. Pada fraktur tertutup

ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:a)   Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa ceddera jaringan lunak sekitarnya.b)   Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan subkutan.c)   Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian dalam dan

pembengkakan.d)  Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan ancaman sindroma

kompartement.(Apley, A. Graham, 1993, Handerson, M.A, 1992, Black, J.M, 1995, Ignatavicius, Donna D, 1995, Oswari, E,1993, Mansjoer, Arif, et al, 2000, Price, Sylvia A, 1995, dan Reksoprodjo, Soelarto, 1995)

Page 8: ASKEP FRAKTUR.doc

6.      Dampak Masalah

Ditinjau dari anatomi dan patofisiologi diatas, masalah klien yang mungkin timbul terjadi merupakan respon terhadap klien terhadap enyakitnya. Akibat fraktur terrutama pada fraktur hunerus akan menimbulkan dampak baik terhadap klien sendiri maupun keada keluarganya.

a        Terhadap Klien1)       Bio

Pada klien fraktur ini terjadi perubahan pada bagian tubuhnya yang terkena trauma, peningkatan metabolisme karena digunakan untuk penyembuhan tulang, terjadi perubahan asupan nutrisi melebihi kebutuhan biasanya terutama kalsium dan zat besi

2)       PsikoKlien akan merasakan cemas yang diakibatkan oleh rasa nyeri dari fraktur, perubahan

gaya hidup, kehilangan peran baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat, dampak dari hospitalisasi rawat inap dan harus beradaptasi dengan lingkungan yang baru serta tuakutnya terjadi kecacatan pada dirinya.

3)       SosioKlien akan kehilangan perannya dalam keluarga dan dalam masyarakat karena harus

menjalani perawatan yang waktunya tidak akan sebentar dan juga perasaan akan ketidakmampuan dalam melakukan kegiatan seperti kebutuhannya sendiri seperti biasanya.

4)       Spiritual Klien akan mengalami gangguan kebutuhan spiritual sesuai dengan keyakinannya baik

dalam jumlah ataupun dalam beribadah yang diakibatkan karena rasa nyeri dan ketidakmampuannya.

b        Terhadap KeluargaMasalah yang timbul pada keluarga dengan salah satu anggota keluarganya terkena

fraktur adalah timbulnya kecemasan akan keadaan klien, apakah nanti akan timbul kecacatan atau akan sembuh total. Koping yang tidak efektif bisa ditempuh keluarga, untuk itu peran perawat disini sangat vital dalam memberikan penjelasan terhadap keluarga. Selain tiu, keluarga harus bisa menanggung semua biaya perawatan dan operasi klien. Hal ini tentunya menambah beban bagi keluarga.

Masalah-masalah diatas timbul saat klien masuk rumah sakit, sedang masalah juga bisa timbul saat klien pulang dan tentunya keluarga harus bisa merawat, memenuhi kebutuhan klien. Hal ini tentunya menambah beban bagi keluarga dan bisa menimbulkan konflik dalam keluarga.

B.     KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

Di dalam memberikan asuhan keperawatan digunakan system atau metode proses keperawatan yang dalam pelaksanaannya dibagi menjadi 5 tahap, yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

1.    Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah klien sehingga dapat memberikan

Page 9: ASKEP FRAKTUR.doc

arah terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat bergantuang pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas:

a.       Pengumpulan Data1)      Anamnesa

a)      Identitas KlienMeliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status

perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.

b)      Keluhan UtamaPada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri. Nyeri tersebut bisa

akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan:

(1)      Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang menjadi faktor presipitasi nyeri.(2)      Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien. Apakah seperti

terbakar, berdenyut, atau menusuk.(3)      Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit menjalar atau menyebar,

dan dimana rasa sakit terjadi.(4)      Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien, bisa berdasarkan skala

nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.(5)      Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada malam hari atau

siang hari. (Ignatavicius, Donna D, 1995)c)      Riwayat Penyakit Sekarang

Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari fraktur, yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena. Selain itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan bisa diketahui luka kecelakaan yang lain (Ignatavicius, Donna D, 1995).

d)     Riwayat Penyakit DahuluPada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan memberi petunjuk

berapa lama tulang tersebut akan menyambung. Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang dan penyakit paget’s yang menyebabkan fraktur patologis yang sering sulit untuk menyambung. Selain itu, penyakit diabetes dengan luka di kaki sanagt beresiko terjadinya osteomyelitis akut maupun kronik dan juga diabetes menghambat proses penyembuhan tulang (Ignatavicius, Donna D, 1995).

e)      Riwayat Penyakit KeluargaPenyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang merupakan salah satu faktor

predisposisi terjadinya fraktur, seperti diabetes, osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan, dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetik (Ignatavicius, Donna D, 1995).

f)       Riwayat PsikososialMerupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran klien

dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat (Ignatavicius, Donna D, 1995).

g)      Pola-Pola Fungsi Kesehatan(1)      Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat

Page 10: ASKEP FRAKTUR.doc

Pada kasus fraktur akan timbul ketidakutan akan terjadinya kecacatan pada dirinya dan harus menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk membantu penyembuhan tulangnya. Selain itu, pengkajian juga meliputi kebiasaan hidup klien seperti penggunaan obat steroid yang dapat mengganggu metabolisme kalsium, pengkonsumsian alkohol yang bisa mengganggu keseimbangannya dan apakah klien melakukan olahraga atau tidak.(Ignatavicius, Donna D,1995).

(2)      Pola Nutrisi dan MetabolismePada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari-harinya seperti

kalsium, zat besi, protein, vit. C dan lainnya untuk membantu proses penyembuhan tulang. Evaluasi terhadap pola nutrisi klien bisa membantu menentukan penyebab masalah muskuloskeletal dan mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat terutama kalsium atau protein dan terpapar sinar matahari yang kurang merupakan faktor predisposisi masalah muskuloskeletal terutama pada lansia. Selain itu juga obesitas juga menghambat degenerasi dan mobilitas klien.

(3)      Pola EliminasiUntuk kasus fraktur humerus tidak ada gangguan pada pola eliminasi, tapi walaupun

begitu perlu juga dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces pada pola eliminasi alvi. Sedangkan pada pola eliminasi uri dikaji frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini juga dikaji ada kesulitan atau tidak. (Keliat, Budi Anna, 1991)

(4)      Pola Tidur dan IstirahatSemua klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak, sehingga hal ini dapat

mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu juga, pengkajian dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana lingkungan, kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur serta penggunaan obat tidur (Doengos. Marilynn E, 1999).

(5)      Pola AktivitasKarena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk kegiatan klien menjadi

berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh orang lain. Hal lain yang perlu dikaji adalah bentuk aktivitas klien terutama pekerjaan klien. Karena ada beberapa bentuk pekerjaan beresiko untuk terjadinya fraktur dibanding pekerjaan yang lain (Ignatavicius, Donna D, 1995).

(6)      Pola Hubungan dan PeranKlien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat. Karena klien harus

menjalani rawat inap (Ignatavicius, Donna D, 1995).(7)      Pola Persepsi dan Konsep Diri

Dampak yang timbul pada klien fraktur yaitu timbul ketidakutan akan kecacatan akibat frakturnya, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan body image). (Ignatavicius, Donna D, 2000).

(8)      Pola Sensori dan KognitifPada klien fraktur daya rabanya berkurang terutama pada bagian distal fraktur, sedang

pada indera yang lain tidak timbul gangguan.begitu juga pada kognitifnya tidak mengalami gangguan. Selain itu juga, timbul rasa nyeri akibat fraktur. (Ignatavicius, Donna D, 1995).

(9)      Pola Reproduksi SeksualDampak pada klien fraktur yaitu, klien tidak bisa melakukan hubungan seksual karena

harus menjalani rawat inap dan keterbatasan gerak serta rasa nyeri yang dialami klien. Selain itu juga, perlu dikaji status perkawinannya termasuk jumlah anak, lama perkawinannya (Ignatavicius, Donna D, 2000).

(10)  Pola Penanggulangan Stress

Page 11: ASKEP FRAKTUR.doc

Pada klien fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya, yaitu ketidakutan timbul kecacatan pada diri dan fungsi tubuhnya. Mekanisme koping yang ditempuh klien bisa tidak efektif (Ignatavicius, Donna D, 1995).

(11)  Pola Tata Nilai dan KeyakinanUntuk klien fraktur tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah dengan baik terutama

frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa disebabkan karena nyeri dan keterbatasan gerak klien. (Ignatavicius, Donna D, 2000).

2)      Pemeriksaan FisikDibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum (status generalisata) untuk mendapatkan

gambaran umum dan pemeriksaan setempat (lokalis). Hal ini perlu untuk dapat melaksanakan total care karena ada kecenderungan dimana spesialisasi hanya memperlihatkan daerah yang lebih sempit tetapi lebih mendalam.

a)      Gambaran UmumPerlu menyebutkan:

(1)Keadaan umum: baik atau buruknya yang dicatat adalah tanda-tanda, seperti:(a)    Kesadaran penderita: apatis, sopor, koma, gelisah, komposmentis tergantung pada keadaan

klien.(b)   Kesakitan, keadaan penyakit: akut, kronik, ringan, sedang, berat dan pada kasus fraktur biasanya

akut.(c)    Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik fungsi maupun bentuk.

(2)Secara sistemik dari kepala sampai kelamin(a)    Sistem Integumen

Terdapat erytema, suhu sekitar daerah trauma meningkat, bengkak, oedema, nyeri tekan.(b)   Kepala

Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak ada penonjolan, tidak ada nyeri kepala.

(c)    Leher Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek menelan ada.

(d)   MukaWajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan fungsi maupun bentuk. Tak ada lesi, simetris, tak oedema.

(e)    MataTidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis (karena tidak terjadi perdarahan)

(f)    TelingaTes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau nyeri tekan.

(g)   HidungTidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung.

(h)   Mulut dan FaringTak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.

(i)     ThoraksTak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.

(j)     Paru  Inspeksi : Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada riwayat penyakit klien

yang berhubungan dengan paru.  Palpasi : Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.

  Perkusi : Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan lainnya.

Page 12: ASKEP FRAKTUR.doc

  Auskultasi : Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan lainnya seperti stridor dan ronchi.

(k)   Jantung  Inspeksi : Tidak tampak iktus jantung.  Palpasi : Nadi meningkat, iktus tidak teraba.

  Auskultasi : Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.(l)     Abdomen

  Inspeksi : Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.  Palpasi : Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba.  Perkusi : Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.  Auskultasi : Peristaltik usus normal ± 20 kali/menit.

(m) Inguinal-Genetalia-Anus Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada kesulitan BAB.

b)      Keadaan LokalHarus diperhitungkan keadaan proksimal serta bagian distal terutama mengenai status neurovaskuler. Pemeriksaan pada sistem muskuloskeletal adalah:

(1)   Look (inspeksi)Perhatikan apa yang dapat dilihat antara lain:

(a)    Cictriks (jaringan parut baik yang alami maupun buatan seperti bekas operasi).(b)   Cape au lait spot (birth mark).(c)    Fistulae(d)   Warna kemerahan atau kebiruan (livide) atau hyperpigmentasi.(e)    Benjolan, pembengkakan, atau cekungan dengan hal-hal yang tidak biasa (abnormal).(f)    Posisi dan bentuk dari ekstrimitas (deformitas)(g)   Posisi jalan (gait, waktu masuk ke kamar periksa)

(2)   Feel (palpasi) Pada waktu akan palpasi, terlebih dahulu posisi penderita diperbaiki mulai dari posisi netral (posisi anatomi). Pada dasarnya ini merupakan pemeriksaan yang memberikan informasi dua arah, baik pemeriksa maupun klien.

Yang perlu dicatat adalah:(a)    Perubahan suhu disekitar trauma (hangat) dan kelembaban kulit.(b)   Apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi atau oedema terutama disekitar

persendian.(c)    Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, catat letak kelainan (1/3 proksimal,tengah, atau distal).

Otot: tonus pada waktu relaksasi atau konttraksi, benjolan yang terdapat di permukaan atau melekat pada tulang. Selain itu juga diperiksa status neurovaskuler. Apabila ada benjolan, maka sifat benjolan perlu dideskripsikan permukaannya, konsistensinya, pergerakan terhadap dasar atau permukaannya, nyeri atau tidak, dan ukurannya.

(3)   Move (pergeraka terutama lingkup gerak)Setelah melakukan pemeriksaan feel, kemudian diteruskan dengan menggerakan ekstrimitas dan dicatat apakah terdapat keluhan nyeri pada pergerakan. Pencatatan lingkup gerak ini perlu, agar dapat mengevaluasi keadaan sebelum dan sesudahnya. Gerakan sendi dicatat dengan ukuran derajat, dari tiap arah pergerakan mulai dari titik 0 (posisi netral) atau dalam ukuran metrik. Pemeriksaan ini menentukan apakah ada gangguan gerak (mobilitas) atau tidak. Pergerakan yang dilihat adalah gerakan aktif dan pasif. (Reksoprodjo, Soelarto, 1995)

3)      Pemeriksaan Diagnostik

Page 13: ASKEP FRAKTUR.doc

a)      Pemeriksaan RadiologiSebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah “pencitraan” menggunakan sinar

rontgen (x-ray). Untuk mendapatkan gambaran 3 dimensi keadaan dan kedudukan tulang yang sulit, maka diperlukan 2 proyeksi yaitu AP atau PA dan lateral. Dalam keadaan tertentu diperlukan proyeksi tambahan (khusus) ada indikasi untuk memperlihatkan pathologi yang dicari karena adanya superposisi. Perlu disadari bahwa permintaan x-ray harus atas dasar indikasi kegunaan pemeriksaan penunjang dan hasilnya dibaca sesuai dengan permintaan. Hal yang harus dibaca pada x-ray:

      Bayangan jaringan lunak.      Tipis tebalnya korteks sebagai akibat reaksi periosteum atau biomekanik atau juga rotasi.      Trobukulasi ada tidaknya rare fraction.      Sela sendi serta bentuknya arsitektur sendi.

Selain foto polos x-ray (plane x-ray) mungkin perlu tehnik khususnya seperti:(1)   Tomografi: menggambarkan tidak satu struktur saja tapi struktur yang lain tertutup yang sulit

divisualisasi. Pada kasus ini ditemukan kerusakan struktur yang kompleks dimana tidak pada satu struktur saja tapi pada struktur lain juga mengalaminya.

(2)   Myelografi: menggambarkan cabang-cabang saraf spinal dan pembuluh darah di ruang tulang vertebrae yang mengalami kerusakan akibat trauma.

(3)   Arthrografi: menggambarkan jaringan-jaringan ikat yang rusak karena ruda paksa.(4)   Computed Tomografi-Scanning: menggambarkan potongan secara transversal dari tulang

dimana didapatkan suatu struktur tulang yang rusak.b)      Pemeriksaan Laboratorium

(1)   Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahap penyembuhan tulang.(2)   Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan kegiatan osteoblastik dalam

membentuk tulang.(3)   Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat Dehidrogenase (LDH-5), Aspartat Amino

Transferase (AST), Aldolase yang meningkat pada tahap penyembuhan tulang.c)      Pemeriksaan lain-lain

(1)   Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitivitas: didapatkan mikroorganisme penyebab infeksi.

(2)   Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama dengan pemeriksaan diatas tapi lebih dindikasikan bila terjadi infeksi.

(3)   Elektromyografi: terdapat kerusakan konduksi saraf yang diakibatkan fraktur.(4)   Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena trauma yang berlebihan.(5)   Indium Imaging: pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi pada tulang.(6)   MRI: menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur. (Ignatavicius, Donna D, 1995)b.      Analisa Data

Data yang telah dikumpulkan kemudian dikelompokkan dan dianaisa untuk menemukan masalah kesehatan klien. Untuk mengelompokkannya dibagi menjadi dua data yaitu, data sujektif dan data objektif, dan kemudian ditentukan masalah keperawatan yang timbul.

2.    Diagnosa Keperawatan

Merupakan pernyataan yang menjelaskan status kesehatan baik aktual maupun potensial. Perawat memakai proses keperawatan dalam mengidentifikasi dan mengsintesa data klinis dan

Page 14: ASKEP FRAKTUR.doc

menentukan intervensi keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan, atau mencegah masalah kesehatan klien yang menjadi tanggung jawabnya.

a.       Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera jaringan lunak, pemasangan traksi, stress/ansietas.

b.      Risiko cedera b/d gangguan integritas tulang

c.       Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri, terapi restriktif (imobilisasi)

3.    Perencanaan

No Dx.Keperawatan &

Kriteria HasilRencana Tindakan Rasional

1.           Nyeri akut 1.   Tinggikan posisiekstremitas yangmengalami fraktur

2.   Lakukan dan awasi latihan gerak pasif/aktif sesuai keadaan klien

3.   Lakukan tindakan untuk meningkatkan kenyamanan (masase, perubahan posisi)

4.   Ajarkan penggunaan teknik manajemen nyeri (latihan napas dalam, imajinasi visual, aktivitas dipersional)

5.   Lakukan kompres dingin

1.   Meningkatkan aliran balik vena, mengurangi edema/ nyeri.

2.   Mempertahankan kekuat-an otot dan meningkatkan sirkulasi vaskuler.

3.   Meningkatkan sirkulasi umum, menurunkan area tekanan lokal dan kelelahan otot.

4.   Mengalihkan perhatian terhadap nyeri, meningkatkan kontrol terhadap nyeri yang mungkin berlangsung lama.

5.   Menurunkan edema

Page 15: ASKEP FRAKTUR.doc

2. Risiko cedera

selama fase akut (24-48 jam pertama) sesuai keperluan.

6.   Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi.

7.   Evaluasi keluhan nyeri (skala, petunjuk verbal dan non verval, perubahan tanda-tanda vital)

1.   Pertahankan tirah baring dan imobilisasi sesuai indikasi.

2.   Rawat luka setiap hari atau setiap kali bila pembalut basah atau kotor.

3.   Bila terpasang bebat, sokong fraktur dengan bantal atau gulungan selimut untuk mempertahankan posisi yang netral.

4.   Evaluasi pembebat terhadap resolusi edema.

5.   Kolaborasi pemasangan skeletal traksi.

dan mengurangi rasa nyeri.

6.   Menurunkan nyeri melalui mekanisme penghambatan rangsang nyeri baik secara sentral maupun perifer.

7.   Menilai perkembangan masalah klien.

1.      Meminimalkan rangsang nyeri akibat gesekan antara fragmen tulang dengan jaringan lunak di sekitarnya.

2.      Mempercepat penyembuh-an luka dan mencegah infeksi lokal/sistemik.

3.      Mencegah perubahan posisi dengan tetap mempertahankan kenyamanan dan keamanan.

4.      Bila fase edema telah lewat, kemungkinan bebat menjadi longgar dapat terjadi.

5.      Skeletal traksi menghasil-kan efek fiksasi yang lebih stabil sehingga dapat meminimalkan resiko perluasan cedera.

Page 16: ASKEP FRAKTUR.doc

3. Gangguan mobilitas fisik

6.   Kolaborasi pemberian obat antibiotika.

7.   Evaluasi tanda/gejala perluasan cedera jaringan (peradangan lokal/sistemik, seperti peningkatan nyeri, edema, demam)

1.   Pertahankan pelaksanaan akti-vitas rekreasi terapeutik (radio, koran, kunjungan teman/ keluarga) sesuai keadaan klien.

2.   Bantu latihan rentang gerak pasif aktif pada ekstremitas yang sakit maupun yang sehat sesuai keadaan klien.

3.   Bantu dan dorong perawatan diri (kebersihan/makan/eliminasi) se- suai keadaan klien.

6.      Antibiotik bersifat bakte-riosida/baktiostatika untuk membunuh / menghambat perkembangan kuman.

7.      Menilai perkembangan masalah klien.

1. Memfokuskan perhatian, meningkatkan rasa kontrol diri/harga diri, membantu menurunkan isolasi sosial.

2. Meningkatkan sirkulasi darah muskuloskeletal, mempertahankan tonus otot, mempertahakan ge-rak sendi, mencegah kon-traktur/atrofi dan mence-gah reabsorbsi kalsium karena imobilisasi.

3. Meningkatkan kemandiri-an klien dalam perawatan diri sesuai kondisi keterbatasan klien.

4. Menurunkan insiden komplikasi kulit dan pernapasan (dekubitus, atelektasis, penumonia)

5. Mempertahankan hidrasi adekuat, men-cegah komplikasi urinarius dan konstipasi.

Page 17: ASKEP FRAKTUR.doc

4.   Ubah posisi secara periodik sesuai keadaan klien.

5.   Dorong/pertahankan asupan ca-iran 2000-3000 ml/hari.

6.   Berikan diet TKTP.

7.   Kolaborasi pelaksanaan fisio-terapi sesuai indikasi.

8.   Evaluasi kemampuan mobilisasi klien dan program imobilisasi.

6. Kalori dan protein yang cukup diperlukan untuk proses penyembuhan dan mem-pertahankan fungsi fisiologis tubuh.

7. Kerjasama dengan fisio-terapis perlu untuk me-nyusun program aktivitas fisik secara individual.

8. Menilai perkembangan masalah klien.

DAFTAR PUSTAKA

Apley, A. Graham , Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley, Widya Medika, Jakarta, 1995.

Black, J.M, et al, Luckman and Sorensen’s Medikal Nursing : A Nursing Process Approach, 4 th Edition, W.B. Saunder Company, 1995.

Carpenito, Lynda Juall, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, EGC, Jakarta, 1999.

Dudley, Hugh AF, Ilmu Bedah Gawat Darurat, Edisi II, FKUGM, 1986.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Sistem Kesehatan Nasional, Jakarta, 1991.

Page 18: ASKEP FRAKTUR.doc

Henderson, M.A, Ilmu Bedah untuk Perawat, Yayasan Essentia Medika, Yogyakarta, 1992.

Hudak and Gallo, Keperawatan Kritis, Volume I EGC, Jakarta, 1994.

Ignatavicius, Donna D, Medical Surgical Nursing : A Nursing Process Approach, W.B. Saunder Company, 1995.

Keliat, Budi Anna, Proses Perawatan, EGC, Jakarta, 1994.

Long, Barbara C, Perawatan Medikal Bedah, Edisi 3 EGC, Jakarta, 1996.

Mansjoer, Arif, et al, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid II, Medika Aesculapius FKUI, Jakarta, 2000.

Oswari, E, Bedah dan Perawatannya, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1993.

Price, Evelyn C, Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Gramedia, Jakarta 1997.

Reksoprodjo, Soelarto, Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah FKUI/RSCM, Binarupa Aksara, Jakarta, 1995.

Tucker, Susan Martin, Standar Perawatan Pasien, EGC, Jakarta, 1998.

I. PENGERTIAN

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2002).

Fraktur tertutup adalah bila tidak ada hubungan patah tulang dengan dunia luar. Fraktur terbuka adalah fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana potensial untuk terjadi infeksi (Sjamsuhidajat, 1999 : 1138).

Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi akibat trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), dan biasanya lebih banyak dialami oleh laki-laki dewasa. Patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan pendertia jatuh dalam syok (FKUI, 1995:543)Fraktur olecranon adalah fraktur yang terjadi pada siku yang disebabkan oleh kekerasan langsung, biasanya kominuta dan disertai oleh fraktur lain atau dislokasi anterior dari sendi tersebut (FKUI, 1995:553).

II. ETIOLOGIMenurut Sachdeva (1996), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga yaitu :

Page 19: ASKEP FRAKTUR.doc

a. Cedera traumatikCedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :1) Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang pata secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya.2) Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur klavikula.3) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat.b. Fraktur PatologikDalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan berikut :1) Tumor tulang (jinak atau ganas) : pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendali dan progresif.2) Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit nyeri.3) Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi Vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan oleh defisiensi diet, tetapi kadang-kadang dapat disebabkan kegagalan absorbsi Vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah.c. Secara spontan : disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit polio dan orang yang bertugas dikemiliteran.

III. KLASIFIKASI FRAKTUR FEMURa. Fraktur tertutup (closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar.b. Fraktur terbuka (open/compound), bila terdapat hubungan antara fragemen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukan di kulit, fraktur terbuka dibagi menjadi tiga derajat, yaitu :1) Derajat I– luka kurang dari 1 cm– kerusakan jaringan lunak sedikit tidak ada tanda luka remuk.– fraktur sederhana, tranversal, obliq atau kumulatif ringan.– Kontaminasi ringan.2) Derajat II– Laserasi lebih dari 1 cm– Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, avulse– Fraktur komuniti sedang.3) Derajat IIITerjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit, otot dan neurovaskuler serta kontaminasi derajat tinggi.c. Fraktur complete• Patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergerseran (bergeser dari posisi normal).d. Fraktur incomplete• Patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang.e. Jenis khusus fraktura) Bentuk garis patah

Page 20: ASKEP FRAKTUR.doc

1) Garis patah melintang2) Garis pata obliq3) Garis patah spiral4) Fraktur kompresi5) Fraktur avulsib) Jumlah garis patah1) Fraktur komunitif garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.2) Fraktur segmental garis patah lebih dari satu tetapi saling berhubungan3) Fraktur multiple garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang yang berlainan.c) Bergeser-tidak bergeserFraktur tidak bergeser garis patali kompli tetapi kedua fragmen tidak bergeser.üFraktur bergeser, terjadi pergeseran fragmen-fragmen fraktur yang juga disebut di lokasi fragmen (Smeltzer, 2001:2357).ü

IV. PATOFISIOLOGIProses penyembuhan luka terdiri dari beberapa fase yaitu :1. Fase hematum• Dalam waktu 24 jam timbul perdarahan, edema, hematume disekitar fraktur• Setelah 24 jam suplai darah di sekitar fraktur meningkat2. Fase granulasi jaringan• Terjadi 1 – 5 hari setelah injury• Pada tahap phagositosis aktif produk neorosis• Itematome berubah menjadi granulasi jaringan yang berisi pembuluh darah baru fogoblast dan osteoblast.3. Fase formasi callus• Terjadi 6 – 10 harisetelah injuri• Granulasi terjadi perubahan berbentuk callus4. Fase ossificasi• Mulai pada 2 – 3 minggu setelah fraktur sampai dengan sembuh• Callus permanent akhirnya terbentuk tulang kaku dengan endapan garam kalsium yang menyatukan tulang yang patah5. Fase consolidasi dan remadelling• Dalam waktu lebih 10 minggu yang tepat berbentuk callus terbentuk dengan oksifitas osteoblast dan osteuctas (Black, 1993 : 19 ).

V. TANDA DAN GEJALA1. DeformitasDaya terik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti :a. Rotasi pemendekan tulangb. Penekanan tulang2. Bengkak : edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur3. Echumosis dari Perdarahan Subculaneous4. Spasme otot spasme involunters dekat fraktur5. Tenderness/keempukan

Page 21: ASKEP FRAKTUR.doc

6. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.7. Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf/perdarahan)8. Pergerakan abnormal9. Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah10. Krepitasi (Black, 1993 : 199).

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Foto RontgenUntuk mengetahui lokasi fraktur dan garis fraktur secara langsung-Mengetahui tempat dan type fraktur-Biasanya diambil sebelum dan sesudah dilakukan operasi dan selama proses penyembuhan secara periodik2. Skor tulang tomography, skor C1, Mr1 : dapat digunakan mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.3. Artelogram dicurigai bila ada kerusakan vaskuler4. Hitung darah lengkap HT mungkin meningkat ( hemokonsentrasi ) atau menrurun ( perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple)Peningkatan jumlah SDP adalah respon stres normal setelah trauma5. Profil koagulasi perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah transfusi multiple atau cedera hati (Doenges, 1999 : 76 ).

VII. PENATALAKSANAAN1. Fraktur Reduction– Manipulasi atau penurunan tertutup, manipulasi non bedah penyusunan kembali secara manual dari fragmen-fragmen tulang terhadap posisi otonomi sebelumnya.Penurunan terbuka merupakan perbaikan tulang- terusan penjajaran insisi pembedahan, seringkali memasukkan internal viksasi terhadap fraktur dengan kawat, sekrup peniti plates batang intramedulasi, dan paku. Type lokasi fraktur tergantung umur klien.Peralatan traksi :o Traksi kulit biasanya untuk pengobatan jangka pendeko Traksi otot atau pembedahan biasanya untuk periode jangka panjang.2. Fraktur ImmobilisasiPembalutan (gips)-Eksternal Fiksasi-Internal Fiksasi-Pemilihan Fraksi-3. Fraksi terbukaPembedahan debridement dan irigrasi-Imunisasi tetanus-Terapi antibiotic prophylactic-Immobilisasi (Smeltzer, 2001).-

MANAJEMEN KEPERAWATANI. PENGKAJIANPengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh

Page 22: ASKEP FRAKTUR.doc

(Boedihartono, 1994 : 10).Pengkajian pasien Post op frakture Olecranon (Doenges, 1999) meliputi :a. SirkulasiGejala : riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit vascular perifer, atau stasis vascular (peningkatan risiko pembentukan trombus).b. Integritas egoGejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor stress multiple, misalnya financial, hubungan, gaya hidup.Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang ; stimulasi simpatis.c. Makanan / cairanGejala : insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk hipoglikemia/ketoasidosis) ; malnutrisi (termasuk obesitas) ; membrane mukosa yang kering (pembatasan pemasukkan / periode puasa pra operasi).d. PernapasanGejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.e. KeamananGejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan ; Defisiensi immune (peningkaan risiko infeksi sitemik dan penundaan penyembuhan) ; Munculnya kanker / terapi kanker terbaru ; Riwayat keluarga tentang hipertermia malignant/reaksi anestesi ; Riwayat penyakit hepatic (efek dari detoksifikasi obat-obatan dan dapat mengubah koagulasi) ; Riwayat transfuse darah / reaksi transfuse.Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.f. Penyuluhan / PembelajaranGejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi, kardiotonik glokosid, antidisritmia, bronchodilator, diuretic, dekongestan, analgesic, antiinflamasi, antikonvulsan atau tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas, atau obat-obatan rekreasional. Penggunaan alcohol (risiko akan kerusakan ginjal, yang mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga potensial bagi penarikan diri pasca operasi).

II. DIAGNOSA KEPERAWATANDiagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994 : 17).Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan post op fraktur (Wilkinson, 2006) meliputi :1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang, gerakan fragmen tulang, edema dan cedera pada jaringan, alat traksi/immobilisasi, stress, ansietas2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan dispnea, kelemahan/keletihan, ketidak edekuatan oksigenasi, ansietas, dan gangguan pola tidur.3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan, perubahan status metabolik, kerusakan sirkulasi dan penurunan sensasi dibuktikan oleh terdapat luka / ulserasi, kelemahan, penurunan berat badan, turgor kulit buruk, terdapat jaringan nekrotik.4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidak nyamanan, kerusakan muskuloskletal, terapi pembatasan aktivitas, dan penurunan kekuatan/tahanan.5. Risiko infeksi berhubungan dengan stasis cairan tubuh, respons inflamasi tertekan, prosedur invasif dan jalur penusukkan, luka/kerusakan kulit, insisi pembedahan.

Page 23: ASKEP FRAKTUR.doc

6. Kurang pengetahuan tantang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kurang terpajan/mengingat, salah interpretasi informasi.

III. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI

Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono, 1994:20)

Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995:40).Intervensi dan implementasi keperawatan yang muncul pada pasien dengan post op frakture Olecranon (Wilkinson, 2006) meliputi :1. Nyeri adalah pengalaman sensori serta emosi yang tidak menyenangkan dan meningkat akibat adanya kerusakan jaringan aktual atau potensial, digambarkan dalam istilah seperti kerusakan ; awitan yang tiba-tiba atau perlahan dari intensitas ringan samapai berat dengan akhir yang dapat di antisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan.Tujuan : nyeri dapat berkurang atau hilang.Kriteria Hasil : – Nyeri berkurang atau hilang– Klien tampak tenang.Intervensi dan Implementasi :a. Lakukan pendekatan pada klien dan keluargaR/ hubungan yang baik membuat klien dan keluarga kooperatifb. Kaji tingkat intensitas dan frekwensi nyeriR/ tingkat intensitas nyeri dan frekwensi menunjukkan skala nyeric. Jelaskan pada klien penyebab dari nyeriR/ memberikan penjelasan akan menambah pengetahuan klien tentang nyeri.d. Observasi tanda-tanda vital.R/ untuk mengetahui perkembangan kliene. Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesikR/ merupakan tindakan dependent perawat, dimana analgesik berfungsi untuk memblok stimulasi nyeri.

2. Intoleransi aktivitas adalah suatu keadaaan seorang individu yang tidak cukup mempunyai energi fisiologis atau psikologis untuk bertahan atau memenuhi kebutuhan atau aktivitas sehari-hari yang diinginkan.Tujuan : pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.Kriteria hasil : – perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.– pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa dibantu.– Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.Intervensi dan Implementasi :a. Rencanakan periode istirahat yang cukup.R/ mengurangi aktivitas yang tidak diperlukan, dan energi terkumpul dapat digunakan untuk aktivitas seperlunya secar optimal.b. Berikan latihan aktivitas secara bertahap.R/ tahapan-tahapan yang diberikan membantu proses aktivitas secara perlahan dengan menghemat tenaga namun tujuan yang tepat, mobilisasi dini.

Page 24: ASKEP FRAKTUR.doc

c. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan.R/ mengurangi pemakaian energi sampai kekuatan pasien pulih kembali.d. Setelah latihan dan aktivitas kaji respons pasien.R/ menjaga kemungkinan adanya respons abnormal dari tubuh sebagai akibat dari latihan.

3. Kerusakan integritas kulit adalah keadaan kulit seseorang yang mengalami perubahan secara tidak diinginkan.Tujuan : Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.Kriteria Hasil : – tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.– luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.– Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.Intervensi dan Implementasi :a. Kaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan luka.R/ mengetahui sejauh mana perkembangan luka mempermudah dalam melakukan tindakan yang tepat.b. Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka.R/ mengidentifikasi tingkat keparahan luka akan mempermudah intervensi.c. Pantau peningkatan suhu tubuh.R/ suhu tubuh yang meningkat dapat diidentifikasikan sebagai adanya proses peradangan.d. Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka dengan kasa kering dan steril, gunakan plester kertas.R/ tehnik aseptik membantu mempercepat penyembuhan luka dan mencegah terjadinya infeksi.e. Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan, misalnya debridement.R/ agar benda asing atau jaringan yang terinfeksi tidak menyebar luas pada area kulit normal lainnya.f. Setelah debridement, ganti balutan sesuai kebutuhan.R/ balutan dapat diganti satu atau dua kali sehari tergantung kondisi parah/ tidak nya luka, agar tidak terjadi infeksi.g. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.R / antibiotik berguna untuk mematikan mikroorganisme pathogen pada daerah yang berisiko terjadi infeksi.

4. Hambatan mobilitas fisik adalah suatu keterbatasan dalam kemandirian, pergerakkan fisik yang bermanfaat dari tubuh atau satu ekstremitas atau lebih.Tujuan : pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.Kriteria hasil : – penampilan yang seimbang..– melakukan pergerakkan dan perpindahan.– mempertahankan mobilitas optimal yang dapat di toleransi, dengan karakteristik :0 = mandiri penuh1 = memerlukan alat Bantu.2 = memerlukan bantuan dari orang lain untuk bantuan, pengawasan, dan pengajaran.3 = membutuhkan bantuan dari orang lain dan alat Bantu.4 = ketergantungan; tidak berpartisipasi dalam aktivitas.Intervensi dan Implementasi :g. Kaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan peralatan.R/ mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi.

Page 25: ASKEP FRAKTUR.doc

h. Tentukan tingkat motivasi pasien dalam melakukan aktivitas.R/ mempengaruhi penilaian terhadap kemampuan aktivitas apakah karena ketidakmampuan ataukah ketidakmauan.i. Ajarkan dan pantau pasien dalam hal penggunaan alat bantu.R/ menilai batasan kemampuan aktivitas optimal.j. Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif.R/ mempertahankan /meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot.k. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi.R/ sebagai suaatu sumber untuk mengembangkan perencanaan dan mempertahankan/meningkatkan mobilitas pasien.

5. Risiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan perifer, perubahan sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi, prosedur invasif dan kerusakan kulit.Tujuan : infeksi tidak terjadi / terkontrol.Kriteria hasil : – tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.– luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.– Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.Intervensi dan Implementasi :a. Pantau tanda-tanda vital.R/ mengidentifikasi tanda-tanda peradangan terutama bila suhu tubuh meningkat.b. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.R/ mengendalikan penyebaran mikroorganisme patogen.c. Lakukan perawatan terhadap prosedur inpasif seperti infus, kateter, drainase luka, dll.R/ untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial.d. Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah, seperti Hb dan leukosit.R/ penurunan Hb dan peningkatan jumlah leukosit dari normal bisa terjadi akibat terjadinya proses infeksi.e. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.R/ antibiotik mencegah perkembangan mikroorganisme patogen.

6. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kurang terpajan/mengingat, salah interpretasi informasi.Tujuan : pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan.Kriteria Hasil : – melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan.– memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen perawatan.Intervensi dan Implementasi:a. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.R/ mengetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.b. Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang.R/ dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas.c. Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanan nya.R/ diet dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan.

Page 26: ASKEP FRAKTUR.doc

d. Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan.R/ mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.

IV. EVALUASIEvaluasi addalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001).Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan post operasi fraktur adalah :1. Nyeri dapat berkurang atau hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan.2. Pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.3. Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai4. Pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.5. Infeksi tidak terjadi / terkontrol6. Pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan.

 

DAFTAR PUSTAKABlack, Joyce M. 1993. Medical Surgical Nursing. W.B Sainders Company : PhiladelpiaBoedihartono, 1994, Proses Keperawatan di Rumah Sakit. EGC : Jakarta.Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. EGC : Jakarta.Brunner dan Suddarth, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 3, EGC, JakartaDoenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC : Jakarta.E. Oerswari 1989, Bedah dan Perawatannya, PT Gramedia. JakartaNasrul, Effendi. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC. Jakarta.Sjamsuhidajat, R. dan Wim de Jong. 1998. Buku Ajar Imu Bedah, Edisi revisi. EGC : JakartaWilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah dari Brunner & Suddarth, Edisi 8. EGC : Jakarta.FKUI. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Binarupa Aksara : Jakarta

Page 27: ASKEP FRAKTUR.doc

FRAKTUR

A.    PENGERTIAN

  Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya disertai dengan luka sekitar

jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon, kerusakan pembuluh darah, dan luka organ-organ

tubuh dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadinya fraktur jika tulang dikenai stress yang

lebih besar dari yang besar dari yang dapat diabsorbsinya (Smeltzer, 2001).

  Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya fraktur

terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorpsinya. Fraktur dapat

disebabkan pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter mendadak, dan bahkan kontraksi

otot ekstrem (Bruner & Sudarth, 2002).

  Fraktur adalah patahnya tulang, yang biasanya dialami hewan kecil akibat kecelakaan, terjatuh

dan luka (Bleby & Bishop, 2003).

  Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan

yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Sjamsuhidayat, 2005).

  Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh. Kebanyakan fraktur disebabkan oleh

trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang, baik berupa trauma langsung dan

trauma tidak langsung (Sjamsuhidajat & Jong, 2005).

  Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang

umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2007).

B.     KLASIFIKASI

Klasifikasi fraktur secara umum :

1.       Berdasarkan tempat (Fraktur humerus, tibia, clavicula, ulna, radius dan cruris dst).

             2.      Berdasarkan komplit atau ketidakklomplitan fraktur:

a.       Fraktur komplit (garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks

tulang).

b.      Fraktur tidak komplit (bila garis patah tidak melalui seluruh garis penampang tulang).

3.       Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah :

a.       Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.

b.      Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan.

c.       Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang sama.

4.       Berdasarkan posisi fragmen :

a.       Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap ttetapi kedua fragmen tidak bergeser

dan periosteum masih utuh.

Page 28: ASKEP FRAKTUR.doc

b.      Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga disebut lokasi

fragmen

            5.      Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan).

a.       Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar,

disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi. Pada fraktur tertutup ada

klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:

1)      Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa ceddera jaringan lunak sekitarnya.

2)      Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan subkutan.

3)      Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian dalam dan

pembengkakan.

4)      Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata ddan ancaman sindroma

kompartement.

b.      Fraktur Terbuka (Open/Compound),  bila terdapat hubungan antara hubungan antara fragmen

tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit.

Fraktur terbuka dibedakan menjadi beberapa grade yaitu :

1)      Grade I : luka bersih, panjangnya kurang dari 1 cm.

2)      Grade II : luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif.

3)      Grade III : sangat terkontaminasi, dan mengalami kerusakan jaringan lunak ekstensif.

6.      Berdasar bentuk garis fraktur dan hubungan dengan mekanisme trauma :

a.       Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan akibat trauma

angulasi atau langsung.

b.      Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu tulang dan

meruakan akibat trauma angulasijuga.

c.       Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan trauma rotasi.

d.      Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong tulang ke

arah permukaan lain.

e.       Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada insersinya

pada tulang..

7.       Berdasarkan kedudukan tulangnya :

a.       Tidak adanya dislokasi.

b.       Adanya dislokasi

  At axim : membentuk sudut.

  At lotus : fragmen tulang berjauhan.

  At longitudinal : berjauhan memanjang.

  At lotus cum contractiosnum : berjauhan dan memendek.

            8.      Berdasarkan posisi frakur

Page 29: ASKEP FRAKTUR.doc

Sebatang tulang terbagi menjadi tiga bagian :

a.       1/3 proksimal

b.      1/3 medial

c.       1/3 distal

            9.      Fraktur Kelelahan       : Fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang.

            10.  Fraktur Patologis         : Fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang.

 

  Gambar 1. Tipe Fraktur

Page 30: ASKEP FRAKTUR.doc

C.    ETIOLOGI

1.      Trauma langsung/ direct trauma

Yaitu apabila fraktur terjadi di tempat dimana bagian tersebut mendapat ruda paksa (misalnya

benturan, pukulan yang mengakibatkan patah tulang).

2.      Trauma yang tak langsung/ indirect trauma

Misalnya penderita jatuh dengan lengan dalam keadaan ekstensi dapat terjadi fraktur pada

pegelangan tangan.

3.      Trauma ringan pun dapat menyebabkan terjadinya fraktur bila tulang itu sendiri rapuh/

ada resiko terjadinya penyakit yang mendasari dan hal ini disebut dengan fraktur patologis.

4.      Kekerasan akibat tarikan otot

Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.Kekuatan dapat berupa pemuntiran,

penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.

D.    ANATOMI FISIOLOGI FRAKTUR

1. Anatomi Tulang

Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada ba intra-seluler. Tulang berasal dari

embrionic hyaline cartilage yang mana melalui proses “Osteogenesis” menjadi tulang. Proses ini

dilakukan oleh sel-sel yang disebut “Osteoblast”. Proses mengerasnya tulang akibat penimbunan

garam kalsium.

Ada 206 tulang dalam tubuh manusia, Tulang   dapat   diklasifikasikan   dalam   lima  

kelompok   berdasarkan   bentuknya :

a.       Tulang panjang (Femur, Humerus)  terdiri dari batang tebal panjang yang disebut diafisis dan

dua ujung yang disebut epifisis. Di sebelah proksimal dari epifisis terdapat metafisis. Di antara

epifisis dan metafisis terdapat daerah tulang rawan yang tumbuh, yang disebut lempeng

epifisis atau lempeng pertumbuhan. Tulang panjang tumbuh karena akumulasi tulang rawan di

lempeng epifisis. Tulang rawan digantikan oleh sel-sel tulang yang dihasilkan oleh osteoblas,

dan tulang memanjang. Batang dibentuk oleh jaringan tulang yang padat. Epifisis dibentuk dari

spongi bone (cancellous atau trabecular). Pada akhir tahun-tahun remaja tulang rawan habis,

lempeng epifisis berfusi, dan tulang berhenti tumbuh. Hormon pertumbuhan, estrogen, dan

testosteron merangsang pertumbuhan tulang panjang. Estrogen, bersama

dengan testosteron, merangsang fusi lempeng epifisis. Batang suatu tulang panjang memiliki

rongga yang disebut kanalis medularis. Kanalis medularis berisi sumsum tulang.

b.       Tulang pendek (carpals) bentuknya tidak teratur dan inti dari cancellous (spongy) dengan suatu

lapisan luar dari tulang yang padat.

Page 31: ASKEP FRAKTUR.doc

c.       Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri atas dua lapisan tulang padat dengan lapisan luar

adalah tulang concellous.

d.      Tulang yang tidak beraturan (vertebrata) sama seperti dengan tulang pendek.

e.       Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar tulang yang berdekatan

dengan persediaan dan didukung oleh tendon dan jaringan fasial, misalnya patella (kap lutut).

Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-selnya terdiri atas

tiga jenis dasar-osteoblas, osteosit dan osteoklas. Osteoblas berfungsi dalam pembentukan

tulang dengan mensekresikan matriks tulang. Matriks tersusun atas 98% kolagen dan 2%

subtansi dasar (glukosaminoglikan, asam polisakarida) dan proteoglikan). Matriks merupakan

kerangka dimana garam-garam mineral anorganik ditimbun. Osteosit adalah sel dewasa yang

terlibat dalam pemeliharaan fungsi tulang dan terletak dalam osteon (unit matriks

tulang ). Osteoklas adalah sel multinuclear ( berinti banyak) yang berperan dalam

penghancuran, resorpsi dan remosdeling tulang.

Osteon merupakan unik fungsional mikroskopis tulang dewasa. Ditengah osteon

terdapat kapiler. Dikelilingi kapiler tersebut merupakan matriks tulang yang dinamakan lamella.

Didalam lamella terdapat osteosit, yang memperoleh nutrisi melalui prosesus yang berlanjut

kedalam kanalikuli yang halus (kanal yang menghubungkan dengan pembuluh darah yang

terletak sejauh kurang dari 0,1 mm).

Tulang diselimuti dibagian oleh membran fibrous padat dinamakan periosteum.

Periosteum memberi nutrisi ke tulang dan memungkinkannya tumbuh, selain sebagai tempat

perlekatan tendon dan ligamen. Periosteum mengandung saraf, pembuluh darah, dan

limfatik. Lapisan yang paling dekat dengan tulang mengandung osteoblast, yang merupakan sel

pembentuk tulang.

Endosteum adalah membran vaskuler tipis yang menutupi rongga sumsum tulang

panjang dan rongga-rongga dalam tulang kanselus. Osteoklast , yang melarutkan tulang untuk

memelihara rongga sumsum, terletak dekat endosteum dan dalam lacuna  Howship (cekungan

pada permukaan tulang).

Page 32: ASKEP FRAKTUR.doc

Struktur tulang dewasa terdiri dari 30 % bahan organik (hidup) dan 70 % endapan

garam. Bahan organik disebut matriks, dan terdiri dari lebih dari 90 % serat kolagen dan kurang

dari 10 % proteoglikan (protein plus sakarida). Deposit garam terutama adalah kalsium dan

fosfat, dengan sedikit natrium, kalium karbonat, dan ion magnesium. Garam-garam

menutupi matriks dan berikatan dengan serat kolagen melalui proteoglikan. Adanya bahan

organik menyebabkan tulang memiliki kekuatan tensif (resistensi terhadap tarikan yang

meregangkan). Sedangkan garam-garam menyebabkan tulang memiliki kekuatan kompresi

(kemampuan menahan tekanan).

Pembentukan tulang berlangsung secara terus menerus dan dapat berupa pemanjangan

dan penebalan tulang. Kecepatan pembentukan tulang berubah selama hidup. Pembentukan

tulang ditentukan oleh rangsangn hormon, faktor makanan, dan jumlah stres yang dibebankan

pada suatu tulang, dan terjadi akibat aktivitas sel-sel pembentuk tulang yaitu osteoblas.

Osteoblas dijumpai dipermukaan luar dan dalam tulang. Osteoblas berespon terhadap

berbagai sinyal kimiawi untuk menghasilkan matriks tulang. Sewaktu pertama kali

dibentuk, matriks tulang disebut osteoid. Dalam beberapa hari garam-garam kalsium mulai

mengendap pada osteoid dan mengeras selama beberapa minggu atau bulan berikutnya. Sebagian

osteoblast tetap menjadi bagian dari osteoid, dan disebut osteosit atau sel tulang sejati. Seiring

dengan terbentuknya tulang, osteosit dimatriks membentuk tonjolan-tonjolan yang

menghubungkan osteosit satu dengan osteosit lainnya membentuk suatu sistem saluran

mikroskopik di tulang.

Kalsium adalah salah satu komponen yang berperan terhadap tulang, sebagian ion

kalsium di tulang tidak mengalarni kristalisasi. Garam nonkristal ini dianggap sebagai kalsium

Page 33: ASKEP FRAKTUR.doc

yang dapat dipertukarkan, yaitu dapat dipindahkan dengan cepat antara tulang, cairan

interstisium, dan darah.

Sedangkan penguraian tulang disebut absorpsi, terjadi secara bersamaan dengan

pembentukan tulang. Penyerapan tulang terjadi karena aktivitas sel-sel yang

disebut osteoklas. Osteoklas adalah sel fagositik multinukleus besar yang berasal dari sel-sel

mirip-monosit yang terdapat di tulang. Osteoklas tampaknya mengeluarkan berbagai asam dan

enzim yang mencerna tulang dan memudahkan fagositosis. Osteoklas biasanya terdapat pada

hanya sebagian kecil dari potongan tulang, dan memfagosit tulang sedikit demi sedikit. Setelah

selesai di suatu daerah, osteoklas menghilang dan muncul osteoblas. 0steoblas mulai mengisi

daerah yang kosong tersebut dengan tulang baru. Proses ini memungkinkan tulang tua yang telah

melemah diganti dengan tulang baru yang lebih kuat.

Keseimbangan antara aktivitas osteoblas dan osteoklas menyebabkan tulang terus

menerus diperbarui atau mengalami remodeling. Pada anak dan remaja, aktivitas osteoblas

melebihi aktivitas osteoklas, sehingga kerangka menjadi lebih panjang dan menebal. Aktivitas

osteoblas juga melebihi aktivitas osteoklas pada tulang yang pulih dari fraktur. Pada

orang dewasa muda, aktivitas osteoblas dan osteoklas biasanya setara, sehingga jumlah total

massa tulang konstan. Pada usia pertengahan, aktivitas osteoklas melebihi aktivitas osteoblas

dan kepadatan tulang mulai berkurang. Aktivitas osteoklas juga meningkat pada tulang-tulang

yang mengalami imobilisasi. Pada usia dekade ketujuh atau kedelapan, dominansi aktivitas

osteoklas dapat menyebabkan tulang menjadi rapuh sehingga mudah patah. Aktivitas osteoblas

dan osteoklas dikontrol oleh beberapa faktor fisik dan hormon.

Faktor-faktor yang mengontrol Aktivitas osteoblas dirangsang oleh olah raga dan stres

beban akibat arus listrik yang terbentuk sewaktu stres mengenai tulang. Fraktur tulang secara

drastis merangsang aktivitas osteoblas, tetapi mekanisme pastinya belum jelas. Estrogen,

testosteron, dan hormon perturnbuhan adalah promotor kuat bagi aktivitas osteoblas dan

pertumbuhan tulang. Pertumbuhan tulang dipercepat semasa pubertas akibat melonjaknya kadar

hormon-hormon tersebut. Estrogen dan testosteron akhirnya menyebabkan tulang-tulang

panjang berhenti tumbuh dengan merangsang penutupan lempeng epifisis (ujung pertumbuhan

tulang). Sewaktu kadar estrogen turun pada masa menopaus, aktivitas osteoblas berkurang.

Defisiensi hormon pertumbuhan juga mengganggu pertumbuhan tulang.

Vitamin D dalam jumlah kecil merangsang kalsifikasi tulang secara langsung

dengan bekerja pada osteoblas dan secara tidak langsung dengan merangsang penyerapan

kalsium di usus. Hal ini meningkatkan konsentrasi kalsium darah, yang mendorong kalsifikasi

tulang. Namun, vitamin D dalam jumlah besar meningkatkan kadar kalsium serum dengan

meningkatkan penguraian tulang. Dengan demikian, vitamin D dalam jumlah besar tanpa

diimbangi kalsium yang adekuat dalam makanan akan menyebabkan absorpsi tulang.

Page 34: ASKEP FRAKTUR.doc

Adapun faktor-faktor yang mengontrol aktivitas osteoklas terutama dikontrol

oleh hormon paratiroid. Hormon paratiroid dilepaskan oleh kelenjar paratiroid yang terletak

tepat di belakang kelenjar tiroid. Pelepasan hormon paratiroid meningkat sebagai respons

terhadap penurunan kadar kalsium serum. Hormon paratiroid meningkatkan aktivitas osteoklas

dan merangsang pemecahan tulang untuk membebaskan kalsium ke dalam darah. Peningkatan

kalsium serum bekerja secara umpan balik negatif untuk menurunkan pengeluaran hormon

paratiroid lebih lanjut. Estrogen tampaknya mengurangi efek hormon paratiroid pada osteoklas.

Efek lain Hormon paratiroid adalah meningkatkan kalsium serum

dengan menurunkan sekresi kalsium oleh ginjal. Hormon paratiroid meningkatkan ekskresi ion

fosfat oleh ginjal sehingga menurunkan kadar fosfat darah. Pengaktifan vitamin D di ginjal

bergantung pada hormon paratiroid. Sedangkan kalsitonin adalah suatu hormon yang

dikeluarkan oleh kelenjar tiroid sebagai respons terhadap peningkatan kadar kalsium serum.

Kalsitonin memiliki sedikit efek menghambat aktivitas dan pernbentukan osteoklas. Efek-efek

ini meningkatkan kalsifikasi tulang sehingga menurunkan kadar kalsium serum.

2. Fisiologi Tulang

Fungsi tulang adalah sebagai berikut :

a.       Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh.

b.       Melindungi organ tubuh (misalnya jantung, otak, dan paru-paru) dan jaringan lunak.

c.       Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan pergerakan).

d.      Membentuk sel-sel darah merah didalam sum-sum tulang belakang (hema topoiesis).

e.       Menyimpan garam mineral, misalnya kalsium, fosfor.

E.     PATOFISIOLOGI

Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan. Tapi

apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka

terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas

tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks,

marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena

kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang

segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini

menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma

dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses

penyembuhan tulang nantinya 

Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur

Page 35: ASKEP FRAKTUR.doc

     1.      Faktor Ekstrinsik

Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung terhadap besar, waktu,

dan arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur.

     2.      Faktor Intrinsik

Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya tahan untuk timbulnya fraktur

seperti kapasitas absorbsi dari tekanan, elastisitas, kelelahan, dan kepadatan atau kekerasan

tulang.

Page 37: ASKEP FRAKTUR.doc

 

F.   MANIFESTASI KLINISManifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan

ektremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna yang dijelaskan secara rinci sebagai berikut:

1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.

2. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak dapat digunakan dan cenderung bergerak secara alamiah (gerakan luar biasa). Pergeseran fragmen pada fraktur lengan dan tungkai menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba) ektremitas yang bisa diketahui dengan membandingkannya dengan ektremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot tergantung pada integritasnya tulang tempat melekatnya otot.

3. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melengkapi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5 cm (1 sampai 2 inci).

4. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya. Uji krepitus dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat.

5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasa terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera.

Tidak semua tanda dan gejala tersebut terdapat pada setiap fraktur. Kebanyakan justru tidak ada pada fraktur linear atau fisur atau fraktur impaksi (permukaan patahan saling terdesak satu sama lain). Diagnosis fraktur bergantung pada gejala, tanda fisik, dan pemeriksaan sinar-x pasien. Biasanya pasien mengeluhkan mengalami cedera pada daerah tersebut.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG1. X.Ray dilakukan untuk melihat bentuk patahan atau keadaan tulang yang cedera.2. Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans

3. Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.

4. CCT kalau banyak kerusakan otot.

5. Pemeriksaan Darah Lengkap

Page 38: ASKEP FRAKTUR.doc

Lekosit turun/meningkat, Eritrosit dan Albumin turun, Hb, hematokrit sering rendah akibat perdarahan, Laju Endap Darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak sangat luas, Pada masa penyembuhan Ca meningkat di dalam darah, traumaa otot meningkatkan beban kreatinin untuk ginjal. Profil koagulasi: perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi multiple, atau cederah hati.

H.    KOMPLIKASI

1.      Komplikasi Awal

a.       Kerusakan Arteri

Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT menurun, cyanosis

bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan

emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.

b.      Kompartement Syndrom

Komplikasi ini terjadi saat peningkatan tekanan jaringan dalam ruang tertutup di otot, yang

sering berhubungan dengan akumulasi cairan sehingga menyebabkan hambatan aliran darah

yang berat dan berikutnya menyebabkan kerusakan pada otot. Gejala – gejalanya mencakup rasa

sakit karena ketidakseimbangan pada luka, rasa sakit yang berhubungan dengan tekanan yang

berlebihan pada kompartemen, rasa sakit dengan perenggangan pasif pada otot yang terlibat, dan

paresthesia. Komplikasi ini terjadi lebih sering pada fraktur tulang kering (tibia) dan tulang hasta

(radius atau ulna).

c.       Fat Embolism Syndrom

Merupakan keadaan pulmonari akut dan dapat menyebabkan kondisi fatal. Hal ini terjadi ketika

gelembung – gelembung lemak terlepas dari sumsum tulang dan mengelilingi jaringan yang

rusak. Gelombang lemak ini akan melewati sirkulasi dan dapat menyebabkan oklusi pada

pembuluh – pembuluh darah pulmonary yang menyebabkan sukar bernafas. Gejala dari sindrom

emboli lemak mencakup dyspnea, perubahan dalam status mental (gaduh, gelisah, marah,

bingung, stupor), tachycardia, demam, ruam kulit ptechie.

d.      Infeksi

System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma orthopedic infeksi

dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur

terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.

e.       Avaskuler Nekrosis

Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau terganggu yang bisa

menyebabkan  nekrosis tulang dan diawali dengan adanya Volkman’s Ischemia. Nekrosis

avaskular dapat terjadi saat suplai darah ke tulang kurang baik. Hal ini paling sering mengenai

Page 39: ASKEP FRAKTUR.doc

fraktur intrascapular femur (yaitu kepala dan leher), saat kepala femur berputar atau keluar dari

sendi dan menghalangi suplai darah. Karena nekrosis avaskular mencakup proses yang terjadi

dalam periode waktu yang lama, pasien mungkin tidak akan merasakan gejalanya sampai dia

keluar dari rumah sakit. Oleh karena itu, edukasi pada pasien merupakan hal yang penting.

Perawat harus menyuruh pasien supaya melaporkan nyeri yang bersifat intermiten atau nyeri

yang menetap pada saat menahan beban

f.       Shock

Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa

menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.

g.      Osteomyelitis

Adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum dan korteks tulang dapat berupa

exogenous (infeksi masuk dari luar tubuh) atau hematogenous (infeksi yang berasal dari dalam

tubuh). Patogen dapat masuk melalui luka fraktur terbuka, luka tembus, atau selama operasi.

Luka tembak, fraktur tulang panjang, fraktur terbuka yang terlihat tulangnya, luka amputasi

karena trauma dan fraktur – fraktur dengan sindrom kompartemen atau luka vaskular memiliki

risiko osteomyelitis yang lebih besar

2.      Komplikasi Dalam Waktu Lama

a.       Delayed Union (Penyatuan tertunda)

Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang

dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan karena penurunan supai darah ke tulang.

b.      Non union (tak menyatu)

Penyatuan tulang tidak terjadi,  cacat diisi  oleh  jaringan  fibrosa. Kadang –

kadang dapat terbentuk sendi palsu pada tempat ini. Faktor – faktor yang dapat menyebabkan

non union adalah tidak adanya imobilisasi, interposisi jaringan lunak, pemisahan lebar dari

fragmen contohnya patella dan fraktur yang bersifat patologis..

c.       Malunion

Kelainan penyatuan tulang karena penyerasian yang buruk menimbulkan deformitas, angulasi

atau pergeseran.

I.       STADIUM PENYEMBUHAN FRAKTUR

Tulang bisa beregenerasi sama seperti jaringan tubuh yang lain. Fraktur merangsang

tubuh untuk menyembuhkan tulang yang patah dengan jalan membentuk tulang baru diantara

ujung patahan tulang. Tulang baru dibentuk oleh aktivitas sel-sel tulang. Ada lima stadium

penyembuhan tulang, yaitu:

     1.      Stadium Satu-Pembentukan Hematoma

Page 40: ASKEP FRAKTUR.doc

Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma disekitar daerah fraktur. Sel-sel darah

membentuk fibrin guna melindungi tulang yang rusak dan sebagai tempat tumbuhnya kapiler

baru dan fibroblast. Stadium ini berlangsung 24 – 48 jam dan perdarahan berhenti sama sekali. 

     2.      Stadium Dua-Proliferasi Seluler      

Pada stadium ini terjadi proliferasi dan differensiasi sel menjadi fibro kartilago yang berasal dari

periosteum,`endosteum, dan bone marrow yang telah mengalami trauma. Sel-sel yang

mengalami proliferasi ini terus masuk ke dalam lapisan yang lebih dalam dan disanalah

osteoblast beregenerasi dan terjadi proses osteogenesis. Dalam beberapa hari terbentuklah tulang

baru yg menggabungkan kedua fragmen tulang yang patah. Fase ini berlangsung selama 8 jam

setelah fraktur sampai selesai, tergantung frakturnya.  

     3.      Stadium Tiga-Pembentukan Kallus

Page 41: ASKEP FRAKTUR.doc

Sel–sel yang berkembang memiliki potensi yang kondrogenik dan osteogenik, bila diberikan

keadaan yang tepat, sel itu akan mulai membentuk tulang dan juga kartilago. Populasi sel ini

dipengaruhi oleh kegiatan osteoblast dan osteoklast mulai berfungsi dengan mengabsorbsi sel-sel

tulang yang mati. Massa sel yang tebal dengan tulang yang imatur dan kartilago, membentuk

kallus atau bebat pada permukaan endosteal dan periosteal. Sementara tulang yang imatur

(anyaman tulang ) menjadi lebih padat sehingga gerakan pada tempat fraktur berkurang pada 4

minggu setelah fraktur menyatu. 

  

     4.      Stadium Empat-Konsolidasi

Bila aktivitas osteoclast dan osteoblast berlanjut, anyaman tulang berubah menjadi lamellar.

Sistem ini sekarang cukup kaku dan memungkinkan  osteoclast menerobos melalui reruntuhan

pada garis fraktur, dan tepat dibelakangnya osteoclast mengisi celah-celah yang tersisa diantara

fragmen dengan tulang yang baru. Ini adalah proses yang lambat dan mungkin perlu beberapa

bulan sebelum tulang kuat untuk membawa beban yang normal. 

Page 42: ASKEP FRAKTUR.doc

     5.      Stadium Lima-Remodelling

Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama beberapa bulan atau

tahun, pengelasan kasar ini dibentuk ulang oleh proses resorbsi dan pembentukan tulang yang

terus-menerus. Lamellae yang lebih tebal diletidakkan pada tempat yang tekanannya lebih tinggi,

dinding yang tidak dikehendaki dibuang, rongga sumsum dibentuk, dan akhirnya dibentuk

struktur yang mirip dengan normalnya.

Page 43: ASKEP FRAKTUR.doc

Gambar 9.Fase Penyembuhan Tulang

J.      PENATALAKSANAAN MEDIS

Empat tujuan utama dari penanganan fraktur adalah :

1.      Untuk menghilangkan rasa nyeri.

Nyeri yang timbul pada fraktur bukan karena frakturnya sendiri, namun karena terluka jaringan

disekitar tulang yang patah tersebut. Untuk mengurangi nyeri tersebut, dapat diberikan obat

penghilang rasa nyeri dan juga dengan tehnik imobilisasi (tidak menggerakkan daerah yang

fraktur). Tehnik imobilisasi dapat dicapai dengan cara pemasangan bidai atau gips.

  Pembidaian : benda keras yang ditempatkan di daerah sekeliling tulang.

Page 44: ASKEP FRAKTUR.doc

  Pemasangan gips

Merupakan bahan kuat yang dibungkuskan di sekitar tulang yang patah. Gips yang ideal adalah

yang membungkus tubuh sesuai dengan bentuk tubuh. Indikasi dilakukan pemasangan gips

adalah :

o   Immobilisasi dan penyangga fraktur

o   Istirahatkan dan stabilisasi

o   Koreksi deformitas

o   Mengurangi aktifitas

o   Membuat cetakan tubuh orthotik

Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan gips adalah :

o   Gips yang pas tidak akan menimbulkan perlukaan

o   Gips patah tidak bisa digunakan

o   Gips yang terlalu kecil atau terlalu longgar sangat membahayakan klien

o   Jangan merusak / menekan gips

o   Jangan pernah memasukkan benda asing ke dalam gips / menggaruk

o   Jangan meletakkan gips lebih rendah dari tubuh terlalu lama

Page 45: ASKEP FRAKTUR.doc

           2.      Untuk menghasilkan dan mempertahankan posisi yang ideal dari fraktur.

Bidai dan gips tidak dapat mempertahankan posisi dalam waktu yang lama. Untuk itu diperlukan

lagi tehnik yang lebih mantap seperti pemasangan traksi kontinyu, fiksasi eksternal, atau fiksasi

internal tergantung dari jenis frakturnya sendiri.

a.       Penarikan (traksi) :

Secara umum traksi dilakukan dengan menempatkan beban dengan tali pada ekstermitas pasien.

Tempat tarikan disesuaikan sedemikian rupa sehingga arah tarikan segaris dengan sumbu

panjang tulang yang patah. Metode pemasangan traksi antara lain :

  Traksi manual

Tujuannya adalah perbaikan dislokasi, mengurangi fraktur, dan pada keadaan emergency

  Traksi mekanik, ada 2 macam :

o   Traksi kulit (skin traction)

Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk sturktur yang lain misal otot. Digunakan dalam waktu

4 minggu dan beban < 5 kg.

o   Traksi skeletal

Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced traction. Dilakukan

untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal / penjepit melalui tulang / jaringan

metal.

Kegunaan pemasangan traksi, antara lain :

  Mengurangi nyeri akibat spasme otot

  Memperbaiki & mencegah deformitas

  Immobilisasi

  Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi)

  Mengencangkan pada perlekatannya

Prinsip pemasangan traksi :

  Tali utama dipasang di pin rangka sehingga menimbulkan gaya tarik

Page 46: ASKEP FRAKTUR.doc

  Berat ekstremitas dengan alat penyokong harus seimbang dengan pemberat agar reduksi dapat

dipertahankan

  Pada tulang-tulang yang menonjol sebaiknya diberi lapisan khusus

  Traksi dapat bergerak bebas dengan katrol

  Pemberat harus cukup tinggi di atas permukaan lantai

b.      Dilakukan pembedahan untuk menempatkan piringan atau batang logam pada pecahan-pecahan

tulang.

Pada saat ini metode penatalaksanaan yang paling banyak keunggulannya mungkin adalah

pembedahan. Metode perawatan ini disebut fiksasi interna dan reduksi terbuka. Pada umumnya

insisi dilakukan pada tempat yang mengalami cedera dan diteruskan sepanjang bidang anatomik

menuju tempat yang mengalami fraktur. Hematoma fraktur dan fragmen-fragmen tulang yang

telah mati diirigasi dari luka. Fraktur kemudian direposisi dengan tangan agar menghasilkan

posisi yang normal kembali. Sesudah direduksi, fragmen-fragmen tulang ini dipertahankan

dengan alat-alat ortopedik berupa pen, sekrup, pelat, dan paku.

Keuntungan perawatan fraktur dengan pembedahan antara lain :

  Ketelitian reposisi fragmen tulang yang patah

  Kesempatan untuk memeriksa pembuluh darah dan saraf yang berada didekatnya

  Dapat mencapai stabilitas fiksasi yang cukup memadai

  Tidak perlu memasang gips dan alat-alat stabilisasi yang lain

  Perawatan di RS dapat ditekan seminimal mungkin, terutama pada kasus-kasus yang tanpa

komplikasi dan dengan kemampuan mempertahankan fungsi sendi dan fungsi otot hampir

normal selama penatalaksanaan dijalankan

1)      FIKSASI INTERNA

Intramedullary nail ideal untuk fraktur transversal, tetapi untuk fraktur lainnya kurang

cocok. Fraktur dapat dipertahankan lurus dan terhadap panjangnya dengan nail, tetapi fiksasi

mungkin tidak cukup kuat untuk mengontrol rotasi. Nailing diindikasikan jika hasil pemeriksaan

Page 47: ASKEP FRAKTUR.doc

radiologi memberi kesan bahwa jaringan lunak mengalami interposisi di antara ujung tulang

karena hal ini hampir selalu menyebabkan non-union.

Keuntungan intramedullary nailing adalah dapat memberikan stabilitas longitudinal

serta kesejajaran (alignment) serta membuat penderita dápat dimobilisasi cukup cepat untuk

meninggalkan rumah sakit dalam waktu 2 minggu setelah fraktur. Kerugian meliput anestesi,

trauma bedah tambahan dan risiko infeksi.

Closed nailing memungkinkan mobilisasi yang tercepat dengan trauma yang minimal,

tetapi paling sesuai untuk fraktur transversal tanpa pemendekan. Comminuted fracture paling

baik dirawat dengan locking nail yang dapat mempertahankan panjang dan rotasi.

2)      FIKSASI EKSTERNA

Bila fraktur yang dirawat dengan traksi stabil dan massa kalus terlihat pada

pemeriksaan radiologis, yang biasanya pada minggu ke enam, cast brace dapat dipasang. Fraktur

dengan intramedullary nail yang tidak memberi fiksasi yang rigid juga cocok untuk tindakan ini.

Page 48: ASKEP FRAKTUR.doc

    3.      Agar terjadi penyatuan tulang kembali

Biasanya tulang yang patah akan mulai menyatu dalam waktu 4 minggu dan akan menyatu

dengan sempurna dalam waktu 6 bulan. Namun terkadang terdapat gangguan dalam penyatuan

tulang, sehingga dibutuhkan graft tulang.

    4.      Untuk mengembalikan fungsi seperti semula

Imobilisasi yang lama dapat mengakibatkan mengecilnya otot dan kakunya sendi. Maka dari itu

diperlukan upaya mobilisasi secepat mungkin.

K.    PENGKAJIAN

Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan, untuk itu

diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah klien sehingga dapat memberikan

arah terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat bergantuang pada

tahap ini. Tahap ini terbagi atas:

1.      Pengumpulan Data

a.       Anamnesa

1)      Identitas Klien

Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status perkawinan,

pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.

2)        Keluhan Utama

Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri. Nyeri tersebut bisa akut atau

kronik tergantung dan lamanya serangan. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang

rasa nyeri klien digunakan:

a)      Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang menjadi faktor presipitasi nyeri.

Page 49: ASKEP FRAKTUR.doc

b)      Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien. Apakah seperti

terbakar, berdenyut, atau menusuk.

c)      Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit menjalar atau menyebar,

dan dimana rasa sakit terjadi.

d)     Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien, bisa berdasarkan  skala

nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.

e)      Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada malam hari atau

siang hari.

3)      Riwayat Penyakit Sekarang

Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari fraktur, yang nantinya

membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya

penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh

mana yang terkena. Selain itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan bisa

diketahui luka kecelakaan yang lain

4)      Riwayat Penyakit Dahulu

Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan memberi petunjuk berapa

lama tulang tersebut akan menyambung. Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang dan

penyakit paget’s yang menyebabkan fraktur patologis yang sering sulit untuk menyambung.

Selain itu, penyakit diabetes dengan luka di kaki sanagt beresiko terjadinya osteomyelitis akut

maupun kronik dan juga diabetes menghambat proses penyembuhan tulang

5)      Riwayat Penyakit Keluarga

Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang merupakan salah satu faktor

predisposisi terjadinya fraktur, seperti diabetes, osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa

keturunan, dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetik

6)      Riwayat Psikososial

Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran klien dalam

keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik

dalam keluarga ataupun dalam masyarakat

7)      Pola-Pola Fungsi Kesehatan

a)      Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat

Pada kasus fraktur akan timbul ketidakutan akan terjadinya kecacatan pada dirinya dan harus

menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk membantu penyembuhan tulangnya. Selain itu,

pengkajian juga meliputi kebiasaan hidup klien seperti penggunaan obat steroid yang dapat

mengganggu metabolisme kalsium, pengkonsumsian alkohol yang bisa mengganggu

keseimbangannya dan apakah klien melakukan olahraga atau tidak

b)      Pola Nutrisi dan Metabolisme

Page 50: ASKEP FRAKTUR.doc

Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari-harinya seperti

kalsium, zat besi, protein, vit. C dan lainnya untuk membantu proses penyembuhan tulang.

Evaluasi terhadap pola nutrisi klien bisa membantu menentukan penyebab masalah

muskuloskeletal dan mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat terutama kalsium

atau protein dan terpapar sinar matahari yang kurang merupakan faktor predisposisi masalah

muskuloskeletal terutama pada lansia. Selain itu juga obesitas juga menghambat degenerasi dan

mobilitas klien.

c)      Pola Eliminasi

Untuk kasus fraktur humerus tidak ada gangguan pada pola eliminasi, tapi walaupun begitu perlu

juga dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces pada pola eliminasi alvi. Sedangkan

pada pola eliminasi uri dikaji frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola

ini juga dikaji ada kesulitan atau tidak. Pola Tidur dan Istirahat

Semua klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak, sehingga hal ini dapat mengganggu

pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu juga, pengkajian dilaksanakan pada lamanya tidur,

suasana lingkungan, kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur serta penggunaan obat tidur.

d)     Pola Aktivitas

Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk kegiatan klien menjadi

berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh orang lain. Hal lain yang perlu dikaji

adalah bentuk aktivitas klien terutama pekerjaan klien. Karena ada beberapa bentuk pekerjaan

beresiko untuk terjadinya fraktur dibanding pekerjaan yang lain

e)      Pola Hubungan dan Peran

Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat. Karena klien harus

menjalani rawat inap

f)       Pola Persepsi dan Konsep Diri

Dampak yang timbul pada klien fraktur yaitu timbul ketidakutan akan kecacatan akibat

frakturnya, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan

pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan body image)

g)      Pola Sensori dan Kognitif

Pada klien fraktur daya rabanya berkurang terutama pada bagian distal fraktur, sedang pada

indera yang lain tidak timbul gangguan. begitu juga pada kognitifnya tidak mengalami gangguan.

Selain itu juga, timbul rasa nyeri akibat fraktur

h)      Pola Reproduksi Seksual

Dampak pada klien fraktur yaitu, klien tidak bisa melakukan hubungan seksual karena harus

menjalani rawat inap dan keterbatasan gerak serta rasa nyeri yang dialami klien. Selain itu juga,

perlu dikaji status perkawinannya termasuk jumlah anak, lama perkawinannya

i)        Pola Penanggulangan Stress

Page 51: ASKEP FRAKTUR.doc

Pada klien fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya, yaitu ketidakutan timbul kecacatan

pada diri dan fungsi tubuhnya. Mekanisme koping yang ditempuh klien bisa tidak efektif.

j)          Pola Tata Nilai dan Keyakinan

Untuk klien fraktur tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah dengan baik terutama

frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa disebabkan karena nyeri dan keterbatasan gerak klien

b.      Pemeriksaan Fisik

Dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum (status generalisata) untuk mendapatkan

gambaran umum dan pemeriksaan setempat (lokalis). Hal ini perlu untuk dapat melaksanakan

total care karena ada kecenderungan dimana spesialisasi hanya memperlihatkan daerah yang

lebih sempit tetapi lebih mendalam.

1)      Gambaran Umum

Perlu menyebutkan:

a)      Keadaan umum: baik atau buruknya yang dicatat adalah tanda-tanda, seperti:

(1)   Kesadaran penderita: apatis, sopor, koma, gelisah, komposmentis tergantung pada keadaan klien.

(2)   Kesakitan, keadaan penyakit: akut, kronik, ringan, sedang, berat dan pada kasus fraktur biasanya

akut.

(3)   Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik fungsi maupun bentuk.

b)      Secara sistemik dari kepala sampai kelamin

(1)         Sistem Integumen

Terdapat erytema, suhu sekitar daerah trauma meningkat, bengkak, oedema, nyeri tekan.

(2)         Kepala

Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak ada penonjolan, tidak ada nyeri

kepala.

(3)         Leher

Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek menelan ada.

(4)         Muka

Wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan fungsi maupun bentuk. Tak ada lesi,

simetris, tak oedema.

(5)   Mata

Terdapat gangguan seperti konjungtiva anemis (jika terjadi perdarahan)

(6)Telinga

Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau nyeri tekan.

(7)         Hidung

Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung.

(8)         Mulut dan Faring

Page 52: ASKEP FRAKTUR.doc

Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.

(9)         Thoraks

Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.

(10)     Paru

(a)    Inspeksi

Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada riwayat penyakit klien yang

berhubungan dengan paru.

(b)   Palpasi

Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.

(c)    Perkusi

Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan lainnya.

(d)   Auskultasi

Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan lainnya seperti stridor dan ronchi.

(11)     Jantung

(a)    Inspeksi

Tidak tampak iktus jantung.

(b)   Palpasi

Nadi meningkat, iktus tidak teraba.

(c)    Auskultasi

Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.

(12)     Abdomen

(a)    Inspeksi

Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.

(b)   Palpasi

Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba.

(c)    Perkusi

Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.

(d)   Auskultasi

Peristaltik usus normal ± 20 kali/menit.

(13)     Inguinal-Genetalia-Anus

Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada kesulitan BAB.

2)      Keadaan Lokal

Harus diperhitungkan keadaan proksimal serta bagian distal terutama mengenai status

neurovaskuler (untuk status neurovaskuler  5 P yaitu Pain, Palor, Parestesia, Pulse,

Pergerakan). Pemeriksaan pada sistem muskuloskeletal adalah:

Page 53: ASKEP FRAKTUR.doc

a)      Look (inspeksi)

Perhatikan apa yang dapat dilihat antara lain:

(1)   Cicatriks (jaringan parut baik yang alami maupun buatan seperti bekas operasi).

(2)   Cape au lait spot (birth mark).

(3)   Fistulae.

(4)   Warna kemerahan atau kebiruan (livide) atau hyperpigmentasi.

(5)   Benjolan, pembengkakan, atau cekungan dengan hal-hal yang tidak biasa (abnormal).

(6)   Posisi dan bentuk dari ekstrimitas (deformitas)

(7)   Posisi jalan (gait, waktu masuk ke kamar periksa)

b)      Feel (palpasi)

Pada waktu akan palpasi, terlebih dahulu posisi penderita diperbaiki mulai dari posisi netral

(posisi anatomi). Pada dasarnya ini merupakan pemeriksaan yang memberikan informasi dua

arah, baik pemeriksa maupun klien.

Yang perlu dicatat adalah:

(1)   Perubahan suhu disekitar trauma (hangat) dan kelembaban kulit. Capillary refill time  Normal

> 3 detik

(2)   Apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi atau oedema terutama disekitar

persendian.

(3)   Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, catat letak kelainan (1/3 proksimal, tengah, atau distal).

Otot: tonus pada waktu relaksasi atau konttraksi, benjolan yang terdapat di permukaan atau

melekat pada tulang. Selain itu juga diperiksa status neurovaskuler. Apabila ada benjolan, maka

sifat benjolan perlu dideskripsikan permukaannya, konsistensinya, pergerakan terhadap dasar

atau  permukaannya, nyeri atau tidak, dan ukurannya.

c)      Move (pergerakan terutama lingkup gerak)

Setelah melakukan pemeriksaan feel, kemudian diteruskan dengan menggerakan ekstrimitas dan

dicatat apakah terdapat keluhan nyeri pada pergerakan. Pencatatan lingkup gerak ini perlu, agar

dapat mengevaluasi keadaan sebelum dan sesudahnya. Gerakan sendi dicatat dengan ukuran

derajat, dari tiap arah pergerakan mulai dari titik 0 (posisi netral) atau dalam ukuran

metrik. Pemeriksaan ini menentukan apakah ada gangguan gerak (mobilitas) atau tidak.

Pergerakan yang dilihat adalah gerakan aktif dan pasif.

2.      Pemeriksaan Diagnostik

a.       Pemeriksaan Radiologi

Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah “pencitraan” menggunakan sinar

rontgen (x-ray). Untuk mendapatkan gambaran 3 dimensi keadaan dan kedudukan tulang yang

sulit, maka diperlukan 2 proyeksi yaitu AP atau PA dan lateral. Dalam keadaan tertentu

diperlukan proyeksi tambahan (khusus) ada indikasi untuk memperlihatkan pathologi yang dicari

Page 54: ASKEP FRAKTUR.doc

karena adanya superposisi. Perlu disadari bahwa permintaan x-ray harus atas dasar indikasi 

kegunaan pemeriksaan penunjang dan hasilnya dibaca sesuai dengan permintaan. Hal yang harus

dibaca pada x-ray:

1)      Bayangan jaringan lunak.

2)      Tipis tebalnya korteks sebagai akibat reaksi periosteum atau biomekanik atau juga rotasi.

3)      Trobukulasi ada tidaknya rare fraction.

4)      Sela sendi serta bentuknya arsitektur sendi.

Selain foto polos x-ray (plane x-ray) mungkin perlu tehnik khususnya seperti:

1)      Tomografi: menggambarkan tidak satu struktur saja tapi struktur yang lain tertutup yang sulit

divisualisasi. Pada kasus ini ditemukan kerusakan struktur yang kompleks dimana tidak pada

satu struktur saja tapi pada struktur lain juga mengalaminya.

2)      Myelografi: menggambarkan cabang-cabang saraf spinal dan pembuluh darah di ruang tulang

vertebrae yang mengalami kerusakan akibat trauma.

3)      Arthrografi: menggambarkan jaringan-jaringan ikat yang rusak karena ruda paksa.

4)      Computed Tomografi-Scanning: menggambarkan potongan secara transversal dari tulang

dimana didapatkan suatu struktur tulang yang rusak.

b.      Pemeriksaan Laboratorium

1)      Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahap penyembuhan tulang.

2)      Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan kegiatan osteoblastik dalam

membentuk tulang.

3)      Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat Dehidrogenase  (LDH-5), Aspartat Amino

Transferase (AST), Aldolase yang meningkat pada tahap penyembuhan tulang.

c.       Pemeriksaan lain-lain

1)       Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitivitas: didapatkan mikroorganisme penyebab

infeksi.

2)       Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama dengan pemeriksaan diatas tapi lebih

dindikasikan bila terjadi infeksi.

3)       Elektromyografi: terdapat kerusakan konduksi saraf yang diakibatkan fraktur.

4)       Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena trauma yang berlebihan.

5)       Indium Imaging: pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi pada tulang.

6)       MRI: menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.

L.     DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL1. Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera jaringan lunak,

pemasangan traksi, stress/ansietas, luka operasi.

Page 55: ASKEP FRAKTUR.doc

2. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan aliran darah, emboli, perubahan membran alveolar/kapiler (interstisial, edema paru, kongesti)

3. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri, terapi restriktif (imobilisasi)

4. Gangguan integritas kulit b/d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat, sekrup)

5. Risiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan kulit, taruma jaringan lunak, prosedur invasif/traksi tulang)

6. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif, kurang akurat/lengkapnya informasi yang ada

Page 56: ASKEP FRAKTUR.doc

RENCANA KEPERAWATAN

NO DX

DIANGOSA KEPERAWATAN DAN

KOLABORASITUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)

1 Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera jaringan lunak, pemasangan traksi, stress/ansietas, luka operasi.

NOC Pain Level, Pain control, Comfort level

Kriteria Hasil :  Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab

nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)

  Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri

  Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)

  Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

  Tanda vital dalam rentang normal

NIC

Pain Management  Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,

karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi  Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan  Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri

pasien  Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau  Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan

kontrol nyeri masa lampau  Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan  Kurangi faktor presipitasi nyeri  Ajarkan tentang teknik non farmakologi  Evaluasi keefektifan kontrol nyeri  Tingkatkan istirahat  Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak

berhasil  Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

2 Gangguan pertukaran gas b/d perubahan aliran darah, emboli, perubahan membran alveolar/kapiler (interstisial, edema paru, kongesti)

NOC : Respiratory Status : Gas exchange Respiratory Status : ventilation Vital Sign Status

Kriteria Hasil :  Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi

dan oksigenasi yang adekuat  Memelihara kebersihan paru paru dan bebas

dari tanda tanda distress pernafasan  Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara

nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada

NIC :

Airway Management  Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu  Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi  Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan  Pasang mayo bila perlu  Lakukan fisioterapi dada jika perlu  Keluarkan sekret dengan batuk atau suction  Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan  Lakukan suction pada mayo  Berika bronkodilator bial perlu  Barikan pelembab udara

Page 57: ASKEP FRAKTUR.doc

pursed lips)  Tanda tanda vital dalam rentang normal

  Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.  Monitor respirasi dan status O2

Respiratory Monitoring  Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi  Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan,

retraksi otot supraclavicular dan intercostal  Monitor suara nafas, seperti dengkur  Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi, cheyne

stokes, biot  Monitor kelelahan otot diagfragma (gerakan paradoksis)  Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya ventilasi dan

suara tambahan  Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi crakles dan ronkhi pada

jalan napas utama  auskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui hasilnya

3 Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri, terapi restriktif (imobilisasi).

NOC : Joint Movement : Active Mobility Level Self care : ADLs Transfer performance

Kriteria Hasil :  Klien meningkat dalam aktivitas fisik  Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas  Memverbalisasikan perasaan dalam

meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah

  Memperagakan penggunaan alat Bantu untuk mobilisasi (walker)

Latihan Kekuatan  Ajarkan dan berikan dorongan pada klien untuk melakukan program latihan

secara rutinLatihan untuk ambulasi

  Ajarkan teknik Ambulasi & perpindahan yang aman kepada klien dan keluarga.

  Sediakan alat bantu untuk klien seperti kruk, kursi roda, dan walker  Beri penguatan positif untuk berlatih mandiri dalam batasan yang aman.

Latihan mobilisasi dengan kursi roda  Ajarkan pada klien & keluarga tentang cara pemakaian kursi roda & cara

berpindah dari kursi roda ke tempat tidur atau sebaliknya.  Dorong klien melakukan latihan untuk memperkuat anggota tubuh  Ajarkan pada klien/ keluarga tentang cara penggunaan kursi roda

Latihan Keseimbangan  Ajarkan pada klien & keluarga untuk dapat mengatur posisi secara mandiri

dan menjaga keseimbangan selama latihan ataupun dalam aktivitas sehari hari.Perbaikan Posisi Tubuh yang Benar

  Ajarkan pada klien/ keluarga untuk mem perhatikan postur tubuh yg benar untuk menghindari kelelahan, keram & cedera.

  Kolaborasi ke ahli terapi fisik untuk program latihan.

4 Gangguan integritas kulit b/d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat, sekrup)

NOC : Tissue Integrity : Skin and Mucous

MembranesKriteria Hasil :

  Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan  Melaporkan adanya gangguan sensasi atau

nyeri pada daerah kulit yang mengalami gangguan

NIC : Pressure Management  Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar  Hindari kerutan padaa tempat tidur  Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering  Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali  Monitor kulit akan adanya kemerahan  Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang tertekan  Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien

Page 58: ASKEP FRAKTUR.doc

  Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya sedera berulang

  Mampumelindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami

  Monitor status nutrisi pasien  Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat

5 Risiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan kulit, taruma jaringan lunak, prosedur invasif/traksi tulang)

NOC : Immune Status Risk control

Kriteria Hasil :  Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi  Menunjukkan kemampuan untuk mencegah

timbulnya infeksi  Jumlah leukosit dalam batas normal  Menunjukkan perilaku hidup sehat

NIC :Infection Control (Kontrol infeksi)

  Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain  Pertahankan teknik isolasi  Batasi pengunjung bila perlu  Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan

setelah berkunjung meninggalkan pasien  Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan  Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawtan  Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung  Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat  Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan petunjuk

umum  Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing  Tingktkan intake nutrisi  Berikan terapi antibiotik bila perlu

Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)  Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal  Monitor hitung granulosit, WBC  Monitor kerentanan terhadap infeksi  Batasi pengunjung  Saring pengunjung terhadap penyakit menular  Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko  Pertahankan teknik isolasi k/p  Berikan perawatan kuliat pada area epidema  Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase  Ispeksi kondisi luka / insisi bedah  Dorong masukkan nutrisi yang cukup  Dorong masukan cairan  Dorong istirahat  Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep  Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi  Ajarkan cara menghindari infeksi  Laporkan kecurigaan infeksi  Laporkan kultur positif

6 Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan

NOC :  Kowlwdge : disease process  Kowledge : health Behavior

NIC :Teaching : disease Process

  Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses

Page 59: ASKEP FRAKTUR.doc

b/d kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif, kurang akurat/lengkapnya informasi yang ada

Kriteria Hasil :  Pasien dan keluarga menyatakan

pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan

  Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar

  Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya

penyakit yang spesifik  Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan

dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.  Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara

yang tepat  Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat  Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat  Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat  Hindari harapan yang kosong  Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang kemajuan pasien dengan

cara yang tepat  Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah

komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit

  Diskusikan pilihan terapi atau penanganan  Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion

dengan cara yang tepat atau diindikasikan  Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat  Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal, dengan cara yang

tepat  Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada

pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat

1.

NIC

Pain Management  Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,

kualitas dan faktor presipitasi  Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan  Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien  Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau  Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa

lampau  Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan  Kurangi faktor presipitasi nyeri  Ajarkan tentang teknik non farmakologi  Evaluasi keefektifan kontrol nyeri  Tingkatkan istirahat  Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil

Page 60: ASKEP FRAKTUR.doc

  Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri2

NIC :

Airway Management  Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu  Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi  Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan  Pasang mayo bila perlu  Lakukan fisioterapi dada jika perlu  Keluarkan sekret dengan batuk atau suction  Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan  Lakukan suction pada mayo  Berika bronkodilator bial perlu  Barikan pelembab udara  Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.  Monitor respirasi dan status O2

Respiratory Monitoring  Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi  Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot

supraclavicular dan intercostal  Monitor suara nafas, seperti dengkur  Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot  Monitor kelelahan otot diagfragma (gerakan paradoksis)  Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya ventilasi dan suara tambahan  Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi crakles dan ronkhi pada jalan napas utama  auskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui hasilnya

3

Latihan Kekuatan  Ajarkan dan berikan dorongan pada klien untuk melakukan program latihan secara rutin

Latihan untuk ambulasi  Ajarkan teknik Ambulasi & perpindahan yang aman kepada klien dan keluarga.  Sediakan alat bantu untuk klien seperti kruk, kursi roda, dan walker  Beri penguatan positif untuk berlatih mandiri dalam batasan yang aman.

Latihan mobilisasi dengan kursi roda  Ajarkan pada klien & keluarga tentang cara pemakaian kursi roda & cara berpindah dari kursi

roda ke tempat tidur atau sebaliknya.  Dorong klien melakukan latihan untuk memperkuat anggota tubuh  Ajarkan pada klien/ keluarga tentang cara penggunaan kursi roda

Latihan Keseimbangan  Ajarkan pada klien & keluarga untuk dapat mengatur posisi secara mandiri dan menjaga

keseimbangan selama latihan ataupun dalam aktivitas sehari hari.Perbaikan Posisi Tubuh yang Benar

Page 61: ASKEP FRAKTUR.doc

  Ajarkan pada klien/ keluarga untuk mem perhatikan postur tubuh yg benar untuk menghindari kelelahan, keram & cedera.

  Kolaborasi ke ahli terapi fisik untuk program latihan.

NIC : Pressure Management  Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar  Hindari kerutan padaa tempat tidur  Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering  Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali  Monitor kulit akan adanya kemerahan  Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang tertekan  Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien  Monitor status nutrisi pasien  Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat

NIC :Infection Control (Kontrol infeksi)

  Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain  Pertahankan teknik isolasi  Batasi pengunjung bila perlu  Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung

meninggalkan pasien  Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan  Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawtan  Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung  Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat  Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan petunjuk umum  Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing  Tingktkan intake nutrisi  Berikan terapi antibiotik bila perlu

Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)  Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal  Monitor hitung granulosit, WBC  Monitor kerentanan terhadap infeksi  Batasi pengunjung  Saring pengunjung terhadap penyakit menular  Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko  Pertahankan teknik isolasi k/p  Berikan perawatan kuliat pada area epidema  Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase  Ispeksi kondisi luka / insisi bedah

Page 62: ASKEP FRAKTUR.doc

  Dorong masukkan nutrisi yang cukup  Dorong masukan cairan  Dorong istirahat  Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep  Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi  Ajarkan cara menghindari infeksi  Laporkan kecurigaan infeksi  Laporkan kultur positif

NIC :Teaching : disease Process

  Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik  Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan

fisiologi, dengan cara yang tepat.  Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat  Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat  Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat  Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat  Hindari harapan yang kosong  Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat  Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa

yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit  Diskusikan pilihan terapi atau penanganan  Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat

atau diindikasikan  Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat  Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal, dengan cara yang tepat  Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan

kesehatan, dengan cara yang tepat

DAFTAR PUSTAKA

Brunner, Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol.3. EGC. Jakarta

Page 63: ASKEP FRAKTUR.doc

Carpenito, LJ. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 . Jakarta: EGC

Doengoes, M.E., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.

Ircham Machfoedz, 2007. Pertolongan Pertama di Rumah, di Tempat Kerja, atau di Perjalanan. Yogyakarta: Fitramaya

Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius

Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika

Smeltzer, S.C., 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.

”Asuhan Keperawatan Fraktur”

A.      Pengertian

Beberapa pengertian fraktur menurut beberapa ahli :

o    Fraktur adalah terputusnya kontuinitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, fraktur

terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya (Smelter & Bare,

2002).

o    Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik (Price, 1995).

o    Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, kebanyakan fraktur akibat dari trauma, beberapa

fraktur sekunder terhadap proses penyakit seperti osteoporosis, yang menyebabkan fraktur yang

patologis (Barret dan Bryant, 1990).

o    Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang ditandai oleh rasa nyeri, pembengkakan,

deformitas, gangguan fungsi, pemendekan, dan krepitasi (Doenges, 2000).

Page 64: ASKEP FRAKTUR.doc

o    Fraktur adalah teputusnya jaringan tulang/tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda

paksa.

B.      Jenis Fraktur

o    Berdasarkan sifat fraktur

  Fraktur tertutup

Apabila fagmen tulang yang patah tidak tampak dari luar

  Fraktur terbuka

Apabila fragmen tulang yang patah tampak dari luar

o    Berdasarkan komplit / tidak komplit fraktur

  Fraktur komplit

Patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran bergeser dari posisi

normal)

  Fraktur inkomplit

Patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang

Misal :

  Hair line fraktur

  Green stick fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang sisi yang lain membengkok

o    Berdasarkan bentuk garis patah & hubungan dengan mekanisme tauma

  Fraktur transversal

Arah melintang dan merupakan akibat trauma angulasi / langsung

  Fraktur oblik

Arah garis patah membentuk sudut terhadap sumbu tulang dan merupakan akibat dari trauma

langsung

  Fraktur spiral

Arah garis patah spiral dan akibat dari trauma rotasi

  Fraktur kompresi

Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang)

Page 65: ASKEP FRAKTUR.doc

o    Istilah lain

  Fraktur komunitif

Fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen

  Fraktur depresi

Fraktur dengan bentuk fragmen terdorong ke dalam (sering terjadi pada tulang tengkorak dan

tulang wajah).

  Fraktur patologik

Fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista tulang, tumor, metastasis tulang).

  Fraktur avulsi

Tertariknya fragmen tulang oleh ligamen atau tendon pada perlekatannya.

(Smelter & Bare, 2002).

C.      Etiologi

o    Menurut Oswari E (1993)

  Kekerasan langsung

Terkena pada bagian langsung trauma

  Kekerasan tidak langsung

Terkena bukan pada bagian yang terkena trauma

  Kekerasan akibat tarikan otot

o    Menurut Barbara C Long (1996)

  Benturan & cedera (jatuh, kecelakaan)

  Fraktur patofisiologi (oleh karena patogen, kelainan)

  Patah karena letih

D.      Manifestasi Klinik

o    Nyeri

o    Deformitas (kelainan bentuk)

o    Krepitasi (suara berderik)

Page 66: ASKEP FRAKTUR.doc

o    Bengkak

o    Peningkatan temperatur local

o    Pergerakan abnormal

o    Echymosis (perdarahan subkutan yang lebar-lebar)

o    Kehilangan fungsi

(Smelter & Bare, 2002).

E.       Prinsip Penatalaksanaan Dengan Konservatif & Operatif

o    Cara Konservatif

Dilakukan pada anak-anak dan remaja dimana masih memungkinkan terjadinya pertumbuhan

tulang panjang. Selain itu, dilakukan karena adanya infeksi atau diperkirakan dapat terjadi

infeksi. Tindakan yang dilakukan adalah dengan gips dan traksi.

  Gips

Gips yang ideal adalah yang membungkus tubuh sesuai dengan bentuk tubuh. Indikasi dilakukan

pemasangan gips adalah :

  Immobilisasi dan penyangga fraktur

  Istirahatkan dan stabilisasi

  Koreksi deformitas

  Mengurangi aktifitas

  Membuat cetakan tubuh orthotik

Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan gips adalah :

  Gips yang pas tidak akan menimbulkan perlukaan

  Gips patah tidak bisa digunakan

  Gips yang terlalu kecil atau terlalu longgar sangat membahayakan klien

  Jangan merusak / menekan gips

  Jangan pernah memasukkan benda asing ke dalam gips / menggaruk

Page 67: ASKEP FRAKTUR.doc

  Jangan meletakkan gips lebih rendah dari tubuh terlalu lama

  Traksi (mengangkat / menarik)

Secara umum traksi dilakukan dengan menempatkan beban dengan tali pada ekstermitas pasien.

Tempat tarikan disesuaikan sedemikian rupa sehingga arah tarikan segaris dengan sumbu

panjang tulang yang patah. Metode pemasangan traksi antara lain :

  Traksi manual

Tujuannya adalah perbaikan dislokasi, mengurangi fraktur, dan pada keadaan emergency

  Traksi mekanik, ada 2 macam :

  Traksi kulit (skin traction)

Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk sturktur yang lain misal otot. Digunakan dalam waktu

4 minggu dan beban < 5 kg.

  Traksi skeletal

Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced traction. Dilakukan

untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal / penjepit melalui tulang / jaringan

metal.

  Kegunaan pemasangan traksi, antara lain :

  Mengurangi nyeri akibat spasme otot

  Memperbaiki & mencegah deformitas

  Immobilisasi

  Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi)

  Mengencangkan pada perlekatannya

  Prinsip pemasangan traksi :

  Tali utama dipasang di pin rangka sehingga menimbulkan gaya tarik

  Berat ekstremitas dengan alat penyokong harus seimbang dengan pemberat agar reduksi dapat

dipertahankan

  Pada tulang-tulang yang menonjol sebaiknya diberi lapisan khusus

Page 68: ASKEP FRAKTUR.doc

  Traksi dapat bergerak bebas dengan katrol

  Pemberat harus cukup tinggi di atas permukaan lantai

  Traksi yang dipasang harus baik dan terasa nyaman

  Cara operatif / pembedahan

Pada saat ini metode penatalaksanaan yang paling banyak keunggulannya mungkin adalah

pembedahan. Metode perawatan ini disebut fiksasi interna dan reduksi terbuka. Pada umumnya

insisi dilakukan pada tempat yang mengalami cedera dan diteruskan sepanjang bidang anatomik

menuju tempat yang mengalami fraktur. Hematoma fraktur dan fragmen-fragmen tulang yang

telah mati diirigasi dari luka. Fraktur kemudian direposisi dengan tangan agar menghasilkan

posisi yang normal kembali. Sesudah direduksi, fragmen-fragmen tulang ini dipertahankan

dengan alat-alat ortopedik berupa pen, sekrup, pelat, dan paku.

Keuntungan perawatan fraktur dengan pembedahan antara lain :

  Ketelitian reposisi fragmen tulang yang patah

  Kesempatan untuk memeriksa pembuluh darah dan saraf yang berada didekatnya

  Dapat mencapai stabilitas fiksasi yang cukup memadai

  Tidak perlu memasang gips dan alat-alat stabilisasi yang lain

o   Perawatan di RS dapat ditekan seminimal mungkin, terutama pada kasus-kasus yang tanpa

komplikasi dan dengan kemampuan mempertahankan fungsi sendi dan fungsi otot hampir

normal selama penatalaksanaan dijalankan

”Asuhan Keperawatan Pada Pasien Fraktur”

o   Pengkajian

Biodata Pasien

         Nama : Tn. B

Page 69: ASKEP FRAKTUR.doc

         Jenis Kelamin: Laki-laki

         Umur : 40 Th

         Agama : Islam

         Alamat : Simpang Tinju

         Tanggal masuk : 28 Oktober 2010

         Tanggal di data : 29 Oktober 2010

Pengkajian Data Dasar

1)      Riwayat Kesehatan

1.      Riwayat Kesehatan Sekarang

  Pasien mengatakan saat ini bagian kaki yang patah mengalami nyeri dan pasien mengatakan tidak

nyaman dengan kondisinya.

2.      Riwayat Kesehatan Dahulu

  Pasien mengatakan tidak pernah mengalami fraktur sebelumnya dan juga tidak pernah di rawat di

rumah sakit, dan tidak memiliki penyakit keturunan.

3.      Riwayat Kesehatan keluarga

  Pasien mengatakan tidak ada keluarganya yang menderita fraktur atau penyakit keturunan.

2)      Pengkajian Dasar

1.      Data Subjektif

a.       Pasien mengatakan nyeri pada bagian yang patah

b.      Pasien mengatakan sulit beraktivitas

c.       Pasien mengatakan tidak dapat bergerak bebas

d.      Pasien mengatakan jika menggerakkan bagian kakinya yang patah mengalami nyeri.

e.       Pasien mengatakan tidak nyaman

2.      Data Objektif

Page 70: ASKEP FRAKTUR.doc

a.       Bagian yang fraktur mengalami pembengkakan

b.      Pasien kelihatan meringis

c.       Pasien selalu memegang kakinya yang mengalami fraktur

d.      TD : 140/70 mmHg, S : 37, N : 120X/i, P : 26X/i

e.       Skala Nyeri 7

f.       Pasien selalu dibantu keluarganya dalam memenuhi kebutuhannya.

o   Diagnosa Keperawatan

 a. Nyeri b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera jaringan lunak,

pemasangan traksi, stress/ansietas.

b.      Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri, terapi restriktif

(imobilisasi)

c.       Gangguan integritas kulit b/d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat, sekrup)

d.      Risiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan kulit, taruma

jaringan lunak, prosedur invasif/traksi tulang)

(Doengoes, 2000)

o   Intervensi Keperawatan

a.      Nyeri b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera jaringan lunak,

pemasangan traksi, stress/ansietas.

Tujuan: Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang dengan menunjukkan tindakan santai, mampu

berpartisipasi dalam beraktivitas, tidur, istirahat dengan tepat, menunjukkan penggunaan

keterampilan relaksasi dan aktivitas trapeutik sesuai indikasi untuk situasi individual

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1.  Pertahankan imobilasasi bagian yang Mengurangi nyeri dan mencegah

Page 71: ASKEP FRAKTUR.doc

sakit dengan tirah baring, gips, bebat

dan atau traksi

2.  Tinggikan posisi ekstremitas yang

terkena.

3.  Lakukan dan awasi latihan gerak

pasif/aktif.

4.  Lakukan tindakan untuk meningkatkan

kenyamanan (masase, perubahan posisi)

5.  Ajarkan penggunaan teknik manajemen

nyeri (latihan napas dalam, imajinasi

visual, aktivitas dipersional)

6.  Lakukan kompres dingin selama fase

akut (24-48 jam pertama) sesuai

keperluan.

7.  Kolaborasi pemberian analgetik sesuai

indikasi.

Evaluasi keluhan nyeri (skala, petunjuk

verbal dan non verval, perubahan tanda-

tanda vital)

malformasi.

Meningkatkan aliran balik vena,

mengurangi edema/nyeri.

Mempertahankan kekuatan otot dan

meningkatkan sirkulasi vaskuler.

Meningkatkan sirkulasi umum,

menurunakan area tekanan lokal

dan kelelahan otot.

Mengalihkan perhatian terhadap

nyeri, meningkatkan kontrol

terhadap nyeri yang mungkin

berlangsung lama.

Menurunkan edema dan mengurangi

rasa nyeri.

Menurunkan nyeri melalui

mekanisme penghambatan rangsang

nyeri baik secara sentral maupun

perifer.

Menilai perkembangan masalah

klien.

 

b.          Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri, terapi

Page 72: ASKEP FRAKTUR.doc

restriktif (imobilisasi)

Tujuan : Klien dapat meningkatkan/mempertahankan mobilitas pada tingkat paling

tinggi yang mungkin dapat mempertahankan posisi fungsional meningkatkan kekuatan/fungsi

yang sakit dan mengkompensasi bagian tubuh menunjukkan tekhnik yang memampukan

melakukan aktivitas

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1.    Pertahankan pelaksanaan aktivitas

rekreasi terapeutik (radio, koran,

kunjungan teman/keluarga) sesuai

keadaan klien.

2.    Bantu latihan rentang gerak pasif

aktif pada ekstremitas yang sakit

maupun yang sehat sesuai keadaan

klien.

3.    Berikan papan penyangga kaki,

gulungan trokanter/tangan sesuai

indikasi.

4.    Bantu dan dorong perawatan diri

(kebersihan/eliminasi) sesuai

keadaan klien.

5.    Ubah posisi secara periodik sesuai

keadaan klien.

Memfokuskan perhatian,

meningkatakan rasa kontrol

diri/harga diri, membantu

menurunkan isolasi sosial.

Meningkatkan sirkulasi darah

muskuloskeletal, mempertahankan

tonus otot, mempertahakan gerak

sendi, mencegah kontraktur/atrofi

dan mencegah reabsorbsi kalsium

karena imobilisasi.

Mempertahankan posis fungsional

ekstremitas.

Meningkatkan kemandirian klien

dalam perawatan diri sesuai

kondisi keterbatasan klien.

Menurunkan insiden komplikasi

kulit dan pernapasan (dekubitus,

Page 73: ASKEP FRAKTUR.doc

6.    Dorong/pertahankan asupan cairan

2000-3000 ml/hari.

7.    Berikan diet TKTP.

8.    Kolaborasi pelaksanaan fisioterapi

sesuai indikasi.

9.    Evaluasi kemampuan mobilisasi

klien dan program imobilisasi.

atelektasis, penumonia)

Mempertahankan hidrasi adekuat,

men-cegah komplikasi urinarius

dan konstipasi.

Kalori dan protein yang cukup

diperlukan untuk proses

penyembuhan dan mem-

pertahankan fungsi fisiologis

tubuh.

Kerjasama dengan fisioterapis

perlu untuk menyusun program

aktivitas fisik secara individual.

Menilai perkembangan masalah

klien.

c.       Gangguan integritas kulit b/d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat,

sekrup)

Tujuan : Klien menyatakan ketidaknyamanan hilang, menunjukkan perilaku tekhnik

untuk mencegah kerusakan kulit/memudahkan penyembuhan sesuai indikasi, mencapai

penyembuhan luka sesuai waktu/penyembuhan lesi terjadi

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1.     Pertahankan tempat tidur yang

nyaman dan aman (kering, bersih,

alat tenun kencang, bantalan bawah

siku, tumit).

Menurunkan risiko

kerusakan/abrasi kulit yang lebih

luas.

Page 74: ASKEP FRAKTUR.doc

2.      Masase kulit terutama daerah

penonjolan tulang dan area distal

bebat/gips.

3.     Lindungi kulit dan gips pada daerah

perianal

4.      Observasi keadaan kulit, penekanan

gips/bebat terhadap kulit, insersi

pen/traksi.

Meningkatkan sirkulasi perifer dan

meningkatkan kelemasan kulit dan

otot terhadap tekanan yang relatif

konstan pada imobilisasi.

Mencegah gangguan integritas kulit

dan jaringan akibat kontaminasi

fekal.

Menilai perkembangan masalah

klien.

 

d.      Risiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan kulit, taruma

jaringan lunak, prosedur invasif/traksi tulang

Tujuan : Klien mencapai penyembuhan luka sesuai waktu, bebas drainase purulen atau

eritema dan demam

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1.    Lakukan perawatan pen steril dan

perawatan luka sesuai protokol

2.    Ajarkan klien untuk

mempertahankan sterilitas insersi

pen.

3.    Kolaborasi pemberian antibiotika

dan toksoid tetanus sesuai indikasi.

Mencegah infeksi sekunderdan

mempercepat penyembuhan luka.

Meminimalkan kontaminasi.

Antibiotika spektrum luas atau

spesifik dapat digunakan secara

Page 75: ASKEP FRAKTUR.doc

4.    Analisa hasil pemeriksaan

laboratorium (Hitung darah lengkap,

LED, Kultur dan sensitivitas

luka/serum/tulang)

5.      Observasi tanda-tanda vital dan

tanda-tanda peradangan lokal pada

luka.

profilaksis, mencegah atau

mengatasi infeksi. Toksoid tetanus

untuk mencegah infeksi tetanus.

Leukositosis biasanya terjadi pada

proses infeksi, anemia dan

peningkatan LED dapat terjadi

pada osteomielitis. Kultur untuk

mengidentifikasi organisme

penyebab infeksi.

Mengevaluasi perkembangan

masalah klien.

o   Implementasi

1. Mengobservasi tanda-tanda vital dan tanda-tanda peradangan lokal pada luka

         Pertahankan tempat tidur yang nyaman dan aman (kering, bersih, alat tenun kencang, bantalan

bawah siku, tumit).

         Mempertahankan imobilasasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips, bebat dan atau traksi

         Meninggikan posisi ekstremitas yang terkena.

         Mengubah posisi secara periodik sesuai keadaan klien

         Meakukan tindakan untuk meningkatkan kenyamanan (masase, perubahan posisi)

         Melakukan kompres dingin selama fase akut (24-48 jam pertama) sesuai keperluan.

         Berkolaborasi tentang pemberian analgetik & fisioterapi sesuai indikasi.

E.     Evaluasi

Page 76: ASKEP FRAKTUR.doc

S : Pasien mengatakan masih sulit untuk bergerak, dan masih nyeri.

O : Pasien masih kelihatan meringis.

A : Masalah belum sepenuhnya teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

Page 77: ASKEP FRAKTUR.doc
Page 78: ASKEP FRAKTUR.doc