askep - feokromositoma
DESCRIPTION
andri ke 11TRANSCRIPT
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Feokromositoma merupakan tumor yang biasanya bersifat jinak dan berasal
dari sel-sel kromafin medula adrenal. Pada 80% hingga 90 % pasien, tumor
tersebut timbul dalam medula kelenjar adrenal, sedangkan pada pasien lain
terjadi dalam jaringan kromafin extra adrenal yang berada di dalam atau dekat
aorta, ovarium, limpa, atau organ lainnya.
Feokromositom dapat terjadi pada segala usia, tetapi insidens puncaknya
terletak pada usia antara 25 dan 50 tahun (Whalen, Althausen & Daniels, 1992).
Penyakit ini menyerang laki-laki dan wanita dengan insiden yang sama. Karena
insiden feokromositoma yang tinggi diantara anggota keluarga, maka keluarga
harus waspada dan menjalani skrining untuk mendeteksi tumor ini. 10 %
feokromositoma terjadi secara bilateral, dan 10% ganas.
Menurut Bravo (1991) Feokromositoma merupakan penyebab tekanan
darah tinggi pada 0,1 % hingga 0,5 % penderita hipertensi. Meskipun jarang
terjadi, feokromositoma merupakan salah satu bentuk hipertensi yang biasanya
disembuhkan melalui pembedahan, tanpa deteksi dan terapi dini, penyakit ini
biasanya berakibat fatal.
Oleh karena itu pada kesempatan kali ini kami akan membahas tentang
feokromatisoma. Bagaimana tanda – tanda penyakitnya , bagaimana proses
perjalanan penyakitnya , serta bagaimana cara memberikan asuhan
keperawatan pada klien dengan kasus feokromatisoma.
B. Tujuan
Tujuan umum :
untuk menambah wawasan mengenai askep dengan klien
feokromatisoma
Tujuan khusus :
Untuk mengetahui diagnosa feokromatisoma
Untuk mengetahui intervensi feokromatisoma
Untuk mengetahui implementasi feokromatisoma
Untuk mengetahui evaluasi feokromatisoma
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Feokromatisoma merupakan tumor yang berasal dari sel – sel kromafin kelenjar
adrenal yang menyebabkan pembentukan katekolamin yang berlebihan. Dapat
terjadi pada pria maupun wanita dan segala usia. Namun, sering terjadi pada usia
30 – 60 tahun.
2. Etiologi
Etiologi penyakit Feokromatisoma yaitu :
a. Beberapa penderita memiliki penyakit keturunan yang disebut sindroma
endokrin multipel, yang menyebabkan mereka peka terhadap tumor dari
berbagai kelenjar endokrin.
b. Feokromositoma juga bisa terjadi pada penderita penyakit von Hippel-
Lindau, dimana pembuluh darah tumbuh secara abnormal dan
membentuk tumor jinak (hemangioma)
c. Pada penderita penyakit von Recklinghausen ( neurofinromatosis,
pertumbuhan tumor berdaging pada saraf ).
3. Manifestasi Klinik
a. Gejala yang paling menonjol adalah tekanan darah tinggi, yang bisa
sangat berat. Pada sekitar 50% penderita, tekanan darah tinggi ini bersifat
menetap
b. Jantung berdebar-debar dan berdenyut lebih cepat
c. Berkeringat berlebihan
d. Pernapasan cepat
e. Kulit dingin dan lembab
f. Sakit kepala hebat
g. Nyeri dada dan perut
h. Mual dan muntah
i. Gangguan penglihatan
j. Jari tangan kesemutan
4. Komplikasi
Komplikasi penyakit feokromatisoma yaitu :
a. Retinopati hipertensif
b. Nefropati hipertensif
c. Miokarditis
d. Peningkatan agresi trombosis
e. Gagal jantung kongestif trombosis
f. Gagal jantung kongestif dan vaskuler
g. Aritmia
h. Syok ireversible
i. Gagal ginjal
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemariksaaan Laboraterium
a. Pengukuran metabolit katekolamin urin
Metanefrin ( MN ) dan asam vanililmandelat ( VMA ) atau katekolamin
bebas merupakan tes diagnostik standar yang digunakan dalam
penegakan diagnostik feokromositoma
b. Tes provokatif
Sebagian besar tes ini jarang digunakan dalam evaluasi diagnostik karena
timbulnya hasil tes valse positif dan valse negatif karena adanya resiko
hipertensi serta hipotensi yang bisa terjadi.
c. Tes supresiksaan klonidin
Dapat dilakukan jika hasil pemeriksaan urin dan palasma tidak dapat
menegakkan diagnosis.
d. Pemeriksaan pencitraan
Seperti pemindai CT scan, MRI dan USG juga dapat dilakukan untuk
menentukan lokasi feokromositoma serta jumlah tumor yang ada.
6. Penatalaksanaan medis
Biasanya pengobatan terbaik adalah pengangkatan/ pembedahan
feokromositoma. Pembedahan seringkali ditunda sampai pelepasan katekolamin
dapat dikendalikan dengan pemberian obat-obatan, karena kadar katekolamin
yang tinggi bisa membahayakan proses pembedahan.
Pemilihan obat biasanya fenoksibenzimen dan propanololdiberikan secara
bersamaan, metirosin diberikan mengendalikan tekanan darah tinggi
Jika feokromositoma merupakan suatu kanker yang belum menyebar, maka
untuk membantu memperlambat pertumbuhannya bisa diberikan kemoterapi
berupa siklofosfamid, vinkristin dan dakarbazin.
Efek bahaya akibat katekolamin yang berlebihan bisa dihambat dengan
melanjutkan pemakaian fenoksibenzamin dan propanolol.
7. Intervensi Keperawatan
No Tanggal Diagnosa Keperawatan Tujuan dan K.H Perencanaan Rasional
1 26 maret
2012
09:30
Penurunan curah jantung
berhubungan dengan
vasokontriksi yang ditandai
dengan :
Ds :
klien mengatakan
jantungnya berdebar- debar
klien mengatakan sakit
pada dada kiri
Do :
klien tampak pucat
kulit dan akral dingin
Peningkatan
curah jantung
setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3x 24 jam
dengan kh :
jantung klien
tidak berdebar-
debar
klien tidak
mengeluh sakit
dada
kulit dan
akral klien hangat
pantau
frekuensi dan
irama jantung
auskultasi
bunyi jantung
anjurkan
tirah baring
dalam posisi
semi fowler
kolaborasi
pemberian
obat hidralazin,
minoksidil,
mengetahui
intervensi dini
memberikan
deteksi dini dan
terjadinya
komplikasi
peningkatan
expansi paru
peningkatan
vasodilatasi
nadi klien 85 x/ menit
konjungtiva pada mata
klien tampak pucat
nadi dalam
batas normal 60-
80 x/ menit
konjungtiva
tidak tampak
pucat
loniren
2 26 maret
2012
09 : 30
Ganguan perfusi jaringan
perifer berhubungan dengan
penurunan suplay oksigen
yang di tandai dengan :
Ds :
klien mengatakan
jantungnya berdebar- debar
klien mengatakan sakit
pada dada kiri
Do :
klien tampak pucat
kulit dan akral dingin
nadi klien 85 x/ menit
konjungtiva pada mata
klien tampak pucat
capilary refil > 3 detik
Perfusi jaringan
perifer adekuat
setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3 x 24 jam
dengan K.H :
sirkulasi
jaringan perifer
adekuat
Kulit klien
tidak tampak
pucat
Capilary
refill < 3 detik
Observasi
keadaan umum
Mengobservasi
TTV dan
Capilary Refill
Lakukan
latihan ROM
Pilihan
intervensi dini
Memberikan
informasi
tentang derajat
atau keadaan
perfusi jaringan
dan membantu
menentukan
kebutuhan
intervensi
Latihan
dapat
meningkatkan
sirklulasi yang
adekuat
3 26 maret
2012
09 : 30
Nyeri yang berhubungan
dengan efek patologis yang
ditandai dengan :
Nyeri hilang/
berkurang
setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
observasi
keluhan nyeri,
pantau skla
nyeri
menggunakan
memberikan
data dasar
untuk
mengevaluasi
Ds :
klien mengatakan
terasa nyeri pada daerah dada
dengan karakteristik
P : pada saat sesak
Q: terasa ditusuk- tusuk
R: pada dada daerah kiri
S: 4- 6 (sedang)
T: intermiten
Do :
klien tampak meringis
kesakitan
klien tampak
memegang dada kiri
selama 3 x 24 jam
dengan KH:
klien
mengatakan
nyeri berkurang
dengan skala 1- 3
klien tidak
tampak meringis
kesakitan
angka 0 – 10
lakukan
teknik
pengurangan
nyeri non
farmakologi
yang tepat
yaitu teknik
relaksasi atau
distraksi
beri
informasi
tentang
berbagai
strategi untuk
menambah
penurunan rasa
nyeri
kolaborasi
pemberian
obat- obatan
analgetik
kebutuhan atau
keefektifan
intervensi
sebagai
analgetik
tambahan
agar pasien
dan keluarga
dapat
melakukannya
sendiri tanpa
bantuan
perawat
untuk
menghilangkan
atau
mengurangi
nyeri
4 26 maret
2012
09 : 30
Intoleransi aktivitas yang
berhubungan dengan
ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen yang
ditandai dengan :
Ds :
klien mengatakan letih
Toleransi
aktivitas setelah
dilakukan
tindakan
keparawatan
selama 3 x 24 jam
dengan KH:
klien tidak
gunakan
teknik
penghematan
m energi
anjurkan
pasien untuk
menghentikan
aktivitas bila
mempengaruhi
pilihan
intervensi
mendorong
pasienm
melakukan hal
dengan
pada saat setelah beraktivitas
klien mengatakan ada
perasaan tidak nyaman
setelah beraktivitas
Do :
klien tampak lemah
klien tampak pucat
mengeluh letih
pada saat setelah
beraktivitas
klien tidak
terlihat pucat
klien tampak
rileks
klien tidak
terlihat lemah
nyeri dada,
nafas pendek,
kelemahan
atau pusing
terjadi
berikan
lingkungan
tenang, batasi
pengunjung
dan
pertahankan
tirah baring jika
diindikasikan
membatasi
penyimpanan
energi dan
mencegah
kelemahan
tidak
memperparah
kondisi
patologis
agar klien
dapat
beristirahat dan
menghemat
energy
8. Implementasi Keperawatan
No.
Dx
Tgl dan
Waktu
Tingkat Keperawatan dan Evakuasi Tindakan
Keperawatan
1 26
maret
2012
10:00
- Memantau frekuensi dan irama jantung
H: frekuensi jantung klien meningkat
R: klien tampak gelisah
- Melakukan auskultasi bunyi jantung
H: terdengar suara S3
- Menganjurkan tirah baring dalam posisi semi
fowler
2.
3
4
26
maret
2012
10:00
26
maret
2012
10:00
26
maret
2012
10:00
H: sesak klien berkurang
- Kolaborasi pemberian obat hidralazin, minoksidil,
loniten
H: peningkatan vasodilatasi
- Mengobservasi TTV dan capilarry refill
H: N: 82x/menit
RR: 26x/menit
S: 37 C
TD: 130/70 Mm/Hg
- Melakukan latihan ROM
H: Peningkatan sirkulasi darah
Capirally refill <3 detik
- menyelidiki keluhan nyeri, pantau skala nyeri
menggunakan angka 0-10
H: mengetahui tingkat nyeri dan skala nyeri 1-3
( ringan )
- memberikan obat analgetik secara teratur
H: nyeri berkurang
- mengkaji kemampuan ADL klien
H: mengatahui ADL klien
- memberikan lingkungan tenang,batasi
pengunjung dan kurangi suara bising,pertahankan
tirah baring bila di indikasi
H: Klien tampak nyenyak beristirahat
- menggunakan teknik menghemat energi, anjurkan
pasien istirahat bila terjadi kelelahan dan
kelemahan, anjurkan pasien melakukan aktivitas
semampunya (tanpa memaksakan diri
H: Mempertahankan energi
9. Evaluasi keperawatan
No
Dx
Tgl dan
WaktuPerkembangan (SOAP)
1 26
maret
2012
10:30
- Memantau frekuensi dan irama jantung
S: klien mengatakan jantungnya berdebar-debar
O: klien tampak gelisah
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan tindakan
2 26
maret
2012
10:30
- Menganjurkan tirah baring dalam posisi semi fowler
S: klien mengatakan terasa sesak
O: klien tampak sesak
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan tindakan
- Kolaborasi pemberian obat hidralazin, miroksidil,
coniten
S: klien mengatakan jantungnya tidak berdebar-debar dan
tidak sesak lagi
O: klien tampak tenang
klien tidak tampak sesak
nadi dalam batas normal 60-80x/menit
A: masalah teratasi
P: hentikan tindakan
- Mengobservasi TTV dan capirally reffil
S : klien mengatakan badannya terasa lemah dan
kepalanya terasa pusing
O: TTV:
N: 82x/menit
RR: 26x/menit
S: 37 C
TD: 130/70 Mm/Hg
A : Masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan tindakan
- Melakukan latihan ROM
S: Klien mengatakan badan tidak terasa lemah dan
kepalanya tidak terasa pusing lagi
3
4
26
maret
2012
10:30
26
maret
2012
10:30
O: - klien tidak tampak pucat
- Capirally refill <3 detik
A: masalah gangguan perfusi jaringan perifer teratasi
P: Hentika tindakan
Memberikan obat-obatan analgetik secara teratur
S: Klien mengatakan nyerinya terasa berkurang dengan
skala 1-3
O: Klien tidak tampak meringis kesakitan
A: masalah nyeri teratasi
P: Hentika tindakan
- Memberikan lingkungan tenang,batasi pengunjung
dan kurangi suara bising,pertahankan tirah baring bila di
indikasi
S: Klien mengatakan bisa beristirahat dengan nyenyak
Klien mengatakan bisa beraktivitas
O: Klien tampak segar
Klien tampak mampu melakukan aktivitas sendiri
A: masalah teratasi
P: Hentikan tindakkan
DISKUSI
A. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
I. Identitas klien
Indentitas terdiri dari nama, jenis kelamin, agama, suku, pekerjaan, status,
alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian, no bed, nama ruangan dan diagnosa
medis.
II. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan saat didata
Keluhan yang paling dirasakan adalah lemah, pucat, muntah, sakit
kepala, sesak, nafas cepat, nadi meningkat dan tekanan darah
meningkat
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Mempunyai riwayat penyakit von Hippel-Lindau, dimana pembuluh
darah tumbuh secara abnormal dan membentuk tumor jinak
(hemangioma) dan pada penderita penyakitvon Recklinghausen
(neurofinromatosis, pertumbuhan tumor berdaging)
c. Riwayat kesehatan keluarga
Beberapa penderita memiliki penyakit keturunan yang disebut sindroma
endokrin multipel, yang menyebabkan mereka peka terhadap tumor
dari berbagai kelenjar endokrin.
III. Data biologis
a. Nutrisi
a) Kehilangan berat badan
b) Anorexia (kehilangan nafsu makan)
b. Istirahat
Penderita kurang tidur akibat penyakit yang diderita
c. Eliminasi
Pola eliminasi tidak teratur
d. Personal hygnies
Keadaan kulit klien dingin, lembab dan pucat
e. Pola aktifitas
Aktivitas terhambat akibat penyakit yang diderita
IV. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum klien
Keadaan umum penderita lemah dan pucat
b. Kesadaran klien
Kesadaraan penderita apatis
c. Observasi TTV
N: 87x/menit
RR: 28x/menit
S: 37 C
TD: 140/80 Mm/Hg
d. Tinggi badan dan berat badan
Berat badan menurun
e. Neurosensori
Mengeluh pusing,sakit kepala, gangguan pada penglihatan, penurunan
kekuatan genggaman tangan
f. Pernapasan
Kerja pernapasan meningkat
g. Kardiovaskuler
Vasokonstriksi menyebabkan konstraksi jantung meningkat dan tekanan
darah meningkat
B. Evidence Based
I. CITATION
Sugiarto, R. P. , Larasanty, L. P. F., Swastini, D. A.
KAJIAN KELENGKAPAN INFORMASI MENGENAI INDIKASI DAN DOSIS OBAT
ANTIHIPERTENSI TUNGGAL YANG DIGUNAKAN SECARA PERORAL PADA
BERBAGAI
SUMBER LITERATUR TERSIER
II. SAMPLE
Interval 1 s/d 2 adalah klasifikasi rendah, > 2 s/d 3 adalah klasifikasi sedang,
dan > 3 s/d 4 adalah klasifikasi
tinggi.
III. HASIL
Dalam penelitian ini diperoleh diperoleh 25
jenis obat dari kelima golongan obat
antihipertensi lini pertama yang terdapat pada
seluruh literatur yang digunakan. Dua puluh lima
jenis obat tersebut antara lain : Amlodipin,
Atenolol, Bisoprolol, Enalapril, Felodipin,
Furosemid, Hidroklorotiazid, Imidapril,
Irbesartan, Kandesartan, Kaptopril, Karvedilol,
Klortalidon, Kuinapril, Lisinopril, Losartan,
Metoprolol, Nifedipin, Olmesartan, Propranolol,
Ramipril, Spironolakton, Telmisartan,
Trandolapril, dan Valsartan.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan,
diperoleh bahwa IONI memiliki nilai kelengkapan
indikasi dan kesesuaian dosis obat antihipertensi
yang paling tinggi jika dibandingkan dengan ISO
dan MIMS, sehingga bagi pengguna sebaiknya
merujuk ke penggunaan IONI, namun akan lebih
baik lagi jika tidak hanya menggunakan satu
sumber informasi saja.
C. Terapi Komplementer
Terapi komplementer adalah cara Penanggulangan Penyakit yang dilakukan sebagai
pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan pilihan
lain diluar pengobatan medis yang Konvensional.
Di Indonesia sendiri banyak jasa – jasa pengobatan komplementer atau yang sering
kita sebut sebagai pengobatan tradisional atau pengobatan alternatif. Nah, dalam kasus
ini terapi komplementer punya peran yang cukup penting bila mana pengobatan medis
sudah dilakukan namun hasilnya kurang sempurna, jadi terapi komplementer bersifat
melengkapi. Dalam kasus ini kita dapat menggunakan terapi komplementer seperti
mengajarkan teknik nafas dalam untuk mengurangi nyeri, atau menggunakan jamu atau
rempah – rempah khusus yang sudah dipercaya secara turun temurun dapat
meningkatkan derajat kesehatan kilen. Karena tentunya juga jika menggunakan obat –
obat kimia juga akan menghasilkan efek samping yang berbahaya. Akupuntur juga dapat
digunakan sebagai salah satu terapi untuk penyembuhan penyakit dan mungkin masih
banyak pengobatan – pengobatan tradisional dari indonesia ataupun negara – negara
lain yang dapat menyempurnakan terapi medis.
D. Farmakoterapi
Tindakan pembedahan untuk mengangkat tumor yg biasanya dilakukan
dengan adrenalektomi.Persiapan pendahuluan pra bedah berupa mengendalikan
tekanan dan volume darah yg efektif.Persiapan dilakaukan selama 10 hari samapi
minggu. Pasien harus telah mndapatkan terapi hidrasi yang baik pada saat sebelum,
selama dan sesudah pembedahaan hipotensi.
Manipulasi tumor pada saat eksisi dapat menyebabkan pelepasan epinefrin
dan norepinefrin yang tersimpan dalam jaringan tumor tersebut sehingga terjadi
peningkatan yang mencolok pada tekanan darah dan perubahan frekuensi jantung.
Eksplorasi bagian yang mungkin merupakan lokasi tumor biasanya dikerjakan untuk
memastikan pengangkatan keseluruhan tumor.Sebagian konsekuensinya, pasien
dapat mengalami stres dan efek samping dari tindakan bedah yang lama, yang
meningkatkan resiko hipertensi pasca kopertatif.
Terapi Penggantian Kostikoteriod diperlukan jika harus dilakukan
adrenalektomi bilateral. Kostikoteroid juga harus diberikan selama beberapa hari
atau minggu pertama setelah pengangkatan satu kalenjar adrenal. Penyuntikan
intravena kostikoteroid sodium subsinad dapat dimulai pada malam hari sebelum
pembedahaan dilakukan dan kemudian dilanjutkan selama awal periode pra operatif
untuk mencegah insofisiensi adrenal.
KESIMPULAN
Feokromatisoma merupakan tumor yang berasal dari sel – sel kromafin kelenjar
adrenal yang menyebabkan pembentukan katekolamin yang berlebihan. Penyakit ini dapat
menyerang pria atau wanita dan juga dapat terjadi pada semua usia, walaupun lebih sering
terjadi pada seorang yang berusia antara 30 – 60 tahun. Penyakit ini dapat disebab kan oleh
penyakit turunan (genetik) ataupun orang yang menderita penyakit – penyakit tertentu yang
berhubungan dengan sistem endokrin. Pengobatannya dapat dilakukan dengan cara
pembedahan ataupun menggunakan terapi komplementer. Pembedahan merupakan cara
yang paling dianjurkan karena penyakit tersbut berupa tumor, jadi harus dilakukan
pengangkatan sel – sel tumor sebelum menjalar jauh. Sedangkan terapi komplementer
sendiri dapat digunakan sebagai pilihan kedua atau alternatif bila mana hasil dari
pengobatan medis kurang sempurna.
SARAN
Jagalah keshatan anda mulai dari menjaga lingkungan agar bersih, mengatur pola makan,
pola istirahat, dan selalu berperilaku sehat, karena kita tidak tahu kapan penyakit akan
datang pada kita, jadi alangkah baiknya jika kita melakukan tindakan pencegahan sebelum
penyakit mendatangi kita.