askep dyspepsia
TRANSCRIPT
DYSPEPSIA
A. Pengertian
Dyspepsia merupakan istilah yang sering digunakan untuk menyatakan sejumlah gejala
yang umumnya dirasakan di perut bagian atas dan sering berhubungan dengan asupan
makan (Horrison, 1999). Dyspepsia adalah suatu penyakit saluran cerna yang disertai
dengan nyeri ulu hati ( epigastrium ), mual, muntah, kembung, rasa penuh atau rasa cepat
kenyang dan sendawa (Deddy, 2009). Dyspepsia bukanlah istilah yang terlalu baik untuk
penyakit ringan karena sakit tersebut disertai dengan pencernaan makanan yang abnormal.
Dyspepsia merupakan kumpulan/keluhan gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak
enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan.
B. Klasifikasi
Dyspepsia dibagi menjadi dua yaitu :
1. Dyspepsia Organik
Terjadi apabila telah diketahuio adanya kelainan organik sebagai penyebab atau
adanya kelainan sistemik yang jelas misalnya ( tukak peptik,
gastritis,pankriatitis,kolesitis dan lain-lainnya)
2. Dyspepsia Fungsional/non ulkos
Terjadi apabila tidak ada kejelasan penyebabnya atau tanpa didapat kelainan
struktur/organic.
Adapun klasifikasi klinis berdasarkan gejala yang ditimbulkan, antara lain:
1. Dyspepsia tipe refluks yakni adanya rasa terbakar pada epigastrium, dada atau
regurgitasi dengan gejala perasaan asam di mulut.
2. Dyspepsia tipe dismotilitas yakni nyeri epigastrium yang bertambah setelah makan,
disertai kembung, mudah kenyang, dan banyak flatus.
3. Dyspepsia tipe ulkus yaitu nyeri epigastrium yang reda setelah makan atau minum
antacid, biasanya nyeri dirasakan sebelum makan.
4. Dyspepsia non-spesifik yaitu dyspepsia yang tidak bisa digolongkan dalam salah satu
kategori di atas.
1
C. Etiologi
Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan timbulnya dyspepsia, antara lain:
- Pengaruh obat-obatan dengan pemakaian dalam waktu yang lama seperti: Aspirin, obat
anti inflamasi non steroid (AINS), obat antibiotic (makrolides, mikronidazole)
- Alkohol dan kopi: kafein yang terkandung dalam kopi merupakan stimulant kuat dari
sekresi asam lambung
- Stress/kondisi psikis
- Abnormalitas motorik gaster
- Perubahan pola makan yang tidak teratur
- Gastritis helicobacter pylori
- Kelainan GI fungsional
D. Patofisiologi
Dyspepsia sering juga disebut dengan penyakit gangguan pencernaan. Dyspepsia
sebagian besar disebabkan oleh adanya perubahan pola makan yang tidak teratur, pengaruh
obat-obatan dengan pemakaian jangka panjang, alcohol, stress, dan kelainan GI fungsional
seperti adanya tumor atau kanker. Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-
obatan yang tidak jelas, zat-zat sepert i nikotin dan alkohol serta kondisi
kejiwaan stress dapat menyebabkan pemasukan makanan men jad i ku r ang
s eh ing ga l ambung aka n kos ong . Kek oso ngan l am bun g dap a t
mengakibatkan erosi lambung akibat gesekan antara dinding-dinding lambung,
sehingga mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang merangsang terjadinya kondisi
asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah
sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun cairan.
Adapun gejala yang ditimbulkan akibat dyspepsia antara lain, nyeri epigastrium, mual,
muntah, kembung, anorexia, bahkan dapat menyebabkan hematemesis dan melena. Oleh
karena itu, penderita dyspepsia dapat mengalami gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit, gangguan keseimbangan nutrisi dan gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan
dengan nyeri epigastrium yang timbul.
2
E. Pathway
3
Obat-obatan : aspirin, AINSAlkohol
Gangguan pada mukosa lambung: trauma, luka bakar, sepsis
Stress/kondisi psikis
makroskopik
mikroskopik
Lesi erosi mukosa dengan lokasi yang berbeda
Erosi dengan regenasi epitek
Inflamasi neutrofik yang minimal
Sindrom dyspepsia
Nyeri epigastrium, mual, muntah, kembung, anorexia,
hematemesis, melena
Gangguan keseimbangan cairan
Resiko tinggi gangguan nutrisi kurang dari tubuh
Gangguan rasa nyaman, nyeri
F. Tanda dan Gejala
Gejala yang terdapat pada dyspepsia antara lain: nyeri perut bagian atas (diatas pusar),
bersendawa, mual (dengan atau tanpa muntah), kembung perut (perasaan perut yang penuh
tanpa penggelembungan yang obyektif), cepat kenyang (perasaan kenyang setelah jumlah
makan yang sangat kecil), dan, mungkin, penggelembungan perut (pembengkakan).
G. Manifestasi Klinis
Sindrom dispepsian berupa nyeri epigastrium, mual, kembung, muntah, merupakan
salah satu keluhan yang sering muncul. Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa
hemotemesis dan melena, kemudian disusun dengan tanda-tanda anemia pubca perdarahan.
Biasanya jika dilakukan anamnesis lebih dalam terhadap riwayat penggunaan obat-obatan
atau bahan kimia tertentu.
H. Pemeriksaan Penunjang
Endoskopi
Foto seri sinar-X
Test non-invasif untuk mendeteksi infeksi Helicobakter Pylori dengan IgG serologik
atau Urea Breath Test
USG dan CT Scan" → jika ada kelainan pada empedu / pankreas
Pengukuran PH Intraesophagus (monitor 24 jam)
Tes Laboratorium
I. Penatalaksanaan Medis
Diet lambung dengan porsi kecil dan sering, obat-obatan ditinjau untuk mengatur
sekresi asam lambung, berupa antagonis reseptor H2, inhibitor pompa proton, anti
kelinergik dan antasid. Juga ditujukan sebagai sitoprotektor berupa sukroltati dan
prostaglandim. Pada pusat-pusat yankes, dimana endiskopi tidak dapat dilakukan
penatalaksanaan diberikan seperti pada pasien dengan sindrom dispepsia, apalagi jika tes
serologi negatip pertama-tama yang dilakukan adalah mengatasi dan menghindari penyebab
gratitis akut. Kemudian diberikan pengobatan epiris berupa antosit, antagonis H2, / inhibitor
pompa proton dan obat-obat prokinetik. Jika endoskopi dapat dilakukan tropi eradikasi juga
diberikan pada seleksi khusus pasien yang menderita penyakit- penyakit seperti ukus
duodeni, dispepsia tipe ukus dan lain-lain.
4
J. Pengkajian
Keluhan Utama Pasien
Apa yang dirasakan oleh pasien mengenai penyakitnya?
Riwayat Kesehatan Pasien
Berapa lama klien menderita DM dan bagaimana penanganannya?
Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
Pemeriksaan Head To Toe
Adakah kelainan atau tanda infeksi pada pasien.
Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus
pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah
Integritas Ego
Stress, ansietas
Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus, penggunaan
diuretik.
Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
5
K. Masalah Keperawatan
1. Gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan pemasukan terbatas
2. Resiko tinggi gangguan nutrisi berhubungan dengan kebutuhan tubuh yang kurang
3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan nyeri epigastrium dan proses
patologi dyspepsia
L. Intervensi
1. Gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan pemasukan terbatas.
Tujuan: mempertahankan volume cairan yang adekuat
Kriteria hasil: pasien menunjukan membrane mukosa yang lembab, turgor kulit
baik, tanda-tanda vital stabil dan pengisian kapiler baik.
Intervensi:
Kaji tanda-tanda vital
Observasi adanya kulit kering dan membran mukosa, penurunan turgor kulit,
pengisian kapiler yang lambat
Berikan pengertian mengenai diit asupan makanan dan minuman
Anjurkan pasien untk minum yang banyak
Kolaborasi : berikan cairan pariental, tranfusi darah
Kolaborasi: awasi hasil laboratorium
2. Resiko tinggi gangguan nutrisi berhubungn dengan pemenuhan kebutuhan yang
kurang.
Tujuan: kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria hasil:
- Pasien dapat mencerna nutrisi sejumlah kalori yang dibutuhkan oleh tubuh
- Tidak ada tanda malnutrisi
Intervensi:
Catat masukan dan perubahan simtomatologi
Anjurkan tirah baring/ pembatasan aktifitas selama fase akut
Berikan pendidikan mengenai nutrisi yang diperlukan
Berikan nutrisi prental total, terapi iv sesuai indikasi
Kolaborasi: berikan terapi injeksi sesuai indikasi
6
3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan nyeri epigastrium dan proses
patologi dyspepsia
Tujuan: pasien menyatakan nyeri epigastrium hilang/ menurun.
Kriteria hasil: pasien tampak rileks dan mampu tidur dengan nyaman
Intervensi:
Kaji laporan nyeri abdomen, catat lokasi, lama dan intensitas nyeri
Dorong pasien untuk melaporkan nyeri
Observasi tanda-tanda vital dan distensi abdomen
Ajarkan langkah relaksasi pada pasien
Kolaborasi: berikan obat analgetik sesuai indikasi
7
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall.1997.Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6.EGC:
Jakarta
Deddy.2009.Kumpulan Askep: Dyspepsia, diunduh dari deddyrn.blogspot.com
tanggal 7 November 2011
Doengoes, Marilyn E.1999.Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3.EGC:
Jakarta
Horrison.1999.Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Edisi 13.EGC: Jakarta
Suyitno, Hari.2010.Asuhan Keperawatan Pasien Dyspepsia, diunduh dari
harisuyitno.blogspot.com tanggal 7 November 2011
8