askep dermatitis

36
ASKEP DERMATITIS ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengertian Dermatitis kontak ( dermatitis venenata ) merupakan reaksi inflamasi kulit terhadap unsure – unsur fisik, kimia atau biologi. Penyakit ini adalah kelainan inflamasi yang sering bersifat ekzematosoa dan disebabkan oleh reaksi kulit terhadap sejumlah bahan yang iritatif atau alergenik. Dermatitis kontak adalah peradangan oleh kontak dengan suatu zat tertentu, ruamnya terbatas pada daerah tertentu dan seringkali memiliki batas yang tegas. B. Etiologi Zat – zat yang dapat menyebabkan dermatitis kontak melelui 2 cara yaitu : Iritasi ( dermatitis iritan ) Reaksi alergi ( dermatitis kontak alergika ) Sabun detergen dan logam – logam tertentu bisa mengiritasi kulit setelah beberapa kali digunakan. Penyebab dermatitis kontak alergika Kosmetika : Cat kuku, penghapus cat kuku, deodorant, pelemban lotion sehabis bercukur, parfum, tabir surya. Senyawa kimia ( dalam perhiasan ) : nikel Tanaman : Racun IVY ( tanaman merambat ) racun pohon ek, sejenis rumput liar, primros.

Upload: widha-widyaningrum

Post on 02-Aug-2015

37 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Askep Dermatitis

ASKEP DERMATITIS

ASUHAN KEPERAWATAN

A.    Pengertian

Dermatitis kontak ( dermatitis venenata ) merupakan reaksi inflamasi kulit terhadap unsure

– unsur fisik, kimia atau biologi. Penyakit ini adalah kelainan inflamasi yang sering bersifat

ekzematosoa dan disebabkan oleh reaksi kulit terhadap sejumlah bahan yang iritatif atau

alergenik. Dermatitis kontak adalah peradangan oleh kontak dengan suatu zat tertentu, ruamnya

terbatas pada daerah tertentu dan seringkali memiliki batas yang tegas.

B.     Etiologi

Zat – zat yang dapat menyebabkan dermatitis kontak melelui 2 cara yaitu :

  Iritasi ( dermatitis iritan )

  Reaksi alergi ( dermatitis kontak alergika )

         Sabun detergen dan logam – logam tertentu bisa mengiritasi kulit setelah beberapa kali

digunakan.

         Penyebab dermatitis kontak alergika

Kosmetika : Cat kuku, penghapus cat kuku, deodorant, pelemban lotion sehabis bercukur,

parfum, tabir surya.

         Senyawa kimia ( dalam perhiasan ) : nikel

Tanaman : Racun IVY ( tanaman merambat ) racun pohon ek, sejenis rumput liar, primros.

         Obat – obat yang terkandung dalam kritim kulit : antibiotic ( penisilin, sulfonagnid, neomisin ),

autihistamin ( defenhidramin )

         Zat kimia yang digunakan dalam pengelolaan pakaian.

C.     Manifestasi Klinik

Gejala dermatitis kontak mencakup keluhan :

    Gatal – gatal      Rasa terbakar

     Lesi kulit ( vesikel )

      Edema yang diikuti oleh pengeluaran secret 

Page 2: Askep Dermatitis

   Pembentukan krusta serta akhirnya mengering dan mengelupas kulit.

Reaksi yang berulang – ulang dapat disertai penebalan kulit dan perubahan pigmentasi.

Invasi sekunder oleh bakteri dapat terjadi pada kulit yang mengalami ekskoriasis karena digosok

atau digaruk. Biasanya tidak terdapat gejala sistemik kecuali jika erupsinya tersebar luas.

D. Patofisiologi

Dermatitis Kontak Iritan

Pada dermatitis kontak iritan kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan

oleh bahan iritan melalui kerja kimiawi maupun fisik. Bahan iritan merusak lapisan tanduk,

dalam beberapa menit atau beberapa jam bahan-bahan iritan tersebut akan berdifusi melalui

membran untuk merusak lisosom, mitokondria dan komponen-komponen inti sel. Dengan

rusaknya membran lipid keratinosit maka fosfolipase akan diaktifkan dan membebaskan asam

arakidonik akan membebaskan prostaglandin dan leukotrin yang akan menyebabkan dilatasi

pembuluh darah dan transudasi dari faktor sirkulasi dari komplemen dan system kinin. Juga akan

menarik neutrofil dan limfosit serta mengaktifkan sel mast yang akan membebaskan histamin,

prostaglandin dan leukotrin. PAF akan mengaktivasi platelets yang akan menyebabkan

perubahan vaskuler. Diacil gliserida akan merangsang ekspresi gen dan sintesis protein.

Pada dermatitis kontak iritan terjadi kerusakan keratisonit dan keluarnya mediator-

mediator. Sehingga perbedaan mekanismenya dengan dermatis kontak alergik sangat tipis yaitu

dermatitis kontak iritan tidak melalui fase sensitisasi.

Ada dua jenis bahan iritan yaitu :

  Iritan kuat akan menimbulkan kelainan kulit pada pajanan pertama pada hampir semua orang,

    Iritan lemah hanya pada mereka yang paling rawan atau mengalami kontak berulang-ulang. Faktor  kontribusi, misalnya kelembaban udara, tekanan, gesekan dan oklusi, mempunyai andil pada terjadinya kerusakan tersebut.

Dermatitis Kontak Alergi

Pada dermatitis kontak alergi, ada dua fase terjadinya respon imun tipe IV yang

menyebabkan timbulnya lesi dermatitis ini yaitu :

1.      Fase Sensitisasi

Fase sensitisasi disebut juga fase induksi atau fase aferen. Pada fase ini terjadi sensitisasi

terhadap individu yang semula belum peka, oleh bahan kontaktan yang disebut alergen kontak

atau pemeka. Terjadi bila hapten menempel pada kulit selama 18-24 jam kemudian hapten

Page 3: Askep Dermatitis

diproses dengan jalan pinositosis atau endositosis oleh sel LE (Langerhans Epidermal), untuk

mengadakan ikatan kovalen dengan protein karier yang berada di epidermis, menjadi komplek

hapten protein. Protein ini terletak pada membran sel Langerhans dan berhubungan dengan

produk gen HLA-DR (Human Leukocyte Antigen-DR). Pada sel penyaji antigen (antigen

presenting cell).

Kemudian sel LE menuju duktus Limfatikus dan ke parakorteks Limfonodus regional dan

terjadilah proses penyajian antigen kepada molekul CD4+ (Cluster of Diferantiation 4+) dan

molekul CD3. CD4+berfungsi sebagai pengenal komplek HLADR dari sel Langerhans,

sedangkan molekul CD3 yang berkaitan dengan protein heterodimerik Ti (CD3-Ti), merupakan

pengenal antigen yang lebih spesifik, misalnya untuk ion nikel saja atau ion kromium saja.

Kedua reseptor antigen tersebut terdapat pada permukaan sel T. Pada saat ini telah terjadi

pengenalan antigen (antigen recognition). Selanjutnya sel Langerhans dirangsang untuk

mengeluarkan IL-1 (interleukin-1) yang akan merangsang sel T untuk mengeluarkan IL-2.

Kemudian IL-2 akan mengakibatkan proliferasi sel T sehingga terbentuk primed me mory T

cells, yang akan bersirkulasi ke seluruh tubuh meninggalkan limfonodi dan akan memasuki fase

elisitasi bila kontak berikut dengan alergen yang sama. Proses ini pada manusia berlangsung

selama 14-21 hari, dan belum terdapat ruam pada kulit. Pada saat ini individu tersebut telah

tersensitisasi yang berarti mempunyai resiko untuk mengalami dermatitis kontak alergik.

2.      Fase elisitasi

Fase elisitasi atau fase eferen terjadi apabila timbul pajanan kedua dari antigen yang sama

dan sel yang telah tersensitisasi telah tersedia di dalam kompartemen dermis. Sel Langerhans

akan mensekresi IL-1 yang akan merangsang sel T untuk mensekresi Il-2. Selanjutnya IL-2 akan

merangsang INF (interferon) gamma. IL-1 dan INF gamma akan merangsang keratinosit

memproduksi ICAM-1 (intercellular adhesion molecule-1) yang langsung beraksi dengan

limfosit T dan lekosit, serta sekresi eikosanoid. Eikosanoid akan mengaktifkan sel mast dan

makrofag untuk melepaskan histamin sehingga terjadi vasodilatasi dan permeabilitas yang

meningkat. Akibatnya timbul berbagai macam kelainan kulit seperti eritema, edema dan vesikula

yang akan tampak sebagai dermatitis.

Proses peredaan atau penyusutan peradangan terjadi melalui beberapa mekanisme yaitu

proses skuamasi, degradasi antigen oleh enzim dan sel, kerusakan sel Langerhans dan sel

keratinosit serta pelepasan Prostaglandin E-1dan 2 (PGE-1,2) oleh sel makrofag akibat stimulasi

Page 4: Askep Dermatitis

INF gamma. PGE-1,2 berfungsi menekan produksi IL-2R sel T serta mencegah kontak sel T

dengan keratisonit. Selain itu sel mast dan basofil juga ikut berperan dengan memperlambat

puncak degranulasi setelah 48 jam paparan antigen, diduga histamin berefek merangsang

molekul CD8 (+) yang bersifat sitotoksik. Dengan beberapa mekanisme lain, seperti sel B dan sel

T terhadap antigen spesifik, dan akhirnya menekan atau meredakan peradangan.

1.      

Penyimpangan KDM

Bahan iritan merusak lapisan tanduk

 lisosom, mitokondria dan

komponen-komponen inti sel mengalami kerusakan

 rusaknya membran lipid keratinosit

pengaktifan fosfolipase 

pembebasan asam arakidonik   

Pembebasan histamin,

prostaglandin dan leukotrin.

PruritusPerubahan polatidur

 

vasodilatasi dan

permeabilitas yang meningkat.

Page 5: Askep Dermatitis

 Timbul eritema, edema dan vesikula

   

Perubahan status kesehatan

Tidakmengenal sumber informasi

Kurang pengetahuan

 

Kerusakan integritas kulit Penampakan kulit

yang tidak baikKoping tidak

efektif     Perubahan citra

tubuh  

 

E.     Pencegahan

Pencegahan dermatitis kontak berarti menghindari berkontak dengan bahan yang telah

disebutkan di atas. Strategi pencegahan meliputi:

Merangsangpusat sarafDitrasmisikanke korteks serebri melalui thalamus

Nyeri dan gatal

 

Page 6: Askep Dermatitis

  Bersihkan kulit yang terkena bahan iritan dengan air dan sabun. Bila dilakukan secepatnya, dapat

menghilangkan banyak iritan dan alergen dari kulit.

  Gunakan sarung tangan saat mengerjakan pekerjaan rumah tangga untuk menghindari kontak

dengan bahan pembersih.

  Bila sedang bekerja, gunakan pakaian pelindung atau sarung tangan untuk menghindari kontak

dengan bahan alergen atau iritan.

F.      Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis gangguan integument yaitu :

  Biopsi kulit

Biopsi kulit adalah pemeriksaan dengan cara mengambil cintih jaringan dari kulit yang terdapat

lesi.

Biopsi kulit digunakan untuk menentukan apakah ada keganasan atau infeksi yang disebabkan

oleh bakteri dan jamur.

  Uji kultur dan sensitivitas

Uji ini perlu dilakukan untuk mengetahui adanya virus, bakteri, dan jamur pada kulit.

Kegunaan lain adalah untuk mengetahui apakah mikroorganisme tersebut resisten pada obat –

obat tertentu.

Cara pengambilan bahan untuk uji kultur adalah dengan mengambil eksudat pada lesi kulit.

  Pemeriksaan dengan menggunakan pencahayaan khusus

Pemeriksaan kulit perlu mempersiapkam pencahayaan khusus sesuai kasus. Factor pencahayaan

memegang peranan penting.

  Uji temple

Uji ini dilakukan pada klien yang diduga menderita alergi.

Untuk mengetahui apakah lesi tersebut ada kaitannya dengan factor imunologis.

Untuk mengidentifikasi respon alergi

Uji ini menggunakan bahan kimia yang ditempelkan pada kulit, selanjutnya dilihat bagaimana

reaksi local yang ditimbulkan.

Apabila ditemukan kelainan pada kulit, maka hasil nya positif.

  

Page 7: Askep Dermatitis

ASUHAN KEPERAWATAN

A.    Pengkajian

A.    Biodata

Biodara terdiri dari nama, jenis kelamin. Umur, agama, suku bangsa, pendidkan pendapatan

pekerjaan,nomor akses, alamat dan lain- lain

Dermatitis kontak dapat terjadi pada semua orang di semua umur sering terjadi pada

remaja dan dewasa muda dapat terjadi pada pria dan wanita.

Bila dibandingkan dengan dermatitis kontak iritan, jumlah penderita dermatitis kontak

alergik lebih sedikit, karena hanya mengenai orang yang kulitnya sangat peka (hipersensitif).

Dermatitis kontak iritan timbul pada 80% dari seluruh penderita dermatitis kontak sedangkan

dermatitis kontak alergik kira-kira hanya 20%. Sedangkan insiden dermatitis kontak alergik

terjadi pada 3-4% dari populasi penduduk. Usia tidak mempengaruhi timbulnya sensitisasi

namun dermatitis kontak alergik lebih jarang dijumpai pada anak-anak. Lebih sering timbul pada

usia dewasa tapi dapat mengenai segala usia. Prevalensi pada wanita dua kali lipat dari pada laki-

laki.

Bangsa kaukasian lebih sering terkena dari pada ras bangsa lain. Nampaknya banyak juga

timbul pada bangsa Afrika-Amerika namun lebih sulit dideteksi. Jenis pekerjaan merupakan hal

penting terhadap tingginya insiden dermatitis kontak.

B.     Riwayat Kesehatan

a)      Riwayat Kesehatan Sekarang

1.      Keluhan Utama

Pada kasus dermatitis kontak biasanya klien mengeluh kulitnya terasa gatal serta

nyeri.Gejala yang sering menyebabkan penderita datang ke tempat pelayanan kesehatan adalah

nyeri pada lesi yang timbul.

2.      Riwayat keluhan utama

Provoking Inciden, yang menjadi faktor presipitasi dari keluhan utama. Pada beberapa

kasus dematitis kontak timbul Lesi kulit ( vesikel ),terasa panas pada kulit dan kulit akan

berwarna merah, edema yang diikuti oleh pengeluaran secret. Kembangkan pola PQRST pada

setiap keluhan klien

  Provocative/palliative

Page 8: Askep Dermatitis

         Apa penyebab keluhan,

Apakah sebelumnya klien melakukan kontak dengan bahan-bahan tertentu yang menyebabkan

kerusakan pada kulit

         Apa yang membuat keluhan bertambah baik/ringan atau bertambah berat. Dengan menjauhi

sumber dermatitis kontak maka keluhan yang dirasakan akan berkurang

  Quality/quantity

         Bagaimana keluhan dirasakan, dilihat, didengar

Pada beberapa kasus dermatitis kontak biasanya klien akan merasakan gatal dan

nyeri pada daerah yang terkena bahan tertentu yang dapat menyebabkan keluhan

         Sejauh mana sakit dirasakan

Rasa sakit yang dirasakan mulai dari tingkat ringan sampai berat. Tergantung dari

lama kontak zat dengan kulit, konsentrasi zat serta tingkat sensitifitas kulit

  Region/radiation

         Dimana letak sakit

Tergantung dari daerah yang kontak dengan penyebab

         Area penyebarannya

Area penyebarannya misalnya kaki, luka pada tungkai, jari manis, tempat cedera, dibalik

perhiasan.

  Severitty scale

         Apakah mempengaruhi aktifitas

Terganggunya aktifitas tergantung dari letak,tingkat keparahan penyakit

         Seberapa jauh skala ringan/berat

Tergantung dari tingkat keparahan penyakitnya

  Timing

         Kapan mulai terjadi

         Kapan sering terjadi

         Apakah terjadinya mendadak atau perlahan-lahan

b)      Riwayat Kesehatan masa Lalu

Seperti apakah klien pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya, apakah pernah menderita

alergi serta tindakan yang dilakukan untuk mengatasinya selain itu perlu juga dikaji kebiasaan

klien.

Page 9: Askep Dermatitis

c)      Riwayat Kesehatan keluarga

Apakah ada salah seorang anggota keluarganya yang mengalami penyakit yang sama, tapi

tidak pernah ditanggulangi dengan tim medis. Dermatitis pada sanak saudara khususnya pada

masa kanak-kanak dapat berarti penderita tersebut juga mudah menderita dermatitis atopik

C.     Pemeriksaan fisik

1.      Keadaan umum

Ringan, sedang, berat.

2.      Tingkat Kesadaran

  Kompos mentis

  Apatis

  Samnolen, letergi/hypersomnia

  Delirium

  Stupor atau semi koma

  Koma

Tingkat Kesadaran dermatitis kontak biasanya tidak terganggu Dermatitis kontak termasuk tidak

berbahaya, dalam arti tidak membahayakan hidup dan tidak menular. Walaupun demikian,

penyakit ini jelas menyebabkan rasa tidak nyaman dan amat mengganggu.

3.      Tanda-tanda vital

         Tekanan darah

         Denyut nadi

         Suhu tubuh

         Pernafasan

4.      Berat Badan

5.      Tinggi Badan

6.      Kulit

Inspeksi

         radang akut terutama priritus ( sebagai pengganti dolor).

         kemerahan (rubor),

         gangguan fungsi kulit (function laisa).

         biasanya batas kelainan tidak tegas an terdapat lesi polimorfi yang dapat timbul secara serentak

atau beturut-turut.

Page 10: Askep Dermatitis

         terdapat Vesikel-veikel fungtiformis yang berkelompok yang kemudian membesar.

         Terdapat bula atau pustule,

         ekskoriasi dengan krusta. Hal ini berarti dermatitis menjadi kering disebut ematiti sika.

         terjadi deskuamasi, artinya timbul sisik. Bila proses menjadi kronis tapak likenifikasi dan

sebagai sekuele telihat

         hiperpigmentai tau hipopigmentasi.

Palpasi

         Nyeri tekan

         edema atau pembengkakan

         Kulit bersisik

7.      Keadaan Kepala

         Inspeksi

tekstur rambut klien halus dan jarang, kulit kepala nampak kotor.

         Palpasi

Periksa apakah ada pembengkakan/ benjolan nyeri tekan atau adanya massa. Bi

8.      Keadaan mata

         Inspeksi

a.   Palpebrae : tidak edema, tidak radang

b.   Sclera : Tidak ictertus

c.   Conjuctiva : Tidak terjadi peradangan

d.  Pupil : Isokor

e.   Posisi mata

Simetris/tidak : simertis

Gerakan bola mata : Normal

Penutupan kelopak mata : Tidak mengalam

gangguan

Keadaan visus : Normal

Penglihatan : Normal (tidak kabur )

         Palpasi

Tidak ada nyeri tekan

Tekanan Intra Okuler ( TIO ) tidak ada

Page 11: Askep Dermatitis

A.    Keadaan hidung

         inspeksi

-          simetris kiri dan kanan

-          Tidak ada pembengkakan dan sekresi

-          Tidak ada kemerahan pada selaput lendir

         Palpasi

-          Tidak ada nyeri tekan

-          Tidak ada benjolan/tumor

10.     Keadaan telinga

         inspeksi

-          telinga bagian luar simetris

-          tidak ada serumen/cairan, nanah

11.  Mulut

Inspeksi

a.       Gigi

-          Keadaan gigi : bersih

-          Ada karang gigi/karies

-          Tidak ada pemakaian gigi palsu

b.      Gusi

Tidak ada merah radang pada gusi

c.       Lidah

Lidah bersih

d.      Bibir

-          Tampak pucat

-          Kering pecah

-          Mulut tidak berbau

-          Kemampuan bicara normal

12.     Tenggorokan

a.       Warna mukosa : Kemerahan

b.      Nyeri tekan tidak ada

c.       Nyeri menelan tidak ada

Page 12: Askep Dermatitis

13.     Leher

         mInspeksi

a.       Kelenjar Thyroid : Tidak membesar

b.      Tidak ada pembengkakan atau benjolan

c.       Tidak ada distensi vena jugularis

         Palpasi

a.       Kelenjar Thyroid : Tidak terabah

b.      Kaku kuduk/tidak : -

c.       Kelenjar limfe : tidak membesar

d.      Tidak ada benjolan atau massa

e.       Mobilisasi leher normal

14.     Thorax dan pernafasan

@ Inspeksi

a.       Bentuk dada : Pigion chest

b.      Pernafasan : Inspirasi/ekspirasi, Frekuensi pernafasan, irama pernafasan

c.       Pengembangan diwaktu bernafas normal

d.      Dada simetris

e.       Tidak ada retraksi

f.       Tidak ada batuk

@ Palpasi

a.       Tidak ada nyeri tekan, massa, adanya vocal premitus

b.      Untuk mengetahui adanya massa

c.       Inadekuat ekspansi dada

@ Perkusi

sonor : Suara perkusi jaringan paru yang normal

@ Askultasi

a.       Mendengarkan suara pada dinding thoraks

b.      Suara nafas :

* Vesikuler

c.       Suara tambahan : -

d.      Suara Ucapan

Page 13: Askep Dermatitis

  Suara normal

15.     Jantung

@ Inspeksi : Ictus Cordis : Denyutan dinding toraks oleh karena kontraksi ventrikel kiri à

ditemukan pada ICS 5 linea medio clavicularis kiri.

@ Palpasi :

Normal

@ Perkusi

Jantung dalam keadaan normal

@ Auskultasi

Tidak ada murmur

16.     Pengkajian payudara dan ketiak

         Inspeksi :

  Payudara melingkar dan agak simetris dan ukuran sedang

  Tidak terdapat udema, tidak terdapat kemerahan atau lesi serta vaskularisasi normal

  Areola mamma agak kecoklatan

  Tidak adanya penonjolan atau retraksi akibat adanya skar atau lesi.

  Tidak ada keluaran, ulkus , pergerakan atau pembengkakan. Posisi kedua puting susu mempunyai

arah yang sama.

  ketiak dan klavikula tidak ada pembengkakan atau tanda kemerah-merahan.

         Palpasi

  Tidak adanya keluaran serta nyeri tekan.

17.     Abdomen

         Inspeksi :

  umbilikus tidak menonjol

  Tidak ada pembendungan pembuluh darah vena

  Tidak ada benjolan

  warna kemerahan

         Palpasi :

  Tidak ada rasa nyeri

  Tidak ada benjolan/ massa

  Tidak ada pembesaran pada organ hepar

Page 14: Askep Dermatitis

         Perkusi : Tympani

         Auskultasi : Peristaltik normal

18.  Genetalia dan Anus

   Genetalia :

     Inspeksi :

  Tidak ada prolapsus uteri, benjolan kelenjar bartolini,

  sekret vagina jernih

         Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

   Anus : Keadaan anus normal, tidak ada haemoroid, fissura, fistula.

19.     Ekstremitas

Ekstremitas atas

a.       Motorik

-          Pergerakan kanan/kiri : lemah

-          Pergerakan abnormal : seimbang antara kanan dan

kiri.

-          Kekuatan otot kiri/kanan : kekuatan otot kanan dan kiri

lemah

-          Koordinasi gerak : ada gangguan

b.      Refleks

-          Biceps kanan/kiri : Normal

-          Triceps kana/kiri : Normal

c.       Sensori

-          Nyeri : +

-          Rangsang suhu : +

-          Rasa raba : +

Ekstremitas bawah

a.       Motorik

-          Gaya berjalan : Normal

-          Kekuatan kanan/kiri : kekuatan kanan 5/kiri 5

-          Tonus otot kanan/kiri : menurun

b.      Refleks

Page 15: Askep Dermatitis

-          KPR kanan/kiri : -/-

-          APR kanan/kiri : -/-

-          Bebinski kanan/kiri : +/+

c.       Sensori

-          Nyeri : +

-          Rangsang suhu : +

-          Rasa raba : +

20    Status Neurologi

Saraf-saraf cranial

N I (Olfaktorius)

Klien mampu membedakan bau minyak kayu putih dan alcohol.

N II (Optikus)

Klien tidak dapat melihat tulisan atau objek dari jarak yang jauh.

N III,IV,VI (Okulomotorius, Cochlearis, Abdusen)

Mata dapat berkontraksi, pupil isokor, klien mampu menggerakkan bola mata kesegala arah.

N V (Trigeminus)

Fungsi sensorik : Klien mengedipkan matanya bila ada rangsangan.

Fungsi motorik : Klien dapat menahan tarikan pulpen dengan gigitannya.

N VII (Fasialis)

Klien dapat mengerutkan dahinya, tersenyum dan dapat mengangkat alis.

N VIII (Akustikus)

Klien dapat mendengar dan berkomunikasi dengan baik, tidak ditemukan adanya tuli konduktif

dan tuli persepsi.

N IX (Glosofaringeus)

Klien dapat merasakan rasa manis, pahit, pedas.

Page 16: Askep Dermatitis

N X (Fagus)

Klien tidak ada kesulitan mengunyah, klien tidak ada kesulitan menelan.

N XI (Assessoris)

Klien dapat mengangkat kedua bahu, tidak ada atropi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.

N XII (Hipoglosus)

Gerakan lidah simetris, dapat bergerak kesegala arah, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada

fasikulasi, indra pengecapan normal.

Tanda-tanda perangsangan selaput otak

                                                       I.            Kaku kuduk : -

                                                    II.            Kerning sign : -

                                                 III.            Refleks Brudzinski : -

                                                 IV.            Refleks Lasegu: -

D.    PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a.         Biopsi kulit

b.         Uji temple

c.         Pemeriksaan dengan menggunakan pencahayaan khusus

d.        Uji kultur dan sensitivitas

      E.     Pola Kegiatan Sehari-hari 1.              Nutrisi

Yang perlu dikaji adalah bagaimana kebiasaan klien dalam hal pola makan, frekwensi maka/hari,

nafsu makan, makanan pantang, makanan yang disukai banyak minuman dlm sehari serta

apakah ada perubahan Perubahan selama sakit

2.              Eliminasi

Pada eliminasi yang perlu dikaji adalah Kebiasaan BAK dan BAB seperti frekuensi,warna dan

konsistensi baik sebelum dan sesudah sakit

3.              Aktivitas

Pada penderita penyakit dermatitis kontak biasanya akan mengalami gangguan dalam

aktifitas karena adanya rasa gatal dan apabila mengalami infeksi maka akan mengalami

gangguan dalam pemenuhan aktifitas sehari-hari.

Page 17: Askep Dermatitis

4.              Istirahat

klien biasanya mengeluh susah tidur dimalam hari karena gatal serta adanya nyeri. Adanya

gangguan pola tidur akibat gelisah, cemas.

       F.             Pola Interaksi socialSecara umum klien yang mengalami dermatitis kontak biasanya pola interaksi sosialnya terganggu biasanya

akan merasa malu dengan penyakitnya.

G.          Keadaan PsikologisBiasanya klien mengalami perubahan dalam berinteraksi dengan orang lain dan biasanya klien lebih suka

menyendiri dan sering cemas dengan penyakit yang diderita. Pada keadaaan psikologis ada beberapa hal yang

perlu dikaji seperti bagaimana persepsi klien terhadap penyakit yang diderita sekarang, bagaimana harapan

klien terhadap keadaan kesehatannyaserta bagaimana pola interaksi dengan tenaga kesehatan &

lingkungan.

     H.    Kegiatan Keagamaan Biasanya klien beranggapan bahwa penyakit yang dideritanya merupakan cobaan untuknya dan pasti

terdapat hikmah untuknya.yang perlu dikaji pada kegiatan keagamaan seperti klien menganut agama apa selama

sakit klien sering berdoa.

I.       Pengelompokan data Data Subjektif Data Objektif

  Klien mengatakan lecet pada kulit jika

digaruk

  Klien mengatakan nyeri pada kulit

  Kulit klien tampak kering

  Kulit klien tampak bersisik

  Tampak adanya peradangan

  Klien nampak sering menggaruk

  Kulit klien tampak lecet

  Klien tampak gelisah

B.     Diagnosa keperawatan

1.      Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit

2.      Nyeri dan gatal yang berhubungan dengan lesi kulit

3.      perubahan pola tidur yang berhubungan dengan pruritus

4.      Perubahan citra tubuh yang berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak baik.

5.      Kurang pengetahuan tentang perawatan kulit dan cara – cara menangani kelainan kulit.

6.      Resiko infeksi berhubungan dengan lesi, bercak – bercak merah pada kulit

Page 18: Askep Dermatitis

C.     Rasional

DX I

Intervensi Rasional

Mandiri:

1.      pantau keadaan kulit pasien

2.      Jaga dengan cermat terhadap resiko

terjadinya cedera termal akibat penggunaan

kompres hangat dengan suhu yang terlalu

tinggi dan akibat cidera panas yang tidak

terasa ( bantalan pemanasan, radiator )

3.      Anjurkan pasien untuk menggunakan

kosmetik dan preparat tabir surya.

Kolaborasi

4.      Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian

obat anti histamine dan salep kulit

Mandiri

1. Mengetahui kondisi kulit untuk

dilakukan pilihan intervensi yang

tepat

2. Penderita dermatosis dapat

mengalami penurunan sensitivitas

terhadap panas.

3. Banyak masalah kosmetika pada

hakekatnya semua kelainan

malignitas kulit dapat dikaitkan

dengan kerusakan kulit kronik.

4. Penggunaan anti histamine dapat

mengurangi respon gatal serta

mempercepat proses pemulihan

DX 2

Intervensi Rasional

Mandiri:

1.      Periksa daerah yang terlibat

Mandiri

1. Pemahaman tentang luas dan

karakteristik kulit meliputi bantuan

Page 19: Askep Dermatitis

2.      Upaya untuk menemukan penyebab

gangguan rasa nyaman

3.      Mencatat hasil – hasil observasi secara rinci

dengan memakai terminology deskriptif

4.       Mengantisipasi reaksi alergi yang mungkin

terjadi ; mendapatkan riwayat pemakaian

obat.

5.      Kendalikan factor – factor iritan

6.      Pertahankan kelembaban kira – kira 60 % ;

gunakan alat pelembab.

7.      Pertahankan lingkungan dingin

8.      Gunakan sabun ringan ( Dove ) atau sabun

yang dibuat untuk kulit sensitive

( Neutrogena, Avveno ).

9.      Lepaskan kelebihan pakaian atau peralatan

di tempat tidur.

10.  Cuci linen tempat tidur dan pakaian dengan

sabun ringan

11.  Hentikan pemajanan berulang terhadap

detergen, pembersih, dan pelarut.

12.  Gunakan tindakan perawatan kulit untuk

mempertahankan integritas kulit dan

meningkatkan kenyamanan pasien.

13.  lakukan kompres penyejuk dengan air suam

dalam menyusun rencana intervensi.

2. Membantu mengidentifikasi tindakan

yang tepat untuk memberikan

kenyamanan.

3. Deskripsi yang akurat tentang erupsi

kulit diperlukan untuk diagnosisi dan

pengobatan. Banyak kondisi kulit

tampak serupa tetapi mempunyai

etiologi yang berbeda. Respons

inflamasi kutan mungkin mati pada

pasien lansia.

4. Ruam menyeluruh terutama dengan

aeitan yang mendadak dapat

mennjukkan reaksi alergi terhadap

obat.

5. Rasa gatal diperburuk oleh panas,

kimia, dan fisik.

6. Dengan kelembaban yang rendah,

kulit akan kehilangan air

7. Kesejukan mengurangi gatal

8. Upaya ini mencakup tidak adanya

larutan detegen, zat pewarna atau

bahan pengeras.

9. Meningkatkan lingkungan yang sejuk

10. Sabun yang keras dapat menimbulkan

iritasi kulit.

11. Setiap substansi yang mneghilangkan

Page 20: Askep Dermatitis

– suam kuku ataukompres dingin guna

meredakan rasa gatal.

14.  Atasi kekeringan ( serosis ) sebagaimana

dipreskripsikan.

Kolaborasi:

15.  Oleskan lotion dan krim kulit segera setelah

mandi

16.  Gunakan terapi topical seperti yang

dipreskripsikan.

17.  Anjurkan pasien untuk menghindari

pemakaian salep ayau lotion yang dibeli

tanpa resep dokter.

18.  Jaga agar kuku selalu terpangkas.

air, lipid atau protein dari epidermis

akan mengubah fungsi barier kulit.

12. Kulit merupakan barier yang penting

yang harus dipertahankan

keutuhannya agar dapat berfungsi

dengan benar.

13. Penghisapan air yang bertahap dari

kasa kompres akan menyejukkan

kulit dan meredakan pruritus.

14. Kulit yang kering dapat menimbulkan

daerah dermatitis dengan kemerahan,

gatal, deskuamasi dan pada bentuk

yang lebih berat, pembengkakan,

pembentukan lepuh, keretakan dan

eksudat.

Kolaborasi

15. Hidrasi yang efektif pada stratum

korneum mencegah gangguan lapisan

barier pada kulit.

16. Tindakan ini membantu meredakan

gejala

17. Masalah pasien dapat disebabkan

oleh iritasi atau sensitisasi karena

pengobatan sendiri.

18. Memotongan kuku akan mengurangi

kerusakan kulit karena garukan.

Page 21: Askep Dermatitis

DX 3

Intervensi Rasional

Mandiri :

1.      Bantu pasien melakukan gerak badan secara

teratur

2.      jaga kamar tidur agar tetap memiliki

ventilasi dan kelembaban yang baik.

Kolaborasi:

3. Cegah dan obati kulit yang kering

4. Anjurkan kepada klien menjaga kulit

selalu lembab

5. Anjurkan klien Menghindari

minuman yang mengandung kafein

menjelang tidur di malam hari.

6. Anjurkan klien Mengerjakan hal –

hal yang ritual dan rutin menjelang

tidur.

Mandiri :

1. Gerak badan memberikan efek yang

menguntungkan untuk tidur jika

dilaksanakan pada sore hari.

2. Udara yang kering membuat kulit

terasa gatal. Lingkungan yang

nyaman meningkatkan relaksasi.

3.      Pruritus noeturnal mengganggu tidur yang

normal.

4.      Tindakan ini mencegah kehilangan air. Kulit

yang kering dan gatal biasanya tidak dapat

disembuhkan tetapi bisa dikendalikan.

5.      Kafein memiliki efek puncak 2 – 4 jam

sesudah dikonsumsi.

6.      Tindakan ini memudahkan peralihan dari

keadaan terjaga menjadi keadaan tertidur. 

Page 22: Askep Dermatitis

DX 4

Intervensi Rasional

Mandiri:

1.      Kaji adanya gangguan pada citra diri pasien

( menghindari kontak mata, ucapan yang

merendahkan diri sendiri, ekpresi keadaan

muak terhadap kondisi kulitnya ).

2.      Identifikasi stadium psikososial tahap

perkembangan.

3.      Berikan kesempatan untuk pengungkapan.

Dengarkan ( dengan cara yang terbuka, tidak

menghakimi ) untuk mengekspresikan

berduka / ansietas tentang perubahan citra

tubuh.

4.      Nilai rasa keprihatinan dan ketakutan pasien.

Bantu pasien yang cemas dalam

mengembangkan kemampuan untuk menilai

diri dan mengenali serta mengatasi masalah.

5.      dorong sosialisasi dengan orang lain 

Mandiri:

1.      Gangguan citra diri akan menyertai setiap

penyakit atau keadaan yang tampak nyata

bagi pasien. Kesan sesorang terhadap dirinya

sendiri akan berpengaruh pada konsep diri

2.      Terhadap hubungan antara stadium

perkembangan, citra diri dan reaksi serta

pemahaman pasien terhadap kondisi kulitnya

3.      Pasien membutuhkan pengalaman yang

harus didengarkan dan dipahami.

4.      Tindakan ini memberikan kesempatan pada

petugas kesehatan untuk menetralkan

kecemasan yang tidak perlu terjadi dan

memulihkan realitas situasi. Ketakutan

merupakan unsure yang merusak adaptasi

pasien.

5.      Meningkatkan penerimaan diri dan

sosialisasi. 

Page 23: Askep Dermatitis

DX 5

Intervensi Rasional

1.      Tentukan apakah pasien mnegetahui

( memahami dan salah mengerti ) tentang

kondisi dirinya.

2.      Jaga agar pasien mendapatkan informasi

yang benar ; memperbaiki kesalahan

konsepsi / informasi

3.      Peragakan penerapan terapi yang

diprogramkan ( kompres basah ; obat topical

)

4.      Berikan nasihat kepada pasien untuk

menjaga agar kulit tetap lembab dan

fleksibel dengan tindakan hidrasi dan

pengolesan krim serta lotion kulit.

5.      Dorong pasien untuk mendapatkan status

nutrisi yang sehat

1.      Memberikan data dasar untuk

mengembangkan rencana penyuluhan

2.      Pasien harus memiliki perasaan bahwa ada

sesuatu yang dapat mereka perbuat.

Kebanyakan pasien merasakan manfaatnya.

3.      Memungkinkan pasien memperoleh

kesempatan untuk menunjukkan cara yang

tepat unutk melakukan terapi.

4.      Stratum korneum memerlukan air agar

fleksibilitas kulit tetap terjaga. Pengolesan

krim atau lotion untuk melembabkan kulit

akan memcegah agar kulit tidak menjadi

kering, kasar, retak, dan bersisik.

5.      Penampakan kulit mencerminkan kesehatan

umum seseorang. Perubahan pada kulit dapat

menandakan status nutrisi yang abnormal.

DX 6

Intervensi Rasional

1.      Miliki indeksi kecurigaan yang tinggi

terhadap suatu infeksi pada pasien yang

system kekebalannya teganggu.

2.      Berikan petunjuk yagn jelas dan rinci

kepada pasien mengenai program terapi

1.      Setiap keadaan yang mneggangu status imun

akan memperbesar resiko terjadinya infeksi

kulit.

2.      Pendidikan pasien yang efektif bergantung

Page 24: Askep Dermatitis

3.      Laksanakan pemakaian kompres basah

seperti yang diprogramkan untuk

mengurangi intensitas inflamasi

pada ketrampilan – ketrampilan

interpersonal professional kesehatan dan

pada pemberian instruksi yang jelas yang

diperkuat dengan instruksi tertulis.

3.      Kompres basah akan menghasilkan

pendinginan lewat pengisatan yang

menimbulkan vasokontriksi pembuluh drah

kulit dan dengan demikian mengurangi

eritema serta produksi serum. 

D.    Evaluasi

  Diagnosa I

1.      Tidak adanya maserasi.

2.      Tidak ada tanda – tanda cedara termal.

3.      Tidak ada infeksi.

4.      Memberikan obat topikal yang diprogramkan

  Diangnosa II

1.      Mencapai peredaran gangguan rasa.

2.      Mengutarakan dengan kata – kata bahwa gatal telah reda.

3.      Memeperlihatkan tidak adanya gejala ekskoriasi kulit karena garukan.

4.      Mematuhi terapi yang diprogramkan.

5.      Pertahankan keadekuatan hidrasi dan lubrikasi kulit.

6.      Menunjukan kulit utuh; kulit menunjukan kemajuan dalam penampilan yang sehat.

  Diagnosa III

1.      Mencapai tidur yang nyenyak.

2.      Melaporkan peredaran rasa gatal.

3.      Mempertahankan kondisi lingkungan yang tepat.

4.      Menghindari konsumsi kafein pada sore hari dan menjelang tidur malam hari.

5.      Mengenali tindakan untuk meningkatkan tidur.

  Diagnosa IV

Page 25: Askep Dermatitis

1.      Mengalami Mengembangkan peningkatan kemampuan untuk menerima diri sendiri.

2.      Mengikuti dan turut berpartisipasi dalam tindakan perawatan mandiri.

3.      Melaporkan perasaan dalam mengendalikan situasi.

4.      Menguatkan kembali dukungan positif dari diri sendiri

5.      Mengutarakan perhatian terhadap diri sendiri yang sehat.

6.      Tampak tidak begitu memperhatikan kondisi.

7.      Menggunakan tekhnik menyembunyikan kekurangan dan menekankan teknik untuk

meningkatkan penampilan.

  Diagnosa V

1.      pola tidur / istirahat yang memuaskan

2.      Perubahan citra tubuh yang berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak baik.

3.      Kurang pengetahuan tentang perawatan kulit dan cara – cara menangani kelainan kulit. Memiliki

pemahaman terhadap perawatan kulit.

4.      Mengikuti terapi seperti yang diprogramkan dan dapat mengungkapkan rasional tindakan yang

dilakukan.

5.      Menjalankan mandi, pencucian, barutan basah sesuai yang diprogramkan.

6.      Gunakan obat tropikal dengan tepat.

7.      Memahami pentingnya nutrisi untuk kesehatan kulit.

  Diagnosa VI

1.      Tetap bebas dari infeksi.

2.      Mengungkapkan tindakan perawatan kulit yang meningkatkan kebersihan dan mencegah

kerusakan.

3.      Mengidentifikasikan tanda dan gejala infeksi untuk dilaporkan.

4.      Mengidentifikasi efek merugikan dari obat yang harus dilaporkan ke petugas perawatan

kesehatan.

5.      Berpartisipasi dalam tindakan perawatan kulit ( misalnya mandi, dan penggantian balut ).

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth.2001.Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Harahap, Marwali, dkk. 2000. Pedoman Pengobatan Penyakit Kulit. Bandung: Alumni

Page 26: Askep Dermatitis

-----------------------------.2006. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates

Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jil. 2. Jakarta: Media Aesculapius.

NANDA.2006.Pedoman Diagnosa Keperawatan NANDA 2005 – 2006. Primamedika.