askep (1)

23
49 4.1.3 Rencana Keperawatan Pre Op No . Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Rasional Para f 1. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit dan prognosis Tujuan : Pasien menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan berkurangnya rasa cemas atau takut. KH : 1.Perasaan takut atau cemas berkurang 2.Pasien tampak rileks dan melaporkan ansietas 1. Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan 2. Berikan lingkungan terbuka dimana pasien merasa aman untuk mendiskusikan 1. Memberikan kesempatan untuk memeriksa rasa takut realistik serta kesalahan konsep tentang diagnosis. 2. Membantu pasien untuk merasa diterima pada Ns. B

Upload: dian-diningrum

Post on 09-Nov-2015

222 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Askep (1)

TRANSCRIPT

63

4.1.3 Rencana KeperawatanPre Op

No.DiagnosaTujuan dan Kriteria HasilIntervensi KeperawatanRasionalParaf

1.Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit dan prognosisTujuan : Pasien menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan berkurangnya rasa cemas atau takut.KH :

1. Perasaan takut atau cemas berkurang2. Pasien tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang pada tingkat dapat diatasi.3. Pasien dapat mendemonstrasikan penggunaan mekanisme koping efektif dan partisipasi aktif dalam aturan terapeutik 1. Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan 2. Berikan lingkungan terbuka dimana pasien merasa aman untuk mendiskusikan perasaan atau menolak bicara. 3. Pertahankan kontak sering dengan pasien 4. Berikan informasi akurat, konsisten mengenai prognosis. Hindari memperdebatkan tentang persepsi pasien terhadap situasi.

5. Jelaskan prosedur, berikan untuk bertanya dan jawaban jujur 6. Jelaskan pengobatan yang dianjurkan, tujuannya, potensial efek samping membantu pasien menyiapkan pengobatan. 1. Memberikan kesempatan untuk memeriksa rasa takut realistik serta kesalahan konsep tentang diagnosis.

2. Membantu pasien untuk merasa diterima pada adanya kondisi tanpa perasaan dihakimi dan meningkatkan rasa kontrol.

3. Memberikan keyakinan pada pasien bahwa pasien tidak sendiri atau ditolak berikan respek dan penerimaan individu mengembangkan kepercayaan.

4. Dapat menurunkan ansietas dan memungkinkan pasien membuat pilihan atau keputusan berdasarkan realita.

5. Informasi akurat memungkinkan pasien menghadapi situasi lebih efektif dengan realitas, karena dapat menurunkan ansietas dan rasa takut karena ketidaktahuan.

6. Pengobatan dapat meliputi pembedahan sehingga diharapkan pasien benar-benar siap untuk melaksanakannya Ns. B

2Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan salah interpelasi informasi tentang penyakit dan penatalaksanaannya.Tujuan : 1. Menyatakan pemahaman kondisi2. Mengidentifikasi hubungan tanda atau gejala berhubungan dengan prosedur pembedahan dan tindakan untuk menerimanya. KH :

1. Klien dapat menyebutkan kondisi yang dialaminya2. Klien dapat menyebutkan hubungan tanda dan gejala terhadap prosedur pembedahan1. Beri penjelasan tentang semua permasalahan yang berkaitan dengan penyakitnya 2. Dorong aktivitas sesuai toleransi dengan periode istirahat periodic3. Masalah yang diantisipasi selama penyembuhan 4. Identifikasi kebutuhan diet 5. Kaji ulang perawatan insisi bila tepat

1. Informasi yang tepat menambah wawasan klien sehingga klien tahu tentang keadaan dirinya2. Mencegah kelemahan, meningkatkan penyembuhan dan perasaan sehat dan mempermudah kembali ke aktivitas normal.

3. Faktor fisik, emosi, sosial mempunyai pengaruh kumulatif dapat memperlambat penyembuhan.

4. Memfasilitasi penyembuhan atau regenerasi jaringan

5. Memudahkan perawatan diri secara mandiri

Ns. D

Post OpNyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan sekunder terhadap tindakan operasi.Tujuan : Nyeri berkurang dalam waktu 2 x 24 jam setelah dilakukan tindakan operasi

KH :

1. Nyeri dapat hilang atau terkontrol

2. Keadaan umum pasien baik

3. Pasien tampak tenang

4. Intervensi 1. Kaji nyeri, catat lokasi 2. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman 3. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam 4. Pantau TTV 5. Observasi tingkat nyeri 6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik

1. Berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan penyembuhan

2. Lingkungan yang tenang dan nyaman membuat pasien merasa aman dan yakin bahwa ia dirawat dengan baik.

3. Mengurangi ketegangan abdomen sehingga dapat mengurangi nyeri

4. Untuk mengenal dan mengetahui penyimpanan dari perkembangan keadaan pasien secara dini.

5. Akan mengetahui lokasi perjalanan dan lamanya

6. Menghilangkan nyeri mempermudah kerjasama dengan intervensi terapi lain.Ns. B

Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidaknyamanan sekunder adanya luka pembedahanTujuan :

Pasien dapat melakukan aktivitas dalam waktu 2 x 24 jamKH :

1. Pasien mengatakan tidak nyeri pada luka operasi 2. Pasien tidak tampak menyeringai kesakitan 3. Pasien tidak melindungi daerah yang nyeri4. Skala nyeri berkurang1. Observasi TTV2. Evaluasi rasa sakit secara regular3. Lakukan reposisi sesuai petunjuk misal : semi fowler 4. Ajarkan penggunaan teknik relaksasi misal latihan nafas dalam 5. Kolaborasi dalam pemberian analgesik 1. Dapat menghindari rasa takut dan ketidaknyamanan

2. Menyediakan informasi mengenai efektifitas intervensi

3. Mengurangi rasa nyeri dan melancarkan sirkulasi

4. Melepaskan ketegangan emosional dan otot

5. Menurunkan nyeri dan spasme ototNs. D

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan interupsi mekanis pada kulit, pengangkatan bedah kulit atau jaringanTujuan : Luka operasi mencapai penyembuhan tepat pada waktunyaKH :

1. Tercapainya penyembuhan luka 2. Mencegah komplikasi 3. Tidak timbul jaringan 1. Periksa luka secara teratur, catat karakteristik dan integritas kulit 2. Anjurkan pasien untuk tidak menyentuh daerah luka 3. Secara hati-hati lepaskan perekat dan pembalut saat mengganti balutan 4. Kolaborasi dalam pemberian antibiotik 1. Mengobservasi adanya kegagalan proses penyembuhan luka2. Mencegah kontaminasi luka 3. Mengurangi resiko trauma kulit 4. Diberikan secara profilaksis atau untuk mengobati infeksi khusus dan meningkatkan penyembuhan.

Ns. B

Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan pembedahan, prosedur invasifTujuan : Tidak terjadi infeksi selama perawatan di rumah sakitKH :

1. Suhu tubuh pasien dalam batas normal (36 37 o C) 2. Tidak ada tanda infeksi 3. Tidak ada pus pada luka pasien 1. Observasi TTV 2. Lakukan tindakan keperawatam luka secara antiseptik dan septik 3. Inspeksi balutan abdominal terhadap eksudat atau membesar4. Dorong masukan cairan oral dan diit tinggi kalori protein, vitamin C dan zat besi 5. Bersihkan luka dan ganti balutan bila basah 6. Tingkatkan istirahat7. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik 1. Dapat mengidentifikasi terjadi infeksi

2. Mencegah kontaminasi luka 3. Keadaan rembesan dapat menandakan hematoma, gangguan penyatuaan jahitan atau desisiensi luka

4. Mempercepat proses penyembuhan 5. Lingkungan lembab merupakan media paling baik untuk pertumbuhan bakteri 6. Istirahat menurunkan proses metabolisme, memungkinkan O2 dan nutrien digunakan untuk penyembuhan

7. Antibiotik mencegah terjadinya infeksiNs. D

4.1.4 Implementasi Keperawatan

Hari/tanggalNo. DxImplementasi KeperawatanParaf

Senin, 10 Februati 201411. Mendorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan 2. Memberikan lingkungan terbuka dimana pasien merasa aman untuk mendiskusikan perasaan atau menolak bicara. 3. Mempertahankan kontak sering dengan pasien 4. Memberikan informasi akurat, konsisten mengenai prognosis. Hindari memperdebatkan tentang persepsi pasien terhadap situasi.

5. Menjelaskan prosedur, berikan untuk bertanya dan jawaban jujur 6. Menjelaskan pengobatan yang dianjurkan, tujuannya, potensial efek samping membantu pasien menyiapkan pengobatan.Ns B

Minggu, 16 Februari 201431. Mengkaji tingkat, skala nyeri, catat lokasi 2. Menciiptakan lingkungan yang tenang dan nyaman 3. Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam 4. Memantau TTV 5. Mengobservasi tingkat nyeri 6. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik Ns C

4.1.5 Evaluasi Keperawatan

S : respon subjektif yang dirasakan pasien setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatanO : data objektif yang diperoleh perawat setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatanA: hasil analisis perawat terhadap kondisi pasien setelah dilakukan tindakan keperawatanP: rencana tindakan keperawatan selanjutnyaBAB 5. PENUTUP

5.1Kesimpulan

Tumor adalah benjolan atau suatu pertumbuhan bisa ganas bisa jinak. Faktor pemicu munculnya tumor banyak sekali, antara lain pencemaran lingkungan hidup, termasuk udara akibat debu dan asap pembakaran kendaraan ataupabrik. Asap kendaraan, misalnya, mengandung dioksin yang dapat memperlemah daya tahan tubuh, termasuk daya tahan seluruh selnya. Kista vulva umumnya ditemukan pada golongan sosial ekonomi rendah dengan hygiene seksual yang kurang mendapat perhatian, obesitas dan hipertensi (>50%). Sembilan puluh persen tumor ovarium adalah jinak, dan bervariasi dengan umur. Kebanyakan tumor ovarium jinak bersifat kistik. Kebanyakan benjolan jinak pada payudara berasal dari perubahan normal pada perkembangan payudara, siklus hormonal, dan perubahan reproduksi.

5.2Saran

Pada wanita sebaiknya menjaga dirinya dengan pola hidup yang sehat, berolahraga, menjaga makanan yang tidak berkolesterol tinggi, dan menjaga personal hygiene.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Churchill., 1991. Sytemic Pathology. Third edition, vol. 6 Female Reproductive system. London.

Arvin (dkk). 2000. Ilmu Kesehatan anak Nelson (Vol. 3). Jakarta: EGC.

Capenito, Lynda Jall. 1997. Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.

Corwin J. Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Cunningham GF, Mac Donald PC, Gant NF, Leveno, Gilstrap, Hankins, et.al.2005. Williams Obstetric. USA: Mc-Graw Hill Companies.

Doenges E, Marylyn. 1999. Rencana Asuhn Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC

Doenchoelter, Johan H. 1988. Ginekologi Greeenhill. Terjemahan Chandra Sanusi. Edisi 120. EGC. Jakarta.

Ensiklopedia. 2008. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta: EGC.

Faiz, O. & Moffat, D. 2003. At a Glance Anatomi. Jakarta: Erlangga.

Handayani, Tri Lestari. (Tanpa Tahun). Kista Ovarium. http://trilestari.staff. umm.ac.id/files/2010/01/KISTA-OVARIUM.ppt [9 Februari 2014].

Julian, MD, Thomas., 1997. A Manual of Clinical Colposcopy. New York : The Parthenon Publishing Group.

Manuaba, Ida Ayu Chandranita dan Gede, Ida Bagus. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.

Manuaba, Ida Ayu Chandranita,dkk. 2008. Gawat Darurat Obstetri-Giekologi dan Obstetri-Ginekologi Sosial Untuk Profesi Bidan. Jakarta: ECG.

Muchtar, Rustman. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.

Pearce C. Evelyn. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT. Gramedia. books.google.co.id/books?isbn=9796860651.

Price, Sylvia Anderson. 1994. Pathophysiology: Clinical Concepts Of Disease Processes. Alih Bahasa Peter Anugrah. Ed. 4. Jakarta: EGC.Rasjidi, Imam. 2009. Epidemiologi Kanker Serviks. Divisi Ginekologi Onkologi, Departemen Obstetri dan Ginekologi Siloam Hospitals, Lippo Karawaci, Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan, Tangerang Indonesian Journal of Cancer Vol. III, No. 3 Juli - September 2009.

Saifuddin, AB. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Sastrawinata, Sulaiman. 1981. Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas kedokteran UNPAD. Bandung: Elstar Obset.

Smeltzer Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta: EGC.

Tortora, G.J., Bryan D. 2007. Principles Of Anatomy And Physiology. USA: John Wiley Dan Sons ,Inc.

Wiknjosastro. Hanifa. 2009. Ilmu Kandungan. PT.BPSP: Jakarta

Wiknjosastro, Hanifa. 1997. Ilmu Kebidanan. Edisi 3. Jakarta: Yayasan Nina Pustaka Sarwono Prawirohardjo