askeb bayi balita

40
ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA BAYI YANG TIDAK DIBERI ASI Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Disusun Oleh: Tifani Anisa Muslikhah 105070601111019 PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Upload: tifany-anisa-muslikhah

Post on 22-Dec-2015

72 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

uraian asuhan kebidanan tentang bayi dan balita tanpa ASI

TRANSCRIPT

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA BAYI YANG

TIDAK DIBERI ASI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Disusun Oleh:

Tifani Anisa Muslikhah

105070601111019

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2013

Tinjauan Pustaka

A. ASI

1. Pengertian ASI

Air susu ibu (ASI) adalah makanan bayi yang paling penting

terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan (Soetjiningsih, 1997:1).

ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang

seimbang dan sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan bayi, karena ASI

adalah makanan bayi yang paling sempurna baik secara kualitas maupun

kuantitas. ASI sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi

kebutuhan tumbuh kembang bayi normal sampai usia 4-6 bulan.

ASI adalah emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan

garam organik yang di sekresi oleh kelenjar payudara ibu. Komposisi

ASI tidak sama dari waktu ke waktu. Komposisi ASI dibedakan menjadi

tiga macam yaitu:

a) Kolostrum, yaitu ASI yang keluar pada hari pertama sampai hari

ketiga setelah bayi lahir, berwarna agak kekuningan lebih kuning

dari ASI biasa, teksturnya agak kasar karena mengandung butiran

lemak dan sel-sel epitel.

b) ASI masa transisi, yaitu ASI yang dihasilkan mulai hari keempat

sampai hari kesepuluh.

c) ASI matur, yaitu ASI yang dihasilkan hari kesepuluh sampai

seterusnya. (Retna, 2008).

2. Manfaat ASI

a) Bagi Bayi

1) ASI sebagai nutrisi.

2) Makanan terlengkap untuk bayi yang terdiri dari proporsi yang

seimbang dan cukup mengandung zat gizi yang diperlukan

untuk 6 bulan pertama.

3) Mengandung antibodi (terutama kolostrum) yang melindungi

terhadap penyakit terutama diare dan gangguan pernapasan.

4) Menunjang perkembangan motorik bayi.

5) Meningkatkan jalinan kasih sayang antara ibu dan bayi.

6) ASI selalu tersedia dan dalam suhu yang sesuai dengan tubuh

bayi.

7) ASI mudah dicerna oleh usus bayi dan zat gizinya mudah

diserap.

8) Melindungi terhadap alergi karena tidak mengandung zat yang

dapat menimbulkan alergi.

9) Mengandung cairan yang cukup untuk kebutuhan bayi selama

6 bulan pertama.

10) Mengandung asam lemak yang diperlukan untuk pertumbuhan

otak.

11) Menunjang perkembangan kepribadian, kecerdasar emosional,

kematangan spiritual, dan hubungan sosial yang baik.

b) Bagi Ibu

1) Mengurangi pendarahan setelah melahirkan.

2) Menjarangkan kehamilan (metode MAL).

3) Membantu timbulnya kontraksi uterus pascapersalinan.

4) Membantu meningkatkan produksi ASI jika disusukan segera

setelah lahir.

5) Mencegah pembengkakan payudara.

6) Ekonomis/murah.

7) Menurunkan risiko terjadinya kanker payudara.

8) Memberi kepuasan pada ibu.

c) Bagi Keluarga

1) Aspek ekonomis

Pengeluaran biaya untuk perawatan bayi dapat

berkurang karena adanya ASI yang tidak perlu beli. Selain itu,

bayi yang diberikan ASI akan jarang sakit sehingga

mengurangi biaya berobat.

2) Aspek psikologis

Kebahagiaan keluarga bertambah, karena kelahiran

lebih jarang, sehingga suasana kejiwaan ibu baik dan dapat

memaksimalkan hubungan ibu dan bayi dalam keluarga.

3) Aspek kemudahan

Menyusui adalah suatu hal yang praktis, karena dapat

diberikan kapan saja dan dimana saja. Keluarga tidak perlu

repot menyiapkan air panas, botol dan dot yang juga harus

dibersihkan.

d) Bagi Masyarakat

1) Menyusui/memberikan ASI kepada bayi dapat mengatasi

masalah kelaparan. Pada kebanyakan masyarakat, banyak

keluarga dan individu tidak mempunyai makanan yang cukup,

oleh karena itu sering menderita kelaparan.

2) Para ibu harus yakin bahwa mereka dapat memberikan

makanan yang terbaik bagi bayi balita mereka. Bahkan ibu

yang kelaparan karena tidak mampu membeli makanan setiap

hati masih dapat memberi ASI lebih sering daripada ibu yang

mendapat makanan yang cukup.

3) Meningkatkan kualitas hidup bayi balita.

3. Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pemberian

ASI menurut beberapa jurnal penelitian, diantaranya adalah:

1. Faktor fisik

Pada keadaan tertentu ibu memang dilarang oleh dokter untuk

menyusui, yang dianggap baik untuk kepentingan ibu (misalnya

ibu dengan gagal jantung dan Hb rendah). Alasan yang cukup

sering digunakan oleh ibu untuk berhenti menyusui baik

sementara atau dalam waktu lama adalah karena ibu sedang

sakit. Para ibu beranggapan bahwa jika dia tetap menyusui bayi

ketika mereka sedang sakit maka penyakitnya dapat menular ke

bayinya (Arifin, 2004).

2. Faktor psikologis

Takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita.

Adanya anggapan bahwa dengan menyusui akan merusak

penampilan atau bentuk tubuh seorang wanita. Padahal

setiap ibu yang mempunyai bayi pasti akan mengalami

perubahan pada bentuk payudaranya baik ia menyusui atau

tidak menyusui.

Tekanan batin.

Ada sebagian kecil ibu yang mengalami tekanan batin di

saat menyusui bayi sehingga dapat mendesak ibu untuk

mengurangi frekuensi dan lama menyusui bayinya, bahkan

mengurangi menyusui (Arifin, 2004).

3. Faktor lingkungan

Dukungan keluarga

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Irma Eva Y, dkk

(2009) dukungan keluarga sangat memberikan arti yang

besar agar ibu dapat memberikan ASI pada bayinya,

terutama dari suaminya.

Perubahan sosial budaya

a. Ibu yang bekerja cenderung akan mengurangi

kesediaan menyusui dan lamanya menyusui.

b. Persepsi masyarakat yang bergaya hidup mewah

membawa dampak menurunnya kesediaan menyusui.

Bahkan terdapat pandangan di kalangan tertentu bahwa

pemberian susu botol sangat cocok dan terbaik untuk

bayi.

c. Budaya modern dan perilaku masyarakat yang meniru

negara barat mendesak para ibu untuk segera menyapih

bayinya dan memilih air susu buatan sebagai jalan

keluarnya (Arifin, 2004).

4. Faktor pelayanan kesehatan

Dukungan petugas kesehatan.

Ibu yang tidak mendapatkan dukungan dari petugas

kesehatan cenderung berperilaku tidak memberikan ASI

pada bayinya jika dibandingkan dengan ibu yang mendapat

dukungan petugas kesehatan. Kecenderungan ini dapat

disebabkan karena belum semua petugas kesehatan di unit

persalinan dapat memenuhi tanggungjawab secara efektif,

dimana seorang dokter, bidan, perawat dan ahli gizi

bertanggungjawab untuk memberikan penyuluhan tentang

pentingnya memberikan ASI kepada bayi serta cara

menyusui yang benar. Masih banyak ditemui di lapangan

bahwa bidan-bidan praktik swasta memberikan susu

formula kepada bayi baru lahir (Eva, 2009).

Pengelolaan laktasi di ruang bersalin. Untuk menunjang

keberhasilan laktasi, bayi hendaknya disusui segera atau

sedini mungkin setelah lahir. Namun tidak semua persalinan

dapat berjalan normal dan tidak semua dapat dilaksbayian

Inisiasi Menyusui Dini (IMD) (Arifin, 2004).

B. Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Keluarga didefinisikan dengan beberapa cara pandang. Keluarga

dapat dipandang sebagai tempat pemenuhan kebutuhan biologis bagi para

anggotanya. Cara pandang dari sudut psikologis keluarga adalah tempat

berinteraksi dan berkembangnya kepribadian anggota keluarga. Secara

ekonomi keluarga dianggap sebagai unit yang produktif dalam

menyediakan materi bagi anggotanya dan secara sosial adalah sebagai

unit yang bereaksi terhadap lingkungan lebih luas.

Duvall (1977) mengemukakan bahwa keluarga adalah

sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi,

dan kelahiran, yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya

yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan

sosial setiap anggota. Bailon dan Maglaya (1978) mengemukakan bahwa

keluarga sebagai dua atau lebih individu yang berhubungan karena

hubungan darah, ikatan perkawinan, atau adopsi, hidup dalam satu rumah

tangga, berinteraksi satu sama lain dalam perannya dan menciptakan dan

mempertahankan suatu budaya. Leininger (1976) berpandangan bahwa

keluarga adalah suatu sistem sosial yang dapat menggambarkan adanya

jaringan kerja dari orang-orang yang secara regular berinteraksi satu

sama lain yang ditunjukkan oleh adanya hubungan yang saling

tergantung dan mempengaruhi dalam rangka mencapai tujuan.

Karakteristik sebuah keluarga adalah sebagai berikut

a. Merupakan kumpulan individu yang mempunyai ikatan

perkawinan, keturunan/hubungan darah atau adopsi

b. Tinggal dalam satu rumah bersama

c. Mengadakan interaksi dan komunikasi melalui peran sosial yang

dijalankannya

d. Mempertahankan budaya

2. Pengaruh Budaya Keluarga Terhadap Tumbuh Kembang Anak

Budaya atau adat istiadat yang dianut suatu keluarga akan

tercermin dalam sikap dan perilakunya sehari-hari. Indonesia yang

terkenal dengan aneka macam suku bangsa tentunya akan menghasilkan

ragam budaya yang sangat berpengaruh terhadap praktik hidup sehat

sehari-hari. Keyakinan keluarga tentang kesehatan, pola didik, dan pola

asuh terhadap anak juga dipengaruhi oleh nilai budaya, selain nilai agama

dan moral yang dianutnya.

Sejak pasangan suami istri menetapkan niatnya untuk menikah

dan membentuk keluarga, mereka sudah memiliki keyakinan bersama

untuk membentuk keluarga yang bahagia dan mempunyai keturunan. Hal

ini tercermin khususnya pada keluarga di masyarakat timur seperti

Indonesia, berbeda dengan budaya barat yang berlainan keyakinan, nilai

agama, dan budayanya, termasuk dalam hal membentuk satu keluarga

dan mempunyai keturunan.

Apapun budaya yang diyakini keluarga, hal yang paling penting

adalah nilai dan keyakinan tersebut mendukung pemeliharaan dan

peningkatan kesehatan anak selama dalam proses tumbuh kembangnya.

3. Teori Keluarga

Ada beberapa teori keluarga, empat teori yang lebih populer

digunakan adalah teori sistem, teori stres, tori perkembangan, dan teori

struktur dan fungsi keluarga. Berikut ini uraian mengenai teori-teori

tersebut.

a. Teori sistem keluarga

Teori ini dikembangkan berdasarkan pada teori sistem

secara umum, yang dicirikan dengan adanya interaksi

antarkomponen dan antarsistem dengan lingkungannya melalui

suatu mekanisme umpan balik. Satu komponen bergantung pada

komponen lain dan mempengaruhi komponen yang lainnya.

Dengan demikian, apabila terjadi perubahan pada salah satu

komponen, hal ini akan mempengaruhi komponen yang lain. Oleh

karena itu, interaksi antarkomponen menjadi suatu penekanan pada

teori ini. Misalnya, apabila salah satu anggota ada yang sakit,

sebenarnya dapat disebabkan adnaya interaksi antaranggota

keluarga dan/atau orang tua yang kurang harmonis. Keadaan sakit

pada salah satu anggota keluarga juga akan berdampak pada

anggota keluarga yang lain, baik secara fisik, psikososial maupun

ekonomi. Anggota keluarga yang lain dan/atau orang tua akan turut

merasakan sakit, sedih, atau cemas tentang keadaan sakit tersebut

akan meningkatkan pengeluaran keluarga karena dibutuhkan biaya

pengobatan bagi yang sakit.

Berdasarkan pada teori ini, keadaan sakit pada salah satu

anggota keluarga bukan semata-mata disebabkan oleh individu itu

sendiri, tetapi akibat interaksi satu anggota keluarga dengan

anggota keluarga yang lain. Perubahan yang terjadi mendadak atau

yang dirasakan terlalu berat akan mempengaruhi keseimbangan

antarkomponen sistem keluarga. Dengan demikian, sistem keluarga

yang dapat dipengaruhi oleh adanya perubahan pada keluarga

sebagaimana juga keluarga dapat menimbulkan perubahan apabila

interaksi antaranggotanya tidak harmonis.

Umpan balik pada sistem keluarga dapat ditunjukkan

dengan adanya suatu proses pada keluarga yang membantu

anggotanya dalam menghadapi masalah yang ada dan sejauh mana

tujuan yang ditetapkan bersama sejak awal telah dicapai. Umpan

balik positif sangat diperlukan sebagai pendorong atau motivator

bagi anggota keluarga untuk terus menjaga keharmonisan interaksi

dalam keluarga. Apabila kondisi ini dicapai, dapat dikatakan bahwa

keluarga tersebut dapat beradaptasi dengan positif terhadap

perubahan yang dialami keluarga dan dapat dikatakan sebagai

keluarga yang terbuka dengan perubahan yang ada. Sebaliknya,

keluarga yang tertutup hanya akan menganggap perubahan yang

dialami keluarga sebagai ancaman semata dan tidak dapat

beradaptasi dengan positif sehingga tidak dapat memanfaatkan

sumber yang ada untuk menghadapi perubahan tersebut.

Kelebihan teori ini adalah teori ini sangat aplikatif

apabila diterapkan pada keluarga dalam kehidupannya sehari-hari,

baik dalam keadaan normal maupun sedang tidak dapat berfungsi

karena mengalami gangguan sistem. Akan tetapi, kelemahan dari

teori ini adalah teori ini agak sulit menetapkan penyebab dan akibat

dari suatu masalah dari hubungan antaranggota keluarga karena

berputar-putar dalam sistem keluarga.

b. Teori stres keluarga

Teori ini didasari oleh asumsi bahwa keluarga selalu

berhadapan dengan stressor atau kejadian yang menyebabkan stres

dalam kehidupan, baik yang tidak dapat diduga maupun yang dapat

diduga. Stresor yang tidak dapat diduga, misalnya salah satu

anggota keluarga sakit, terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK),

dan kematian, sedangkan stresor yang dapat diduga seperti yang

ditemui dalam menjalankan peran sebagai orang tua. Dalam

menjalankan peran yang dimiliki sering kali orang tua dihadapkan

pada kondisi sulit yang dapat menyebabkan stres, misalnya ibu

yang punya peran ganda, sebagai wanita yang bekerja dan seorang

ibu.

Apapun bentuk penyebab stres tersebut apabila terjadi

terus menerus, menumpuk, dan melibatkan berbagai komponen

dalam keluarga, pada akhirnya akan membuat keluarga tidak

mampu menghadapinya dengan konstruktif dan menempatkan

keluarga dalam keadaan berisiko untuk terjadi perpecahan dan /atau

dihadapkan pada masalah kesehatan fisik ataupun psikologis.

Dalam kondisi seperti ini, diperlukan kemampuan keluarga untuk

beradaptasi secara konstruktif dan bila perlu, dengan mengubah

struktur atau pola interaksinya. Jadi, teori ini pada prinsipnya

menjelaskan bagaimana seharusnya keluarga menghadapi stresor

yang ada dengan cara beradaptasi secara positif.

Kelebihan dari teori ini adalah mudah menjelaskan dan

menginterpretasikan perilaku keluarga dalam hubungannya dengan

stresor yang ada sehingga dapat mengembangkan intervensi yang

tepat, berfokus pada kontribusi yang positif dari sumber stres,

koping, dan dukungan sosial untuk beradaptasi, sedangkan

kelemahan teori ini adalah belum menggambarkan hubungan antara

berbagai komponen yang terkait secara adekuat.

c. Teori perkembangan keluarga

Teori ini dikembangkan oleh Duvall (1977) yang

mengemukakan delapan tahapan perkembangan keluarga sepanjang

rentang kehidupan. Perkembangan keluarga membawa keluarga

pada perubahan siklus kehidupannya.

Anak pertama menjadi ukuran untuk tahapan

perkembangan keluarga. Jadi kedatangan anak pertama dan

perkemabangannya menandai tahapan perkembangan keluarga

tersebut. Apabila sebuah keluarga belum mempunyai anak dan baru

saja menikah, tahapan perkembangan keluarga tersebut adalah

sebagai keluarga dengan pasangan baru. Adanya anak pertama usia

bayi menempatkan keluarga tersebut pada tahapan perkembangan

keluarga dengan usia bayi. Selanjutnya demikian, anak pertama

berusia prasekolah, usia sekolah, usia remaja, usia dewasa muda,

dan dewasa. Setiap tahapan keluarga mempunyai tugas

perkembangan masing-masing.

Kelebihan teoti ini adalah menguraikan keluarga secara

dinamis, perubahan-perubahan pada keluarga, dan sistem sosialnya

serta mengantisipasi potensi terjadinya stres dalam tiap tahap

perkembangannya, sedangkan kelemahannya adalah hanya tepat

menjelaskan keluarga inti dan patokan menggunakan anak pertama

sebagai tahapan keluarga dapat menimbulkan masalah bagi orang

tua tanpa pasangan atau dengan keluarga yang mempunyai ayah tiri

atau ibu tiri.

d. Teori struktur dan fungsi keluarga

Teori ini lebih berfokus pada hubungan, ketergantungan,

dan kesatuan antaranggota keluarga dan semua aspek yang

berhubungan melalui struktur dan fungsi keluarga yang dijelaskan

secara sistematis. Friedman (1998) membagi empat struktur

keluarga menjadi struktur komunikasi, struktur nilai dan norma,

struktur kekuatan, dan struktur peran.

1) Struktur komunikasi

Struktur komunikasi menunjukkan bagaimana pola

anggota keluarga dalam berkomunikasi satu dengan yang

lain. Beberapa keluarga menunjukkan komunikasi yang

berfungsi dan beberapa keluarga menunjukkan komunikasi

yang tidak berfungsi. Komunikasi yang berfungsi

ditunjukkan dengan keterbukaan, kejujuran, melibatkan

perasaan, dapat menyelesaikan konflik dan ada hierarki

kekuatan. Komunikasi yang tidak berfungsi sebaliknya,

yaitu tertutup, tidak berfokus pada satu masalah, cenderung

ada gosip, menunjukkan pemikiran yang negatif, dan selalu

mengulang masalah dan/atau pendapat sendiri.

2) Struktur nilai dan norma

Nilai keluarga adalah sistem ide, sikap, dan

keyakinan yang mengikat anggota keluarga dan dijalankan

keluarga dalam budaya tertentu, sedangkan norma adalah

pola perilaku yang diterima pada lingkungan sosial tertentu,

sesuai dengan nilai yang diyakininya.

Beberapa nilai yang dapat dimiliki, yaitu nilai

sosial, nilai teoritik, nilai religi, dan nilai ekonomis. Setiap

individu mempunyai nilai-nilai tersebut, tetapi hanya ada

satu atau beberapa nilai yang lebih menonjol dibandingkan

nilai yang lainnya.

3) Struktur kekuatan keluarga

Kekuatan keluarga menunjukkan kemampuan

sistem keluarga untuk mengubah perilaku anggota keluarga.

Pengaruh tersebut dipersepsikan sebagai kekuatan yang

dimiliki dan ditunjukkan dengan kemampuan dalam

mengambil keputusan. Untuk dapat mempunyai

kemampuan tersebut, anggota keluarga meyakini adanya

otoritas sebagai satu kekuatan keluarga.

4) Struktur peran keluarga

Peran anggota keluarga dijalankan untuk menjaga

keseimbangan dalam keluarga, yang dijalankan melalui

peran formal maupun informal. Peran formal yang

dijalankan keluarga menentukan tercapainya keseimbangan

dalam keluarga atau tidak. Banyak ahli yang menjelaskan

tentang peran formal dalam keluarga, diantaranya Nye dan

Gecas (1976 dalam Friedman [1998]) mengemukakan

bahwa beberapa peran dasar laki-laki sebagai ayah dan

wanita sebagai ibu yang mempunyai posisi sosial sebagai

pemberi layanan, yaitu peran menjaga rumah, pemeliharaan

anak, peran sosialisasi anak, peran rekreasi,

mempertahankan hubungan dengan keluarga wanita atau

laki-laki, pemenuhan kebutuhan pasangan, dan peran

seksual. Sedangkan peran informal dari keluarga bisa

menentukan keseimbangan keluarga dan bisa juga tidak,

tetapi lebih bersifat adaptif dan mempertahankan

kesejahteraan keluarga. Peran informal adalah peran

sebagai pemberi dorongan, peran mempertahankan

keharmonisan, peran untuk kompromi, peran untuk

memulai atau berkontribusi dalam menghadapi masalah,

peran untuk pelopor, koordinator, dan peran informal

lainnya.

KONSEP DASAR ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA

BAYI DALAM KONTEKS KELUARGA

I. Pengkajian Data

Alasan : untuk memperoleh data subjektif

Tanggal

Alasan : untuk mengetahui tanggal pengkajian saat ini

Jam/ waktu kunjungan

Alasan untuk mengetahui waktu kunjungan

Oleh

Alasan : untuk mengetahui siapa yang melakukan anamnesa pada

pengkajian tersebut

Tempat

Alasan: untuk mengetahui tempat dilakukan pengkajian

a. DATA SUBJEKTIF

Identitas Bayi

Nama Bayi :

Alasan : untuk menghindari kesalahan dalam memberikan asuhan

Umur :

Alasan : untuk mengantisipasi kemungkinan penyulit yang sering

timbul berhubungan dengan umur, mengetahui

pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan umur

Jenis kelamin :

Alasan :Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan bayi

sesuai dengan jenis kelaminnya.

Identitas Orang tua

Nama Ayah dan ibu:

Untuk menghindari kesalahan dalam memberikan asuhan

Umur ayah dan ibu:

Untuk mengetahui status orang tua

Pendidikan ayah dan ibu:

Alasan : untuk mengetahui tingkat pengetahuan sehingga mudah

dalam pemberian informasi

Pekerjaan ayah dan ibu:

Alasan: untuk mengetahui tingkat perekomian, kedekatan orang tua

dan bayi

Alamat dan nomor telepon:

Alamat untuk mempermudah menghubungi klien

Agama ayah dan ibu:

Alasan untuk memberikan asuhan yang berkaitan dengan kebiasaan –

kebiasaan yang dilakukan klien sesuai dengan agamanya.

Suku/ bangsa ayah dan ibu:

Alasan : untuk mengetahui budaya dan nilai yang dianut

Daftar Anggota Keluarga

Untuk mengetahui anggota yang tinggal dalam satu rumah,

mengetahui status kesehatan, kedekatan dan kesejahteraan bayi terkait

dengan anggota keluarga lainnya.

Keadaan Rumah

Meliputi luas, kondisi, kamar mandi, ventilasi, pencahayaan.

Tujuannya untuk mengetahui status hygiene dan sanitasi, lingkungan,

kesehatan, kesejahteraan bayi terkait dengan tempat tinggalnya.

Data Khusus

Meliputi kebiasaan keluarga yang berhubungan dengan kesehatan,

tempat berobat, budaya, gaya hidup, pola asuhan dan perawatan bayi,

status ibu sebagai peserta KB

Data bayi

Meliputi riwayat persalinan, imunisasi, penyakit, pertumbuhan dan

perkembangan

Riwayat kesehatan keluarga

Untuk mengetahui status kesehatan keluarga terutama yang

berdampak pada kesehatan bayi dan mempermudah menegakkan

diagnosa masalah bayi yang ada hubungannya dengan penyakit

keluarga.

Riwayat Kesehatan Bayi

Untuk mengetahui status kesehatan bayi, penyakit apa yang pernah

diderita bayi.

Riwayat imunisasi

Untuk mengetahui status imunisasi bayi

Riwayat tumbuh kembang

Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan bayi sesuai usia

Pola kebiasaan sehari-hari

Meliputi pola nutrisi, eliminasi dan aktivitas. Untuk mengetahui status

gizi bayi

a. DATA OBYEKTIF

Pemeriksaan Umum

Alasan : untuk mengetahui keadaan bayi, status gizi, kelainan bentuk

badan dan kesadaran BB, TB, jika ada lebih baik dengan

KMS

Kesadarannya composmentis dengan tanda-tanda bisa atau tidak

timbal balik dalam berkomunikasi

Tanda – tanda vital

Denyut nadi: 100-120 x/menit

Pernafasan : 30-40 x/mnit

Suhu : 36,5 – 37,5ᵒC

Pemeriksaan Khusus

Alasan untuk mengetahui adanya penyulit / kelainan pada bayi

a. Kepala

Pemeriksaan kepala

Dilakukan mulai dari rambut dengan menilai jumlah dan

warna, adanya lanugo terutama pada daerah bahu dan

punggung, kemudian dilanjutkan pada pemeriksaan wajah

dan tengkorak, dapat dilihat adanya maulage yaitu tulang

tengkorak yang saling menutup pada saat lahir asimetris atau

tidak, ada atau tidaknya caput succedanium (edema pada kulit

kepala, lunak dan tidak berfluktuasi, batasnya tidak tegas, dan

menyeberangi sutura dan akan hilang dalam beberapa hari).

Cepal haematom terjadi sesaat setelah lahir dan tidak tampak

pada hari pertama karena tertutup oleh caput succedanium

dan akan hilang sempurna dalam waktu dua sampai 6 bulan.

Fontanella diperiksa dengan cara melakukan palpasi dengan

menggunakan jari tangan denyutan yang sama dengan

denyutan jantung, kemudian fontanella posterior akan dilihat

proses penutupan setelah umur dua bulan dan fontanella

anterior menutup saat usia 12 sampai 18 bulan.

Pemeriksaan mata

Untuk menilai adanya strabismus atau tidak, dimana

koordinasi gerakan mata yang belum sempurna, cara

memeriksanya adalah dengan menggoyang mata secara

pelahan – lahan sehingga mata bayi akan terbuka, kemudian

baru diperiksa seperti apabila ditemukan jarang berkedip atau

sensitivitas terhadap cahaya berkurang, maka kemungkinan

mengalami kebutaan.

Pemeriksaan telinga

Untuk menilai adanya gangguan pendengaran dilakukan

dengan membunyikan bel atau suara apabila terjadi reflek

terkejut, kemudian apabila tidak terjadi reflek maka

kemungkinan akan terjadi gangguan pendengaran.

Pemeriksaan hidung

Dilakukan dengan melihat pola pernafasan, apabila bayi

bernafas melalui mulut maka kemungkinan bayi mengalami

obstruksi jalan nafas karena adanya atresia koana bilateral

atau fraktur tulang hidung atau ensefalokel yang menonjol ke

nasofaring, sedangkan pernafasan cuping hidung akan

menunjukkan gangguan pada paru, kemudian lubang hidung

kadang–kadang banyak mukosa, apabila sekret mukopurulen

dan berdarah perlu dipikirkan adanya penyakit sifilis

kongenital dan kemungkinan lain.

Pemeriksaan mulut

Dilakukan dengan melihat adanya kista yang ada pada

mukosa mulut, kemudian pemeriksan lidah dapat dinilai

tentang warna, kemampuan reflek menghisap, kemudian

adanya bercak pada mukosa mulut, palatum dan pipi disebut

sebagai monilia albicans, pada gigi apakah terjadi

penumpukan pigmen yang tidak sempurna atau tidak.

Pemeriksaan leher

Dilakukan dengan melihat pergerakan, apabila terjadi

keterbatasan dalam pergerakannya maka kemungkinan terjadi

kelainan pada tulang leher seperti kelainan tiroid atau

hemangioma.

b. Dada dan punggung

Dilakukan untuk menilai adanya kelainan bentuk , melihat adanya

gangguan penafasan. Penafasan normal bayi pada umumnya

dinding dada dan abdomen begerak secara bersamaan, frekuensi

pernafasan bayi normal antara 40 – 60 kali/menit, perhitungannya

harus satu menit penuh karena terdapat periodic breathing dimana

pola pernafasan pada neonatus terutama pada prematur adanya

henti nafas yang berlangsung 20 detik dan terjadi secara berkala.

Kadang – kadang pada kelenjar susu pada bayi ditemukan air susu

karena hormonnya. Pada pemeriksaan secara palpasi ditemukan

ada tidaknya fraktur klafikula dengan cara meraba ictus kordis

dengan menentukan posisi jantung. Frekuensi jantung secara

normal bayi antara 120 – 160 kali/menit. Adanya bising sering

ditemukan pada bayi, bunyi pernafasan paa bayi adalah

bronkovesikuler.

c. Abdomen

Meliputi pemeriksaan secara inspeksi untuk melihat bentuk dari

abdomen. Apabila didapatkan abdomen membuncit dapat diduga

kemungkinan disebabkan hepatosplenomegali (cairan dalam

rongga perut), adanya kembung apabila didapatkan adanya

perforasi usus atau illius. Pada perabaan hati biasanya teraba 2 – 3

cm dibawah arcus kosta kanan, limfa teraba 1 cm di bawah arcus

kosta kiri. Bagian – bagian ginjal dapat diraba setinggi umbilikus

di antara garis tengah dan tepi perut.

d. Tulang belakang dan ekstremitas

Pada pemeriksaan tulang belakang caranya adalah bayi diletakkan

dalam posisi tengkurap, kemudian tangan pemeriksa meraba

sepanjang tulang belakang untuk mencari ada tidaknya kelainan

seperti skoliosis, meningokel, spina bifida. Kemudian pada

ekstremitas dapat dilihat dari pergerakan apakah terjadi kelemahan

atau kelumpuhan yang ada dengan melihat posisi kedua kaki,

adanya pes equinovarus atau valgus dan keadaan jari – jari tangan

dan kaki apakah terdapat polidaktili atau lainnya.

e. Genitalia

Untuk mengetahui keadaan labio minora tertutup oleh labia

mayora, lubang uretra dan lubang vagina terpisah apabila

ditemukan satu lubang maka didapatkan terjadi kelainan dan

apabila adanya sekret pada lubang vagina hal tersebut karena

pengaruh hormonal, sedangkan pada bayi laki – laki sering

diddapatkan fimosis, secara normal panjang penis pada bayi adalah

3 – 4 cm dan 1 – 1,3 cm untuk lebarnya.

f. Anus dan rektum

Dilakukan untuk menilai adanya kelainan atresia ani atau

mengetahui posisinya.

g. Kulit

Untuk menilai adanya kelainan seperti adanya verniks kaseosa

merupakan zat yang bersifat seperti lemak yang berfungsi sebagai

isolasi panas dimana akan menutupi bayi yang cukup bulan dan

menilai adanya lanugo yang merupakan rambut halus yang terdapat

pada punggung bayi, jumlahnya lebih banyak pada bayi yang

kurang bulan daripada yang cukup bulan.

Pemeriksaan Penunjang

Tidak ada

b. ASSESMENT

Bayi x, umur ... dengan ............

Dasarnya dari data subjektif dan objektif

c. PENATALAKSANAAN

Dilakukan berdasarkan assesment

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA KELUARGA DENGAN BAYI TIDAK

DIBERI ASI RT II RW. I DESA “P”

KEC “S” BLITAR

Pengkajian Data

Tanggal : 1 November 2013

Oleh : Tifani

Tempat : Rumah Tn. “S”

A. SUBYEKTIF

1. Data Umum

Kecamatan : “S”

Desa : “P”

RT : II

RW : I

Biodata :

a. Bayi

Nama : Bayi “H”

Umur : 1 minggu

Jenis kelamin : Perempuan

b. Orangtua

Nama ayah : Tn. “S” Nama ibu : Ny. “T”

Umur : 32 tahun Umur : 25 tahun

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa :Jawa/Indonesia

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA tamat Pendidikan : SMA tamat

Pekerjaan : Wiraswasta Pekerjaan :teller bank swasta

Alamat : Desa “P” RT II RW I Kec. “S”

Daftar Anggota Keluarga

No

.

Nama Jenis Kelamin Umur Status

dlm

Keluarga

Pendi-

dikan

Peker-

jaan

Keadaan

saat iniLaki-

laki

Perempuan

1. “P” √ 65 th Ibu Tn.

“S”

SD Tidak

bekerja

Sehat

2. “S” √ 32 th KK SMA Wiraswas

ta

Sehat

3. “T” √ 25 th Istri SMA Teller

bank

Sehat

4. “H” √ 1 mggu Anak

kandung

Tdk

Sekolah

Blm

sekolah

Sehat

Keadaan Rumah

Luas rumah : 120 m2 (10 m x 12 m)

Dinding : Bata

Atap : Genteng

Lantai : Keramik

Cahaya : Cukup

Ventilasi : 9 buah

Kelembaban : Cukup

Kebersihan : Cukup

Jumlah ruang : 11 ruang

Yaitu : 1 R tamu, 5 R tidur, 1 dapur dan 1 kamar mandi

Sumber Air

Air untuk minum : Dimasak

Asal air : Sumur

Nilai air : Bersih

Jamban dan Kamar Mandi

Jenis jamban : Closet duduk

Kebersihan : Cukup

Kamar mandi : 2 kamar mandi untuk seluruh anggota keluarga

Pekarangan dan Selokan

Pengaturan : Baik

Kebersihan : Cukup

Pekarangan : Tanaman dalam pot didepan rumah

Air limbah : Di buang ke selokan

Pembuangan Sampah : Dibuang pada tempat sampah di depan rumah

Kandang Ternak : Tidak ada

2. Data Khusus

Data Keluarga

1. Bila ada anggota keluarga yang sakit berobat dokter atau

Puskesmas

2. Jenis penyakit yang sering diderita keluarga panas, batuk, pilek

3. Pertolongan persalinan ditolong oleh bidan di Rumah Bersalin

4. Bayi tidak diberi ASI dikarenakan sejak lahir diberi susu

formula oleh neneknya. Ibu tidak bersedia menyusui karena

takut bentuk badannya akan berubah dan suami juga

mendukung hal tersebut karena beliau menganggap bahwa susu

formula jauh lebih baik daripada ASI.

5. Perawatan tali pusat menggunakan alkohol 70%

6. Tanggapan terhadap kesehatan cukup

7. Pengambilan keputusan dalam keluarga adalah suami

8. Ibu menggunakan KB pil dan tidak ada keluhan selama

penggunaan

Data Bayi

a. Riwayat Prenatal :

Selama kehamilan, ibu mengalami mual muntah di bulan-bulan

pertama kehamilan. Ibu tidak pernah mengalami perdarahan,

hipertensi dan sebagainya. Ibu selama hamil periksa di Bidan 10

kali, imunisasi TT sebanyak 4 kali.

b. Riwayat Intranatal :

Melahirkan di RB ditolong oleh Bidan, jenis persalinan normal

(spontan B), ibu tidak mengalami perdarahan.

c. Riwayat Postnatal :

BB : 3500 gram, PB : 52 cm, Kelainan kongenital : tidak ada,

Anus: ada

d. Riwayat Penyakit Yang Diderita Keluarga:

Hipertensi : ibu Tn. “S” Asma : tidak ada

Jantung : tidak ada Hepatitis : tidak ada

DM : tidak ada Ginjal : tidak ada

e. Riwayat Kesehatan Klien :

Ibu mengatakan bayinya sering mengalami batuk, pilek dan

mencret.

f. Riwayat Imunisasi :

Ibu mengatakan bahwa bayinya sudah mendapat imunisasi

Hepatitis B1, Polio dan BCG (25-10-2013).

g. Riwayat Tumbuh Kembang

Ibu mengatakan bayi menangis jika ia lapar dan bila telah

terpenuhi bayi akan tidur. Bayi terlihat kaget ketika ada bunyi

yang cukup keras.

h. Pola Kehidupan Sehari-hari

Pola Nutrisi

Ibu mengatakan bayinya tidak diberi ASI sejak lahir dengan

alasan diberi susu formula oleh ibu mertuanya. Ibu tidak

bersedia menyusui karena takut bentuk badannya akan

berubah.

Pola Eliminasi

Ibu mengatakan bayinya BAK : 6 – 7 x/hari, BAB : 2x/hari

Pola Istirahat

Tidur malam : ± 13 jam

Tidur siang : ± 3 jam

B. OBYEKTIF

a. Pemeriksaan Umum

Suhu : 37,5o C

Nadi : 120 x/menit

RR : 40 x/menit

b. Pengukuran Antropometri

BB : 3500 gram

PB : 52 cm

LD : 38 cm

LILA : 12 cm

LK : 34 cm

c. Pemeriksaan Fisik :

Kepala : Fontanela mayor maupun minor datar, belum menutup

Mata Ka/ki : Sklera putih, conjungtiva merah muda, reflek pupil (+)

Hidung ka/ki : Tidak ada sumbatan lendir, nafas cuping hidung

(-)

Mulut : Tidak ada moniliasis, tidak ada labiopalatoskiosis

Telinga ka/ki : Simetris, tidak ada serumen

Leher : Tidak ada webbed neck, tidak ada goiters

Dada : Normal, tidak ada tarikan dinding dada

Paru-paru : Tidak ada wheezing, tidak ada ronkhi

Jantung : Lupdup, tidak ada suara tambahan

Abdomen : Silindris, tidak teraba pembesaran hepar, lien

Genetalia : labia mayor menutupi labia minor

Ekstrimitas : Tidak ada polidaktil, sindaktil, tidak ada fraktur

Pemeriksaan Penunjang : Tidak dilakukan

C. ASSESMENT

Bayi usia 1 minggu tumbuh kembang sesuai usia, dengan masalah tidak

diberi ASI

Identifikasi masalah/diagnosa potensial : Tidak ada

Identifikasi kebutuhan segera : Tidak ada

D. PENATALAKSANAAN

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga bahwa kondisi

bayinya saat ini sehat.

Evaluasi : Ibu dan suami mengerti apa yang disampaikan oleh bidan.

2. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga tentang kebutuhan nutrisi untuk

bayi, diantaranya kelebihan ASI, kandungan gizi didalam ASI

dibanding dengan susu formula, keuntungan menyusui, cara menyusui

yang benar.

Evaluasi : Ibu dan keluarga dapat menjelaskan kembali tentang

penyuluhan yang telah diberikan oleh bidan, diantaranya dapat

menyebutkan beberapa kelebihan ASI, kandungan gizi didalam ASI

dibandingkan susu formula, keuntungan menyusui, dan dapat

melakukan cara menyusui yang benar.

3. Memberikan KIE pada ibu dan anggota keluarga lainnya untuk

mengingatkan dan memotivasi ibu untuk membawa bayinya ke

posyandu agar bayi mendapatkan pelayanan yang sesuai dan

memberikan nutrisi yang tepat pada bayi

Evaluasi : Ibu dan keluarga memahami dan bersedia untuk

melakukan anjuran bidan

4. Menganjurkan ibu untuk datang ke Posyandu pada tanggal 25

November 2013

Evaluasi : Ibu dan keluarga berjanji akan membawa bayinya ke

Posyandu pada tanggal 25 November 2013

5. Menggerakkan kader dan pamong untuk ikut mengaktifkan ibu dan

keluarga agar aktif datang ke posyandu dengan cara mengingatkan ibu

dan keluarga waktu kunjungan posyandu.

Evaluasi : Pada kunjungan posyandu yang berikutnya (tanggal 25

November 2013) bayi dibawa ibu datang berkunjung ke posyandu

untuk timbang badan.