asilasi.docx

Upload: andro-terosela

Post on 06-Jan-2016

39 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Asilasi

TRANSCRIPT

Praktikum Kimia Organik/ Kelompok 6/ S.Genap/201416 Bab 1. Pendahuluan1.1 Latar BelakangDewasa ini, perkembangan industri di indonesia khususnya industri kimia berkembang pesat. Hal ini menyebabkan kebutuhan asetanilida yang merupakan bahan baku serta bahanpenunjang industri kimia akan semakin meningkat pula. Mengingat kebutuhan asetanilida yang sangat tinggi maka sangat perlu untuk membuat asetanilida ini dan juga kebutuhan asetanilida di indoneia masih mengandalkan impor. Nilai impor asetanilida sampai tahun 2001 terus meningkat.Asetanilida adalah senyawa turunan yang berasal dari asetil amina aromatis yang termasuk ke dalam amida primer karenba satu atom hidrogen pada anilin digantikan dengan satu gugus asetil. Asetanilida berbentuk butiran berwarna putih yang tidak larut dalam minyak paraffin dan larut dalam air dengan bantuan kloral anhidrat. Saat ini, asetanilida digunakan sebagai bahan baku pembuatan obat-obatan. Selain itu juga digunakan sebagai zat pembuatan penicilium dan bahan pembantu dalam pembuatan cat dan karet serta bahan intermidiet pada sulfon dan asetanil klorida (Pramushinta, 2010).Dalam praktikum ini akan dilakukan proses pembuatan asetanilida, adapun asetanilida dapat dibuat dengan cara mereaksikan turunan asam karboksilat dengan anilin.1.1 Tujuan PraktikumMempelajari dan memahami pembuatan turunan amida aromatik melalui reaksi amina aromatik dengan turunan asam karboksilat, yaitu anhidrida asam.

Bab 2. Tinjauan Pustaka2.1.AnilinMerupakan senyawa aromatik cair seperti minyak dan merupakan suatu amina. Tidak berwarna, dengan bau seperti tanah. Massa jenisnya 1,022 gram/ml; titik lebur -6,1C; titik didih 184C; berat molekul 93,13 gram/mol. Kelarutan dalam air adalah 3,6 gram dalam 100 mL dan sangat larut dalam alkohol dan eter. Uapnya bersifat racun, dan berbahaya bagi mata, ataupun bila terhirup.Mudah terbakar pada flash point 70oC.Senyawa ini paling banyak digunakan dalam industri karet, pembuatan obat dan zat warna (Science Lab Inc, 2005).

Gambar 2.1. Anilin (Fessenden,1999).Sifat Fisis dan Kimia AnilinTabel 2.1. Sifat sifat Fisis AnilinRumus molekul C6H5NH2

Berat molekul93,12 g/gmol

Titik didih normal184,4 oC

Suhu kritis426 oC

Tekanan kritis54,4 atm

WujudCair

WarnaJernih

Spesifik gravitasi1,024 g/cm3

(Sumber: Fessenden, 1999).Sifat-sifat Kimia : Halogenasi senyawa anilin dengan brom dalam larutan sangat encer menghasilkan endapan 2, 4, 6 tribromo anilin. Pemanasan anilin hipoklorid dengan senyawa anilin sedikit berlebih pada tekanan sampai 6 atm menghasilkan senyawa diphenilamine. Hidrogenasi katalitik pada fase cair pada suhu 135 170oC dan tekanan 50 500 atm menghasilkan 80% cyclohexamine (C6H11NH2). Sedangkan hidrogenasi anilin pada fase uap dengan menggunakan katalis nikel menghasilkan 95% cyclohexamine. Nitrasi anilin dengan asam nitrat pada suhu -20oC menghasilkan mononitroanilin, dan nitrasi anilin dengan nitrogen oksida cair pada suhu 0oC menghasilkan 2, 4 dinitrophenol (Science Lab Inc, 2005).

2.2.Asam AsetatAsam alkaloat atau lebih dikenal sebagai asam karboksilat adalah golongan asam organic yang memiliki gugus fungsional karboksilat (COOH), secara mudah gugus karboksilat adalah gabungan dari gugus karbonil dan hidroksi. O RCOHGambar 2.2. Gugus Karboksilat (Shakhashiri, 2008).Asam karboksilat mempunyai rumus umum CnH2nO sifat asam dari senyawa ini adalah asam lemah dalam pelarut air, sebagian molekulnya terioniasasi dengan melepaskan proton H+. Asam karboksilat yang memiliki dua gugus karboksilat (alkanadioat), jika tiga disebut asam dikanadioat atau asam trikarbokasilat dan seterusnya (Zulfikar, 2010).Asam asetat yang jelas, cairan tak berwarna dengan rumus kimia C2H4O2. Memiliki titik leleh 62,06F (16,7C) dan mendidih pada 244,4F (118C), kerapatan 1,049g/ml pada 25oC dan flash point 390C. Dalam konsentrasi tinggi, asam asetat bersifat korosif, memiliki bau tajam dan dapat menyebabkan luka bakar pada kulit.Atom hidrogen (H) pada gugus karboksil (COOH) dalam asam karboksilat seperti asam asetat dapat dilepaskan sebagai ion H+ (proton), sehingga memberikan sifat asam. Asam asetat adalah asam lemah monoprotik dengan nilai pKa = 4.8. Basa konjugasinya adalah asetat (CH3COO). Sebuah larutan 1.0M asam asetat (kira-kira sama dengan konsentrasi pada cuka rumah) memiliki pH sekitar 2.4 (Shakhashiri, 2008).Struktur kristal asam asetat menunjukkan bahwa molekul-molekul asam asetat berpasangan membentuk dimer yang dihubungkan oleh ikatan hidrogen. Dimer juga dapat dideteksi pada uapbersuhu 120C. Dimer juga terjadi pada larutan encer di dalam pelarut tak-berikatan-hidrogen, dan pada cairan asam asetat murni dimer dirusak dengan adanya pelarut berikatan hidrogen (misalnya air). Entalpih disosiasi dimer tersebut diperkirakan 65.066.0 kJ/mol, entropi disosiasi sekitar 154157 J mol1 K1.Asam asetat bersifat korosif terhadap banyak logam seperti besi, magnesium, dan seng, membentuk gas hidrogen dan garam-garam asetat (disebut logam asetat). Logam asetat juga dapat diperoleh dengan reaksi asam asetat dengan suatu basa. Contohnya adalah soda kue (Natrium bikarbonat) bereaksi dengan cuka. Hampir semua garam asetat larut dengan baik dalam air. Contoh reaksi pembentukan garam asetat:

Mg(s) + 2 CH3COOH(aq) (CH3COO)2Mg(aq) + H2(g) NaHCO3(s) + CH3COOH(aq) CH3COONa(aq) + CO2(g) + H2O(l)Gambar 2.3. Reaksi Pembentukan Garam Asetat (Shakhashiri, 2008).Asam asetat mengalami reaksi-reaksi asam karboksilat, misalnya menghasilkan garam asetat bila bereaksi dengan alkali, menghasilkan logam etanoat bila bereaksi dengan logam, dan menghasilkan logam etanoat, air dan karbondioksida bila bereaksi dengan garam karbonat atau bikarbonat. Reaksi organik yang paling terkenal dari asam asetat adalah pembentukan etanol melalui reduksi, pembentukan turunan asam karboksilat seperti asetil klorida atau anhidrida asetat melalui substitusi nukleofilik.

Tabel 2.2. Identitas Asam AsetatNama sistematisAsam etanoat, Asam asetat

Nama alternatifAsam metanakarboksilat

Asetil hidroksida(AcOH)

Hidrogen asetat(HAc) Asam cuka

Rumus molekulCH3COOH

Massa molar60.05 g/mol

Densitas dan fase 1.049 g cm3, cairan 1.266 g cm3,

Titik lebur16.5 C (289.6 0.5 K) (61.6 F)

Titik didih 118.1 C (391.2 0.6 K) (244.5 F)

PenampilanCairan tak berwarna atau kristal

Keasaman (pKa)4.76 pada 25C

(Sumber: Shakhashiri, 2008) Kegunaan Asam AsetatAsam asetat digunakan sebagai pereaksi kimia untuk menghasilkan berbagai senyawa kimia. Sebagian besar (40-45%) dari asam asetat dunia digunakan sebagai bahan untuk memproduksi monomervinil asetat (Vinyl Acetate Monomer, VAM).Selain itu asam asetat juga digunakan dalam produksi anhidrida asetat dan juga ester. Penggunaan asam asetat lainnya, termasuk penggunaan dalam cuka relatif kecil (Shakhashiri, 2008).2.3.Asetat AnhidratAsetat anhidrat merupakan senyawa diasetat, tidak berwarna, dan berbentuk cair. Massa jenisnya1,081 gram/ml, titik lebur -73C, titik didih 140C, berat molekul 102,09 gram/mol. Bila dilarutkan dalam air akan langsung bereaksi membentuk asam asetat, dan sangat larut dalam alcohol dan eter. Merupakan asam yang kuat, sehingga uapnya menyebabkan iritasi pada mata dan apabila terhirup akan menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan. Mudah terbakar pada flash point 54C Apabila asetat anhidrat direaksikan dengan anilin akan membentuk asetanilida dengan asam asetat sebagai hasil samping (Science Lab Inc, 2005).

Gambar 2.4. Asetat Anhidrat (Fessenden,1999).2.4.Proses Pembuatan AsetanilidaAda beberapa proses dalam pembuatan asetanilida, antara lain :2.4.1. Pembuatan Asetanilida dari Asam Asetat Anhidrid dan Anilin Asetanilida dapat dihasilkan dari reaksi antara asam aseta anhidrid dan anilin. Larutan benzen dalam satu bagian anilin dan 1,4 bagian asam asetat anhidrad berlebih 150 % dengan konversi 90% dan Yield 65%, direfluks dalam sebuah kolom yang dilengkapi dengan jaket sampai tidak ada anilin yang tersisa kondisi operasi temperatur reaksi 30-110oC.

C6H5NH2(l) + (CH3CO)2O(l) C6H5NHCOCH3(s) + CH3COOH(l)Anilin asam asetat anhidrat asetanilida asam asetat

Gambar 2.5. Reaksi Anilin dan Asam Asetat Anhidrat (Kirk & Othmer, 1981).Campuran reaksi disaring, kemudian kristal dipisahkan dari air panasnya dengan pendinginan, sedangkan filtratnya di recycle kembali. Pemakaian asam asetat anhidrad dapat diganti dengan asetil klorida ( Kirk & Othmer, 1981 ).2.4.2. Pembuatan Asetanilida dari Anilin dan Asam Asetat Metode ini merupakan metode awal yang masih digunakan karena lebih ekonomis jira dibandingkan dengan semua proses pembuatan asetanilida. Anilin dan asam asetat direaksikan dalam sebuah tangki yang dilengkapi dengan pengaduk.

C6H5NH2(l) + CH3COOH(l) C6H5NHCOCH3(s) + H2O (l)Anilin Asam Asetat Asetanilida Air

Gambar 2.6. Reaksi Anilin dengan Asam Asetat (Faith dkk, 1975).Reaksi berlangsung selama 8 jam pada suhu 150oC-160oC dan tekanan 2,5 atm dengan yield mencapai 98 % dan konversi mencapai 99,5%. Produk dalam keadaan panas dikristalisasi dengan menggunakan kristalizer untuk membentuk butiran (kristal) asetanilida (Faith dkk, 1975).2.4.3. Pembuatan Asetanilida dari Ketena dan Anilin

C6H5NH2(l) + H2C=C=O(g) C6H5NHCOCH3(s)Anilin Ketena AsetanilidaKetena (gas) dicampur ke dalam anilin di bawah kondisi yang diperkenankan akan menghasilkan asetanilida dengan konversi 90%. Ketena direaksikan dengan anilin di dalam reaktor packed tube pada temperatur 400-6250C dan pada tekanan 2,5 atm ( Kirk & Othmer, 1981 ).

Gambar 2.7. Reaksi Anilin dengan Ketena (Kirk & Othmer, 1981).2.4.4. Pembuatan Asetanilida dari Asam Thioasetat dan Anilin

C6H5NH2 + CH3COSH C6H5NHCOCH3 + H2S Anilin Asam thioasetat Asetanilida Asam tioasetat direaksikan dengan anilin dalam keadaan dingin akan menghasilkan asetanilida dengan membebaskan H2S.

Gambar 2.8. Reaksi Anilin dengan Asam Thioasetat (Kirk & Othmer, 1981).2.5.AsetanilidaAsetanilida merupakan senyawa turunan asetil amina aromatis yang digolongkan sebagai amida primer, dimana satu atom hidrogen pada anilin digantikan dengan satu gugus asetil. Asetinilida berbentuk butiran berwarna putih (kristal) tidak larut dalam minyak parafin dan larut dalam air dengan bantuan kloral anhidrat. Asetanilida atau phenilasetamida mempunyai rumus molekul C6H5NHCOCH3 dan berat molekul 135,16 g/gmol (Irdoni, 2014).Asetanilida pertama kali ditemukan oleh Friedel Kraft pada tahun 1872 dengan cara mereaksikan asethopenon dengan NH2OH sehingga terbentuk asetophenon oxime yang kemudian dengan bantuan katalis dapat diubah menjadi asetanilida. Pada tahun 1899, Beckmand menemukan asetanilida dari reaksi antara benzilsianida dan H2O dengan katalis HCl. Lalu, pada tahun 1905 Weaker menemukan asetanilida dari anilin dan asam asetat (Irdoni, 2014).2.5.1. Sifat Fisis dan Kimia AsetanilidaTabel 2.3. Sifat sifat Fisis AsetanilidaRumus molekul C6H5NHCOCH3

Berat molekul 135,16 g/gmol

Titik didih normal 305 oC

Titik leleh 114,16 oC

Berat jenis 1,21 gr/ml

Suhu kritis 843,5 oC

Titik beku 114 oC

WujudPadat

WarnaPutih

BentukButiran/kristal

(Sumber: Fessenden, 1999).Sifat sifat kimia:Pirolisis dari asetanilida menghasilkan Ndiphenil urea, anilin, benzen dan hydrocyanic acid. Asetanilida merupakan bahan ringan yang stabil dibawah kondisi biasa, hydrolisa dengan alkali cair atau dengan larutan asam mineral cair dalam kedaan panas akan kembali ke bentuk semula.C6H5NHCOCH3 + HOH C6H5NH2 + CH3COOH....................... (1)Bila dipanaskan dengan phospor pentasulfida menghasilkan thio Asetanilida (C6H5NHC5CH3). Bila ditreatmen dengan HCl, Asetanilida dalam larutan asam asetat menghasilkan 2 garam (2C6H5NHCOCH3). Dalam larutan yang memgandung pottasium bicarbonat menghasilkan N- bromo asetanilida. Nitrasi asetanilida dalam larutan asam asetaat menghasilkan p-nitro Asetanilida. Asetanilida dibuat dari reaksi antara anilin dengan asam asetat. Produknya berupa kristal yang dimurnikan dengan kristalisasi. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:C6H5NH2 + CH3COOH C6H5NHCOCH3 + HOH.......................(2)2.5.2. Kegunaan AsetanilidaKegunaan Asetanilida banyak digunakan dalam industri kimia, antara lain: Sebagai bahan baku pembuatan obat obatan. Sebagai zat awal pembuatan penicilium. Bahan pembantu dalam industri cat dan karet. Bahan intermediet pada sulfon dan asetilklorida ( Pramushinta, 2010).2.6. RekristalisasiRekristalisasi merupakan proses pengulangan kristalisasi agar diperoleh zat murni atau kristal yang lebih teratur/murni. Senyawa organik berbentuk kristal yang diperoleh dari suatu reaksi biasanya tidak murni. Mereka masih terkontaminasi sejumlah kecil senyawa yang terjadi selama reaksi. Oleh karena itu perlu dilakukan pengkristalan kembali dengan mengurangi kadar pengotor. Rekristalisasi didasarkan pada perbedaan kelarutan senyawa dalam suatu pelarut tunggal atau campuran. Senyawa ini dapat dimurnikan dengan cara rekristalisasi menggunakan pelarut yang sesuai. Ada dua kemungkinan keadaan dalam rekristalisasi yaitu pengotor lebih larut daripada senyawa yang dimurnikan, atau kelarutan pengotor lebih kecil daripada senyawa yang dimurnikan. Pada dasarnya proses rekristalisasi adalah: Melarutkan senyawa yang akan dimurnikan kedalam pelarut yang sesuai pada atau dekat titik didihnya. Menyaring larutan panas dari molekul atau partikel tidak larut. Biarkan larutan panas menjadi dingin hingga terbentuk kristal. Memisahkan kristal dari larutan berair. Kristal yang terjadi dikeringkan dan ditentukan kemurniannya dengan penentuan titik lebur, kromatografi dan metode spektroskopi.Langkah penentuan pelarut dalam rekristalisasi merupakan langkah penentu keberhasilan pemisahan. Jika senyawa larut dalam keadaan panas maka penyaringan harus dilakukan dalam keadaan panas. Senyawa organik sering mengandung senyawa berwarna. Senyawa tersebut dapat dimurnikan dengan penambahan karbon aktif penghilang warna seperti norit ( Pramushinta, 2010).

Bab 3. Metodologi Praktikum3.1 Alat alat yang digunakan Labu didih dasar datar Gelas ukur Gelas piala Erlenmeyer Corong buchner Pompa vakum Pipet tetes Waterbatch

3.2 Bahan-bahan yang digunakan Anilin Asam asetat anhidrat Asam asetat glasial Aquades Etanol

3.3 Prosedur Percobaan3.3.1 Pembuatan Asetanilida dari Asam Asetat Anhidrat dan Anilin Masukkan 4 ml asam asetat anhidrat dan 3 ml anilin kedalam Erlenmeyer, campurkan hingga homogen. Diguncangkan secara perlahan didalam wadah yang berisi air + es. Biarkan hingga terbentuk kristal, apabila sulit terbentuk, gores bagian dalam gelas kimia dengan pengaduk kaca untuk mempercepat terbentuknya kristal, hingga seluruh kristal terbentuk. Saring produk yang terbentuk dengan corong buncher menggunakan kertas saring. Jika kristal yang didapat masih kotor maka kristal direkristalisasi dengan menambahkan larutan dari 40 ml aquades dan 40 ml etanol yang telah dipanaskan selama 5 menit. Direndam kembali kedalam wadah yang berisi air dan es hingga semua kristal terbentuk. Kristal yang terbentuk disaring lagi dengan vakum hingga tidak ada lagi air yang tersisa dan didapatkan asetanilida yang murni. Hasil yang didapat ditimbang dan disimpan.

3.3.2 Pembuatan Asetanilida dari Asam Asetat Glasial dan Anilin Masukkan 4 ml asam asetat glasial dan 3 ml anilin serta batu didih kedalam labu didih dasar datar. Panaskan selama 15 menit dsn mendidihkan selama 30 menit. Direndam didalam wadah yang berisi air + es. Biarkan hingga terbentuk kristal, apabila sulit terbentuk, gores bagian dalam gelas kimia dengan pengaduk kaca untuk mempercepat terbentuknya kristal, hingga seluruh kristal terbentuk. Saring produk yang terbentuk dengan corong buncher menggunakan kertas saring. Jika kristal yang didapat masih kotor maka kristal direkristalisasi dengan menambahkan larutan dari 40 ml aquades dan 40 ml etanol yang telah dipanaskan selama 5 menit. Direndam kembali kedalam wadah yang berisi air dan es hingga semua kristal terbentuk. Kristal yang terbentuk disaring lagi dengan vakum hingga tidak ada lagi air yang tersisa dan didapatkan asetanilida yang murni. Hasil yang didapat ditimbang dan disimpan.

3.4Rangkaian alat

Gambar 3.1. Proses Pengukuran Takaran Zat

1234

Gambar 3.2. Proses Rekristalisasi AsetanilidaKeterangan :1. Pompa Vakum2. Selang Pembuangan Gas3. Corong Buchner4. Erlenmeyer Vakum

Bab 4. Hasil dan Pembahasan4. 1Hasil PengamatanTabel 4.1. Data Pengamatan pada Perlakuan INoPerlakuanPengamatan

1.Asetat glasial (4 ml) + anilin (3 ml) + batu didih dipanaskan dan didihkanCampuran (Kuning Kecoklatan)

2.Larutan asetanilida didinginkanLarutan berwarna bening dan cokelat yang saling tidak menyatu. Dan tidak terbentuk kristal asetanilida.

Tabel 4.2. Data Pengamatan pada Perlakuan IINoPerlakuanPengamatan

1.Asetat anhidrat (4 ml) + anilin (3 ml) + batu didih direndam dalam air esLarutan berubah menjadi kristal putih yang masih bercampur air

2.Campuran disaring dengan pompa vakumAir terpisah dari kristal menjadi butiran kristal putih

3.Rekristalisasi ( 40 ml alkohol dan air hangat) + serbuk kristal dipanaskan dan direndam dalam air es serta disaring dengan pompa vakumButiran kristal lebih murni

Berat produk murni (asetanilida)= 2, 21 gram 1, 06 gram= 1, 15 gram4. 2PembahasanPada percobaan ini, dilakukan 2 perlakuan yang berbeda untuk mendapatkan senyawa asetanilida. Perlakuan I, yaitu dengan mereaksikan 3 ml anilin dan 4 ml asam asetat glasial. Campuran larutan dipanaskan lalu didinginkan menggunakan wadah es. Tidak didapatkan kristal asetanilida dan hanya terbentuk larutan berwarna bening dan cokelat yang saling tidak menyatu. Selanjutnya, dilakukan perlakuan II, yaitu dengan mereaksikan 3 ml anilin dan 4 ml asam asetat anhidrat tanpa menggunakan pemanasan. Larutan diaduk beberapa saat dan dimasukkan ke dalam wadah berisi es, lalu terbentuk kristal. Dari dua perlakuan ini, produk yang dihasilkan berbeda. Pada perlakuan I, tidak dihasilkan produk asetanilida dikarenakan ketika pemanasan, suhu air sekitar 60-70OC sedangkan bahan yang hendak di didihkan suhunya lebih tinggi dari suhu didih air. Suhu optimum reaksi pembetukan asetanilida seharusnya sebesar 110OC. Besarnya peningkatan suhu dalam sistem tumbukan antara molekul menyebabkan reaksi berlangsung cepat (Fessenden, 1999).Perlakuan II menghasilkan asetanilida karena anilin bereaksi dengan asam asetat anhidrat. Dimana anilin dan asetat anhidrat berperan sebagai reaktan atau pereaksi. Hasil yang didapat pada perlakuan II, merupakan kristal bewarna putih kecoklatan. Seharusnya, kristal yang didapat merupakan kristal putih. Hal ini dikarenakan, setelah kristal terbentuk masih terdapat zat pengotor yang harus dipisahkan dari kristal tersebut. Ada beberapa cara memisahkan pengotor dari kristal asetanilida yaitu dengan melakukan proses rekristalisasi etanol maupun karbon aktif. Pelarut yang ideal digunakan pada tahap rekristalisasi harus tidak bereaksi dengan senyawa yang akan dikristalkan, harus mempunyai titik didih yang lebih rendah daripada titik didih senyawa yang dikristalkan. Selain itu, pelarut juga tidak beracun dan yang paling penting senyawa yang dikristalkan harus dapat larut dalam pelarut yang dipanaskan dan tidak larut pada pelarut yang dingin. Berat asetanilida yang dihasilkan sebesar 1,15 gram. Dari hasil perhitungan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh 13 % rendemen. Dengan nilai konversi sebesar 8 %. Hasil ini lebih kecil dari rendemen dan konversi teoritis dimana nilai rendemen teoritis yang diperoleh adalah 65 % dan nilai konversi teoritis sebesar 90 %, hasil yang kami peroleh lebih kecil dari teoritis di karenakan beberapa faktor, yaitu ( Kirk & Othmer, 1981 ):1. Suhu Reaksi Suhu optimum reaksi pembetukan asetanilida sebesar 110OC, sementara suhu pemanasan pada percoban yang dilakukan sekitar 60-70OC.2. Perbandingan Reaksi Perbandingan jumlah reaktan optimum adalah 1:4 dengan kadar asam asetat anhidrat 150 % lebih banyak, di reaksikan sampai tidak ada anilin tersisa.3. Daur UlangTidak dilakukannya proses daur ulang, pada filtrat hasil reaksi masih terdapat asetanilida.

Bab 5. Kesimpulan dan Saran5.1 Kesimpulan Asetanilida dibuat dengan cara mereaksikan anilin dengan asetat anhidrat dan asam asetat glasial dengan anilin. Berat asetanilida yang didapat yaitu 1,15 gram dan rendemen sebesar 13%. Untuk mendapatkan hasil produk asetanilida yang lebih murni, harus dilakukan proses rekristalisasi.

5.2 Saran Cucilah alat yang akan digunakan sebelum praktikum. Lakukan pereaksian larutan didalam lemari asam

Reaksi Acylasi Pembuatan Asetanilida

Pompa Vakum

Corong Biuchner