asessmen aud

21
Mengoptimalkan kecerdasan majemuk Orang yang sering berpikir bahwa anak yang cerdas adalah anak yang pintar dalam ilmu-ilmu exact, seperti matematika dan IPA. Sementara orang yang berprestasi di bidang seni, seperti pelukis dan penyair, misalnya sering masih dipandang sebelah mata. Pada kenyataannya, kita tidak dapat mengingkari bahwa banyak orang sukses di dunia ini yang tidak berhasil secara akademis. Seorang peneliti dari Harvard yaitu Dr. Howard Gardner, mengembangkan konsep Multiple Intelligences/Kecerdasan Majemuk yang mengajukan teori delapan jenis kecerdasan, antara lain: 1. Kecerdasan Linguistik/Bahasa 2. Kecerdasan Logika Matematika 3. Kecerdasan Gerak 4. Kecerdasan Spasial 5. Kecerdasan Musik 6. Kecerdasan Intrapersonal 7. Kecerdasan Interpersonal 8. Kecerdasan Naturalis Ada pula yang mengajukan Teori Kecerdasan Transendental/Rohani, meskipun dalam prakteknya masih menghadapi perdebatan. Untuk mengembangkan kecerdasan seorang anak, diperlukan tiga kebutuhan pokok, yaitu kebutuhan fisik, emosi, dan stimulasi dini. Mari kita intip 8 kecerdasan tersebut. 1. Kecerdasan Linguistik/Bahasa Kecerdasan ini dapat menunjukkan kecerdasan logika berpikir seorang anak. Jika dia bisa berbahasa/berbicara dengan bagus dan lancar niscaya logika berpikirnya akan bagus. Anak-anak cenderung lebih sering menggunakan kata-kata yang ‘acak-acakan’. Untuk merangsang kecerdasan berbahasa verbal, sebaiknya kita: a. Sering mengajak anak bercakap-cakap b. Sering membacakan cerita/dongeng c. Sering mengajarkan nyanyian/lagu Pandai berbahasa bukan hanya berarti menguasai banyak bahasa, melainkan si anak mempunyai kemampuan dalam mengolah bahasa. Hal ini penting untuk mengajarkan bahasa ibu terlebih dahulu karena hal itu akan mendorong logika berpikir si anak. Tidak semua anak cerdas dalam berbahasa. Seandainya si anak belum siap menerima multibahasa. Jangan memberikannya. Bila guru dan orangtua menjejalkan anak dengan beragam bahasa, hasilnya anak akan mengalami kebingungan bahasa. Stimulus dari lingkungannya akan mempengaruhi kemampuan otak si anak dan pada akhirnya akan bermuara pada keterampilan anak dalam mengolah kata-kata dan berbicara. Biasanya, kurangnya kemampuan berbahasa pada anak terjadi apabila sejak kecil anak jarang diajak berkomunikasi.

Upload: bunda-nisa

Post on 30-Nov-2015

80 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Asessmen Aud

Mengoptimalkan kecerdasan majemuk

Orang yang sering berpikir bahwa anak yang cerdas adalah anak yang pintar dalam ilmu-ilmu exact, seperti matematika dan IPA. Sementara orang yang berprestasi di bidang seni, seperti pelukis dan penyair, misalnya sering masih dipandang sebelah mata. Pada kenyataannya, kita tidak dapat mengingkari bahwa banyak orang sukses di dunia ini yang tidak berhasil secara akademis.

Seorang peneliti dari Harvard yaitu Dr. Howard Gardner, mengembangkan konsep Multiple Intelligences/Kecerdasan Majemuk yang mengajukan teori delapan jenis kecerdasan, antara lain:

1.         Kecerdasan Linguistik/Bahasa2.         Kecerdasan Logika Matematika3.         Kecerdasan Gerak4.         Kecerdasan Spasial5.         Kecerdasan Musik6.         Kecerdasan Intrapersonal7.         Kecerdasan Interpersonal8.         Kecerdasan Naturalis

Ada pula yang mengajukan Teori Kecerdasan Transendental/Rohani, meskipun dalam prakteknya masih menghadapi perdebatan.

Untuk mengembangkan kecerdasan seorang anak, diperlukan tiga kebutuhan pokok, yaitu kebutuhan fisik, emosi, dan stimulasi dini.

Mari kita intip 8 kecerdasan tersebut.1.         Kecerdasan Linguistik/Bahasa

Kecerdasan ini dapat menunjukkan kecerdasan logika berpikir seorang anak. Jika dia bisa berbahasa/berbicara dengan bagus dan lancar niscaya logika berpikirnya akan bagus.Anak-anak cenderung lebih sering menggunakan kata-kata yang ‘acak-acakan’. Untuk merangsang kecerdasan berbahasa verbal, sebaiknya kita:

a.      Sering mengajak anak bercakap-cakapb.      Sering membacakan cerita/dongengc.       Sering mengajarkan nyanyian/lagu

Pandai berbahasa bukan hanya berarti menguasai banyak bahasa, melainkan si anak mempunyai kemampuan dalam mengolah bahasa. Hal ini penting untuk mengajarkan bahasa ibu terlebih dahulu karena hal itu akan mendorong logika berpikir si anak.Tidak semua anak cerdas dalam berbahasa. Seandainya si anak belum siap menerima multibahasa. Jangan memberikannya. Bila guru dan orangtua menjejalkan anak dengan beragam bahasa, hasilnya anak akan mengalami kebingungan bahasa.Stimulus dari lingkungannya akan mempengaruhi kemampuan otak si anak dan pada akhirnya akan bermuara pada keterampilan anak dalam mengolah kata-kata dan berbicara. Biasanya, kurangnya kemampuan berbahasa pada anak terjadi apabila sejak kecil anak jarang diajak berkomunikasi.

2.         Kecerdasan Logika MatematikaBiasanya logika matematika dikatikan dengan otak yang melibatkan beberapa komponen, yakni perhitungan secara matematis, berpikir logis, dan pemecahan masalah. Anak dengan kemampuan ini akan senang berkutat dengan rumus-rumus dan pola-pola abstrak. Tidak hanya pada bilangan matematika, tetapi juga meningkat pada kegiatan yang bersifat analisis dan konseptual.Ada kaitan antara logika matematika dan kecerdasan linguistik, anak menganalisis dan menjabarkan alasan logis, serta kemampuan mengonstruksi solusi dari persoalan yang timbul. Menurut Gardner, ciri anak yang cerdas matematika adalah anak yang suka mengotak-atik benda dan melakukan uji coba.Dalam hal ini kita dituntut untuk kreatif dalam mengenalkan dan mengajarkan konsep matematika sehingga anak menjadi fun dalam mempelajarinya dan tidak menganggap matematika sebagai sesuatu yang menakutkan.Dalam meningkatkan kecerdasan ini, ciptakan lingkungan matematika. Tidak harus selalu berkutat dengan rumus-rumus serius, tapi bisa diselipkan dalam kegiatan sehari-hari, misalnya dengan menanyakan kepada anak, lebih besar tempat bekal si A atau si B? Atau lebih berat mana tas si A atau si B? Dengan begitu secara tidak langsung kita telah mengajarkan kepada anak tentang konsep panjang dalam meter atau berat dalam gram.

Page 2: Asessmen Aud

Beberapa cara membantu anak mengembangkan kecerdasan matematika:a.       Perbanyak koleksi buku-buku referensi mengenai konsep matematikab.      Buat permainan seru dengan melibatkan murid-murid dalam lomba-lomba, seperti berhitung dan

permainan asyik lainnyac.  Manfaatkan berbagai benda yang ada di sekitar kita sebagai media pengajaran. Misalnya, saat

mengajarkan bangun ruang atau datar dan lingkaran, mintalah anak untuk mengamati pola dari beberapa bendera negara dari buku-buku, bentuk atap rumah dan sebagainya.

3.         Kecerdasan GerakKecerdasan gerak merupakan kemampuan seseorang untuk mengekspresikan ide dan perasaan dalam gerakan tubuh. Kecerdasan ini dimiliki orang-orang yang menggunakan koordinasi tubuhnya dan mampu mengontrol gerakan-gerakannya itu, seperti para atlet dan penari.Anak yang menonjol dalam hal ini sering disebut body smart. Umumnya, anak cerdas gerak memiliki kematangan motorik, baik motorik kasar, seperti berlari, menangkap, melempar, dan memanjat tebing, maupun motorik halus, seperti menulis, menggunting, dan menempel. Keduat tipe gerakan ini membutuhkan koordinasi visual-motorik, ketepatan, keseimbangan, dan kelenturan.Ada tiga pusat kemampuan kognitif dalam kecerdasan kinestetik/gerak yang merupakan komponen penting dari gerak tubuh, yakni:

a.       Logika motorik merupakan kemampuan saraf otot untuk bergerakb.  Memori kinestetik merupakan kemampuan anak mengatur batas dari gerakan melalui konstruksi

otot, gerakan dan posisi dalam ruangc.  Kesadaran kinestetik merupakan kemampuan indra gerak anak untuk mengikuti perintah dan

petunjuk.Pendidik dapat membantu orangtua menemukan dan mengembangkan kecerdasan gerak anak sejak dini. Kecerdasan ini dapat diamati saat anak mulai melakukan gerak bertujuan, misalnya berjalan, melompat, memanjat, atau berlari. Bila anak terlihat mampu melakukan gerakan dengan sangat terampil dibandingkan dengan anak seusianya, berarti ada kemungkinan dia memiliki kelebihan dalam kecerdasan gerak. Melalui aktivitas olahraga atau seni, seperti menyanyi atau menari, anak dapat teramati kemampuan geraknya.Kecerdasan gerak tidak sekedar melibatkan gerakan saja, tapi juga melibatkan kemampuan berpikir. Misalnya, meniru gerakan tarian atau menendang bola ke arah gawang. Pada usia 3 tahun, biasanya anak mulai menunjukkan ciri-ciri keunggulan dalam kecerdasan kinestetik. Kesiapan motoriknya sudah berkembang mendekati sempurna.Sejalan dengan kesiapan fisiknya, anak juga mulai berkembang dalam kemampuan berpikirnya. Anak mulai mampu meniru dan menghafal gerakan sehingga ketika si anak diminta mengulang kembali gerakan tertentu, dia mampu melakukannya dengan baik.Beberapa kegiatan yang bisa dilakukan untuk mengembangkan potensi anak yang tergolong cerdas gerak, antara lain:

a.    Menyediakan ruang yang cukup luas agar anak bisa menyentuh apapun yang mereka lihat. Ajak anak ke tempat-tempat yang memicu eksplorasinya dalam menyentuh.

b.  Memberikan anak ruang yang cukup untuk bergerak sehingga anak cerdas gerak berlajar berinteraksi dengan ruang di sekitarnya.

c.   Minta anak untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang berorientasi pada gerakan, seperti pementasan drama dan menari dalam kegiatan sekolah, senam, balet, dan olahraga. Beberapa aktivitas menawarkan anak belajar melalui interaksi spasial dan gerakan tubuh yang bermanfaat untuk membangun kepercayaan dirinya.

d.     Melakukan beberapa kegiatan yang menunjang kemampuan gerak motorik anak, seperti memasukkan manik-manik ke benang, menggunting kertas, dan kegiatan kerajinan tangan lainnya.

e.      Bermain petak umpet, kucing-kucingan, lompat tali, dan sebagainya.

Banyak orangtua yang kemudian mengarahkan anaknya untuk mengikut les-les yang bisa mengembangkan kecerdasan gerak anaknya, seperti les menari, renang dan sebagainya. Sayang, anak sering cepat bosan dengan aktivitasnya. Di sinilah peran pendidik/guru dan orangtua dituntut untuk jeli memilih kegiatan yang tidak hanya berfokus pada pengembangan keterampilan geraknya, tetapi juga harus bisa mengembangkan kecerdasan-kecerdasan lainnya.

4.         Kecerdasan SpasialKita sering berdecak kagum menyaksikan gedung-gedung pencakar langit yang ada di kota-kota besar. Semua bangunan itu tentu sudah dirancang dengan apik oleh para arsitek yang andal. Para arsitek dan seniman, seperti Leonardo da Vinci dan legenda pelukis Indonesia, Affandi, atau

Page 3: Asessmen Aud

Walt Disney yang melegenda dengan tokoh-tokoh kartun rekaaannya, seperti Mickey Mouse dan Donald Duck adalah contoh dari orang-orang yang memiliki kecerdasan spasial-visual.Kecerdasan ini melibatkan imajinatif aktif yang membuat seseorang mampu mempersepsikan warna, garis dan luas, serta menetapkan arah dengan tepat.Kecerdasan spasial umumnya dimiliki para pelukis, pemahat, arsitek, dan pilot. Anak dengan kecerdasan spasial-visual adalah pengamat dunia. Mereka peka terhadap tanda-tanda alam dan mengamatinya secara menyeluruh. Anak dengan tipe kecerdasan seperti ini biasanya menyukai pelajaran yang dikemas dalam metode diagram, grafik, tabel, dan mind mapping.Lalu bagaimana cara mengembangkan kecerdasan spasial-visual anak?

a.      Kenalkan arahSaat anak memasuki usia 2 tahun, kita bisa mengajarkannya mengenal arah dengan mulai membedakan tangan kanan dan kiri atau kaki kanan dan kiri. Jika anak sudah paham, saat jalan pulang ke rumah tanyakan, “Jalan pulang belok kanan atau belok kiri, ya?”

b.      Bermain puzzle dan balokSebaiknya jumlah puzzle disesuaikan dengan usia dan kemampuan anak. Saat anak berusia 3 tahun, cobalah lima keping puzzle dulu. Semakin usia bertambah jumlah puzzle pun bertambah. Begitupun dengan bermain balok; semakin bertambah usianya lebih tinggi pula tingkat kesulitannya.

c.       Belajar bentukSaat anda membaca buku bersama anak didik, mintalah dia memperhatikan bentuk-bentuk rumah, bola, atau benda yang ada dalam buku. Sebutkan konsep garis, seperti melengkung, lurus, zig-zag, bulat, persegi, atau kerucut. Deskripsikan suatu bentuk secara verbal, lalu mintalah anak menggambarkannya.Kemudian ajaklah anak berlatih membentuk berbagai gambar dari sebuah garis lurus atau lengkung. Hal ini bertujuan untuk melatih anak dalam menerjemahkan suatu bentuk ke dalam pikirannya menjadi gambar dua dimensi. Kegiatan mewarnai juga dapat melatih anak mengenal batasan posisi warna merah atau kuning supaya tidak melewati garis.Sekali-kali tanyakan kepada anak didik, “Dari sebuah garis lengkung atau titik, bisa menjadi gambar apa, ya?”. Jika jawabannya lebih dari tiga, bisa jadi anak didik kita memiliki daya imajinasi bentuk dan ruang yang meyakinkan.

d.      Belajar mengamatiSaat melihat suatu gambar, ajaklah anak melihat detail-detailnya. Kemudian tanyakan kembali detail itu, misalnya “Jendelanya berbentuk apa?” atau “Ceritakan apa saja sih, yang ada di rumah tadi?”.Selain itu, untuk merangsang kecerdasan spasial anak didik kita, cobalah anda juga bisa merancang permainan berburu harta karun dengan menggunakan peta sederhana. Anak dengan kecerdasan spasial, biasanya lebih mudah memahami peta. Sekarang ini banyak permainan ‘mencari jalan’ yang adala dalam majalah-majalah untuk anak TK disertai dengan cerita dan gambar yang menarik. Insya Allah anak-anak tidak akan bosan dibuatnya.... Amin...

5.         Kecerdasan MusikMusik adalah bahasa universal atau musik sebagai ekspresi diri. Ia merupakan pernyataan untuk melukiskan betapa musik mewarnai kehidupan manusia dan dapat diterima di belahan mana pun di dunia. Meskipun dapat dikatakan bahwa semua orang suka musik, ternyata tidak banyak yang memahami dan memiliki kecerdasan musik. Tipe kecerdasan ini berkembang sangat baik pada musisi, penyanyi dan komposer.Kecerdasan bermusik mencakup kepekaan atau penguasaan terhadap nada, irama, pola-pola, ritme, tempo, instrumen, dan ekspresi musik sehingga seseorang mampu menyanyikan lagu, memainkan musik, dan menikmati musik. Imitasi dan eksplorasi terhadap berbagai bunyi, gambar, dan gerakan, selayaknya menjadi bagian dari pengalaman anak sehari-hari.Musik tidak hanya berkaitan dengan perkembangan kognitif, tapi juga mampu mengembangkan kecakapan sikap, tingkah laku, dan disiplin anak. Melalui musik, rasa percaya diri anak meningkat, yang kemudian menular ke bidang lainnya, seperti matematika, geografi, ekonomi dan sebagainya.Kenali bakat musik anak didik anda lewat alat-alat musik yang mereka mainkan dan lagu-lagu yang mereka nyanyikan. Pengenalan musik terhadap anak di sekolah bisa dilakukan dengan cara membuat permainan-permainan menciptakan musik, misalnya dengan alat-alat makan (piring, sendok, atau gelas). Hal ini dapat membantunya mempelajari irama, lemah-kuatnya nada, dan tinggi-rendahnya bunyi.Beberapa kegiatan yang bisa dilakukan di sekolah untuk menggali kecerdasan musik anak didi antara lain:

a.     Kenalkan anak lewat berbagai jenis alat musik meskipun hanya lewat gambar.

Page 4: Asessmen Aud

b.   Menyediakan alat-alat musik sederhana, misalnya gitar, drum, piano, tamborin mainan (dari plastik) dan sebagainya.

c.       Mengajarkan not balok lewat lagu-lagu sederhana.d.  Untuk melatih kepekaan nada, anak juga dapat diperdengarkan lagu-lagu dengan irama yang

berbeda saat dia makan, menggambar, bermain, dan dalam melakukan aktivitas lainnya.e.  Anak-anak cenderung menyukai lagu yang bernada riang. Bernyanyi bisa dikombinasikan dengan

kegiatan bermain lainnya, seperti permainan kursi putar.f.  Ajaklah anak untuk menampilkan kebolehan mereka dalam acara-acara sekolah.

6.         Kecerdasan IntrapersonalKecerdasan ini merupakan kemampuan seseorang untuk mengenali dan mengembangkan potensi, serta mengekspresikan dirinya.Seorang anak yang memiliki kecerdasan ini akan mengetahui kekuatan dan kelemahannya, suasana hatinya, temperamennya, keinginannya, dan motivasinya.Anak harus belajar mengembangkan kecerdasan personal yang tak lain adalah gabungan kecerdasan intrapersonal (self smart/cerdas diri) dan kecerdasan interpersonal (people smart/cerdas sosial). Untuk itu kepedulian orangtua dan lingkungan sekitarnya terhadap kecerdasan personal, mutlak diperlukan.Berbeda dengan tipe lainnya, perwujudan tipe kecerdasan ini membutuhkan perpaduan dengan tipe kecerdasan lainnya. Misalnya perpaduan dengan kecerdasan bahasa akan melahirkan karya sastra yang berisi pemikiran atau filosofi menakjubkan. Anak yang menonjol dalam hal ini sering disebut self smart. Contohnya Faiz, buku-buku kumpulan puisinya yang diterbitkan DAR! Mizan membuat namanya menjadi fenomenal sebagai penyair cilik, disusul Izzati, sepupu Faiz; Chacha, Ghefira, juga penulis-penulis cilik lainnya.Ketahuilah konsep diri seorang anak berasal dari pengetahuan yang baik tentang dirinya sercara positif, baik itu mengenai mood, temperamen, motivasi, maupun intensinya dalam suatu lingkungan. Tidak cukup sampai di situ, anak juga harus dapat mengutarakan pendapatnya, keinginannya, kebutuhannya, kekecewaannya, kejengkelannya, atau apa pun yang berkecamuk dalam dirinya. Sehingga dia bisa dipahami dan diterima secara baik oleh lingkungannya. Penerimaan ini akan membuat dirinya menjadi lebih nyaman.

7.         Kecerdasan InterpersonalKemampuan personal merupakan suatu keterampilan sosial yang berkaitan dengan ranah afektif dan emosi, seperti masalah etika, motivasi, moral dan hati nurani. Kemampuan personal akan menumbuhsuburkan nilai-nilai kebaikan universal pada diri anak. Diharapkan berkembang menjadi pribadi yang berwatak dan berbudi pekerti luhur; santun, saling menghormati; dan menghargai sesama.Kemampuan personal yang berkembang baik dapat mengembangkan kecerdasan spiritual anak.Komponen yang bisa diterapkan dalam kegiatan keseharian yang bisa membantu anak mengembangkan kemampuan interpersonalnya antara lain:

a.       KomunikasiAnak yang tidak dibiasakan berkomunikasi tidak bisa mengungkapkan keinginannya sehingga dia cenderung menjadi pribadi yang tertutup dan mudah ‘meledak’.

b.      Hubungan dengan orang lainSeorang pendidik dituntut untuk mampu mengenalkan anak pada etika, nilai, dan kebiasaan yang berlaku pada masyarakatnya.Biasakanlah anak untuk mengucapkan kalimat-kalimat thayib seperti Hamdalah, Basmalah, Tasbih, Hauqalah, Takbir, Tahmid. dan jangan lupa anak diajarkan untuk bersyukur dan berterima kasih kepada orang lain, berbagai makanan dengan teman-temannya dan bagaimana bersikap kepada sesama; kepada orang yang lebih muda atau orang yang lebih tua. Insya Allah anak akan tumbuh menjadi anak yang berbudi luhur.

c.       Kasih sayangAjarkan anak untuk memiliki rasa kasih sayang pada sesama, seperti pada orangtua, teman, guru dan orang lain. Misalnya mengunjungi teman yang sakit atau tidak mengganggu teman yang lain adalah contoh kasih sayang terhadap teman yang bisa diajarkan di sekolah. Begitu pula terhadap makhluk hidup lainnya, seperti tanaman dan binatang piaraan. Misalnya hewan piaraan harus diberi makan dan minum, serta dibersihkan kandangnya.

d.      BerbagaiManusia adalah makhluk sosial (Homo Homini Socious). Orang sehebat apa pun tidak akan bisa hidup tanpa bantuan dari orang lain. Oleh karena itu anak dibiasakan untuk mau berbagi. Harus tahu bahwa dalam hidup, dia tidak sendirian; masih ada orang lain yang kondisinya bisa saja berbeda dan perlu dibantu.

Page 5: Asessmen Aud

Ajari anak untuk tidak bersikap pelit lewat kerelaan berbagi bekal atau bertukar makanan di TK, berbagai atau saling meminjamkan mainan, dan sebagainya.

e.      KepemilikanAnak-anak sering merebut mainan milik temannya. Atau mengakui mainan milik orang lain sebagai miliknya. Hal ini tidak bagus. Untuk itu kita perlu kenalkan kepada anak untuk mengenali barang miliknya dan milik orang lain. Ajarkan pula bagaimana caranya dia menjaga barang pribadinya dan menghargai barang milik orang lain.Secara tidak langsung anak belajar bertanggung jawab dengan menjaga barang miliknya dan orang lain.

f.        Kepedulian/perhatikanDalam hal ini terkandung masalah empati, rasa sayang dan lainnya. Anak diajarkan untuk peduli pada sesamanya. Contoh bilama ada temannya yang berulang tahun, ajarilah anak untuk mengucapkan selamat ulang tahun. Jika ada yang kurang mampu, ajarilah anak untuk membagi sebagian miliknya. Atau jika ada temannya yang sakit ajaklah dia untuk menjenguk/menengok temannya sambil membawa buah tangan.

g.       PerasaanAnak cenderung sangat ekspresif dengan perasaannya. Jika sedih dia akan menangis; jika marah dia bisa mengamuk; dan jika senang, dia akan tertawa riang. Kadang ada anak yang tidak mampu mengontrol emosinya.Sebagai pendidik ajarlah anak dengan menggambarkan beberapa raut wajah yang menunjukkan berbagai emosi seperti marah, senang, sedih, kecewa, atau kesal sambil menjelaskan masing-masing emosi tersebut.

h.      PemilihanTerkadang orang dewasa suka memaksakan kehendaknya kepada anak-anak sehingga anak tidak memiliki pilihan lain yang bisa dia pilih. Akibatnya dia tidak jarang menjadi anak yang stres. Ajarkan anak untuk memilih sesuatu yang benar-benar dia sukai secara asertif (tegas), bukan karena pengaruh atau tekanan dari orang lain.Namun jika pilihan anak itu salah atau tidak sesuai dengan keinginan kita, jelaskan secara lemah lembut dan memintanya untuk mengubah pilihan tersebut. Yang disertai dengan argumen yang bisa mereka terima sehingga mereka tidak merasa sedih atau kecewa.

i.         KehidupanAjarkan kepada anak bahwa kehidupan tidak lepas dari tanggung jawab dan komitmen. Ceritakan contoh-contohnya dari masalah sehari-hari; bagaimana orangtua bekerja keras demi memenuhi tanggung jawabnya bagi keluarga. Lalu kita juga bisa menyelipkan pesan kepada mereka, jika dibelikan sesuatu hendaknya harus dijaga jangan sampai rusak. Sekali-kali ajak anak didik kita berjalan-jalan di seputar sekolah. Terangkan berbagai kejadian yang mereka lihat dengan bahasa sederhana, misalnya mengapa ada orang yang menjadi pengemis atau ada pula yang bisa memiliki mobil pribadi. Dari melihat realita kehidupan sehari-hari anak dapat belajar bahwa kehidupan tidak selamanya menyenangkan dan perlu perjuangan.Anak didik dapat juga diminta untuk menceritakan pengalaman mereka bersama keluarga dan teman-temannya.

j.        Mengatasi masalahAnak diajarkan bagaimana mengatasi masalah yang dihadapinya. Jika dia merasa kesal karena tidak dipinjamkan sesuatu oleh temannya, kita bisa membantunya mengalihkan perhatiannya dari rasa kesal. Misalnya dengan mengajaknya melakukan sebuah permainan atau menceritakan sebuah dongeng.Ajarkan pula kepada anak untuk mandiri, belajar mengikat tali sepatu sendiri, misalnya akan mengajari anak bagaimana bersabar.

8.         Kecerdasan NaturalisKecerdasan naturalis adalah kemampuan untuk mengenali dan memahami sifat-sifat alam. Juga kemampuan untuk bekerja sama dan menyelaraskan diri dengan alam dan senang berada di lingkungan alam yang terbuka, seperti pantai, gunung, cagar alam, atau hutan. Anak-anak dengan kecerdasan ini cenderung suka mengobservasi lingkungan alam, seperti aneka macam bebatuan, jenis-jenis lapisan tanah, aneka macam flora dan fauna, atau benda-benda di angkasa.Anak dengan kecerdasan ini berpotensi untuk menjadi ahli/peneliti alam, seperti ahli biologi, ahli botani, antropolog, astronaut, atau petani. Anak yang menonjol dalam hal ini sering disebut nature smart.Cara yang bisa dipakai untuk mengembangkan kecerdasan ini di sekolah antara lain:

a.     Mengajak anak untuk menanam dan merawat sendiri tanaman mereka di sekolah, dalam pot atau di kebun sekolah.

Page 6: Asessmen Aud

b.    Di beberapa sekolah ada yang menyediakan hewan piaraan, seperti ayam, atau kambing. Ajak anak didik untuk memberi makan dan memperhatikan pertumbuhan hewan tersebut.

c.     Sekali-kali anak didik diajak ke kebun binatang atau pertanian, museum, planetarium, dan wahana rekreasi edukatif lainnya.

9.         Kecerdasan TransendentalPada dasarnya sejak lahir manusia memiliki naluri ketuhanan, yaitu naluri adanya kekuasaan transendential di luar dirinya yang diyakininya bisa memberi kekuatan, ketenangan, semangat, bahkan rezeki dan hukuman. Kenalkan Tuhan pada anak-anak sedini mungkin agar dia memiliki kekayaan sense of moral yang penting untuk menjaga kesehatan mental sepanjang hidupnya.Selain kecerdasan akademis (IQ), kecerdasan transendental (SQ) juga mutlak diperlukan dalam tumbuh-kembang seorang anak. Pendidikan SQ dapat menumbuhsuburkan self awareness dalam diri anak.Mendekatkan anak pada Tuhan bisa dimulai dengan cara antara lain:

a.   Mengajarkan doa-doa pendek/doa sehari-hari, seperti doa sebelum dan sesudah makan, doa sebelum dan sesudah tidur, doa sebelum dan sesudah belajar, doa keluar-masuk kamar mandi, dan doa untuk orangtua.

b.  Mengajarkan surah-surah pendek dalam Juz ‘Amma. Dewasa ini sudah tidak aneh lagi jika anak usia 5 tahun sudah hafal lebih dari 3 juz Al-Quran.

c. Mengajarkan tata cara ibadah sehari-hari (wudhu, shalat dan sebagainya).d.     Mengajarkan adab sopan santun terhadap orang yang lebih tua, sebaya, atau yang lebih muda.

Hindarkan persepsi bahwa anak yang tidak cerdas logika (pintar matematika dan exact) adalah anak yang bodoh. Pada dasarnya kecerdasan majemuk berkaitan dan menunjang satu sama lain, meskipun dalam diri setiap anak pasti ada salah satu yang dominan.

ASESSMEN UNTUK AUD

PENDAHULUAN

Di sekolah dasar atau menengah, anak diberikan dan mengikuti berbagai macam tes. Berbagai jenis test tersebut berfungsi sebagai penentuan jenjang kelas untuk setiap periode; tes kelulusan suatu jenjang; tes prestasi (achievment test); tes IQ; atau tes masuk suatu perguruan tinggi. Akan tetapi, penilaian tidak hanya dilakukan kepada siswa sekolah dasar dan menengah dengan tujuan fungsi-fungsi seperti itu. Penilaian juga dilakukan kepada anak-anak usia 0 sampai 8 tahun (early childhood) , anak usia pra sekolah, usia dini dan sekolah dasar kelas bawah dalam bentuk penilaian sesuai dengan tujuan pendidikan di anak usia tersebut.

Kenapa kita perlu melakukan tes atau evaluasi terhadap anak usia dini (early childhood). Perhatian para ahli, guru dan orang tua tidak hanya tentang bagaimana bayi (infant) dan anak-anak (young children) tumbuh dan berkembang, tetapi terhadap usaha untuk mengatasi permasalahan pada perkembangan dan proses belajaran anak.

Berbagai buku tentang penilaian lebih banyak menyangkut penilaian terhadap anak usia sekolah dasar dan menengah, kalau pun ada tentang penilaian pada anak usia dini, lebih pada penilaian tentang membaca dan menulis.

Goodwin dan Goodwin menjelaskan pengertian penilaian, yaitu :

“the process of determining, through observation or testing, an individual’s traits or behavior, a program’s characteristics, or the properties of some ther entity, and then assigning a number, rating, or scores to that determination”

Jadi penilaian adalah suatu proses menentukan atau memutuskan sifat-sifat atau prilaku individu, karakteristik suatu program, atau sifat dari suatu entitas melalui tes dan observasi, dan kemudian menandainya dengan suatu bilangan, tingkatan (rating), atau skor terhadap hasil penentuan dan pemutusan tersebut.

Penilaian yang dilakukan terhadap anak usia 0 sampai usia pra sekolah berbeda dengan yang penilaian terhadap anak usia yang lebih tua atau orang dewasa. Tidak hanya karena alasan bahwa anak usia tersebut belum bisa menulis dan membaca, tetapi karena pada tahap perkembangan

Page 7: Asessmen Aud

anak usia tersebut membutuhkan berbagai cara penilaian yang tepat. Penilaian harus sesuai dengan tingkat mental, sosial, dan perkembnagan fisik pada setiap tahapan perkembangan. Perkembangan yang terjadi pada anak berjalan sangat cepat, maka perlu usaha untuk menilai apakah perkembangan yang terjadi berjalan secara normal. Apabila perkembangan anak terjadi secara tidak normal, prosedur pengukuran dan penilaian yang digunakan sangat penting dalam menentukan keputusan untuk memberi perlakuan yang tepat.

            Penilaian digunakan untuk berbagai tujuan. Salah satunya untuk mempelajari anak sebagai individu. Dalam hal ini, penilaian terhadap anak berfungsi untuk mendiagnosis perkembangan anak dengan menggunakan teknik penilaian baik yang formal maupun yang non formal. Diagnosa seperti ini sangat penting untuk mengetahuan keterlambatan dalam perkembangan serta mengidentifikasi lemahnya kemampuan belajar anak. Penilaian terhadap anak usia dini digunakan juga untuk tujuan penempatan dalam suatu program pendidikan atau pelayanan. Tujuan lainnya adalah adalah untuk perencanaan suatu program pendidikan, dimana penilaian digunakan untuk mengevaluasi sejauh mana tingkat keberhasilan program.

 PEMBAHASAN

A.     Pengertian dan Tujuan

          Dahulu kita mengenal adanya Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (EBTANAS) yang kemudian dig anti menjadi Ujian Akhir Nasional (UAN). Di akhir kelas enam SD atau kelas tiga SLTP dan SLTA, siswa mengerjakan EBTANAS/UAN untuk menentukan lulus-tidaknya siswa tersebut. EBTANAS/UAN tersebut berbentuk tes tertulis (paper ang pencil test). Soal-soal yang ada didalamnya menggambarkan materi pelajaran standar yang dipelajari siswa selama belajar di sekolah. Proses seperti itu dikenal dengan istilah evaluasi yang biasanya dilakukan setelah akhir suatuprogram. Tujuannya untuk mengukur keberhasilan suatu program yang diwujutkan dalam bentuk mengukur keberhasilan suatu program yang diwujutkan dalam bentuk angka atau skor. Jika anak memperoleh nilai delapan puluh berarti anak tersebut menguasai delapan puluh persen materi pelajaran dan berarti lulus.

          Untuk anak TK, proses evaluasi seperti di kelas tidak sesuai, bahkan tes tertulis seperti itu sebaiknya dihindari kecuali untuk tujuan-tujuan tertentu. Pertimbangannya ialah bahwa anak TK belum bisa membaca dan menulis. Selain itu, tes tertulis membuat anak stress. Sebagai gantinya digunakan asesmen, yaitu suatu proses pengamatan, pencatatan, dan pendokementasian kinerja dan kaya siswa serta bagaimmana proses ia menghailkan katya tersebut. Asesmen tidak digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu program, tetapi utnuk mengetahui perkembangan atau kemajuan belajar anak. Asesmen tidak dilakukan di kelas pada akhir program atau di akhir tahun TK, tetapi dilakukan secra bertahap dan berkesinambungan sehingga kemajuan belajar siswa dapat diketahui. Caranya pun lebih alami, misalnya,  saat anak bermain, menggambar, atau dari karya yang dihasilkan. Asesmen tidak mengkondisikan anak pada bentuk ujian. Dengan mengetahui bakat, minat, kelebihan, dan kelemahan siswa maka guru bersama-sama denganorang tua siswa dapat member bantuan belajar yang tepat untuk anak sehingga dpat diperoleh hasil belajar yang tepat untukanak sehingga dapat diperoleh hasil belajar yang aptomal.

Asesmen digunakan untuk tujuan sebagai berikut:

  Untuk mengetahui berbagai aspek perkembangan anak secara individual,  dan sebagainya.

  Untuk diagnosa adanya hambatan perkembangan maupun identifikasi penyebab masalah belajar pada anak.

  Untuk memberikan tempat dan program yang tepat untuk anak, dalam hal ini untuk mengetahui apakah anak membutuhkan pelayanan khusus.’

  Untuk membuat perencanaan program (curriculum planning), dalam hal ini asesmen digunakan untuk memodifikasi kurikulum, menentukan metodelogi, dan memberikan umpan balik (fedback).

  Untuk mengidentifikasi dan memperbaiki masalah perkembangan pada anak.   Untuk kajian penelitian

Adapun secara spesifik, tujuan asesmen perkembangan adalah sebagai berikut:

  Memberikan informasi perkembangan spesifik

Page 8: Asessmen Aud

  Membantu guru menetapkan tujuan dan merencanakan program   Mendapat profil anak (guru dan orang tua)   Bermanfaat untuk diagnosa anak berkebutuhan khusus sehingga dapat dibuat program

pendidikan individual dan lyanan untuk keluarga.   Evaluasi keberhasilan program, dan lain-lain

 Sementara itu, tujuan asesmen untuk bayi dan batita adalah untuk menentukan apakah anak berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya ataukah mengalami hambatan sehingga membutuhkan intervensi.

 B.       PRINSIP ASESMEN

  Asesmen digunakan untuk kebutuhan anak. Adapun prinsip asesmen adalah sebagai berikut:

  Menggunakan informasi dan sumber yang beragam   Bermanfaat untuk permebangan dan belajar anak   Melibatkan anak beserta keluarganya   Sesuai dan fair untuk anak   Otentik   Memiliki tujuan yang spesifik dan bersifat reliabel, valid, dan sesuai dengan tujuan yang

akan dicapai

Sebagai seorang profesional/calon profesional, kita dituntut untuk mengikuti prosnsip/etika dalam membuat dokumentasi melalui asesmen yaitu sebagai berikut:

a)         Ketetapan

Yaitu dengan cara mencatat fakta (data kasar/raw data) secara lengkap dan dilakukan dengan segera mungkin setalah pengamatan.

b)        Objektivitas

Yaitu dengan mencatat fakta bahwa secara objektif, tidak bias, dan tidak ditambah dengan pendapat kita.

c)         Menghidari pelabelan

Yaitu dengan menghindari kesimpulan dan diagnosis yang terlalu dini berdasarkan informasi yang terbatas.

d)         Memiliki tujuan yang baik

Tujuan dokumentasi adalah untuk mengamati perilaku anak, mengumpulkan informasi tentang anak, dan merencanakan program yang tepat untuk anak. Dokumentasi tidak ditujukan untuk alasan yang merugikan anak dan keluarganya.

e)       Berbagi dengan keluarga

Berbagi dan berkomunikasi dengan keluarga tentang perilaku dan perkembangan anak harus dengan persetujuan pihak yang berkait misalnya guru dan anak yang diamati (tergantung usia anak). Dalam hal ini, privacy anak juga perlu menjadi menjadi bahan pertimbangan. Pada kondisi tertentu, seorang profesional perlu meminta izin pada nak untuk menceritakan tentang anak pada orang tuanya.

f)         Kerahasiaan

Kerahasiaan anak perlu dijaga, dimana informasi tentang anak hanya boleh diketahui oleh pihak-pihak yang memiliki hak untuk mengetahui informasi tersebut. Kita juga perlu meminta izin dari orang tua anak saat mendokumentasi anak.

 C.        KOMPONEN SISTEM ASESMEN

Page 9: Asessmen Aud

Asesmen memiliki 3 kompenen yang saling berkaitan. Komponen pertama adalah mengumpulkan dan mencatat/merekam informasi tenang perkembangan dan belajar anak. Sebagai contoh misalnya dengan mengumpulkan dan mencatat apa yang dilakukan anak. Informasi ini dapat diperoleh dari pemangamatan, komunikasi, wawancara, portofolio, proyek, tes, checklis, hasil gambar/tulisan anak. Foto, maupun rekaman suara.

Komponen kedua adalah menginterpretasi dan mengevaluasi semua informasi yang diperoleh. Hal ini bermenfaat dalam mebuat semacam keputusan atau penilaian tentang perkembangan anak. Misalnya apakah anak berada dalam tahap perkembangan atau telah mencapai perkembangan tertentu.

Secara umum, ada 2 pendekatan dalam melihat asesmen, yaitu sebagai berikut:

1.        Otentik asesmen

Otentik asesmen disebut juga dengan asesmen kelas, asesmen alternatif, atau asesmen berdasarkan performasi (perfomance based asesment). Asesmen tipe ini terjadi sepanjang kegiatan anak di kelas. Informasi diperoleh dari bergai cara, terutama dari observasi/pengamatan pendidik selama anak melakukan kegiatan yang bermakna, dengan waktu yang berbeda-beda dan kegiatan yang berbeda pula.

1. Formal Asesmen

Komponen sistem asesmen terdiri dari (1) tes standar dan (2) strategi asesmen informal.

1. Tes satandar

Tes standar dirancang untuk mengukur karakteristik inindividual. Pelaksanaan tes dapat dilakukan secara individual maupun kelompok. Ada berbagai macam tujuan tes, di antaranya adalah untuk mengukur kemampuan, prestasi, minat, dan karakteristik kepribadian. Hasil tes dapat digunakan untuk merancang tugas selanjutnya, untuk mempelajari perbedaan antar individu dan kelompokm serta untuk kegiatan bimbingan dan konseling.

Kemampuan adalah tingkat pengetahuan ataupun keterampilan anak dalam bidang tertentu. Ada tiga macam test kemampuan psikologis yaitu tes intelgensi (intelgence test), test prestasi (achievenebt test) dan tes bakat (aptitude test). Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan motorik, bahasa, sosial, dan kognitif anak. Prestasi anak yang diukur, berkaitan dengan sejauh mana seorang anak mamahami informasi ataupun keterampilan tertentu.

Adapun berbagai macam tes standar untuk anak usia dini yang merupakan ters psikologis, yaitu sebagai berikut:

1)       Tes untuk usia bayi dan balita

Ada banyak tes psikologi yang dirancang untuk anak usai balita. Penyusunan tes tersebut tentu saja cukup sulit berkaitan denganusia anak yang masih sangat dini. Dengan demikian reliabilitas dan validitas pun masih dipertanyakan. Prosedurnyapun relatif sulit dilakukan dan juga memerlukan kompetensi yang tinggi dalam menginterpretasikan hasil tesnya.

2)        Tes untuk anak usia prasekolah

a)     Hannah/Gardner Presechool language Test (usia 3-5, 5 tahun, fokusnya pada tugas perkembangan visual, adudiotory, motorik dan konsep), contohnya sebagai berikut:

Memasang kartu yang sama (dari 5 kartu) Menunjukkan bagian bawah yang hilang Meminta anak berdiri dengan satu kaki Memberikan instruksi: ambil bola dalam boks, pantulkan kelantai, dan berikan kepada

ibu guru Menunjukkan boks yang kosong Memilih mana yang di atas dan mana yang di bawah

Page 10: Asessmen Aud

b)     Carolina Developmen Profile (usia 2-5 tahun, mengukur perkembangan motorik perceptual, penalaran, dan bahasa), contohnya penilaian untuk melihat apakah anak sudah/belum dapat melakukan hal berikut:

Membaik halaman buku satu demi satu dengan kontrol cukup baik Menunjukkan model membuat menara 6-8 kotak dan meinta anak melakukannya Membuka bungkus permen/wafer dan lain-lain tanpa bantuan

c)      Iowa Test Of Preeschool Development (usia 2-5 tahun, tes prestasi prasekolah, mengukur kesiapan bahasa, visual motor, memori, dan konsep), contoh sebagai berikut:

Menunjukkan objek yang diinstruksikan guru Menceritakan secar singkat tentang gambar Membuang plastik ketempat sampah Mencontoh garis lurus Meletakkan pegs dalam pegsboard Mengulang kembali benda yang baru ditunjukkan guru Mengulang benda yang berwarna tertentu Mencari bentuk benda yang sempurna Meletakkan bentu benda yang serupa

d)     Minesota Child Development Inventory, usia 1 sampai 6 tahun mengukur perkembangan anak pra sekolah, sebagai contoh sebagai berikut:

Motorik kasar, termasuk kekuatan, keseimbangan dan koordinasi Motorik halus, keterampilan visual motor, koordinasi mata tangan Bahasa ekspresif, komunikasi, bahasa tubuh, vokal Pemahaman-konseptual, pemahaman bahasa sampai formulasi bahasa Pemahaman situasi, pemahaman tentang lingkungan melalui observasi, membedakan,

meniru, perilaku Self help, termasuk makanan, berpakaian dan ke kamar kecil Personal-sosial, inisiatif, kemandirian, interaksi sosial, perhatian/empati pada teman.

e)     Pre Kindergarden Scale (3-5 tahun, skala rating observer, mengukur keterampilan kognitif, kontrol diri, kemandirian, dan hubungan sosial), contoh berikut ini:

(1)  Keterampilan personal (ketika berinteraksi dengan guru)

Anak selalu mengekspresikan diri utuh Anak biasanya mengekspresikan Mengespresikan diri tidak utuh secara utuh Hanya menggunakan bahasa tubuh Belum terobservasi

(2)   Hubungan dengan teman sebaya

Memimpin kelompok Secara aktif mengikuti kelompok Mengikuti kelompok setelah berargumen Mengalami kelompok tanpa ikut terlibat Berlum terobservasi

(3)  Perilaku personal (ketika anak menumpahkan sesuatu)

Hampir selalu membereskan tanpa diinstruksi Kadang-kadang perlu intruksi Membereskan setelah diinstruksi Tidak membereskan walaupun sudah diinstruksi Belum terobservasi

(4)  Keterampilan kognitif (ketika diberi instruksi)

Page 11: Asessmen Aud

Sangat sedikit kesulitan mengukuti instruksi Agak kesulitan tetapi tidak membutuhkan bantuan Kesulitan tetapi tidak membutuhkan bantuan Kesulitan dan tidak menyelesaikan tugas sekalipun dibantu Belum teobservasi

1. Strategi Asesmen Informal,  mencakup berbagai cara seperti berikut:

1)        Observasi

Observasi adalah metode informal yang paling sering digunakan dalam mengakses kemajuan perkembangan anak. Ada berbagai macam jenis observasi, antara lain adalah observasi, antara lain adalah observasi naturalistik (contoh: catatan anekdot, dan running record) dan observasi terstruktur (contoh: event sampling dan time sampling).

2)       Pengukuran yang dirancang guru

3)       Checklis perkembangan

4)  Skala rating

5)  Rubrik

6)  Performansi dan asesmen portofolio

7)  Asesmen bardasarkan teknoogi

Komponen yang dipatau meliputi seluruh aspek perkembangan anak,yaitu: 1. Perkembangan fisik-motorik, 2. Kognitif (intelektual), 3. Moral dan social, 4. Emosional, dan 5. Komunikasi (bahasa).

1. 1.     Aspek Perkembangan Fisik-Mororik 1. Motorik kasar antara lain meliputi:

Memanjat tali, tangga, panjatan; Berlari; Melompat; Menendang bola; Menendang bola; Menangkap bola; Bermain lompat tali; dan Berjalan pada titian keseimbangan

1. Morik halus antara lain meliputi:

Memasang velcrow; Menarik resluiting (zip); Mengancing baju Menggunting pola; Mengikat tali sepatu; Mewarnai pola; Makan dengan sendok; Menyisir rambut; dan Menggambar

1. Organ sensoris antara lain meliputi:

Mendengar perintah guru dari jauh; Melihat tulisan atau bagan di bagan di papan tulis dari jauh; Mengenali berbagai benda dalam kotak tanpa melihat; Mampu membedakan berbagai macam rasa; Mampu mengenali berbagai macam bau;

Page 12: Asessmen Aud

Menyebutkan berbagai warna benda; dan Menyebutkan cirri-ciri objek dari observasi.

1. Kesehatan badan antara lain:

Seimbangan antara berat dan tinggi badan; Aktif dan lincah; Catatan kehiduran baik;baik Mampu menggunakan berbagai alat permainan di luas kelas.

Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan secara berkala serta catatan sakit dapat digunakan untuk melakukan asesmen terhadap perkembangan kesehatan badan anak.

1. 2.     Aspek Perkembangan Kognitif 1. Informasi/ pengetahuan figurative antara lain meliputi;

Mengenal nama-nama warna; Mengenal nama berbagai benda yang ada dirumah dan fungsinya; Mengenal nama bagian-bagian tubuh; Mengenal nama dan alamat; dan Mengenal nama anggota keluarga, teman, dan guru.

1. Pengetahuan procedural/ operatif antara lain meliputi;

Menjelaskan bagaimana caranya pergi dan pulang kesekolah; Menjelaskan cara menggunakan berbagai peralatan di rumah/ disekolah Mampu membandingkan dua objek atau lebih (compare and contrast); Menghitung, menata, mengurutkan, dan mengklasifikasikan; Mengidentifikasikan masalah, mencari alternative pemecahan, dan memecahkan masalah

sederhama; dan Mampu ke toilet, memakai baju, dan makan sendiri.

1. Pengetahuan temporal dan spasial antara lain meliputi;

Mengetahui nama hari dan tanggal; Mengetahui waktu (siang, malam, kemarin, besak), musim, dan cuaca. Mengenal lokasi ( di bawah, di atas, di samping, kanan, kiri, tinggi, rendah); dan Mengenal kecepatan (cepat, lampat)

1. Pengetahuan dan pengingatan memori antara lain;

Mengingat alphabet (huruf) Mengingat nama-nama teman; dan Mengingat nama hari.

1. 3.     Aspek Perkembangan Moral

Mengenal aturan sekolah Mengenal sopan santun Mengenal otoritas.

1. 4.     Aspek perkembangan Sosial 1. Interpersonal antara lain meliputi:

Mampu bermain bersama teman; Mau bergantian dan antre; Mengikuti perintah dan petunjuk guru; dan Mampu berteman, berkomunikasi, dan membantu teman.

1. Personal

Mau merespons danmenjawab pertanyaan gur

Page 13: Asessmen Aud

Mampu mengekspresikan dari di kelas Percaya diri untuk bertanya, mengemukakan ide, dan tampul Mandiri saat makan, bekerja, dan memakai pakaian. Mau tinggal atau tidak ditunggi orang tua selama di sekolah

1. 5.     Aspek Perkembangan Emosional

Menunjukkan rasa saying kepada teman, orang tua, guru. Menunjukkan rasa empati dan menolong teman. Mengontrol emosi dan agresi, tidak melukai atau menyakit teman.

1. 6.     Kemampuan dalam Disiplin Keilmuan 1. Matematika dan berhitung

Menghitung benda 1-5 Menghitung benda 1-10 Menghitung bendah lebih dari 10 Mengenal angka 1-5 Mengenal angka 1-10 Menjumlahkan benda sampai 5 Menunjukkan benda sampai 10

1. Sains

Kemampuan observasi (pengindaraan), mampu mengamati berbagai gejala benda dan peristiwa.

Mengomunikasikan hasil observasi dan ide Kemampuan klasifikasi, mengelompokkan benda berdasarkan cirri-cirinya. Menggunakan bilangan untuk menyatakan lebih banyak, lebih besar. Menggunakan ruang dan waktu Menghubungkan sebab dan akibat langsung Melakukan inferensi.

1. Pengetahuan social

Mengenal nama teman Memiliki teman bermain lebih dari satu orang Menghargai pendapat orang lain Menunjukkan rasa empati, mau menolong, dan berbagi. menunjukkan kemampuan mematuhi aturan

1. Bahasa

Mampu berkomunikasi denganorang dewasa dan anak lain Mampu mengomunikasikan ide melalui drama, bermain, atau tulisan. Mengenal huruf, memiliki kosakata yang cukup, dan menunjukkan perkembangan

membaca.

1. Seni

Mampu mengekpresikan ide melalui gambar Mampu mengekpresikan diri melalui drama Mampu mengikuti lagu dan senang bernyanyi

1. D.       LAPORAN KEMAJUAN BELAJAR

          Laporan kemajuan belajar anak (raport) sebaiknya berisi skala interval yang menunjukkan kemampuan anak dan deskripsi kemampuan tersebut.  Hal itu untuk menunjukan posisi anak berdasarkan kemampuan yang dituntut dalam tujuan kurikulum. Disamping itu, keterangan bersifat derkriptif yang mengambarkan kemampuan anak juga penting utnk disertakan. Unsur0unsur yang ada dalam laporan kemajuan belajar anak antara lain meliputi berikut:

Page 14: Asessmen Aud

1.  Identitas anak, meliputi nama, jenis kelamin, usia, kelas.2.  Guru atau penilai3.  Tahun, semester, atau cawu.4.  Kemampuan dinilai:5. Kompetensi personal6. Kemampuan Berkomunikasi7. Kemampuan berfikir rasional8. Kemampuan motorik/kinestetik, dan9. Kemampuan social.

1.  Contoh format raport yang diambil dari portofolio.2. Kemampuan kognitif

Catatan: ………………………..

1. Kemampuan berbahasa

Catatan:………………………….

1. Kemampuan social dan moral

Catatan:………………………………

1. Pertumbuhan dan kesehatan badan

Catatan:………………………………

1. Kemampuan Motorik kasar

Catatan:………………………………

1. Kemampuan motorik halus

Catatan:………………………………..

1. Kemampuan yang lain dapat ditambahkan sendiri.

Catatan………………………………

1. E.      MANFAAT ASESMEN

  National earlu childhood asessment resource group menjelaskan manfaat asesmen yang harus digunakan secara tepat pada anak usia dini, yaitu sebagai berikut:

  Mendukung belajar anak   Mengidentifikasikan anak apakah berkembang secara normal atau memiliki kebutuhan

khusus.   Mengevaluasi program dan memonitor kebutuhan anak   Sebagai wujud tanggung jawab Selain itu, asesmen bermanfaat untuk menetukan suskses tidaknya program yang di

berikan.

KESIMPULAN

 

Asesmen adalah suatu proses pengamatan, dan pendokumentasian kinerja dan karya siswa serta bagaimana proses ia menghasilkan karya tersebut. Asesmen tidak digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu program, tetapi untuk mengetahui perkembangan atau kemajuan belajar anak.

Penilaian atau asesment merupakan point penting dalam pembelajaran anak usai dini. Dengan penilaiaan dapat diketahui pembelajaran yang telah berjalan dan perkembangan kemampuan anak yang meliputi aspek fisik motorik, kognitif, bahasa, sosio emosional. Evaluasi akan

Page 15: Asessmen Aud

membantu pendidik maupun orang tua untuk merancang belajar anak selanjutnya. Mendapatkan informasi terhadap perkembangan anak merupakan poin penting dalam pembelajaran. Diagnosa pekembangan anak kemudian bisa digunakan untuk membuat program yang tepat untuk mendidik anak tersebut.

Secara umum, ada 2 pendekatan dalam melihat asesmen, yaitu sebagai berikut, otentik asesmen disebut juga dengan asesmen kelas, asesmen alternatif, atau asesmen berdasarkan performasi (perfomance based asesment). Asesmen tipe ini terjadi sepanjang kegiatan anak di kelas.

Informasi diperoleh dari bergai cara, terutama dari observasi/pengamatan pendidik selama anak melakukan kegiatan yang bermakna, dengan waktu yang berbeda-beda dan kegiatan yang berbeda pula. Selanjutnya formal asesmen, formal asesmen mempunyai komponen sistem terdiri dari (1) ters standar dan (2) strategi asesmen informal.