asesmen 6 dimensi

25
MAKALAH ASESMEN DALAM PENDIDIKAN IPA ASESMEN BERDASARKAN ENAM DIMENSI SAINS OLEH: Ni Putu Titin Priyantini A.A.Ayu Diah Anggreni PROGRAM STUDI SAINS i

Upload: desy-purnami

Post on 29-Oct-2015

205 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

asesmen

TRANSCRIPT

Page 1: asesmen 6 dimensi

MAKALAHASESMEN DALAM PENDIDIKAN IPA

ASESMEN BERDASARKAN ENAM DIMENSI SAINS

OLEH:Ni Putu Titin Priyantini A.A.Ayu Diah Anggreni

PROGRAM STUDI SAINSPROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA2013

i

Page 2: asesmen 6 dimensi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang Hyang

Widhi Wasa karena berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul

“Asesmen Berdasarkan Enam Dimensi Sains” tepat pada waktunya.

Penyusunan makalah ini berkaitan dengan tugas kuliah Asesmen dalam Pembelajaran

IPA, dimana sebagai salah satu aspek penilaian dalam kuliah tersebut. Dalam menyusun

makalah ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Mereka dengan tulus

ikhlas memberikan bimbingan, motivasi, materi maupun fasilitas pendukung lainnya. Untuk

itu, melalui kesempatan ini penulis mengucapkan penghargaan dan terima kasih kepada

semua pihak yang telah membantu penulisan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna karena keterbatasan

penulis. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan saran

dan kritik yang konstruktif dari pembaca guna penyempurnaan makalah ini. Akhirnya,

penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan bagi

perkembangan dunia pendidikan terutama aspek penilaian/asesmen dalam pembelajaran

sains.

Denpasar, April 2013

Penulis

ii

Page 3: asesmen 6 dimensi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................................... i

KATA PENGANTAR..................................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................... 2

1.3 Tujuan ........................................................................................................... 2

1.4 Manfaat.......................................................................................................... 2

BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Dimensi Sains................................................................................................ 3

2.2 Assesmen Berdasarkan Enam Dimensi Sains................................................ 8

BAB III. PENUTUP

3.1 Simpulan........................................................................................................ 12

3.2 Saran.............................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... iv

iii

Page 4: asesmen 6 dimensi

DAFTAR PUSTAKA

Admin. 2011. Karakteristik dan Teknik Asesmen. Tersedia pada: http://blog.tp.ac.id/

pengertian-asesmen. Diakses pada tanggal: 20 April 2013

Enger, S. & Yager, R. 1930. Assessing Student Understanding In Science: A Standards-

Based K-12 Handbook. United of America: Library Of Congress Cataloging In

Publication Data

Nandang. 2009. Hakikat Sains. Tersedia pada: http://nandang.blogdetik.com/. Diakses pada

tanggal: 20 April 2013

iv

Page 5: asesmen 6 dimensi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kompetensi mengajar adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh semua

tenaga pengajar. Berbagai konsep dikemukakan untuk mengungkap apa dan bagaimana

kemampuan yang harus dikuasai oleh tenaga pengajar di berbagai tingkatan sekolah.

Misalnya, Gagne (1974) mengemukakan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar, terdapat

tiga kemampuan pokok yang dituntut dari seorang guru yakni: kemampuan dalam

merencanakan materi dan kegiatan belajar mengajar, kemampuan melaksanakan dan

mengelola kegiatan belajar mengajar, serta menilai hasil belajar siswa.

Asesmen adalah kegiatan guru yang berkaitan dengan pengambilan keputusan

tentang pelaksanaan pembelajaran dan pencapaian kompetensi atau hasil belajar peserta didik

yang mengikuti proses pembelajaran. Untuk itu, diperlukan data sebagai informasi yang

dapat diandalkan sebagai dasar pengambilan keputusan. Data yang diperoleh guru selama

pembelajaran berlangsung dijaring dan dikumpulkan melalui prosedur dan alat penilaian yang

sesuai dengan kompetensi atau indikator yang akan dinilai. Dari proses ini, diperoleh

potret/profil kemampuan peserta didik dalam mencapai sejumlah standar kompetensi dan

kompetensi dasar yang dirumuskan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan masing-

masing. Oleh karena itu pelaksanaan kegiatan pendidikan perlu untuk secara berkala dinilai

untuk memperoleh informasi yang berguna bagi pengambilan kebijakan pendidikan dalam

rangka mening-katkan mutu pendidikan. Meningkatkan mutu pendidikan adalah sebagai

upaya meningkatkan mutu sumber daya manusia, meningkatkan daya saing masyarakat dan

bangsa, meningkatkan martabat pribadi, masyarakat dan bangsa serta mewujudkan kemajuan,

kemakmuran dan kesejahteraan hidup masyarakat dan bangsa.

Seperti halnya pada pembelajaran sains, bukan hanya untuk menguasai sejumlah

pengetahuan, tetapi juga harus menyediakan ruang yang cukup untuk tumbuh

berkembangnya sikap ilmiah, berlatih melakukan proses pemecahan masalah, dan penerapan

IPA dalam kehidupan nyata. Konsep-konsep sains bukan diperoleh peserta didik (secara

instant) dari pendidik ataupun buku-buku, melainkan melalui kegiatan-kegiatan ilmuah.

Kegiatan-kegiatan ilmiah meliputi kemampuan: melakukan pengamatan, mencatat data,

melakukan pengukuran, mengimplementasikan prosedur, mengikuti instruksi, menginferensi,

menyeleksi berbagai cara, merencanakan, melaksanakan, serta melaporkan hasil investigasi.

1

Page 6: asesmen 6 dimensi

Olek karena itu, diperlukan penilaian yang dapat memberikan informasi yang menyeluruh

terhadap tingkat kompetensi peserta didik.

Selama ini pelaksanaan penilaian kurang mampu menggali kemampuan peserta

didik yang sesungguhnya. Penilaian yang biasa dilakukan lebih banyak hanya mengukur dan

menghargai aspek pemahaman konsep saja, sementara aspek-aspek yang lain kurang

diperhatikan. Dari hasil pengamatan di lapangan, proses penilaian yang dilakukan semata-

mata hanya menekankan pada penguasaan konsep yang dijaring dengan tes tulis obyektif

sebagai alat ukurnya.. Keadaan semacam ini merupakan salah satu penyebab pendidik enggan

melakukan kegiatan pembelajaran yang memfokuskan pada pengembangan keterampilan

proses peserta didik.

Berdasarkan pemaparan di atas, menunjukkan bahwa bentuk atau sistem penilaian yang

digunakan dalam mengukur hasil belajar peserta didik belum dapat menunjukan informasi

yang otentik sesuai dengan harapan dalam rangka peningkatan mutu peserta didik. Oleh dari

itu, diperlukan adanya sistem penilaian yang berdasarkan pada dimensi-dimensi sains.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah dimensi sains itu?

2. Bagaimana pelaksanaan assesmen berdasarkan enam dimensi sains?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut :

1. Untuk memberikan informasi tentang dimensi-dimensi sains.

2. Untuk memberikan penjelasan tentang pelaksanaan assesmen berdasarkan enam

dimensi sains.

1.4 Manfaat Penulisan

Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat :

1. Bagi mahasiswa, sebagai bahan ajar dalam mata kuliah asesmen;

2. Bagi penulis lain, sebagai bahan rujukan dalam melakukan penelitian lebih lanjut.

2

Page 7: asesmen 6 dimensi

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Dimensi Sains

Mendefinisikan sesuatu yang kompleks seperti halnya sains dalam satu kalimat

pendek, sederhana, dan berlaku universal sangatlah sulit, namun beberapa ahli telah

mencobanya. Definisi sains yang merefleksikan pendekatan yang diterima secara umum

dalam pendidikan sains saat ini adalah : “sains  merupakan suatu pembelajaran yang

terakumulasi dan sistimatik tentang fenomena alam. Kemajuan sains ditandai bukan hanya

oleh suatu akumulasi fakta, tetapi oleh berkembangnya metode ilmiah dan sikap ilmiah.”

(Science, 1990 dalam Nandang 2009). Jadi sains merupakan proses belajar yang dilakukan

manusia untuk mempelajari fenomena-fenomena alam sehingga menghasilkan sekumpulan

fakta yang menuntun pada penemuan berbagai konsep, prinsip, generalisasi, teori, dan hukum

tentang alam sebagai wujud dari produk sains. Pengumpulan fakta dilakukan melalui proses

yaitu metode ilmiah dan sikap ilmiah yang memungkinkan keduanya berkembang seiring

dengan perkembangan pemahaman manusia tentang alam.

James B. Conant, seorang ilmuwan bekebangsaan Amerika mendefinisikan sains

sebagai : “… adalah serangkaian skema konsep-konsep dan konseptual yang telah

dikembangkan sebagai suatu hasil eksperimen dan pengamatan yang mendorong

dilakukannya eksperimen dan pengamatan lebih lanjut.” Seperti halnya definisi pertama,

definisi kedua pun menekankan bukan hanya pada produk sains tetapi juga pada proses sains

yaitu eksperimen dan pengamatan sebagai suatu bentuk metode ilmiah yang juga di dalamnya

terkandung sikap ilmiah. Produk sains yang telah ditemukan mendorong untuk dilakukan

eksperimen dan pengamatan lebih lanjut sehingga memungkingkan berkembangnya metode

ilmiah, sikap ilmiah, dan produk sains itu sendiri. Istilah proses atau metode, pengamatan

(observasi), dan sistematik yang digunakan dalam difinisi sains menunjukkan adanya sifat

dinamik dari sains baik dalam prinsip maupun praktik. Implikasi yang penting dari definisi

sains ini adalah: (1) Sains merupakan hasil dari aktivitas manusia melalui proses sistematik

yang disebut metode ilmiah yang didasari oleh sikap ilmiah; (2) Sains memiliki otoritas yaitu

observasi. Oleh karena itu, sains memiliki keterbatasan, segala yang ada di luar jangkauan

indra manusia sebagai alat observasi berada di luar batas sains. (Conant, 1951 dalam

Nandang, 2009)

3

Page 8: asesmen 6 dimensi

Berdasarkan kajian terhadap dua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa sains

pada hakikatnya meliputi enam dimensi dan dikenal sebagai enam dimensi sains, yaitu: (1)

dimensi produk (concept domain); (2) dimensi proses (process domain); (3) dimensi aplikasi

(application domain); (4) dimensi kreativitas (creativity domain); (5) dimensi sikap (attitude

domain); dan (6) dimensi sifat sains (nature of schience domain) (Enger, et al. 1930).

1. Dimensi Konsep (concept domain)

Sains sebagai konsep (concept) yaitu berupa pengetahuan baik pengetahuan faktual,

prosedural, maupun konseptual meliputi prinsip, hukum, dan teori. Hasil dari beberapa

konsep ini adalah produk. Yang dimaksud “produk” disini adalah produk ilmiah (scientific

product) yang merupakan hasil dari proses ilmiah. Sains sebagai Produk merupakan

akumulasi hasil upaya para perintis sains terdahulu dan umumnya telah tersusun secara

lengkap dan sistematis dalam bentuk buku teks. Dalam pembelajaran sains seorang guru

dituntut untuk dapat mengajak peserta didiknya memanfaatkan alam sekitar sebagai sumber

belajar. Alam sekitar merupakan sumber belajar yang paling otentik dan tidak akan habis

digunakan. Produk sains merupakan sekumpulan hasil kegiatan empirik dan kegiatan analitik

yang dilakukan oleh para ilmuwan selama berabad-abad.

Produk-produk sains ada dikemukakan dengan istilah-istilah : fakta, konsep, prinsip,

dan teori.

a. Fakta dalam sains adalah pernyataan-pernyataan tentang benda-benda yang benar-benar

ada, atau peristiwa yang betul-betul terjadi dan sudah dikonfirmasi secara obyektif.

Contoh : atom hidrogen mempunyai satu elektron;m merkurius adalah planet terdekat

dengan matahari; air membeku pada suhu 00 C.

b. Konsep sains adalah suatu ide yang mempersatukan fakta-fakta. Konsep merupakan

penggabungan antara fakta-fakta yang ada hubungannya satu sama lain. Contoh : semua

zat tersusun atas partikel-partikel; benda-benda hidup dipengaruhi oleh lingkungan;

materi akan berubah tingkat wujudnya bila menyerap atau melepaskan energi.

c. Prinsip sains adalah generalisasi tentang hubungan antara konsep-konsep sains.

Contohnya : udara yang dipanaskan akan memuai, adalah prinsip menghubungkan konsep

udara, panas, pemuaian. Artinya udara akan memuai jika udara tersebut dipanaskan.

d. Teori ilmiah merupakan kerangka yang lebih luas dari fakta-fakta, konsep-konsep, dan

prinsip-prinsip yang saling berhubungan. Teori bisa juga dikatakan sebagai model, atau

gambar yang dibuat oleh ilmuwan untuk menjelaskan gejala alam. Contoh : teori

meteorologi membantu para ilmuwan untuk emmahami mengapa da bagaimana kabut dan

4

Page 9: asesmen 6 dimensi

awan terbentuk. Hukum merupakan pemikiran yang lebih umum dan telah terbukti

kebenarannya melalui eksperimen.

2. Dimensi Proses (process domain)

Sains sebagai Proses (process) yaitu berkaitan dengan prosedur pemecahan masalah

dengan menggunakan metode ilmiah yang meliputi merumuskan hipotesis, merancang dan

melaksanakan penyelidikan, mengumpulkan dan menganalisis data, serta menarik

kesimpulan. Yang dimaksud “proses” disini adalah proses ilmiah (scientific process) untuk

mendapatkan sains. Sains disusun dan diperoleh melalui metode ilmiah. Jadi yang dimaksud

proses sains adalah metode ilmiah. Sepuluh keterampilan proses meliputi : (1) observasi; (2)

klasifikasi; (3) interpretasi; (4) prediksi; (5) hipotesis; (6) mengendalikan variabel; (7)

merencanakan dan melaksanakan penelitian; (8) inferensi; (9) aplikasi; (10) komunikasi.

Proses ilmiah yang harus dilatihkan melalui pembelajaran sains, antara lain:

mengidentifikasi masalah, melakukan pengamatan (observasi), menyusun hipotesis,

merancang dan melakukan penyelidikan, dan merumuskan simpulan. Keterampilan inkuiri

lain yang mewarnai pembelajaran sains adalah: mengukur, menggunakan peralatan,

menggolongkan atau melakukan klasifikasi, mengolah dan menganalisis data, menerapkan

ide pada situasi baru, serta mengkomunikasikan informasi dalam berbagai cara, misalnya

dengan gambar, lisan, tulisan, dan sebagainya. Latihan Proses ilmiah dapat mengembangkan

sikap dan nilai, antara lain: rasa ingin tahu, jujur, sabar, terbuka, skeptis, kritis, tekun, ulet,

cermat, disiplin, peduli terhadap lingkungan, memperhatikan keselamatan kerja, dan bekerja

sama dengan orang lain.

Sains sebagai proses/metode meliputi : cara berfikir, sikap dan langkah-langkah

kegiatan scientis untuk memperoleh produk sains, misalnya : observasi, pengukuran,

merumuskan, menguji hipotesis, mengumpulkan data, bereksperimen dan prediksi. Sains

sebagai proses menyangkut proses atau cara kerja untuk memperoleh hasil (produk) inilah

yang kemudian dikenal sebagai proses ilmiah. Melalui proses-proses ilmiah akan didapatkan

temuan-temuan ilmiah.

Proses empirik suatu proses sains yang melibatkan panca indera. Yang termasuk proses

empiric adalah observasi, pengukuran, dan klasifikasi. Sedangkan keterampilan proses sains

dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu keterampilan proses dasar (Basic Skills) dan

keterampilan proses terintegrasi (Integrated Skills) . Proses sains ada dua macam yaitu proses

empiric dan proses analitik.

5

Page 10: asesmen 6 dimensi

3. Dimensi Aplikasi (application domain)

Sains sebagai Aplikasi (application domain) yaitu berkaitan dengan penerapan metode

ilmiah dan produk sains dalam kehidupan sehari-hari. Yang dimaksud “aplikasi” disini adalah

aplikasi ilmiah (scientific application) untuk menerapkan proses-proses ilmiah yang telah

dilakukan dan menerapkan produk-produk ilmiah yang diperoleh dari proses ilmiah dalam

kehidupan nyata. Proses dan produk ilmiah yang diterapkan bertujuan untuk memecahkan

permasalahan dalam kehidupan sehari-hari agar dapat hidup secara mandiri.

Keterampilan dimensi aplikasi meliputi : (1) berpikir kritis; (2) bertanya dengan open-

ended; (3) menggunakan proses ilmiah dalam memecahkan masalah yang terjadi dalam

kehidupan sehari-hari; (4) mengambil keputusan dengan sikap ilmiah; (5) memahami dan

evaluasi laporan media massa tentang perkembangan ilmiah; (6) menerapan konsep ilmu

pengetahuan dan keterampilan untuk masalah teknologi; (7); mampu untuk membuat

intradisciplinary connections-integration pada sains (8) mampu untuk membuat

interdisciplinary connections-integration pada sains dan ilmu pengetahuan yang lain; (9)

memahami prinsip-prinsip ilmiah dan teknologi yang terlibat dalam umum perangkat

teknologi.

4. Dimensi Kreativitas (creativity domain) :

Sains sebagai kreativitas berhubungan dengan ide baru atau cara-cara yang tidak biasa

dalam menggambarkan dan memanfaatkan produk sains serta kegiatan pemecahan masalah.

Yang dimaksud “kreativitas” disini adalah kreativitas ilmiah (scientific creativity) dalam

upaya memanfaatkan produk sains serta kegiatan pemecahan masalah dari proses ilmiah

untuk menghasilkan ide-ide atau gagasan-gagasan baru untuk kelangsungan hidup umat

manusia.

Keterampilan dimensi kreativitas meliputi : (1) visualization-production of mental

images ; (2) generation of metaphors; (3) imajinasi; (4) menggabungkan ide-ide baru;

(5);bertanya bersifat open-ended (6) mampu memecahkan masalah; (7); menggunakan

pertimbangan alternative; (8) membuat ide-ide yang tidak biasa; (9) menghasilkan berbagai

modes of communicating.

5. Dimensi Sikap (attitude domain) :

Sains sebagai Pemupukan Sikap (attitude) yaitu berkaitan dengan rasa ingin tahu

tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang

menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar. Makna

“sikap” pada pembelajaran sains dibatasi pengertiannya pada “sikap ilmiah (scientific

6

Page 11: asesmen 6 dimensi

attitude)”. Sikap ilmiah yang dapat dikembangkan pada peserta didik diantaranya: sikap ingin

tahu, sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru, sikap kerja sama, sikap tidak putus asa,

sikap tidak berprasangka, sikap mawas diri, sikap bertanggung jawab, sikap berfikir bebas,

sikap kedisiplinan diri.

Sikap (attitude) adalah kecenderungan mental terhadap orang, objek, subjek, peristiwa,

dan sebagainya. Dalam sains, sikap ini penting karena tiga faktor utama:

a. Sikap siswa membawa kondisi mental kesiapan terhadap matapelajaran sains. Dengan

sikap positif, anak akan melihat objek ilmu, topik, kegiatan, dan orang-orang

secara positif. Seorang anak yang belum siap atau ragu-ragu, karena alasan apapun,

akan kurang bersedia untuk berinteraksi dengan orang-orang dan hal-hal yang terkait

dengan ilmu pengetahuan.

b. Sikap bukanlah perilaku bawaan atau keturunan. Sikap seorang anak dapat diubah

melalui pengalaman. Guru dan orang tua memiliki pengaruh besar pada sikap anak

terhadap IPA.

c. Ketiga, sikap bersifat dinamis berdasarkan hasil pengalaman yang bertindak sebagai

faktor pengarah ketika seorang anak memasuki pengalaman baru. Keputusan dan

evaluasi anak dapat menyebabkan pergeseran prioritas dan kesukaan. Dalam

pembelajaran IPA, sikap dan nilai-nilai siswa yang negatif terhadap IPA seharusnya

dapat digeser, dari negatif ke netral dan bahkan ke sudut pandang positif. Seiring

dengan waktu, dan dengan pengalaman positif lanjutan dan penyesuaian dalam sikap,

siswa mungkin menjadi lebih terbuka terhadap ilmu pengetahuan, berpikir secara

berbeda, dan mengumpulkan ide- ide yang lebih bermanfaat.

Sains membentuk nilai-nilai tertentu, yang serikali disebut sikap ilmiah.

Beberapa nilai tersebut berbeda dalam jenis atau intensitasnya dari nilai-nilai kegiatan

manusia lainnya, seperti bisnis, hukum, dan seni. Nilai-nilai tersebut muncul dari sisi

hakikat sains, budaya masyarakat sains, dan nilai sehari-hari yang selaras sains, antara lain:

a) Menghargai data yang dapat diverifikasi, hipotesis yang dapat diuji, prediksi,

serta pembuktian yang teliti.

b) Memiliki keyakinan dan perasaan yang positif terhadap IPA sebagai hasil kerja keras

manusia.

c) Menghargai nilai-nilai kemanusiaan yang relevan dengan pengembangan IPA, yakni

integritas, ketekunan, kejujuran, rasa ingin tahu, keterbukaan terhadap ide-ide baru,

skeptisme, dan imajinasi.

7

Page 12: asesmen 6 dimensi

Pembelajaran sains paling tidak dapat mengembangkan nilai-nilai kejujuran,

ketekunan, rasa ingin tahu, keterbukaan terhadap ide-ide baru, dan skeptisme .

6. Dimensi sifat sains (nature of science domain)

Sains sebagai sifat sain dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang bagamaimana

agar sains dapat lebih berkemabanng. . Sains itu adalah usaha yang dilakukan manusia yang

mengandalkan dengan penalaran, wawasan, ketrampilan, dan kreativitas. Pengetahuan ilmiah

yang dilakuakn oleh para ilmuan telah memberikan peran yang penting dalam perkemabngan

sains dalam kehidupan. Meningkatkan kesadaran siswa dan mengembangkan pemahaman

merupakan hal yang penting dalam peljaran sains. Ketrampilan yang dikembangkan dalam

dimensi sains yang ilmiah adalah: 1) merangkai pertanyaan dalam sebuah penelitian ilmiah;

2) bersifat kompetitif dalam penelitian ilmiah; 3) menggunakan metode ilmiah dalam

penelitian ilmiah; 4) dapat menggabungkan antara beberapa ilmu pengetahuan, teknologi,

ekonomi, politik, sejarah, sosiologi, dan filsafat; 5) dapat bekerja sama dengan tim dalam

penelitian ilmiah; 6) menentukan asal usul ide ilmiah; dan 7) menentukan cara agar ilmu

pengetahuan dapat membangun pemahaman tentang dunia alam.

2.2 Assesmen Berdasarkan Enam Dimensi Sains

Asesmen adalah kegiatan guru yang berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang

pelaksanaan pembelajaran dan pencapaian kompetensi atau hasil belajar peserta didik yang

mengikuti proses pembelajaran. Untuk itu, diperlukan data sebagai informasi yang dapat

diandalkan sebagai dasar pengambilan keputusan. Data yang diperoleh guru selama

pembelajaran berlangsung dijaring dan dikumpulkan melalui prosedur dan alat penilaian yang

sesuai dengan kompetensi atau indikator yang akan dinilai. Dari proses ini, diperoleh

potret/profil kemampuan peserta didik dalam mencapai sejumlah standar kompetensi dan

kompetensi dasar yang dirumuskan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan masing-

masing (Admin, 2011).

Penjelasan tersebut di atas mengandung makna bahwa jauh sebelum diberlakukannya

sistem Penilaian Kelas dari Kurikulum 2004, penilaian tidak hanya ditujukan pada

penguasaan salah satu bidang tertentu saja, melainkan menyeluruh dan mencakup aspek

kognitif, afektif maupun psikomotorik. Setiap penggunaan asesmen alternatif bentuk apapun

dicirikan oleh hal-hal berikut:

(1) menuntut siswa untuk merancang, membuat, menghasilkan, mengunjukkan atau

melakukan sesuatu;

8

Page 13: asesmen 6 dimensi

(2) memberi peluang untuk terjadinya berpikir kompleks dan/atau memecahkan masalah;

(3) menggunakan kegiatan-kegiatan yang bermakna secara instruksional;

(4) menuntut penerapan yang autentik pada dunia nyata;

(5) pensekoran lebih didasarkan pada pertimbangan manusia yang terlatih daripada

mengandalkan mesin.

Penggunaan jenis asesmen yang tepat akan sangat menentukan keberhasilan dalam

mengakses informasi yang berkenaan dengan proses pembelajaran. Pemilihan metode

asesmen harus didasarkan pada target informasi yang ingin dicapai.

Target pada pembelajaran sains menyangkut pada enam dimensi sains yang telah

dikemukakan di atas. Jadi asesmen yang dilakukan pada pembelajaran sains mengacu pada

enam dimensi sains (Enger, et al. 1930).

1. Asessemen berdasarkan dimensi konsep (concept domain)

Asesmen berdasarkan dimensi konsep ini dapat diartikan sebagai suatu penilaian untuk

ranah kognitif (pengetahuan) peserta didik. Pengetahuannya itu berupa produk sains yang

telah dikemukakan. Namun, dalam hal ini bukan berarti menghafalkan produk sains (konsep,

prinsip, hukum, atau teori) tetapi lebih dari itu yaitu peserta didik dituntut untuk memahami

produk-produk sains itu.

Dalam asesmen ini, instrumen yang digunakan dapat berupa instrumen tes maupun non

tes. Tes berkaitan dengan benar salah, sedangkan non tes tidak berkaitan dengan benar dan

salah, melainkan berkaitan dengan baik dan buruk, suka dan tidak suka, setuju dan tidak

setuju, dan sebagainya. Tes formal dan non formal, lebih dibedakan atas dasar struktur atau

konstruksi instrumen. Untuk tes formal sudah ada struktur yang dapat dikatakan baku atau

dibakukan. Bentuk-bentuk tes formal antara lain : pilihan ganda, asosiasi pilihan ganda,

sebab-akibat, melengkapi(isian singkat), Uraian objektif, uraian non objektif (essay),

menjodohkan.

2. Asessemen berdasarkan dimensi proses (procces domain)

Asesmen berdasarkan dimensi proses ini dapat diartikan sebagai suatu penilaian untuk

ranah psikomotor (kinerja ilmiah) peserta didik. Kinerja ilmiah ini meliputi kemampuan :

melakukan pengamatan, mencatat data, melakukan pengukuran, mengimplementasikan

prosedur, mengikuti instruksi, menginferensi, menyeleksi berbagai cara/prosedur,

merencanakan, melaksanakan, serta melaporkan hasil investigasi. Pada penilaian ini, peserta

didik diharuskanmelakukan tugas tertentu yang dapat mengggambarkan keterampilannya,

seperti praktik di laboratorium. Peserta didik diminta untuk mendemonstrasikan kompetensi

9

Page 14: asesmen 6 dimensi

dan keterampilannya dalam bidang tertentu. Penilai (guru) dapat menggunakan lembar

pengamatan (check list) atau skala penilaian (rating scale) untuk aspek-aspek yang

diamati/dinilai.

Penilaian unjuk kerja sering disebut penilaian autentik atau penilaian alternatif yang

bertujuan untuk mengetahui tingkat kompetensi peserta didik dalam menye-lesaikan masalah-

masalah di kehidupan nyata. Penilaian ini menggunakan tes yang juga disebut tes unjuk kerja.

Hasil tes ini dapat digunakan untuk perbaikan proses pembelajaran sehingga kompetensi

peserta didik mencapai pada tingkat yang diinginkan. Pada kegiatan pembelajaran ini masing

tergolong pada proses eksplorasi yaitu suatu kegiatan pembelajaran untuk mencaritemukan

berbagai informasi, pemecahan masalah, dan inovasi.

3. Asessemen berdasarkan dimensi aplikasi (aplication domain)

Asesmen berdasarkan dimensi aplikasi ini dapat diartikan sebagai suatu penilai-an

untuk kegiatan peserta didik dalam mengaplikasikan atau menerapkan produk sains

(pengetahuan) dan proses sians (metode ilmiah). Pada kegiatan pembelajaran ini sudah

digolongkan pada kegiatan elaborasi yaitu serangkaian kegiatan pembelajaran yang

memungkinkan peserta didik meng-ekspresikan dan mengaktualisasikan diri melalui berbagai

kegiatan dan karya yang bermakna. Dalam kegiatan ini peserta didik dapat melakukan

sesuatu dan/atau menghasilkan sesuatu. Sehingga instrumen dalam asesmen yang digunakan

dapat berupa tes unjuk kerja dan/atau tes unjuk produk, dengan menggunakan lembar

pengamatan (check list) atau skala penilaian (rating scale) untuk aspek-aspek yang dinilai.

4. Asessemen berdasarkan dimensi kreativitas (creativity domain)

Asesmen berdasarkan dimensi kreativitas ini dapat diartikan sebagai suatu penilaian

untuk kegiatan peserta didik dalam upaya memanfaatkan produk sains serta kegiatan

pemecahan masalah dari proses ilmiah untuk menghasilkan ide-ide atau gagasan-gagasan

baru untuk kelangsungan hidup umat manusia. Pada kegiatan pembelajaran ini digolongkan

pada kegiatan elaborasi dan juga konfirmasi karena memungkinkan di sini diberikan

penilaian, penguatan, dan pembenaran atas apa yang dihasilkan. Instrumen dalam asesmen ini

lebih cederung pada tes unjuk produk dengan menggunakan lembar pengamatan yang

dilengkapi dengan rubrik penskoran untuk aspek yang dinilai atas hasil kerja peserta didik.

Namun, dapat juga dilakukan penilaian terhadap proses kinerja yang dilakukan dalam

menghasilkan ide-ide baru, sehingga dapat digunakan instrumen tes unjuk kerja.

10

Page 15: asesmen 6 dimensi

5. Asessemen berdasarkan dimensi sikap (attitude domain)

Asesmen berdasarkan dimensi sikap ini dapat diartikan sebagai suatu penilaian untuk

ranah afektif peserta didik. Sikap atau perilaku sebagai aspek penampilan atau performance

peserta didik dapat diukur dengan lembar pengamatan terutama ketika penampilan itu muncul

atau digali untuk muncul. Sikap atau perilaku peserta didik tersebut dikaitkan dengan hasil

pananaman nilai-nilai (religi, sosial, intelektual, dan pendidikan) dari materi sains. Data hasil

pengamatan sebagai hasil pengukuran penampilan, cenderung merupakan data ordinal. Ada

beberapa model pengukuran terhadap perilaku atau sikap afeksi ini, misalnya Skala Likert,

Skala Perbedaan Semantik, dan Skala Thurstone.

6. Asessemen berdasarkan dimensi sifat sains (nature of science domain)

Asesmen berdasarkan dimensi sifat sains ini dapat diartikan sebagai suatu penilaian atas

sikap ilmiah/afektif maupun kinerja ilmiah/psikomotorik peserta didik. Kecenderungan ini

dilakukan mengingat dalam hal ini sains itu merupakan apa yang dilakukan para ilmuwan

dalam kegiatan ilmiahnya untuk menghasilkan suatu produk sains. Apabila peserta didik

diperlakukan sebagai seorang ilmuwan, maka penilaian yang diterapkan berupa penilaian

kinerja dan sikap ilmiahnya, dengan instrumen dapat berupa tes unjuk kerja dan tes afektif.

11

Page 16: asesmen 6 dimensi

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Berdasarkan pada hasil pembahasan di atas, maka dapat ditarik suatu simpulan sebagai

berikut :

1. Sains pada hakikatnya meliputi enam dimensi dan dikenal sebagai enam dimensi sains,

yaitu: (1) dimensi konsep (concept domain); (2) dimensi proses (process domain); (3)

dimensi aplikasi (application domain); (4) dimensi kreativitas (creativity domain); (5)

dimensi sikap (attitude domain); dan (6) dimensi sifat sains (nature of sains domain).

2. Asesmen yang dilakukan pada pembelajaran sains mengacu pada enam dimensi sains,

yaitu :

a. Asessemen berdasarkan dimensi konsep (concept domain)

Dalam asesmen ini, instrumen yang digunakan dapat berupa instrumen tes maupun

non tes.

b. Asessemen berdasarkan dimensi proses (procces domain)

Penilai (guru) dapat menggunakan lembar pengamatan (check list) atau skala

penilaian (rating scale) untuk aspek-aspek yang diamati/dinilai.

c. Asessemen berdasarkan dimensi aplikasi (aplication domain)

Instrumen dalam asesmen yang digunakan dapat berupa tes unjuk kerja dan/atau tes

unjuk produk, dengan menggunakan lembar pengamatan (check list) atau skala

penilaian (rating scale) untuk aspek-aspek yang dinilai.

d. Asessemen berdasarkan dimensi kreativitas (creativity domain)

Instrumen dalam asesmen ini lebih cederung pada tes unjuk produk dengan

menggunakan lembar pengamatan yang dilengkapi dengan rubrik penskoran untuk

aspek yang dinilai atas hasil kerja peserta didik.

e. Asessemen berdasarkan dimensi sikapsains (nature of science domain

Sikap atau perilaku sebagai aspek penampilan atau performance peserta didik dapat

diukur dengan lembar pengamatan terutama ketika penampilan itu muncul atau digali

untuk muncul.

f. Asessemen berdasarkan dimensi sains tentang alam (nature of sains domain)

Penilaian yang diterapkan berupa penilaian kinerja dan sikap ilmiahnya, dengan

instrumen dapat berupa tes unjuk kerja dan tes afektif.

12

Page 17: asesmen 6 dimensi

3.2 Saran

Berdasarkan dari hasil penulisan makalah ini dapat disarankan kepada guru-guru

khususnya guru sains agar melakukan asesmen berdasarkan enam dimensi sains sehingga

dapat dikumpulkan informasi yang dinginkan.

13