asesmen penalaran

28
BAB I PENDAHULUAN Penggunaan jenis asesmen yang tepat akan sangat menentukan keberhasilan dalam mengakses informasi yang berkenaan dengan proses pembelajaran. Pemilihan metode asesmen harus didasarkan pada target informasi yang ingin dicapai. Informasi yang dimaksud adalah hasil belajar yang dicapai siswa. Stiggins (1994:3,67) mengemukakan lima kategori target hasil belajar yang layak dijadikan dasar dalam menentukan jenis asesmen yang akan digunakan oleh pengajar. Kelima hasil belajar tersebut adalah: 1. Knowledge Outcomes, merupakan penguasaan siswa terhadap substansi pengetahuan suatu mata pelajaran 2. Reasoning Outcomes, yang menunjukkan kemampuan siswa dalam menggunakan pengetahuannya dalam melakukan nalar (reason) dan memecahkan suatu masalah. 3. Skill Outcomes, kemampuan untuk menunjukkan prestasi tertentu yang berhubungan dengan keterampilan yang didasarkan pada penguasaan pengetahuan. 4. Product Outcomes, kemampuan untuk membuat suatu produk tertentu yang didasarkan pada penguasaan pengetahuan.

Upload: ramadhani-perdana

Post on 01-Dec-2015

528 views

Category:

Documents


48 download

DESCRIPTION

dfgfdgf

TRANSCRIPT

Page 1: ASESMEN PENALARAN

BAB I

PENDAHULUAN

Penggunaan jenis asesmen yang tepat akan sangat menentukan keberhasilan

dalam mengakses informasi yang berkenaan dengan proses pembelajaran. Pemilihan

metode asesmen harus didasarkan pada target informasi yang ingin dicapai. Informasi

yang dimaksud adalah hasil belajar yang dicapai siswa. Stiggins (1994:3,67)

mengemukakan lima kategori target hasil belajar yang layak dijadikan dasar dalam

menentukan jenis asesmen yang akan digunakan oleh pengajar. Kelima hasil belajar

tersebut adalah:

1. Knowledge Outcomes, merupakan penguasaan siswa terhadap substansi

pengetahuan suatu mata pelajaran

2. Reasoning Outcomes, yang menunjukkan kemampuan siswa dalam

menggunakan pengetahuannya dalam melakukan nalar (reason) dan

memecahkan suatu masalah.

3. Skill Outcomes, kemampuan untuk menunjukkan prestasi tertentu yang

berhubungan dengan keterampilan yang didasarkan pada penguasaan

pengetahuan.

4. Product Outcomes, kemampuan untuk membuat suatu produk tertentu yang

didasarkan pada penguasaan pengetahuan.

5. Affective Outcomes, pencapaian sikap tertentu sebagai akibat mempelajari dan

mengaplikasikan pengetahuan.

Dari kelima hasil belajar yang dikemukakan di atas, penalaran (Reasoning Outcomes)

merupakan hasil belajar yang memiliki asesmen khas untuk mengevaluasinya.

Secara umum, Penalaran (reasoning) merupakan suatu konsep umum yang

menunjuk pada salah satu proses berpikir untuk sampai pada suatu kesimpulan sebagai

pernyataan baru dari beberapa pernyataan lain yang telah diketahui. Copi (1986)

menyebut penalaran sebagai cara berpikir spesifik untuk menarik kesimpulan dari

Page 2: ASESMEN PENALARAN

premis-premis. Piaget (1964) memberikan garis besar sistem intelektual anak pada tahap

perkembangan yang menggambarkan tingkat penalaran yang dimilikinya. Perkembangan

kognitif siswa yang dikemukakan terdiri dari empat tahap yaitu : (a) sensori motorik

(0-2 tahun), (b) pra operasional (2-7 tahun), (c) operasional konkret (7-11 tahun) dan

(d) operasional formal (11 tahun ke atas). Masing-masing tahap perkembangan kognitif

tersebut dijelaskan sebagai berikut :

1. Tahap Sensori Motorik

Tahap ini dicirikan oleh giatnya skemata sensori motoris yang mengatur indra dan

gerakan. Dalam periode ini tidak ada kegiatan-kegiatan simbolis. Secara berangsur-

angsur lewat kegiatan sensori dan gerakan motorisnya, anak belajar untuk

mengkoordinir berbagai macam pola tindakan. Dalam keadaan kesatuan osmose

afektif, lama-lama mereka mulai sadar untuk membedakan dengan dunia luar.

Kesadaran akan diri sebagai subyek dan pembentukan obyek terjadi secara serentak.

Pembentukan obyek ini bukanlah satu kenyataan primer tetapi sebuah konstruksi

yang terjadi secara bertahap. Pembentukan obyek ini akan berkembang menjadi

kesadaran akan permanensi obyek yang berarti timbulnya kesadaran sebuah obyek

yang walaupun tidak dapat diraba secara langsung, toh masih betul-betul berada terus

jika suatu saat obyek tersebut tersembunyi bagi si subyek.

2. Tahap Pra Operasional

Tahap ini dicirikan oleh berangsur-angsurnya pertambahan daya mengabstraksi, yang

berarti memiliki kemampuan untuk melepaskan diri dari kenyataan yang konkret

secara berganti-ganti. Periode ini dibagi dalam dua sub taraf.

a. pra konseptual (2-4 tahun)

Dalam taraf pra konseptual perkembangan mental telah berubah karena sudah

terjadi perpindahan aksi-aksi sebagai representasi sesaat. Fungsi simbolis berarti

kemampuan untuk mewakili sesuatu yang intern (misalnya  perasaan dan

pikiran). Simbol tidak menujuk pada diri sendiri, tetapi gambaran yang

menunjuk kepada sesuatu yang lain. Perluasan realitas simbolis ini khususnya

terjadi dalam bentuk permainan, tiruan dan bahasa. Ketiga faktor tersebut

merupakan cara yang khas untuk menghadirkan sesuatu yang secara nyata tidak

Page 3: ASESMEN PENALARAN

hadir. Sub taraf pra konseptual ini selanjutnya dicirikan lagi oleh sifat

egosentrisme. Anak masih menganggap diri sebagai titik pusat mutlak dari

dunianya dan menentukan diri sebagai patokan dan ukuran mutlak untuk setiap

penilaian dan pertimbangan sehingga anak tidak dapat menempatkan diri dalam

sudut pandangan orang lain. Pikiran anak masih bersifat terpusat (sentrasi).

Anak yang berhadapan dengan suatu dimensi yang berbeda-beda secara

serentak, hanya dapat memfokuskan kepada satu dimensi saja.

b. Sub taraf intuitif (4 – 7 tahun)

Aspek yang paling menonjol dalam Sub taraf intuitif, anak sudah berhasil

mengumpulkan sejumlah benda yang berbeda-beda menurut bentuk, besar dalam

satu kategori tunggal. Anak sudah mampu melihat relasi-relasi koheren tetapi

tidak berhasil menguraikan relasi-relasi koheren tersebut karena cara berpikirnya

masih bersifat intuitif. Pada taraf ini anak mulai menangkap realitas secara logis

dan munculnya aspek konservasi. Aspek konservasi ini merupakan kesadaran

bahwa substansi atau benda (tanah, besi, kayu, air ) tidak kehilangan sifat tetentu

(berat, volume) walaupun secara jelas terjadi perubahan bentuk tertentu

(transformasi, seperti bentuk bulat berubah menjadi pipih). Tercapainya aspek

transformasi ini menandai kepada peralihan pemikiran menuju konkret

operasional.

3. Tahap Operasional Konkrit

Tahap ini dicirikan oleh penghapusan berbagai keterbatasan yang ada pada taraf

sebelumnya. Cara berpikir anak semakin kurang egosentris dan menjadi lebih

terdesentrir. Dua ciri yang paling mencolok dari taraf ini adalah sifat operasional

dan reversible. Dalam pemikiran operasional, melalui tindakan berpikirnya, anak

dapat membuat suatu dengan cara membayangkannya. Perbuatan mental semata-

mata dilakukan pada tingkat yang konkret. Tindakannya masih bergantung pada

kehadiran nyata obyek-obyek konkret. Dalam prinsip reversibilitas, anak dapat

kembali kepada titik tolaknya dan dapat memperbaiki tindakan mentalnya dengan

melakukan kembali secara mental urutan yang sebaliknya. Dalam hal ini anak

mampu mengantisipasi dan memperhitungkan apa yang akan terjadi.

Page 4: ASESMEN PENALARAN

Proses-proses penting selama tahapan operasioanal kongkrit adalah:

a. Pengurutan, yaitu kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk,

atau ciri lainnya.

b. Klasifikasi, yaitu kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi

serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain,

termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda

lainnya ke dalam rangkaian tersebut.

c. Decentering, yaitu anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu

permasalahan untuk bisa memecahkannya.

d. Reversibility yaitu anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat

diubah, kemudian kembali ke keadaan awal.

e. Konservasi, yaitu memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-

benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek

atau benda-benda tersebut.

f. Penghilangan sifat egosentrisme, yaitu kemampuan untuk melihat sesuatu dari

sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang

salah).

4. Tahap Operasional Formal

Erwin dan Nuriyah (2001) mendefinisikan penalaran formal sebagai kemampuan

berpikir benar dalam mencapai kebenaran, dapat membedakan antara kenyataan yang

diterima dan harapan yang diinginkan. Siswa yang sudah berusia 11 tahun ke atas

telah memiliki penalaran formal. Siswa pada usia tersebut telah mampu berpikir

secara simbolik dan berpikir abstrak terhadap obyek yang diamati, sistematis, terarah

dan  akan dicapai, di samping mampu berpikir induktif, deduktif dan empiris

rasional. Aspek penalaran formal meliputi penalaran kombinatorial, penalaran

korelasional dan penalaran proporsional. Flavell mengemukakan beberapa

karakteristik dari berpikir operasional formal, yaitu :

a. Berpikir hipotesis deduktif

Ia dapat merumuskan banyak alternatif hipotesis dalam menanggapi masalah dan

mencek data terhadap setiap hipotesis untuk membuat keputusan yang layak.

Page 5: ASESMEN PENALARAN

Tetapi ia belum mempunyai kemampuan untuk menerima dan menolak

hipotesis.

b. Berpikir proporsional

seorang anak pada tahap operasional formal dalam berpikir tidak dibatasi pada

benda-benda atau peristiwa-peristiwa yang konkret, ia dapat menangani

pernyataan atau proporsi yang memerikan data konkrit. Ia bahkan dapat

menangani proporsi yang berlawanan dengan fakta.

c. Berpikir kombinatorial

Kegiatan berpikir yang meliputi semua kombinasi benda-benda, gagasan-

gagasan atau proporsi-proporsi yang mungkin.

d. Berpikir refleksif

Anak-anak dalam periode ini berpikir sebagai orang dewasa. Ia dapat berpikir

kembali pada satu seri operasional mental. Ia juga dapat menyatakan operasi

mentalnya dengan simbol-simbol (Dahar, 1989).

Lawson menyebutkan ada lima karakteristik bernalar formal, yaitu :

a. identifikasi dan pengontrolan variabel : mendefinisikan identifikasi dan

pengontrolan variabel sebagai kemampuan siswa dalam mengidentifikasi

variabel yang paling tepat terutama dalam memecahkan masalah

b. kemampuan berpikir kombinatorial : kemampuan berpikir yang menggabungkan

beberapa faktor kemudian menyimpulkan sebagai hasil penggabungan tersebut

terutama dalam memecahkan masalah

c. kemampuan berpikir korelasional : kemampuan menganalisis masalah dengan

menggunakan hubungan-hubungan atau sebab akibat

d. kemampuan berpikir probabilitas : Cara berpikir untuk memecahkan masalah

melalui berbagai kecenderungan mendorong siswa untuk mencari probabilitas

e. kemampuan berpikir proporsional : kemampuan memecahkan masalah secara

proporsi dan menggabungkan proporsi yang satu dengan yang lain. Dengan

demikian anak pada tahap operasional formal menggunakan kelima cara tersebut

dalam penalarannya.

Page 6: ASESMEN PENALARAN

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penalaran formal adalah kapasitas

siswa untuk melakukan operasi-operasi formal yang meliputi : berpikir kombinatorial,

berpikir proporsi, berpikir koordinasi, berpikir keseimbangan mekanik, berpikir

probabilitas, berpikir korelasi, berpikir kompensasi dan berpikir konservasi.

Page 7: ASESMEN PENALARAN

BAB II

PEMBAHASAN

A. DASAR PEMIKIRAN ASESMEN PENALARAN

Nuryani Rustaman menyatakan bahwa kerangka dalam asesmen penalaran terdiri

dari Taksonomi Bloom, Kerangka Norris-Ennis, Kerangka Quellmalz, dan dimensi

pembelajaran Marzano. Masing-masing dasar pemikiran tersebut akan diuraikan

selanjutnya.

1. Taksonomi Bloom

Secara umum, Bloom menyatakan klasifikasi kemampuan hasil belajar terbagi

menjadi :

a. Ranah Kognitif

Merupakan kemampuan berpikir, kompetensi memperoleh pengetahuan,

pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan dan penalaran.

b. Ranah Afektif

Berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap, derajat penerimaan atau penolakan

terhadap suatu obyek

c. Ranah Psikomotor

Kompetensi melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota badan (berkaitan

dengan gerak fisik).

Pada tahun 1956, Benjamin Bloom menulis “Taxonomy atas Tujuan Pendidikan:

Domain Kognitif”, dan sejak saat itu deskripsi dari enam tingkat proses berpikir yang

dibuatnya dengan segera diadaptasi serta digunakan dalam berbagai macam ragam

konteks. Daftar atas proses kognitif yang dibuatnya, disusun dan diurutkan dari yang

paling sederhana, mengingat kembali pengetahuan yang telah dimiliki, sampai dengan

yang paling rumit, yaitu memutuskan nilai dan manfaat dari suatu gagasan. Tabel 1

menunjukkan tingkat pemikiran yang pada awalnya dikemukakan Bloom :

Page 8: ASESMEN PENALARAN

Tabel 1. Taksonomi Bloom awal

Tahap

Pemikiran

Definisi Kata Kunci

Pengetahuan Mengingat kembali

informasi

identifikasi, deskripsi, nama,

label, pengenalan, reproduksi,

menyertai, mengikuti

Pemahaman Pemahaman terhadap makna,

interpretasi dari sebuah

konsep

ringkasan, mengubah,

mempertahankan, mengartikan,

interpretasi, pemberian contoh

Penerapan Penggunaan dari informasi

atau konsep dalam suatu

situasi yang baru

membangun, membuat, model,

perkiraan, prediksi, persiapan

Analisis Memecah informasi atau

konsep ke dalam beberapa

bagian untuk menjadikannya

lebih mudah dipahami

membandingkan, memecah,

membedakan, memilih,

memisahkan

Sintesis Menggabungkan beberapa

gagasan secara bersama

untuk membentuk sesuatu

yang baru

kategorisasi, generalisasi,

rekonstruksi

Evaluasi Memutuskan nilai dan

manfaat

meninjau, kritik, menilai,

argumentasi, dukungan

Sebagaimana model teoretik lainnya, taksonomi yang dibuat oleh Bloom memiliki

kelebihan dan kekurangan. Kekuatan terbesarnya adalah taksonomi tersebut mengangkat

topik yang sangat penting mengenai proses berpikir dan menempatkan sebuah struktur di

seputar topik tersebut yang bermanfaat bagi para praktisi. Banyak guru yang memiliki

pertanyaan seputar belajar dan mengajar terangsang untuk menghubungkannya dengan

berbagai tingkat dari taksonomi yang dibuat oleh Bloom, dan dapat dipastikan

menjadikan guru-guru tersebut bekerja lebih baik, khususnya dalam mendorong

terwujudnya kemampuan berpikir dengan tingkat keteraturan yang lebih tinggi.

Page 9: ASESMEN PENALARAN

Pada tahun 1999, Lorin Anderson bersama dengan beberapa rekan kerjanya

menerbitkan sebuah versi terbaru dari taksonomi Bloom yang mempertimbangkan

jangkauan yang lebih luas dari berbagai faktor yang berdampak pada kegiatan

pembelajaran. Taksonomi yang diperbaharui ini berusaha memperbaiki beberapa

kekeliruan yang ada pada taksonomi yang asli. Tidak seperti versi 1956, taksonomi yang

baru membedakan antara “tahu tentang sesuatu” (knowing what), isi dari pemikirannya

itu sendiri, dan “tahu tentang bagaimana melakukannya” (knowing how), sebagaimana

prosedur yang digunakan dalam menyelesaikan masalah. Oleh karena itu, dimensi proses

kognitif atas perbaikan taksonomi yang dibuat oleh Bloom tersebut, sebagaimana versi

aslinya, memiliki enam kecakapan seperti tabel 2.

Tabel 2. Taksonomi Bloom terbaru

Tahap

Pemikiran

Definisi Kata Kunci

Mengingat

(remembering)

pengenalan kembali dan

memanggil ulang (recall)

informasi yang sesuai dari

ingatan jangka panjang

mengenali, memanggil ulang

Memahami

(understanding)

kemampuan untuk

mengartikan dan memaknai

dari bahan pendidikan,

seperti bahan bacaan dan

penjelasan guru

mengartikan dan memaknai

sendiri, mencontohkan,

membuat klasifikasi, meringkas,

menyimpulkan,

membandingkan, menjelaskan

Menerapkan

(applying)

mengacu kepada penggunaan

sebuah prosedur yang telah

dipelajari baik dalam situasi

yang telah dikenal maupun

pada situasi yang baru

mengeksekusi / melaksanakan,

menerapkan

Menganalisis

(analyzing)

memecah pengetahuan

menjadi bagian-bagian kecil

dan memikirkan bagaimana

bagian-bagian tersebut

membedakan,

mengorganisasikan,

memberikan atribut

Page 10: ASESMEN PENALARAN

berhubungan dengan struktur

keseluruhan seutuhnya

Evaluasi

(evaluating)

mencakup pemeriksaan

(checking) dan pengritisian

(critiquing)

memeriksa, mengkritisi

Menciptakan

(creating)

melibatkan usaha untuk

meletakkan berbagai hal

secara bersama untuk

menghasilkan suatu

pengetahuan baru

membangkitkan, merencanakan,

menghasilkan

2. Norris-Ennis’s Framework

Menurut Norris-Ennis Framework dalam stiggin (1994) terdapat 12 indikator

keterampilan kritis yang dikelompokkan dalam 5 aspek keterampilan berpikir kritis

seperti di tunjukkan pada table 3 berikut

Tabel 3. Indicator keterampilan berpikir kritis Norris Ennis

Keterampilan berpikir kritis Sub keterampilan berpikir kritis

1. Memberikan penjelasan sederhana

(elementary clarification)

1. memfokuskan pertanyaan

2. menganalisis argumentasi

3. bertanya dan menjawab pertanyaan

klarifikasi dan pertanyaan yang

menantang

2. Membangun keterampilan dasar

(basic support)

1. Mempertimbangkan kredibilitas

(criteria suatu sumber)

2. Mengobservasi dan

mempertimbangkan hasil observasi

3. Meyimpulkan (inference) 1. Membuat dedukasi dan

mempertimbangkan hasil dedukasi

2. Membuat induksi dan

mempertimbangkan induksi

3. Membuat dan mempertimbangkan

Page 11: ASESMEN PENALARAN

nilai keputusan

4. Membuat penjelasan lebih lanjut

(advanced clarification)

1. Mendefenisikan istilah,

mempertimbangkan defenisi

2. Mengidentifikasi asumsi

5. Strategi dan taktik (strategies and

tactics)

1. Memutuskan suatu tindakan

2. Berinteraksi dengan orang lain

3. Marzano’s Dimension of Learning

Dimensi belajar pertama kali diperkenalkan oleh Robert J. Marzano tahun 1992

dalam bukunya yang berjudul A different Kind of Classroom. Ada lima dimensi belajar

yang dikemukakan Marzano (1992), yaitu:

a. Sikap dan persepsi (Attitude dan perceptions)

b. Memperoleh dan mengintegrasikan pengetahuan (Acquire and integrate

knowledge)

c. Mengembangkan dan menghaluskan pengetahuan (Extend and refine knowledge)

d. Menggunakan pengetahuan secara bermakna (use knowledge meaningfully)

e. Kebiasaan berpikir produktif (productive habits of maind)

Kelima dimensi belajar yang telah disebutkan diatas saling berhubungan satu

sama lain dan tidak dapat berjalan dalam keadaan terpisah. Dimensi pertama dan kelima

merupakan dasar untuk menjalankan dimensi kedua, ketiga, dan keempat. Jika siswa

memiliki sikap persepsi negative terhadap pembelajaran, maka proses belajar yang

meliputi dimensi dua, tiga dan empat pada siswa tidak akan berjalan dengan baik.

Sebaliknya bila siswa memiliki sikap dan persepsi positif maka siswa akan belajar lebih

banyak dan hal-hal yang terkait dengan dimensi dua, tiga dan empat dapat dilaksanakan

dengan baik. Demikian halnya bila siswa telah terbiasa berpikir secara produktif, maka

proses belajar pada diri siswa akan terfasilitasi. Dimensi belajar tersebut saling

berinteraksi dapt dilihat pada gambar berikut.

Page 12: ASESMEN PENALARAN

4. Quellmalz’s Framework

Stiggins (1988) mengemukakan kerangka pemikiran Quellmalz tentang penalaran

sebagai berikut :

Kategori Defenisi Kata Kunci

Mengingat (Recall) Mengingat atau mengenal fakta-fakta

kunci, defenisi, ko nsep.

Menyampaikan, mendaftarkan,

label, nama, identifikasi,

mengulang, siapa, apa, kapan

Analisis (Analysis) Memahami hubungan antara

keseluruhan dan bagian-bagiannya

dan antara sebab dan akibat,

gabungan dan pengelompokan,

memahami bagaimana suatu proses

dan bagaimana bagian sesuatu sesuai

bersamaan, memahami hubungan

kausal, mendapatkan informasi dari

chart, grafik, diagram, dan peta.

Menganalisis, memutuskan,

hubungan, bagaimana sesuatu

beroperasi, bagaimana sesuatu

digunakan, memberikan contoh

Perbandingan

(Comparison)

Menjelaskan bagaimana sesuatu itu

sama atau berbeda.

Membandingkan antara dua hal,

sederhana ataupun rumit.

Samakan, bedakan,

bandingkan, serupa, berbeda

Page 13: ASESMEN PENALARAN

Kategori Defenisi Kata Kunci

Perbandingan sederhana didasarkan

pada beberapa sifat yang lebih nyata.

Perbandingan rumit membutuhkan

pengujian yang lebih luas dari

sejumlah karakteristik antara dua atau

lebih suatu hal yang ingin

dibandingkan.

Perbandingan dimulai dengan

keseluruhan / sebagian hubungan

dalam kategori analisis dan

membawanya ke tahapan selanjutnya.

Penarikan

Kesimpulan

(Inference)

Penalaran secara induktif atau

deduktif.

Dalam tugasdeduktif, penalaran siswa

dimulai dari generalisasi ke

pemisalan spesifik dan diminta untuk

mengenalkan atau menjelaskan fakta-

fakta.

Dalam tugas induktif, siswa diberi

pemisalan atau uraian dan mampu

menghubungkan dan

mengintegrasikan informasi untuk

menuju ke generalisasi.

Hipotesis, sintesis, penggunaan

fakta, menggunakan aturan,

mengeneralisasikan,

menciptakan, menduga,

memprediksi, menyimpulkan,

menggunakan, memecahkan

Evaluasi

(Evaluation)

Mengungkapkan dan

mempertahankan pendapat.

Mengevaluasi memerlukan siswa

untuk mempertimbangkan kualitas,

kredibilitas, harga atau kepraktisan

yang menggunakan kriteria yang

telah ditetapkan dan menjelaskan

bagaimana kriteria tersebut cocok

atau tidak.

Mempertimbangkan,

mengevaluasi, solusi terbaik,

membenarkan,

mempertahankan, mengkritik

Berdasarkan keempat dasar pemikiran para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan

bahwa penalaran merupakan suatu keterampilan berpikir dengan menggunakan

Page 14: ASESMEN PENALARAN

pengetahuan untuk memecahkan masalah, membuat keputusan, rencana, dan lainnya.

Tingkatan penalaran dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Analisis

Kata kunci : Komponen, bagian, unsur, urutan logis, langkah-langkah, ide pokok,

uraian pendukung, membedah, menentukan, urutan.

2. Menyamakan / membedakan

Kata kunci : membedakan antara serupa dan berbeda, membedakan antara kemiripan

dan pertentangan, mensejajarkan.

3. Sintesis

Kata kunci : menggabungkan, mencampurkan, memformulasikan, mengorganisasi,

mengadaptasi, memodifikasi

4. Klasifikasi

Kata kunci : mengelompokkan, memisahkan, menggolongkan, memberikan contoh

5. Menduga dan menarik kesimpulan

Kata kunci : menterjemahkan, implikasi, menggambarkan kesimpulan, memprediksi,

menghipotesis, mengeneralisasi

6. Evaluasi

Kata kunci : membenarkan, mendukung opini, berpikir kritis, menghargai,

mengkritik, berdebat, mempertahankan, membantah, mengevaluasi, mengadili,

membuktikan

B. BENTUK ASESMEN PENALARAN (REASONING ASSESSMENT)

Keterampilan penalaran dapat dievaluasi melalui beberapa bentuk asesmen, yaitu:

1. Selected respons assessment

Asesmen ini dapat menilai beberapa bentuk penalaran.

2. Essay assessment

Asesmen ini menuntut deskripsi dalam bentuk penulisan dari solusi permasalahan

kompleks yang memberikan pemikiran ke arah penalaran.

3. Performance assessment

Page 15: ASESMEN PENALARAN

Melalui asesmen ini, siswa dapat diamati langsung saat mereka menyelesaikan suatu

permasalahan atau menguji suatu produk, dan menarik kesimpulan melalui

keterampilan penalaran siswa.

4. Personal communication

Asesmen ini melatih siswa untuk menyampaikan pemikirannya secara lisan atau

dapat diberikan pertanyaan balikan mengenai penalarannya terhadap suatu hal.

C. MELIBATKAN SISWA DALAM PENILAIAN PENALARAN

Aspek penalaran dan bukti yang dapat dinilai efektif (namun tidak eksklusif) di

bawah kondisi terkendali meliputi:

Penggunaan penalaran fisika

Siswa menunjukkan kemampuan mereka untuk alasan matematis dengan menunjukkan

langkah-langkah yang diambil dalam mencapai solusi. Mereka harus mendapatkan kredit

untuk pekerjaan mereka, yang mungkin sulit pada tes pilihan ganda.

Memahami bukti

Siswa menunjukkan bahwa mereka memahami sifat penting bukti fisika melalui jawaban

mereka untuk pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan mereka untuk:

o Lengkap langkah-langkah dalam suatu bukti yang diberikan (baik membuat

pernyataan yang sesuai dengan alasan atau memberikan alasan untuk pernyataan

yang diberikan)

o Membangun hubungan antara langkah-langkah dalam suatu bukti yang diberikan

(mengidentifikasi mana dari langkah-langkah sebelumnya dalam bukti yang

diperlukan untuk menyimpulkan pernyataan didirikan di langkah a)

Page 16: ASESMEN PENALARAN

o Menemukan kesalahan dalam bukti yang diberikan

o Mengevaluasi validitas bukti yang diberikan

o Membandingkan dan mengevaluasi pembenaran yang berbeda untuk soal yang

diberikan (empiris penjelasan, bukti berdasarkan contoh generik, berdasarkan bukti-

bukti aksiomatik sistem)

Belajar untuk membuktikan

Pembangunan bukti di bawah kondisi pengujian adalah latihan yang valid tapi satu yang

hati-hati membutuhkan persiapan. Jika satu-satunya cara di mana bukti dinilai, mungkin

mengakibatkan siswa memiliki pandangan terdistorsi dan negatif dari proses yang fisika

sampai pada kesimpulan. Sebuah faktor penting untuk mempertimbangkan adalah

sebelumnya pengetahuan tentang mahasiswa yang mengambil test: jika mereka sudah

melihat buktinya dalam pertanyaan, maka tujuan penilaian yang valid. Alternatif tugas-

tugas yang dapat digunakan untuk menilai kemampuan siswa untuk membangun bukti-

bukti termasuk meminta mereka untuk:

o Garis besar bukti

o Mengidentifikasi pengetahuan fisika yang diperlukan untuk suatu bukti tertentu

o Mengisi langkah hilang dalam bukti yang diberikan

o Menyediakan satu set petunjuk untuk orang lain untuk membangun bukti

o Mengadaptasi bukti yang diberikan kepada situasi baru di mana satu atau lebih

elemen yang telah berubah atau asumsi telah diubah

o Memberikan bukti alternatif untuk situasi tertentu

o Menyediakan "lokal" bukti (yang bekerja dalam diri-berisi subset dari sebuah

aksiomatik sistem)

Page 17: ASESMEN PENALARAN

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari pembahasan di atas adalah:

1. kerangka dalam asesmen penalaran terdiri dari Taksonomi Bloom, Kerangka

Norris-Ennis, Kerangka Quellmalz, dan dimensi pembelajaran Marzano

2. penalaran merupakan suatu keterampilan berpikir dengan menggunakan

pengetahuan untuk memecahkan masalah, membuat keputusan, rencana, dan

lainnya

Page 18: ASESMEN PENALARAN

DAFTAR PUSTAKA

Endar, Suhendar. 2010. Self Assessment Dalam Pembelajaran Fisika.

http://www.fisikasma-online.blogspot.com/ Diakses tanggal 1 April 2011.

Emiliannur. 2010. Selected Response Assessment. http://emiliannur.wordpress.com/

Diakses tanggal 1 April 2011.

Muhammad Zainal. 2011. Pengukuran, Penilaian, dan evaluasi dalam Pembelajaran.

http://www.masbied.com/ Diakses tanggal 1 April 2011.

Sudjana, Nana. 2006. Penilaian hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya.

Page 19: ASESMEN PENALARAN