asam terephtalat
DESCRIPTION
Asam TerephtalatTRANSCRIPT
-
Prarancangan Pabrik Asam Terephtalat dari p-Xylene Kapasitas 50.000 ton/tahun
Rifky Akbar Novizar / 32430 M. Ikhsan Habib Lubis / 33705
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Asam terephtalat merupakan bahan baku pembuatan poly ethylene
terephtalat (PET) yang digunakan pada industri serat kain, tekstil, film dan
recording tapes. Selain itu, PET juga digunakan pada industri botol plastik dan
kemasan makanan. Semula poly ethylene terephtalat (PET) dibuat dari
dimethyl terephtalat (DMT). Namun, yield yang diberikan tidak begitu besar.
Pembuatan PET dari asam terephtalat (polymer grade) dapat memberikan yield
polyester yang lebih besar. Pada perancangan pabrik asam terephtalat ini, yang
akan diproduksi adalah asam terephtalat teknis, yang biasa digunakan sebagai
bahan baku pembuatan dimetyl terephtalat (DMT) ataupun dilanjutkan dengan
proses pemurnian sehingga diperoleh polymer grade terephtalic acid. (Kirk
and Othmer, 1981)
Kegunaan umum dari asam terephtalat adalah sebagai berikut (Kirk and
Othmer, 1981):
1. Sebagai bahan dasar pembuatan Poly Etylen Terephtalat (PET), yang
selanjutnya digunakan pada industri berbahan baku polyester seperti botol,
kemasan makanan, pita kaset dan lainnya.
2. Bahan baku dalam pembuatan minyak pelumas berkualitas tinggi.
3. Produksi herbisida.
4. Produksi bahan baku dalam industri cat.
5. Dalam reaksi polimerisasi menggunakan ethylene glycol akan menghasilkan
serat polyester sebagai bahan baku tekstil.
6. Bahan baku polymer filament yarn.
Salah satu industri petrokimia yang cukup berkembang saat ini adalah
industri asam terephtalat yang merupakan bahan baku pembuatan poly ethylene
terephtalat (PET) yang digunakan pada industri serat kain, tekstil, film, dan
recoding tapes. Selain itu, PET juga digunakan pada industri botol plastk dan
kemasan makanan.
-
Prarancangan Pabrik Asam Terephtalat dari p-Xylene Kapasitas 50.000 ton/tahun
Rifky Akbar Novizar / 32430 M. Ikhsan Habib Lubis / 33705
2
Di Indonesia, telah terdapat beberapa pabrik asam terephtalat antara lain
(http://repository.unila.ac.id:8180/dspace/bitstream/123456789/2839/7/201PE
NDAHULUAN.pdf) :
1. PT. Pertamina
Berlokasi di Plaju (Palembang) dengan kapasitas sebanyak 225.000
ton/tahun.
2. PT. Mitsubishi Chemical Indonesia
Berlokasi di Serang (Banten) dengan kapasitas sebanyak 650.000 ton/tahun.
3. PT. Polysindo Eka Perkasa
Berlokasi di Karawang (Banten) dengan kapasitas sebanyak 350.000
ton/tahun.
4. PT. Amoco Mitsui
Berlokasi di Merak (Banten) dengan kapasitas sebanyak 400.000 ton/tahun.
5. PT. Polyprima Karyareksa
Berlokasi di Serang (Banten) dengan kapasitas sebanyak 400.000 ton/tahun.
Berdasarkan pabrik yang telah berdiri, jumlah asam terephtalat yang ada
di Indonesia sebanyak 2.025.000 ton/tahun. Indonesia sendiri masih melakukan
impor asam terephtalat seperti yang ditunjukkan data impor dari Badan Pusat
Statistik pada Tabel I.1.
Tabel I.1 Data Impor Asam Terephtalat (http://www.bps.go.id/exim-
frame.php)
Tahun Impor (ton)
2007 19370 2008 9135 2009 10467 2010 32964 2011 40100
Selain itu, Indonesia juga telah melakukan ekspor asam terephtalat. Hal
ini dapat ditunjukkan dengan data ekspor dari Badan Pusat Statistik pada Tabel
I.2.
-
Prarancangan Pabrik Asam Terephtalat dari p-Xylene Kapasitas 50.000 ton/tahun
Rifky Akbar Novizar / 32430 M. Ikhsan Habib Lubis / 33705
3
Tabel I.2 Data Ekspor Asam Terephtalat (http://www.bps.go.id/exim-
frame.php)
Tahun Ekspor (ton)
2007 235747 2008 35452 2009 25208 2010 36633 2011 42492
Dari data ekspor dan impor tersebut, dapat diperkirakan kebutuhan
(demand) asam terephtalat di Indonesia dengan rumus :
Demand = jumlah asam terephtalat yang ada (dari pabrik yang telah berdiri) +
jumlah asam terephatalat yg diimpor jumlah asam terephtalat
yang diekspor
Tabel I.3 Kebutuhan Asam Terephtalat di Indonesia
Tahun Demand (ton)
2007 1808622 2008 1998683 2009 2010260 2010 2021331 2011 2022608
Dari data pada Tabel I.3, kebutuhan (demand) rata-rata asam terephtalat
di Indonesia sebesar 1972301 ton/tahun.
-
Prarancangan Pabrik Asam Terephtalat dari p-Xylene Kapasitas 50.000 ton/tahun
Rifky Akbar Novizar / 32430 M. Ikhsan Habib Lubis / 33705
4
Berdasarkan data pada Tabel I.1, dibuat grafik hubungan data impor
asam terephtalat dengan tahun seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.
Gambar 1.1. Grafik Hubungan Data Impor Asam Terephtalat dengan Tahun
Dari grafik tersebut, didapat persamaan :
Jumlah Impor = 6,5291E+03tahun 1,3094E+07
Berdasarkan persamaan tersebut, dapat diperkirakan jumlah asam
terephtalat yang diimpor pada masa mendatang. Hal ini ditunjukkan pada Tabel
I.4.
Tabel I.4 Prakiraan Jumlah Impor Asam Terephtalat
Tahun Impor (ton)
2012 42549 2013 49078 2014 55607 2015 62137
Jumlah Impor = 6,5291E+03tahun - 1,3094E+07
R = 5,6654E-01
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
35000
40000
45000
2006 2008 2010 2012
Jum
lah
Impo
r
Tahun
-
Prarancangan Pabrik Asam Terephtalat dari p-Xylene Kapasitas 50.000 ton/tahun
Rifky Akbar Novizar / 32430 M. Ikhsan Habib Lubis / 33705
5
Pabrik asam terephtalat ini direncanakan akan berdiri pada tahun 2014.
Oleh karena itu, berdasarkan data dari Tabel I.4, pabrik asam terephtalat ini
direncanakan memiliki kapasitas produksi sebesar 50.000 ton/tahun. Hal ini
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri serta mengurangi jumlah
impor asam terephtalat. Target pemasaran produk ini adalah pabrik dimethyl
terephtalat (DMT) atau pabrik pemurnian asam terephtalat (PTA).
Pemilihan lokasi pabrik haruslah berdekatan pada pertimbangan dari segi
teknis maupun ekonomis sehingga dapat memebrikan keuntungan yang
maksimal. Adapun faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan
lokasi pabrik antara lain adalah (Coulson and Richardson, 1983; Peters and
Timmerhaus, 1990; Rase and Barrow, 1957) :
1. Ketersediaan bahan baku
Ketersediaan dan harga dari bahan baku merupakan salah satu faktor
penting dalam penentuan lokasi pabrik. Pada pabrik asam terephtalat ini,
paraxylene yang merupakan bahan baku utamanya adalah hasil samping dan
pabrik petrochemical. Harga paraxylene sangat berfluktuasi, tergantung dari
harga minyak dunia. Oleh karena itu, sebaiknya dipilih lokasi pabrik yang
dekat dnegan industri kilang minyak untuk menghemat biaya transportasi.
2. Pemasaran produk
Lokasi pabrik yang dipilih sebaiknya dekat dengan area pemasaran produk,
baik pabrik dimethyl terephtalat (DMT) ataupun pemurnian asam terephtalat
(PTA). Jika lokasi pabrik yang dipilih dekat dengan area pemasaran, maka
biaya transportasi dapat dikurangi. Karena produk yang dihasilkan berupa
padatan, maka transportasi dapat dilakukan dengan truk. Selain itu, jika
produk ingin diekspor ke luar negeri, maka sebaiknya dipilih lokasi dekat
dengan pelabuhan.
3. Transportasi
Transportasi merupakan salah satu faktor utama dalam pemilihan lokasi
pabrik. Lokasi pabrik sebaiknya dipilih yang memiliki ketiga fasilitas
transportasi (darat, laut, dan kereta api).
-
Prarancangan Pabrik Asam Terephtalat dari p-Xylene Kapasitas 50.000 ton/tahun
Rifky Akbar Novizar / 32430 M. Ikhsan Habib Lubis / 33705
6
4. Ketersediaan utilitas
Pabrik asam terephtalat ini membutuhkan air pendingin dalam jumlah yang
besar karena reaksinya yang sangat eksotermis. Selain itu, dibutuhkan juga
air dalam jumlah yang cukup dan tidak mengalami fluktuasi dalam
sepanjang tahun sangat mutlak diperlukan. Air sungai lebih disukai sebagai
sumber air untuk utilitas pabrik. Listrik juga merupakan salah satu utilitas
yang memegang peranan penting. Sumber listrik tidak boleh mengalami
gangguan karena hampir seluruh peralatan membutuhkan listrik untuk
beroperasi. Biasanya, setiap pabrik kimia memiliki unit pembangkit listrik
sendiri yang dapat menyuplai kebutuhan listrik seluruh pabrik dan
sekitarnya.
5. Ketersediaan tenaga kerja
Tenaga kerja sangat dibutuhkan terutama pada saat rekonstruksi dan
pendirian pabrik, serta pada saat produksi. Lokasi pabrik yang dipilih
sebaiknya memiliki sumber tenaga kerja tidak terlatih. Tenaga kerja terlatih
biasanya diambil dari luar lokasi pabrik.
6. Pembuangan limbah
Limbah yang dihasilkan oleh pabrik asam terephtalat ini sebagian besar
merupakan limbah cair. Kemudian, limbah cair dibuang ke laut atau sungai
setelah melewati unit pengolahan limbah (UPL).
7. Ketersediaan tanah
Lokasi pabrik yang dipilih juga harus memiliki ketersediaan lahan yang
cukup untuk seluruh pabrik. Selain itu, diperlukan pula untuk perluasan
pabrik yang akan datang. Lahan yang dipilih sebaiknya merupakan dataran,
memiliki drainase yang baik, serta kondisi yang memadai.
8. Iklim
Lokasi lahan yang dipilih sebaiknya berada pada iklim yang stabil dengan
temperatur yang relatif tetap dan tidak terdapat hembusan angin yang
kencang. Hal ini akan berpengaruh pada biaya fondasi yang dibutuhkan dan
biaya perawatan peralatan.
-
Prarancangan Pabrik Asam Terephtalat dari p-Xylene Kapasitas 50.000 ton/tahun
Rifky Akbar Novizar / 32430 M. Ikhsan Habib Lubis / 33705
7
Berdasarkan pertimbangan yang telah disebutkan di atas, maka dipilih
daerah Cilacap, Jawa Tengah sebagai lokasi pendirian pabrik asam terephtalat
dengan pertimbangan sebagai berikut :
x Dekat dengan bahan baku, di mana direncakan bahan baku (paraxylene)
akan dibeli dari Pertamina Cilacap.
x Relatif dekat dengan lokasi pemasaran, di mana pabrik-pabrik yang
dijadikan target pemasaran sebagian besar berlokasi di pulau Jawa.
x Tersedia lahan yang cukup luas dan topografi yang memadai.
x Iklim relatif stabil.
x Dekat dengan sumber air, yaitu sungai Serayu.
x Dekat dengan sumber utilitas lainnya.
x Dekat dengan pelabuhan (Tanjung Intan) sehingga memudahkan dalam
transpotasi lewat laut.
x Memiliki jalur rel kereta api.
x Regulasi relatif lebih mudah karena Cilacap merupakan kawasan industri
x Tersedia jumlah tenaga kerja yang memadai.
B. Tinjauan Pustaka Dalam industri kimia, reaksi oksidasi merupakan sarana yang efektif
dalam sintesis senyawa kimia. Reaksi oksidasi didefinisikan sebagai suatu
reaksi yang menghasilkan senyawa oksida. Secara umum, dalam reaksi ini
terjadi proses pelepasan sejumlah elektron sehingga zat yang teroksidasi akan
mengalami penambahan bilangan oksidasi. Asam terepthalat juga dibuat
dengan reaksi oksidasi. Beberapa jenis proses pembuatan asam terephtalat
adalah proses du Pont, proses Eastman-Kodak, proses Henkel, dan proses
Amoco. (Kirk and Othmer, 1981)
1. Proses du Pont
Pada proses ini, udara (O2), p-xylene, dan HNO3 encer (30-40% berat)
dimasukkan ke dalam reaktor dan reaksi terjadi pada fase cair. Gas NO yang
dihasilkan akan dioksidasi menjadi NO2 dan digunakan untuk memproduksi
-
Prarancangan Pabrik Asam Terephtalat dari p-Xylene Kapasitas 50.000 ton/tahun
Rifky Akbar Novizar / 32430 M. Ikhsan Habib Lubis / 33705
8
HNO3. Kondisi reaktor dijaga pada suhu 165 oC dan tekanan 140 psig dan
akan diperoleh yield sebesar 80%.
Reaksi yang terjadi:
C6H4(CH3)2 + 3 O2 (HOOC)C6H4(COOH)
p-xylene asam terepthalat
2. Proses Eastman-Kodak
Eastman-Kodak Company memproduksi asam terepthalat secara
konvensional dengan proses oksidasi fase cair. Bahan baku yang digunakan
adalah paraxylene, asam asetat sebagai solvent, Co(II) asetat sebagai katalis,
dan asetaldehid. Asetaldehid digunakan sebagai promoter oksidasi dan akan
teroksidasi menjadi asam asetat sebagai produk samping. Kondisi operasi
berlangsung pada suhu 121-177 oC dan tekanan 100-200 psig. Konversi
yang dihasilkan hanya sebesar 82% mol.
3. Proses Henkel
Proses ini dimulai dengan reaksi oksidasi naphthalene menjadi pthalic
anhydride, kemudian diubah menjadi monopotassium o-pthalat dan
dipotassium o-pthalat. Dipotassium o-pthalat diisomerisasikan pada suhu
350-450 oC dan tekanan 145-725 psi. Hasil dari proses isomerisasi ini
adalah dipotassium terepthalat yang kemudian dilarutkan ke dalam air dan
di-recycle ke awal proses. Kristal asam terepthalat yang terbentuk diambil
dengan filtrasi dan dikeringkan.
4. Proses Amoco
Pembuatan asam terepthalat dari bahan baku paraxylene dengan
proses Amoco adalah reaksi oksidasi yang berlangsung pada fase cair
dengan menggunakan O2 sebagai oksidator, asam asetat sebagai solvent, dan
Co(II) asetat sebagai katalis. Kondisi operasi reaktor dijaga pada suhu 175-
250oC dan tekanan 220-435 psia. Asam asetat setelah dipisahkan akan
dimanfaatkan kembali sebagai umpan reaktor.
Dasar reaksi yang berlangsung adalah oksidasi katalitik dari p-xylene
membentuk asam terepthalat (TPA). Mekanisme reaksi ini mengikuti reaksi
radikal bebas. Reaksi pembuatan asam terepthalat dari p-xylene dan oksigen
-
Prarancangan Pabrik Asam Terephtalat dari p-Xylene Kapasitas 50.000 ton/tahun
Rifky Akbar Novizar / 32430 M. Ikhsan Habib Lubis / 33705
9
ini menggunakan katalis cobalt(II) asetat dalam fasa cair. Cobalt(II) asetat
ini akan teroksidasi menjadi cobalt(III) asetat, yang berperan sebagai katalis
dalam proses oksidasi p-xylene dan efektif pada suhu 160-230oC dengan
tekanan maksimum 30 atm. Mekanisme reaksinya dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1.) CH3(C6H4)CH3 (l) + O2 (g) COH(C6H4)CH3 (l) + H2O (g)
2.) COH(C6H4)CH3 (l) + O2 (g) COOH(C6H4)CH3 (l)
3.) COOH(C6H4)CH3 (l) + O2 (g) COOH(C6H4)COH (l) + H2O(g)
4.) COOH(C6H4)COH (l) + O2 (g) COOH(C6H4)COOH (l)
Dari reaksi di atas, dijelaskan paraxylene bereaksi dengan oksigen dan
membentuk 4-metil benzaldehyde. 4-metilbenzaldehide teroksidasi menjadi
p-toluic acid. P-toluic acid kemudian bereaksi menjadi paracarboxy
benzaldehyde. Kemudian, paracarboxy benzaldehyde teroksidasi menjadi
terephtalic acid (TPA).
Pada prarancangan pabrik asam terephtalat ini, bahan baku berasal dari
paraxylene. Maka, tidak dipilih proses Henkel karena bahan baku proses ini
adalah naphthalene. Selain itu, proses Henkel tidak menghasilkan yield yang
lebih besar daripada proses yang lain (yang menggunakan paraxylene). Di
samping itu, kondisi operasi pada proses Henkel memerlukan energi yang lebih
banyak.
Pada proses du Pont, solvent yang digunakan adalah HNO3. Penggunaan
HNO3 pada proses ini menyebabkan perlu didirikannya pabrik HNO3 di dekat
lokasi pabrik asam terephtalat. Hal ini dikarenakan HNO3 yang diperlukan
pada proses lumayan banyak, 2 lb/lb p-xylene. Di samping itu, proses yang
terjadi sangat eksplosif dan produk yang dihasilkan mengandung impuritas
nitrogen.
Berdasarkan kondisi operasi, proses du Pont dan proses Eastman Kodak
memiliki suhu dan tekanan yang lebih rendah daripada proses Amoco. Jika
suhu dan tekanan rendah, energi yang diperlukan lebih rendah dan relatif aman
bagi pekerja. Proses Amoco memiliki kondisi operasi berupa suhu dan tekanan
-
Prarancangan Pabrik Asam Terephtalat dari p-Xylene Kapasitas 50.000 ton/tahun
Rifky Akbar Novizar / 32430 M. Ikhsan Habib Lubis / 33705
10
lebih tinggi dibandingkan kedua proses tersebut. Suhu pada proses Amoco
lebih tinggi sehingga kecepatan reaksi oksidasi semakin tinggi. Agar tetap pada
fasa cair, maka tekanan harus dinaikkan juga. Hal ini menyebabkan proses
Amoco memiliki yield yang lebih besar dibandingkan kedua proses tersebut.
Oleh karena itu, dipilih proses Amoco pada prarancangan pabrik asam
terephtalat ini. Yield asam terephtalat yang dihasilkan pada proses ini minimal
95%, lebih besar daripada proses Henkel (82%) dan proses du Pont (80%).
Reaksi pada proses ini juga lebih sederhana, terdiri atas satu langkah. Pelarut
dan katalis pada proses Amoco ini, hampir seluruhnya dapat di-recycle
kembali. Selain itu, bahan baku lebih mudah diperoleh. Proses Amoco ini juga
ramah lingkungan, tidak menghasilkan banyak limbah.
Bahan baku untuk proses pembuatan asam terephtalat ini adalah
paraxylene. Paraxylene atau 1,4-Dimethylbenzene, menurut material safety
data sheet (http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927324),
merupakan bahan yang flammable. Paraxylene memiliki nilai 7% volume
untuk upper flammable limit (UFL) dan 1,1% volume untuk lower flammable
limit (LFL). Paraxylene mempunyai titik didih 138C dan titik lebur 12C serta
vapor pressure 9 mmHg (20C). Flash point paraxylene pada 25C dengan
auto-ignition temperature sebesar 527C. Paraxylene memiliki nilai TLV-
TWA sebesar 100 ppm dan nilai TLV-STEL sebesar 150 ppm. Paraxylene
dapat menyebabkan iritasi jika terkena kulit dan mata serta gangguan
pernapasan. Oleh karena itu, paraxylene tergolong sebagai bahan yang harmful.