artikel285c26e2b1e88ff769234c6254865e8a

11
  *)  Fida Pangesti adalah mahasiswa Sastra Indonesia Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang 201 2.  PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PENDIDIKAN BERPIKIR (KRITIS DAN KREATIF) BERBAHASA INDONESIA SMA MELALUI PEMBELAJARAN LINTAS MATA PELAJARAN Fida Pangesti *) Universitas Negeri Malang E-mail: Fida.nisa_08@y ahoo.co.id Pembimbing: (1) Prof. Dr. Suyono, M. Pd., (2) Dr. Roekhan, M. Pd. ABSTRACT:  The purpose of this research is to produce educational materials to think (critically and creatively) Indonesian through the study of cross-language subjects. The specific objectives are to describe (1) form, (2) conspicuousness, and (3) the effectiveness of the product. In terms of form, the characteristics of instructional materials that use Bloom's Taxonomy in developing thinking skills, including the four language skills, and including three subjects. The conspicuousness of products lies in the content, presentation, and graphics. Meanwhile, because the t-test produces a t count  = 2.738 with 0.008 significance level (> 0.01), so the teaching materials effective. Key words: development of teaching materials, educational thinking, Indonesian language skills, cross subjects ABSTRAK:. Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan bahan ajar pendidikan berpikir (kritis dan kreatif) berbahasa Indonesia melalui pembelajaran lintas mata pelajaran. Adapun tujuan khususnya yaitu mendeskripsikan (1) wujud, (2) kemenarikan, dan (3) efektivitas produk. Dari segi wujud, bahan ajar menggunakan Taksonomi Bloom, mencakup 4 keterampilan berbahasa, dan mencakup 3 mata pelajaran. Kemenarikan produk terletak pada isi, penyajian, dan kegrafikaan. Sementara itu, uji-t  menghasilkan t hitung  = 2.738 dengan taraf signifikansi 0,008 (> 0,01), sehingga bahan ajar efektif. Kata kunci: pengembangan bahan ajar, pendidikan berpikir, keteram-pilan berbahasa Indonesia, pembelajaran lintas mata pelajaran Berpikir merupakan poros dari segala ilmu pengetahuan. Dengan kemampuan berpikir yang memadai, siswa tidak hanya dapat menguasai isi dari setiap mata pelajaran yang dipelajarinya, tetapi juga dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Soemanto (1990:29) menyatakan bahwa berpikir adalah meletakkan hubungan antar bagian pengetahuan yang diperoleh manusia. Yang dimaksud pengetahuan di sini mencakup segala konsep, gagasan, dan pengertian yang telah dimiliki dan atau diperoleh manusia. Sementara itu, Plato (dalam Suryabrata, 1989:54) berpendapat bahwa berpikir adalah aktivitas ideasional. Artinya, aktivitas berpikir bukanlah aktivitas sensoris maupun motoris, walaupun dapat disertai oleh kedua hal tersebut. Ada banyak sekali jenis berpikir, antara lain berpikir kritis dan berpikir kreatif. Dewey (dalam Fisher, 2008:2) menyatakan bahwa berpikir kritis adalah mempertimbangkan secara aktif, terus-menerus, dan teliti mengenai sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan dipandang dari sudut alasan-alasan yang mendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan yang menjadi kecenderungannya.

Upload: nukhbatul-bidayati-haka

Post on 08-Oct-2015

218 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

artikel pendidikan

TRANSCRIPT

  • *) Fida Pangesti adalah mahasiswa Sastra Indonesia Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang 2012.

    PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PENDIDIKAN BERPIKIR (KRITIS DAN KREATIF)

    BERBAHASA INDONESIA SMA MELALUI PEMBELAJARAN LINTAS MATA PELAJARAN

    Fida Pangesti*) Universitas Negeri Malang

    E-mail: [email protected] Pembimbing: (1) Prof. Dr. Suyono, M. Pd., (2) Dr. Roekhan, M. Pd.

    ABSTRACT: The purpose of this research is to produce educational materials to think (critically and creatively) Indonesian through the study of cross-language subjects. The specific objectives are to describe (1) form, (2) conspicuousness, and (3) the effectiveness of the product. In terms of form, the characteristics of instructional materials that use Bloom's Taxonomy in developing thinking skills, including the four language skills, and including three subjects. The conspicuousness of products lies in the content, presentation, and graphics. Meanwhile, because the t-test produces a tcount = 2.738 with 0.008 significance level (> 0.01), so the teaching materials effective.

    Key words: development of teaching materials, educational thinking, Indonesian language skills, cross subjects

    ABSTRAK:. Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan bahan ajar pendidikan berpikir (kritis dan kreatif) berbahasa Indonesia melalui pembelajaran lintas mata pelajaran. Adapun tujuan khususnya yaitu mendeskripsikan (1) wujud, (2) kemenarikan, dan (3) efektivitas produk. Dari segi wujud, bahan ajar menggunakan Taksonomi Bloom, mencakup 4 keterampilan berbahasa, dan mencakup 3 mata pelajaran. Kemenarikan produk terletak pada isi, penyajian, dan kegrafikaan. Sementara itu, uji-t menghasilkan thitung = 2.738 dengan taraf signifikansi 0,008 (> 0,01), sehingga bahan ajar efektif.

    Kata kunci: pengembangan bahan ajar, pendidikan berpikir, keteram-pilan berbahasa Indonesia, pembelajaran lintas mata pelajaran

    Berpikir merupakan poros dari segala ilmu pengetahuan. Dengan kemampuan berpikir yang memadai, siswa tidak hanya dapat menguasai isi dari setiap mata pelajaran yang dipelajarinya, tetapi juga dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Soemanto (1990:29) menyatakan bahwa berpikir adalah meletakkan hubungan antar bagian pengetahuan yang diperoleh manusia. Yang dimaksud pengetahuan di sini mencakup segala konsep, gagasan, dan pengertian yang telah dimiliki dan atau diperoleh manusia. Sementara itu, Plato (dalam Suryabrata, 1989:54) berpendapat bahwa berpikir adalah aktivitas ideasional. Artinya, aktivitas berpikir bukanlah aktivitas sensoris maupun motoris, walaupun dapat disertai oleh kedua hal tersebut.

    Ada banyak sekali jenis berpikir, antara lain berpikir kritis dan berpikir kreatif. Dewey (dalam Fisher, 2008:2) menyatakan bahwa berpikir kritis adalah mempertimbangkan secara aktif, terus-menerus, dan teliti mengenai sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan dipandang dari sudut alasan-alasan yang mendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan yang menjadi kecenderungannya.

  • 2

    Sementara itu, Abidin (2010:6) mendefinisikan berpikir kreatif sebagai kegiatan memecahkan masalah dengan menggunakan kombinasi dari semua proses berpikir.

    Kedua keterampilan berpikir di ataskritis dan kreatiftidak dapat dipisahkan dari keterampilan berbahasa. Bono (1994:42) menyatakan bahwa berpikir adalah suatu kemahiran semantik. Kesalahan-kesalahan dalam berpikir tidak lain adalah kesalahan semantik, sedangkan konsistensi logika adalah konsistensi semantik. Pendapat tersebut diperkuat oleh pendapat Fisher (2008:21) yang menyatakan bahwa ada kata-kata dan frasa-frasa tertentu yang orang pakai secara khusus untuk menunjukkan bahwa mereka mengargumentasikan sebuah kasus, bahwa mereka mengemukakan alasan-alasan untuk sebuah kesimpulan.

    Selanjutnya, keterampilan berpikir kritis dan kreatif dapat dikembangkan dengan keterampilan berbahasa. Adanya aktivitas berpikir didahului oleh rangsang bahasa. Sebaliknya, hasil berpikir itu akan bermakna jika diekspresikan melalui simbol-simbol bahasa, baik verbal maupun tulis. Artinya, keterampilan berbahasa yang bersifat aktif-reseptif (membaca dan menyimak) dapat dijadikan sebagai rangsang berpikir (kritis dan kreatif) yang hasilnya diekspresikan dengan keterampilan berbahasa yang bersifat aktif-produktif (menulis dan berbicara).

    Jika berpikir kritis dan kreatif dengan berbahasa dijadikan sebagai tujuan dalam pendidikan, maka dibutuhkan sebuah model pembelajaran yang sesuai. Model pembelajaran yang dimaksud yaitu model pembelajaran yang mengon-disikan siswa untuk dapat mengaitkan antarkonsep, menemukan solusi, serta mengembangkan keterampilan berbahasa. Indikator-indikator tersebut terdapat dalam pembelajaran terpadu. Trianto (2010:120) menyatakan bahwa model pembelajaran terpadu dapat mempermudah dan memotivasi peserta didik untuk mengenal, menerima, menyerap, dan memahami keterkaitan antara konsep, pengetahuan, nilai atau tindakan yang terdapat dalam kompetensi dasar. Dengan menggunakan pembelajaran terpadu, secara psikologik peserta didik digiring untuk berpikir secara terarah, teratur, utuh, menyeluruh, sistemik, analitik, dan kreatif.

    Dalam pelaksanaannya, model pembelajaran lintas mata pelajaran membutuhkan bahan ajar sebagai acuan. Bahan ajar merupakan the foundation of learning in classroom (Muslich, 2010:30). Dengan adanya bahan ajar, pembelajaran di dalam kelas akan menjadi lebih terarah dan terstruktur. Selanjut-nya, Muslich (2010:5657) menyatakan bahwa bahan ajar memiliki beberapa fungsi, yaitu (1) mencapai kompetensi yang ingin dicapai dalam pembelajaran; (2) meningkatkan hasil belajar siswa; dan (3) membantu guru dalam mengelola kelas. Menyadari beberapa hal di atas, maka dirasa sangat perlu adanya sebuah bahan ajar yang melatihkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif serta berbahasa siswa dalam ranah pembelajaran lintas mata pelajaran. Berpijak pada uraian di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk bahan ajar pendidikan berpikir (kritis dan kreatif) dengan berbahasa Indonesia SMA melalui pembelajaran lintas mata pelajaran. Adapun tujuan khusus penelitian ini yaitu mendeskripsikan (1) wujud , (2) kemenarikan, dan (3) keefektifan bahan ajar pendidikan berpikir (kritis dan kreatif) dengan berbahasa Indonesia SMA lintas mata pelajaran.

  • 3

    METODE Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang menggunakan model prosedural Borg & Gall. Model prosedural adalah model deskriptif yang menggambarkan alur atau langkah-langkah prosedural yang harus diikuti untuk menghasilkan produk tertentu (Setyosari, 2010:200). Adapun tahapan dalam model prosedural Borg & Gall meliputi: (1) penelitian dan pengumpulan informasi awal, (2) perencanaan, (3) pengembangan format produk awal, (4) uji coba awal, (5) revisi produk, (6) uji coba lapangan, (7) revisi produk, (8) uji lapangan, (9) revisi produk akhir, dan (10) desiminasi dan implementasi. Kesepuluh langkah tersebut tidak semua dilaksanakan, tetapi diadaptasi sesuai dengan kebutuhan penelitian. Langkah-langkah pengembangan yang dilaksanakan dalam penelitian ini yaitu (1) tahap persiapan/prapengembangan, (2) tahap pengembangan produk, (3) tahap uji coba produk, dan (4) tahap revisi atau penyempurnaan produk. Pertama, tahap prapengembangan dilakukan dengan cara melakukan kajian teori, analisis bahan ajar yang digunakan di lapangan, wawancara guru, dan penyebaran angket kepada siswa sehingga diperoleh data yang otentik tentang kebutuhan pembelajaran di lapangan. Kedua, tahap pengembangan produk merupakan proses mewujudkan produk berdasarkan spesifikasi produk yang dihasilkan pada tahap prapengembangan. Ketiga, tahap uji coba produk dilakuakn dengan cara uji ahli, uji praktisi, dan uji lapangan dengan tujuan untuk mengetahui validitas, kemenarikan, serta efektivitas bahan ajar. Uji ahli dilakukan di Universitas Negeri Malang terhadap dosen Sastra Indonesia, dosen Ekonomi, dosen Biologi, dan dosen Desain Komunikasi Visual. Uji praktisi dilakukan di SMA Negeri 1 pagak terhadap praktisi Bahasa Indonesia, praktisi Biologi, dan praktisi Ekonomi. Sementara itu, uji lapangan kelompok terbatas dilakukan terhadap 56 siswa kelas X-8 dan X-5 SMA Negeri 1 pagak. Pada tahap uji lapangan tersebut, peneliti menggunakan desain penelitian eksperimen semu (quasy eksperiment) untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara kelas yang menggunakan bahan ajar yang dikembangkan oleh peneliti dengan kelas yang menggunakan bahan ajar lain. Keempat, tahap revisi atau penyempurnaan produk merupakan tindak lanjut dari berbagai rekomendasi perbaikan dari validator pada tahap uji coba produk. Tahap ini menghasilkan produk yang siap diimplementasikan dan diseminasi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dibedakan menjadi instrumen prapengembangan dan instrumen pascapengembangan. Instrumen prapengembangan adalah segala instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan informasi awal guna mengembangkan bahan ajar. Instrumen ini terdiri dari matriks analisis, pedoman wawancara, angket, dan pedoman kajian pustaka. Sementara itu, instrumen pascapengembangan adalah segala instrumen yang digunakan untuk memperoleh data tentang validitas bahan ajar dan hal-hal lain yang ingin diketahui peneliti dari bahan ajar yang telah dikembangkan. Instrumen ini terdiri dari matriks analisis bahan ajar, angket penilaian bahan ajar, angket catatatan kemenarikan bahan ajar, pedoman wawancara, pedoman observasi, dan tes.

    Dari instrumen-instrumen di atas, diperoleh data penelitian berupa data numerik dan data verbal. Data numerik meliputi skor penilaian bahan ajar serta skor tes kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sementara itu, data verbal meliputi transkrip wawancara; hasil analisis bahan ajar; hasil angket; hasil observasi; dan

  • 4

    catatan, komentar, kritik, maupun saran yang ditulis oleh subjek uji coba pada lembar penilaian.

    Oleh karena data yang diperoleh berupa data numerik dan data verbal, maka analisis yang dilakukan berupa analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Analisis kuantitatif terdiri dari teknik analisis rata-rata yang digunakan untuk menganalisis skor uji coba bahan ajar dan analisis SPSS 16.0 for Windows yang digunakan untuk menganalisis skor pretest dan posttest siswa. Sementara itu, data verbal dianalisis dengan analisis kualitatif yang meliputi: (1) mengumpulkan data verbal tertulis yang diperoleh dari hasil wawancara, angket, observasi, dan catatan lapangan; (2) mentranskrip data verbal lisan; (3) menghimpun, menyeleksi, dan mengklasifikasi data verbal tulis dan hasil transkrip verbal lisan berdasarkan kriteria; dan (4) menganalisis data serta merumuskan simpulan analisis sebagai dasar untuk melakukan tindakan terhadap produk yang dikembangkan.

    HASIL PENGEMBANGAN Deskripsi Produk

    Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini yaitu bahan ajar pendidikan berpikir (kritis dan kreatif) berbahasa Indonesia melalui pembelajaran lintas mata pelajaran. Komponen berpikir kritis yang dikembangkan yaitu memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan berkreasi yang merupakan tahapan berpikir dalam Taksonomi Bloom. Komponen berpikir kreatifnya meliputi kelancaran, keluwesan, kebaruan, dan elaborasi. Adapun keterampilan berbahasa yang dimaksud meliputi semua keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

    Aspek lintas mata pelajaran dapat dilihat dari pengintegrasian mata pelajaran Bahasa Indonesia, Biologi, dan Ekonomi. Kompetensi dasar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia yaitu menulis karangan argumentatif, pada mata pelajaran Biologi yaitu membuat produk daur ulang limbah, dan pada mata pelajaran Ekonomi yaitu masalah-masalah yang dihadapi pemerintah dalam bidang ekonomi. Ketiga kompetensi dasar tersebut disajikan secara tumpang tindih dengan keterampilan berpikir serta keterampilan berbahasa melalui model pembelajaran terpadu tipe integrated model dan webbed model.

    Dalam penyajiannya, bahan ajar ini dibagi menjadi lima bab yang kemudain disebut sebagai level. Masing-masing level merupakan realisasi dari level berpikir Taksonomi Bloom. Akan tetapi, di dalamnya juga mencakup content materi sesuai kompetensi dasar serta keterampilan berbahasa yang dikehendaki. Selanjutnya, desain bahan ajar yang digunakan berbasis simple and colourfull design.

    Data Uji Coba Data uji coba terdiri dari (1) data penyempurnaan produk, (2) data

    kemenarikan produk, dan (3) data efektivitas produk. Data penyempurnaan produk berkaitan dengan validitas bahan ajar. Data kemenarikan produk berkaitan dengan kemenarikan bahan ajar. Sementara data efektivitas produk berkaitan dengan perbandingan perolehan skor hasil belajar siswa.

    Pertama, data penyempurnaan produk. Dari uji coba terhadap ketiga kelompok uji coba, diperoleh hasil (1) aspek berpikir kritis dan kreatif mencapai rata-rata 4,58 dengan persentase 91,6%; (2) aspek keterampilan berbahasa

  • 5

    mencapai rata-rata 3,87 dengan persentase 82,4%; (3) aspek pembelajaran lintas mata pelajaran mencapai rata-rata4,61 dengan persentase 92,25%; (4) aspek isi mencapai rata-rata 4,44 dengan persentase 88,87%; (5) aspek penyajian mencapai rata-rata 4,59 dengan persentase 91,6%; (6) aspek kegrafikaan mencapai rata-rata 4,58 dengan persentase 91,67%; dan (7) aspek bahasa mencapai rata-rata 4,48 dengan persentase 86,4%. Secara keseluruhan, rata-rata validitas mencapai 4,33 dengan persentase 86,7% sehinggabahan ajar dapat dikategorikan sangat valid.

    Dari hasil uji coba, diketahui pula beberapa kelebihan bahan ajar. Pada aspek keterampilan berpikir kritis dan kreatif, kelebihan bahan ajar yaitu tidak hanya membuat siswa memahami masalah, tetapi juga secara kritis dan kreatif mencari solusi dari masalah yang ada. Pada aspek keterampilan berbahasa, kelebihannya yaitu bahan ajar sudah mengembangkan 4 keterampilan berbahasa. Pada aspek pembelajaran lintas mata pelajaran, kelebihan bahan ajar yaitu penggabungan mata pelajaran menarik dan kontekstual. Pada aspek isi, kelebihannya yaitu bacaan yang disajikan faktual, memiliki manfaat jangka panjang, dan belum banyak yang mengembangkan. Pada aspek bahasa, kelebihan bahan ajar yaitu komunikatif. Pada aspek penyajian, kelebihan bahan ajar yaitu penyajian kegiatan yang berjejang sudah sangat tepat. Sementara itu, pada aspek kegrafikaan kelebihan bahan ajar terletak pada tata letak yang dinamis, gambar yang mendukung teks, warna yang bervariasi, dan layout yang bagus.

    Walaupun demikian, bahan ajar juga memiliki beberapa kelemahan. Pada aspek berpikir kritis dan kreatif, peta konsep bahan ajar kurang tepat karena tidak menggambarkan keterampilan berpikir. Pada aspek keterampilan berbahasa, bahan ajar belum memaksimalkan pengembangan keterampilan menyimak. Pada aspek isi, bahan ajar belum mengakomodasi kisah inspiratif, rangkuman, evaluasi akhir level, pengayaan, rambu jawaban, dan indeks. Selain itu, beberapa informasi pada Jejak Kritis-kreatif juga kurang tepat. Pada aspek bahasa, beberapa tanda baca dan spasi kurang tepat. Pada aspek penyajian, penulisan sumber kurang lengkap. Sementara itu, pada aspek kegrafikaan keterangan gambar kurang lengkap dan tampilan pada bagian biografi kurang sesuai.

    Kedua, data kemenarikan produk. Rata-rata kemenarikan bahan ajar mencapai 4,56 dengan persentase 91,2%. Kemenarikan itu terletak pada aspek isi, penyajian, dan kegrafikaan. Pada aspek isi, bahan ajar yang dikembangkan oleh peneliti menarik karena, pemilihan teks dan penggabungan mata pelajaran menarik dan kontekstual, membuat siswa memahami sekaligus mengatasi masalah, dan menyajikan fakta aktual. Pada aspek penyajian, kemenarikan terletak pada bahan ajar yang ditata secara apik dan sistematis. Sementara itu, kemenarikan kegrafikaan terletak pada gambar yang mendukung teks, layout yang sesuai dengan segmentasi sasaran, tata letak yang bagus, karakter layout yang dinamis, dan warna yang secara keseluruhan sangat baik.

    Ketiga, data efektivitas produk. Berdasarkan uji-t pada program SPSS 16.0 for Windows diketahui bahwa pada kolom Levenes Test, F = 2.770 dan sig. = 0,105. Oleh karena sig. lebih dari 0,05 (0,105 > 0,05), maka data homogen dan tidak ada perbedaan varian pada kemampuan belajar antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Selanjutnya, pada kolom t-test for Equality for Mean diketahui bahwa thitung = 2.738 dengan koefisien beda 7.76786 dan taraf signifikansi 0,008. Oleh karena sig. kurang dari 0,01 (0,008 < 0,01), maka terdapat perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

  • 6

    Revisi Produk Revisi produk didasarkan pada pencapaikan skor validitas bahan ajar dan

    catatan subjek uji coba. Berdasarkan pencapaian skor serta kelebihan dan kekurangan masing-masing aspek bahan ajar seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, maka hanya aspek pembelajaran lintas mata pelajaran saja yang tidak diperbaiki. Pada aspek keterampilan berpikir kritis dan kreatif perbaikan dilakukan dengan mengganti peta konsep bahan ajar dari peta konsep kompetensi dasar mata pelajaran menjadi peta konsep komponen keterampilan berpikir. Pada aspek keterampilan berbahasa, perbaikan dilakukan dengan cara memberi tugas pengayaan menyimak agar keterampilan menyimak lebih maksismal. Pada aspek isi, perbaikan yang dilakukan yaitu dengan (1) memberi satu kisah inspiratif pada bagian awal bahan ajar, (2) memberi rangkuman dan evaluasi akhir pada setiap akhir level, (3) memberi tambahan pengayaan berupa tugas mencari fakta ekonomi terbaru dan teks problema sampah yang mengungkap kebiasaan perilaku masyarakat yang kurang mendukung pengelolaan sampah, (4) mengganti informasi Jejak Kritis-kreatif pada level satu, (5) memberi rambu-rambu jawaban, dan (6) memberi indeks pada bagian akhir.

    Selanjutnya, revisi yang dilakukan pada aspek bahasa yaitu memperbaiki penggunaan huruf besar dan spasi. Pada aspek penyajian revisi yang dilakukan yaitu melengkapi penulisan sumber dan mengubah beberapa pengantar informasi yang belum sepenuhnya tepat. Smentara itu, revisi pada aspek kegrafikaan yaitu melengkapi keterangan gambar dan merevisi biografi dengan cara menambah informasi dan memperkecil huruf. Perbaikan-perbaikan di atas betujuan agar bahan ajar yang dikembangkan benar-benar valid dan berkualitas sehingga dapat bermanfaat bagi guru maupun siswa.

    KAJIAN DAN SARAN Kajian Produk yang Telah Direvisi Untuk mengembangkan ketrampilan berpikir kritis dan kreatif, tentu dibutuhkan pijakan yang kuat sebagai dasarnya. Penentuan indikator-indikator berpikirnya harus jelas, tepat, dan terukur. Oleh karena itu, peneliti memilih Taksonomi Bloom sebagai pijakan berpikir kritis dan kreatif.

    Taksonomi Bloom bukanlah taksonomi yang asing bagi pendidikan di Indonesia, bahkan dunia. Dalam taksonominya yang baru (revisi), dimensi pengetahuan dan kognitif dibedakan dengan tegas (Widodo, 2006). Tingkatan-tingkatan berpikir dalam dimensi kognisinya pun mengalami perubahan. Awalnya tingkatan berpikir dalam dimensi kognisi Bloom terdiri dari C1 mengingat, C2 memahami, C3 analisis, C4 sintesis, dan C5 evaluasi. Sementara itu, dalam taksonominya yang baru (revisi) tingkatan berpikir terdiri dari C1 menghafal, C2 memahami, C3 mengaplikasi, C4 menganalisis, C5 mengevaluasi, dan C6 membuat atau create.

    Jika berpikir kritis-kreatif didefinisikan sebagai berpikir tingkat tinggi, maka sebenarnya berpikir kritis dan kreatif terletak pada tataran C4-C6, yaitu menganalisis, mengevaluasi, dan berkreasi. Akan tetapi, C2 dan C3 tetap harus dilatihkan. Hal itu sejalan dengan dua dari dua belas komponen berpikir yang dikemukakan Edward Glaser (dalam Fisher, 2008:7), yaitu (1) mengenal atau memahami masalah dan (2) menemukan serta menerapkan cara-cara yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Dalam hal ini, C1 memang ditanggalkan

  • 7

    karena keterampilan tersebut sudah diajarkan sejak jenjang pendidikan sekolah dasar, bahkan sebelumnya. Dengan demikian, bahan ajar ini terfokus pada pengembangan keterampilan (1) memahami, (2) mengaplikasikan, (3) menga-nalisis, (4) mengevaluasi, dan (5) berkreasi. Proses kognitif dalam tahap memahami yaitu menafsirkan, mengklasifikasikan, dan menarik kesimpulan. Selanjutnya, pada tahap mengimplementasikan siswa dibimbing untuk dapat memilih dan mengimplementasikan metode yang digunakan dalam penyelesaian tugas. Pada tahap menganalisis, proses kognitif difokuskan pada kemampuan mengorganisir yang dijabarkan dalam subkemampuan menguraikan, merinci, dan membagankan. Sementara itu, pada tahap mengevaluasi siswa dilatih untuk memeriksa, menyetujui atau menyanggah, mengkritik, dan membandingkan. Terakhir, pada tahap berkreasi difokuskan pada kemampuan untuk merumuskan (generating), merencanakan (planning), dan memproduksi (producing).

    Keterampilan berbahasa menurut definisi para ahli diuraikan sebagai keterampilan untuk menerima dan menyampaikan pesan (Muzaki, 2011). Fokus definisi tersebut adalah pada menerima dan menyampaikan pesan. Dengan demikian, ada dua komponen pokok yang mutlak harus dikuasai, yaitu reseptif dan produktif. Reseptif berarti menerima pesan melalui aktivitas membaca dan mendengar. Sementara produktif berarti keterampilan menyampaikan gagasan dalam bentuk ujaran dan tulisan (berbicara dan menulis). Keempat keterampilan berbahasa tersebut sudah terakomodasi dalam bahan ajar. Keterampilan membaca dijadikan sebagai rangsang untuk melakukan diskusi yang melibatkan keterampilan menyimak dan berbicara dengan tagihan laporan diskusi secara tertulis. Keterampilan menulis semakin diperkuat dengana adanya bagian Mari Menulis! dan pemberian tugas akhir siswa menulis karangan argumentatif. Sementara ketermapilan menyimak semakin dipertajam dengan pemberian tugas menyimak pada bagian pengayaan.

    Depdikbud (dalam Trianto, 2010:6163) menyatakan bahwa pembelajaran terpadu memiliki empat karakteristik, yaitu (1) holistik, (2) bermakna, (3) otentik, dan (4) aktif. Holistik artinya dalam pembelajaran terpadu suatu gejala atau fenomena diamati dan dikaji dari beberapa bidang sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak. Pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek tersebut memungkinkan terbentuknya jalinan antar konsep yang kemudian membentuk skemata baru. Hal itu akan berdampak pada kebermaknaan materi yang dipelajari. Pembelajaran terpadu yang memungkinkan siswa belajar secara langsung itu juga membuat informasi dan pengetahuan menjadi lebih otentik. Selain itu, pembelajaran terpadu juga menekankan keaktivan siswa dalam pembelajaran, baik secara fisik, mental, intelektual, maupun emosional. Keempat aspek tersebut menjadi accuan dalam pengembangan bahan ajar ini.

    Bahan ajar ini tidak hanya menggunakan satu model saja, tetapi menggunakan dua model yang meliputi integrated model dan webbed model. Integrated model merupakan pembelajaran terpadu yang menggabungkan bidang studi dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan menemukan keterampilan, konsep, dan sikap yang saling tumpang tindih di dalam beberapa bidang studi (Trianto, 2010:43). Keterampilan belajar itu menurut Fogarty (dalam Trianto, 2010:43), meliputi keterampilan berpikir (thinking skill), keterampilan sosial (social skill), dan keterampilan mengorganisir (organizing skill). Model ini diterapkan pada semua level dalam bahan ajar. Keterampilan berpikir kritis dan

  • 8

    kreatif diintegrasikan dengan keterampilan sosial berupa diskusi dalam pengembangan keterampilan berbahasa, kemudian diintegrasikan pula dengan kemampuan mengorganisisr data.

    Selanjutnya, pembelajaran terpadu model webbed adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik (Trianto, 2010:41). Satu tema digunakan untuk mengintegrasikan beberapa kurikuler dan keterampilan. Model webbed digunakan pada bagian evaluasi akhir. Dengan mengangkat tema Sampah, evaluasi akhir mencoba menyatukan mata pelajaran Bahasa Indonesia, Biologi, dan Ekonomi. Selain itu, dalam tema tersebut juga tercakup empat keterampilan berbahasa dan keterampilan berpikir kritis dan kreatif.

    Bahan ajar berjudul Tangga Kritis-kreatif, dan Berbahasa Indonesia ini memiliki tiga substansi isi, yaitu mata pelajaran Bahasa Indonesia, Biologi, dan Ekonomi. Pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, kompetensi dasar yang diambil yaitu menulis gagasan untuk mendukung suatu pendapat dalam bentuk paragraf argumentatif. Pada mata pelajaran Biologi kompetensi dasar yang diambil yaitu membuat produk daur ulang limbah. Sementara itu, kompetensi dasar yang diambil pada mata pelajaran Ekonomi adalah masalah-masalah yang dihadapi pemerintah di bidang ekonomi. Kompetensi dasar tersebut dipilih karena dirasa memiliki unsur problematik sehingga benar-benar merangsang siswa untuk dapat berpikir kritis dan kreatif.

    Kompetensi dasar pada masing-masing mata pelajaran yang telah diuraikan di atas kemudian dijabarkan dalam indikator-indikator tertentu. Pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kompetensi dasar dijabarkan ke dalam tiga indikator, yaitu: (1) mengemukakan pendapat dari suatu permasalahan, (2) men-data gagasan pendukung dari pendapat yang dikemukakan, dan (3) menulis karangan argumentatif dengan metode pengembangan topik tertentu. Pada mata pelajaran Biologi, kompetensi dasar juga dijabarkan dalam tiga indikator, yaitu (1)mengidentifikasi jenis-jenis limbah, (2) mengemukakan solusi permasalahan limbah, dan (3) membuat satu rancangan produk daur ulang limbah. Sementara itu, pada mata pelajaran Ekonomi, indikatornya meliputi: (1) mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi pemerintah di bidang ekonomi, dan (2) menge-mukakan solusi permasalahan ekonomi yang dihadapi pemerintah.

    Agar dapat mencapai indikator-indikator yang telah diuraikan di atas, bahan ajar dilengkapi dengan fakta, konsep, prosedur, ilustrasi, dan juga contoh. Fakta dapat dilihat dari artikel yang berisi berita faktual terkini di Indonesia. Konsep dapat dilihat dari sajian materi pada kolom Untuk Diingat yang berisi materi konseptual dari masing-masing mata pelajaran. Prosedur dapat dilihat pada langkah-langkah menulis karangan argumentatif (level 2). Ilustrasi dapat dilihat dari pengantar sebelum pemaparan materi utama. Sementara itu, contoh disajikan pada masing-masing bagian sebelum pemberian tugas kepada siswa.

    Selain hal-hal pokok di atas, bahan ajar juga berisi beberapa kolom khusus. Kolom khusus tersebut meliputi (1) Untuk Diingat, (2) Jejak Kritis-kreatif, (3) Pendapatku, dan (4) Mari Menulis!. Untuk Diingat berisi materi yang sangat konseptual. Jejak Kritis-kreatif berisi kisah atau hal-hal yang berhubungan dengan kreativitas. Pendapatku berisi beberapa pertanyaan yang mengondisikan siswa untuk berpikir di luar kotak dalam memberi pendapat atas sebuah kasus. Sementara itu, Mari Menulis! merupakan kolom khusus yang dirancang untuk melatih kemampuan menulis siswa, terutama menulis karangan argumentatif.

  • 9

    Bahasa yang digunakan dalam bahan ajar ini adalah bahasa Indonesia ragam formal yang bersifat komunikatif. Muslich (2010:303) menyatakan bahwa salah satu indikator kelayakan bahasa adalah pemakaian bahasa yang komunikatif. Arti komunikatif dalam hal ini mengutamakan komunikasi antara penulis dan pembaca. Penulis tidak menonjolkan diri dengan penyebutan tertentu, tetapi hanya menggunakan bentuk-bentuk kalimat pasif. Sebaliknya, penulis menggunakan kata sapaan kamu secara konsisten dalam memposisikan siswa.

    Adapun kalimat yang digunakan dalam bahan ajar adalah bentuk-bentuk kalimat efektif. Kalimat efektif merupakan kalimat yang jelas, padat, dan lugas sehingga dapat dipahami siswa dengan mudah. Selain itu, kalimat efektif juga jauh dari ambiguitas yang dapat mengaburkan makna. Selanjutnya, kalimat-kalimat itu disusun menjadi paragraf yang memiliki keutuhan makna pada masing-masing bab dan subbab.

    Hal lain yang diperhatikan dalam aspek kebahasaan yaitu menggunakan bahasa motivasi. Bahasa motivasi menjadi bagian yang sangat penting karena bahan ajar ini tidak hanya bertujuan untuk mengembangkan keterampilan berpikir dan berbahasa siswa, tetapi juga mengembangkan rasa percaya diri siswa. Diharapkan siswa tergugah rasa percaya dirinya untuk menjadi pekerja keras sehingga cita-citanya dapat tercapai.

    Sitematika penyajian tersebut tidak kesemuanya dimasukkan dalam bahan ajar, tetapi diseleksi dan disempurnakan oleh peneliti sesuai dengan kebutuhan penelitian. Bagian pendahulu mencakup: (1) prakata, (2) kelebihan bahan ajar, (3) petunjuk penggunaan bahan ajar, (4) peta konsep bahan ajar, (5) daftar isi, dan (6) kisah inspiratif. Bagian isi memuat: (1) materi, (2) latihan subbab, (3) rangku-man, (4) uji kompetensi akhir level, (5) pengayaan, (6) refleksi, dan (7) evaluasi akhir. Sementara itu, pada bagian penutup memuat: (1) daftar pustaka, (2) indeks, (3) rambu-rambu jawaban, dan (4) biografi penulis.

    Aspek kegrafikaan meliputi: (1) ukuran bahan ajar, (2) desain kulit bahan ajar, (3) tata letak, (4) ilustrasi atau gambar, dan (5) tipografi. Ukuran bahan ajar disesuaikan dengan standar ISO, yaitu menggunakan kertas A4 210x 297 mm. Tebal kertas yang digunakan yaitu 80 gsm. Desain kulit bahan ajar terdiri dari kulit muka, belakang, dan punggung. Hal-hal yang diperhatikan dalam desain kulit meliputi ilustrasi, penggunan huruf, dan keproporsionalan komposisi. Ilustrasi yang digunakan pada sampul depan desesuaikan dengan judul, yaitu berupa anak tangga dengan icon sang juara pada level tertinggi. Ilustrasi tersebut memiliki pusat pandang yang baik, menggambarkan isi bahan ajar, serta memiliki bentuk, warna, dan ukuran yang proporsional. Huruf yang digunakan yaitu Times New Roman. Penggunaan huruf memang tidak ada variasi supaya mudah dibaca. Walaupun demikian, variasi ukuran hururf dan permainan warna diharapkan menjadi daya tarik bagi pembaca.

    Konsep utama layout bahan ajar ini adalah simple and colourfull design. Simple design artinya desain yang digunakan merupakan desain yang sangat sederhana dan minimalis. Penggunaan huruf tidak bervariasi untuk menghindari kesan wah!. Penyisipan gambar juga benar-benar mempertimbangkan efisiensi tempat dan kebermaknaan/fungsi gambar. Sementara itu, colourfull design artinya desain bahan ajar menggunakan warna-warna cerah yang berbeda-beda. Hal itu dapat dilihat dari penggunaan warna yang berbeda dari masing-masing level dalam bahan ajar.

  • 10

    Hasil uji coba menyatakan bahwa bahan ajar ini dapat dikategorikan menarik. Hal ini dapat dilihat dari rata-ratanya yang 4,56 dari skala 5, dengan persentase 91,2%. Rata-rata kemenarikan tersebut berdasarkan penilaian pada kemenarikan aspek isi, penyajian, dan kegrafikaan.

    Pertama, kemenarikan bahan ajar dari aspek isi. Menurut ahli, bahan ajar yang dikembangkan oleh peneliti menarik karena laian dari yang lain dan belum banyak orang yang mengembangkan. Pemilihan teks dan penggabungan mata pelajaran juga menarik dan kontekstual. Menurut praktisi, isi bahan ajar menarik karena tidak hanya membuat siswa memahami masalah, tetapi juga menuntun siswa mengatasi masalah. Fakta-fakta yang disajikan pun aktual. Sementara itu, menurut siswa isi bahan ajar menarik karena memiliki keterkaitan dengan beberapa mata pelajaran.

    Kedua, kemenarikan bahan ajar aspek penyajian. Catatan kemenarikan penyajian bahan ajar pada aspek penyajian ini hanya diperoleh dari praktisi. Praktisi menyatakan bahwa buku ditata secara apik dan berani serta penggunaan kata yang asyik. Sementara ahli dan siswa tidak memberikan catatan kemenarikan.

    Ketiga, kemenarikan aspek kegrafikaan. Pada aspek ini menurut ahli kemenarikan terletak pada gambar yang mendukung teks, layout yang sesuai dengan segmentasi sasaran, tata letak yang bagus, karakter layout yang dinamis, dan warna yang secara keseluruhan sangat baik. Menurut praktisi, kemenarikan berasal dari tampilan yang memuat ilustrasi dan gambar yang sesuai dengan topik sehingga mudah untuk dipahami. Sementara itu, menurut siswa terletak pada gambar, bagan, dan tabel yang menarik. Selain itu, bahan ajar juga menggunakan warna (tidak hitam putih) sehingga lebih menarik minat siswa untuk membaca.

    Dalam bahan ajar ini tolok ukur efektifitas produk adalah pengujian berupa ada pengaruh yang signifikan penggunaan bahan ajar Tangga Kritis-Kreatif dan Berbahasa Indonesia terhadap hasil belajar siswa. Kriteria yang digunakan untuk menguji hipotesis tersebut adalah dengan membandingkan nilai nilai posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Perbandingan tersebut dilakukan dengan statistik uji-t program analisis data SPSS 16.0 for windows. Hasilnya adalah thitung = 2.738 dengan koefisien beda 7.76786 dan berada pada taraf signifikansi 0,008. Oleh karena sig. kurang dari 0,01 (0,008 < 0,01), maka terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar Tangga Kritis-kreatif dan Berbahasa Indonesia efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

    Saran Pemanfaatan, Diseminasi, dan Pengembangan Produk Lebih Lanjut Berdasarkan hasil pengembangan dan kajian produk yang telah direvisi di atas, maka dikemukakan saran sebagai berikut. Pertama, berkaitan dengan saran pemanfaatan, siswa dan guru hendaknya memiliki perhatian yang besar terhadap implementasi bahan ajar dalam pembelajaran di kelas. Siswa hendaknya aktif mempelajari materi dan latihan secara mandiri di luar jam KBM. Latihan-latihan dan pengayaan hendaknya dijalani dengan sungguh-sungguh sehingga kemampuan siswa benar-benar bisa optimal. Selain itu, guru hendaknya dapat secara maksimal menggunakan bahan ajar ini dalam pembelajaran. Selain itu, guru hendaknya dapat secara kreatif dalam

  • 11

    mengimplementasikan bahan ajar ini sehingga siswa jauh dari rasa bosan dan hasil belajar bisa optimal. Kedua, berkaitan dengan diseminasi, hendaknya penelitian ini dimuat dalam jurnal ilmiah dan dijadikan sebagai bahan diskusi musyawarah guru mata pelajaran (MGMP). Pemuatan bertujuan untuk menginformasikan secara tertulis produk bahan ajar yang dihasilkan. Dengan demikian, guru dapat memanfaatkan produk sebagai accuan model pengembangan berpikir dan berbahasa di sekolah. Selain itu, pembaca juga dapat memanfaatkannya sebagai sumber penelitian lebih lanjut atau sebagai sumber informasi mengenai pengembangan bahan ajar berpikir kritis dan kreatif. Selanjutnya, menjadikan penelitiankhususnya produk bahan ajar pendidikan berpikir dan berbahasa lintas mata pelajaransebagai bahan diskusi dapat memerkaya wawasan guru dan menjadi model accuan pengembangan pendidikan berpikir dan berbahasa di sekolah.

    Ketiga, berkaitan dengan penelitian lebih lanjut, diharapkan aka nada penelitian lebih lanjut karena penelitian dan produk bahan ajar ini belum sempurna. hal-hal yang patut diperhatikan yaitu (1) lebih memperhatikan pengintegrasian kompetensi dasar dari masing-masing mata pelajaran, (2) mempertimbangkan alokasi waktu (3) memperhatikan waktu pelaksanaan uji coba, (4) memilih kelas yang jauh dari gangguan eksternal belajar siswa, misalnya kondisi luar kelas yang ramai dan sebagainya, dan (5) memilih jam pelajaran yang sesuai.

    Demikian saran pemanfaatan, diseminasi, dan pengembangan produk lebih lanjut. Diharapkan produk ini dapat bermanfaat sekaligus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Selain itu, diharapkan ada penelitian lanjutan sebagai penyempurna dari penelitian ini.

    DAFTAR RUJUKAN

    Abidin, Munirul. 2010. Menjadi Kreatif dengan Menulis. Malang: UIN-Maliki Press.

    Bono, Edward De. 1994. Mengajar Berpikir. Jakarta: Erlangga.

    Fisher, Alec. 2008. Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga.

    Muslich, Masnur. 2010. Text Book Writing. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Group.

    Muzaki. 2011. Empat Keterampilan Berbahasa. (Online), (http://www.muzaki. blogspot.com/files/keterampilan-berbahasa.net), diakses 10 Februari 2012.

    Setyosari, Punaji. 2010. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

    Soemanto, Wasty. 1990. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

    Suryabrata, Sumadi. 1989. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali.

    Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implemen-tasinya dalam KTSP. Jakarta: Bumi Aksara.

    Widodo, Ari. 2006. Revisi Taksonomi Bloom dan Pengembangan Butir Soal. (online), (http://file.upi.edu), diakses 12 Oktober 2011.