artikel tbc tjia

21
Evaluasi Program Pengendalian Penyakit Tuberkulosis di Puskesmas Kecamatan Klari Kabupaten Karawang Periode Januari 2014 sampai dengan Desember 2014 Petricia 11.2013.134 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat [email protected] Abstrak Tuberkulosis (TB) merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman dari kelompok Mycobacterium, yaitu Mycobacterium Tuberculosis. Sumber penularan adalah melalui droplet penderita TB BTA positif. Menurut WHO pada tahun 2013, Indonesia merupakan negara dengan pasien TB terbanyak ke – 5 di dunia setelah India, Cina, Nigeria dan Pakistan. Sekitar 75% pasien TB merupakan kelompok usia paling produktif (15-50 tahun) dan diperkirakan sekitar 95% kasus TB serta 98% kematian TB di dunia terjadi pada negara berkembang termasuk Indonesia. Menurut Riskesdas 2013, Jawa Barat merupakan provinsi dengan prevalensi TB tertinggi. 1-3 Evaluasi program ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan Program Pencegahan dan Penanggulangan Tuberkulosis (P2TB) periode Januari 2014 sampai dengan Desember 2014 di wilayah kerja Puskesmas Klari dengan metode pendekatan sistem sehingga dapat memberikan penyelesaian masalah yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Klari. Materi yang di evaluasi dalam program ini laporan triwulanan P2TB di Puskesmas Klari dengan membandingkan cakupan terhadap target. Dari hasil evaluasi program didapatkan masalah yaitu pada cakupan penjaringan suspek 77% dari target 80%,Case Detection Rate (CDR) 73% dari target 90%, cure rate 80% dari target 85%, dan penyuluhan kelompok 75% dari target 100%. Dari lingkungan fisik, masih banyak rumah dengan ventilasi dan pencahayaan yang kurang. Sedangkan pada lingkungan non fisik mayoritas tingkat pendidikan dan ekonomi penduduk adalah rendah. Untuk mengatasi masalah tersebut antara lain dengan mengoptimalisasi kinerja petugas puskesmas, melakukan pembinaan masyarakat untuk turut dalam P2TB dengan cara melatih kader, membuat perencanaan dan dan penyuluhan secara teratur dan berkala, serta menjalin kerja sama dengan fasilitas kesehatan setempat. Kata Kunci : Tuberkulosis, TB BTA positif , P2TB. 1

Upload: petricia-tjia

Post on 09-Dec-2015

217 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

TBC

TRANSCRIPT

Page 1: Artikel TBC Tjia

Evaluasi Program Pengendalian Penyakit Tuberkulosis

di Puskesmas Kecamatan Klari Kabupaten Karawang

Periode Januari 2014 sampai dengan Desember 2014

Petricia11.2013.134

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat

[email protected]

Abstrak

Tuberkulosis (TB) merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman dari kelompok Mycobacterium, yaitu Mycobacterium Tuberculosis. Sumber penularan adalah melalui droplet penderita TB BTA positif. Menurut WHO pada tahun 2013, Indonesia merupakan negara dengan pasien TB terbanyak ke – 5 di dunia setelah India, Cina, Nigeria dan Pakistan. Sekitar 75% pasien TB merupakan kelompok usia paling produktif (15-50 tahun) dan diperkirakan sekitar 95% kasus TB serta 98% kematian TB di dunia terjadi pada negara berkembang termasuk Indonesia. Menurut Riskesdas 2013, Jawa Barat merupakan provinsi dengan prevalensi TB tertinggi.1-3 Evaluasi program ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan Program Pencegahan dan Penanggulangan Tuberkulosis (P2TB) periode Januari 2014 sampai dengan Desember 2014 di wilayah kerja Puskesmas Klari dengan metode pendekatan sistem sehingga dapat memberikan penyelesaian masalah yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Klari. Materi yang di evaluasi dalam program ini laporan triwulanan P2TB di Puskesmas Klari dengan membandingkan cakupan terhadap target. Dari hasil evaluasi program didapatkan masalah yaitu pada cakupan penjaringan suspek 77% dari target 80%,Case Detection Rate (CDR) 73% dari target 90%, cure rate 80% dari target 85%, dan penyuluhan kelompok 75% dari target 100%. Dari lingkungan fisik, masih banyak rumah dengan ventilasi dan pencahayaan yang kurang. Sedangkan pada lingkungan non fisik mayoritas tingkat pendidikan dan ekonomi penduduk adalah rendah. Untuk mengatasi masalah tersebut antara lain dengan mengoptimalisasi kinerja petugas puskesmas, melakukan pembinaan masyarakat untuk turut dalam P2TB dengan cara melatih kader, membuat perencanaan dan dan penyuluhan secara teratur dan berkala, serta menjalin kerja sama dengan fasilitas kesehatan setempat.Kata Kunci : Tuberkulosis, TB BTA positif , P2TB.

Pendahuluan Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang sebagian besar menyerang paru, namun dapat pula menyerang organ tubuh lainnya. Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif yang melalui droplet berisi sekitar 3000 kuman TB menyebarkannya ketika batuk atau bersin. Berdasarkan karakteristik penduduk, prevalensi TB paru cenderung meningkat dengan

bertambahnya umur, pendidikan rendah dan tidak bekerja. Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien TB antara lain daya tahan tubuh yang rendah akibat HIV/AIDS dan malnutrisi. Penyebab utama meningkatnya beban masalah TB antara lain kemiskinan terutama pada negara berkembang, gagalnya program TB, tidak memadainya organisasi pelayanan TB, tidak memadainya tatalaksana kasus, salah presepsi terhadap manfaat dan efektifitas BCG,infrastruktur kesehatan yang buruk

1

Page 2: Artikel TBC Tjia

akibat krisis ekonomi, perubahan demografik akibat meningkatnya penduduk dunia dan struktur umur kependudukan, serta dampak HIV/AIDS. Penyakit TB merugikan ditinjau dari segi ekonomi karena penderita TB dalam usia produktif diperkirakan kehilangan waktu kerja sekitar 3-4 bulan sehingga berdampak pada kehilangan pendapatan rumah tangganya sekitar 20-30%. Jika penderita TB meninggal, maka akan kehilangan pendapatannya sekitar 15 tahun. Dalam segi sosial, penderita TB mendapat stigma buruk hingga tak jarang dikucilkan dari masyarakat.3,4

Menurut WHO 2009, sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman TB. Dari seluruh dunia, sekitar 9 juta orang mengalami penyakit TB dan terdapat 1,5 juta orang meninggal akibat TB termasuk diantaranya 360.000 orang penyandang HIV positif. Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia paling produktif dengan rentang 15-50 tahun. Diperkirakan 95% kasus TB dan 98% kematian TB di dunia terjadi pada negara berkembang termasuk Indonesia. Menurut WHO 2011, Indonesia merupakan negara dengan pasien TB terbanyak ke-4 di dunia setelah India,Cina dan Afrika Selatan. Menurut Depkes 2011, jumlah pasien TB di Indonesia sekitar 5,8% dari total jumlah pasien TB di dunia. Menurut WHO tahun 2013 diperkirakan terdapat 8,6 juta kasus TB pada tahun 2012 dimana 1,1 juta orang (13%) diantaranya adalah pasien TB dengan HIV positif. Pada tahun 2012, diperkirakan terdapat 450.000 orang yang menderita TB MDR dan 170.000 orang diantaranya meninggal dunia.1-4 Insidensi kasus TB BTA positif di indonesia sekitar 102 per 100.000 penduduk.Menurut Riskesdas 2013, lima provinsi dengan prevalensi TB tertinggi di Indonesia adalah

Jawa Barat (0,7%), Papua (0,6%), DKI Jakarta (0,6%), Gorontalo (0,5%),Banten (0,4%) dan Papua Barat (0,4%). Berdasarkan data Depkes 2011, prevalensi TB paru di Jawa Barat sebesar 81 per 100.000 penduduk. Dari seluruh penduduk yang didiagnosis TB paru oleh tenaga kesehatan, hanya 44.4% diobati dengan strategi DOTS. Lima provinsi terbanyak yang mengobati TB dengan DOTS adalah DKI Jakarta (68.9%), DI Yogyakarta (67,3%), Jawa Barat (56,2%), Sulawesi Barat (54,2%) dan Jawa Tengah (50.4%).5

Materi yang dievaluasi dalam program ini diperoleh dari Laporan Triwulanan Program Penanggulangan Tuberkulosis Paru di Puskesmas Klariperiode Januari 2014 hingga Desember 2014 Dari data Dinas Kabupaten Karawang diperkirakan suspek TB paru sebanyak 24.044 orang dengan pencapaian suspek adalah 9.444 dan ditemukan BTA positif 1187 orang. Angka penemuan BTA positif di Puskesmas Kecamatan Klariadalah 45,71%.6,7

MateriMateri yang dievaluasi dalam program ini didapat dari data bulanan, triwulanan dan tahunan Program Penanggulangan Penyakit Tuberkulosis (P2TB) di Puskesmas Klari dan Dinas Kesehatan Karawang periode Januari sampai dengan Desember 2014. Materi yang dievaluasi meliputi:

1. Penemuan tersangka penderita (case finding) TB paru.

2. Penentuan diagnosis TB paru.3. Pengobatan penderita TB paru

dengan menggunakan strategi DOTS.

4. Periksa ulang dahak (follow up) penderita TB paru.

5. Angka konversi (Conversion Rate)

2

Page 3: Artikel TBC Tjia

6. Angka kesembuhan (Cure Rate)7. Pencatatan dan pelaporan.

MetodeEvaluasi program ini dilakukan dengan cara menganalisis data cakupan Program Penanggulangan Penyakit Tuberkulosis (P2TB) di Puskesmas Klariperiode Januari sampai dengan Desember 2014melalui pendekatan sistem. Hasil evaluasi disajikan dalam bentuk tekstular dan tabular.

Kerangka Teori

Menurut Ryans, sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling dihubungkan oleh suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai salah satu kesatuan organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan.1. Masukan (input)

Kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan terdiri dari unsur tenaga (man), dana (money), sarana (material) dan metoda (methode) yang merupakan variabel dalam melaksanakan evaluasi Program Penanggulangan Penyakit Tuberkulosis (P2TB).

2. Proses (process)Kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam system dan terdiri dari unsur perencanaan (planning), organisasi (organization), pelaksanaan

(activities) dan pengawasan (controling) yang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan dalam melaksanakan evaluasi Program Penanggulangan Penyakit Tuberkulosis (P2TB).

3. Keluaran (output)Kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya proses dalam sistem dari kegiatan Program Penanggulangan Penyakit Tuberkulosis (P2TB).

4. Lingkungan (environment)Adalah dunia di luar dari sistem yang tidak dikelola oleh sistem tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap Program Penanggulangan Penyakit Tuberkulosis (P2TB) yang terdiri dari lingkungan fisik dan non fisik.

5. Umpan balik (feed back)Kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan dalam Program Penanggulangan Penyakit Tuberkulosis (P2TB).

6. Dampak (impact)Adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran dalam Program Penanggulangan Penyakit Tuberkulosis (P2TB)

Tolok Ukur Tolok ukur terdiri atas variabel - variabel : Masukan, Proses, Keluaran, Lingkungan, Umpan balik dan Dampak yang digunakan sebagai pembanding atau target yang harus dicapai dalam Program Penanggulangan Penyakit Tuberkulosa (P2TB). Tolok Ukur pada program P2TB didapatkan dari Pedoman Nasional TB tahun 2014 dan ketentuan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang.

3

Page 4: Artikel TBC Tjia

Penyajian Data6

Sumber data dalam evaluasi ini diambil dari data sekunder yang berasal dari data demografi Puskesmas Klaritahun 2013 dan tahun 2014, kartu pengobatan (TB-01),Register TB Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) periode Januari 2013-Desember 2013 dan Januari 2014-Desember 2014 (TB-03), daftar tersangka penderita yang diperiksa dahak SPS (TB 06), dan data evaluasi Kabupaten Karawang tahun 2014 oleh Dinaks Kabupaten Karawang.Lokasi Puskesmas Klari terletak di Jl. Raya Kosambi Kecamatan Klari, Kabupaten Karawang. Luas wilayah kerja Puskesmas 693,878 Ha, yang terdiri dari tanah pertanian 1.638 Ha dan tanah darat 702 Ha, 8 desa, 69 Rw, 268 Rt. Batas wilayah kerja Puskesmas Klari adalah sebagai berikut: Sebelah utara berbatasan dengan wilayah kerj Puskesmas Teagasari, sebelah selatan berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Curug, sebalah barat berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Anggadita dan sebelah timur berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Purwasari .Jumlah penduduk Klariadalah 95029 jiwa, yang terdiri dari 96 RT, 17004 orangpenduduk laki-laki, 15987 orang jumlah penduduk perempuan, 16012 KK, dan 15643 rumah tangga.

Sarana KesehatanJenis sarana kesehatan yang tersedia di wilayah kerja Puskesmas Klari, antara lain puskesmas pembantu 2 buah, dokter umum

1 orang, dokter gigi 1 orang, bidan 18 orang, tidak terdapat klinik 24 jam, paaraji 20 orang, dokter praktek swasta 1 orang. Data KhususMasukan6

Tenaga yang tersedia antara lain 1 dokter, 4 perawat, 1 petugas P2TB dan 10 orang kader TB. Dana yang tersedia berasal dari anggaran pendapatan dan belanja daerah, bantuan operasional kesehatan dan kapitasi. Material yang tersedia berupa sarana medis seperi stetoskop, termometer, tensimeter, senter, timbangan berat badan, spuit, persediaan obat TB per kategori, alat dan bahan laboratorium. Sarana non medis berupa ruang pendaftaran, ruang tunggu terbuka, ruangan untuk memeriksa pasien, ruang administrasi, ruang laboratorium, ruang obat, lemari penyimpanan obat, rak obat, meja,kursi,lemari,tempat tidur untuk memeriksa pasien, alat penyuluhan, tempat sampah, sabun, kartu status pasien dan formulir pencatatan (TB 01, TB 02, TB 03, TB 04, TB 05,TB 06, TB 09, TB 10, formulir permohonan obat TB)

Metode3,4 1. Penemuan suspek penderita TB

Dilakukan dengan cara baik passive maupun active case finding. Penemuan passive case finding yaitu penemuan tersangka penderita TB paru yang datang ke puskesmas, yang menunjukkan gejala-gejala yang mendukung diagnosis TB paru, seperti gejala utama yang ditandai batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih dan gejala tambahan berupa dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan, dan ada kontak serumah dengan penderita TB paru.

2. Penemuan suspek TB paru dewasa

4

Page 5: Artikel TBC Tjia

Tabel 1. Alur Diagnostik TB Paru3,4

Melalui pemeriksaan dahak mikroskopis dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS) melalui protap pemeriksaan sediaan sahak (Metode Ziehl Neelsen) dan pemeriksaan foto rontgen thoraks untuk menunjang pemeriksaan sputum SPS. Cara pemeriksaan SPS: S(sewaktu): Dahak dikumpulkan

pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali ke puskesmas. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pada pagi hari kedua (keesokannya).

P(pagi): Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah suspek bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di puskesmas.

S(sewaktu): Dahak dikumpulkan di puskesmas pada hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi.

3. Skoring TB paru anak

Tabel 2. Skoring TB Anak8

4. Pengobatan penderita Pengobatan TB dilakukan dalam 2 tahap, yaitu: Tahap awal / intensif Pada tahap intensif, pasien

mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.

Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.

Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan.

Tahap lanjutan Pada tahap lanjutan pasien

mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama.

Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persisten sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.Menggunakan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse) dari WHO sesuai

5

Page 6: Artikel TBC Tjia

dengan kategori pengobatan TB paru

Kategori 1: 2HRZE/4H3R3 Kategori 2:

2HRZES/1HRZE/5H3R3E3 Kategori Sisipan: HRZE Kategori Anak: 2HRZ/4HR

5. Pengendalian pengobatan dibawah pengawasan PMO (Pengawas Menelan Obat)

PMO bertugas : Mengawasi pasien TB agar

menelan obat secara teratur sampai selesai pengobatan.

Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur.

Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah ditentukan.

Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-gejala yang mencurigakan TB untuk segera memeriksa diri ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

6. Pemeriksaan Ulang Sputum (Follow up) penderita TB paruPemeriksaan secara mikroskopis langsung, dilakukan sesuai jadwal per kategori pengobatan, yaitu : Kategori 1 : akhir fase intensif,

sebulan sebelum akhir pengobatan, dan akhir pengobatan.

Kategori 2 : akhir fase intensif, sebulan sebelum akhir pengobatan, dan akhir pengobatan.

Hasil pemeriksaan dinyatakan negatif jika kedua spesimen dahak (sewaktu dan pagi) tersebut negatif. Jika salah satu spesimen positif atau keduanya positif, maka hasil pemeriksaan ulang dahak dinyatakan positif.

7. Penyuluhan Perorangan

Penyuluhan menggunakan metode penyuluhan langsung dengan cara tanya jawab. Lokasinya adalah di puskesmas. Materi penyuluhan adalah semua informasi tentang TB paru. Sering dijelaskan bahwa sakit TB dapat disembuhkan dengan cara berobat secara teratur dan bertindak mencegah penularannya. Penyuluhan akan diberikan pada awal pengobatan dan pada setiap kali pasien datang untuk mengambil obat di puskesmas.

KelompokPenyuluhan menggunakan metode penyuluhan langsung dengan cara ceramah atau seminar mengenai TB paru kepada masyarakat wilayah kerja puskesmas. Materi penyuluhan adalah semua informasi tentang TB paru yaitu mengenai apa itu TB, penyebabnya, gejala, cara penularan, cara pengobatan, dan cara pencegahan TB. Penyuluhan kelompok dibantu dengan kerjasama lintas sektor dan lintas program puskesmas.

8. Pencatatan dan pelaporan Pencatatan :

Ada dan tertulis secara rinci, setiap hari kerja di Puskesmas Kecamatan Klaridengan formulir TB yang ada di puskesmas, dilakukan oleh petugas P2M.Menggunakan formulir program P2TB yang ada di puskesmas yaitu, TB 01. Kartu pengobatan TB, TB 02. Kartu identitas penderita, TB 03. Register TB kabupaten, TB 04. Register Laboratorium TB, TB 05. Formulir permohonan laboratorium TB untuk pemeriksaan dahak, TB 06. Daftar tersangka penderita (suspek) yang diperiksa dahak SPS,

6

Page 7: Artikel TBC Tjia

TB 09. Formulir rujukan/pindah penderita, TB 10. Formulir hasil akhir pengobatan dari penderita TB pindahan

Pelaporan Dilaporkan 1 kali pertriwulan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang yang dilakukan oleh petugas P2M. Pelaporan yang diberikan adalah buku laporan TB 03.

Proses6 Perencanaan 1. Penemuan Tersangka Penderita TB

Paru Dengan cara penemuan pasien TB secara passive dan active case finding. Penjaringan suspek, direncanakan untuk dilakukan di Balai Pengobatan Umum (BPU) oleh dokter BPU dan perawat, dilakukan setiap hari kerja yaitu dari hari Senin hingga Jumat mulai jam 07.30–14.30 WIB hari Sabtu jam 07.30-13.30 WIB diPuskesmas Klari.

2. Penentuan Diagnosis Penderita TB ParuDilakukan oleh dokter dan perawat BPU berdasarkan gejala yang ada pada penderita, pemeriksaan fisik, kemudian diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan dahak SPS mikroskopis, rontgen atau uji tuberkulin. Pemeriksaan dilakukan setiap Senin hingga Jumat mulai jam 07.30-14.30 WIB dan Sabtu mulai jam 07.30-13.30 WIB.

3. Pengobatan Penderita TB Paru dengan DOTSDengan perencanaan untuk membuka Klinik TB pada setiap hari Senin dan Rabu mulai jam 07.30-14.30 WIB. Walaupun begitu, petugas P2TB tetap ada di puskesmas sekiranya pasien TB

datang untuk berobat selain dari hari-hari tersebut.

4. Pengendalian Pengobatan dibawah Pengawasan PMO (pengawas minum obat)Perencaan ada yaitu dengan melantik seorang dari anggota keluarga pasien sebagai PMO.

5. Follow Up Penderita TB ParuPerencanaan ada yaitu dengan cara dilakukan follow upsesuai dengan kategori pasien. Follow up dilakukan di laboratorium Puskesmas.Klaripada setiap hari Senin hingga Jumat mulai jam 07.30–14.30 WIB dan sabtu jam 07.30-13.30 WIB

6. Penyuluhan perorangan Perencanaan ada yaitu dengan cara akan dilakukan penyuluhan pada setiap suspek dan dilakukan setiap hari kerja mulai jam 07.30 –14.30 WIB oleh petugas P2TB Puskesmas Klari, dokter, dan perawat BPU dengan materi semua informasi tentang TB paru.

7. Penyuluhan kelompokPenyuluhan langsung melalui ceramah,seminar dll. Materi yang diberikan semua informasi tentang penyakit TB. Dilakukan 4 kali dalam setahun di dalam gedung Puskesmas Klaridan luar gedung dalam wilayah kerja Puskesmas Klari.

8. Pencatatan Ada perencanaan untuk menulis secara rinci data pasien yang direncanakan akan dilakukan pada setiap hari kerja di Puskesmas Klaridengan menggunakan formulir TB yang ada di puskesmas.

9. PelaporanAda perencanaan untuk melaporkan TB 03 dan TB 06 setiap bulan ke Kepala Puskesmas dan setiap triwulanan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang

7

Page 8: Artikel TBC Tjia

Kepala puskesmasDr. Dini Nurdianti M,Epid

Kasubag Tata Usaha

Kader tiap desa

Koordinator Pengendalian Penyakit TB ParuH.enthus Kurtubi

Pengorganisasian Terdapat struktur tertulis dan pembagian tugas yang teratur dalam melaksanakan tugasnyaBagan 1. Struktur Organisasi Puskesmas Klari

Pelaksanaan 1. Penemuan tersangka penderita TB

Dilakukan oleh perawat, Setiap hari Senin – Sabtu pada jam 07.00-14.30 di Puskesmas Kecamatan Klarisecara Pasive case finding.

2. Penentuan diagnosis TB Setiap hari Senin – Sabtu pada jam 07.30-14.30 di Puskesmas Klarioleh dokter,perawat dan petugas laboratorium berdasarkan Pedoman Nasional Pengendalian TB.

3. Pengobatan penderita TBSetiap hari Senin – Sabtu pada jam 07.30-14.30 di Puskesmas Klariyang dilakukan oleh P2TB dengan menggunakan strategi DOTS sesuai dengan klasifikasi/tipe TB.

4. Pengendalian pengobatan di bawah pengawasan PMOPada desa Sampalan PMO dilakukan oleh kader TB yang berjumlah 10 kader.Sedangkan 6 desa lainnya PMO dipercayakan kepada anggota keluarga pasien yang disegani.

5. Periksa ulang dahak (follow up) penderita TBDilakukan sesuai metode, setiap hari kerja, pk 07.30-14.30 WIB, di Puskesmas Kecamatan Klari. Pemeriksaan dahak setiap penderita sesuai jadwal kembali periksa dahak penderita bersangkutan.

Pengawasan 1. Internal

Pengawasan dari Kepala Puskesmas 1 kali per bulan.

2. EksternalPengawasan dari Dinkes Kabupaten Karawang sebanyak 4 kali per tahun oleh bagian P2M, dan pengawasan dari Dinkes Propinsi Jawa Barat sebanyak 2 kali per tahun oleh bagian P2M.

Keluaran Perkiraan jumlah suspek

= 107/100.000x jumlah penduduk x 10= 107/100.000x 95029 x 10

= 1017 Angka penjaringan suspek

= Jumlah suspek yang diperiksa/jumlah penduduk x 100.000 =140/32.991 x 100.000= 424 per 100.000 jiwa

Proporsi penjaringan suspek Target yang harus dicapai 80%

8

Page 9: Artikel TBC Tjia

= Jumlah suspek yang diperiksa dahaknya/ perkiraan jumlah suspek x 100%= 788/1017 x 100%= 77%

Proporsi pasien TB paru BTA+ diantara suspek TB=Jumlah pasien baru BTA+/ jumlah seluruh terduga TB paru yang diperiksa x 100%=75/102 x 100%= 73%

Proporsi pasien TB anak di seluruh pasien TBTarget yang harus dicapai <15%=jumlah pasien TB anak 0-14 tahun yang diobati/jumlah seluruh pasien TB yang diobati x 100%=75/788 x 100%=9%

Case Detection Rate (CDR)Target yang harus dicapai 90%= Jumlah pasien TB paru BTA+ yang dilaporkan dalam TB 07/ perkiraan jumlah pasien baru TB BTA+ x 100% =75/102 x 100%=73%

Angka Conversion Rate Target yang harus dicapai 80%= jumlah penderita baru BTA+ yang mengalami konversi/ jumlah penderita BTA + yang diobati x 100%=70/75 x 100%=93%

Angka Cure RateTarget yang harus dicapai 85%=jumlah penderita baru BTA+ yang sembuh/ jumlah penderita baru BTA+ yang diobati x 100%

=60/75 x 100%=80%

Penyuluhan Penyuluhan perorangan = 100% Penyuluhan kelompok =75%

Pencatatan dan Pelaporan 100 % dilakukan pencatatan kegiatan program. 100 % dilakukan pelaporan kegiatan program.

Lingkungan

Umpan Balik1. Pencatatan dan pelaporan yang

lengkap dan sesuai dengan waktu yang ditentukan akan dapat digunakan sebagai masukan.

2. Pencatatan kegiatan program ada setiap hari kerja

3. Pelaporan kegiatan bulanan ada setiap bulan

4. Rapat kerja yang membahas laporan kegiatan setiap bulannya untuk mengevaluasi program yang telah dijalankan ada setiap bulan

Dampak1. Langsung

Jumlah penderita TB menurun Menurunnya rantai penularan

penyakit TB 2. Tidak langsung

TB masih menjadi masalah kesehatan masyarakat belum dapat dinilai

Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat secara optimal belum dapat dinilai.

9

Page 10: Artikel TBC Tjia

Pembahasan Masalah

Tabel 3. Pembahasan Masalah

Variabel Tolok ukur Pencapaian Kesenjangan

Keluaran

Penjaringan suspek 80% 73% (+)3%

Cure rate 85% 80% (+) 5%

Perumusan Masalah A. Menurut Keluaran

1. Besar angka penjaringan suspek masih kurang, yaitu 77% dari target 80% per tahun. Besar masalah adalah 3%

2. Besar cure rate masih kurang, yaitu 80% dari target 85% per tahun. Besar masalah adalah 5%.

B. Masalah Masukana. Tenaga

Kurangnya tenaga pelaksana program, karena petugas P2TB, di Puskesmas Klari hanya 1 orang yang merangkap berbagai tugas, pencatatan dan pelaporan program.

Kurangnya kader P2TB untuk 6 desa lainnya.

b. Proses Pelaksanaan

Fasilitas kesehatan lainnya kurang kooperatif dengan puskesmas Klaridalam program P2TB.

Prioritas MasalahA. Besar angka penjaringan suspek

masih kurang, yaitu 77% dari target

80% per tahun. Besar masalah adalah 3%

B. Besar cure rate masih kurang, yaitu 85% dari target 80% per tahun. Besar masalah adalah 5%.

Tabel 3. Prioritas MasalahNo

Parameter A B C

1 Besarnya masalah

5 4 3

2 Besar ringan akibat yang ditimbulkan

4 4 4

3 Keuntungan sosial karena selesainya masalah

5 5 5

4 Teknologi yang tersedia

4 4 4

5 Sumber daya yang tersedia untuk menyelesaikan masalah

3

3 3

Total 21

20

19

Keterangan derajat masalah:5 = Sangat penting4 = Penting3 = Cukup penting

10

Page 11: Artikel TBC Tjia

2 = Kurang penting1 = Sangat kurang penting

Prioritas masalah adalah:A. Besar angka penjaringan suspek

masih kurang, yaitu 77% dari target 80% per tahun. Besar masalah adalah 3%

B. Besar angka cure rate masih kurang yaitu 80% dari target 85%. Besar masalah 5%.

Penyelesaian MasalahMasalah 1Besar angka penjaringan suspek masih kurang, yaitu 40% dari target 80% per tahun. Besar masalah adalah 50% dengan perhitungan metode non-skoring dengan metode sederhana pada prioritas masalah menempati urutan pertama dengan poin 21Penyebab masalah :

1. Hanya perawat yang bertugas di BPU sehingga dalam penentuan diagnosis TB yang membutuhkan pertimbangan dokter seperti pembacaan rontgen kurang maksimal.

2. Penemuan tersangka penderita TB hanya dilakukan secara penemuan pasif dengan pasien datang berobat ke puskesmas.

3. Pasien TB yang berobat di fasilitas pelayanan swasta tidak tercantum dalam formulir tersangka penderita TB.

4. Perencanaan tertulis terkait jadwal waktu, tempat, dan pembagian tugas tentang kegiatan penyuluhan kelompok kurang.

Penyelesaian masalah :1. Menambah tenaga dokter dan

perawat. penambahan tenaga dokter diperlukan untuk kasus-kasus tertentu TB yang

membutuhkan pertimbangan dari dokter.

2. Melakukan pelacakan secara aktif dengan bantuan lintas program seperti Puskesmas Keliling, kunjungan keluarga, Posyandu yang dilakukan terutama di desa-desa wilayah kerja yang jauh dari fasilitas pelayanan kesehatan.

3. Menjalin kerja sama dengan fasilitas dan tenaga kesehatan lain yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Klari, terutama dalam hal pencatatan dan pelaporan mengenai penderita TB yang ada, karena puskesmas bukan satu-satunya tempat untuk deteksi tuberkulosis. Dengan adanya tambahan laporan dan pencatatan yang baik dari fasilitas atau tenaga kesehatan tersebut, diharapkan angka deteksi kasus TB akan meningkat.

4. Melakukan monitoring ke RS Swasta dan klinik swasta minimal 1 kali dalam sebulan.

Masalah 2Besar angka Pasien TB Paru BTA+ diantara semua pasien TB paru tercatat/diobati masih kurang, yaitu 44,4% dari target >65% per tahun. Besar masalah adalah 28,58% dengan perhitungan metode non-skoring dengan metode sederhana pada prioritas masalah menempati urutan kedua dengan poin 20.Penyebab masalah

1. Penemuan tersangka penderita TB cenderung dilakukan secara penemuan pasif dengan pasien datang berobat ke puskesmas.

2. Hanya perawat yang bertugas di BPU sehingga dalam penentuan diagnosis TB yang membutuhkan

11

Page 12: Artikel TBC Tjia

pertimbangan dokter seperti pembacaan rontgen kurang maksimal.

3. Petugas P2TB memiliki pekerjaan rangkap sebagai P2 kusta dan pada petugas BPU sehingga kinerja program P2TB kurang maksimal.

4. Penyuluhan kelompok yang kurang akibat jadwal waktu, tempat, dan pembagian tugas tentang kegiatan penyuluhan kelompok kurang.

Penyelesaian Masalah1. Melakukan pelacakan secara aktif

dengan bantuan lintas program seperti Puskesmas Keliling, kunjungan keluarga, Posyandu yang dilakukan terutama di desa-desa wilayah kerja yang jauh dari fasilitas pelayanan kesehatan.

2. Menambah tenaga dokter untuk kasus-kasus tertentu TB yang membutuhkan pertimbangan dari dokter.

3. Menambah tenaga untuk mengambil alih tugas P2kusta dan agar petugas P2TB dapat fokus bekerja menjalankan program.

4. Menjalin kerja sama dengan fasilitas dan tenaga kesehatan lain yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Klari, terutama dalam hal pencatatan dan pelaporan mengenai penderita TB yang ada. Dengan adanya tambahan laporan dan pencatatan yang baik dari fasilitas atau tenaga kesehatan tersebut, diharapkan angka deteksi kasus TB akan meningkat.

KesimpulanTelah dilaksanakan evaluasi program kesehatan Program Pemberantasan TB dengan pendekatan sistem, ditemukan adanya masalah pada;1. Proporsi penjaringan suspek2. Proporsi BTA positif diantara suspek3. Besar proporsi TB paru BTA positif

diantara semua penderita TB yang dicatat/diobati

4. Cakupan pasien TB anak di antara seluruh pasien TB

5. Cakupan Case Detection Rate6. Case Notification Rate7. Penyuluhan kelompok periode Januari

2014 sampai dengan Desember 2014 di Puskesmas Klari.

SaranSaran yang diberikan kepada kepala

puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang, dan evaluator selanjutnya agar Program TB di Puskesmas Klaridi periode yang akan datang dapat berhasil dan berjalan dengan baik, dan untuk memperbaiki masalah yang ada serta agar masalah tersebut tidak terulang kembali di tahun berikutnya.

Saran untuk Kepala Puskesmas, yaitu: 1. Dibuatnya struktur organisasi tertulis

yang jelas sehingga pembagian tugas dan fungsi masing-masing tugas dalam pelaksanaan kegiatan program lebih jelas.

2. Membuat perencanaan untuk dilakukan active case finding untuk 1 tahun ke depan.

3. Membangun kerjasama lintas program dan atau lintas sektoral.

12

Page 13: Artikel TBC Tjia

Daftar Pustaka1. Herchlin TE. 2014. Tuberculosis

[Disitasi 11 Juli 2014]. Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/230802-overview

2. Depkes RI.Pedoman nasional pengendalian tuberkulosis.Jakarta: Dinkes RI;2014.

3. Depkes RI. Penanggulangan nasional penanggulangan tuberkulosis.Jakarta: Dinkes RI;2008.

4. Perkumpulan pemberantasan tuberkulosis Indonesia (PPTI). Diunduh dari: http://www.ppti.info/2012/09/tbc-

di-indonesia-peringkat-ke-5.html. Diunduh tanggal 25 Juni 2015.

5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hasil Riskesdas 2013. 11 juli 2014.Diunduh dari: http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202013. pdf. Diunduh tanggal 25 Juni 2015.

6. Data pencatatan dan pelaporan triwulanan periode Juni 2014 sampai dengan Mei 2015 Program P2TB Puskesmas Klari.

7. Data Demografi UPTD Puskesmas Klaritahun 2014.

8. Kemenkes RI. Petunjuk teknis manajemen TB anak Jakarta: Kementrian Kesehatan RI;2013.

13