artikel santri

5
Topik Utama Buletin Denta I Indonesia merupakan negara dengan populasi terbesar keempat di dunia. Jumlah pemeluk agama islam terbanyak pertama dengan 12,7 persen dari total Muslim dunia. Pada tahun 2010, penganut Islam di Indonesia sekitar 205 juta jiwa atau 88,1 persen dari jumlah penduduk. Dalam mengembangkan agama islam di indonesia terdapat banyak lembaga-lembaga pendidikan untuk pembelajaran dan pengembangan agama islam. Dari mulai madrasah hingga universitas pun ada di indonesia ini. Satu hal yang menjadi ciri khas dalam pengembangan agama islam di indonesia adalah pendidikan di pesantren. Di pesantren jaman sekarang di era globalisasi ini dituntut untuk mengajarkan santri didiknya tidak hanya mengetahui dan memahami ilmu agama, namun juga mengetahui ilmu sains, ilmu terapan yang bisa digunakan kemudian hari di masyarakat dan berguna bagi nusa dan bangsa ini. Tak hanya itu dalam salah satu kutipan perkataan Kiai Masdar pimpinan pondok pesantren seprovinsi Yogyakarta. bahwa Kiai tidak hanya memberikan keagamaan kepada santri mereka juga memberikan pendidikan dan bimbingan praktis (ilmu hal), bagaimana membangun kehidupan nyata. Belajar di pesantren tidak hanya belajar ngaji tetapi juga belajar kehidupan. Dalam hal ini dalam pendidikan karakter di pesantren diajarkan dalam menghadapi kehidupan di masyarakat. Meninjau pengajaran pendidikan karakter di pesantren-pesantren di setiap daerah pastinya mempunyai ciri khas yang berbeda. Kepribadian para santri pun akan berbeda dengan latar belakang santri tersebut, baik dari segi keluarga maupun kebudayaan atau kebiasaan yang dilakukan sehari-hari saat belum menempuh pendidikan di pondok pesantren. Tidak hanya itu aspek lain yang membedakan juga latar belakang pondok pesantren, orientasi pondok pesantren didasarkan pada tujuan pondok tersebut didirikan ada terdapat pondok pesantren salafiyyah yang mengedepankan pembelajaran dan pendalaman kitab kuning kepada santri-santrinya, contoh

Upload: wildanul-akhyar

Post on 07-Dec-2015

67 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

perilaku santri dari berbagai model pesantren dan dinamika perilaku saat di pesantren dan berbagai perbandingan fakta yang ada di pesantren

TRANSCRIPT

Page 1: Artikel Santri

Topik Utama Buletin Denta I

Indonesia merupakan negara dengan populasi terbesar keempat di dunia. Jumlah pemeluk agama islam terbanyak pertama dengan12,7 persen dari total Muslim dunia. Pada tahun 2010, penganut Islam di Indonesia sekitar 205 juta jiwa atau 88,1 persen dari jumlah penduduk. Dalam mengembangkan agama islam di indonesia terdapat banyak lembaga-lembaga pendidikan untuk pembelajaran dan pengembangan agama islam. Dari mulai madrasah hingga universitas pun ada di indonesia ini. Satu hal yang menjadi ciri khas dalam pengembangan agama islam di indonesia adalah pendidikan di pesantren. Di pesantren jaman sekarang di era globalisasi ini dituntut untuk mengajarkan santri didiknya tidak hanya mengetahui dan memahami ilmu agama, namun juga mengetahui ilmu sains, ilmu terapan yang bisa digunakan kemudian hari di masyarakat dan berguna bagi nusa dan bangsa ini.

Tak hanya itu dalam salah satu kutipan perkataan Kiai Masdar pimpinan pondok pesantren seprovinsi Yogyakarta. bahwa Kiai tidak hanya memberikan keagamaan kepada santri mereka juga memberikan pendidikan dan bimbingan praktis (ilmu hal), bagaimana membangun kehidupan nyata. Belajar di pesantren tidak hanya belajar ngaji tetapi juga belajar kehidupan. Dalam hal ini dalam pendidikan karakter di pesantren diajarkan dalam menghadapi kehidupan di masyarakat. Meninjau pengajaran pendidikan karakter di pesantren-pesantren di setiap daerah pastinya mempunyai ciri khas yang berbeda. Kepribadian para santri pun akan berbeda dengan latar belakang santri tersebut, baik dari segi keluarga maupun kebudayaan atau kebiasaan yang dilakukan sehari-hari saat belum menempuh pendidikan di pondok pesantren. Tidak hanya itu aspek lain yang membedakan juga latar belakang pondok pesantren, orientasi pondok pesantren didasarkan pada tujuan pondok tersebut didirikan ada terdapat pondok pesantren salafiyyah yang mengedepankan pembelajaran dan pendalaman kitab kuning kepada santri-santrinya, contoh pondok salafiyyah adalah pondok pesantren Lirboyo, ada juga pondok pesantren semi-salafiyyah yakni dalam aspek keilmuan di pondok ini, para santrinya diajarkan untuk belajar kitab kuning dan memahaminya dan juga belajar ilmu pengetahuan umum di madrasah atau sekolah, contoh pondok pesantren ini adalah pondok pesantren Bahrul Ulum Tambak Beras Jombang, pondok pesantren Mambaul Ma’arif Denanyar Jombang. Dan ada juga pondok pesantren modern, di pondok pesantren ini mengedepankan pembelajaran ilmu pengetahuan umum(Matematika, IPA, IPS, Bahasa Inggris, Bahasa Arab dsb) disini para santri diajarkan bagaimana menghadapi dinamika dan prospek ke depan di dunia perguruan tinggi, tetapi dalam di pondok pesantren modern pembelajaran kitab kuning juga tetap dipelajari namun tidak seintensif seperti di pondok salafiyah. Contoh pondok pesantren modern adalah Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya, Pondok Pesantren Al Hikmah II Brebes. Sebenarnya dari ketiga bentuk pondok pesantren tersebut mempunyai kesamaan yakni menciptakan lulusan santri yang berakhlaqul karimah, yang mempunyai moral yang baik dan diharapkan mempunyai nilai kemanfaatan di masyarakat sekitarnya dan menjadi penerus generasi bangsa yang beradab.

Page 2: Artikel Santri

Melihat dinamika kehidupan santri saat ini merupakan fenomena yang menarik untuk dibahas. Di setiap pesantren para santri diajarkan untuk kesederhanaan, keistiqomahan, dan keikhlasan dalam menjalankan kebiasaan di pesantren. Namun melihat kenyataan yang terjadi saat ini, justru menghadapi dunia pesantren sebuah hal yang beda, antara dihadapkan sebuah kenyataan antara yang baik atau buruk. Ibarat seleksi alam dalam sebuah cakupan lingkungan yang berbeda dengan lingkungan rumah yang berbeda. Tak sedikit santri yang memondok kemudian akhirnya boyong istilah umum untuk santri yang sudah tidak mondok lagi di pondok pesantren, atau sudah pulang ke rumahnya lagi dikarenakan tidak betah dengan kehidupan di pondok pesantren yang memang banyak tuntutannya dan banyak peraturannya. Kenyataan yang dilihat akan baiknya saat di pondok pesantren adalah sebuah kenikmatan dalam belajar di pesantren, tidak ada keterpaksaan dalam menjalankan peraturan di pondok pesantren, dan kenyataan dilihat akan buruknya saat di pondok pesantren adalah sebuah ketidakpatuhan, tidak nyaman saat belajar, keterpaksaan dan kenakalan pada ujungnya.

Di pondok pesantren mempunyai keberagaman karakter yang mengakar pada santrinya. Contoh kecil pada pesantren salafiyyah santri-santrinya mempunyai sifat yang sederhana dalam kehidupannya tidak ada fasilitas yang mewah dalam pondok pesantren, para santri di dalam hari-harinya disibukkan dengan belajar kitab kuning dan menghapal kitab, menghapal nadzaman atau syair-syair yang terdapat dalam kitab kuning yang berisikan materi-materi yang harus dipahami maksudnya, yang tersering adalah pelajaran Nahwu Shorof dan Akidah. Kitab nahwunya mulai dari jurumiyah bertahap ke Imrithi dan alfiyah kitab shorofnya At Tasrifiyah dan kitab akidahnya aqidatul awwam. Kemudian juga santri di sebagian pondok salafi sering melakukan kebiasaan ngeliwet yakni memasak bersama makanan sekedarnya dan kemudian makannya bersama, semua serba sederhana dalam pondok pesantren ini, karena sebagian besar pondok pesantren ini tidak membebani santri untuk membayar tiap bulannya dipondok. Kalau ada pun bayarnya tidak seberapa. Dan kelemahannya dari santri-santri pesantren salafi adalah pengetahuan umumnya masih kurang karena masih kurangnya fasilitas pendukung untuk mengembangkan pengetahuan di luar pengetahuan Kitab dan Al quran.

Di lain hal di pesantren lain seperti pesantren semi-salafiyyah para santrinya mempunyai pola kehidupan yang jauh berbeda dari santri salafi, disini terdapat kompleksitas aspek yang ada pada pesantren ini, kebanyakan pondok pesantren seperti ini yang banyak dicari oleh orang tua yang ingin memondokkan anak-anaknya, karena ada sebuah keseimbangan yang didapat di dalam pondok pesantren ini yakni ilmu agama dan ilmu sains. Namun dari kebanyakan yang sudah terjadi kini semisal di salah satu pondok pesantren di jombang. Kebanyakan santri lebih untuk memahamkan diri mereka dengan pelajaran diniyah ketimbang di sekolah. Di sistem pendidikan di pondok pesantren ini pada pagi hari santri belajar di Madrasah baik Tsanawiyah atau Aliyah sebagai sekolah formal kemudian untuk sore belajar di Madrasah Diniyah kemudian di malam hari juga mengaji Al Quran dan kitab di masjid atau di pondok masing-masing santri. Jadi dalam pondok ini santri memang dituntut bisa memahami ilmu yang ada di sekolah formal dan sekolah diniyah. Kebanyakan santri

Page 3: Artikel Santri

yang memang mempunyai keterbatasan kemampuan berpikir memang kewalahan dalam melakukan kedua hal tersebut.

Pada pondok pesantren modern ini para santrinya diprospek untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi baik di dalam negeri maupun ke luar negeri, disini para santri lebih banyak diajarkan ilmu pengetahuan di sekolah formal, setiap harinya juga diberikan pembelajaran keagamaan di malam harinya sebagai sekolah diniyahnya. Pada kenyataannya kebanyakan santri yang lebih cenderung fokus belajar di sekolah formal dan sedikit kurang fokus sekolah diniyah. Dan kebanyakan memang santri dari pondok pesantren moden lebih memahami perkembangan ilmu pengetahuan di luar pesantren, mulai dari bidang musik, teknologi, dll.

Dalam melihat dinamika perilaku santri di ketiga macam pondok pesantren mempunyai kesamaan dalam perilaku keseharian yang sama, seperti kebiasaan bangun pagi untuk salat malam dan mengaji al quran dan kitab setelah salat subuh. Kemudian dalam prinsip adalah ketawadhuan kepada kiai, kesederhanaan dan keistiqomahan, kebersamaan. Kemudian dalam kebiasaan tidak baiknya juga tidak jauh berbeda seperti ghosob yakni mengambil barang orang lain tanpa sepengetahuan pemiliknya, tidur saat mengaji, membolos saat mengaji dan sekolah, dsb. Dalam menghadapi Takzir atau hukuman, semua tergantung pada setiap pondok berbeda.

“Semua orang tua yang memondokkan anaknya pasti menginginkan anaknya keluar pondok menjadi orang yang lebih baik, tinggal dalam menuju proses tersebut yang akan mempengaruhu baik faktor internal diri pada anak tersebut (baca : santri ) yaitu niat dan kesungguhan dalam menuntut ilmu, kemudian faktor eksternal yang mendukung yaitu lingkungan teman, dan motivasi dari orang sekitar.” (DAN)