sang santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

230
Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018 Sang Santri Perjalanan meraih barakah kyai

Upload: others

Post on 18-May-2022

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung

2018

Sang Santri Perjalanan meraih barakah kyai

Page 2: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

2

Judul Naskah

Penulis: Angkatan Madin IAIN Tulungagung

2018

Editor: Siti Khoirotu; Ula, M.H.I

Tata Letak: Nama Layouter

Sampul: Pembuat Cover

Diterbitkan Oleh:

Guepedia

The First On-Publisher in Indonesia

E-mail: [email protected]

Fb. Guepedia

Twitter. @guepedia

Website: www.guepedia.com

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

All right reserved

Page 3: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

3

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke Hadirat Allah swt. yang telah

melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua sehingga

sampai saat ini kita terus diberikan kesempatan untuk

menuntut ilmu dan mendalami pengetahuan untuk

melihat keagungan-Nya. Shalawat dan salam semoga

tetap terlimpahkan kepada Rasulullah saw. pembimbing

kita dan yang mengarahkan kita menuju jalan Tuhan.

Setelah membaca karya teman-teman mahasantri

ini, tidak ada kata yang lebih pantas untuk saya

ucapkan selain kata selamat dan apresiasi positif atas

usaha teman-teman mahasantri untuk menuliskan buah

karyanya. Beberapa karya di sini ada yang berbentuk

cerpen, opini, kisah pribadi juga essay. Semuanya

berkaitan dengan dunia persantrian serta transisi

seorang santri menjadi mahasantri yang juga sekaligus

menjadi seorang mahasiswa yang menempuh di

Perguruan Tinggi Keagamaan Islam.

Kumpulan tulisan yang ditulis oleh teman-teman

mahasiswa Ma’had al-Jamiah IAIN Tulungagung ini

menyuguhkan beragam perspektif terkait dunia santri.

Mulai dari hal-hal yang serius menyangkut proses

thalabul ilmi, aspek barokah, khidmah guru dan kyai,

sampai hal-hal konyol seperti antri mandi, tidur saat

Page 4: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

4

pelajaran, di-ta’zir karena melanggar dan sebagainya.

Semua itu tidak lain adalah gambaran umum mengenai

dunia santri yang diharapkan akan menjadi generasi

yang kokoh spiritual ( karena melewati beberapa

tempaan wirid dan riyadhoh yang lain ), mapan

intelektual ( setelah menempuh perjalanan panjang

dalam menuntut ilmu ), serta kuat perekonomian untuk

menjadi generasi yang unggul dan bermartabat.

Bagaimanapun sulitnya menuntut ilmu, ini

adalah proses yang perlu dijalani agar para santri yang

bermetamorfosis menjadi mahasantri sekaligus

mahasiswa itu mampu menjadi orang yang bermanfaat,

progressif dan tetap santun bermasyarakat. Tentu saja

ini bukanlah satu-satunya karya mereka. Boleh jadi ini

adalah awal menuju tangga berikutnya untuk

mewujudkan cita-cita teman-teman mahasantri untuk

menjadi orang yang bermanfaat melalui jihad literasinya.

Semoga karya ini bermanfaat bagi para penulis

khususnya, dan bagi pembaca pada umumya.

Pengantar Editor

Siti Khoirotul Ula, M.H.I

Page 5: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

5

Sekapur Sirih

Santri Menulis

Mahasiswa IAIN Tulungagung, terutama mulai

angkatan masuk tahun 2017, bisa dibilang mahasiswa

plus. Plus karena mereka tidak hanya menempuh

perkuliahan formal di kelas dengan mengikuti banyak

mata kuliah hasil rancangan Program Studi pilihan

mereka. Selain kuliah, mereka juga mengaji. Ya, mengaji

layaknya di pesantren. Yaitu mengaji pagi, mulai pukul

07.00 sampai jam 08.40 mulai Senin sampai Kamis tiap

minggunya selama dua semester pertama.

Belum lagi sejumlah mahasiswa putri yang

tinggal di Ma'had al-Jami'ah. Selain mengaji pagi di

kampus, mereka juga mengaji di pondok (Ma'had)

layaknya di pondok salaf. Pada tataran ini, IAIN

Tulungagung dapat dikatakan sudah menemukan

formula yang tepat untuk memenuhi tuntutan integrasi

ilmu. Yakni dengan membentuk karakter santri pada

setiap mahasiswa, terlepas Program Studi apapun yang

diambil oleh mahasiswa.

Kenyataan bahwa mereka itu adalah "mahasiswa

plus", mendorong beberapa dari mereka untuk

mengekpresikannya dalam bentuk tulisan. Rupanya

mereka sadar bahwa dinamika, lika-liku dan perjalanan

Page 6: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

6

menjadi mahasiswa plus santri melahirkan kenangan

berharga yang sayang kalau hanya dipatri dalam

ingatan. Maka, mereka pun coba melanggengkan

kenangan berharga itu dalam huruf-huruf perekam jejak

masa lalu sehingga dapat "diputar-ulang" di kala

senggang. Kenangan di rongga-rongga ingatan rentan

"kepunahan", sedang gurat-gurat tulisan, terlebih jika

direkam secara digital, memiliki ketahanan yang lebih

kuat terhadap kepunahan. Tulisan, dari dulu, disepakati

antara lain berfungsi mengikat memori.

Lebih dari itu, tulisan jika kemudian dibukukan,

dapat ditunjuk oleh penulisnya sebagai sebuah karya.

Sesederhana apa pun karya itu. Kelak-nanti, dengan

"bangga" sang penulis dapat berkata seraya menunjuk

sebuah buku, "Ini karyaku!"

Buku yang sedang Anda pegang ini berisi 27

tulisan dari 26 mahasiswa angkatan masuk 2018 yang

lulus dari Program Madin (Mengaji Pagi) pada tahun

2019. Saya, baik sebagai pribadi maupun sebagai Wakil

Rektor Bidang Kemahasiswaan IAIN Tulungagung ,

sangat senang dengan terbitnya buku ini. Sama sekali

saya tidak tertarik menilai atau pun mengkritik kualitas

tulisan mereka, baik dari segi isi maupun teknis

penyajian. Rasa senang dan bahagia saya atas inisiatif

mereka membukukan tulisan mereka, mengalahkan

hasrat untuk menilai atau pun mengkritiknya.

Page 7: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

7

Lagi pula, buku ini bukan karya akademik yang

sedemikian rupa harus tunduk pada kaidah-kaidah

ilmiah yang semestinya. Ini, seperti telah saya singgung,

adalah upaya mereka untuk memelihara "kenangan"

menjadi mahasiswa plus santri dalam huruf-huruf

tulisan agar bertahan lebih lama dalam lembar-lembar

kehidupan mereka ke depannya. Namun demikian,

sebagai sebuah "karya literasi", buku ini tetap berhak

atas pujian. Terlebih, IAIN Tulungagung, selain

menahbiskan diri sebagai Kampus Dakwah dan

Peradaban, juga punya catatan bagus dalam bidang

literasi.

Selamat, wahai anak-anakku, atas terbitnya

buku yang membanggakan ini. Besar harapan, akan

terbit pula buku-buku lainnya yang diinisiasi oleh

mahasiswa dengan berbagai latar belakang dan

kecenderungannya.

Tulungagung, 29 Februari 2020

Wakil Rektor III IAIN Tulungagung

Dr. Abad Badruzzaman, Lc, M.Ag

Page 8: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

8

Pengantar Kabid Madin IAIN Tulungagung

Alhamdulillah segala puji bagi Allah Swt. atas

segala nikmat dan karunia-Nya penulisan buku karya

mahasiswa peserta Madin Angkatan 2, Ma’had al-

Jami’ah IAIN Tulungagung bisa terselesaikan dengan

baik.

Shalawat salam semoga terlimpahkan atas

junjungan kita Nabi Muhammad Saw. Sang reformis

terbesar sepanjang sejarah. Semoga kita termasuk

orang-orang yang mendapatkan syafaatnya kelak di hari

kiamat.

Buku ini merupakan buah karya mahasiswa

peserta Madin Angkatan 2, yakni mereka yang masuk di

IAIN Tulungagung pada tahun ajaran 2018-2019.

Antusiasme teman-teman mahasiswa untuk

mengabadikan perjalanan mereka selama ‘nyantri’ patut

diapresiasi dan diacungi ‘jempol’. Dunia literasi menjadi

sangat penting dalam dunia akademik, karena karya

yang diabadikan dalam bentuk tulisan boleh jadi akan

dikenal luas, bahkan menembus ruang dan waktu

dimana para penulisnya sudah tidak lagi hidup di dunia.

Karya sederhana ini berisi tentang lika-liku

perjalanan para mahasantri di dalam mengarungi

kehidupan sebagai ‘santri’. Banyak cerita yang bisa

Page 9: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

9

dikenang, dijadikan sebagai pelajaran, diambil

hikmahnya untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Membaca buku ini, seolah para pembaca diajak

untuk berselancar mengarungi dunia ‘santri’ yang penuh

dengan pahit manis dan getirnya kehidupan. Mulai

keharusan untuk senantiasa menjaga semangat ‘ngaji’

yang cenderung ‘membosankan’ bagi sebagian orang,

ta’zir saat melanggar larangan dan tetap menjaga sikap

tawadlu’ dan ta’dzim kepada para asatidz selaku

murabbi.

Semoga kehadiran buku sederhana ini, menjadi

penyemangat bagi seluruh santri untuk semakin

mengasah diri dalam kebaikan, menumbuhkan sikap

tawadlu’ dalam kehidupan dan selalu berpegang pada

tali agama Allah yang haq. Akhirnya saya ucapkan

selamat kepada seluruh mahasantri yang telah

menyelesaikan pembelajaran madin dan semoga

kesuksesan dan barakah manfaatnya ilmu selalu

menyertai kita semua. Aamiin.

Tulungagung, 19 Februari 2019

Kabid Madin Ma’had al-Jami’ah

Muhamad Fatoni, M.Pd.I

Page 10: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

10

Sambutan Mudir Ma’had al-Jami’ah IAIN Tulungagung

Alhamdulillahirabbil’alamin segala puji bagi Allah

Swt. yang telah melimpahkan nikmat, taufiq, hidayah

dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga kita bisa

menjalani aktifitas sehari-hari dengan lancar. Semoga

menjadi amal yang berkah dan bermanfaat bagi

kehidupan kita di dunia terlebih di akhirat. Aamiin

Shalawat serta salam semoga senantiasa

dilimpahkan kepada Nabi Muhammad Saw. yang

menjadi teladan bagi kita bersama, serta penyelamat

bagi umat manusia dari gelapnya jahiliyah menuju

cahaya terang melalui syariat yang dibawanya.

Apresiasi sebesar-besarnya saya sampaikan

kepada seluruh mahasantri madin angkatan 2018 yang

dengan kegigihannya telah menyelesaikan proses

pembelajaran madin dengan sebaik-baiknya. Semoga

mendapat ilmu yang bermanfaat di dunia dan akhirat.

Aamiin

Selain itu, apresiasi setinggi-tingginya juga saya

sampaikan pada mahasantri yang telah menulis karya

yang luar biasa berbasis pada pengalaman selama

menjadi santri dengan judul “Sang Santri”. Karya ini

memiliki nilai dan arti penting utamanya bagi dunia

kepesantrenan yang sebelumnya “dianggap” sebagai

kelompok tradisional yang jauh dari perkembangan

zaman, dan kemajuan peradaban.

Page 11: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

11

Mahasantri mahad dalam hal ini, Ma’had al-

Jami’ah setidaknya telah membuka terobosan baru bagi

dunia santri agar tidak sekedar akrab dengan hafalan

bait nadzam (lalaran) dan lancar membaca kitab turats.

Akan tetapi mereka juga mampu memberikan kontribusi

positif dalam bentuk karya tulis yang bisa dinikmati,

dimanfaatkan oleh mereka yang menelaah dan

membacanya, tidak hanya di masanya bahkan

melampaui zamannya.

Menulis menjadi tradisi penting yang dengannya

para penulis tetap dikenal meski tubuhnya telah berada

di dalam tanah. Begitulah kira-kira apa yang

disampaikan oleh Syaikh al-Zarnuji dalam kitabnya,

Ta’lim al-Muta’allim dengan mengatakan, “Orang-orang

alim tetap hidup mesti jasadnya berada di dalam tanah,

sementara orang-orang bodoh, mereka mati sebelum

kematiannya.”

Sekali lagi saya memberikan apresiasi setinggi-

tingginya kepada mahasantri yang terlibat dalam

penulisan buku ini. Semoga buku ini menjadi “inspirasi”

bagi sesiapa saja yang membacanya serta bermanfaat

bagi semua orang.

Akhirnya saya mengucapkan selamat menikmati

goresan tinta para mahasantri madin ma’had al-jami’ah

IAIN Tulungagung.

Page 12: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

12

Mudir Ma’had al-Jami’ah

Dr. KH. Teguh, M.Ag.

Page 13: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

13

Daftar Isi

Kata Pengantar ....................................................... 1

Daftar Isi ................................................................ 13

All About Santri

Sang Pencari Barokah ............................................ 16

This Is Santri .............................................................. 21

History Memorable of Santri ....................................... 29

Reklamasi Ukhuwah dalam Peradaban Santri ......... 36

Santri dan Peradaban ............................................. 43

Santri Is Agent of Change ........................................... 49

Reformasi Rivalitas Santri ....................................... 55

Bagaimana Hubungan Mainset Seseorang dan

Lingkungan Terhadap Akhlak? ............................... 61

Bersyukur Menambah Barokah .............................. 66

Lika Liku Perjuangan Santri di Pesantren ............... 74

Aktivis Mahasiswa Saja Tidak Cukup ...................... 80

Ilmu Tak Hanya dari Akademik ............................... 89

Mahasiswa Bukan Makhluk Hedonis ...................... 94

Dibalik Makna Iqra’ ................................................... 100

Cintai Lingkungan .................................................. 106

Teknologi Yes, Hoax No, Prestasi Oke ....................... 110

Toreh Liku Seorang Santri

Tiada Arti Tanpa Kesabaran .................................... 118

Tholabul 'ilmi .............................................................. 128

Ambisius Untuk Berambisi Atau Ambisius Untuk Tak

Berambisi? ............................................................. 135

Page 14: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

14

Rasa Cita dan Hafalanku ........................................ 151

Mereka yang Tak Terlihat Ikut Bersholawat ............. 158

Eksistensi Pesantren .............................................. 167

Karir ...................................................................... 177

Langkah untuk Bapak ............................................ 189

Kejora Di Langit Pesantren ..................................... 194

Metamorfosaku Secara Perlahan ............................ 201

Di Pondok Abah ..................................................... 211

Biodata Penulis ................................................... 217

Page 15: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

15

ALL ABOUT

SANTRI

Page 16: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

16

Sang Pencari Barokah

Oleh: Abdul Rovi’i

Pondok pesantren adalah tempat yang biasanya

digunakan untuk belajar ilmu agama, seperti ilmu fikih,

ilmu nahwu, shorof serta diajarkan membaca al-Qur’an.

Tak hanya itu, di pesantren juga ditekankan bagaimana

adab seseorang yang mencari ilmu terhadap orang yang

mengajarkan ilmu. Sehingga, setiap santri yang ada di

pesantren selalu memakai adab ketika bertemu ustadz

ataupun kyainya. Seorang santri juga diajarkan cara

bertutur kata dengan baik. Sehingga ketika berada di

lingkungan masyarakat, seorang santri akan memiliki

nilai lebih karena adab ataupun tutur kata yang telah

diajarkan di pesantren tersebut.

Di pesantren, santri juga dikenalkan dengan

barokah. Barokah adalah tambahnya suatu kebaikan

dari seseorang tersebut. Seorang santri yang

mendapatkan suatu barokah maka akan bertambahlah

Page 17: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

17

kebaikan-kebaikan yang ada di dalam dirinya. Barokah

adalah suatu hal yang dianggap ghoib karena tidak

berwujud tetapi dapat dirasakan ketika mendapatkan

barokah tersebut bagi yang mempercayai akan barokah

tersebut. Biasanya, santri yang mempercayai adanya

barokah, dia akan senantiasa melakukan hal-hal yang

sekiranya dapat mempengaruhi datangnya barokah

tersebut seperti halnya takdzim terhadap ustadz

ataupun kyai, memuliakan tempat belajar, memuliakan

kitab yang diajarkan. Hal-hal tersebutlah yang dapat

mempengaruhi datangnya barokah, maka tidak heran

jika di pesantren, ketika ada kyai ataupun ustadznya

lewat maka santri akan menundukkan kepalanya. Ada

juga seorang santri yang rela dorong-dorongan dengan

teman-temannya hanya untuk ingin menatakan sandal

yang dipakai oleh kyainya. Bahkan seorang santri rela

berebut minum dengan temannya sisa dari sang ustadz.

Sayyidina Ali ra. berkata : ‘’ Saya adalah hamba

sahayanya orang yang telah mengajariku satu huruf.

Terserah padanya, saya mau dijual, dimerdekakan

ataupun dijadikan budak.’’ Begitu agungnya ilmu,

sampai Sayyidina Ali bekata seperti itu, lalu bagaimana

dengan kita?

Pasti dalam kehidupan pesantren terdapat

sesuatu yang sekiranya dianggap mistis. Seperti halnya

seorang santri yang dulunya ketika mondok di pondok

pesantren sulit untuk memahami pelajaran yang ada di

Page 18: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

18

pesantren tersebut. Tetapi, ketika dia pulang, dia

menjadi seorang kyai besar. Ada juga seorang santri yang

dulunya di pondok pesantrennya nakal, tetapi ketika

pulang dan terjun di lingkungan masyarakat menjadi

orang yang sangat alim. Hal-hal tersebutlah yang

mungkin dianggap mistis bagi orang yang tidak

mempercayai adanya barokah. Barokah datang ketika

orang tersebut mempercayainya, begitu juga sebaliknya.

Barokah akan hilang jika orang tersebut tidak

memperdulikannya. Maka dengan adanya hal tersebut,

seorang santri yang mengerti akan pentingnya barokah

dia akan selalu berjuang untuk mendapatkannya, walau

sesulit apapun itu.

Seorang yang ingin mendapatkan barokah dari

ilmu yang dipelajari juga harus memperhatikan

tatakrama dan sopan santun dalam menuntut ilmu.

Dalam keterangan kitab RISALATUL ADABIS SULUKIL

MURID dijelaskan bahwa : ketika engkau menghendaki

untuk bertanya dari guru kalian, maka janganlah kamu

mencegah dirimu untuk mengagungkan gurumu dan

bertatakrama terhadapnya. Bertanyalah sesekali, dua

kali dan tiga kali. Karena diam dari bertanya bukan

termasuk adab yang baik. Terkecuali jika gurumu

mengisyaratkan kamu untuk diam dan memerintahkan

kamu untuk tidak bertanya, maka wajib untuk

mematuhinya. Hendaknya, seorang murid ketika bertanya

kepada gurunya tidak memiliki tujuan selain mengambil

Page 19: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

19

sebuah faidah. Dan hendaknya jauhi tujuan untuk

menguji dan menjajaki. Sebabnya dia akan terkena imbas

terhalang-halangi (barokah) dan merugi. Dengan

keterangan tersebutlah seorang santri tidak berani

untuk membantah seorang ustad ataupun kyainya yang

telah mengajarkan ilmunya, walaupun berbeda pendapat

dengan ustadnya, ataupun kyainya. Karena dengan

membantah apa yang menjadi ucapan beliau sama

halnya menghalangi barokah yang akan ia peroleh.

Santri juga harus patuh dengan apa yang

diperintahkan kyai ataupun ustadnya selagi perintah

tersebut tidak dilarang oleh agama. Imam Al-Ghozali

dalam kitab IHYA’ ULLUMUDDIN menjelaskan bahwa :

ketika seorang guru telah memberikan sebuah isyaroh

terhadap seorang murid dengan sebuah metode dalam

belajar, maka hendaknya sang murid mengikutinya dan

meninggalkan pendapat dari pemikirannya (murid), sebab

sesungguhnya kesalahan dari seseorang yang

memberikan jalan petunjuk untuk dirinya itu lebih akan

bermanfaat bagi sang murid dibanding kebenaran dari

dirinya sendiri. Kebanyakan seorang murid ketika guru

tersebut dalam perbuatan maupun tutur katanya tidak

sesuai dengan apa yang difikirkan seorang murid, murid

dalam hatinya seakan menjelek-jelekkan seorang

gurunya, padahal disisi lain guru tersebut telah memberi

manfaat ilmu yang lain kepada murid tersebut. Hal

tersebutlah yang dapat menimbulkan suatu

Page 20: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

20

kemanfaatan daripada ilmu tersebut tidak muncul.

Walaupun sesalah apapun seorang guru, akan tetap

bermanfaat untuk seorang murid.

Pada dasarnya seorang yang menginginkan

barokah harus mengerti tentang etika, tata krama

ataupun adab yang baik terhadap seorang guru yang

telah mengajarkan ilmu kepada seorang murid. Sehingga

barokah akan muncul dan dapat dirasakan dengan

kemanfaatan ilmu yang dia peroleh dari seorang guru.

Page 21: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

21

This Is Santri

Oleh: Anita Miftahurrohmah Sulum

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

kata santri setidaknya mengandung dua makna. Makna

yang pertama yakni orang yang mendalami agama Islam,

dan makna yang kedua yakni orang yang beribadah

dengan sungguh-sungguh. Santri selama ini digunakan

untuk menyebut orang-orang yang sedang mendalami

agama Islam di pondok pesantren. Kata “pesantren”

diyakini oleh sebagian kalangan sebagai asal-usul

tercetusnya istilah “santri”. Nah, salah satu versi

mengenai asal-usul istilah “santri”, seperti dikutip dalam

buku Kebudayaan Islam di Jawa Timur: Kajian Beberapa

Unsur Budaya Masa Peralihan (2001) karya M. Habib

Mustopo, mengatakan bahwa kata santri berasal dari

bahasa Sansekerta. Menurut pendapat tersebut, istilah

Page 22: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

22

santri diambil dari salah satu bahasa Sansekerta yakni

sastri yang artinya “melek huruf” atau “bisa membaca”.

Menurut pendapat Nurcholis Majid lewat buku

Bilik-Bilik Pesantren: Sebuah Potret Perjalanan (1999)

bahwa kata santri bisa pula berasal dari bahasa Jawa,

yakni cantrik yang bermakna “orang atau murid yang

selalu mengikuti gurunya”. Adapula yang mengaitkan

asal usul istilah santri dengan kata-kata dalam bahasa

Inggris, yakni sun (matahari) dan three (tiga), menjadi

tiga matahari. Dinukilkan dari tulisan Aris Adi Leksono

bertajuk “Revitalisasi Karakter Santri di Era Milenial”

dalam NU Online, maksud dari tiga matahari adalah tiga

keharusan yang harus dimiliki oleh seorang santri, yakni

Iman, Islam, dan Ihsan.

Berbeda dengan pendapat K.H Ma’ruf Amin yang

menegaskan bahwa sebutan santri bukan hanya

diperuntukkan bagi orang yang berada di pondok

pesantren saja. Namun, santri adalah orang-orang yang

meneladani para kiai. Santri adalah orang yang ikut kiai,

apakah dia belajar di pesantren atau tidak, tapi ikut

kegiatan kiai, manut kiai, itu dia dianggap santri

walaupun dia tidak tinggal di pesantren, namun dia ikut

perjuangan kiai. Ini adalah paparan dari K.H Ma’ruf

Amin. Interpretasi makna santri yang hampir serupa

juga dipaparkan oleh ketua Umum PBNU, K.H Said Aqil

Siroj. Menurut beliau, santri adalah orang yang

menerima ajaran-ajaran Islam dari para kiai. Para kiai

Page 23: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

23

itu belajar Islam dari guru-guru beliau yang sanadnya

terhubung sampai Nabi Muhammad saw. Sedangkan

menurut Menteri Agama RI 2014-2019 Lukman Hakim

Saifuddin, santri juga memuat makna sebagai duta

perdamaian. Santri adalah pribadi yang mendalami

agama Islam yang berasal dari kata salam yakni

kedamaian.

Santri Kalong

Apakah kalian tahu apa itu santri kalong? Ya...

saya kira jawaban kalian pasti langsung mengalir., hehe.

Santri kalong adalah sebutan bagi santri yang tidak

tinggal dan hidup di pondok pesantren, namun

mengikuti kegiatan belajar dan mengaji di pondok

pesantren. Ya, ini yang saya alami, saya menjadi santri

kalong di Pondok Pesantren Al- Anwar, Paculgowang,

Jombang. Saya tidak tinggal di pesantren karena rumah

saya termasuk dekat dengan pesantren. Al-Anwar sudah

saya anggap sebagai tempat kembali saya, rumah kedua

bagi saya. Meski menjadi santri kalong, namun saya

tetap mendapatkan ilmu-ilmu yang santri biasa

dapatkan. Saya sama-sama dicetak untuk menjadi

manusia yang bermanfaat untuk manusia yang lain.

Menjadi manusia yang memanusiakan manusia. Menjadi

manusia yang dewasa berfikir dan bersikap. Menjadi

manusia yang mempunyai mental baja dan menjadi

manusia yang sebenarnya. Sebagai santri, kita ibarat

Page 24: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

24

beton yang basah yang mana bentuknya nanti akan

mengikuti bentuk cetakannya. Pondok pesantren adalah

tempat yang mencetak kita. Semoga kita semua menjadi

santri yang diakui oleh kyai. Semoga bisa mendapatkan

barokah dari kyai kita. Semoga kelak di yaumil akhir

dapat masuk surga lantaran nggandol serban kyai.

Aamiin. Oh ya, di sini saya juga akan memaparkan

beberapa keunikan dari santri. Berdasarkan

pengalaman yang saya ketahui, yaitu:

Pertama, kebersamaan yang terlalu.

Kebersamaan di sini berkaitan dengan kata pemurah.

Pemurah meminjamkan barang. Pemurah berbagi

dengan sesama. Sampai ada fakta unik yang terjadi tiap

hari yakni makan bareng, ngopi bareng. Ya, sangking

memiliki rasa kebersamaan hingga terkadang sepiring

nasi untuk tiga anak. Biasanya untuk para santri putra,

sangking memiliki rasa kebersamaan terkadang segelas

kopi untuk lima anak, hehehe. Begitu juga terkadang

sesama santri berbagi sabun cuci, sandal, dan uang.

Saat ada santri yang belum mendapat kiriman dan

uangnya habis, santri lain biasanya meminjami

temannya uang untuk makan. Begitu indah bukan

kebersamaan yang dimiliki santri. Karena prinsip mereka

adalah “Kebahagiaan selalu ada dalam kebersamaan”.

Kedua, berhenti dan menunduk saat guru

lewat. Hal ini bisa langsung diamati bila anda masuk di

lingkungan pesantren. Ketika ada kiai/guru lewat, santri

Page 25: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

25

seketika itu akan menghentikan langkahnya dan

menundukkan kepalanya bila ia sedang berjalan. Hal ini

sebagai tanda ketawadhu’an santri terhadap gurunya.

Hal ini tentu bukan tidak berdasar, justru inilah yang

sesuai dalam kitab Ta’lim Muta’alim karya Syeikh Az-

Zarnuji.

Ketiga, membalikkan sandal guru. Setiap santri

apabila menemui sandal guru, baik di depan kantor, di

depan ndalem, di depan kelas, di depan masjid, secara

langsung santri yang menyaksikan itu akan

membalikkan sandal agar guru lebih mudah saat akan

kembali memakai sandalnya. Hal ini juga biasanya

dilakukan terhadap tamu.

Keempat, meminum air kran. Bagi beberapa

orang, tentu meminum air kran adalah hal yang

dianggap tidak sehat. Lain halnya dengan pandangan

santri, dari manapun ia berasal, ia tidak akan bisa

memungkiri nikmatnya meminum air kran, segarnya

serasa meminum sprite. hehe. Meminum air kran

termasuk salah satu cara santri untuk bertirakat dan

menurut para santri di dalam air kran telah mengalir

barokah do’a dari kiai.

Kelima, sarungan itu ngetrend. Di kalangan

santri, sarung merupakan pakaian yang wajib yang

selalu dipakai kapanpun. Sarungan tidak hanya untuk

santri putra, namun di kalangan santri putri sarungan

juga ngetrend. Sarung menunjukkan jati diri seseorang,

Page 26: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

26

khususnya seorang santri. Tradisi sarungan bahkan

sudah dilakukan sejak zaman penjajahan Belanda

sebagai simbol perlawanan terhadap budaya Barat. Masa

itu, kalangan santri menjadi satu yang turut berjuang

merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Mereka selalu konsisten menggunakan sarung sebagai

identitas diri. Sarung itu praktis dipakai, sarung itu siap

sedia “kulla waktin wa makanin”. Oleh karena itu,

“cintailah sarungmu jangan sia-siakan dia”1. Hehe. Nah,

sudah jelas, kan? Bahwa sarungan itu keren. Oleh

karena itu mulai dari sekarang mari kita cintai budaya

kita. Cintai budaya santri “sarungan” dimana dan kapan

saja, oke. Salam santri! “Ayo sarungan! Sarungan itu

nge-trend”.

Keenam, berebut minum sisa kyai/guru. Ketika

kegiatan mengaji selesai, biasanya para santri langsung

berebut sisa minum dari kyai/gurunya. Karena para

santri meyakini bahwa sisa minum dari kyai/guru

mengandung barokah. Tetapi para santri biasanya tidak

berani langsung meminum dari cangkir/gelas gurunya,

melainkan mereka akan membawa wadah kecil untuk

mewadahi air minum tersebut. Karena jika langsung

meminumnya dari gelas yang sama itu artinya santri dan

kyai/guru berkedudukan sama, padahal kedudukan

kyai/guru lebih tinggi dari santri. Oleh karena itu,

1 Khoirur Roziqin, Sarungan itu Ngetrend, (Jombang : MISAL, Media Inspirasi Santri Al-Anwar), h. 29.

Page 27: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

27

sebagai bukti akhlak dan ketawadhu’an santri terhadap

kyai/guru, mereka meminum dengan wadah yang

berbeda.

Ketujuh, berjalan mundur di hadapan guru. Di

dalam lingkungan pesantren kita sering menjumpai

bahwa para santri berjalan mundur ketika di hadapan

guru. Baik itu setelah menemui guru ataupun setelah

memberikan unjukan (minuman) kepada guru ketika

kegiatan mengaji. Tidak hanya berjalan mundur saja,

namun banyak pula dijumpai santri yang berjalan

ndengkul (berjalan menggunakan lutut) dengan posisi

berjalan mundur saat setelah menemui guru. Biasanya

juga banyak dijumpai ketika santri memasuki area

ndalem. Ini adalah salah satu akhlak santri, bentuk

ketawadhu’an santri terhadap guru.

Kedelapan, sabar mengantri. Budaya santri

adalah mengantri, di pesantren hidup itu serba

berjama’ah. Sholat berjama’ah, makan berjama’ah, ehhh

tapi kalau mandi tidak berjama’ah yaa! Hehe, kalau

mandi tetap individu. Para santri perlu mengantri untuk

mendapatkan giliran mandi. Dalam hal ini dibutuhkan

kesadaran dan kesabaran ya. Santri yang memakai

kamar mandi lebih dulu harus sadar kalau di luar santri

lain mengantri panjang. Bagi santri yang mengantri

harus sabar dalam menunggu antrian. Jangan sampai

terjadi ketidakadilan dalam mengantri yaa, hehe.

Page 28: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

28

Kesembilan, takziran. Hukuman di kalangan

santri terkenal dengan sebutan takziran. Berkaitan

dengan peraturan, sudah pasti ada sebuah hukuman

bagi santri yang melanggar peraturan. Pada umumnya,

tingkat hukuman di pesantren itu ada 3. Yaitu ringan,

sedang, dan berat. Hukuman diberikan dengan meninjau

pelanggaran apakah yang dilakukan, karena pelanggaran

juga dikategorikan ringan, sedang, dan berat. Takziran

ini contohnya adalah memakai kerudung takziran

(dengan warna mencolok), membaca surat at- Taubah di

hari jum’at, membersihkan kamar mandi guru, dan yang

berat biasanya diterima santri putra yakni gundulan.

Rendah diri santri dihadapan guru adalah kemuliaan.

Ketundukan santri kepada guru adalah kebanggaan.

Tawadhu’ santri kepada guru adalah keluhuran.

-K.H Hasyim Asy’ari-

SANTRI

Bukan yang mondok saja

Tapi siapa pun yang berakhlak seperti

Santri, dialah

SANTRI

-K.H Mustofa Bisri-

Page 29: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

29

History Memorable of Santri

Oleh: Muhammad Ibnu Idris

Sering kita ketahui mengenai istilah pesantren,

pesantren pada dasarnya adalah lembaga pendidikan

yang secara khusus terfokus pada bidang keagamaan,

sama halnya dengan lembaga pendidikan formal pada

umumnya. Namun pesantren mempunyai cara

tersendiri atau metode dalam pengajaran-pengajaran

pendidikan dalam hal keagamaan, antara lain adalah

program madrasah diniah. Yaitu program pembelajaran

yang mengajarkan kitab-kitab klasik (kitab kuning), ilmu

alat seperti nahwu-shorof, ilmu fiqih dan juga ilmu

hadist. Istilah kata santri ini bermuncul dari lingkungan

pondok pesantren. Santri adalah orang yang belajar di

pondok pesantren dan mukim di pondok. Pondok

pesantren sendiri dikelola oleh seorang kiai. Beliau

adalah orang yang alim dan berilmu. Beliau juga

Page 30: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

30

berperan sebagai pengasuh dalam mengelola kehidupan

di pesantren kiai dibantu oleh pengurus. Karakter dari

pondok pesantren adalah letak pendidikan terhadap

santri dalam pengembangan karakter yang beragama

dan berintelektual. Seiring berkembangnya waktu,

pesantren saat ini juga berperan sebagai suatu wadah

pegembangan karakter bagi pemuda yang haus akan

ilmu. Pada pembahasan kali ini, saya akan menuliskan

tentang cerita santri yang memorable di pondok

pesantren. Cerita yang menyimpan beribu kenangan

ketika masih belajar di pondok pesantren. Banyak cerita

yang dialami setiap santri, bahkan cerita seperti itu

menjadikan sebuah cerita-cerita manis dalam

perjalanannya mencari ilmu di pondok pesantren

berikut adalah ceritanya :

Tidur Di Kelas Sekolah Formal

Seiring dengan kebutuhan zaman pendidikan

pesantren saat ini mengalami perkembangan, dengan

adanya lembaga sekolah formal yang berpadu ke dalam

lembaga pesantren, istilah saat ini adalah “ngaji karo

sekolah”. Akibatnya, kelas di sekolah formal dijadikan

kamar oleh para santri dan juga menjadi ciri tersendiri

jika ada siswa yang tidur di kelas selalu ditanya oleh

gurunya tadi malam tidur jam berapa? Sebuah

pertanyaan yang sering terdengar. Kebiasaan seperti ini

memang sudah tidak terelakkan karena jam kegiatan di

Page 31: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

31

pondok pesantren sendiri juga sampai larut malam di

mana tempat yang sekiranya nyaman maka dibuat

tempat tidur. Tapi sebetulnya semua itu kembali kepada

bagaimana seorang santri membagi waktunya masing-

masing. Asumsi mengenai pekerjaan santri itu tidur,

terkadang juga salah karena bukan tidur sebetulnya

hanya rasa malas saja yang berlebihan.

Bantal Dari Gulungan Baju-Baju Kotor

Mencuci adalah kegiatan santri selain mengaji.

Kemandirian yang ditanamkan pada diri santri dari

bagaimana merawat dirinya sendiri menyiapkan segala

kebutuhannya sendiri. Tapi, jika ada seorang santri

yang pakaiannya dilaundry menurut saya santri itu

tergolong ke dalam santri yang terlalu malas. Cerita

seperti ini jika tidak di pondok pesantren maka tidak

ada. Karena tempat mencuci di pondok biasanya ramai.

Selain itu juga banyaknya santri. Dalam menangani hal

seperti ini, santri yang tidak membawa timba alhasil

mempunyai cara unik yaitu membuat bantalan baju-baju

kotor ke dalam sarung. Bantalan baju kotor tadi

digunakan sebagai bantal tidur sembari menunggu

waktu mencucinya tiba.

Terkena Penyakit Kulit

“ kalau di pondok pesantren kok belum terkena

penyakit gatal-gatal berarti mondoknya kurang lama”

begitu kata seorang kiai di pondok pesantren. Ada

Page 32: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

32

sedikit cerita lucu, dulu ketika masih duduk di bangku

Sekolah Menengah Pertama, ada teman dari pondok

pesantren yang kerjaannya membawa salep di sekolah.

Ketika jam pelajaran sekolah, kegiatan jam belajar di

kelas sedang berlangsung dan guru pun sedang

menjelaskan, dia mengoleskan salep ke tangannya yang

gatal, alhasil gurupun menghampiri dan bertanya

kenapa tidak menulis ? Si santripun tersenyum sambil

berkata “Bentar, Bu. Saya masih mengobati tangan

saya yang gatal pakai salep.” Ada juga santri yang

terkena penyakit gatal sampai parah hingga tangannya

atau angota badan yang lain tidak bisa digerakkan. Ya

kalau tidak di pondok tidak ada lagi.

Mayoran

Mayoran berasal dari bahasa Jawa, yang

merupakan istilah kata lain dari makan bersama-sama.

Mayoran biasanya dilakukan ketika ada hajatan atau

syukuran di pondok pesantren. Wadah yang digunakan

berupa pelepah daun pisang, nampan, atau baki.

Nampan atau baki sendiri merupakan wadah yang

digunakan untuk menyajikan makanan atau minuman,

biasanya terbuat dari plastic atau logam. Adapun

bentuknya persegi ada juga yang bulat karena itulah

mayoran di pondok pesantren biasanya disebut dengan

nampanan atau tapsinan, makan bersama-sama dengan

satu nampan.

Page 33: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

33

Satu Kamar Mandi 4 Orang

Karena kuota kamar mandi yang sedikit dan

jumlah santri yang terlalu banyak kejadian ini sering

terjadi ketika pagi hari menjelang berangkat sekolah,

agar santri tidak terlambat berangkat sekolah mandi pun

dilakukan dengan cara bersama-sama. Tidak ada alasan

ketika di pondok pesantren itu ada istilah sendiri. Dari

makan tidur bahkan mandi saja bersama-sama kok gitu

masih bisa bilang sendiri benar-benar jika tidak di

pondok tidak akan terjadi.

Gundul/ Takziran

Hukuman yang dilakukan pengurus terhadap

santri yang melanggar peraturan di pondok pesantren

biasanya hukuman memotong rambut sampai gundul.

Ini dialami oleh santri yang melakukan pelanggaran

berat. Seperti keluar malam, merokok dan juga pacaran.

Hukuman seperti ini dilakukan oleh pengurus keamanan

tidak lebih untuk memberikan efek jera terhadap santri

agar tidak melakukan penggaran kembali.

Naksir Santri Putri

Wajar jika seorang santri menyukai seorang

santriwati, yang tidak wajar itu jika menyukai sejenis

dan yang tidak wajar itu jika rasa suka yang

Page 34: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

34

diungkapkan karena masih belajar dan di pondok dan

ujung-ujungnya adalah hukuman akibat santri yang

pacaran alias ketahuan, maka muncullah sebuah tulisan

di pembatas atau sartir dalam istilah pesantren rasa

yang terhalang oleh dinding pesantren. Lucu ceritanya

ketika masih naksir di pondok pesantren itu kaya ketawa

tidak ada jedanya, malah-malah teman satu asrama

pada mengejek katanya lagi kasmaran kwkwk. Saling

tatap muka ketika mau mengaji, kalau udah kesampaian

mencari lokasi yang strategis biar dapat melihat doi-nya

mengaji senengnya minta ampun, senyum-senyum

sendiri sewaktu mengaji. Tapi harus hati-hati ketika

naksir masih nyantri nanti ketahuan dimarahi sama

pengurus dan ujung-ujungnya adalah pengguyuran,

kasihan, kan? Hehehe.

Ngliwet

Ngliwet adalah cara memasak nasi dengan cara

yang sederhana dengan cara mencampur beras dan air

putih atau dengan santan dalam satu wadah khusus.

Tempat tersebut biasanya disebut dengan dandang atau

ketel dalam istilah Jawa prinsip dari pada memasak

ngliwet adalah sama dengan rice cooker zaman modern

ini. Yang menjadi ciri khususnya adalah masih

menggunakan kayu sebagai alat pembakaran bukan

menggunakan kompor gas, dan tradisi ngliwet seperti ini

Page 35: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

35

masih terus di lestarikan di sebagian pondok salaf

hingga saat ini.

Begitu indah cerita setiap santri menjadikan

sebuah pengalaman yang sangat berharga dalam

kehidupan kisah perjalanan tholabul ilmi, dijadikan

sebuah cerita bagi anak-anaknya agar kelak cerita yang

demikian dapat juga dirasakan oleh anak-anaknya dan

tidak ada alasan menjadi santri kapok atau cerita santri

yang berhenti di orang tuanya saja.

Page 36: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

36

Reklamasi Ukhuwah dalam Peradaban Santri

Oleh: Muhammad Adnan Ilyas

Gelar santri tidak lepas dari rumah yang

dijadikan tempat tinggal yaitu pondok pesantren. Pondok

pesantren sebagai lembaga pendidikan dapat dijadikan

sebagai model pengembangan yang memberikan konsep-

konsep keagamaan dalam rangka meningkatkan

spiritualitas generasi muda. Sebagian besar aktifitas di

pondok pesantren adalah membangun kehidupan santri

yang mempunyai kekuatan iman dan kemampuan untuk

beramal soleh yang menjadikan perilaku santri lebih

baik. Pengembangan nilai-nilai perilaku dalam

pembentukan santri, sejalan dengan pengembangan

struktur nilai dasar keagamaan, sebagai pengaplikasian

untuk menunjukkan nilai tanggung jawab dan sosial. Di

dalam interaksi pesantren, tanggung jawab dan sosial

Page 37: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

37

didasari oleh keagamaan yang terkandung dalam konsep

ukhuwah islamiah.

Ukuwah memiliki arti persaudaraan.

Persaudaraan yang dimaksud adalah persaudaraan

secara universal. Persaudaraan ini tidak memandang

apapun, baik itu antar manusia, hewan, tumbuhan

bahkan makhluk hidup yang lain. Untuk memberikan

makna yang lebih terperinci, M. Quraish Shihab

memberikan pengertian bahwa, ukhuwah berarti

persaudaraan yang menjadi tolak ukur adalah perhatian

dari setiap orang. Untuk merealisasikan ukhuwah ini

perlu mendalami pengertian dan selalu menanamkan

kepada pribadi masing-masing. Ukhuwah memiliki empat

macam menurut pengertian yang dijelaskan oleh M.

Quraish Shihab. Pertama, ukhuwah ubudiyyah. Kedua,

ukhuwah insaniyah. Ketiga, ukhuwah wathoniyah wa

nasab, dan Keempat, ukhuwah fi din al islam.

Santri adalah bentuk dari gelar yang disematkan

kepada seseorang yang mengabdi atau menuntut ilmu di

pondok pesantren. Santri juga bisa dikatakan sebagai

anak yang menuntut ilmu di pondok pesantren. Oleh

karena itu, dampak yang dihasilkan oleh santri dalam

mengamalkan ukhuwah masih banyak yang memerkecil

arti ukhuwah itu sendiri. Dalam kesempatan ini, ada

beberapa ukhuwah santri terhadap santri itu sendiri

ataupun kepada yang lain.

Page 38: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

38

Dengan rincinya pembagian ukhuwah ini, santri

seharusnya bisa mencerminkan dalam kehidupan

sehari-hari. Saling menghargai, dan tidak menimbulkan

kerugian kepada orang lain adalah beberapa cara untuk

merealisasikan ukhuwah itu sendiri. Tetapi dengan

kenyataannya masih banyak santri yang saling

menuduh, mencaci bahkan memaki sesama santrinya

dan menghiraukan arti ukhuwah itu sendiri. Oleh

karena itu, penulis menjelaskan bahwa peradaban santri

era milenial semakin menghiraukan pengertian ukhuwah

yang sebenarnya.

Kata ukhuwah secara bahasa berasal dari bahasa

Arab yaitu akhun yang artinya saudara. Sedangkan

ukhuwah sendiri berarti persaudaraan, persaudaraan

disini bersifat universal baik suku, bangsa, budaya

bahkan agama. Sedangkan pengertian ukhuwah Secara

istilah adalah persaudaraan yang dilihat secara universal

baik itu berdeba suku, bangsa, budaya, adat istiadat,

bahkan agama persaudaraan masih bisa terjalin. M.

Quraish Shihab berpandangan bakwah ukhuwah berarti

“persaudaraan”, mengambil dari inti kata yang awalnya

berarti “memperhatikan”. Maka asal kata ini memberi

kesan bahwa, persaudaraan bisa terealisasikan dengan

adanya perhatian semua pihak yang berkaitan.

Al-Quran juga menjelaskan bahwa, setiap

mukmin adalah saudara yang diperintahkan Allah untuk

saling mengikrarkan perdamaian dan berbuat kebajikan

Page 39: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

39

diantara satu dengan lainnya dalam rangka taat kepada-

Nya. Nabi Muhammad saw. berdakwah di Madinah

mengedepankan prinsip persaudaraan lebih tepatnya

mempersaudarakan. Karena di Madinah terdapat dua

kelompok besar yaitu, Muhajirin dan Anshor.

Salah satu hadits Nabi Muhammad saw.

mengenai ukhuwah dari sahabat Ibnu Umar yang artiya:

“Seorang Muslim bersaudara dengan Muslim lainnya. Dia

tidak menganiaya, tidak pula menyerahkannya (kepada

musuh). Barang siapa yang memenuhi pula

kebutuhannya. Barang siapa yang melapangkan dan

seorang Muslim suatu kesulitan, Allah akan melapangkan

pula kesulitan-kesulitan yang dihadapinya di hari

kemudian. Barang siapa yang menutup aib seorang

Muslim, Allah akan menutup aibnya di hari kemudian.”

Al- Quran sendiri sudah menjelaskan bahwa

landasan ukhuwah dijelaskan pada surah Ali-Imran ayat

103 yang artinya: “Dan berpeganglah kamu semua

kepada tali (Agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai

berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika

kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka

Allah memersatukan hatimu, lalu menjadikan kamu

karena nikmat Allah, oang-orang yang bersaudara dan

kamu telah berada ditepi jurang neraka, lalu Allah

menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah

menerangkan ayat-ayatnya kepadamu, agar kamu

mendapat petunjuk.”

Page 40: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

40

Zaman yang sedikit melupakan arti ukhuwah, arti

persaudaraan yang sesungguhnya. Dalam hal ini penulis

menceritakan pengalaman pada saat menjadi santri yang

sesungguhnya di Pondok Pesantren Darul Ulum

Jombang. Saat ini banyak santri yang hanya

menganggap saudara sebatas saudara kandung saja,

bukan sebagai sesama manusia bahkan sesama umat

islam. Oleh karena itu, menarik penulis untuk

membahas hal ini yang menjadi pengingat bagi kita

selaku umat muslim yang senantiasa mengamalkan arti

ukhuwah itu sendiri.

Santri adalah cerminan anak muda yang

senantiasa menimba ilmunya di lingkungan pondok

pesantren. Menurut KH. Maemon Zubair arti dari santri

itu sendiri adalah setiap pemuda yang masih

mengamalkan mengaji, baik itu al-Quran ataupun kitab-

kitab yang santri itu pelajari. Dalam hal ini dapat kita

simpulkan bahwa, gelar santri akan melekat pada diri

seserang di saat orang itu masih mengamalkan kegiatan

mengaji.

Ukhuwah yang diamalkan oleh santri adalah

ukhuwah islamiyah, yang berarti persaudaraan antara

umat muslim. Seharusnya dengan adanya pengertian ini

santri lebih bisa mencerminkan kepada sesama umat

muslim lainnya, tidak memandang dari mana pondok

pesantrennya, ataupun aliran yang diikutinya bahkan

latar belakang apa yang mereka dapatkan. Tetapi

Page 41: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

41

kenyataannya tidak sedikit santri yang menganggap

saudaranya sendiri hanya pada sudut pandang yang

sempit. Dalam hal ini hanya sebatas satu lingkungan

saja (pondok pesantren) dan memandang apa aliran yang

diikutinya bahkan latar belakang yang didapatkan.

Indonesia adalah negara yang sangat banyak

memiliki berbagai macam pondok pesantren, baik yang

terdata maupun yang belum terdata. Dengan banyaknya

pondok pesantren yang ada, santri harus bisa

memanfaatkan keadaan yang ada karena santri adalah

mercusuar bagi penerus bangsa, bagi nama baik bangsa

dan sebagai garda terdepan untuk membela negara

Indonesia. Dengan hal itu, persaudaraan santri harus

lebih kita gemparkan demi bisa menghargai pendapat

orang lain yang tidak sejalan dengan kita, dengan saling

menghargai bisa membuat apapun menjadi lebih mudah.

Mahasantri (mahasiswa) yang pemikirannya

semakin mendalam, yang harus bisa melakukan

tindakan sesuai konteks yang ada sehingga bisa

menjadikan cerminan bagi santri-santri pada

lingkungannya. Mahasiswa yang digemparkan akan

menjadi generasi perubahan, generasi yang bisa

meneruskan para pejuang bangsa baik itu ranah politik,

budaya bahkan agama. Ukhuwah adalah salah satu

kunci dari pembenahan itu semua, yang sayangnya kini

semakin keluar dari jalurnya.

Page 42: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

42

Dengan demikian, identitas santri merupakan

suatu persoalan yang penting dalam bidang keagamaan.

Sementara ini, identitas menjadi gagasan utama yang

sering menjadi titik fokus dalam pandangan dunia.

Perubahan menjadi sebuah cita-cita mulai yang

dihasilkan oleh santri dalam memimpin masa depan

keanekaragaman dan kesatuan bangsa.

Itulah yang menjadi fondasi negara Indonesia,

penuh semangat dan sifat optimis terhadap generasi

penerus bangsa. Bertanah air satu, berbangsa satu dan

berbahasa satu menjadi pendoman ukhuwah santri

milenial. Inilah yang dikatakan sebagai karakter bangsa

yang bersungguh-sungguh, semangat santri yang

percaya diri, telah berhasil memainkan peran sebagai

agen perubahan dan selalu memberikan efek yang baik

bagi semuanya. Reklamasi ukhuwah dalam peradaban

santri yang menjadi tolak ukur adalah semangat dan

saling menghargai satu sama lain baik itu berbeda faham

atau yang lain, karena kita adalah sama-sama beragama

Islam.

Page 43: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

43

Santri dan Peradaban

Oleh: Siroj Wijaksono

Santri adalah sebutan bagi seseorang yang sedang

mempelajari agama Islam yang biasanya menetap di

pondok pesantren. Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia/KBBI, santri berarti orang yang mendalami

agama Islam, orang yang beribadah dengan sungguh-

sungguh. Dalam bahasa Sansekerta santri diartikan

pelajar agama, pelajar yang selalu membawa kitab ajaran

suci. Dalam budaya jawa kata santri sama dengan

‘cantrik’ yang berarti seseoang yang memperdalam ilmu

agama dengan seorang guru. Dari pengertian diatas

dapat disimpulkan bahwa santri adalah seeorang yang

sedang menuntut ilmu agama islam di lingkungan

pondok pesantren dengan panduan seorang guru.

Pondok pesantren terdiri dari dua kata yaitu

“pondok” dan “pesantren”. Kata pondok berasal dari

Page 44: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

44

bahasa arab “funduq” yang memiliki arti tempat tidur,

asrama, kos, hotel. Sedangkan kata “pesantren” berasal

dari kata dasar “santri” yang berawalan “pe” dan akhiran

“an” menjadi “pesantrian”, karena lidah orang jawa

susah mengucapkan kata pesantrian maka digantilah

kata “pesantrian” menjadi kata “pesantren”.

Pondok pesantren merupakan model pendidikan

tertua yang ada di Indonesia keberadaannya

diperkirakan sudah ada sejak abad ke-15 Masehi. Tokoh

yang dianggap sebagai perintis pondok pesantren di

Indonesia adalah Syekh Maulana Malik Ibrahim. Beliau

menghadap Raja Majapahit, Raja Brawijaya untuk

menyampaikan kebenaran Islam, tapi Sang Raja belum

berkenaan masuk Islam. Syekh Maulana Malik Ibrahim

diangkat sebagai Syah Bandar di Gresik dan

diperbolehkan berdakwah menyebarkan agama Islam

kepada penduduk sekitar yang mau.

Awalnya Syaikh Maulana Malik Ibrahim mendarat di

Desa Sembalo Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik.

Setelah merasa berhasil dalam berdakwah, kemudian

beliau pindah ke Desa Sawo disana dianugrahi sebidang

tanah oleh Raja Majapahit yang sekarang dikenal dengan

Desa Gapura. Di Desa Gapura inilah beliau mendirikan

Pondok Pesantren pertama dengan tujuan mencetak

kader-kader baru sebagai penerus dakwah penyebaran

agama Islam.

Page 45: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

45

Model dakwah tersebut selanjutnya diteruskan oleh

Wali Songo salah satunya adalah Raden Rahmatullah

atau lebih dikenal dengan sebutan Sunan Ampel. Sunan

Ampel membangun pondok pesantren di daerah

Ampeldenta, Surabaya. Pondok pesantren ini sangat

terkenal dan memiliki pengaruh yang luas di Daerah

Jawa Timur. Banyak santri yang datang dari berbagai

daerah untuk belajar agama Islam di pondok pesantren

ini. Para santri Ampeldenta yang telah selesai

menyelesaikan pembelajaran selanjutnya pulang ke

daerahnya masing-masing guna mengembangkan,

menyebarkan ilmu agama Islam yang telah dipelajarinya.

Dalam perkembangan berikutnya pondok pesantren

didirikan oleh para kiai yang bercita-cita mengajarkan

dan menyebarkan agama Islam. pada mulanya mereka

mendirikan masjid, mushola, sebagai tempat shalat

berjamaah dan pengajian tentang tauhid, ibadah, dan

akhlak. Dengan ketulusan, keikhlasan, dan akhlakul

karimah yang ditunjukkan Kyai, hal ini menjadi magnet

sehingga banyak dari masyarakat yang mengikutinya.

Untuk menampung para santri yang hadir dari desa

lain yang ingin belajar agama Islam maka munculah ide

(gagasan) membangun asrama untuknya kemudian

gagasan tersebut disampaikan kepada jamaah yang

akhirnya mendukung pembangunan asrama/pondok

pesantren. Begitulah sejarah singkat pondok pesantren

di Indonesia. Selain bertujuan menyebarkan agama

Page 46: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

46

Islam juga menciptakan kader-kader terbaik sebagai

mubaligh dan ulama.

Peradaban berasal dari kata adab yang dalam

pengertian ini mengandung pengertian tata krama,

perilaku atau sopan santun. Dengan demikian

peradaban adalah segenap perilaku sopan santun dan

tata krama yang diwujudkan oleh umat Muslim dari

waktu ke waktu baik dalam realitas politik, ekonomi dan

sosial lainnya, sedangkan menurut KBBI peradaban

adalah kemajuan yang menyangkut sopan santun, budi

bahasa dan kebudayaan suatu bangsa. Lalu apakah

hubungan antara santri dengan peradaban?

Santri dan peradaban memililki hubungan (korelasi)

dimana kebudayaan masyarakat Indonesia memiliki

kesamaan dengan tradisi pondok pesantren. Seperti

halnya gotong-royong dalam pesantren dikenal dengan

istilah ro’an, musyawarah dikenal dengan istilah syawir,

dalam amaliyah keagamaan sehari-hari juga memiliki

banyak kesamaan misalnya; masyarakat melakukan

yasinan setiap malam jum’at di pesantren juga

melakukannya, ada juga kegiatan manaqiban, istigotsah

ziarah kubur yang sama-sama dilakukan oleh

masyarakat dan pesantren.

Peran ulama dan santri pondok pesantren bagi

bangsa Indonesia tidak pernah surut baik sebelum

kemerdekaan maupun sesudahnya. Salah satu peristiwa

bersejarah yaitu resolusi jihad yang dicetuskan oleh KH.

Page 47: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

47

Hasyim Asy’ari. Alasan mendasar dikeluarkannya

resolusi jihad adalah sebagai upaya pencegahan pasukan

kolonial Belanda yang ingin mengembalikan

kekuatannya di Hindia Belanda. Paham bahwa posisi

Indonesia sudah merdeka, KH. Hasyim Asy’ari lalu

menyerukan pada setiap masyarakat dan seluruh santri-

santrinya untuk berjihad membela tanah air dari

serbuan penjajah yang ingin kembali menguasai

Indonesia melalui Neterhlands Indies Civil

Administration (NICA) yang sebagian besar merupakan

Pasukan Inggris.

Seruan jihad yang dicetuskan oleh KH. Hasyim

Asy’ari berhasil membakar semangat juang santri dan

masyarakat di sekitar Surabaya. Terjadilah pertempuran

sengit tiga hari berturut-turut (27-29 Oktober 1945) yang

berhasil menewaskan seorang Jenderal pimpinan dan

junjungannya, Jendral Mallaby. Tidak terima dengan

tewasnya pimpinannya “Pasukan Pemberontak”,

Kerajaan Inggris sangat marah dan kembali menyerang

Surabaya yang puncaknya pada tanggal 10 November

1945. Bung Tomo pada saat itu mengumandangkan

pidatonya dengan semangat tinggi agar tidak gentar

melawan kembali penjajah yang berusaha memberontak.

Ketika itu tidak kurang dari 7000 pasukan Indonesia

tewas dan 200.000 rakyat sipil mengungsi dari

Surabaya.

Page 48: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

48

Setelah bangsa Indonesia benar-benar merdeka

dari serbuan penjajah. Santri, kyai, dan pondok

pesantren tetap menunjukkan kontribusi positiv untuk

bangsa ini. Dalam segala bidang selalu ada kontribusi

positif yang ditunjukkan. Dalam bidang perpolitikan kita

mengenal KH. Wahid Hasyim sebagai DPR RI kemudian

beberapa tahun setelah itu disusul putranya KH.

Abdurrahman Wahid atau yang biasa disapa Gus Dur

sebagai Presiden RI ke-4. Dalam bidang olahraga ada

nama Tantowi Ahmad sebagai alumni Pondok Pesantren

Al-Falah Ploso yang sukses menjadi pebulu tangkis

berprestasi tingkat dunia dan masih banyak lagi.

Dari uraian di atas menunjukkan bahwa santri,

ulama, dan pondok pesantren tidak hanya memiliki

kontribusi yang besar bagi bangsa Indonesia. Tetapi

mereka berhasil membangun peradaban baru.

Peradaban adalah suatu kemajuan yang menyangkut

sopan santun, budi bahasa dan kebudayaan suatu

bangsa. Sopan santun seperti sikap takdzim kepada

guru, menghormati sesama, toleransi, menjadi budaya

masyarakat Indonesia yang sudah lama diterapkan di

pendidikan pesantren. Untuk itu dapat disimpulkan

bahwa dari pesantrenlah peradaban bangsa ini

sesungguhnya dibangun.

Page 49: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

49

Santri Is Agent of Change

Oleh: Naja Alwi Mawardy

Di kalangan masyarakat, istilah santri sendiri

pada umumnya merupakan julukan kepada orang yang

sedang mencari ilmu agama dengan menetap di pondok

pesantren. Sedangkan pondok pesantren sendiri adalah

sebuah lembaga pendidikan Islam yang pada umumnya

dianggap sebagai tempat untuk mencetak ahli-ahli

agama Islam.

Pandangan masyarakat mengenai santri identik

dengan pemikirannya yang kolot. Tidak hanya itu,

bahkan gaya hidupnya pun juga dianggap sebagai

sesuatu yang kampungan. Namun, sesuai zaman

sekarang yang sudah kekinian atau milenial yang semua

serba canggih dan maju, kita tidak bisa mengklaim

bahwasannya santri tidak berguna dalam kehidupan

tatanan masyarakat atau tidak bisa mengikuti

Page 50: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

50

perkembangan zaman karena pemikiran dan gaya hidup

yang dianggap masih bersifat tradisional. Namun,

terlepas dari berbagai macam pandangan masyarakat

yang menganggap santri belum bisa atau bahkan tidak

bisa membawa perubahan yang baik dalam kehidupan

tatanan masyarakat justru malah sebaliknya. Karena

begitu banyak peran santri dalam segala bidang

masyarakat dan membawa perubahan dalam

masyarakat. Dalam bidang pendidikan misalnya, seperti

yang kita lihat sekarang, tidak sedikit diantara kalangan

masyarakat yang masih belum bisa mengaji atau

pemahaman mengenai ajaran-ajaran Islam yang masih

dangkal. Nah, dari situ pesantren memperkenalkan

literasi dengan mengajak masyarakat belajar mengaji

dan pendidikan mengenai ajaran-ajaran Islam. Selain

itu, santri juga mendorong masyarakat untuk selalu

bekerja keras dalam meningkatkan kehidupan ekonomi

mereka dengan cara menanamkan keimanan, bahwa

“bekerja itu merupakan sebagian dari ibadah”. Karena

juga tidak sedikit sekarang para pelajar yang disamping

menimba ilmu di sekolah atau di kampus juga hidup di

lingkungan pesantren.

Seperti yang aku alami sekarang. Mulai dari SMP

aku hidup diantara orang-orang yang sangat menjunjung

nilai-nilai ajaran Islam. Karena aku sadar, semakin

umurku beranjak semakin pula aku dituntut untuk lebih

mematuhi ajaran Islam. Selama tiga tahun aku hidup di

Page 51: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

51

pesantren, kemudian aku melanjutkan sekolah di SMA

dengan masuk pesantren. Dan sampai sekarang pun aku

kuliah juga tinggal di pesantren. Bisa dikatakan kalau

aku itu santri, tapi disisi lain aku juga seorang pelajar.

Semenjak di MAN, aku sudah menjadi guru ngaji di

masjid dekat rumahku sampai sekarang. Nah, dari situ

aku berpikir, ternyata seorang santri sepertiku pun juga

bisa membawa perubahan dalam kehidupan masyarakat

yang ada di lingkungan sekitar rumahku yang mungkin

pemahaman mengenai agama Islamnya masih kurang.

Tidak hanya dalam lingkungan masyarakat saja.

Dalam dunia pendidikan, santri juga berperan aktif

untuk membentuk akhlak dan pribadi yang beradab.

Dalam lingkungan kampus misalnya. Mengingat di

zaman sekarang tidak sedikit mahasiswa yang kurang

berakhlak terhadap dosennya. Mereka menganggap

dosen sebagai teman belajar mereka, sehingga pada

umumnya mahasiswa berperilaku seperti dengan

temannya sendiri. Baik dalam interaksinya yang kurang

sopan, kemudian tutur sapanya yang kurang baik, atau

sikapnya di saat kegiatan belajar mengajar di kelas.

Meskipun menganggap dosen sebagai teman belajarnya,

namun tetap ada adab dan tata krama yang wajib

diperhatikan. Nah, sebagai santri yang diajarkan

kesopanan di pesantren, bisa juga diterapkan di

lingkungan kampus dengan bersikap yang baik dengan

teman-temannya, khususnya dengan dosen.

Page 52: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

52

Semisal, berhenti dan menunduk saat guru lewat.

Hal ini bisa diamati apabila masuk di lingkungan

pesantren. Ketika ada kiai atau guru yang lewat, seketika

itu santri akan menghentikan langkahnya dan

menundukkan kepalanya bila ia sedang berjalan.

Tindakan yang seperti itu menandakan ketawadhu’an

santri terhadap gurunya. Dan bukan tidak berdasar,

justru inilah yang sesuai dalam kitab Syarah Ta’lim

Muta’alim.

Contoh lain seperti berjalan mundur di hadapan

guru. Di dalam lingkungan pesantren kita sering

menjumpai bahwa para santri berjalan mundur ketika di

hadapan guru. Baik ketika dipanggil guru maupun

setelah berjabat tangan dengan guru. Bahkan banyak

dijumpai santri yang berjalan ndengkul (berjalan

menggunakan lutut) dengan posisi berjalan mundur saat

setelah menemui guru, ini adalah salah satu akhlak

santri, bentuk ketawadhu’an santri terhadap guru.

Kemudian mencium tangan guru atau kiai.

Kebanyakan dalam lingkungan kampus jarang

ditemukan mahasiswa yang mencium tangan dosennya.

Jangankan mencium tangannya, menyapa dosen ketika

bertemu pun jarang ditemukan. Berbeda lagi kalau di

pesantren. Sudah menjadi kewajiban tersendiri bagi

seorang santri ketika bertemu gurunya yang lewat

mencium tangannya. Bukan merupakan tindakan yang

aneh, melainkan itu merupakan adab yang benar dan

Page 53: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

53

sepantasnya bisa diterapkan di lingkungan luar

pesantren. Justru seperti itulah unggah-ungguh yang

baik sesuai di dalam kitab akhlaqul baniin.

Dengan semua itu, diharapkan bisa membuat

teman-teman yang lain mencontoh sikap yang baik itu.

Jadi, bisa dikatakan santri tidak hanya berperan dalam

dunia pendidikan saja untuk membawa perubahan yang

besar, tapi juga dengan sikap dan perilakunya yang baik.

Perilaku anak muda yang amoral dan biadab

disebabkan karena pengaruh zaman milenial sekarang.

Sebagai santri dan juga generasi penerus, sangat di

harapkan untuk turut andil dan berperan sesuai dengan

tuntunan zaman yang ada. Para generasi muda biasanya

dan memang kebanyakan sangat terbuka terhadap

berbagai pemikiran orang lain. Diantara generasi muda

rawan mempunyai karakter yang kurang baik, semisal

kurang peka terhadap lingkungan masyarakat, pola

hidupnya yang bebas, kurangnya sikap sosialisasi

dengan orang lain, dan kurang bersikap realistis. Maka

dari itu, sudah sepantasnya santri turut andil dan

memberikan sumbangsih kepada saudara-saudaranya di

luar sana yang mungkin sangat membutuhkan arahan

dan sedikit ilmu yang dimiliki. Sehingga, pada ujungnya

nanti bisa menjadi generasi millenial yang berilmu,

berkualitas, dan berkemajuan, serta dapat memberikan

manfaat bagi dirinya sendiri, keluarga, masyarakat,

bangsa, negara, dan agama.

Page 54: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

54

Pandangan mengenai hal itu, Imam Sapari,

selaku Korps Muballigh Muhammadiyah (KMM) Kota

Surabaya mengemukakan bahwa di era millenial

sekarang ini, para generasi tersebut mulai tumbang. Kita

sebagai santri harus bisa merubah pemikiran dan gaya

hidup yang lebih baik, yang sesuai dengan ajaran Al-

Qur’an dan Al-Hadits. Jadi, dengan adanya teknologi di

zaman sekarang yang sudah sangat maju dan gaya

hidup modern yang begitu pesat, sebagai santri wajib

dalam mewujudkan generasi-generasi Qur’ani yang

berilmu dan berkualitas.

Oleh karena itu, haruslah para generasi muda

bisa memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk hal

yang berguna. Dan janganlah menyia-nyiakan waktu di

masa muda ini hanya untuk hal-hal yang tidak

bermanfaat. Dan sebagai santri, agent of change

haruslah menciptakan generas-generasi yang

berkemajuan, berilmu, dan berkualitas sesuai dengan

syari’at agama Islam, yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits

dalam kesehariannya. Hingga pada akhirnya terwujudlah

dan menjadilah generasi-generasi penerus bangsa yang

sesuai syari’at Islam yang tangguh dan tidak mudah

digoyahkan oleh apapun.

Page 55: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

55

Reformasi Rivalitas Santri

Oleh: Markurius Adnan Ilyas

Zaman milenial, santri menghadapi sejumlah

tantangan yang ditandai oleh peningkatan penggunaan

dan kebiasaan dengan komunikasi, media dan teknologi

digital. Perkembangan teknologi digital memang memiliki

dua dampak yang berbeda. Terdapat dampak negatif dan

dampak positif. Manusia yang dipermudah dengan

kecanggihan teknologi informasi, namun dengan sudut

pandang lain bisa mengancam hak manusia dengan

menyebarnya konten-konten negatif, sebut saja

radikalisme agama, ateis, hoax hingga akses pornografi

yang mudah didapat.

Tanpa ada bimbingan para guru, pencerahan oleh

kiai, generasi milenial bisa menjelma menjadi generasi

domba penjilat, pemikiran yang materialis dan liberalis,

dengan tubuh yang hancur bahkan indah dari luar. Oleh

karenanya, santri zaman milenial dituntut untuk

Page 56: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

56

mengembangkan perannya dari sekadar menguasai ilmu

agama serta menjadi pemimpin yang menguasai ilmu

pengetahuan dan teknologi sehingga membantu generasi

selanjutnya untuk menjadi lebih berkompeten.

Setidaknya mengetahui tentang teknologi dan mampu

berinteraksi dengan khalayak luar yang notabe-nya aktif

mengunakan media teknologi.

Selain itu, zaman sekarang yang bisa dikatakan

sebagai abad ke-21 menuntut setiap orang yang ingin

menjadi lebih terkenal dan sukses memiliki skill dasar

yang mumpuni termasuk para santri. Santri yang

terbiasa dengan hafalan-hafalan harus memiliki daya

kritis yang tajam dan komprehensif. Santri adalah agen

perubahan yang tidak menjadi ekstrim kanan maupun

kiri dan tidak terjebak pada profokasi-profokasi agama

yang merusak identitas Islam. Rivalitas santri milenial

harus pada jalur yang ditentukan dan mampu

berkomunikasi keilmuan dengan berbagai pihak untuk

memberi pengaruh yang positif. Sebab untuk

memperjuangkan kebenaran butuh dukungan dari

berbagai macam orang.

Perkembangan pondok pesantren pada era

milenial ini sangatlah pesat. Pondok pesantren moderen

contohnya, yang identik dengan pendidikan yang

beragam. Baik itu pendidikan agama maupun

pendidikan secara umum yang menjadi daya tarik bagi

masyarakat luas. Perkembangan pendidikan ini bisa

Page 57: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

57

menjadi lebih bermanfaat bila santri bisa memanfaatkan

hal ini, sehingga predikat santri tidak hanya dipandang

sebelah mata. Santri identik dengan keluguannya yang

tidak tau apa-apa tentang ilmu teknologi. Sekarang,

statement ini diubah dengan santri bisa menguasai

perkembangan zaman baik itu secara agama maupun

secara ilmu teknologi.

Rivalitas santri saat ini bukan pada bagaimana

santri memahami agama secara mendalam. Melainkan

berlomba-lomba menguasai media yang ada baik itu,

media sosial maupun media cetak. Oleh karenanya,

santri milenial memiliki kesempatan yang sangat luas

untuk menunjukkan jati diri pemuda muslim yang

berkompeten dalam hal apapun. Bukan malah berlomba-

lomba dalam lingkup rumah sendiri yang senantiasa

menjadi kebanggaan yang nyata.

Bahkan saat ini, semakin disadari bahwa negara

ini butuh sumber daya orang-orang yang beriman,

berkarakter dan berpihak pada kepentingan umat dan

bangsa. Lembaga pendidikan harus bisa membaca

dampak kali ini, yang menjadi sorotan adalah generasi

muda. Dalam hal ini santri yang identik dengan

kepribadian mulia, berilmu dan beramal. Santri yang

menjadi asupan bagi bangsa yang diancam oleh

pemikiran pragmatisme, skularisme, liberalisme,

hedonisme bahkan yang lebih mendalam adalah

radikalisme. Karakter islami setiap santri yang terbentuk

Page 58: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

58

dari pesantren harus didorong dan didukung untuk

berperan aktif dalam menerima persaingan bangsa di

segala penjuru. Karakter santri yang seperti ini

hendaknya dimiliki pula oleh generasi muslim yang lain,

meskipun mereka tidak berkecimpung di pendidikan

pesantren.

Selain persaingan tentang kemajuan ilmu

teknologi, kebanyakan santri milenial ini berlomba-

lomba pada hal kebenaran bukan malah pada hal yang

mencakup kebaikan. Sedangkan hal yang berbau dengan

kebenaran akan berujung dengan perselisian. Hal ini

dapat memicu perpecahan antar santri, baik itu dalam

satu lingkup lembaga pendidikan maupun lingkup yang

lebih luas. Seperti halnya, setiap ada keyakinan atau

ajaran yang berbeda santri satu dengan santri yang

lainnya saling menyalahkan dan membenarkan

pendapatnya masing-masing. Seharusnya dengan

dibantunya ilmu teknologi yang memadai, santri lebih

bisa berfikir luas dan tidak selalu menyalakan pendapat

santri yang lain sehingga bisa menimbulkan konflik yang

berkepanjangan.

Konflik yang berkepanjangan akan lebih

berbahaya bila disampingkan dengan pemikiran

radikalisme negatif. Radikalisme negatif adalah

pemikiran yang mengedepankan kebenaran diri sendiri

dan selalu menyalahkan pendapat yang berbeda

dengannya. Oleh karenanya, hal ini bisa diatasi dengan

Page 59: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

59

santri yang mampu memanfaatkan ilmu teknologi dan

selalu berfikir yang kritis sehingga bisa membedakan

mana yang harus dipertahankan dan yang harus

ditinggalkan.

Dalam teori kepribadian yang dikemukakan oleh

Sigmund Freud yakni, teori Psikoanalisis. Psikoanalisis

dapat diartikan sebagai analisis jiwa, teori ini pertama

kali ditemukan oleh Sigmund Freud pada tahun 1986

yang pada masa itu teori ini merupakan teori baru yang

mengemukakan hal yang merujuk pada perilaku dan

kepribadian manusia. Teori psikoanalisis

mendeskripsikan kepribadian dalam tiga pokok bahasa,

yaitu pertama struktur kepribadian, kedua

perkembangan kepribadian dan ketiga dinamika

kepribadian.

Dengan adanya teori ini bisa dikatakan sebagai

santri harus memiliki pemikiran yang positif. Sehingga

apa yang difikirkan menjadi tindakan yang dilakukan

dengan terstruktur. Setelah itu tindakan yang bersifat

positip akan dilakukan secara istiqomah sehingga bisa

menjadi kebiasan santri itu sendiri. Oleh karenya,

kebiasaan ini menjadi melekat pada diri santri sehingga

bisa menjadikan karakter santri lebih memiliki

kepribadian yang baik. Dengan demikian pemikiran,

tindakan, kebiasaan akan menjadikan akhlak santri

lebih tertata seperti apa yang diajarkan di lembaga

pendidikan masing-masing.

Page 60: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

60

Perbaikan moral santri lebih dimajukan dengan

peningkatan akhlak dalam diri. Karena tingkah laku

yang buruk akan menentukan hasil yang buruk pula,

dan tingkah laku yang baik akan menentukan hasil yang

baik pula. Oleh karenanya, pendidikan yang pertama kali

adalah tentang tingkah laku, sehingga karakter santri

menjadi karakter yang sesuai tuntunan Islam. Dengan

demikian, segala perbuatan akan dinilai dari bagaimana

cara seseorang menyikapinya. Sehingga setiap keyakinan

yang benar akan terbukti dengan kebenaran itu sendiri.

Menulis adalah ungkapan hasil pemikiran yang

merubah menjadi kenyataan, bahkan hal yang abstrak

sekalipun akan menjadi nyata bila ditulis dengan cinta

yang sesungghuhnya.“Markurius Adnan Ilyas”

Page 61: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

61

Bagaimana Hubungan Mainset Seseorang dan

Lingkungan Terhadap Akhlak?

Oleh: Anis Nofitasari

Akhlak, sangat tak asing bagi telinga kita dengan

istilah tersebut. Apa sih akhlak itu? Istilah akhlak

berasal dari kata "khuluk", dalam bahasa Arab memiliki

beberapa arti yaitu watak, kelakuan, tabiat, perangai,

budi pekerti, tingkah laku dan kebiasaan. Menurut Imam

Al Ghazali, akhlak adalah suatu sifat yang tertanam

dalam jiwa seseorang, yang dari sifat tersebut timbul

suatu perbuatan dengan mudah tanpa perlu pemikiran

dan pertimbangan. Atau dengan makna lain, akhlak

merupakan sifat atau budi pekerti yang melekat pada

diri manusia melalui pembiasaan sehingga secara

spontan muncul tanpa pertimbangan.

Akhlak manusia terbagi menjadi 2 yaitu akhlak

terpuji (mahmudah) dan akhlak tercela (madzmumah).

Page 62: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

62

Manusia dalam dirinya memiliki dua potensi, yaitu

potensi berbuat baik dan potensi berbuat buruk. Kedua

potensi itu berada pada kewenangan atau pilihan bagi

setiap manusia, mau berbuat baik ataukah berbuat

buruk tentu sudah terfikirkan prinsip kausalitasnya.

Potensi yang dipilih manusia diibaratkan 2 kutub

magnet yang saling tarik menarik. Tarikan mana yang

diambil adalah sebuah keputusan manusia yang berhasil

mengalahkan tarikan yang lainnya. Ketika ia memilih

potensi berbuat baik ataupun berbuat buruk, sedikit

banyak dipengaruhi oleh pola pikir yang dimiliki.

Sehingga nilai yang didapat pun akan berbeda walaupun

apa yang dilakukan sama.

Orang yang memilih meninggalkan khamr karena

alasan menjaga kesehatan dengan orang yang memilih

meninggalkan khamr karena dorongan keimanan dan

ketaatan kepada Allah tentu berbeda. Kedua perbuatan

itu sama-sama meninggalkan, namun mengandung

qimatul amal (nilai perbuatan) yang berbeda. Pilihan

pertama mengandung qimah materi (kemanfaatan) dan

itu tidak bisa dikatakan akhlak, sedangkan pilihan

kedua mengandung qimah akhlaqiyah dan bisa disebut

akhlak karena bersumber atas dorongan keimanan

kepada Allah swt.

Dari permisalan tersebut dapat kita ketahui bahwa

mainset yang dimiliki seseorang sangatlah penting

karena turut mempengaruhi akhlak pada dirinya. Suatu

Page 63: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

63

perbuatan yang dilakukan didasarkan atas apa yang

dipahami, dan apa yang dipahami tersebut didasarkan

pada pola pikir atau mainset yang dimiliki. Sehingga dari

mainset saja, akan memudahkan untuk

mengklasifikasikan pilihan dan nilai atau tujuan

manusia yang hendak dicapai.

Secara umum, pola pikir (aqliyah) akan membentuk

pola sikap (nafsiyah) dan pola sikap (nafsiyah) akah

membentuk suatu kepribadian (syakhsiyah). Begitupun

dengan seorang muslim, apabila memiliki aqliyah Islam

dan nafsiyah Islam, yang terbentuk secara wajar, akan

menjadikan seorang muslim memiliki syakhsiyah Islam

yang tinggi dan unik.

Selain mainset atau pola pikir, yang mempengaruhi

akhlak yaitu lingkungan. Dimana seseorang tinggal dan

bergaul, sedikit banyak akan berpengaruh terhadap

akhlaknya. Baik mulai dari lingkup keluarga, teman

sebaya, sekolah, dan masyarakat. Dengan siapa ia

bergaul, maka mau tidak mau ia akan mendapatkan dan

merasakan kemanfaatan atau bahkan kerugian yang

turut mempengaruhi akhlaknya.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw. bersabda

yang artinya:

"Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk

ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai

besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu

minyak wangi atau engkau bisa membeli minyak wangi

Page 64: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

64

darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan

bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi

(percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun

tidak, engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak

sedap." (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628)

Hadits tersebut memberikan isyarat bagi seorang

muslim bahwa apabila seseorang bergaul dengan orang

atau teman yang baik, maka akan memperoleh dua

kemungkinan yang mashlahat bagi dirinya yaitu ia akan

menjadi baik atau minimal akan memperoleh kebaikan

atas apa yang dilakukan temannya. Begitupun

sebaliknya, apabila seseorang bergaul dengan orang atau

teman yang buruk, maka ia akan memperoleh dua

kemungkinan pula, yaitu ia akan menjadi buruk atau ia

akan mendapatkan keburukan atas apa yang dilakukan

temannya meskipun ia tidak melakukan suatu

keburukan apapun.

Sebagai seorang muslim, hendaknya memperhatikan

bagaimana dan seperti apa lingkungannya bergaul,

bagaimana ia harus bersikap dan menjaga diri. Karena

Rasulullah saw. telah mengabarkan bahwasanya baik

buruknya akhlak atupun agama seseorang tergantung

dari teman dan lingkungannya.

Rasulullah SAW bersabda yang artinya : "Agama

seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya.

Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman

Page 65: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

65

dekatnya." (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, dishahihkan

oleh Syaikh Al-Albani dalam silsilah Ash-Shahih No. 927)

Selain memiliki mainset yang benar, memilih teman

dan lingkungan bergaul sangatlah penting dan tidak

boleh disepelekan. Karenanya, ibarat magnet yang dapat

menarik, apakah menarik pada kebaikan sehingga

akhlaknya menjadi dan semakin baik, ataukah menarik

pada keburukan sehingga menyebabkan akhlaknya

menjadi buruk.

Mainset yang dimiliki seorang muslim haruslah

benar agar pola sikap dan kepribadian juga benar sesuai

yang dicontohkan Rasulullah saw. Sehingga akhlak yang

dimiliki bernilai pahala di sisi Allah swt. karena

mendapatkan keridoan-Nya. Kebenaran yang hakiki

adalah berdasarkan hukum syara'. Maka pedoman bagi

seorang muslim adalah benar menurut kacamata agama,

bukan hanya manusia. Nilai perbuatannya bernilai baik

atau buruk dapat diketahui apabila telah dikaji terlebih

dahulu melalui ajaran agama Islam, hal itu dilakukan

agar apa yang dilakukan tidaklah sia-sia, namun

berbuah pahala.

Mainset yang benar harus diimbangi dengan

lingkungan yang baik agar tidak terjadi kerancuan dalam

bertindak dan bersikap. Lingkungan akan sangat mudah

mempengaruhi akhlak apabila mainset pada diri

seseorang tidaklah kuat, utamanya adalah lingkungan

Page 66: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

66

yang buruk. Maka, antara mainset dan lingkungan harus

beriringan seimbang agar tercipta kemashlahatan.

Wallahu A'lam Bisshowab.

Bersyukur Menambah Barokah

Oleh: Hayinun Nafsiyah

Manusia Sebagai Makhluk Allah Yang Paling

Sempurna

Allah menciptakan manusia dengan bentuk dan

keadaan yang paling sempurna dibanding dengan

makhluk yang lain. Manusia diciptakan dengan

ketetapan sebagai makhluk sempurna yang mampu

berfikir dan mempunyai kepribadian diri dalam jasmani

dan rohaninya. Kemampuan manusia dalam berfikir

tersebut tentunya berbeda antar manusia yang satu

dengan lainnya. Begitupun dengan keadaan dan nasib

mereka, manusia memiliki arah dan jalan hidup yang

berbeda-beda. Sungguh, Allah adalah Dzat Yang Maha

Kuasa atas segalanya.

Page 67: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

67

Dalam kehidupan sehari-hari, kebutuhan jasmani

dan rohani manusia sama-sama pentingnya. Keduanya

memiliki fungsi yang sama sebagai kebutuhan mendasar

manusia. Bukan hanya mengenai kebutuhan pangan,

sandang, dan papan akan tetapi juga mengenai

kebutuhan rohani atau batinnya. Kebutuhan rohani

meliputi ilmu keagamaan, pengalaman hidup, dan

hubungan sosial antar sesama. Dengan demikian, secara

tidak langsung ilmu keagamaan, pengalaman hidup, dan

hubungan sosial yang terjalin antar sesama menjadi hal

penting yang mampu membentuk kepribadian serta

karakter dalam diri manusia.

Selain beberapa kebutuhan di atas, manusia juga

membutuhkan kebutuhan pendidikan bagi diri mereka.

Pendidikan menjadi hal yang paling penting dalam

pembentukan kepribadian dan karakter. Ilmu

keagamaan, pengalaman, dan hubungan sosial termasuk

dalam satu ruang lingkup dalam pendidikan. Secara

tidak langsung, pendidikan mampu memberikan

pengarahan, suatu pemikiran baru serta ilmu dan bekal

hidup bagi manusia. Hal ini yang menjadi titik tolak

ukur manusia sebagai makhluk Allah yang paling

sempurna, yaitu mampu berfikir dan mempunyai

karakter dan kepribadian baik yang berguna bagi dirinya

sendiri dan orang lain.

Perkembangan yang ada saat ini, menuntut

manusia untuk selalu berfikir secara kreatif dan inovatif

Page 68: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

68

dengan menyesuaikan perkembangan yang ada.

Kebutuhan pendidikan menjadi hal yang paling

diperhatikan. Pendidikan terdiri dari pendidikan formal

dan non formal. Pendidikan formal yaitu pendidikan

dalam kegiatan ruang sekolah mulai dari tingkat dasar

sampai perguruan tinggi. Sedangkan pendidikan non

formal yaitu pendidikan dalam ruang lingkup pondok

pesantren atau madrasah diniyah yang lebih

menekankan pada aspek keagamaan. Keduanya

mempunyai peran yang sama pentingnya dalam bidang

pendidikan, serta saling melengkapi satu sama lain.

Pendidikan formal dan non formal juga dapat

disatukan dalam satu ruang lingkup. Hal ini dapat

diterapkan dengan menyesuaikan keadaan serta

perkembangan dunia modern yang ada. Seperti halnya

pendidikan formal yang mempunyai program full day

school, yaitu dengan pendidikan formal yang dilengkapi

dengan kegiatan mengaji dalam waktu pendidikan

kurang lebih 12 jam atau satu hari. Selain itu juga

banyak sekali pendidikan non formal yang disatukan

dengan pendidikan formal, yaitu dalam pendidikan

pondok pesantren modern dengan memberikan

pelayanan pendidikan formal. Artinya, keduanya bisa

dilakukan dan didapatkan secara bersama-sama dalam

satu ruang lingkup yang justru memudahkan kita untuk

mendapatkan pelayanan pendidikan.

Page 69: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

69

Santri Zaman Millenial dalam Ruang Lingkup Pondok

Pesantren

Istilah “santri” sering kita dengar dan tidak asing

di pendengaran kita. Santri ialah seseorang yang

menuntut ilmu agama Islam dalam ruang lingkup

pondok pesantren. Lebih luas lagi, santri tidak hanya

yang mondok saja, yaitu yang berada di pondok

pesantren saja. Namun, santri ialah seseorang yang

menuntut ilmu agama Islam, entah itu dalam pendidikan

formal, madrasah diniyah atau yang lainnya. Seorang

santri ialah mereka yang menuntut ilmu untuk bekal

masa depan dan di akhirat nanti.

Sesuai perkembangan zaman yang ada, zaman

millenial saat ini atau zaman dimana masa

perkembangan manusia yang lahir tahun 90-an hingga

tahun 2000 menjadi semakin terpusat dan terarah.

Zaman sekarang, dimana perkembangan informasi dan

teknologi harus didukung dan dimanfaatkan dengan

menunjukkan perkembangan pemikiran, peradaban, dan

ilmu pengetahuan sesuai dengan perkembangan zaman

yang ada. Generasi selanjutnya, atau istilahnya generasi

un-millenial atau generasi Z yang lahir diatas tahun

2000 harus lebih mampu menguasai serta memiliki

pemikiran yang lebih luas dan terarah. Dengan

demikian, pendidikan menjadi hal yang paling utama

dalam mendukung perkembangan pola pikir tersebut.

Page 70: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

70

Berbeda dengan zaman dahulu, santri selalu

dikaitkan dengan seseorang yang utun, ndeso, atau

bahkan dianggap kaum bawah. Santri zaman dahulu

sering dianggap remeh dengan keadaan mereka yang

mengutamakan kesederhanaan, dianggap kurang

menjaga kesehatan, kerapian, kebersihan dan

sebagainya. Namun, hal ini menjadi suatu kenyataan

bahwa hal tersebut memang dilakukan oleh beberapa

santri zaman dahulu meskipun juga sampai sekarang

masih dilakukan. Padahal pada kenyataannya, banyak

santri hebat yang justru memberikan jasa dan

pengorbanannya pada negeri kita tercinta ini.

Santri zaman millenial saat ini, harus mampu

menyesuaikan diri mereka dengan perkembangan

informasi dan teknologi yang ada. Mereka harus mampu

memanfaatkan perkembangan zaman yang ada dengan

kegiatan atau perilaku yang bermanfaat, kreatif, dan

inovatif. Seorang santri yang sebagian orang menganggap

sebagai kaum yang kurang diperhatikan, harus mampu

mewujudkan kepada mereka bahwa seorang santri

adalah orang yang hebat, bermartabat dan tentunya

bermanfaat bagi orang lain.

Tidak Ada Alasan Untuk Tidak Bersyukur

Allah menciptakan alam semesta ini dengan

maksud dan tujuan yang sangat mulia. Alam semesta

dan makhluk yang ada akan saling menyatu dan

Page 71: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

71

memiliki timbal balik yang saling berhubungan dan

menguntungkan satu sama lain. Keberadaan alam

semesta beserta makhluk seisinya mampu membuktikan

bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Kuasa atas

segalanya.

Manusia yang diciptakan oleh Allah sebagai

khalifah di bumi ini diperintahkan sebagai seorang

pemimpin baik bagi dirinya sendiri maupun bagi yang

lainnya. Memimpin dalam hal ini yaitu memimpin dalam

hal kebaikan yang tentunya bermanfaat bagi seluruhnya.

Manusia yang paling mulia adalah ia yang senantiasa

bermanfaat bagi orang lain.

Allah memberikan kenikmatan dan karunia-Nya

bagi seluruh makhluk-Nya tanpa terkecuali. Allah

menyediakan semua kebutuhan makhluk-Nya dengan

kecukupan yang melimpah. Namun, semuanya harus

dijalani dengan usaha dan do’a untuk mewujudkannya.

Allah akan senantiasa memberikan apa yang dibutuhkan

manusia sesuai dengan bagaimana mereka yakin dalam

usaha dan do’anya.

Sebagai seorang santri, hal ini patut disyukuri

atas banyaknya nikmat Allah yang telah diberikan.

Mengapa demikian? Seorang santri dikatakan sebagai

orang yang sangat beruntung, ia mendapatkan

kemuliaan tersendiri dalam dirinya. Memang sebagian

orang menganggap santri kurang gaul, ndeso, utun, dan

sebagainya. Namun, kemuliaan tersendiri bagi seorang

Page 72: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

72

santri justru memberikan nikmat yang lebih dari pada

apa yang telah mereka fikirkan.

Bersyukur atas apa yang telah Allah swt. berikan

kepada kita menjadi suatu kemuliaan tersendiri bagi

setiap hamba-Nya. Allah akan memberikan keberkahan

yang berlimpah atas rasa syukur yang ikhlas dari

hamba-Nya. Sebaliknya, kufur nikmat atau tidak mau

mensyukuri nikmat yang ada bagi mereka justru akan

memberikan kemudharatan entah itu dirasakan oleh

mereka atau tidak.

Allah berfirman dalam Q.S Ibrahim ayat 7, yaitu:

وَاِذْ تأَذََّنَ رَبُّكُمْ لئَِنْ شَكَرْتمُْ لََزَِيْدنََّكُمْ وَلئَِنْ كَفَرْتمُْ إِنَّ عَذاَبِيْ لشََدِيْدٌ

Artinya:

“Dan (ingatlah juga), taktala Tuhanmu memaklumkan;

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti akan

menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kami

mengingkari (nikmat-Ku), maka sesengguhnya azab-Ku

sangat pedih”. Q.S Ibrahim ayat 7.”

Dari ayat diatas dapat kita ambil kesimpulan

bahwa Allah akan memberikan nikmat yang lebih kepada

kita apabila kita senantiasa bersyukur atas nikmat yang

telah Allah berikan kepada kita. Ketika kita

mendapatkan ujian atau cobaan, kita tidak mudah

mengeluh. Senantiasa melihat orang yang ada dibawah

kita, tujuannya yaitu agar kita tidak menyepelekkan

nikmat dari Allah kepada kita. Ketika kita pandai

Page 73: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

73

bersyukur, kita akan menyadari bahwa kita adalah orang

yang paling beruntung.

Begitupun juga dengan seorang santri, apa yang

tidak dapat dikatakan kehidupannya sebagai sebuah

kenikmatan? Seorang santri memiliki kemuliaan

tersendiri dibanding dengan yang lainnya. Santri

mendapatkan jaminan pendidikan yang sangat

bermanfaat bagi kehidupan selanjutnya, baik dunia

maupun akhiratnya. Tentunya juga kembali ke dalam

diri kita, bagaimana cara kirta bersyukur, ikhlas, usaha

dan do’a atas semua apa yang kita lakukan di dunia ini.

Selayaknya matahari dan bulan ia akan memancarkan

cahayanya sendiri di waktu yang tepat. Semua orang

akan menemui titik kesuksesannya dalam waktu yang

telah Allah tentukan, jangan bandingkan diri kita dengan

mereka, kita punya kualitas diri masing-masing yang

menentukan arah dan tujuan hidup kita.

Tidak ada alasan untuk tidak mensyukuri atas

nikmat yang Allah berikan kepada kita. Mampu

mengambil sisi yang baik dari suatu ujian atau cobaan

sebagai salah satu cara mensyukuri nikmat Allah.

Memiliki harapan dibalik suatu kegagalan, memilih cara

yang terbaik dalam menyelesaikan masalahnya, dan

yakin sukses dalam mewujudkan karya terbaik sebagai

contoh santri yang memiliki rasa syukur yang ikhlas.

Jangan risaukan nikmat yang belum engkau miliki,

risaukanlah nikmat yang belum engkau syukuri. Sekian.

Page 74: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

74

Lika Liku Perjuangan Santri di Pesantren

Oleh: Irvan Evendi

Tholabul ilmi merupakan sebuah kewajiban bagi

siapapun. Dalam mencari ilmu tidak hanya di dalam

sekolah atau perguruan tinggi, namun bisa juga dengan

kita sesering mungkin membaca buku, atau kitab

kuning. Namun, dalam hal mencari ilmu dimanapun, di

lembaga-lembaga seperti SD/MI, SMP/MTs, SMK/MA,

Perguruan Tinggi, atau di pesantren tentu ada tantangan

atau kesusahan yang berbeda. Memang kendala atau

kesusahan dalam mencari ilmu itu sifatnya subjektif.

Ada sebagian orang yang menilai kesusahan atau

kesulitan dalam mencari ilmu, dijadikan sebuah

penyemangat dalam tholabul ilmi.

Selanjutnya, di dalam bab ini akan membahas

tentang perjuangan seorang santri ketika tholabul ilmi di

sebuah pesantren. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya

bahwa di lembaga manapun tentu mempunyai sebuah

tantangan tersendiri dalam mencari ilmu. Begitu juga

Page 75: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

75

santri di pesantren. Jadi bukan hal yang tidak mungkin

seorang santri tidak memiliki tantangan dalam mencari

ilmu di pesantren.

Hal ini juga dikarenakan latarbelakang seorang

santri yang berbeda – beda. Seperti misalnya, ada

seorang santri yang masuk di lembaga pesantren

sesudah lulus dari SD/MI, dan ada yang masuk di

pesantren ketika lulus dari SMP/MA, dan sebagainya.

Hal ini akan menjadi sebuah tantangan dalam mencari

ilmu di pesantren. Misalnya seorang santri yang masuk

pesantren ketika lulus dari SD/MI, hal ini akan

membuat kesusahan santri tersebut dalam menerima

ajaran – ajaran di pesantren, kecuali santri tersebut

memang mampu, dan memang niat untuk mencari ilmu

di pesantren.

Selain itu, santri yang seringkali meminta

bantuan orang tua ketika di rumah, terkadang akan

menjadi sebuah tantangan tersendiri ketika masuk di

dunia pesantren. Misalnya, ketika di rumah anak

tersebut tidak pernah mencuci baju, atau ketika mandi

selalu memakai air hangat, bisa juga setelah mandi baju

disiapkan orang tua, dan sebagainya. Kenapa hal ini

menjadi sebuah tantangan seorang santri ketika masuk

ke dalam dunia pesantren? Sebab, ketika masuk di

dalam dunia pesantren santri harus bersikap mandiri.

Anak yang sering dimanja oleh orang tuanya, ketika

masuk ke dalam dunia pesantren seringkali gagal ketika

Page 76: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

76

tholabul ilmi di pesantren, kecuali anak tertentu.

Misalnya, anak yang mudah bergaul, anak yang mudah

menyesuaikan diri dan sebagainya.

Selain harus bersikap mandiri, seorang santri

juga harus bisa menerima orang lain atau mempunyai

sikap saling menghormati. Di pesantren, terkadang ada

seorang santri ketika di asrama suka semaunya sendiri.

Misalnya, ada seorang santri yang suka mengolok – olok

temannya. Ada juga seorang santri yang suka jail kepada

santri yang lain. Atau ada seorang santri yang suka

merokok. Meskipun ada santri yang tidak sesuai dengan

kemauan kita, kita juga tidak boleh membenci atau ribut

dengan santri tersebut. Jadi tantangan santri yang tidak

terbiasa dengan apa yang dilakukan oleh santri lain,

harus bisa menerimanya dan itu merupakan tantangan

yang bisa dikatakan susah. Kecuali santri yang

sebagaimana disebutkan diatas. Seperti santri yang

mudah bergaul atau lainnya.

Tantangan lain adalah jauh dari orang tua dan

saudara. Kenapa ini menjadi sebuah tantangan bagi

santri? Orang yang ketika berada di rumah sudah

terbiasa tidur di rumah teman (suka nongkrong dengan

teman – temannya), terkadang main ke rumah temen

sampai berhari – hari, atau orang yang jarang pulang ke

rumah, belum tentu ketika masuk di dunia pesantren

orang tersebut biasa – biasa saja. Bahkan orang yang

mudah bergaul dengan orangpun, belum tentu lulus dari

Page 77: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

77

cobaan ini. Ada sebuah cerita, seorang santri tersebut

memang sering nongkrong dengan teman – teman,

bahkan jarang pulang ke rumah tetapi ketika masuk

pesantren belum ada satu minggu menangis di kamar

mandi karena ingat orang tuanya di rumah. Santri itu

pun ketika ditanya oleh ustadnya kenapa dia menangis

dia hanya bisa menjawab teringat orang tuanya di

rumah. Ketika ditanya lagi memangnya kenapa

orangtuamu? Dia sudah tidak bisa menjawab. Hal ini

terkadang membuat santri tidak betah berlama – lama

berada di pondok pesantren.

Terkadang ada yang namanya kebawa teman

asrama. Terkadang ada teman yang suka bolos sekolah,

merokok, dan sebagainya. Hal seperti ini terkadang juga

membuat sebuah tekanan terhadap santri lain. Karena

kegiatan semacam ini adalah sebuah perilaku yang

menggoda. Terkadang banyak santri yang sejak awal

masuk di pesantren orangnya disiplin, rajin dan

sebagainya terkadang jika bertemu dengan mereka yang

suka bolos, merokok dan sebagainya, terkadang juga

akan terbawa oleh temannya. Hal seperti ini sebenarnya

bisa saja diantisipasi dengan cara lebih menekankan

pada teman yang benar – benar baik. Dengan seperti itu

bisa saja orang tersebut aman dari kebiasaan buruk itu.

Santri yang berada di pondok pesantren

seringkali gagal dikarenakan teman yang sering jail, atau

barang – barangnya sering hilang. Entah budaya atau

Page 78: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

78

tradisi santri seringkali ghosob barang temannya. Istilah

ghosob ialah memakai barang teman namun tidak

meminta izin pemiliknya terlebih dahulu. Misalnya salah

satu santri ingin ke warung sebentar, dia tidak memakai

sendal miliknya sendiri hanya mengambil sembarangan

saja, meskipun itu bukan miliknya. Atau bisa juga

misalnya ada sebuah kegiatan di pondok pesantren,

santri berangkat memakai sandal “swalow” pulang

memakai sandal “new era”. Bisa juga sebagaimana

dijelaskan di atas yaitu baju. Salah satu santri ketika

hendak berangkat mengaji bajunya masih dijemur, lalu

mengambil saja punya teman dan tidak dikembalikan.

Hal semacam ini seringkali terjadi di sebuah pondok

pesantren, dan santri yang seringkali kehilangan barang

juga tidak betah berada di pondok pesantren. Selain itu

banyak santri yang jail dalam bentuk candaan,

terkadang juga membuat santri tidak betah di pesantren.

Masih banyak lainnya yang berkaitan dengan

tantangan – tantangan santri yang harus dilalui seorang

santri. Banyak tekanan batin seperti banyak setoran

yang harus diselesaikan, banyak tugas yang belum

diselesaikan dan sebagainya yang membuat batin santri

tersebut merasa tertekan, sehingga santri tersebut

merasa tidak betah berada di sebuah pesantren.

`Didalam sebuah pondok pesantren biasanya

terdapat sebuah keunikan tersendiri dalam metode

pembelajaran maupun penerapan perilaku yang harus

Page 79: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

79

dimiliki seorang santri. Seperti misalnya di Pondok

Pesantren Al-Fattah, Kikil, Arjosari, Pacitan. Di

pesantren tersebut ada yang namanya ruh pondok

pesantren. Ruh pondok pesantren tersebut berbunyi

keikhlasan, kejujuran, dan perjuangan.

Seorang santri di pesantren tersebut harus

mempunyai tiga ruh pondok pesantren tersebut untuk

menjadi benar–benar seorang santri. Misalnya, di dalam

ruh yang pertama yaitu keikhlasan. Di dalam jiwa

seorang santri harus tertanam sebuah keikhlasan untuk

tahan dan kebal terhadap cobaan hidup yang ada di

pesantren.

Selanjutnya, santri harus mempunyai sifat

kejujuran juga selain keikhlasan. Seorang santri tentu

membaca al-Qur’an, kitab kuning merupakan sebuah

kebiasaan. Namun, sifat subjektif jujur, belum tentu

seorang santri punya. Namun seharusnya salah satu

sifat baik ini haruslah dimiliki oleh seorang santri.

Yang terakhir adalah perjuangan. Perjuangan

disini bisa diartikan sebagai gigih dalam mencari ilmu,

pantang menyerah. Seorang santri yang pelajarannya

tidak bisa dikatakana full day lagi tapi full time

sebagaimana telah saya jelaskan kegiatan santri di atas.

Jadi sifat gigih dalam mencari ilmu oleh seorag santri

harus dimiliki. Sifat inilah yang akan menentukan

keberhasilan seorang santri tersebut.

Page 80: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

80

Aktivis Mahasiswa Saja Tidak Cukup

Oleh : Moh Kholilul Rokhim

Sebelum membahas soal aktivis mahasiswa, kita

perlu memahami terlebih dahulu problematika

mahasiswa. Mahasiswa merupakan seseorang yang tak

lepas dari pendidikan, dan bahkan mahasiswa

merupakan kaum-kaum yang terdidik. Sebagai kaum-

kaum yang terdidik seharusnya pendidikan mampu

membuat mahasiswa lebih dewasa dalam menghadapi

setiap permasalahan. Tetapi melihat kondisi saat ini

apakah pendidikan sudah secara keseluruhan mampu

merubah mahasiswa lebih dewasa dalam menghadapi

sebuah masalah?

Pada kenyataannya saat ini banyak mahasiswa

yang kebingungan ketika mendapat nilai yang jelek dari

seorang dosen, bahkan tak jarang ketika mahasiswa

protes, berkeluh kesah bahkan melakukan proses loby-

loby mendapat nilai yang jelek dari dosennya tanpa

mempertimbangkan kapasitas yang dimilikinya. Hal ini

Page 81: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

81

menunjukan bahwa kapasitas sudah bukan menjadi

sebuah prioritas, melainkan nilai yang diberikan oleh

dosen menjadi tingkat kepuasan mahasiswa meskipun

tak semua mahasiswa seperti itu, tetapi hal tersebut

dapat menjadi indikasi bahwa adanya pergeseran tujuan

pendidikan. Pendidikan yang seharusnya mencerdaskan

dan membuat mahasiswa lebih dewasa dalam menyikapi

permasalahan berubah menjadi nilai yang diberikan

dosenlah sebagai alat ukur kepuasan mahasiswa.

Yang lebih menarik lagi adalah nilai yang

diberikan dosen ini mampu mempengaruhi sisi

psikologis mahasiswa. Ketika dosen memberikan nilai

yang jelek kepada mahasiswa, banyak mahasiswa

merasa tertekan terhadap nilai yang diberikan, bahkan

mungkin dapat menjadikan mahasiswa tidak enak

makan maupun malas melakukan suatu kegiatan,

bahkan yang lebih parah lagi, akibat tekanan nilai jelek

yang diberikan ini akan berdampak terhadap tindakan-

tindakan yang menyimpang seperti mabuk-mabukan,

bahkan membuat mahasiswa putus asa untuk

melanjutkan suatu pendidikan.

Melihat kondisi yang seperti itu, tentunya juga

akan berdampak pada kualitas lulusan yang dicetak oleh

suatu perguruan tinggi. Apakah selama ini lulusan

fakultas hukum paham akan hukum? Apakah selama ini

lulusan fakultas ekonomi paham akan ekonomi? Apakah

selama ini lulusan fakultas pendidikan paham akan

Page 82: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

82

pendidikan? Bahkan berapa persen sarjana yang

berprofesi sesuai jurusannya? Tentunya melihat

permasalahan-permasalahan di atas harus ada

rekonstruksi pemikiran para mahasiswa agar para

mahasiswa sadar dan lebih memperhatikan bagaimana

meningkatkan kapasitas intelektual daripada hanya

sekedar penilaian yang pada kenyataannya nilai yang

diberikan tidak sesuai dengan kapasitas yang dimiliki

oleh mahasiswa tersebut.

Berbicara soal peningkatan kapasitas intelektual

mahasiswa tentunya akan timbul pertanyaan,

bagaimana cara meningkatkan kapasitas intelektual

mahasiswa? Peningkatan kapasitas mahasiswa dapat

dilakukan dengan cara membaca, diskusi dan menulis.

Sebagai mahasiswa, membaca merupakan suatu

keharusan, karena dengan membaca, dapat menambah

pengetahuan serta wawasan, ketika seseorang memiliki

pengetahuan serta wawasan yang luas maka dalam

menerima sebuah informasi maka juga akan lebih

selektif serta memiliki banyak pandangan sehingga

ketika ada informasi yang belum jelas kebenarannya

atau pun dalam menanggapi issu terkini seseorang

tersebut akan lebih bijak menanggapi informasi atau

issu yang beredar di masyarakat.

Selain membaca kegiatan yang dapat dilakukan

untuk mengembangkan kapasitas mahasiswa adalah

berdiskusi. Diskusi ini adalah suatu kegiatan bertukar

Page 83: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

83

pikiran untuk menyelesaikan suatu persoalan, dengan

berdiskusi seseorang akan lebih mendapat banyak

pandangan dalam menanggapi suatu permasalahan.

Selain itu berdiskusi juga akan melatih kemampuan

seseorang dalam beretorika dan menyampaikan

pendapatnya secara sistematis, ketika seseorang

memiliki kemampuan beretorika dengan baik dan dapat

menyampaikan pendapatnya secara sistematis maka

ketika menyampaikan gagasan atau ide-ide yang dimiliki

juga akan mudah dipahami dan diterima oleh seseorang.

Kegiatan selanjutnya selain membaca dan

berdiskusi adalah menulis, banyak seseorang yang

hanya pandai berbicara tetapi tidak memiliki suatu

karya, maka dengan menulis seseorang akan dapat

berkarya dengan menuangkan hasil dari buah

pikirannya. Buah karya dari seseorang dalam bentuk

tulisan juga dapat dibaca oleh banyak orang sehingga

buah dari pikirannya pun juga dapat menjadi sumber

pengetahuan maupun dijadikan sebuah referensi bagi

orang lain. Bahkan dengan melalui sebuah tulisan

seseorang akan dapat terus dikenang karena pemikiran

yang dituangkan menjadi sumber pengetahuan.

Membaca, diskusi dan menulis merupakan suatu

rangkain yang saling berhubungan untuk meningkatkan

kapasitas seseorang terutama untuk mahasiswa, ketika

seseorang hanya menekankan hanya membaca saja

maka seseorang tersebut akan sulit berbagi pengetahuan

Page 84: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

84

kepada orang lain, dan ketika seseorang hanya

menekankan hanya pada diskusi saja maka apa yang

disampaikan kurang begitu dapat dipercaya, karena bisa

jadi yang dibicarakan hanya sebuah opini tanpa ada

tendensi atau dasar yang kuat, dan ketika seseorang

hanya menekankan untuk menulis tanpa membaca dan

diskusi maka dalam menulis seseorang tersebut juga

akan kesulitan menuangkan pemikirannya karena

minimnya pengetahuan dan gagasan yang dimiliki, maka

membaca, diskusi dan menulis merupakan satu

kesatuan yang harus dibutuhkan seseorang terutama

bagi mahasiswa.

Aktivis Sebagai Jawaban Problematika Mahasiswa

Melihat kondisi saat ini, bagaimana cara

membentuk kultur mahasiswa yang gemar membaca,

berdiskusi dan menulis? Salah satu tawaran menjawab

pertanyaan tersebut adalah dengan cara menjadi seorang

aktivis. Ketika mendengar kata aktivis pasti kita

terbayang akan demonstrasi besar-besaran yang terjadi

pada tahun 1998, dimana pada saat itu para aktivis

berhasil melengserkan rezim orde baru.

Aktivis merupakan seseorang yang aktiv dalam

suatu organisasi, baik di dalam kampus maupun di luar

kampus. Aktivis biasanya memiliki kultur suka

membaca, kajian atau diskusi dan menyumbangkan ide-

ide atau sebuah pemikiran melalui sebuah tulisan, dan

Page 85: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

85

tak jarang ketika melihat kondisi suatu pemerintahan

tidak stabil, mereka akan melakukan aksi turun ke

jalan. Tetapi sebelum mereka turun aksi ke jalan para

aktivis akan melakukan suatu kajian tentang kondisi

sosial di sekelilingnya dan menggali informasi-informasi

yang berkaitan setelah dirasa persiapannya sudah cukup

matang kemudian mereka mulai mengumpulkan orang-

orang yang sepemikiran untuk melakukan aksi kejalan.

Tetapi melihat kondisi perkembangan zaman

semakin modern, terutama perkembangan teknologi dan

informasi semakin pesat, para aktivis saat ini lebih

inovatif dalam mengemas ide-ide dan pemikirannya.

Karena tuntutan zaman yang semakin berkembang, para

aktivis tidak hanya dituntut untuk membaca, diskusi

dan turun aksi ke jalan, tetapi para aktivis lebih kreatif

dan inovatif dalam mengemas ide-ide dan pemikirannya

dengan memanfaatkan teknologi dan media informasi.

Melalui teknologi dan media informasi para

aktivis mampu mengedukasi dan menumbuhkan

kesadaran masyarakat akan kondisi sosial yang sedang

terjadi. Contoh kecil dari pemanfaatan teknologi dan

media informasi oleh para aktivis yaitu para aktivis

sering membuat tulisan-tulisan yang kemudian

dipublikasikan lewat blog, website, maupun media-media

lainnya. Para aktivis juga sering membuat video yang

mengedukasi untuk kemudian dipublikasikan lewat

Page 86: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

86

youtube, instagram maupun media-media sosial lainnya

supaya dapat dikonsumsi oleh masyarakat.

Aktivis Saja Tidak Cukup

Menjadi aktivis memang salah satu cara

pengembangan diri untuk seseorang mahasiswa, dengan

menjadi aktivis kita akan mendapatkan banyak

pengalaman, baik dalam sebuah teori maupun dalam

bentuk praktek lapangan. Tetapi yang tak boleh

dilupakan ketika menjadi sebuah aktivis adalah

bagaimana menyeimbangkan antara kebutuhan

intelektual dengan kebutuhan moral dan spiritual.

Kebanyakan para aktivis saat ini lebih mementingkan

kebutuhan intelektual dan mengesampingkan

kebutuhan moral dan spiritual.

Bagaimana menyeimbangkan antara kebutuhan

intelektual dengan kebutuhan moral dan spiritual?

Tawaran yang tepat adalah dengan tidak hanya menjadi

aktivis tetapi juga menjadi seorang santri. Ketika menjadi

aktivis, mungkin kebutuhan intelektual seseorang akan

ditempa agar selalu tercukupi, dan ketika menjadi santri

seseorang akan banyak belajar tentang persoalan moral

dan persoalan spiritual.

Penanaman tentang moral dan spriritual seorang

santri akan lebih banyak ketika seorang santri tersebut

berada disebuah pondok pesantren. Penanaman moral

dan spiritual santri akan lebih matang ketika seseorang

Page 87: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

87

tersebut telah berada dalam sistem pondok pesantren.

Sistem pada pondok pesantren akan menanamkan nilai-

nilai moral dan spiritual seperti bagaimana menghormati

kepada seseorang, bagaimana seseorang dapat hidup

dengan sebuah kesederhanaan, bagaimana seseorang

dapat disiplin dan istiqomah dalam beribadah dan

bagaimana menghormati seorang guru atau yang sering

disebut dengan sikap tawadhu’ terhadap seorang guru

dan masih banyak lagi nilai-nilai moral dan spiritual

yang ditanamkan oleh sistem pondok pesantren kepada

santri-santrinya.

Nilai-nilai moral dan spiritual itulah yang kadang-

kadang sering dilupakan oleh seorang aktivis,

kebanyakan aktivis lebih mementingkan kapasitas

intelektual dan mengesampingkan nilai-nilai moral dan

spiritual, maka dari itu semangat jiwa seorang aktivis

dalam mengembangkan kapasitas intelektual harus

disinergikan dengan semangat jiwa santri dalam

membentuk nilai-nilai moral dan spiritual. Kapasitas

intelektual memang sangat diperlukan tetapi harus

disinergikan dengan nilai moral dan nilai spiritual yang

baik pula.

Kapasitas intelektual akan menjadikan seseorang

menjadi pribadi atau insan yang akademis, moralitas

akan membentuk seseorang menjadi pribadi yang

senantiasa bertanggungjawab dimasyarakat, terutama

bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat yang

Page 88: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

88

adil dan makmur. Sedangkan spiritualitas yang baik

atau dalam arti hablumminallah (hubungan manusia

dengan Tuhannya) dan hablumminannas (hubungan

manusia dengan sesamanya) yang baik akan

menghasilkan seseorang ketika bertindak hanya semata

mengharap ridho Allah swt.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa

menyeimbangkan jiwa aktivis dan jiwa santri sangatlah

penting, seorang aktivis mahasiswa harus dapat

menyeimbangkan antara jiwa aktivis dan jiwa seorang

santri agar menjadi seorang akademis atau insan

akademis yang senantiasa bertanggungjawab atas

terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi

Allah swt.

Page 89: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

89

Ilmu Tak Hanya dari Akademik

Oleh: Lorensa Agustina

Manusia merupakan salah satu makhluk ciptaan

Allah SWT, yang ada di muka bumi ini. Setiap dari

individu telah dibekali oleh-Nya kelebihan dan

kekurangan. Mereka yang cerdas adalah yang mampu

tawadhu’ dengan segala kelebihan yang dimiliki, serta

mampu mensyukuri kekurangan dengan menjadikannya

menjadi sebuah kelebihan. Di Era 4.0 ini, di mana

persaingan dunia kerja semakin ketat, hal yang bisa kita

persiapkan adalah memiliki sebuah kemampuan atau

skill yang berbeda dari lainnya. Dalam hal ini, tentunya

kita tahu dalam lingkup pendidikan perguruan tinggi,

pembelajaran di dalam kelas perkuliahan bisa dikatakan

hanya 30 % ilmu yang dapat kita tangkap. Selebihnya

kita harus mencari 70 % nya, oleh karenanya hal

tersebut menurut aku dapat kita dapatkan melalui ikut

Page 90: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

90

serta dalam organisasi yang ada di perguruan tinggi yang

kita tempati.

Sedikit sebuah cerita, memang dapat dikatakan

sebagian mahasiswa itu memiliki karakter apatis,

dimana mereka tidak mempunyai minat untuk mengikuti

organisasi. Namun, hal tersebut bukanlah sebuah

kesalahan, mereka yang lebih berfokus pada prestasi

akademik tentu mempunyai tujuan tersendiri. Begitupun

mereka yang sedang berada di bangku kuliah dengan

sambil mengikuti organisasi juga memiliki tujuan

tertentu. Sekedar pengalamannya, aku akrab dengan

sapaan Rensa, aku sedang berada di bangku kuliah.

Tepatnya yaitu berada di salah satu universitas di

Tulungagung. Sebuah hobi itu terkadang yang

mengantarkan kita pada proses kesuksesan. Kenapa bisa

seperti itu, menurut aku banyak banget yang pelajaran

yang bisa di ambil dari sebuah mengikuti organisasi.

Dapat kita kupas satu persatu pelajaran yang

dapat kita ambil dari pengalamanku dari mengikuti

organisasi di Perguruan Tinggi. Pertama, kita dapat

belajar tentang public speaking, menurutku public

speaking itu penting banget. Bisa dilihat, pembelajaran

di dalam kelas perkuliahan dalam bentuk persentasi

tentu membutuhkan ilmu yang dinamakan public

speaking. Hal tersebut bagaimana kita dapat memiliki

keberanian untuk berbicara di depan audien, yaitu

teman-teman yang berada di dalam kelas perkuliahan.

Page 91: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

91

Tidak hanya itu, ketepatan penggunaan kata

dalam persentasi di kelas, sangat diperlukan. Sering

banget bukan? Kita sering berbelit-belit dalam

penggunaan kata.

Kedua, dari organisasi aku belajar tentang

keberanian membangun relasi. Beradaptasi tentunya ada

hal penting bagaimana kita dapat mudah bergaul dengan

orang lain, saling bertukar ide atau gagasan, serta

wawasan yang belum tentu kita dapat dari kelas

perkuliahan saja. Dapat dipahami, bahwa semakin kita

dapat membangun relasi yang banyak ilmu yang

mungkin belum kita ketahui bisa kita ketahui. Sesuai

dengan status manusia, manusia merupakan makhluk

sosial, dimana kita tidak dapat hidup sendiri tentunya

kita membutuhkan bantuan sesama. Sangat dikatakan

mustahil jika manusia dikatakan selama hidupnya tidak

membutuhkan bantuan sesama.

Ketiga, aku belajar dari organisasi tentang jiwa

kepemimpinan atau biasa disebut dengan leadership.

Bukankah disebut juga dalam sabda Nabi Muhammad

saw., yang mengatakan “Kullukum Ra’in Wa Kullu Ra’in

Mas’ulun ‘An Ra’iyyatihi”. Dalam hadist tersebut

dikatakan bahwa, setiap individu dari kita adalah

pemimpin, dan tiap-tiap pemimpin akan dimintai

pertanggungjawabanya. Hal yang paling pokok terkait

pembahasan tersebut, bagaimana kita mampu

memimpin diri kita terlebih dahulu. Contoh hal-hal kecil

Page 92: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

92

memimpin diri sendiri yaitu tentang mengarahkan sikap

dalam diri terkait dengan menghargai waktu, bisa

disebut juga tentang kedislipinan. Kedislipinan sangat

penting untuk ditanamkan dalam diri, menurut aku

terkadang seseorang itu semakin bertambah umurnya

makin malas, nah oleh karenanya melalui organisasi

dapat memacu semangat kembali.

Keempat, melalui organisasi menurut aku juga

kita dapat belajar untuk mempersiapkan bagaimana

sikap kita nantinya setelah lulus dari pendidikan yang

sudah ditempuh. Ada ilmu yang bisa kita terapkan

dengan objek masyarakat. Sesungguhnya tempat

kembali yang seutuhnya setelah pendidikan adalah

masyarakat. Terkait dalam hal tersebut, kita tentu harus

berpikir bukan tentang seberapa besar apresiasi

masyarakat kepada diri kita, namun kita berpikir

seberapa besar yang bisa kita berikan kepada mereka.

“Khoirunnas ‘Anfauhum Linnas” pada akhirnya sebaik-

baik manusia adalah manusia yang bermanfaat untuk

lainnya.

Kelima, organisasi menurut aku dapat menjadi

satu tempat refershing dari keseharian jadwal kuliah.

Pada saat ada titik kejenuhan, semangat itu akan

muncul kembali ibaratnya seperti di charge full melalui

kegiatan organisasi. Bagaimana tidak, kita pasti

mendapat tanggungjawab tambahan melalui kegiatan

Page 93: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

93

organisasi. Hal tersebut mampu melatih kita tentunya

untuk tidak menunda-nunda pekerjaan.

Hal-hal yang sudah aku jelaskan di atas adalah

seputar begitu bermanfaatnya ikut serta dalam sebuah

organisasi. Sebuah manfaat tentunya dapat dirasakan

setiap individu yang telah mengikuti sebuah organisasi.

Jangan salah ya, struktur pengurus kelas perkuliahan

juga merupakan wujud dari adanya organisasi.

Bagaimana belajar leadership, public speaking,

kedislipinan dan lainnya. Namun, kita memang benar-

benar harus memastikan terlebih dahulu terkait ranah

organisasi yang benar. Jangan sampai kita mengikuti

sebuah organisasi menyebabkan kita terjun dalam hal

yang ranahnya tidak benar. Kuliah tetap kita jadikan

prioritas, tetapi jika sudah sedang berada di lingkungan

organisasi kita harus totalitas. Jadi dapat dikatakan

segala hal yang positif itu dilakukan secara seimbang

serta tanpa adanya rasa beban dalam diri.

Page 94: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

94

Mahasiswa Bukan Makhluk Hedonis

Oleh : Safira Nurul Kifayah

Pendidikan dalam kehidupan manusia adalah

seperti dua pasang sandal yang mana tidak akan

berguna apabila tidak ada sepasang. Hal ini dapat kita

buktikan bahwa dalam segala aspek kehidupan manusia

pasti menggunakan pendidikan seperti dalam hal

berbicara, berinteraksi dengan masyarakat luas yang

mana harus memperoleh bimbingan terlebih dahulu

sejak dini agar dapat berbicara dan berinteraksi yang

baik dengan masyarakat. Berbicara tentang pendidikan

ada beberapa faktor yang membuat pendidikan

dikatakan berhasil diantaranya adalah menurut para

ulama' bahwa dalam mencari ilmu seoorang pelajar

harus memiliki sifat qana'ah atau menerima apa adanya,

mensyukuri setiap pemberian dari Tuhan Yang Maha

Esa.

Page 95: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

95

Hedonisme sendiri menurut KBBI adalah

pandangan yang menganggap bahwa kesenangan adalah

tujuan utama dari kehidupan. Hedonis merupakan sifat

berlebih-lebihan. Dalam proses mencari ilmu yang ada di

pesantren diajarkan bahwasanya seorang santri tidak

boleh memiliki sifat hedonis, oleh karena itu hingga saat

ini pesantren terkenal dengan ke sederhanaannya.

Santri yang hidup di kalangan masyarakat menengah

atas pun ketika memasuki pesantren menjadi seorang

yang sederhana. Hal ini mengajarkan kepada santri

bahwasanya sekecil apapun nikmat pemberian dari Allah

harus diterima dan disyukuri karena masih banyak

diluar sana yang lebih memiliki banyak kekurangan dari

pada mereka.

Selain itu, sifat sederhana yang ada di pesantren

mengajarkan kepada santrinya agar kelak ketika para

santri sudah keluar dari pesantren dapat menerapkan

kesederhanaannya guna melatih mental para santri

untuk selalu menjaga nikmat dari Allah dan senantiasa

bersyukur. Sifat hedonis merupakan perilaku yang

dibenci oleh Allah swt., hal ini dijelaskan dalam suatu

hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori:

رْهَمِ وَالْقَطِيفةَِ وَالْخَمِيصَةِ ، إِنْ أعُْطِىَ رَضِىَ ، وَإِنْ لمَْ يعُْطَ لمَْ يَرْ يناَرِ وَالد ِ «ضَ تعَِسَ عَبْدُ الد ِ

“Celakalah hamba dinar, hamba dirham, hamba

pakaian dan hamba mode. Jika diberi, ia ridho.

Namun jika tidak diberi, iapun tidak ridho”. (HR.

Bukhori No. 6435)

Page 96: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

96

Dalam hadist diatas disebutkan bahwa sifat

berlebih-lebihan merupakan hal yang tidak disenangi

oleh setan dan dibenci oleh Allah swt. Sudah jelas bahwa

segala sesuatu yang dibenci Allah swt. dan disenangi

setan akan berhadiahkan neraka kelak di hari akhir oleh

karena itu sebagai manusia yang percaya akan agama

Islam sudah seharusnya menjauhi sifat hedonis atau

berlebih-lebihan.

Ibadah pun jika dikerjakan secara berlebih-

lebihan juga tidak baik, semisal saja sholat fardhu

shubuh yang seharusnya dua rokaat kemudian dengan

sengaja melebihkan menjadi tiga rokaat pun juga tidak

baik. Dalam Kitab Riyadhus Sholihin menjelaskan bahwa

pada waktu puasa tidur memang terhitung sebagai

ibadah namun, jika terlalu lama tidur hingga lupa akan

kewajiban pun juga tidak baik.

Nabi Muhammad saw. merupakan uswatun

khasanah bagi umatnya, selain seorang pemimpin yang

bijaksana Nabi Muhammad saw. juga merupakan

seorang pemimpin yang jauh dari kata mewah.

Kehidupan Nabi Muhammad saw. selalu berada dalam

taraf sederhana sekalipun beliau memiliki istri yang kaya

raya yaitu Siti Khodijah ra. Sehingga pada suatu riwayat

menyebutkan bahwa Nabi Muhammad saw. ketika

meninggal tidak meninggalkan sepeserpun harta

melainkan ilmu yang ditinggalkan. Hal ini mencerminkan

Page 97: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

97

bahwa kehidupan Nabi Muhammad saw. selama masa

hidupnya jauh dari harta yang berlimpah.

Kesederhanaan Nabi Muhammad saw. semasa

hidupnya tidak membuat Nabi Muhammad menjadi

hamba yang benci akan Allah, dengan kesederhanaan

Nabi Muhammad saw. beliau selalu menyisihkan

hartanya untuk bersedekah hingga suatu ketika Nabi

Muhammad saw. sedang berduduk santai dirumahnya

untuk menunggu adzan Maghrib yang saat itu Nabi

Muhammad saw. sedang berpuasa kemudian terdengar

suara ketukan pintu, kemudian dibukalah pintu

rumahnya oleh salah satu putri Nabi Muhammad saw.

ternyata ada seorang pengemis yang meminta makanan

kemudian oleh Nabi Muhammad saw. diberikan sepotong

roti. Padahal pada saat itu kondisi di kediaman Nabi

Muhammad saw. hanya tersisa tiga potong roti saja yang

akan dimakan oleh Nabi Muhammad saw. dengan putri

di rumahnya. Namun, sebelum berbuka roti tersebut

hampir habis karena kedatangan pengemis dan Nabi

Muhammad saw. pun tidak merasa kekurangan atas

makanan yang telah diberikan kepada pengemis itu tadi.

Selang beberapa waktu pada sore itu juga datang

lagi seorang pengemis yang kelaparan kemudian oleh

Nabi Muhammad saw. diberikan lagi sepotong rotinya.

Kejadian ini berulang sebanyak tiga kali dalam satu hari

tersebut. Dengan adanya kejadian tersebut tidak

membuat Nabi Muhammad saw. merasa kekurangan

Page 98: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

98

malah bertambah nikmat yang Allah swt. berikan kepada

Nabi Muhammad saw.

Dari kisah Nabi Muhammad saw. tersebut banyak

sekali ibrah yang dapat dipetik antara lain selalu

bersyukur ketika diberi nikmat oleh Allah swt., ringan

tangan dalam artian gemar bersedekah dan membantu

orang lain, dan juga ikhlas ketika beramal. Ketika ketiga

hal tersebut diterapkan dalam kehidupan manusia

khususnya pada kalangan santri dan mahasiswa maka

akan terhindar dari sifat hedonis.

Sifat hedonis ada karena beberapa faktor antara

lain faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal

dari hedonisme yang ada pada diri manusia adalah rasa

tidak puas memang sudah menjadi sifat manusiawi,

Namun, alangkah baiknya adalah manusia dapat

mengontrol rasa tidak puas itu. Sedangkan faktor

eksternal nya adalah lingkungan, lingkungan sangat

memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap

kehidupan seseorang, adanya globalisasi yang semakin

berkembang hal ini menyebabkan masyarakat Indonesia

menjadi masyarakat yang konsumtif.

Mahasiswa yang mayoritas merupakan anak

rantau jauh dari orang tua memaksanya untuk menjadi

manusia mandiri, serba sendiri bahkan dalam

pengelolaan uang pun harus sendiri. Pandai dalam

mengatur keuangan adalah tugas wajib seorang

mahasiswa apabila ia tidak mau kekurangan, dengan

Page 99: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

99

memanajemen uang maka uang dari orang tua tidak

akan terbuang sia-sia. Selain itu, alangkah baiknya jika

beberapa uang disisihkan sebagai tabungan guna untuk

ketika ada kebutuhan mendadak. Menahan nafsu untuk

menjadi konsumtif adalah hal terpenting dalam jiwa

mahasiswa. Beberapa tips untuk mahasiswa dalam

mengelola keuangan agar tidak boros.:

1. Buat data pengeluaran primer terlebih dahulu. Agar

ketika beli kebutuhan sehari hari tidak membludak

dan lebih termanajemen.

2. Sisihkan uang untuk kebutuhan primer, seperti

peralatan mandi, sabun cuci baju, dan lain

sebagainya.

3. Buat jatah jajan perhari, atau uang jatah makan.

4. Sisihkan uang untuk menabung. Semisal setiap ada

uang pecahan dua ribu rupiah langsung

ditabungkan atau ditarget setiap hari menabung

dua ribu rupiah.

5. Tahan hawa nafsu untuk membeli sesuatu yang

belum dibutuhkan.

6. Sisihkan juga untuk bersedekah. Karena hakikatnya

bersedekah tidak akan mengurangi harta seseorang,

Allah sudah berjanji kepada hambanya bahwa akan

melipat gandakan harta hambanya yang mau

bersedekah.

Semoga tips diatas dapat berguna bagi kita semua.

Dan semoga kita dijauhkan dari sifat hedonis.

Page 100: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

100

Dibalik Makna Iqra’

Oleh: Zainul Musthofa

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan

seseorang untuk mendapatkan ilmu baru yang belum ia

dapatkan, sehingga dengan membaca kita pasti akan

mendapatkan ilmu pengetahuan yang baru dan dapat

menambah wawasan kita mengenai berkembangnya

iptek sekarang ini. Membaca juga merupakan salah satu

ciri dari seseorang yang sukses. Membaca merupakan

suatu hal yang harus selalu dilakukan oleh setiap orang,

bahkan wahyu pertama kali yang turun dari kitab suci

al-quran adalah kata “iqro” yang berarti “bacalah”, hal

tersebut menunjukkan betapa pentingnya membaca

pada kehidupan manusia ini.

Setiap orang diwajibkan sekali harus bisa

membaca, kenapa karena membaca akan membawa

pembaca menjadi orang yang bermanfaat bagi dirinya

sendiri dan orang lain. Jadi saat kecil kita sudah diajari

membaca ketika sekolah di tk, sungguh jasa dari seorang

guru taman pendidikan kanak-kanak sangat

Page 101: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

101

berkontribusi besar dalam mengajarkan dan mencetak

generasi bangsa yang dapat membaca. Tak lupa pula

guru TPQ yang mengajarkan kita mulai dari a, ba, ta

sampai ya sehingga kita dapat membaca kitab suci Al-

Quran dengan baik dan benar. Begitu mulianya jasa

guru bagi generasi bangsa ini.

Bacaan apa sajakah yang perlu kita baca?

tentunya pertanyaan tersebut selalu muncul dibenak

kita, menurut saya semua jenis buku, koran, majalah,

ataupun yang mengandung ilmu pengetahuan perlu

sekali kita baca, sehingga kita dapat memanfaatkan

waktu luang kita untuk membaca, khususnya untuk

membaca kitab suci Al-Quran, karena disamping kita

mendapat pahala kita juga dapat mengambil hikmah dari

kitab suci Al-Quran tersebut dan dapat mengamalkan

ajarannya pada kehidupan sehari-hari.

Santri merupakan seseorang yang selalu menjadi

pelopor dalam melakukan kebaikan. Santri bukan saja

orang yang tinggal di pondok pesantren saja, melainkan

setiap orang yang selalu haus akan ilmu pengetahuan

juga dapat dikatakan sebagai santri. Santri pasti

kesehariannya adalah belajar, belajar, dan belajar,

sehingga mereka tak punya banyak waktu yang ia

gunakan untuk selain belajar dan salah satu belajar

yang ia lakukan adalah membaca kitab kuning,

membaca kitab suci Al-Quran dan sejenisnya. Kehadiran

Page 102: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

102

santri pada zaman sekarang ini tentunya sangat

diharapkan bagi semua masyarakat.

Saya merupakan salah satu santri dari Pondok

Pesantren al Hikmah Melathen, Kalangbret, Kauman,

Tulungagung. Saya mulai mondok setelah lulus dari

Sekolah Dasar Negeri 1 Tiudan. Hal tersebut saya

lakukan karena pada waktu kecil saya sering berbuat

jelek dan bahkan sampai meninggalkan sholat, dan salah

satu tujuan dari saya mondok disana adalah supaya

saya dapat menjadi seseorang yang lebih baik lagi dari

sebelumnya dan dapat bermanfaat bagi sesama.

Awal mula disana saya merasa sangat sedih

sekali, bahkan sampai menangis di kamar. Iya maklum

karena merasa jauh dari kedua orang tua dan teman-

teman yang ada di rumah. Namun lama kelamaan, saya

betah disini, dan sudah saya anggap sebagai rumah

kedua saya yang paling indah yang pernah saya tempati.

Sebelum saya mondok saya itu kesukaan saya bermain

sepak bola, bermain ps dan sejenisnya, sehingga saya

sampai lupa melaksanakan perintah dan kewajiban

untuk beribadah kepada Allah swt.

Suatu ketika saat saya bermain play station

bersama teman, itu saya berangkat sekitar jam 6 pagi ya

maklum lah saat itu liburan sekolah tiba, sehingga saya

memanfaatkan waktu sepagi mungkin untuk bersenang-

senang. Disana saya pernah sampai maghrib dan dicari-

Page 103: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

103

cari orang tua saya kemana-mana lalu saya dimarahi

dan tidak boleh mengulanginya lagi.

Pondok pesantren merupakan salah satu tempat

peninggalan sejarah yang sangat penting bagi umat

manusia sekarang ini. Karena disitu, kita dapat

mempelajari berbagai kajian agama Islam, seperti kitab

kuning, nahwu-shorof, fiqih dan lainnya. Tak lupa pula

disana juga diajarkan bagaimana arti kebersamaan,

kedisiplinan, dan kekompakan antar santri, sehingga

terjalin ukhuwah yang saling erat antar santri. Disana

juga diajarkan bagaimana arti hemat yang sesungguhnya

seperti makan dengan lauk seadanya, masak sendiri dan

memanfaatkan bekal yang diberikan oleh orang tua

dengan seperlunya saja.

Pertama kali disana pernah saat cuci baju itu

dicucikan ayah saya, setelah itu saya bisa mencuci baju

sendiri. Saat masak pertama kali, saya juga bingung

bagaimana cara memasak itu, dan beruntung saya

bertemu teman saya yang ahli dalam hal masak-

memasak, sehingga saya dapat memasak sendiri. Untuk

lauk biasanya saya beli matang itu di pasar, karena

pondok saya dekat pasar, dan kadang juga masak mie

goreng, nasi goreng dan sejenisnya, pokoknya seru sekali

indahnya mondok itu. Bagi kamu yang belum mondok

segera mondok ya, mondok itu keren lho.

Alhamdulillah, setelah beberapa waktu kemudian,

seiring berjalannya waktu saya sudah tamat dan lulus

Page 104: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

104

dari pondok tersebut, dan alhamdulillah sekarang

mendapat tugas amanat untuk berkhidmah di pondok

ini yaitu dengan cara mengajar santri-santri. Sungguh

sangat senang sekali saya dengan amanat tersebut.

Ternyata menjadi seorang guru itu mudah ya, kita dapat

berbagi cerita, berbagi ilmu, dan berbahagia bersama di

dalam kelas. Namun untuk menjadi guru, diperlukan

usaha yang sangat luar biasa hebat, dan menurut saya

profesi yang paling mulia adalah menjadi seorang guru.

Kata dosen saya ada sesuatu hal yang sangat indah jika

sudah menjadi seorang guru, yaitu disamping

memperoleh gaji, kita juga dapat berusaha

memperjuangkan generasi bangsa supaya menjadi

generasi yang beriman, berilmu, bertaqwa dan

berakhlaqul karimah.

Guru merupakan seseorang yang sangat terpuji,

ia laksana sebagai penerang dalam kegelapan yang selalu

menyinari muridnya dengan berbagai ilmu yang ia miliki

seperti matahari yang selalu setia menyinari bumi hingga

hari kiamat nanti. Guru juga harus memperbanyak

wawasan dengan membaca berbagai ilmu dan buku

supaya dapat selalu memberi motivasi kepada muridnya

rajin membaca buku. Betapa pentingnya membaca

sehingga dengan membaca kita dapat menaklukan dunia

dan mencapai kebahagiaan dan kesuksesan yang sejati.

Membaca sangat digemari di kalangan santri,

karena dengan membaca ia akan tahu banyak hal,

Page 105: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

105

semakin banyak apa yang ia baca maka semakin banyak

pula apa yang belum diketahuinya. Jadi tetap semangat

membaca, meskipun dalam kondisi apapun, dimanapun

dan kapanpun. Tidak ada kerugian sedikit pun jika anda

menghabiskan banyak waktumu untuk membaca,

khususnya membaca kitab suci al-Quran. Gapai cita-

citamu dengan banyak membaca, jangan pernah bosan

untuk membaca, jangan sia-siakan kesempatanmu

untuk membaca, karena di luar sana masih banyak

orang yang belum bisa membaca seperti kita. Jangan

malu jika kamu dimintai tolong untuk memberikan dan

mengajari orang yang belum bisa membaca, membacalah

maka dunia akan mudah kau genggam. Jangan lupa

selalu doakan semua gurumu yang sudah

membimbingmu sampai kamu dapat hebat seperti ini.

Jangan lupa saat Hari Raya Idul Fitri tiba, sempatkanlah

waktumu untuk bersilaturrahim kepada mereka, supaya

mereka dapat merasakan kebahagiaan juga, dapat

menciptakan generasi istimewa untuk kemajuan bangsa

ini. Waktu liburan juga sempatkanlah mengunjungi

mereka dengan membawa oleh-oleh secukupnya sebagai

tanda terima kasihmu kepada merekam yang telah

berjasa dalam kehidupanmu. Selamat berproses dan

menikmati kesibukanmu dengan membaca. Ciptakan

Generasi Indonesia Gemar Membaca. Semangat

Membaca ya. Semoga Sukses. Aamiin.

Page 106: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

106

Cintai Lingkungan

Oleh: Muhammad Ainun Najib

Setiap pagi hari pukul 07.00 WIB merupakan sebuah

waktu yang dianggap sakral oleh santriwan dan

santriwati. Waktu tersebut adalah waktu dimana santri

masuk dalam kelas untuk mendapatkan pengajaran

mengenai ilmu-ilmu keagamaan. Ada yang berfokus pada

Madrasah Diniyah, pembahasan mengenai Bimbingan

Tilawatul Al-Quran, ada pula yang berfokus pada Seni

Baca Al-Quran. Masing – masing santri dapat mengikuti

pembelajaran dan menyesuaikan pada kemampuan yang

dimiliki.

Proses pembelajaran berlangsung selama dua

semester, artinya waktu tersebut bukanlah waktu yang

singkat untuk belajar mengenai ilmu agama. Pada

pembelajaran ini saya mengambil di pembelajaran

Bimbingan Tilawatul Quran. Sebenarnya dalam

penyeleksian saya sudah dikasih pilihan untuk memilih

Page 107: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

107

diantara ketiga pilihan tersebut tetapi oleh ustadznya

tidak dikasih informasi yang lebih mengenai masing-

masing pilihan sehingga saya memutuskan untuk

memilih Bimbingan Tilawatul Al-Quran tersebut.

Ternyata dalam pembelajarannya saya sudah bisa dan

mengerti mengenai pembahasan dan pembelajarannya

sehingga saya sendiri merasa kurang manteb dengan

pilihan saya, akhirnya saya dan teman pergi ke kantor

gedung Pascasarjana untuk meminta perizinan mengenai

perpindahan pilihan tersebut. Proses berlangsung

kurang lebih 20 menit dan akhirnya diizinkan untuk

pindah ke Seni Baca Al-Quran. Setelah itu saya pun

langsung masuk ke kelas yang telah ditentukan dan

menghadap penanggungjawab dari kelas tersebut untuk

mengikuti pembelajarannya. Setelah diterima dan

disetujui mulai hari itu sampai dengan lulus akhirnya

berada di kelas tersebut dan pembelajarannya saya suka

serta ada pengetahuan baru dalam pembelajaran

tersebut.

Hari demi hari berlalu, banyak canda tawa dalam

kelas mulai dari ustadz bercerita tentang guru-guru

besar dalam pembelajaran Seni Baca Al-Quran, fadhilah

mempelajari Al-Quran, sampai dengan pengalaman

ustadz dalam mengikuti lomba-lomba Seni Baca Al-

Quran. Santri-santri merasakan kenyamanan dan

kebersamaan dalam kelas sehingga pembelajaranpun

berjalan dengan lancar dan kondusif. Meskipun ada

Page 108: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

108

beberapa diantara anggota di kelas yang masih banyak

bolos, tidak mengikuti pembelajaran, sampai dengan

masuk kelas ketika hanya ujian. Yang jelas dalam kelas

tersebut tercipta rasa kekeluargaan yang erat.

Pada hari tertentu saya berangkat agak siang, karena

di kos sendiri antrian mandi juga sedikit lama sehingga

menghambat saya dalam belajar mengaji. Pagi sebelum

saya berangkat hujan turun lebat, disertai sedikit angin

yang mengiringi hujan dan suasana di pagi hari itu

sedikit kacau. Setelah reda saya pun keluar dari kamar

menuju kamar mandi, betapa terkejutnya genangan air

yang banyak di sekitar kamar mandi yang tersumbat

oleh sampah sehingga tidak bisa mengalir. Tanpa pikir

panjang saya langsung mencari pusat dari lubang yang

tersumbat tersebut dan alhamdulillah akhirnya

genangan sedikit demi sedikit dapat berkurang dan bisa

mengalir. Saya teringat sejenak dengan dawuh pak

ustadz tentang kalimat annadhofatu minal iman. Apakah

seperti ini jadinya bila kebersihan lingkungan tidak

dipedulikan oleh orang – orang, dalam hal kecil bisa

terjadi demikian mungkin lain hari bisa terjadi yang lebih

besar seperti banjir ataupun sesuatu hal yang lebih

mengerikan. Setelah genangan air berkurang semakin

banyak lalu saya segera mandi dan berangkat ke

kampus karena dirasa agak siang dan sepertinya sudah

terlambat untuk mengikuti pembelajaran kajian

keagamaan.

Page 109: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

109

Jelang beberapa bulan kemudian terjadi pohon besar

tumbang yang disertai angin dan hujan sangat lebat. Hal

tersebut sedikit menggangu santri santri dalam

berangkat mengikuti kajian keagamaan. Dalam peristiwa

ini saya tidak andil mengikuti evakuasi karena saya

dalam perjalanan sudah terjadi peristiwa tersebut

sehingga saya tidak tahu persis kejadiannya seperti apa,

yang saya ketahui hanya sisa sisa puing-puing yang

belum disingkirkan. Namun dalam hati kecil saya

berbisik apakah alam dan lingkungan sudah tidak

bersahabat dengan kita sehingga hal-hal tersebut bisa

terjadi ataukah itu bentuk protes alam untuk selalu

peduli dan cinta lingkungan. Saya pun juga tidak tahu

yang pasti seperti apa, yang jelas kita harus peduli

terhadap lingkungan karena hal tersebut akan

berpengaruh pada kehidupan kita sendiri.

Dari kejadian tersebut dapat saya ambil pelajaran

bahwa cinta dan peduli terhadap lingkungan adalah hal

yang utama yang harus kita galakkan. Menjaga

kebersihan dalam madrasah termasuk juga wujud dari

cinta terhadap lingkungan baik kebersihan di

lingkungan, kebersihan di kamar mandi ataupun segala

bentuk yang mengacu pada kebersihan, selain itu santri

juga dapat melakukan kegiatan dalam bentuk cinta

lingkungan dengan membuat taman di sekitar madrasah

yang nantinya dapat dijadikan daerah resapan air, bisa

juga melakukan reboisasi kecil-kecilan di daerah

Page 110: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

110

madrasah yang kiranya luas dan masih sepi tanaman.

Intinya kita dapat melakukan segala bentuk aktivitas

yang posifit dan berguna dalam mendukung dan

memberikan manfaat kepada diri kita sendiri dan

lingkungan di sekitar kita.

Teknologi Yes, Hoax No, Prestasi Oke

Oleh: Anggi Novita

Pagi yang cerah di kampus hari ini. Pemandangan

mahasiswa yang lalu lalang dengan gadget yang tak

lepas dari tangannya, pertanda disitu merupakan

lingkungan orang-orang modern dan berilmu.

Perkenalkan sobat, namaku Anggi Nov, aku juga salah

satu mahasiswa yang ada di kampus modern nan

terkenal ini. Di kampus ku teknologi merajalela terlepas

dari zaman 4.0 saat ini. Apapun yang dilakukan

mahasiswa dan dosen sudah terarah ke teknologi dan

media sosial. Terlepas semua itu, kami sebagai

mahasiswa Universitas Islam tidak meninggalkan

Page 111: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

111

kaidah-kaidah ke-santri-an karena kampus kami

berbasis kampus Islam dan peradaban. Semua

mahasiwa, dosen, termasuk karyawan dan OB

menggunakan pakaian yang rapi, sopan, dan tentunya

menutup aurat.

Kampus sebagai ajang pendidikan tertinggi yang

ada, membuat mahasiswanya mau tidak mau harus

mengikuti perkembangan zaman yang sudah aku

jelaskan di atas. Kami harus pintar-pintar untuk

memanfaatkan teknologi untuk membantu dalam

pembelajaran dan studi penelitian. Diantaranya:

Lift

Lift merupakan alat yang bisa memindahkan orang

maupun barang dari lantai bawah ke lantai atas ataupun

sebaliknya dengan menggunakan teknologi yang sudah

di rancang sebagaimana mestinya. Lift ini di rancang

seperti ruangan yang di dalamnya muat 7-10 orang serta

di lengkapi dengan pintu di setiap lantainya. Lift ini

berguna untuk warga kampus yang akan naik ke lantai 2

ke atas. Ada 2 pintu di setiap gedung yang ada di

kampus kami. Selain untuk mempermudah akses

menuju ke kelas yang berada di lantai atas, kami

diajarkan untuk tertib dan pastinya sabar. Mahasiswa

dan dosen mengantri dengan tertib ketika akan masuk

ke dalam lift tersebut. Menggunakan fasilitas

sebagaimana mestinya itulah hal yang selalu di himbau

Page 112: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

112

untuk warga kampus demi lancarnya kegiatan belajar-

mengajar. Di dalam lift juga di lengkapi dengan lampu,

kaca, serta tombol ketika terjadi sesuatu di dalam lift

seperti kemacetan dan lain sebagainya. Akan tetapi,

tatkala listrik padam tentunya lift tidak digunakan

secara total, dan kami harus berupaya untuk menuju

kelas atas dengan menggunakan tangga manual yang

ada.

Peminjaman Digital

Perpustakaan kami juga menggunakan teknologi IT

untuk meminjam dan mengembalikan buku. Di sini

Mahasiswa diwajibkan untuk memiliki kartu perpus.

Kartu tersebut digunakan tatkala kami masuk ke dalam

perpustakaan, meminjam, serta mengembalikan buku.

Sistem pemijaman dengan cara peminjaman mandiri,

dengan cara me-nyecan kartu ID perpus dan

memasukkan kode buku yang telah tertera di cover

bukunya. Dengan cara ini tidak ada kekeliruan di dalam

meminjam dan mengembalikan buku, karena satu

mahasiswa mempunyai ID dan password yang berbeda-

beda. Hiruk pikuk perpustakaan selalu nampak setiap

saat. Pemandangan mahasiswa dan dosen yang lalu

lalang guna meminjam buku atau sekedar membaca

buku serta para petugas perpustakaan yang nampak

serius dengan pekerjaannya bisa kita temukan setiap

saat.

Page 113: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

113

Edmodo

Aplikasi yang baru-baru ini muncul dan dipakai

untuk interaksi antara mahasiswa dan dosen. Kami

dengan leluasa untuk bertanya dan memberikan

pendapat. Dosen juga menilai keaktifan kami yang ada di

edmodo. Sekedar informasi bahkan soal ulangan pun

bisa di share oleh dosen di aplikasi ini. Mudah bukan..

Sangat mudah, tentunya kita harus mempunyai modal

hp android dan paket data ketika wifi tidak ada di sekitar

kita.

SIAKAD dan Web Kampus

Siakad merupakan link untuk kita mengetahui

nilai kita pada akhir semester. Efektif dan efisien ketika

kita berada pada jarak yang jauh dan memudahkan

dosen untuk menginput nilai mahasiswanya. Siakad

tersebut juga berfungsi untuk memilih mata kuliah pada

semester berikutnya. Seperti edmodo, karena ini

merupakan aplikasi maka hp kita harus menyambung

dengan sinya wifi ataupun paket data. Untuk masuk di

akun kita, programmer dari kampus sudah menyiapkan

password ID dan setiap mahasiswa mempunyai sendiri,

serta bisa juga di gantikannya dengan NIM dan tanggal

lahir supaya mudah untuk mengingatnya. Selain siakad,

pihak kampus juga memberikan kolom penilaian untuk

fasilitas yang ada sampai kinerja para dosennya. Di situ

Page 114: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

114

kita bisa memberikan penilaian sesuai fakta yang ada,

dan dari situ bisa digunakan sebagai evaluasi untuk

dosen serta karyawan nya.

Ada lagi, untuk mahasiswa baru juga diberikan

pelayanan untuk mendaftarkan secara online dengan link

yang sudah ditentukan. Semua informasi kampus juga

sudah tersedia di dalam link / web kampus. Mulai dari

daftar mahasiswa baru, tanggal tes masuk, sampai

pengumuman-pengumuman yang lain yang berkaitan

dengan kampus dan mahasiswa. Seperti contoh, ketika

kampus akan mengadakan event Hari Santri Nasional,

kita bisa mengetahui syarat dan ketentuannya di web

resminya kampus. Tanggal akademik, serta

pengumuman pembayaran ukt juga di share di web

tersebut.

Nah, banyak sekali kan manfaat dari teknologi dan

media sosial pada saat ini khususnya di kampus. Tinggal

kita harus bisa menggunakannya dengan baik sehingga

apa yang kita butuhkan bisa tercapai dan bisa

menunjang kegiatan belajar mengajar di kampus.

Oh iya sobat, tak terasa aku sudah waktunya

masuk kelas nih, aku masuk dulu ya. Pelajaran hari ini

adalah Bahasa Indonesia, ya aku sangat suka pelajaran

tersebut. Pada hari ini kami akan membahas tentang

berita hoax yang marak di media sosial. Ya, lagi-lagi

media sosial lah yang menjadi sarana untuk

menyebarkan berita tersebut. Pak dosen selalu berpesan

Page 115: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

115

bahwa kita sebagai mahasiswa dan sebagai agen of

change harus bisa memilah dan memilih berita mana

yang itu benar adanya dan berita hoax. Apalagi ketika

ada event pemilu raya, harus selalu waspada dengan

berita yang menjatuhkan salah satu pihak paslon.

Karena di sini di negeri kita ini merupakan Negara yang

demokratis dan menjunjung tinggi asas luber jurdil.

Belum lagi yang marak saat ini adalah aliran-aliran

agama yang tidak sesuai dengan Negara kita sangat

mudah masuk dan menyebarkan syiarnya lewat media

sosial, kita harus lebih berhati-hati lagi ya. Hoax-hoax ini

akan terhenti ketika semua orang sadar akan kegunaan

media sosial dengan baik, serta membacanya juga bisa

mengklarifikasi ketika ada berita baru yang muncul di

permukaan public.

Nah, ada lagi yang hampir lupa. Jangan hanya

mencari berita tentang politik yang gaes, cari juga berita

tentang event-event perlombaan yang diadakan di

kampus lain atau bahkan pihak umum. Karena biasanya

pengumuman itu bisa di-share lewat media sosial,

seperti instagram, facebook, maupun grub whatssapp

lainnya. Dan jangan hanya mencari pengumumannya

saja ya, kita ikuti semaksimal mungkin yang kita bisa

dan sesuai dengan tupoksi diri kita. Sedikit berbagi

pengalaman ya, yang pandai merangkai kata-kata bisa

juga kok kita mengekspresikan diri kita lewat lomba

menulis puisi. Akan ada banyak ketika kita mencari di

Page 116: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

116

sosial media terkait dengan event-event tersebut ya,

jangan takut dan harus tetap semangat dalam

berprestasi.

Ada banyak bukan yang bisa kita dapat di media

sosial, juga yang menginginkan beasiswa bisa diakses

lewat informasi yang ada. Setiap semester pasti ada dari

pihak kampus maupun pihak luar kampus yang

memberikan beasiswa kepada mereka yang berprestasi

tentunya. Dari mana kita dapat informasi tersebut? Ya

tentunya dari media sosial kan ya. Karena slogan dari

kampus kami adalah “Teknologi Yes, Hoax No, Prestasi

Oke”

Page 117: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

117

TOREH LIKU

SEORANG

SANTRI

Page 118: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

118

Tiada Arti Tanpa Kesabaran

Oleh: Rika Nur Laila

Malam hari yang sunyi, hanya detak jarum jam

yang bisa ku dengar dengan jelas. Suasana yang sangat

menentramkan hati ketika aku bersujud di atas sajadah

dengan air mata yang berlinang membasahi pipi. Entah

mengapa ketika aku melakukan hal seperti ini, hatiku

menjadi lebih tenang dan lebih sabar dalam menghadapi

masalah. Aku sontak teringat tentang perjuanganku

dulu ketika masih duduk di bangku SMP. Ketika

keinginanku untuk mondok semakin tinggi, aku ingin

sekali mondok di pesantren yang diasuh langsung oleh

Kyai. Dimana diriku disebut sebagai seorang santri dan

bisa belajar ilmu agama dengan benar untuk bekal di

akhirat kelak bersama dengan orang tuaku ke surga-

Nya. Rasanya nyaman sekali ketika bayanganku menjadi

seorang santri terwujud. Namun, keadaanlah yang tidak

memungkinkanku untuk mondok. Aku tinggal di panti

Page 119: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

119

asuhan karena kedua orang tuaku meninggal saat aku

kecil. Di sini aku harus berjuang seorang diri dengan

teman-teman yang senasib denganku. Aku tidak

mungkin meminta dipondokkan kepada pengasuhku,

karena beliau sudah sangat berjasa membiayai

sekolahku hingga sekarang aku duduk di bangku SMP.

Aku tidak mau memberatkan mereka lagi. Aku juga

bekerja paruh waktu di toko milik salah satu warga

untuk meringankan beban beliau. Mau bagaimana lagi

beliau sudah aku anggap sebagai orang tuaku sendiri.

Kesabaran dan keyakinan beliaulah yang membuatku

kuat dalam menjalani hidup. Beliau yang membuatku

tumbuh menjadi seorang yang tidak mudah mengeluh

dan putus asa. Aku dididik menjadi sosok yang kuat

meskipun dalam diri yang paling dalam sangatlah rapuh.

Dalam sujudku, ku ungkapkankan semua

keinginanku kepada Sang Pencipta. Aku yakin dalam

setiap doa pasti dikabulkan oleh Allah swt. dengan cara

yang tidak disangka-sangka. Hanya kepada-Nyalah aku

meminta pertolongan dan hanya kepada-Nyalah aku

menyembah. Dengan modal semangat dan sabar, semoga

keinginanku untuk mondok dapat terwujud. Ku lewati

hari-hariku dengan ikhlas dan penuh syukur. Setiap

hari, aku berangkat sekolah dengan jalan kaki yang

jaraknya sekitar 1,5 km. Lelah? Memang sangat lelah

dan pulang sekolah aku juga harus bekerja menjaga toko

milik warga di daerah sekitar panti asuhanku. Aku

Page 120: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

120

pulang ke panti sekitar pukul 20.00 WIB, saat perjalanan

pulangpun aku harus memulung botol-botol air mineral

yang berserakan di jalan. Hasilnya lumayanlah untuk

menambahi hidup adik-adik di panti. Belum juga dengan

tugas sekolahku, aku harus semangat dan bersyukur

dengan kehidupanku seperti ini. Aku sudah terbiasa

dengan keras dan pahitnya dunia ini. Aku punya Allah

swt. yang ada dalam setiap langkah mungilku.

Namaku Iwan Syaputra. Biasa dipanggil dengan

sebutan Putra. Sekarang aku duduk di kelas VIII SMP

Pertiwi. Di sekolah banyak teman-teman yang

mengejekku karena aku tidak memiliki orangtua, namun

perkataannya mampu melahirkan semangat yang baru

dalam hidupku untuk belajar dan terus belajar. Aku

tidak punya lagi tangan yang mampu membantuku

ketika aku jatuh dan megalami kesulitan. Aku harus

bangkit dan merubah seluruh nasibku seperti yang

sudah dijelaskan dalam kitab suci bahwa Allah tidak

akan merubah nasib suatu kaum kecuali ia merubahnya

sendiri. Maka dari itu, pelarian dari emosiku adalah

belajar. Aku yakin ketika aku rajin belajar aku mampu

menggapai semua cita-citaku. Aku akan terbang tinggi

menelusuri gunung-gunung dan samudera yang luas

dengan sayap yang telah kurajut sejak dini dan tak lupa

juga atas berkat dan rahmat-Nyalah angan-anganku

dapat terwujud.

Page 121: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

121

Hari berganti hari bulan berganti bulan serta

tahun berganti tahun, tidak terasa aku sudah mau lulus

SMP, dan sekarang aku duduk di kelas IX. Aku

mendapat beasiswa selama kelas IX ini karena dua

tahun berturut-turut aku menjadi juara kelas. Syukur

wal hamdulillah selalu ku panjatkan atas kemurahanmu

ini Ya Rabb. Namun, aku tetap berada pada pendirianku.

Aku harus mondok di tahun depan, yang harus ku

lakukan saat ini adalah berjuang lebih keras dan

menabung untuk biaya pendaftarannya yang tergolong

tidak murah. Hidupku memang seperti ini, jika ingin

sesuatu ya harus berjuang sendiri untuk

mendapatkannya beda dengan teman-temanku yang

selalu diberi orang tuanya apapun yang mereka

innginkan. Terkadang aku ingin sekali memiliki keluarga

seperti mereka. Bercanda tawa bersama orang tua

mereka. Bahkan untuk melihat wajah orang tuaku pun

aku tak pernah. Hanya doalah yang mampu kuberikan

kepada mereka.

Masa belajarku di bangku SMP ini akan segera

berakhir. Hari ini adalah terakhir pelaksanaan UNBK.

Ketika aku hendak pulang, tiba-tiba kepala sekolah

memanggilku ke kantor. Dengan senang hati aku

langsung menemui kepala sekolah.

“Assalamualaikum, Pak.” (sambil menunduk di

depan kepala sekolah)

Page 122: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

122

“Waalaikum salam, iya silakan duduk Putra.

Putra tahu kenapa saya memanggilmu kesini?” tanya

kepala sekolah

“Tidak Pak, kalau boleh tahu ada apa ya pak?

Ada yang bisa saya bantu?” jawabku

“Tadi ada seorang pengasuh Pondok Pesanren As

Salam datang kesini, dia mencari seorang anak laki-laki

yang bersedia membantu pengasuh pondok. Semua

biaya hidup dan sekolahnya akan di tanggung keluarga

Pondok. Apakah kamu bersedia nak?” tanya kepala

sekolah.

Aku kaget dengan tawaran tersebut, serasa ini

adalah mimpi karena keinginanku sudah ada di depan

mata.

“Iya Pak, saya bersedia,” jawabku dengan hati

sangat bahagia.

Ya Rabb ternyata engkau Maha Pemurah, inikah

yang dinamakan hasil dari perjuangan? Rasanya sangat

tidak disangka-sangka semua keinginanku terwujud.

Aku langsung berlari untuk pulang dan berbagi

kebahagiaanku kepada ibu dan bapak pengasuh panti.

Pasti mereka juga ikut bahagia karena salah satu

keinginanku akan terwujud.

Tibalah saatnya aku harus berpamitan dengan

keluarga pantiku karena besok adalah hari pertamaku

melangkahkan kaki di pondok pesantren. Hati ini serasa

berat meninggalkan panti, dimana di tempat inilah aku

Page 123: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

123

dididik banyak hal. Namun, aku juga harus melanjutkan

perjuanganku demi cita-cita. Tangis adik-adik panti serta

ibu dan bapak panti pecah ketika satu persatu

tangannya ku salami dan ku peluk, akupun tidak bisa

menahan tangisku ini. Hanya doalah yang bisa

menyambung ikatan keluarga ini, sejauh apapun kita

jika ada doa yang saling dipanjatkan akan tetap bersatu

hingga kapanpun. Aku janji kelak jika aku menjadi orang

yang sukses aku akan membantu keluargaku ini. Seusai

berpamitan, aku mengemasi barang-barang yang harus

ku bawa. Tak lupa juga al-Quran yang selalu setia

menemaniku saat aku kesepian. Meskipun aku belum

sepenuhnya memahami ilmu tajwid, tapi aku senang

mengajari adik-adik panti untuk mengaji. Meskipun

sedikit ilmu yang aku miliki aku tak bosan

menularkannya, karena Nabipun bersabda,

“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat”.

Keesokan harinya, aku berangkat ke pesantren

sendiri dengan tas rangsel di pundakku. Aku naik

kendaraan umum, karena letak pondoknya terhitung

jauh dari panti. Di dalam bus, aku mengamati satu

persatu orang yang naik turun bus. Banyak pedagang

asongan yang menawarkan dagangannya dan banyak

pengamen yang menyanyikan lagu dikala suasana

sangat panas ini. Dalam hati kecilku berkata, beginikah

cara orang menghidupi dirinya dan keluarganya,

sungguh perjuangan hidup yang sangat keras. Mereka

Page 124: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

124

diuji oleh Allah dengan materi, sontak apakah mereka

berhasil melalui ujian tersebut dengan sabar dan ikhlas?

Pasti rasanya berat. Apalagi jika ada anak kecil yang

tidak sekolah kemudian mengamen di jalan-jalan. Aku

sangat lebih beruntung dari mereka, meskipun dalam

perjalanan hidupku selama ini juga cukup berat.

Bagaimanapun keadaan kita, harus pandai-pandai

mensyukuri nikmat toh banyak orang yang ada di bawah

kita. Aku harus menikmati hidupku dengan apa adanya

yang telah di takdirkan-Nya. Ketika aku sibuk

menasehati diriku sendiri, tidak terasa bus sudah dekat

dengan area pondok. Akupun bersiap-siap untuk turun.

Setelah aku turun, langkah demi langkah ku kuatkan

diriku untuk mengabdi di pondok ini. Tak lama

kemudian ada seseorang yang menyambutku dan

mengantarku ke kamar kemudian bersiap-siap untuk

melihat suasana pondok dan juga memberitahu tugasku

di sini. Seusai menelusuri seluruh pojok tembok

pesantren, aku diajak ke ndalem untuk sowan sekaligus

untuk dijelaskan apa yang harus kulakukan selama

mengabdi di sini. Ketika melihat wajah para alim ulama’

ini serasa hatiku tentram sekali apalagi ketika di

nasehati rasanya nyaman sekali. Terima kasih Ya Rabb

engkau masih memberiku kesempatan untuk dekat

dengan ulama-Mu.

Setiap hari aku harus bangun pukul 02.00 WIB

untuk membangunkan para santri lainnya agar sholat

Page 125: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

125

tahajjud, kemudian menyiapkan tempat untuk sholat

jama’ah subuh, dan dilanjutkan dengan bersih-bersih

ndalem serta memasak untuk keluarga ndalem juga,

selesai itu, barulah aku bersiap-siap untuk sekolah.

Seusai pulang sekolah, aku menyapu ndalem serta

mencuci piring, kemudian bersih diri untuk ngaji kitab di

pondok dan sholat jama’ah hingga pukul 21.00 WIB.

Seusai itu, aku mengerjakan tugas sekolahku kemudian

lanjut dengan menghafal satu persatu ayat-ayat suci al-

Quran. Rasa lelah dan bosan kini tengah ku alami,

bagaimana tidak? Di sini tidak boleh keluar pondok

seenaknya. Untuk menghirup udara segar di luarpun

tidak bisa. Hari-hariku juga begitu-begitu saja. Ngaji

kitabpun terkadang aku ketiduran di tempat. Mungkin

karena efek kecapekan sebab beraktivitas seharian.

Namun, di sinilah kita harus bersabar demi menuai hasil

yang baik kelak. Di sinilah kita ditempa untuk mencetak

generasi yang alim, berakhlakul kharimah serta

bertaggungjawab atas apa yang kita kerjakan. Kita juga

dibekali dengan ilmu-ilmu agama yang kuat yang tidak

diajarkan di sekolah umum lainnya. Pernah sesekali aku

menghadapi ujian yang sangat berat di sini. Ujian itu

adalah perempuan, awalnya aku kagum dengan seorang

gadis yang ada di sekolahku, dia juga seorganisasi

denganku. Namun, lama kelamaan rasa kagum itu

menjadi suka. Aku tak tahu apa yang harus aku

lakukan, aku tidak pernah merasakan hal sebahagia ini

Page 126: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

126

selama hidupku. Rasanya aku seperti terlahir kembali

setelah aku mengenalnya. Aku tidak memiliki keberanian

untuk mengungkapkan seluruh perasaanku kepadanya.

Sekarang yang harus ku lakukan adalah berjuang untuk

sukses dan melamarnya. Meskipun terkadang aku sakit

hati ketika temanku cowok ada yang mencoba

mendekatinya. Dia bagiku seperti bidadari yang memang

diciptakan untukku. Aku tidak rela jika ada yang

mengganggunya apalagi berani menyakiti hatinya. Dia

harus diperlakukan dengan baik serta lemah lembut

layaknya seorang ibu. Aku harus memendam rasa ini

hingga tiba waktunya untuk diungkapkan seluruhnya.

Aku terlalu sayang dengan dia, makanya aku tidak mau

mengajak dia bermaksiat. Aku akan menjaganya dari

perbuatan dosa.

Selama bertahun-tahun ku lewati hidupku

dengan penuh kesabaran, cobaan dan ujian yang

bertubi-tubi datang kepadaku. Mulai dari teman,

suasana pondok, perempuan, bahkan emosi pada diriku

sendiri. Memang menjadi seorang santri amatlah berat.

Jika mengalami hal seperti ini yang harus kita lakukan

adalah bermuhasabah dan meyakinkan diri kita serta

meresapi niat awal kita mondok untuk apa. Kemudian

berdoalah kepada Allah agar hati kita tetap diberi

kesabaran untuk menjalaninya dengan ikhlas. Dengan

begitu kita akan menjadi semangat kembali.

Page 127: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

127

Di tahun 2014, aku di wisuda pondok dan lulus

SMA. Alhamdulillah pada akhirnya aku bisa

menyelesaikan semua tanggung jawab ini. Namun, aku

tetap mengabdikan diriku di sini karena aku telah

menemukan jati diriku di tempat yang penuh barokah

ini. Kemudian aku lanjut kuliah prodi tadris matematika.

Alhamdulillah aku mendapat beasiswa tahfidz sehingga

kuliahku gratis sampai lulus. Dan sekarang, aku

menempuh magister di Monash University Australia.

Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

Ini adalah bentuk kasih sayang Allah kepada hambanya

yang bersabar. Kalian akan mengalami pahitnya suatu

perjalanan sebelum kalian menikmati sebuah

kebahagiaan. Semua keberhasilan terbaik, datang

setelah kekecewaan besar yang dihadapi dengan sabar.

Tiada artinya diriku tanpa kesabaran.

Terima kasih semuanya yang telah mendidikku

hingga aku bisa seperti ini. Terima kasih ibu dan bapak

serta adik-adik panti, pak Kyai, bu Nyai, teman-temanku

semua. Kalian adalah surgaku di dunia ini dan akan

tetap sama hingga di surga kelak.

Page 128: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

128

Tholabul 'ilmi

Oleh Imroatus Sholihah

Pagi dunia! Aku Khoirunnisa, putri sulung dari

tiga bersaudara yang terlahir dari keluarga sederhana.

Sudah dari kelas 3 SD ayah memondokkanku di Pondok

Pesantren Hidayatul Muta'alimin. Meskipun lulusan

pondok namun aku sangat bangga dan ayah selalu

mengajarkan bahwa “Tidak ada yang tidak mungkin jika

Allah telah berkehendak,” dari kata-kata itu aku selalu

semangat bahwa keajaiban pasti datang kepadaku meski

kini ayah telah tiada. SMP-ku bukan SMP unggulan

namun semangatku terus membara untuk meraih cita-

citaku menjadi seorang Arsitek. Santri tidak berpatok

harus menjadi ustadz/ustadzah, namun cita-cita lain

pun masih bisa diraih selagi itu masih di jalan yang

Allah Ridhoi. Satu kata-kata mutiara sebagai

penyemangatku untuk meraih cita-cita yaitu “Sekolah

Page 129: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

129

tidak menentukan masa depanmu, tapi kualitas diri lah

yang menentukan masa depanmu.”

Hari kelulusan tiba dan benar, apa yang telah

aku usahakan di dalam menuntut ilmu dengan sungguh-

sungguh membuahkan hasil. Aku menjadi siswa terbaik.

Cita-cita untuk menjadi seorang arsitek mulai nyata di

dalam pelupuk mataku. Impianku untuk membanggakan

kedua orang tuaku segera terwujud. Masuk SMA

unggulan pun menjadi kenyataan. Namun mimpiku

terbangunkan oleh wanita paruh baya dengan paras

cantik alaminya yaitu Mama.

Mama memecahkan kata, “Mama tahu cita-

citamu, mama ridho akan impianmu, Mama

berdoa selalu agar kita sama-sama menemukan

jalan keluar.”

“Jalan keluar? Apa maksudnya, Ma?” tanyaku

dengan membalikkan tubuh kecilku kearah

mama.

“Kedua adikmu masing-masing naik ke SMP dan

dan juga naik ke SD.” tatap mata Mama mulai

memberitahuku bahwa ekonomi keluarga kami

tidak semudah itu untuk melanjutkan semuanya.

Sebelum Mama berkata lebih jauh lagi, aku

segera memeluk Mama dengan mencoba

menahan air mataku agar terlihat tegar.

“Oh…Allah, aku tidak ingin membebani Mama,

tapi aku ingin sekolah” Batinku.

Page 130: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

130

Dini hari aku terbangun, kurengkuh dinginnya

air wudlu dan kudirikan dua rokaatku. Kutumpahkan

semua tangisku. Aku yakin Allah Maha Mendengar. Allah

Maha Adil. Allah Maha Pengabul Doa. Semoga apa yang

dikatakan mama semalam, Allah segera memberikanku

jalan keluar.

Kumendengar Mama sedang menggoreng jajanan.

Ya, Mamaku adalah penjual jajanan legendaris semenjak

aku kecil bahkan sebelum aku sekolah. Jajanan itu di

daerahku bernama mie biting. Tanpa pikir panjang, aku

langsung menemui Mama dan merangkul pinggul Mama

dari belakang.

“Mama istirahat saja dirumah, biar Nisa yang

jualan.” Ucapku.

“Ini tugas Mama, kamu belajar saja dirumah.”

jawab Mama dengan terus fokus pada gorengannya.

“Nisa sayang Mama, Nisa sayang adik-adik Nisa.

Nisa mau membantu Mama, membantu adik-adik Nisa

menggapai cita-cita mereka. Izinkan Nisa Ma…” Balasku

meyakinkan Mama.

Aktivitas hari-hariku kini jualan mie biting dari

desa ke desa, dari sekolah ke sekolah. Sekolah tujuanku

untuk berjualan yaitu di SMA Negeri 1 Unggulan, SMA

yang aku idam-idamkan semasa wisuda SMP dulu.

“Betapa bahagianya mereka yang sekolah di sini,”

lirihku dengan mengintip di balik gerbang. Kuamati tiap

sudut sekolah itu, dan kutemui sebuah jendela yang

Page 131: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

131

dekat dengan pintu masuk. Ideku mulai beraksi, aku

segera mendekati jendela itu dengan tergesa-gesa.

Melihat teman-teman seusiaku sedang belajar, sungguh

hati ini menangis parah. Namun aku harus sadar diri.

Tak lama, bel istirahat berbunyi, aku harus segera

kembali ke jajanan yang kujual.

Hari-hari berikutnya pun aku mengulangi yang

menjadi kebiasaanku, yaitu mengamati proses belajar di

luar jendela. Walau bermodal secarik kertas dan bolpoin

sudah menjadi kebanggaan tersendiri bagiku telah

mendapatkan ilmu. Prinsipku “Sekolah boleh mati,

namun pengetahuan tak boleh mati.”

Tiba-tiba aku terkagetkan dengan suara laki-laki

tegas dari balik badanku. “Nak.”

Aku langsung menoleh kebelakang dan seketika

menundukkan kepalaku, aku takut.

“Sedang apa di sini?” tanya bapak itu.

“Sedang jualan Pak, itu jajanan saya ada di depan

gerbang.” Jawabku sambil menunjuk pintu gerbang.

“Mari ikut bapak ke kantor.” Ucap bapak itu

sambil mengisyaratkanku untuk mengikuti langkahnya.

Hatiku terus berteriak ketakutan, mungkinkah

ini sanksi bagiku atas ketidaksopananku? Atau karena

pakaian kumalku yang membuat bau tak sedap

mengganggu kelas belajar? Oh Allah… kenapa untuk

meraih ilmu di luar jendela pun aku tak boleh. Dengan

jalan lunglai dan menahan malu karena ribuan mata

Page 132: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

132

tertuju padaku yang berbaju kumal dan beralaskan

sandal aku terus mengikuti langkah kaki bapak tadi.

Sesampai di ruangan aku dipersilahkan duduk oleh

bapak tadi, ruangannya sangat sejuk dan banyak piala-

piala penghargaan yang terpampang di belakang meja

kerja bapak tadi.

“Saya Pak Mursid kepala sekolah disini, Namamu

siapa? Kok dari minggu ke minggu kuamati kau selalu

dibelakang jendela kelas dengan membawa secarik

kertas dan bolpoin. Apa kamu tidak sekolah? Apa kamu

tidak mempunyai cita-cita?” Tanya Pak Mursid.

“Arsitek."Jawab kutegas namun tetap sopan.

"Tidak pak, saya hanya lulusan SMP tahun ini. Ibu saya

tidak punya uang untuk melanjutkan sekolah saya, saya

yatim. Maka dari itu saya membantu adik-adik saya

sekolah. Untuk masalah yang dibelakang jendela itu saya

lakukan karena saya ingin dapat ilmu pak.” Lanjutku

dengan terus menundukkan kepalaku.

“Cita-cita yang menakjubkan. Bilang Ibumu

besok menemui bapak ya, karena bapak rasa kamu

layak untuk mendapatkan cita-cita itu tanpa biaya satu

persenpun.” menatapku kagum.

“Sungguh. Saya sedang tidak mimpi kan Pak? Ya

Allah… Terima kasih Pak atas kemurahan hati bapak,

semoga Allah membalas jasa bapak.” jawabku dengan

mata berkaca-kaca.

Page 133: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

133

Aku pulang dengan hati gembira. Ternyata kata-

kata almarhum Ayah benar. “Tidak ada yang tidak

mungkin, jika Allah telah berkehendak.” Ayah pasti

bahagia di sana. Aku pun percaya bahwa doa seorang

ibu adalah pedang bagi anaknya, dan ternyata orang

berjiwa kemanusiaan itu ada. Oh Allah…Terima kasih

atas nikmatmu ini aku dapat melanjutkan tholabul 'ilmi-

ku.

Page 134: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

134

Ambisius Untuk Berambisi Atau Ambisius Untuk Tak

Berambisi?

Oleh: Ummi Ulfatus Syahriyah

“Laa aq’udul jubna ‘nil hayjaai, walaw tawaalat

zumarol a’ daai2” sebait syair dari kitab itu, ya kitab

fenomenal dari seorang pengarang bernama Abu Abdillah

Muhammad Jamaluddin bin Abdillah bin Malik.3 Bait

yang membuatku untuk tetap mempertahankannya

meski telah jelas kemustahilan bagiku. Tapi apakah

hanya sampai sini keberanianku untuk menjejakkan

kaki ini? Tidak bukan? Terkadang aku pun sadar

bahwasanya diri ini tak semulia dirinya? Apalah daya

diri ini yang hanya menjadi seorang pelajar yang

2 Takkan surut aku dari pertempuran meskipun lawan bergerombolan. Bait alfiyah ke- 302 Bab Maf”ul Lah

3 Pengarang 1002 syair berbahasa arab dengan judul

kitabnya,”Alfiyah” (di dalamnya menerangkan kaidah dalam gramatika

bahasa arab). Beliau merupakan murid dari Ibnu Mu’thi yang mana

sebelumnya juga pernah mengarang kitab Alfiyah. Namun yang masyhur sampai saat ini adalah kitab alfiyah ibnu malik.

Page 135: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

135

senantiasa masih mencari jalan untuk mencari

kebenaran yang berujung kebijaksanaan dalam

kehidupan. Ambisiku mungkin bisa diklaim sebagai

kegilaan atau bahkan kekonyolan yang sekonyong koder.

Ambisi yang ada dalam jiwa ini bisa dikatakan sebagai

secuil hal yang bisa menghilangkan kemanusiawian

manusia4. Kenapa aku mengatakannya? Karena dengan

ambisi tersebut seakan dia lupa bahwa dia juga memiliki

sisi kelemahan yang mana tak semua apa yang ia

inginkan bisa tercapai. Entahlah aku hanya bisa menanti

kepastian yang tak tahu kapan dia akan datang dan

masuk pada rumah di mana ia akan didudukan bersama

dengan kedamaian hati. Kalau Ibnu Malik bersyair

dengan baitnya, seorang Diogenes dengan ambisinya

untuk tak berambisi, maka dalam Al Quran dan Hadits

pastilah cukup bagiku sebagai dasar juga. Allah tak

menyukai sesuatu yang berlebihan, kurang lebih

demikian yang tertera dalam Quran Surat Al-A’raf ayat

31. Seakan menyurutkan ambisinya sendiri agar tak

terperosok dalam sumur yang dalam apabila harapan

yang ia sematkan di langit itu tertimpa meteor dan jatuh

bersamanya. Tak kurang-kurang bacaan yang ia baca

dan pahami sendiri, “Cintailah kekasihmu dengan

sekedarnya saja karena tak menutup kemungkinan ia

4 Inti dari pendapat Diogenes tentang ambisi. Ia adalah salah satu

filsuf besar Yunani abad ke-4 SM dan termasuk Bapak aliran Sinisme yang

kerap mengkritik praktik kehidupan bermasyarakat yang menyimpang dari nilai-nilai kebaikan.

Page 136: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

136

akan menjadi sosok yang engkau benci dan bencilah

sosok yang kau benci ala kadarnya saja karena tak

menutup kemungkinan ia akan menjadi sosok yang

engkau cintai pada suatu hari nanti”5

Fiza Nahda Rafanda, nama yang manis dan

cantik jelita. Nama kesayangan yang diberikan Umi dan

Abah, Khuza, Khumaira Fiza, wanita yang kemerah-

merahan pipinya ketika ia tersipu malu dan bahagia.

Kini, aku masih mengenyam pendidikan di pondok

pesantren usai menyelesaikan studi pendidikan Aliyah.

Aku bersikeras untuk mondok saja karena kupikir dunia

mahasiswa adalah dunia yang membosankan dan tak

menarik. Di mana tugas selalu menumpuk dan date line

yang selalu mengejar. Sedangkan aku sendiri adalah tipe

seseorang yang malasnya minta ampun. Aku khawatir

jika aku masuk kuliah menjadikan beban bagi kedua

orang tuaku. Setahun sudah hidup di pesantren, diri ini

masih normal-normal saja seperti keadaan semula

datang ke sini, tak ada yang berubah. Perubahan pun

hanya dapat dihitung jari, tak seberapa. Sebenarnya apa

yang terjadi dengan diri ini? Belajar sudah, usaha sudah,

berdoa juga sudah. Apalagi coba yang kurang? Kucoba

merenung dan memikirkannya sepanjang hari.

5 Kurang lebih terjemah dari redaksi hadits riwayat Imam Tirmidzi

dalam Kitab Mukhtaarul Ahaadits karangan Sayyid Ahmad Al Hasyemi nomor 46.

Page 137: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

137

“Apa gerangan yang membuatku seperti ini?

Adakah kesalahan server dalam skenarioku atau

skenario yang dibuat Tuhan untukku?” batinku sambil

menyandarkan kepala di tiang depan kamar pesantren.

“Ha, ini dia apakah aku selama ini pernah sedikit

melukai hati ustadzku? Tapi kapan ya, kupikir ga pernah

juga?” batinku lagi.

Sontak aku kaget dengan kedatangan kawanku,

Fanin. “Kenapa kau terlihat bingung sekali?” tanyanya

dengan sedikit tersenyum manis.

“Entahlah aku hanya bingung dengan diriku

saja,” jawabku memelas.

“Coba ceritakanlah permasalahanmu barangkali

akan kubantu menyelesaikannya,” tawarnya.

“Gini Nin, semenjak kedatanganku ke sini kurasa

baik-baik saja, semua berjalan normal. Namun aku tak

tahu kenapa sekarang jadi seperti ini ya? Kayak ada

yang kurang gitu? Apa diri ini pernah ada kejanggalan?”

“Kurasa tidak, kau tak pernah berlaku buruk

padaku ataupun kawan-kawan. Hm, tapi nah aku tahu

apa mungkin kejanggalan itu ada di keridhoan ustadz

kita,” jawabnya meyakinkan.

“Iya sih, bener juga tapi salahnya di mana?”

Kami berdua tampak bingung mengingat kejadian

seminggu bahkan berbulan lalu.

Page 138: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

138

“Nah aku menemukan jawabannya Za, mungkin

saja karena kita sering tiduran di kelas. Jadi beliau-

beliaunya jengkel akhirnya begitu deh,” tuturnya resah.

Aku juga sependapat dengan Fanin kalau

penyebab kejanggalanku adalah ketidakridhoan seorang

guru kepada muridnya, ya ibarat kyai kepada santrinya

juga. Aku sering tertidur ketika ngaji dimulai bahkan

pernah pada suatu hari kutertidur tak sadarkan diri

hingga tak kutemukan makna sebarispun dalam kitabku

melainkan goretan pena yang tak terbentuk, abstrak.

Kejadian tersebut membuatku resah. Aku segera

melaporkannya pada Abi. Setelah kutanyakan padanya

ternyata Abi dulu tak setuju juga kalau aku hanya

mondok melainkan harus sambil kuliah. Aku berusaha

membujuknya terus akhirnya ia setuju dalam lisannya

entah dalam hati terdalamnya. Alhasil beliau masih

mengakuinya sekarang tapi anehnya hal ini tak

membuatku sadar. Justru aku tetap mengelak dan

enggan untuk kuliah.

“Nak, bukannya Abi tak ingin melihatmu bahagia

dengan semua pilihan dan keinginanmu. Namun

terkadang untuk merasakanan kebahagiaan kita harus

mencoba untuk mengurangi ego dan ambisi kita.

Cobalah untuk mengenal dunia kampus lebih dalam

pastinya kau akan menyukainya!” perintahnya.

“Maaf Bi, bukannya Fiza enggan. Tapi hati Fiza

belum terbuka untuk itu semua,” batinku.

Page 139: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

139

“Untuk sementara ini sebagai bentuk penebus

kesalahan diri Fiza dan mungkin ketidaktaatan Fiza

terhadap perintah Abi, izinkan Fiza untuk berkhidmah

kepada Kyai di pesantren. Abi mengizinkan kan?”

tanyaku.

Abi berhenti sejenak dan memikirkannya.

Kemudian umi datang seraya berkata,” Kalau itu pilihan

terbaikmu tunjukkanlah kepada kami bagaimana kau

akan menjalankannya. Engkau adalah satu-satunya

khumaira yang kami miliki, Za,” ucapnya penuh

senyuman dan kebahagiaan dalam kedua matanya.

“Ya Umi, aku akan berusaha berkhidmah dengan

baik. Akan kutunjukkan bahwa aku bisa,” tuturku

tersenyum manis.

“Ya, khumaira,” ucap mereka berdua seraya

memelukku.

***

Hari ini adalah hari pertama aku menjalankan

tugas di ndalem Abah An’im. Bangun pagi segera

menyapu lantai, mencuci baju, dan memasak. Sepanjang

hari melakukan pekerjaan yang sama. Anehnya beliau

jarang-jarang memberiku kesempatan untuk mengaji.

Waktuku lebih banyak kuhabiskan di dapur dan kamar

mandi.

“Ya Allah berikanlah aku kesabaran dan

ketabahan, apakah aku akan menyerah? Tidak aku tak

boleh menyerah begitu saja. Aku akan tunjukkan bahwa

Page 140: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

140

aku mampu, aku bisa Abi, Umi,” keluhku sambil

menggoreng tempe di dapur.

Kujalani minggu pertama dengan penuh

kesabaran, akhirnya minggu kedua pun menyambut

dengan penuh cobaan dan ujian. Akankah aku mengeluh

lagi? Tidak aku tak boleh menggerutu. Semoga saja

semua ini berkah, aamiin,” batinku dalam lubuk hati

sambil menyetrika baju.

Aku jarang bertemu dengan kawan-kawan karena

banyaknya pekerjaan yang harus kuselesaikan dengan

baik. Waktu mengajipun menjadi berkurang tetapi

terkadang Abah An’im memberikan tambahan waktu

untukku mengaji bersamanya. Aku tak menyangka akan

mengkaji kitab ini sebelumnya,” Mauidhotul Mukminin”

kitab ringkasan “Ihya Ulumuddin” karya Imam Ghazali.

Kesempatan takkan datang dua kali. Aku

berusaha untuk mengambil kesempatan ini dengan baik.

Tawaran beliau sangat cocok dengan keadaan hatiku

saat ini, selagi ada kesempatan kenapa tidak diambil?

“Za, kalau kau berkenan untuk nambah ngaji

nanti malam ngaji kitab Mauidhotul Mukminin di ndalem

Utara bersama santri pilihan lainnya ya. Kalau kau

belum punya kitabnya kau bisa pakai kitab ini terlebih

dahulu atau tak apa kau mengambilnya lagi pula

putraku masih punya satu lagi di almari pribadinya.”

Senang bukan kepalang. Hatiku begitu berbunga

hari ini, beliau memberikan kitab itu padaku. Sungguh

Page 141: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

141

kebahagiaan tersendiri bagi seorang santri, tiada

tandingannya. Ketika beliau memanggil namaku saja

hati ini sudah tak dapat mendefinisikan kebahagiaan

dalam jiwanya. Apalagi sekarang beliau memberikan

kitabnya padaku, kebahagiaan yang tak dapat

didefinisikan dengan segala kata dan frasa apa pun,

kalau aku boleh bilang seperti ini “Laa ainun roat walaa

udzuzunun sami’at walaa khothoro ala qalbi basyar”6

Malam telah tiba dengan purnamanya yang

sangat cerah secerah hati ini yang berbahagia. Aku

menenteng kitab dengan tersipu malu hingga pipiku

kemerah merahan, rasanya sedikit hangat ketika

kumenyentuhnya.

“Alhamdulillah engkau memberikan kesempatan

besar bagiku Ya Allah,” batinku.

“Oh ya, ini santri ndalem abah yang baru. Malam

ini ia akan ngaji bareng kalian,” tutur abah dengan

bijaksana seraya memandangku.

Banyak hikmah yang kupetik hari ini, seakan

batu padas dan tanah lapang yang begitu tandus

tersiram air dengan segarnya. Aku mulai paham apa itu

berkhidmah? Bagaimana arti sebuah pengabdian yang

sebenarnya? Di mana di balik semua itu terdapat

barakah yang sangat besar. Mungkin kesempatanku tak

sebanyak kesempatan yang dimiliki mereka tapi aku

6 Tiada mata yang pernah melihat, tiada telinga yang pernah

mendengar, dan tiada yang pernah terbesit sedikit pun dalam hati manusia.

Page 142: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

142

harusnya lebih bersyukur karena dengan beginilah aku

bisa selalu dekat dengan seorang ahli ilmu.

Kajianpun usai pada pukul 23.00 WIB. Tak

seperti biasanya aku tak mengantuk hingga tak

sadarkan diri. Mungkin saking senang dan

berbahagianya hingga kantuk pun tak sempat

menyinggahi diriku.

Berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan

kujalani tugas menjadi abdi ndalem dengan baik.

Alhamdulillah perubahan yang sangat drastis telah

kurasakan hasilnya. Tapi cobaan tak hanya berhenti di

titik itu. Aku tak menahu kalau Abah An’im memiliki

seorang putra bernama Fawaz Nadeem Abrisam. Abah

tak pernah bercerita sebelumnya jadi aku sedikit salah

tingkah dibuatnya. Gus Fawaz pulang karena liburan

kuliah dari UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Ia

mengambil prodi IAT sembari nyantri di Pondok

Pesantren Al Munawwir, Krapyak. Pertama menatap

wajahnya yang berseri membuat nafsu menggebu untuk

menatapnya terus. Namun hati ini gugup dan berdererak

pecah ibarat puing-puing karena aku sadar aku

hanyalah anak malas dan biasa saja, tak semulia

dirinya.

“Astaghfirullahaladzim,” batinku sambil menyapu

lantai.

Setiap pagi ia bermain bulu tangkis bersama

adiknya, Firaz Nadeem Abrisam yang masih berumur 11

Page 143: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

143

tahun. Aku ikut berbahagia melihat kerukunan

keduanya. Tiba-tiba Gus Firaz terjatuh dan aku pun

berlari mendekatinya.

“Ya Allah Gus,” teriakku.

Ketika aku mendekati dan mencoba mengusap

kakinya, tak sengaja tanganku bersentuhan dengan Gus

Fawaz.

“Astaghfirullah maaf Gus,” tuturku grogi.

Aku segera beranjak dan meninggalkan mereka

karena saking gugupnya diriku.

“Fiza sadarlah astaghfirullah, “batinku usai

meneguk segelas air putih.

Kemudian Umi Hannah datang seraya bertaya

padaku, “Ada apa Za?”

“Owh, mboten nopo7,” ucapku gugup dengan

sedikit tersenyum untuk memastikanku baik-baik saja.

“Tolong buatkan dua gelas kopi buat Abah sama

Fawaz ya, saya mau obati lukanya Firaz” pintanya.

“Inggih8, Umi,”

“Ya Allah salahku, kenapa aku tadi tak langsung

mengobati Gus Firaz?” batinku merasa bersalah.

Aku segera membuatkan dua cangkir kopi. Aku

membuatnya dengan sepenuh hati meski agak

gemetaran. Lalu kusajikan kopi itu di ruang tamu.

7 Bahasa jawa krama (Tidak apa-apa)

8 Bahasa jawa krama (Iya)

Page 144: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

144

“Ya Allah kenapa dia di sini?” batinku.

“Maaf ya atas kejadian tadi, sebenarnya bukan

maksudku untuk itu,” tuturnya penuh senyuman.

Aku hanya bisa mengangguk dan tak

mengeluarkan sepatah kata. Lisan ini kelu untuk

mengeluarkan kata-kata dari benaknya sampai aku tak

sempat memberitahunya untuk menawarkan secangkir

kopi pada Abah. Tapi ia selalu mengerti apa yang ada di

benak ini.

“Ya tenang saja, aku akan memberikannya pada

Abi. Hati-hati kalau memasak nanti tanganmu terluka

lagi!”

Lagi-lagi aku hanya bisa megangguk dan tak bisa

mengeluarkan sepatah kata. Selangkah demi selangkah

aku mundur dari hadapannya dan beranjak ke dapur.

Segera saja aku mengambil air wudhu dan beranjak ke

kamar.

“Darimana ia tahu tanganku terluka? Padahal

luka itu tertutup dengan rapat. Apa jangan jangan dia

mengamatiku diam-diam? Ya Allah kenapa dia membuat

hatiku semakin kacau saja? Bukannya tujuan awalku

adalah memperbaiki akhlaq dan mendapatkan keridhoan

kyaiku? Sudahlah Fiza hilangkanlah ambisimu untuk

mencintainya? Dan hilangkan pemikiran bodohmu itu,

jangan terlalu baper menjadi seorang wanita!” batinku.

***

Page 145: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

145

Sore ini hujan rintik menyelimuti awan membuat

badan ingin selalu rebahan dan tak beranjak dari tempat

tidur. Alhamdulillah kemalasanku berkurang semenjak

aku memperoleh nasehat dan kalam hikmah dari Abah

An’im meski sedikit demi sedikit masih melekat pada

kepribadianku.

“Salaman ya umarol Faruq... Hakamta adalta

aminta fanimta rasikhal baal, bimitslika nastashgir

nujuman waduron wajibaal,”

Suara seseorang yang sedang melantunkan

sebuah lagu dengan merdu. Lantunan yang belum

pernah kudengar sebelumnya. “Sepertinya suara itu tak

asing,” gemingku. Lalu aku berusaha menghampirinya

dan bangun dari rebahanku.

Ketika aku mendatangi sumber suara itu,

perlahan demi perlahan suara itu menghilang dan

lenyap.

“Loh kenapa antum di sini?” kagetku melihat Gus

Fawaz di dapur.

“Aku cuma rindu dengan secangkir kopi,”

tawanya.

“Ternyata beliau orangnya asyik juga,” batinku

dengan tersenyum manis.

Aku berusaha menghilangkan salah tingkahku

dan berusaha terbuka dengannya agar suasana di antara

kami tidak tegang dan sepi.

Page 146: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

146

“Kenapa antum tak menyuruh saya saja, Gus?”

tuturku merasa bersalah.

“Apakah seorang Gus tidak boleh membuat

secangkir kopi?” tanyanya balik padaku.

“Hm, bukan begitu maksud saya,” jawabku

sedikit gemetar dan menjadi-jadi perasaan bersalahnya.

“Kau ini, aku cuma bercanda jangan diambil

serius, Za!” tawanya lagi.

“Syukurlah,” gemingku sedikit tersenyum.

“Kalau aku merindukan seseorang boleh nggak?

Seseorang yang telah membuatku jatuh cinta dengan

secangkir kopinya,” tuturnya serius.

“Apa yang barusan kau katakan, Gus?” batinku

dengan menunduk dan segera kuberanjak.

Beliau menghampiriku seraya berkata, “Asal kau

tahu Za, aku sudah mengenalmu lebih jauh. Namun kau

saja yang tak pernah mengetahuiku. Aku sangat

mengenal sosok Fiza kecil hingga ia dewasa. Hingga luka

di tanganmu pun aku mengetahuinya. Itu bukti

perhatiannya seorang lelaki pada wanita yang

dicintainya.

“Astaghfirullah,” kagetku menghela nafas.

“Syukurlah hanya mimpi saja,” resahku.

Aku segera mencuci muka dan beranjak ke

dapur.

“Loh siapa dia?” batinku

Page 147: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

147

“Za, maaf aku mengagetkanmu. Kukira tadi tiada

orang jadi aku membuatnya sendiri,” ujarnya.

“Maaf Gus, saya tertidur,” tuturku dengan jujur.

“Tak apa aku tahu kalau kau lelah, istirahatlah!”

Tak sengaja ia menumpahkan secangkir kopi itu

dan membasahi lantai dapur, cangkir pun pecah dan

mengenai kakiku hingga sedikit luka dan berdarah.

“Masya Allah!” gemingnya.

“Biar aku yang membersihkannya, kau obati

lukamu itu saja!” pintanya.

“Memang wanita terlihat lemah ya,” ujarku

dengan tak sengaja. Sontak aku menutup mulutku.

“Apa yang kau bilang barusan?” tanyanya.

“Ngga ko, bukan apa-apa,” elakku.

“Sudahlah aku mendengarnya, wanita itu tak

seperti itu. Memang ia terkadang identik dengan

kelemahan tapi tak semua wanita lemah. Wanita adalah

kelembutan, namun bukan berarti ia lemah. Justru

dengan kelembutan itulah ia menyimpan kekuatan yang

sangat besar,” tuturnya dengan bijak.

“Lelaki identik dengan kekuatannya. Namun

lelaki terkuat bukanlah yang kuat fisik dan badannya.

Melainkan yang bersabar menghadapi kemarahan

seorang wanita,” tuturku menyambung kata bijaknya.

Kejadian itu yang sampai saat ini membuatku tak

bisa melupakannya. Entah mengapa harus dia yang

hadir dalam perjuangan ini? Terasa berat untuk

Page 148: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

148

mengelaknya. Apakah aku harus berambisi tetap untuk

memilikinya atau tidak? Sedangkan apa daya diri ini

dibandingkan dengannya.

Suatu ketika peristiwa yang aku takutkan terjadi,

ternyata ia telah dijodohkan dengan seorang gadis

bernama Rayya, Rayya Huriyah Huwaida putri pengasuh

pesantren ternama di kotaku. Aku hanya bisa meratapi

kesedihan itu sendiri. Aku berusaha tegar dan

menerimanya. Aku menyadari kelemahan dan

kekurangan yang sangat besar pada diriku kenapa harus

bersikeras seperti itu?

“Za!” panggil Fanin.

“Nin, gimana kabarmu lama tak jumpa?” tanyaku

sambil memeluknya.

“Kenapa kau bersedih?”

“Entah jiwa ini yang terlalu berlebihan

menanggapi sikap baik seseorang ataukah entahlah,”

tuturku penuh kebingungan.

“Aku tahu, kau pasti tertarik dengan Gus Fawaz

ya?” candanya.

Aku terdiam sejenak dan berusaha tegar.

Darimana dia tahu padahal aku tak pernah

memberitahukannya pada seorang pun.

“Jangan begitu, sudahlah aku tahu kalau

seandainya aku menjadi dirimu bagaimana rasanya

pengharapan yang berujung pada kesia-sia an. Tapi ingat

Page 149: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

149

Za, dibalik semua peristiwa pasti ada hikmahnya.

Janganlah kau bersedh lagi!”

“Lagipula tujuan awalmu untuk menjadi seorang

abdi ndalem bukan karena ingin dekat dengannya kan?

melainkan berkhidmah dengan tulus ikhlas. Ingat itu Za!

Aku akan selalu mendukungmu!” ujar Fanin

meyakinkanku.

“Benar juga, terkadang ambisi yang sangat besar

akan menghancurkan diri kita sendiri bahkan tujuan

mulia yang telah berhasil ia capai akan hancur begitu

saja tanpa tersisa. Aku akan berusaha menerimanya.

Cukuplah keridhoan Abah An’im bagiku untuk menimba

ilmu bukan lainnya.”

Aku berusaha membangun kesadaran dalam

diriku bahwa keinginan yang sangat menggebu justru

berujung pada kehancuran keinginan tersebut. Tiba-tiba

tanpa disadari abah datang dan menyapa kami.

“Benar yang kalian katakan. Janganlah berambisi

begitu besar, karena di saat keinginanmu tak tercapai

akan membuatmu hancur dan berkeping,” tutur beliau

dengan bijaksana.

Sejak itulah aku mengerti bahwa ambisiku

selama ini salah. Mulai sekarang aku akan berambisi

untuk tak berambisi lagi agar takkan ada luka dalam

kisah kehidupanku. Biarkan masa lalu memeluk masa

depan dengan kenangan. Waktu yang masih tersisa akan

kugunakan dengan sebaiknya karena kutahu skenario

Page 150: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

150

Tuhan itu asyik karena Tuhan Maha Asyik. Kadangkala

ada saatnya kita untuk melepas ambisi, termasuk

mencintai seseorang. Bukan karena kita benci ataupun

dia enggan. Karena itu pilihan yang bijaksana, kita tahu

bahwa untuk membuatnya bahagia adalah

melepaskannya perlahan meski sedikit menyisakan

kehancuran pada jiwa.

Akhirnya cerita tentang aku berhenti hingga

naskah ini, entah bagaimana nasib Gus Fawaz dan Ning

Rayya. Apakah ia menerima perjodohan itu? Aku hanya

bisa berkhidmah saja sebatas menjadi abdi ndalem

dengan keikhlasan tanpa keinginan lainnya.

“Faakhmadullaha musholliyan ala muhammadin

khairi nabiyyin ursila, waalihil ghurril kiromil bararah

washahbihi muntakhabinal khiyarah,” salawat yang

selalu kudendangkan setiap hari karena saking

bahagianya telah menaklukkan 1002 baris pasukan itu.

Terimakasih Abah An’im, Umi Hannah, Gus

Fawaz, Abi, Umi, serta Fanin yang sudah mengajariku

apa itu makna kehidupan yang sebenarnya.

Page 151: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

151

Rasa Cita dan Hafalanku

Oleh: Heny Waqinaka Jauharotin

“Hidup itu pilihan. Mau berjuang atau hanya diam

Mau mengorbankan pertemuan atau hanya berangan

angan”

Suara jangkrik yang menjadi keramaian pemecah

keheningan. Sinar matahari juga belum nampak pagi ini.

Masih begitu tebal embun yang menemaniku. Menjadi

saksi atas rindu yang semakin candu. Iya pagi ini masih

pukil 03:00. Banyak santri yang masih berselimut

mimpi. Bell pondok akan berbunyi ketika menjelang

subuh tiba.

Sudah 6 tahun silam aku berada dipondok ini.

Sebuah pondok salafiyah sederhana di desa yang begitu

nyaman untuk para santrinya. Aku sudah duduk di

kelas 3 aliyah di madrasah. Duduk di sebuah lorong

Page 152: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

152

bersama sebuah nadhom alfiyah ibnu malik ditanganku.

Dengan berbagai perasaan melanda hati dan pikiran.

Bisakah aku menghafal 1002 nadhom alfiyah ini?

Dengan kapasitas kemampuan rata-rata sepertiku?

Kubalikkan nadhomku mencoba menghafal satu persatu

namun nihil kali ini!!! Begitu sulit bagiku, entah hari ini

hatiku begitu gundah. Kuingin menghafal namun hati

memberontak, karena saat ini aku sedang rindu. Iya aku

sedang rindu pada umi abiku.

Tak kurasa air mata sudah membasahi pipi

kanan kiriku. Sudah lama kutak pulang, karena sebuah

target yang sudah kubuat sendiri. Aku tidak pulang

sebelum hafalanku alfiyah lancar dan selesai. Selain

jarak rumah dan pondokku yang begitu jauh aku juga

tak mau pulang dengan tangan kosong. Banyak godaan

yang terus menghampiri salah satunya ingin pulang dan

rindu umi abiku.

“Putrimu akan menyelesaikan hafalan ini

secepatnya umi abi” gumamku.

Kucoba tepiskan rinduku pada umi dan abi,

kutitipkan rindu itu pada sepoi angin disepertiga malam.

Perlahan kubuka lagi nadhomku tepat dinadhom ke-780,

perlahan-lahan bibirku mulai mengucap. Satu persatu

nadhomku hafalkan, memang sulit un tuk mengahfal

nadhom alfiyah ini batinku. Namun kuharus tetap

berusaha menghafalnya. Aku ingat kata-kata abiku

ditelefon tempo hari “Apalan kui ora sepiro akehe ning

Page 153: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

153

sepiro istiqomahe” kata itu yang menjadikan semangatku

tak pernah luntur.

Kriiinggg.... krriiiiinggggg.... krriiingggggg.

Terdengar nyaring ditelingaku bunyi bell dari

pengurus untuk membangunkan para santri. Berarti ini

sudah memasuki waktu subuh batinku. Aku melangkah

meninggalkan lorong dan berjalan kekamar meletakkan

nadhomku. Rupanya teman-temanku baru bangun.

Kusegera bergegas mengambil air wudhu untuk

menghindari antrian panjang.

Hingga sholat sudah usai dan seperti pondok

pada umumnya rutinitas setelah sholat subuh shorogan

al-Qur’an dengan Bu Nyai. Banyak santri yang sedang

berbaris mengantri menunggu gilirannya. Hari ini aku

datang lebih awal sehingga dudukku di depan. Giliranku

sudah selesai, sambil menunggu jam diniyah dimulai

kucoba muroja’ah kembali nadhomku yang sudah

kuhafalkan tadi. Tiba-tiba kumendengar namaku

dipanggil disepiker untuk kekantor pengurus. Aku segera

bergegas menuju kantor.

“Assalamualaikum” ucapku

“Waalaikumsalam, masuk hira” Ustadzah Nisa

menjawab salamku. Ustadzah Ulfa adalah salah satu

pengurus di pondok putri.

“Wonten nopo nggih, Ustadzah?”

“Begini Hira, Abimu telefon, katanya ingin bicara

denganmu.” Ustadzah Ulfa memberikan telfon padaku.

Page 154: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

154

Apakah ini yang dinamakan naluri orang tua dan

anak itu begitu nyambung? Batinku.

“Assalamualaikum, Abi,” Sapaku.

“Waalaikumsalam, Zahira, apa kabarmu, Nak?

Abi dan Umi kangen denganmu, Nak” Jawab Abiku di

sebrang sana.

“Hira baik bi, Apa kabar Abi dan Umi? Hira juga

kangen dengan Abi dan Umi” Kucoba agar air mataku

tak lolos kali ini.

“Syukurlah nak, Abi dan Umi juga baik.

Bagaimana hafalanmu?”

“Alhamdullilah Umi Abi, do’a in Hira segera

selesai hafalannya”

“Abi Umi selalu mendoakanmu, Nak.”

“Hira ingin sekali pulang, Bi” Mataku mulai

berkaca-kaca.

“Hira dengarkan Abi, Nak, Abi dan Umi kangen

banget denganmu, tapi cobalah ingat tujuanmu dulu

ketika ingin masuk pondok, sesingkat itukah Nak, kamu

belajar? Apa kamu tidak ingin mendapat ilmu yang lebih

jauh lagi? Tetaplah dipondok dulu nak mengabdikan

dirimu pada Bu Nyai, Pak Kiyai, di pondok. Biarlah

sekarang kita berpisah di dunia kelak kita berkumpul di

akhirat, Nak.” Kucoba tegarkan hati, namun nihil!!

Tess, air mataku terjatuh, kali ini begitu tersanyat

hatiku,“Nggih, Abi.”

Page 155: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

155

“Pulanglah di kampung bibimu nak, lepaskan

segala kebosananmu di sana dulu. Bila nanti waktunya

Abi dan Umi akan menjemputmu, Hira.”

Air mataku sudah tak lagi bisa kubendung hingga

akhirnya kumemutuskan untuk mengakhiri telfon Abi,

daripada rindu itu akan menguasai hatiku. Setelah telfon

selesai kusegera memberikan kembali pada ustadzah

dan aku kembali kekamar bersiap-siap diniyah.

Suara canda tawa, berisik bahkan teriakan

terkadang semuai itu mengganggu ketenangan namun

tidak mengurangi kenyamanan. Begitulah suasana

setiap hati di pondok. Dengan bercanda saling

bercengkrama mungkin hal itu salah satu pengalihan

perhatian bagi para santri agar tidak terbebani oleh

rindu pada orangtua.

Detik demi detik, menit demi menit, jam demi

jam, hari demi hari, bulan demi bulan yang terus

berjalan. Kali ini tempat dimana bulan ujian diniyah bagi

para santri. Banyak santri yang sibuk menyiapkan diri

untuk melaksanakan ujian. Mulai dari menambal kitab,

muthola’ah dan muroja’ah nadhom-nadhomnya.

Begitupun aku, duduk di sebuah angkringan jemuran

untuk menyelesaikan hafalan nadhom alfiyah yang ke

992 itu artinya aku kurang 10 nadhom lagi khatam. Di

tempat ini aku mendapat ketenangan dan kenyamanan

untuk menyelesaikan hafalanku. Ada rasa yang

berkecamuk dalam hati, rasa bahagia sedih.

Page 156: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

156

Ujian itu telah tiba dan hari ini ujian terakhir

yang dilakukan di pondok dan lusa akan

diselenggarakan haflah. Itu berarti hari ini aku sema’an

nadhom alfiyah ibnu malik 1002 nadhom pada pak kiyai.

Rasa cemas, deg-degan, bahagia. Rasanya seperti

bertemu malaikat batinku.

Cemas bila nanti aku tak lulus!! Deg-degan bila

nanti aku lupa nadhom.!! Bahagia karena liburan ini aku

pulang, yah walau pulang kerumah bibi!!

Perlahan ku melangkahkan kaki dan

memantapkan diri. Aku masuk disebuah ruangan yang

biasa digunakan untuk menyetorkan semua hafalan

pada pak kiyai. Panas dingin gemetar itulah yang

kualami. Aku duduk bersimpuh di hadapan pak kiyai

dan melalar nadhom demi nadom hingga selesai 1002

nadhom. Setelah selesai aku langsung menuju kamarku,

mencoba memejamkan mata menetralkan suasana hati

dan pikiran. Tiba-tiba ada yang membangunkanku.

“Hira bangun!”

Dengan malasnya ku membuka mata “Ada apa,

Yun?”

“Katanya kamu lusa mau pulang ke rumah

bibimu ayo kita kemas-kemas, agar tidak tergesa-gesa”

Yuni ini salah satu teman kamarku dan kebetulan

rumahnya satu desa dengan bibiku.

Kami pun segera mengemasi barang yang mau

dibawa pulang. Hari ini suasana di pondok sudah ramai,

Page 157: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

157

meski biasanya juga ramai. Hari dimana ditunggu-

tunggu para santri. Iya! Wisuda Alfiyah Ibnu Malik. Rasa

sedih senang entahlah rasa apa yang melandaku saat

itu. Banyak santri yang pulang dan ada juga yang

boyong ada juga yang tetap dipondok. Seperti halnya aku

hari ini aku pulang, meskipun dirumah bibi, canggung

sebenarnya tapi ya sudahlah kunetralkan rasa.

Hari terus berlalu hingga dimana saat ini aku

kembali ke pondok, aku sudah tak lagi masuk

madrasah, aku mengabdi di dhalem Bu Nyai Pak Kyai.

Sambil melanjutkan hafalan al-Qur’an. Aku termotivasi

pada salah satu ustadz yang mengajarku saat masih

wustho. Dawuhnya beliau saat itu “anak yang hafal al-

Qur’an kelak di akhirat bisa menolong kedua

orangtuanya”.

Dari situlah aku mulai menghafalnya, kutata lagi

niatku. Karna aku juga ingin kelak menghadiahkan

orangtuaku sepasang mahkota yang indah. Ayat demi

ayat kuhafal berbulan bulan bahkan tahun. Sembilan

tahun sudah aku berada dipondok. Hafalan pun sudah

kuselesaikan meski mengorbankan rindu yang

menggebu. Hari ini Abi dan Umi ku datang

menjemputku, aku akan boyong mengabdi pada

masyarakat dan desa ku yah. Dari situ ku merenungkan

inilah hasilku bertahun tahun memendam rasa rindu.

Sembilan tahun akhirnya rinduku terobati, menyandang

hafidzah yang jadi impian. Sungguh besar kuasa Allah.

Page 158: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

158

Mereka yang Tak Terlihat Ikut Bersholawat

Oleh: Restiana Ega Umami

Cerita tentang santri di pondok pesantren itu

memang banyak dan pasti berbeda-beda tapi tidak juga

ada yang bercerita tentang horor yang ada di pondok,

seperti cerita ku ini. Perkenalkan namaku adalah Adelia

Wardatul Firdaus, santri baru yang baru masuk pondok

pesantren setelah lulus SMP di Surabaya, mengenai

tentang hidup di pondok pesantren aku tidak tau banyak

yang ada didalam pikiran ku adalah horor, iya horor

dalam artian bangun tidur sebelum shalat tahajud, lalu

mengaji, menghafal yang itu semua sudah aku lakukan

di rumah. Gak sering sih, dan yang paling horor adalah

perihal menghafal. Aduh, kalo soal itu, aku dedel banget

kayaknya. Tapi nggak juga karena mengingat ada sebuah

peribahasa 'sekeras-kerasnya batu kalau ditetesi air

secara terus menerus lama-kelamaan akan cekung juga'

Page 159: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

159

begitulah bunyinya kurang lebih kalian pasti tau kan

maksudnya apa. Oke lanjut! Ya udah sebulan ini aku

mondok di sebuah pondok yang lumayan terkenal di

Kabupaten Ponorogo. Di pondok ini, ada ribuan santri

dari penjuru Indonesia dan tentunya dengan tujuan yang

sama meski dengan cara berbeda mengenai alasan

masuk pondok. Kalo seperti aku ini nih alesannya ya

tentu saja karena desakan dari keluarga, ayah dan

mbah kung ku sendiri. Sabar sabar Adel. Di pondok ini

terdapat madrasah formal dan non formal diantaranya

adalah yang madrasah formal ada madrasah Tsanawiyah

dan madrasah Aliyah sedangkan yang non formal adalah

madrasah salafiyah dimana seluruh santri wajib

mengikuti madrasah tersebut dan ada beberapa jenjang

yakni mulai dari kelas 1 sampai kelas 6 dan berlanjut ke

tahajud, dan lucunya aku masuk kelas akselerasi ya

program kelas baru dimana kelas 1 dan 2 ditempuh

dalam waktu setahun yang seharusnya 2 tahun.

"Adeeeeeelll kamu tau si Sayyidah nggak" ah, itu

suara si Naziera teman satu kamar yang suka koar-koar

dan juga menjadi teman makan satu lengser bersama

Mala dan Ezlyn. Naziera ini cerewetnya minta ampun

tapi baek kok orangnya. Hehe. "Ya mana aku tau, Ra.

Kan kamu tau kalo aku baru dari kamar mandi" Jawab

ku sambil menggantung baju seragam yang baru selesai

dipakai saat madrasah salafiyah atau biasa kami

menyebutnya diniyah, yang dimulai jam 3 sore dan

Page 160: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

160

selesai jam 5 sore. "Tuh anak kalo kabur gimana coba,

tadi aku disuruh nemenin si Sayyidah sama Mbak Alfa,

sekarang ngilang padahal aku tinggal ganti baju bentar

aja udah ilang, tuh anak kayaknya sakit deh, Del"

celoteh Naziera tanpa henti, ya teman sekamar kami

yang bernama Sayyidah itu baru masuk ke pondok ini 3

minggu yang lalu dimana pondok pesantren sudah

masuk dua bulan yang lalu sebelum Sayyidah masuk.

Sayyidah ini anaknya aneh banget pendiem, nangis

nggak jelas, terus marah-marah apalagi pas waktu adzan

sholat, menurut cerita dari mbak Dhiroh, mbak

pembimbing yang ada dikamar ku itu, Sayyidah adalah

seorang muallaf yang baru masuk Islam satu minggu

terus sama ibunya dimasukkan ke pondok supaya si

Sayyidah ini bisa mengenal agamanya lebih dalam, orang

tua Sayyidah memang berbeda keyakinan. Ibunya

seorang muslim dan bapaknya seorang nasrani.

Sayyidah memang mengikuti agama sang bapak sebelum

pada akhirnya orang tua mereka berpisah dan Sayyidah

ikut ibunya dan jadilah sekarang Sayyidah menjadi

mualaf yang sebenarnya sebelumnya namanya bukanlah

Sayyidah. Sayyidah adalah nama saat dia sudah masuk

Islam. Belum diketahui kenapa Sayyidah itu sering

ngilang tiba-tiba dan muncul bersama Ust. Alif. Ustaz

itu mempunyai banyak penggemar di pondok putri ini.

Ya karena beliau itu tampan dan terkenal Ghudzul

Bashor-nya. Yah, mulai ngelantur deh, dasar Adel.

Page 161: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

161

"Entar juga ketemu, Ra" sahut Elyn yang baru

selesai sholat ashar. "Kamu sholat sambil dengerin kita

ngomong, Lyn" Seloroh ku pada Elyn. "Ya bukan aku

yang mau dengerin kalian ngomong tapi suara kalian

berdua tuh yang kenceng" Jawab Elyn tak mau salah, ya

emang sih salah aku sama Naziera. "Gimana kalo tuh

anak kayak kemarin malam ditemuin sama Ustad Alif di

kebun melon punya pondok sambil histeris" seru

Naziera, ditambah bentar lagi mau maghrib dan pasti

semua santri ke aula untuk sholat berjamaah dan ngaji

bareng bu Nyai. Waduh, cuma aku sama Naziera yang

lagi udzur. Bukanya sok tau tapi emang aku bisa melihat

begituan ya yang putih putih terbang melayang itu kayak

pesawat secara sekilas atau memang Nampak dan aku

juga melihat kalau Sayyidah itu kayak ada yang nempel

sama dia.

Kriiiiinggg kriingggg kriiiinggg

Yaahh bel udah bunyi tandanya adzan maghrib akan

berkumandang, dan kulihat Mala yang baru masuk

kamar dengan tergopoh-gopoh, dengan seragamnya yang

basah. "Dari mana aja, Mal? Itu kenapa kok basah

semua" tanya ku pada Mala yang sedang memakai

sarung dan mukena-nya. "Aduuuhh itu tu si Sayyidah

dia itu kagak waras kali ya, masak aku wudhu itu malah

disiram air" omel Mala yang sudah bersiap ke aula

bersama Ezlyn dan yang lainnya.

Page 162: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

162

"Hushhh Mala kalo ngomong" ucap mbak Intan

yang juga sudah memakai mukena.

"Oh iya Adel sama Naziera, kalian udzur kan,

disuruh mbak Dhiroh untuk bantuin si Sayyidah di

kamar mandi" Kalimat yang diucapkan oleh Mala adalah

kalimat horor yang aku dengar begitu juga dengan

Naziera yang sama seperti aku, ya mau bagaimana lagi

satu kamar berisi 10 santri dan yang udzur aku sama

Naziera aja, berdua, disuruh bantuin Sayyidah, kalo

ngamuk gimana.

"Nggak mau, masa cuma berdua aja kalo tuh

Sayyidah ngamuk gimana" protes Naziera tak setuju, aku

pun juga tidak setuju. "Kan kalian udzur, kita semua

kan sholat. Udah ya nanti kita telat dimarahi lagi sama

mbak-mbak peribadatan" Mala pun melenggang bersama

Elyn dan yang lain, tugas berat nih, lebih berat dari

suruh jaga malam sambil keliling asrama putri. Mau tak

mau aku dan Naziera harus membawa Sayyidah balik ke

kamar dan sholat maghrib di kamar, ya disinilah aku

dan Naziera berada, di kamar kami yang letaknya di

lantai dua dan paling ujung.

"Nah dah siap, sekarang Sayyidah sholat maghrib

ya" ucap ku pada Sayyidah sekalem mungkin, aku dan

Naziera membantunya memakai sarung dan mukena

setelahnya aku menyuruhnya untuk sholat maghrib, dia

hanya berdiri di atas sajadah dan diam lumayan lama

sampai akhirnya aku menegurnya namun Sayyidah

Page 163: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

163

malah melotot ke arah ku sebentar sebelum akhirnya dia

meloncat-loncat di atas sajadahnya, seketika membuat

aku dan Naziera kaget.

"Dii... iiaaa..kkeee... keee. raassuu.. kkaaann"

ucap ku tergagap-gagap, Naziera pun keluar dari kamar

berlari untuk memanggil ustadzah yang berjaga. Aku

takut? Tentu tidak! Hanya saja aku terkejut, kaget

karena baru kali ini aku melihat orang dirasuki sesuatu

yang ghaib, aku bergidik, lisanku seketika melafalkan

sholawat nabi, dan terkejut nya aku menjadi jadi saat

sosok yang memasuki Sayyidah ikut mengucapkan

sholawat yang aku ucapkan sambil loncat loncat, dan

tertawa. Langkah kaki ku mundur seketika, mungkin

wajahku sudah pucat pasi karena ya memang tinggallah

aku sendiri dengan Sayyidah yang kerasukan.

"Assalamualaikum" Ustadzah Khadijah masuk

melihat ku sebentar lalu menghampiri Sayyidah bersama

2 mbak-mbak dari pengurus kesehatan juga Naziera

yang sudah berwajah khawatir, lalu tak lama kemudian

Ustad Alif datang membantu untuk mengeluarkan sosok

yang merasuki tubuh Sayyidah, lampu kamar pun tiba-

tiba mati bersama dengan erangan dari Sayyidah,

Naziera meremas tanganku takut karena gelap ditambah

suasana yang tak enak.

"Ra, rapalkan doa-doa yang kau ingat. Jangan

seperti ini" Ingatku padanya, aku memang tidak pandai

menenangkan orang apalagi di situasi seperti ini.

Page 164: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

164

Karena aku mengingat perkataan mbah kung yang biasa

bercerita tentang hal-hal yang mistis seperti itu. Jin yang

merasuki tubuh Sayyidah pun berteriak mengucapkan

sholawat, membuat ku merinding sekaligus bingung. “Ini

jin Islam apa jin tomang sih?” Gumamku. Eh

maksudnya jin jahat.

"Jangan rusak aku aahhhhh" Teriak jin itu saat

tidak mau keluar. Pikiran ku tertuju pada sebuah kelas

madrasah marwah dimana saat itu masih terlihat sore

untuk dibilang malam karena matahari masih terlihat

terang, dan langkah ku itu terhenti saat mendengar

suara sholawat tapi tidak ada orang disana kecuali aku

dan elyn yang sedang fokus dengan kitab yang

dibawanya.

Waktu seakan terus berjalan tanpa henti, ya kalo

berhenti bahaya juga kan hehe. Seminggu setelah

kesurupannya Sayyidah. Sayyidah keluar dari pondok

pesantren karena mengingat 3 hari setelah kejadian itu

aku dan Naziera tak sengaja membaca buku tulis

sekolahnya Sayyidah dan kagetnya kami disana tertulis

banyak tulisan yang mana intinya Sayyidah belum bisa

masuk Islam atau mungkin tidak mau masuk pondok,

akhirnya berdasarkan wewenang dari abah Yai, Sayyidah

harus dibawa ke psikiater dulu karena bisa jadi jiwa

Sayyidah terguncang karena perpisahan kedua

orangtuanya dan ibunya yang memaksanya untuk

masuk Islam dan tinggal di pondok. Mengenai sosok

Page 165: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

165

yang merasuki tubuh Sayyidah, dia, bukan, maksudnya

jin yang merasuki Sayyidah adalah jin yang murtad atau

bisa saja jin kafir yang meniru ucapan kita ya itu yang

diucapkan oleh Ustad Alif setelah mengeluarkan jin itu

dan memang benar aku melihat sosok hitam besar yang

keluar dari tubuh Sayyidah bersamaan dengan nyalanya

lampu. Kalian tidak perlu takut dengan sosok seperti

mereka yang mengganggu karena derajat manusia lebih

tinggi dari mereka jin dan para saudara dan kawan

kawannya, tapi tidak menutup kemungkinan kalau kita

tidak percaya kalau mereka ada, kita harus percaya

kalau mereka ada karena kita hidup berdampingan

dengan mereka yang terpenting jangan pernah

menyimpan rasa takut pada mereka karena yang patut

ditakuti adalah Allah swt.

"Eh tau nggak, Lyn, Adel bisa kayak itu yang di

YouTube yang suka ngomong ngomong sama makhluk

gaib yang punya temen anaknya Belanda yang dibuat

film horor tuh"

"Siapa sih, Ra" tak tau Naziera.

"Risa" celetuk Mala yang sedang melipat baju.

"Masak iya, Lyn, beneran Del?" tak percaya

Naziera. Emang dasar polos gampang kena tipu nih

temen satu.

"Enggak, percaya sama Elyn. Dibohongi kamu

sama dia" Jawabku yang masih setia dengan lembar

Page 166: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

166

kertas putih yang sudah tertulis banyak di dalam

barisan.

"Ya elah Lyn, bohong mulu dosa loh ya"

"Ih emang bener, bohong itu dosa kok" Jawab

Elyn. Dasar Elyn sama Naziera nggak pernah diem

berisik mulu kerjaan mereka, kalo nggak rusuh satu

sama lain ya ngomongin si kang-kang dapur yang suka

mereka ledekin, puyeng deh.

“Cepat sembuh Sayyidah, dan cepat kembali

kesini. Kami semua sudah menganggapmu seperti

keluarga”

Page 167: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

167

Eksistensi Pesantren

Oleh: Diya’ Anissaul Fauziyah

Pasti tidak asing di telinga kita tentang

pesantren, yang sering disebut-sebut dengan penjara

suci oleh kebanyakan santri. Sebuah tempat dimana

para santri menimba ilmu keagamaan yang

sesungguhnya. Ya ini tentang pesantrenku, PPMU

(Pondok Pesantren Miftahul Ula) dengan pendiri K.H

Abdul Fattah. Terdapat 4 ribat yang berdiri di tengahnya

diantaranya Al-Aini, An-Nur, Al-Fattah, dan yang aku

singgahi sekarang Al-Halim. Masing-masing ribat diasuh

oleh putra putri Kiyai Fattah sendiri. “Sebuah pondok

kecil yang berdiri di tengah masyarakat yang pernah

melakukan segala hal yang paling dilarang oleh agama,

minuman keras, berjudi, tarung ayam bersatu di desa

pondokku ini. Sekarang tidak ada hal yang tidak

mungkin terjadi, desa ini sekarang telah berubah

menjadi desa pesantren, dimana selain para santri

Page 168: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

168

masyarakat memiliki kegiatan rutin pengajian sendiri”,

Petuah yang selalu diberikan oleh Bu Nyai sepuh,

mertua dari Bu Nyai Faqi’ sekaligus pemilik pondok Al-

Halim bersama Abah Jamal.

Pagi telah menyemburkan keindahan fajarnya,

dan diriku terbangun oleh gedoran pintu kamar yang

dihasilkan dari tangan pengurus yang begitu bising. Aku

pun tersentak untuk langsung bangun dan jam

menunjukkan pukul 4 pagi, tiada hari di pondok tanpa

suara gedoran. Berbeda dengan mereka yang telah

terbiasa dengan qiyamu lail-nya, pasti suara bising itu

tak berpengaruh besar untuknya. Bu Nyai sendiri pasti

hafal dengan siapa-siapa yang sering bangun sebelum

subuh, dan pastinya bukan aku.

“Mbak-mbak adek-adek jama’ah”, Dor Dor Dor….

Suara yang setiap subuh terdengar dan membuat

santri enggan untuk bangun, karena terlalu bisingnya

mungkin mereka tidak menyukai cara membangunkan

pengurus. Setelah pengurus turun ke lantai satu dan

suasana kembali hening, dengan tidak sadar mataku

terpejam kembali dan badan terhempas ke bantal.

“Mbak-mbak, adek-adek jamaah. Bu Faqi’

sampun rawuh”, Serentak satu kamar terbangun seperti

terjadi gempa hanya dengan mendengar kalimat Bu Faqi’

sampun rawuh. Ya kalimat itu seakan keramat bagi kami

santri Al-Halim Putri, entah kenapa memang telah turun

temurun. Karena bila kami tidak segera bangun dan

Page 169: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

169

terlihat oleh Bu Faqi’ tidak jamaah mungkin beliau akan

marah dan menyuruh pengurus untuk menghukum

kami.

Salat subuh dimulai, dengan mata yang masih

terkantuk aku dan teman-teman mengikuti jamaah

subuh. Seperti biasa, di waktu shalat subuh surat yang

tidak ketinggalan dibaca yaitu Ad-dhuha dan At-tin.

“Balaa wa ana ‘ala dzalika minasyahidiin”,

Serentak seluruh jamaah salat subuh melantunkan

setelah surat at-tin dibaca. Saat zikir, dalam budaya

kami tidak mempercepat bacaan, pelan tapi mahorijul

huruf jelas. Zikir saat salat subuh memang menjadi

kesempatan santri melanjutkan mimpinya, kebanyakan

mereka selalu tertidur hingga doa selesai. Setelah

bersalaman dengan Bu Nyai serta pengabsenan, santri

yang belum bangun diutus untuk membangunkan

mereka yang masih nyenyak dengan pulau kapuknya.

Untuk kelas satu MTS dan MA dilanjutkan

sorogan al-Qur’an bersama Bu Faqi’ dan kelas yang lain

melalar juz 30 yang dibagi menjadi 4 bagian. Jadi,

setiap hari melalar seperempat dari juz 30. Tidak akan

pernah tertinggal bagi kami setiap kali selesai melalar

tempat dimana kami duduk akan sekaligus menjadi

tempat ternyaman untuk melanjutkan tidur. Itulah

kebiasaaan buruk yang sampai sekarang masih saja aku

lakukan, maaf, masih mencoba untuk menghilangkan

Page 170: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

170

kebiasaan itu sedikit demi sedikit, karena ku tahu hal

tersebut tidak berakibat baik.

Sering aku mendengar teguran berkali-kali dari

Bu Faqi. “Dibenakno sek nduk mahroj-e”, selama mereka

belum mampu menguasai makhorijul huruf tersebut,

beliau adalah yang paling memerhatikan mahroj. Tidak

jarang banyak dari mereka menangis karena kesulitan

melafalkan mahroj dengan benar, termasuk diriku.

Kadang dalam tengah-tengah mengaji, beliau

menghentikan untuk menanyakan tajwid pada ayat yang

dibaca, dan pastinya timbul pertanyaan tersebut karena

adanya kesalahan pelafalan.

Seperti siswa lainnya, kami para santri tetap

bersekolah umum, (MA) Madrasah Aliyah, aku memulai

pendidikan pesantren di jenjang MA. Sedikit sejarah MA-

ku, dulu MA-ku masih mengikuti yayasan dengan segala

ketentuan dari yayasan, namun saat menjali milik

negara atau menambah embel-embel negeri, banyak

ketentuan yang harus berubah termasuk libur di hari

Ahad. Akan tetapi pihak yayasan tidak mengijinkan

pihak sekolah untuk mengganti hari libur yang semula

Jum’at menjadi hari ahad, karena menurut Kyai kami,

istirahat terbaik untuk umat Islam adalah di hari

Jum’at. Jadi sekolah menetapkan hari libur tetap pada

hari Ahad.

Aku masuk MA dengan Jurusan Keagamaan, ya

jurusan yang mengarahkanku untuk fokus dalam dunia

Page 171: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

171

keagamaanku. Pondokku dulu mengijinkan kami

mengikuti segala bentuk ekstra kecuali drum band,

sekarang menjadi pengurus pramuka tidak diijinkan

karena banyak kejadian para santri tidak mengikuti ngaji

karena sibuk dalam organisasi pramukanya. Akhirnya

Bu Nyai-ku memutuskan tidak diperbolehkan menjadi

pengurus pramuka kecuali wajib pramuka dari pihak

sekolah.

Namun aku tetap bersyukur telah berada di

pondok yang aku tempati sekarang, menimba ilmu

keagamaan yang diajarkan begitu sungguh-sungguh.

Setelah kegiatan menimba ilmu pengetahuan di MA,

kami para santri mengikuti kegiatan madrasah diniyah,

di kelasku dulu kitab yang dikaji adalah mulai dari

jurumiah, imirithi, tuhfatul athfal yang diisi oleh Bu Nyai

sendiri, Bu Faqi’, taqrib, mabadi fiqih dan seterusnya.

Untuk Bu Faqi’, kami diwajibkan untuk menghafal

nadhom, dan setiap pembelajaran beliau dimulai kita

menyetorkan paling tidak satu bab dari nadhom

tersebut. Terkadang juga membaca kitab terlebih dulu

sebelum setoran dimulai.

Mungkin suatu hal yang paling menegangkan

adalah saat diajar oleh Bu Faqi’, mengapa tidak, beliau

selalu memberikan kejutan pada kami. Kadang bila tidak

ada setoran nadhom pasti akan ada tanya jawab dari

beliau, dan itu tanpa ada pemberitahuan terlebih

dahulu.

Page 172: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

172

“Ndiya’..”, Beliau memanggil namaku, kadang

hanya dengan panggilan namaku aku begitu senang,

namun dengan mengitari bangku-bangku kelas beliau

memanggil, jantungku terasa memompa lebih kencang

dari sebelumnya, otakku berpikir lebih cepat sebelum

pertanyaan diberikan.

“Coba bunyikan nadhom,yang menjelaskan

tentang i’rob jer..”. Selang waktu yang cukup

mengheningkan suana aku mulai berpikir. “Alamatul

khofdulladzi bihan dhobat.. Kasrun wayaun tsumma

fathatun faqod”.. dengan keringat dingin yang keluar dan

suara yang tertahan, aku benar dalam menjawabnya.

Betapa leganya diriku, ini menandakan aku telah lolos

dari pertanyaan-pertanyaan berikutnya. Suasana hening

menyelimuti kembali, pertanda akan datang panggilan

nama selanjutnya dan pertanyaan selanjutnya dan

begitu seterusnya.

Namun aku sangat tidak begitu mengeluhkan hal

tersebut meskipun kadang mengeluh. “Boleh mengeluh,

putus asa jangan”, Bentuk semangat dari teman-

temanku. Dengan begitu aku mendapat pelajaran bahwa

belajar tidak serta merta saat ujian. Untuk sebuah

pemahaman, dibutuhkan adanya mutholaah agar kita

bisa memahami pelajaran dengan baik. Yang selalu kami

harapkan pada pembelajaran beliau adalah motivasi.

Itulah yang selalu kami tunggu-tunggu, saat beliau

menceritakan pondok masa muda beliau, dan aku

Page 173: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

173

mampu menyimpulkan mungkin pondoknya dulu lebih

dari apa yang diberikan pada kami.

Pembelajaran MADIN dimulai pukul setengah 5

dan berakhir pukul setengah 6 sore, kami pulang

mengiringi Bu Nyai di belakang. Setelah sampai pondok,

kami melaksanakan jama’ah salat maghrib bersama Bu

Faqi’. Setelah itu, waktunya untuk sorogan kelas 2 MA

dan MTS, untuk yang lain membaca yasin bersama.

Kadang saat kami membaca surat yasin terlalu cepat,

kami akan disuruh untuk mengulangnya kembali. Ya

memang budaya kami tidak menuntut bacaan kami

harus cepat, mahroj yang benar lebih diutamakan.

Setelah selesai membaca surat yasin kami menunggu

jamaah isya’ dengan mengantri setrika baju seragam

yang akan dipakai besok. Kadang setelah yasinan kita

baru menerima jatah makan sore.

“Mbak-mbak adek-adek maem..” suara lantang

pengurus memberikan kode waktu makan sore tiba. Dan

dengan semangatnya aku mengambil satu piring untuk

tiga orang, aku, Laila dan Nur memang selalu makan

bertiga, entah kenapa memang begitu nikmat ketika

kami makan bersama. Makanan yang tadinya tidak aku

sukai lama kelamaan menjadi suka berkat mereka

berdua.

Setelah selesai makan kami menunggu jamaah

shalat isya sambil bercengkerama dengan teman-teman

sembari hanya bercanda ataupun berbincang tentang

Page 174: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

174

masalah sekolah. Ada yang menyalakan laptop untuk

mengerjakan tugas, atau hanya sekedar bermain. Kami

diperbolehkan membawa laptop namun maksimal

pemakaian sampai 10 malam, bila telat mengembalikan

laptop akan disita oleh pengurus yang selanjutnya akan

diserahkan ke Bu Nyai.

Shalat Isya’ tiba, seluruh santri berbondong-

bondong mengambil air wudlu, minimnya tempat wudlu

kami mengharuskan untuk wudlu lebih awal, dan itu

sering yang kulakukan kalaupun aku belum batal wudlu

maghrib aku tak berwudu lagi karena antrian yang

terlalu panjang. Jamaah shalat pun dimulai, iqomah dari

salah satu santri berkumandang tanda Bu Nyai sudah

hadir dan shalat akan didirikan, dan seperti biasa

setelah selesai shalat kita bersalaman dengan Bu Nyai

satu persatu.

Pernah di waktu shalat ashar tepat di rokaat

terakhir Bu Nyai batal wudlu sehingga beliau

membatalkan shalat. “Mb Nailu.. saman imami”. Dengan

posisi masih tahiyat akhir Kak Nailu mengimami shalat

dengan tanpa beranjak dari duduknya. Yang kuketahui

untuk jamaah perempuan memang tak perlu beranjak ke

depan untuk menggantikan seseorang imam, yang

terpenting lutut lebih unggul dari makmum.

Begitulah kegiatan pesantrenku setiap harinya, di

saat ramadan kami melaksanakan hari-hari berpuasa di

dalam penjara suci. Tiga tahun aku menempuh

Page 175: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

175

pendidikan pesantren dan tiap bulan ramadankah suatu

hal yang paling berkesan untukku. Bagaimana tidak,

hari-hariku penuh dengan ketenangan, apalagi dalam

bulan ramadan setiap kebaikan yang kita lakukan akan

dilipatgandakan, betapa indahnya. Mungkin tidak akan

kembali masa-masa yang telah terjadi di pondokku, saat

aku meninggalkannya untuk pendidikan lanjutku. Yang

selalu kuingat saat jamaah shalat terawih, sering terjadi

hal-hal yang menarik dari tingkah neng kecil, sebutan

untuk putri kiyai. Karena dibiasakan berada di samping

Bu Nyai ketika jamaah, kadang tingkah lucunya

membuat kami kehiangan konsentrasi shalat dan

tersenyum melihat tingkah lucu neng. Tak jarang juga

neng kecil duduk di sajadah Bu Nyai sehingga beliau

harus bergeser untuk melanjutkan gerakan shalat,

kadang pula ketika sujud, neng kecil naik di atas

punggung Bu Nyai hingga membuat beliau sujud dalam

waktu yang cukup lama menunggu neng kecil mau

turun. Jadi teringat Rasulullah yang tidak mengganggu

cucu-cucunya bermain di punggung beliau, dan Rasul

menunggu hingga mereka selesai bermain, baru beliau

bangun dari sujud.

Aku beruntung berada pada pendidikanmu Kyai,

segalanya menjadi mudah ketika barokahmu mengalir

bagai air yang tiada ujung. Saat upacara perpisahan

denganmu, rasanya seperti tidak akan ada lagi yang bisa

menggantikanmu. Dengan Bu Nyai yang alhamdulillah

Page 176: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

176

hafidloh, lebih menekankan al-Qur’an untuk selalu

membacanya, mempertahankan mahroj-nya, selalu

melalar juz 30 agar tidak lupa, sampai sekarang masih

terngiang di benakku pesan itu, dan akan selalu kuingat

sampai kapanpun. Terimakasih atas segala kebaikanmu

murobbi, entah bagaimana nasibku tanpa engkau, aku

santrimu dan sampai kapanpun akan tetap jadi

santrimu, dimanapun aku berada.

Page 177: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

177

Karir

Oleh: Nashoihid Diniyah

Pendar rembulan tampak mengintip di balik

celah-celah pepohonan. Bulan tampak menggantung

indah di angkasa. Pun dengan beberapa bintang yang

juga ikut bersinar menambah kesan damai di malam ini.

Aku duduk di bawah tamaram lampu, menopang

dagu di kedua tangan. Sesekali membolak-balik kitab

yang tadi baru saja diajarkan oleh Bu Nyai. Aku menatap

sekilas jam kecil yang melingkari pergelangan tangan.

Waktu hampir menunjukkan pukul sebelas malam, tapi

mata ini masih enggan untuk terpejam.

Berulang kali kutatap langit lalu mendesah berat.

Menjadi mahasiswa sekaligus menjadi santri tak pernah

terlintas sekali pun di benakku. Bukan tidak mau

menjadi keduanya tapi kupikir akan sangat repot jika

Page 178: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

178

satu orang dengan dua tugas. Ditambah lagi aku sendiri

seorang pemalas.

Abah sangat kekeh untuk memondokkanku

sedang ummi? Jelas beliau sangat mendukung keinginan

abah. Walaupun sebenarnya aku tidak terlalu setuju

untuk tinggal di pesantren. Namun, aku tidak mau

membantah perintah kedua orang yang kusayangi itu.

Jadilah aku di sini sekarang kuliah sekaligus

nyantri di salah satu perguruan tinggi di Malang.

Bahkan sudah hampir tiga tahun.

“Za!”

Aku langsung menoleh ke arah sumber suara sembari

mengelus dada karena kaget.

“Astagfirullah ngagetin aku aja kamu, Na,”

protesku.

“Ngapain sih? Udah jam sebelas ini buruan

masuk tidur. Kalau lagi kajian aja malah tidur giliran

selesai ngaji jam segini masih melek. Oh atau kamu

sengaja belum tidur ya nungguin pangeran lewat,” ujar

Riana menaikturunkan kedua alis tebalnya.

Aku hanya mengerutkan dahi tak paham.

“Pangeran siapa?” “Ya siapa lagi kalau ndak Gus

Zidan sama Kang Zaky. Mereka, 'kan kalau habis

simakkan lewat sini.”

“Loh kok kamu tahu?” selidikku. “Ye apa sih yang

aku tahu,” ujar Riana mengekeh. “Ayo gih tidur.” Aku

Page 179: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

179

ingin mengatakan sesuatu tapi Riana sudah terlebih

dahulu menarik tanganku masuk ke dalam.

***

Aku menatap deretan nilai hasil ujian pondok

semester lalu dengan tatapan miris. Ini pasti efek dari

seringnya tertidur waktu kajian. Apalagi aku memang

sering bermalas-malasan, bahkan untuk sekedar belajar

saat akan ujian saja aku terasa malas.

“Ini nilai aku kok jelek banget ya,” ujar Riana

seraya menggelengkan kepala.

“Sama ...,” ucapku mengiyakan.

“Makanya kalian itu belajar. Ngeluh mulu belajar

nggak. Giliran nilai jelek protes,” cerocos Alia seraya

menunjukkan kertas hasil ujiannya.

Iya. Alia memang termasuk paling rajin di antara

kami. Anak itu kalau bicara soal pelajaran di pondok

jangan tanya lagi. Pintar. Tapi memang dari awal dia

hanya ingin mondok tanpa berniat masuk perguruan

tinggi. Jadi ia rajin kalau di pesantren tapi malas kalau

di kampus, berbeda dengan aku yang justru sebaliknya.

“Hmm dapet nilai berapa pun paling ujung-ujungnya

kita juga jadi ibu rumah tangga,” ujar Riana sembari

mencebik.

Aku menggeleng. “Eh jangan salah selain jadi ibu

rumah tangga kita juga bisa berkarir tahu. Sebagai

mahasiswa dan santri yang tujuan belajarnya sama-

sama untuk meningkatksn generasi yang unggul dalam

Page 180: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

180

iptek maupun imtaq ya bagi aku karir juga penting tanpa

memandang kelas gender dan mengesampingkan tugas

kita yang utama. Apalagi kita di sini mengemban dua

tugas dan amanah yang penting,” Terangku panjang

lebar.

Riana dan Alia bersamaan memandangku dengan

tatapan entah aku juga tak mengerti. Hampir bersamaan

pula, pelan mereka menggelengkan kepala. “Kerasukan

apa kamu, Za?” tanya Alia.“Dih iya nih si Fiza gaya-

gayaan ngomongin karir. Lawong belajar aja kamu juga

males,” timpal Riana tersenyum meledek.

Aku menggaruk tengkukku yang sebenarnya

tidak gatal. Lalu meringis menampakkan deretan

gigi.“Iya, 'kan aku ngomong gini biar kita lebih semangat

belajar.”

“Ndak usah nyemangatin orang buat belajar,

kalau diri sendiri aja masih suka males-malesan.” Canda

Riana.

“Emang cita-citamu apa, Za?” tanya Alia,

mengalihkan atensi pada benda pipih yang baru saja

dipegangnya.

“Dosen.”

“Dosen? Oke, buktiin aja kalau kamu emang bisa,

kebetulan kemarin ada informasi beasiswa S2 santri

LPDP nah buktiin kalau kamu bisa masuk beasiswa itu,”

ucap Riana menatapku intens.

“Eh? Kok jadi kaya gini,” protesku.

Page 181: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

181

Riana mengekeh. “Anggep aja ini tantangan untuk

kamu, biar lebih semangat belajar. Emangnya kenapa

kamu takut gagal?”

“Nggak kok,” Jawabku tegas, padahal dalam hati

aku sendiri tidak yakin.

“Baiklah. Ingat ya kamu harus bisa masuk

beasiswa yang santri bukan beasiswa reguler, afirmasi,

targetted group atau yang lainnya. Karena aku yakin

kalau beasiswa mah kamu kemungkinan besar diterima

mengingat IPK-mu selalu bagus tapi kalau beasiswa

santri entahlah, lihat saja nilai ujianmu ini,” ujar Alia

seraya memegang hasil ujianku.

“Iya ... iya,” ujarku pasrah.

***

Senja jingga beranjak pelan menuju

singgasananya. Aku menyesap kopi hingga tandas.

Padahal aku tidak terlalu suka minuman dengan sedikit

rasa pahit ini, tapi kata orang kopi bisa rasa kantuk. Iya

sesore ini netraku sudah sulit untuk dibuka. Itu

sebabnya aku meminum kopi. Walaupun nyatanya

minum kopi tak berefek apa-apa, nyatanya aku masih

sangat ngantuk.

Sejak tantangan yang diberikan oleh Alia dan

Riana mau tidak mau aku harus lebih rajin ikut kajian

pondok. Aku yang biasanya duduk di tempat paling

belakang kini dengan anehnya menjadi duduk paling

depan. Lebih ajaib lagi kitabku tak ada yang bolong

Page 182: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

182

padahal tahun-tahun yang lalu isi kitab itu layaknya

baju yang baru diberi pemutih, bersih tak ternoda alias

kosong.

Setelah minum sebentar di kantin kampus, aku

sedikit berlari menyusuri koridor kampus. Demi untuk

sampai cepat di pondok agar tidak ketinggalan kajian.

Karena aku terburu-buru dan ... brukk!!

“Maaf, Mbak,” ucap seseorang yang suaranya

sangat aku kenal. Ya aku mengenalnya tapi mungkin dia

tidak mengenalku.

“Maaf, Kang saya tadi juga terburu-buru,” ucapku

yang langsung menundukkan kepala, kuyakini kini

pipiku sudah semerah tomat karena malu.

“Iya ndak papa, Mbak. Hmm ... kita satu pondok,

'kan?”

“Loh kok dia tahu,” batinku.

“Mbak? Kok diem aja.”

“E-eh, iya kita satu pondok,” jawabku gelagapan.

“Ya udah ya, Kang. Saya duluan ya.”

Aku langsung melenggang pergi tanpa menunggu

jawaban dari dia. Sungguh aku tak tahu tapi berada di

dekat laki-laki itu membuat jantungku berdetak lebih

cepat dari biasanya.

***

Aku menatap layar gawai yang menampakkan

berbagai persyaratan beasiswa santri, untuk

Page 183: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

183

mendapatnya harus ada rekomendasi dari pesantren

terkait.

“Haduh bisa nggak, ya? Harus ada surat

rekomendasi lagi,” Keluhku bermonolog seraya

mengusap wajah kasar.

Aku menghela napas dalam sebelum akhirnya

berbicara. “Bismillah insyaaAllah bisa.”

Ada sekitar 309 universitas luar negeri yag

ditawarkan dalam beasiswa itu. Pilihanku jatuh pada

salah satu universitas yang terletak di ibu kota Turki

yaitu Ankara Üniversitesi atau yang lebih dikenal dengan

dengan Ankara University. Entahlah Turki seperti punya

daya tarik sendiri untukku.

Sebenarnya aku ingin masuk Istanbul Technical

University tapi mengingat di sana hanya ada satu pilihan

jurusan yaitu Engineering-Minerland Mining. Maka

kuurungkan niatku. Aku dari Madrasah Aliyah sampai

sekarang selalu mengambil jurusan yang berkaitan

dengan agama, bukankah lucu jika aku tiba-tiba

memilih jurusan pertambangan --Engineering-Mineraland

Mining--.

“Za! Mikirin apa sih? Ngelamun aja,” ujar Riana

tiba-tiba, membuyarkan lamunan singkatku.

“Nggak mikirin apa-apa.”

“Eh, tau nggak Gus Zidan bakal dijodohin sama Ning

Fisya, itu putrinya pondok yang terkenal di Wonosobo.

Pondok apa, ya lupa aku,” ucap Riana sembari

Page 184: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

184

mengetuk-ngetukkan jari di pipi khas seperti orang yang

sedang berfikir.

“Terus kenapa kalau mereka dijodohin?”

“Ya kamu nggak sedih gitu?”

Aku mengernyit, bingung hingga membuat kedua

alisku bertautan. “Kenapa harus sedih?”

Riana mengerucutkan bibir. “Oh iya lupa. Kamu,

'kan bukan termasuk dari fans-nya Gus Zidan jadi nggak

sedih. Duh kalau santri putri yang lain mah udah pada

galau. Untung Kang Zaky masih jomblo jadi aman. Masih

ada kesempatan,” ucap Riana dengan senyum yang

mengembang.

Aku hanya menggeleng. Menatap tingkah

sahabatku itu. Ah sepertinya ia lagi kasmaran. Ya,

memang siapa yang akan menolak pesona Gus Zidan

dan Kang Zaky. Mereka berdua merupakan most wanted

di kalangan santri putri. Sama-sama memiliki alis tebal,

bibir tipis, hidung mancung dan lesung pipi, membuat

mereka jadi nampak mirip. Bedanya kulit Kang Zaky tak

seputih kulit Gus Zidan. Kulit Kang Zaky cenderung

berwarna sawo matang, yang justru membuat dirinya

tampak lebih manis.

Aku menggeleng cepat. “Astagfirullah,” gumamku

pelan. Kenapa pula aku malah memikirkan dia.

“Kenapa, Za?”

“Nggak papa,” jawabku singkat.

“Dih aneh kamu.”

Page 185: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

185

***

Serangkaian persyaratan untuk beasiswa telah

aku penuhi. Hari ini adalah hasil pengumumannya.

Hampir setiap detik aku mengecek layar di gawai, demi

melihat hasil kelulusannya.

“Za, dah muncul nih pengumumannya,” ujar

Riana mengulum senyum, sembari menunjukkan

deretan data di kelulusan pada benda pipih yang di

pegangnya.

Netraku tiba-tiba berembun, hingga membuat rinai di

pipi. Aku membekap mulut. Tak percaya dengan hasil

yang kulihat.

Puji syukur kuhaturkan. Bait-bait doa

kulangitkan.

“Alhamdulillah, Ya Allah.”

Riana dan Alia berhambur memelukku. Kami-

kami sama menangis.

“Janji jangan lupain kita, ya,” ucap Alia dengan

isak yang tertahan.

Aku hanya mengangguk seiring dengan cairan bening

yang terus mengalir membasahi pipi.

Alia melanjutkan progam S2 di UGM sedang Riana

memilih mengabdi di pondok sembari mengajar di SMP

yang masih satu yayasan dengan pondok.

***

Di sinilah aku sekarang di Kota Istanbul yang

dulu memiliki nama Konstantinopel, Ibu Kota Kekaisaran

Page 186: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

186

Romawi Byzantium. Aku meluaskan pandangan ke sudut

kota mendapati Blue Mosque (masjid biru) yang tidak

jauh dari sini. Benar-benar tak menyangka dulu Istanbul

yang hanya bisa aku baca di buku sejarah, dan sekarang

aku bisa melihatnya secara langsung.

Sesampai di Istanbul aku disambut oleh empat

temanku, dari PPII (Perhimpunan pelajar Indonesia

Istanbul) Fatma, Rosha, llham dan Fahmi. Mereka

adalah para mahasiswa dari Istanbul Technical University

(Istanbul Teknik University).

Mereka sejenak mengajakku berjalan-jalan di

sepanjang Selat Bosphorus. Menyaksikan kapal-kapal

tongkang berlalu-lalang. Duduk beristirahat sambil

menikmati hembusan angin laut yang menenangkan,

dan sesekali bertemu burung-burung camar yang

menari-nari di langit.

Rosha menyarankanku untuk bermalam di

Istanbul sebelum akhirnya melanjutkan perjalan ke

Ankara.Tapi menurutku aku akan langsung ke sana

saja.

“Bermalam dulu di sini aja, Za. Tidur di asrama

aku,” tawar Rosha.

“Bener tuh kata Oca, kamu pasti capek butuh

istirahat,” timpal Fatma mengamini.

“Haha nggak deh nanti aku malah keenakan di

sini, jadi males ke sana,” tolakku halus seraya

mengekeh.

Page 187: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

187

Akhirnya mereka menemaniku menunggu bis

datang sembari berbincang-bincang.

Tak berselang lama bis pun datang. Lalu aku

pamit. Perjalanan dari Istanbul ke Ankara kurang lebih

menghabiskan waktu sekitar enam jam. Sesampainya di

Ankara aku di sambut oleh teman-teman dari PPIA.

Mereka mengantarku ke Asrama yang letaknya di

Maltepe.

“Semoga betah ya, Mbak,” ucap Dista ramah. “Oh

iya jangan lupa belajar bahasa Turkinya lebih giat lagi.

Soalnya di asrama ini nggak ada yang bisa bahasa

Inggris,” ujarnya sedikit mengekeh.

“Untung ada kamu. Duh bisa bisa bingung aku

pantes tadi rada bingung bicaranya.”

Kami pun sedikit berbincang sampai menjelang

waktu asar.

***

Dua tahun tepat aku menyelesaikan studi S-2 di

Turki. Dan sekarang aku sudah menjadi dosen di salah

satu universitas di Yogyakarta. Sungguh banyak nikmat

Allah yang diberikan kepadaku.

Aku di balkon kampus sekarang. Menikmati

hembusan angin yang menyapu wajahku pelan. Waktu

menunjukkan pukul empat sore dan kampus sudah

lumayan sepi.

“Sendirian aja?” ucap seseorang di sampingku.

Refleks aku monoleh sedikit kaget.

Page 188: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

188

“E-eh iya,” jawabku sedikit gugup, memandang

laki-laki yang tengah berada di jarak dua langkah

dariku.

“Nggak nyangka, ya. Ternyata kita ketemu di

sini.”

“Kang Zidan juga ngajar di sini?" tanyaku tak

percaya.

Bukannya menjawab ia malah justru kembali

bertanya padaku. “Loh tahu namaku juga, ya. Tahu

namaku dari mana?” Laki-laki itu tersenyum samar.

Aku langsung mengalihkan atensi. Menatap lurus

ke depan. Ya memangnya siapa yang tak kenal dia.

“Aku hanya bercanda,” ucapnya lagi. “Apa kamu

udah nikah?” tanyanya yang membuat mataku

berungkali mengerjap.

“Belum,” jawabku yang masih menatap lurus ke

depan.

“Alhamdulillah,” ujarnya pelan tapi masih mampu

terdengar di telingaku.

Aku menoleh ke arahnya. Ia tersenyum, lengkung

bulan sabit terbentuk samar di wajah tampan laki-laki

itu.

“Berarti aku masih ada kesempatan,” ucapnya

lalu berlalu menyisakan debaran halus di dada.

Senyumku terus mengembang. Aku tak tahu

tentang bagaimana takdir Allah yang akan ditetapkan

untukku. Tapi yang aku tahu Allah akan memberikan

Page 189: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

189

yang terbaik untuk hamba-Nya. Tentang pesantren,

mahasiswa, karir, jodoh atau pun yang lainnya. Aku

berulangkali merapalkan bait-bait doa untuk yang

terbaik sembari bersyukur akan segala nikmat yang

telah Allah berikan.

Langkah untuk Bapak

Oleh: Lailatul Hikmah

"Pak, aku berangkat kuliah dulu, mohon doa

restunya biar putrinya bapak bisa jadi guru ngaji seperti

mbak Iin, itukan yang bapak harapin dari aku TK

sampai sekarang?"

Aku ini sudah besar, sudah pandai berpikir

bahkan sudah pintar membantah, jika menurutku salah

ya pasti akan aku salahkan, jika menurutku itu benar

dan penting maka akan aku lakukan semampuku. Aku

ini memang terkenal bandel dan anak bapak yang keras

kepala, yang mungkin jika bapak masih ada sampai

Page 190: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

190

sekarang aku akan dihajar habis-habisan karena sering

tidak akur dengan saudara dan berbicara seenaknya di

rumah.

Namun pemerintah tidak meragukan

kemiskinanku, ku tempuh setiap studiku dengan

beasiswa, tak main-main memang dan tanggung jawab

penuh dipundakku. Tak hanya kuliah, akupun belajar

sebagai seorang santri, sejatinya santri memiliki budi

pekerti dan pintar mengaji tapi aku belum, beberapa

kitab memang sudah aku hatamkan tapi isi di kepala

tidak mampu menjangkau itu semua.

Aku berkuliah sekaligus nyantri di kota sebrang

sekitar 80 kilometer dari tempat kelahiranku, kau tau

lelah dan malas selalu menghampiri perjalananku, tapi

aku tak berhenti begitu saja, setiap halangan bahkan

ujian ku lalui dengan langkah tegap serta yakin bahwa

aku bisa melaluinya dengan tepat.

Aku ingat saat kecil dulu aku bercita-cita jadi

ustadzah, karena aku yakin setiap kalimat tauhid yang

aku ajarkan pada murid-muridku akan menjadi ladang

pahalaku serta orangtuaku di Akhirat kelak. Namun apa

daya aku saja tidak yakin dengan cara ngajiku yang

masih berantakan dan sangat butuh bimbingan, ah sial

santri macam apa aku ini.

Juni 2019, gelar Mahasantri telah ku dapat,

sudah Maha yang berarti sudah bukan anak kecil lagi,

Page 191: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

191

tapi sayang belum pintar mengaji. Di asrama tempatku

tinggal aku menemui seorang kawan, anaknya Kiai yang

cara mengajinya tidak diragukan lagi, suaranya lembut

alunannya menyentuh kalbu, barang yang mendengar

pasti terpesona dan tak akan lupa pada sang pencipta,

sungguh sempurna mahluknya yang jelita ini.

Namanya Anisa, atau biasa ku panggil Nisa,

kurasa dia dididik dengan tepat oleh abah dan

ummahnya. Kau tau? Akupun mendambakan keluarga

dengan rasa keluarga yang tinggi, bukan perpecahan

yang berakibat aku bosan dirumah, broken home? Tidak,

tidak separah itu. Aku hanya butuh ibu untuk berbagi

cukup itu saja.

Anisa anak yang rajin, setiap subuh ia yang

membangunkanku, ia ngaji berlembar-lembar dengan

khusyuk dan istiqomah, semoga saja aku akan lekas

menirunya, bahkan akupun sering bertanya tentang hal

agama padanya, jika ada yang aku ragukan dia cukup

menjawab "Semua hal yang ragu-ragu itu tidak baik, dari

pada salah kaprah lebih baik diyakinkan, dan apapun

itu lakukan dengan ikhlas semoga bernilai ibadah"

Begitu manis dan menjanjikan surga ucapanya.

Oh iya, Namaku Arini, Arini binti Hasyim.

Biasanya aku pergi ke kampus bersama Nisa, tenang

saja aku bukan siapa-siapa tanpa Nisa, teman-teman

lebih mengenal sosok Nisa dari pada aku, kita terbiasa

Page 192: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

192

jalan kaki, dari asrama menuju kampus melewati

berkilo-kilo meter sawah. Hal itu juga kadang

membuatku jengkel, "Kenapa harus lewat sawah sih, gak

ada jalan lain apa yang lebih bagus dan dekat". Tapi lagi-

lagi Nisa yang menyemangatiku, ia bilang "Sabar aja

dulu, perjalanan kita diniatkan perjalanan untuk

menuntut ilmu, ladang pahala loh" Aku tak habis pikir

kenapa Nisa bisa setangguh itu dan kenapa aku yang

suka mengeluh ini didapatkan teman sesabar Nisa, kami

berbeda 360 derajat dalam hal kehidupan.

Dalam kelas aku termenung, ini adalah sudut

berharga dalam hidupku, aku mendapat teman yang

mampu membimbingku dalam kebaikan, walau aku

belum sepenuhnya menuruti katanya, tapi aku mampu

mendengarkan semua nasihatnya dan akan berangsur-

angsur aku jalani dengan keikhlasan. Jadi ingat

almarhum bapak, bapak juga dulu sering mengajariku

mengaji, walau aku sering bermalas-malasan bahkan

harus dibujuk dulu baru mau nurut.

Aku harus mampu menjadi baik, agar Bapakku

bangga, putrinya kini tidak hanya merepotkan Ibu, ia

bisa hidup mandiri dan dekat dengan sang kuasa tanpa

dibujuk, mengajinya membaik walau masih dalam tahap

belajar tidak seperti dulu lagi. Alhamdulillah..

Kau mungkin akan menganggap kisah hidup

seperti apa ini, isinya cuma berkeluh kesah dan penuh

Page 193: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

193

penyesalan. Tapi keteguhan yang aku tahu pada tiap

nafas serta langkah yang menuntunku seperti ini adalah

doa, doa dari para orang tua yang sudah kurepotkan

terlebih pada Ibu yang kian lama semakin tua semenjak

ditinggal bapak, namun kasih sayangnya membuatku

tak berhenti mengucap syukur.

Terimakasihku persembahkan untuk guru-

guruku yang rela menguras tenaga serta keringat untuk

aku yang masih terbelenggu kebodohan, terimakasih

pula kepada kawan-kawanku yang merelakan sebagian

kenangan hidupnya ku isi dengan kekonyolanku, maaf

aku terlalu sering meminta pengertian dari kalian tanpa

mengasih imbalan.

Page 194: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

194

Kejora Di Langit Pesantren

Oleh: Ilmi Indah Ayu Nurfahmawati

Semilir angin yang berhembus mengiringi hariku,

embun pagi yang tampak indah seakan berseru

menahan haru, tibalah di penghujung waktu untukku

memulai memikirkan kemana diriku akan melanjutkan

tholabul ilmi setelah menapaki serambi SD ini enam

tahun yang lalu. Aku memiliki banyak keinginan salah

satunya aku ingin sekali belajar di pondok modern di

Indonesia yaitu “ Pondok Modern Darussalam Gontor

Putri 1” yang berada di kecamatan Mantingan Kabupaten

Ngawi. Namun, seiring berjalannya waktu aku

mengurungkan niatku untuk mencari ilmu disana

karena banyak sekali pertimbangan yang harus ku

fikirkan. Akhirnya aku hanya memiliki dua pilihan yaitu

di Sekolah Negeri yang ada di kecamatanku atau di

pondok pesantren yang kakak kenalkan ke aku, yaitu di

Page 195: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

195

Kecamatan Sumberrejo Bojonegoro. Jaraknya lumayan

jauh dari rumahku, namanya “Pondok Pesantren

Attanwir” berada di Desa Talun Kecamatan Sumberrejo

Kabupaten Bojonegoro.

Namaku Zakiya Fatihatun Najah kelahiran

Bojonegoro, 22 0ktober 2000. Liburan kelas 6 SD pun

sudah mulai usai, tibalah saatnya aku harus

meninggalkan rumah dan harus bermukim di pondok

pesantren. Dari kecil kedua orangtuaku telah

berpisah/bercerai, waktu itu umurku sekitar kurang

lebih 90 hari. Karena ibuku sakit akhirnya aku diasuh

oleh kedua orangtua ibuku yaitu kakek dan nenekku.

Selama tujuh belas tahun lebih aku diasuh oleh kakek

dan nenekku, mereka sangat sabar dalam mendidikku,

membesarkanku, merawatku, dan masih banyak jasa-

jasa mereka yang belum bisa aku balas. Sedangkan

bapak kandungku telah memiliki keluarga baru bersama

istri barunya atau dalam nama lain ibu tiriku.

Hari pertama di pondok pesantren aku sangat

bahagia karena aku memang sangat menginginkan bisa

belajar di pondok pesantren, di pondokku terdiri dari

berbagai tingkatan kelas, kebetulan aku masih berada di

kelas pemula atau nama lainnya kelas 1, disini setingkat

dengan kelas VII Mts pada pendidikan formal. Karena di

pondokku memang ada sekolah formalnya sehingga ada

yang tinggal di pondok untuk sambil belajar ilmu umum

dan ilmu agama dan ada yang bajak (pulang pergi dari

Page 196: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

196

rumah untuk belajar di pendidikan formal). Disini aku

mulai sadar, dan belajar banyak hal tentang tantangan

hidup. Jadwal mengaji untuk kelas pemula dimulai

pukul 07.00 WIB sampai sekitar pukul 09.00 WIB, dalam

hal ini kami bersama teman-teman mengaji di ndalem

Bu Nyai. Kami selalu bersemangat untuk mendapatkan

barisan terdepan ketika mengaji pagi hari.

“Zakiya” Ujar Aisya kepadaku. Dia mengajakku

setiap kali mau berangkat sholat jama’ah di masjid.

Ketika sampai di masjid tak lupa Aisya selalu

mengajakku menunaikan sholat tahiyatul masjid

sebelum menunaikan jama’ah sholat fardu. Pengasuh

ponpesku selalu berpesan

“Atta’alum…Atta’alum….Watta”alum” yang artinya

belajar..belajar…dan belajar….Selalu dihaturkan bakda

sholat jama’ah sewaktu kultum.

Dorongan dan motivasi dari para kiyai membuat

kami mampu melewati hari-hari dan berbagai cobaan

yang harus dilalui selama di pondok. Beliau tidak pernah

bosan untuk mengingatkan kami kepada kebaikan. Hari-

hari di pondok telah terlewati, tibalah enam tahun

sudah tak terasa waktunya kami harus berpindah

tempat untuk menuntut ilmu dan mulai berpisah dari

penjara suci yang telah menjadi tempat kami selama

enam tahun ini.

Selama ini pendidikanku dibiayai oleh kakek dan

nenekku, namun dalam masalah pendidikan seharusnya

Page 197: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

197

kakek dan nenekku tidak wajib membiayaiku. Karena

tanggung jawab atas anak sepenuhnya adalah kewajiban

orangtua. Aku sekarang paham aku tidak bisa

menyalahkan keadaan karena kita sebagai manusia

harus menerima takdir Allah. Kita harus tahu bahwa

Allah memiliki rencana yang lebih indah yang tidak

diketahui oleh setiap makhluknya. Ibarat di saat kita

melihat hujan/badai yang besar itu seperti

kesusahan/kesedihan, ketika hujan/badai besar itu reda

maka akan muncul matahari setelah matahari itu

muncul maka terbentuklah pelangi dengan warna indah

yang akan bisa kita lihat, pelangi itu seperti

kebahagiaan/kesuksesan. Dalam hidup ini kita harus

merasakan pahit untuk bisa menikmati rasa manis, jika

salah satu diantara kalian adalah seorang pemimpin

maka milikilah mata yang selalu menatap anggotanya

dengan tatapan kasih sayang, seperti Sayyidina Umar ra.

yang tidak pernah tidur sebelum semua rakyatnya tidur,

tidak pernah makan sebelum semua rakyatnya makan.

Memang semua takdir telah ditentukan oleh Allah

swt. dengan jalan yang berbeda, masalah yang berbeda,

ataupun rencana yang berbeda, karena kita tidak akan

mengetahui atas tiga hal yaitu: 1. Mati (kita tidak pernah

tahu kapan kematian akan menjemput kita, bisa datang

secara tiba-tiba atau terkadang sakit, dan yang lebih inti

adalah kita tidak akan pernah tahu kapan hari kiamat

datang? semoga kita tidak hidup sampai hari itu,karena

Page 198: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

198

yang hidup sampai hari itu adalah sejelek-jeleknya

manusia) 2. Rizki (dalam hal rizki Allah telah mengatur

semuanya dan kita hanya bisa berusaha dan berdo’a,

semoga selalu dalam keridhoan Allah) 3. Jodoh (kita juga

tidak tahu siapa yang akan menjadi jodoh kita? Karena

itu semua telah diatur oleh Allah swt). Ada ceritaku

yang terkenang sampai saat ini yaitu empat belas tahun

yang lalu ketika aku masih dalam proses menimba ilmu

ditingkat RA, SD, MTS, MA. Kaki kecilku menapaki

serambi sekolahku, meski aku memakai baju pudar yang

tak lagi punya warna, sarapan dengan nasi wadang dan

sambal terasi, namun semua itu tak mejadikanku untuk

putus dan berhenti sekolah karena sungguh ilmu yang

kita miliki tidak ada setetes dari samudra ilmunya Allah.

Namun ternyata, masih begitu banyak ilmu yang

belum kita pelajari, waktu kita masih banyak terbuang

untuk bermain dan tidur, lalu kapan lagi kita bisa

belajar memperdalam ilmu jika tidak kita mulai dari

sekarang? Jika kita menunggu hari tua untuk belajar

tentu sulit karena semakin hari umur kita semakin

berkurang, daya ingat kita juga semakin lemah apalagi

ketika kita telah memasuki usia empat puluh tahun sulit

untuk kita memulai suatu pembelajaran karena

terkadang penyakit mudah lupa itu mulai datang

menghampiri manusia seumuran itu, memang dalam

mencari ilmu itu memiliki enam syarat yang harus

dipenuhi sebagaimana telah dijelaskan dalam beberapa

Page 199: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

199

kitab salah satunya yaitu kitab ta’limul muta’alim. Dari

enam syarat tersebut yaitu :1. Cerdas, 2. Rakus terhadap

ilmu, 3. Bersungguh-sungguh, 4. Memiliki uang, 5.

Harus ada gurunya, 6. Harus memiliki waktu yang lama.

Pendidikan yang saya tempuh selama ini tentu

diantar oleh guru yang tidak pernah memilki rasa

mengeluh dalam mendidik setiap muridnya, guru telah

mengantar saya sewaktu saya belum bisa menulis

rangkaian kata dari huruf A sampai Z, dari mengenal ini

Budi sampai mengenal Boutros-Boutros Gali, dari 1+1

sampai menghitung luas dan isi, tibalah waktuku untuk

memasuki masa-masa ditingkat perkuliahan. Allah

menakdirkan untukku belajar di lokasi yang lumayan

jauh dari kota kelahiranku. Akhirnya aku dinyatakan

diterima di salah satu perguruan tinggi islam yang ada di

Tulungagung. Perlu kita ketahui bahwa sesungguhnya

perjalanan seribu kilometer itu berawal dari ayunan

langkah kaki pertama, layaknya seperti seorang pelaut

yang ulung itu sungguh tidak lahir dari laut yang tenang,

dan ingatlah untuk menjadi mata air yang jernih itu

tidaklah mudah. Bulan mei kemarin, sewaktu kelulusan

guruku mengucapkan: “ Nak, seorang ayah, seorang

kiyai, atau seorang guru itu akan selalu berusaha

memberikan sesuatu yang terbaik buat anak, santri,atau

muridnya. Sudahkah engkau merasakan? saya ingin

engkau menjadi anak kandungku. Bukan sekedar anak

santri atau anak murid agar engkau tetap baik dan tidak

Page 200: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

200

menjadi lupa diri. Hari ini saya antar keberangkatanmu

ke medan al-jihadul-akbar, menyusuri padang ilalang

bertaburkan lumpur yang membalut kembang-kembang

desa berbaju sembrani, atau mungkin berangkat ke kota

metropolitan mengadu nasib mengais rizki hingga tiba-

tiba bertemu dengan syaithanul-insi dengan lipstik

merah delima. Seberapa kuatkah iman kalian

menghadapi godaan an-nafsul-ammaratubis-syu’i seperti

itu? Ulumu Allah yang engkau gapai dari genggaman

sang guru tidak akan ada artinya jika engkau menyerah

kalah pada realita lingkungan yang penuh bakteri dan

virus kemungkaran. Ayunkan langkahmu, maju tak

gentar mengikis habis kemaksiatan dan memetik buah

attin dan azzaitun sebagai simbul kemenangan”. Ucapan

beliau masih teringat dalam kenangan terindah di masa

putih abu-abu. Dalam hidup, kita memiliki masa lalu

yang tidak bisa diputar kembali karena ketika hari

kemarin hilang maka yang ada kita hanya akan

menemui hari esok yang akan datang, waktu itu laksana

pedang yang ketika kita tidak bisa mengendalikannya

maka pedang itu akan membunuh kita sendiri.

Adapun pesan Abah Yai sewaktu aku sowan dan

pamit dari pondok, yang masih ku ingat selama ini di

setiap langkahku yaitu “ Cintailah ilmu! Karena ilmulah

yang akan menemanimu seumur hidupmu dimana saja

kalian berada, ilmulah yang akan mengantarkanmu

menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Jangan lupa

Page 201: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

201

pada guru-gurumu, kiyaimu yang telah berjasa

kepadamu yang selalu mendo’akanmu mereka dan

tetaplah menjalin silahturrahim, pada mereka minimal

setahun sekali.”

Metamorfosaku secara perlahan

Oleh: Widayanti

Once upon a time…

Tepatnya 16 Juli 2018,

Hari dimana aku merasakan keajaiban yang amat

sangat. Pemandangan indah sudah menyapaku

dikejauhan, genangan air disepanjang jalan seakan

mencerminkan bahagiaku, pun rintik gerimis yang

membasahi sebagian wajah cantikku kala itu.

Di ujung sana senyuman lebar mereka ulaskan

seakan menyambutku dan teman-teman dari balik

dinding putih yaitu kakak yang sudah menunggu kami

Page 202: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

202

didepan stasiun. Suasana yang sangat hangat. Seperti

yang dikatakan Mbak Tiah, bahwa beliau memiliki

banyak orang hebat disampingnya. Begitu pula aku.

Kalianlah orang-orang hebat yang aku temui.

Tuhan, jika aku boleh menumpahkan semua

bendungan air mata ini, sebenua saja, akan ku

tumpahkan saat itu juga. Tapi malu pikirku, karena

banyak bahagia di sekeliling yang sedang menyapaku.

Hingga akhirnya aku urungkan niat itu.

Pelukan dan salam kepada mereka, aku lakukan

sebagai rasa syukurku kepada Tuhan.

“Bagaimana keadaannya dek?”

“Apa ada yang sakit”

“Alhamdulillah, sudah nyampe sini”

“Ayo, langsung ketempat saja”

“Sudah kami siapkan mobilnya, dan beberapa anak

bareng kakak naik motor”.

Kira-kira itulah perhatian yang diberikan kakak-

kakak saat aku dan teman-teman menginjakkan kaki

pertama kali ditanah rantau ini. Masya Allah, mereka

begitu peduli terhadap kami.

Selama perjalanan...

“Mbak, kok lama ya, muter-muter lagi jalannya?” tanyaku

pada mbak Sa’adah. Beliau adalah seseorang yang aku

Page 203: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

203

kenal, tidak dekat. Tapi ya SKSD saja. Aku juga lupa

kapan kali pertama mengenal beliau, hingga akhirnya

sampai disini–Tulungagung-.

“Ini lewat jalan tikus nok, jadi ya lumayan adoh” Jawab

beliau dengan logat basa Dermayon. Wkwk

Singkatnya…

Tiba sudah aku didepan “Bangunan Besar

Berwarna Putih” itu, yang aku lihat bukan hanya

gedung, tapi keajaiban Tuhan yang telah diberikan

padaku. “Masya Allah”, pikirku dalam diam.

“Telah Allah takdirkan aku sebagai orang

beruntung, telah diberikan-Nya juga bertrilliun nikmat

padaku. Belum lagi, aku yang “orang biasa” bisa

melangkahkan kaki ditempat nan besar ini” gumamku

seakan bertasbih pada keagungan Tuhanku, Allah.

Aku memasukki gedung putih ini, Ma’had Al-

Jami’ah IAIN Tulungagung dengan memulai langkah

kanan. Disapa dan dipersilahkan masuk oleh Musyrifah.

Kamar yang menjadi tempat bernaungku sementara

adalah 103, samping kanan kamar pengurus. Disinilah,

tempat pertama kali aku goreskan tinta sejarah hidupku

dibuku takdir yang telah Tuhan siapkan semenjak aku

terlahir didunia.

***

Page 204: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

204

10 tahun silam, aku yang pernah bercita-cita

ingin mondok dengan temanku, pada salah satu pondok

di Jawa Barat, akhirnya kandas karena kurangnya biaya

dan keterbatasan penghasilan orangtuaku. Beberapa kali

mencoba membujuk, tetap saja nihil hasilnya. Dan

semenjak itu, aku kubur dalam-dalam niat baik untuk

menjadi seorang santri-wati.

Seiring berjalannya waktu dan terus menepuh

pendidikan yang berbasis agama. Awalnya, aku memang

tak ingin lagi. Cita-cita itu tak pernah hadir dalam

pikiranku, lenyap oleh api kesadaran akan kehidupan

yang kujalani.

Akan tetapi, saat ini…

Aku telah ditempatkan dalam dunia pondok,

amat sangat senang hatiku. Keinginan besar itu,

ternyata Allah mengabulkan meski harus ku lalui

beberapa puluh tahun. Iya, tentu disini Ma’had Al-

Jamiah IAIN Tulungagung. Rasa bahagia selalu

menyelimuti hariku. Dan aku akan memanfaatkan

kesempatan ajaib ini lagi.

***

Tasbih dan syukur terus aku gemakan dalam

hati, aku sungguh tak menyangka dan takjub. Lantas

kualirkan air wudhu diseluruh anggota bagiannya dan

melakukan sujud syukur sebagai bukti betapa lemahnya

“Seorang Hamba” di hadapan Robb-nya.

Page 205: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

205

Ya Tuhan, tangisku pecah hingga membasahi

tempat sujud. Cukup lama aku mengadu kelemahan

hatiku menerima keajaiban ini, hingga aku mulai

menguatkan tubuhku untuk segera bangkit dari sujud.

Seharian penuh aku terus bertanya pada hal

yang sama tentang “Mengapa aku bisa disini?

Bagaimana bisa? Rasanya tidak masuk akal bisa

ditempatkan disini, dan lain-lain”. Hingga ku temukan

jawabannya, “Allah tidak mentakdirkan seorang hamba-

Nya melainkan sebagai utusan, dan mungkin aku

adalah salah satu pilihan-Nya”, itu yang bisa

disimpulkan selama aku berfikir.

***

Pagi itu, aku melangkahkan kaki menelusuri

jalan berniat untuk mencari Ridho-Nya dengan

menuntut ilmu. Gerbang kampus terbuka luas bagi

siapapun, layaknya telah menyuguhkan tempat ini

untukku, belum lagi keramah tamahan warga serta

pedagang dalam menyapa. Jalan hidup yang aku tempuh

kini amat sangat berbeda. Kehadiran orang-orang hebat

disampingku menjadikan pemicu semangat dalam

belajar. Karena belajar juga perlu penyemangat, kataku.

Hehe

Sembilan bulan berlalu. Belajar, madin, kuliah,

nyantri dan kegiatan lainnya sudah aku rasakan.

Rasanya aneh. Pertama, aku yang tidak bisa membuat

Page 206: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

206

makalah. Kedua, aku yang tidak punya banyak

pengalaman dalam dunia teknologi. Ketiga, banyaklah

pokoknya. Yang terakhir adalah tidak menyangka bisa

hadir ditengah puluhan ribu manusia dalam satu

tempat. Waw, this is amazing. Belum lagi perubahan

dalam diri. Lebih spiritualis, mungkin, berpemikiran

luas, belajar banyak hal dari setiap orang yang ku kenal.

Tapi semua itu telah kulalui dengan baik, hingga kini,

aku mulai terbiasa dengan tugas-tugas di perkuliahan.

Memang tidak seberapa berpengaruh, akan tetapi akan

terus ku gali lubang pengembangan diri ini tanpa

menyerah

Bertemu banyak orang hebat seperti Bapak

Nadirsyah Hosen (PCI) , Bapak Wahyu Kuncoro (BNPT),

Ustadz Teguh Ridwan, itu juga menjadi hal yang luar

biasa dalam hidupku.

Memang sampai saat ini, aku belumlah menjadi

apa-apa, tapi Ang Woko, seseorang yang lebih akrab

disapa Bang Woks itu berkata padaku, “Tidak mengapa

belum bisa jadi apa-apa, kan namanya juga adik. Tidak

mengapa merepotkan banyak kakak-kakak, kan

namanya juga adik”. Begitu lembutnya beliau

mengucapkan kata-katanya, tenang dan meyakinkan

diriku yang sedang gelisah kala itu. Ya, tentu saja

tentang belum banyak perubahan yang menguntungkan

selama beberapa bulan kuliah.

Page 207: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

207

Teringat pula pesan yang Bapak Yayak, Kepala

Madrasah Aliyahku, kala aku mengeluh didepan beliau,

“Pak, emang kuliah itu harus pintar ya? Jika iya, terus

bagaimana denganku yang otaknya pas-

pasan?”,gelisahku dihapadan beliau. “Memang harus

pintar nduk, tapi jika belum. Nanti disana juga pintar”.

Seakan dunia terhipnotis oleh ucapan beliau, sungguh.

Hatiku seketika meleleh dan tenang, dan semenjak saat

itu. Tidak ada keraguan lagi untuk terus belajar.

Perjalanan ini memang tidak mudah bagi

sebagian orang, khususunya diriku yang tidak mengerti

apa-apa. Belum lagi lingkungan keluargaku bukan dari

orang yang berpendidikan. Tapi itu semua tidak

memudarkan semangat untuk tetap terus mencoba dan

mengenal dunia luas ini. Dan aku, akan terus

melakukannya.

Sejauh ini, aku merasa jauh lebih baik dari

sebelumnya. Sungguh, perjalanan ini akan terus ku

tempuh hingga diriku menemukan cahaya putih

takdirku, karena tidak ada yang mampu mengalahkan

sebuah mimpi seseorang, kecuali dia sendiri yang ingin

berhenti.

Yang harus kuingat adalah, “Allah selalu

memberikan kesempatan kepada setiap Hamba-Nya

dengan kadar yang sama. Akan tetapi, jangan bilang

Allah tak adil jika kita masih sama saja, tidak ada

Page 208: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

208

perubahan dan kemajuan dalam hidup sampai saat ini.

Muhasabahlah lagi. “Apakah kita mengambil setiap

kesempatan yang Allah berikan? Apakah sudah

bersyukur atas segala nikmat-Nya? Atau mengucapkan

terimakasih atas semua pelajaran hidup yang setiap hari

kita jalani? Dengan menyadari itu semua, aku yakin

setiap orang pasti bahagia dengan hidupnya. Dan aku,

akan terus menikmati proses ini karena mengambil

kesempatan yang Dia berikan untukku.”

Mungkin secarik lembar saja yang bisa

kugoreskan disini tentang perubahanku yang secara

perlahan selama berproses dibangku kuliah. Bukan

dibilang hebat yang kuharap, akan tetapi setitik

motivasi yang mungkin bisa diambil untuk selalu merasa

beruntung sudah diberikan amanah-Nya bisa

berpendidikan lebih tinggi.

Pesanku dalam perjalanan ini, pada dasarnya

semua orang sama, yang muda-tua, sekolah-tidak

sekolah, kuliah-kerja, dan lain sebagainya. Yang berbeda

hanyalah pola pikir, mindset. Jadi untuk proses

perubahan, kurasa kita tak perlu banyak melihat

kelebihan orang lain yang tidak kita miliki. Karena itu

bisa saja membuat kita iri atas pencapaiannya, melihat

boleh tapi hanya sekedar pemicu semangat, bukan

untuk menjatuhkan. Kita hanya perlu fokus dalam

pengembangan diri kita, fokuskan pada satu titik di

depan jalan hidup kita saja.

Page 209: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

209

Mungkin ada beberapa tinta lagi yang bisa

kutuliskan sebagai kenangan, semua orang berhak

menjadi hebat, tidak peduli latar belakang darimana,

keturunan siapa dan dalam keadaan apa, selagi masih

mau bergerak lampauilah batas-batas. Meski belum ada

apa-apa dalam mengarungi perubahan, teruslah

menggali lubang dalam diri, mungkin didalam sana-

lubuk hati-. Kita akan menemukan secercah cahaya

yang bisa membuat sebuah karya, apapun bentuknya.

Terimakasih atas segala perhatiannya, cie

perhatian… hehe

Sekian dan semoga kita bisa menjadi salah satu

pilihan-Nya yang terbaik, Aamiin.

***

Maaf Bapak, Ibu, Kakak dan Sahabat …

Untuk kali ini aku mulai angkat bicara

Tentang semua yang aku rasa

Terimakasih atas semua motivasi yang telah kalian

berikan

Memberiku banyak bekal untuk menuntut ilmu

Membuatku bangkit dan ingin seperti kalian

Aku minta maaf atas semua yang aku lakukan

Dulu, aku pernah berjanji bisa membanggakan

Tapi sampai saat ini, aku masih terbungkam oleh zona

nyaman

Page 210: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

210

Bapak, Ibu, Kakak dan Sahabat dengarkanlah aku,

Aku meminta maaf belum bisa memberi apapun

Hanya sekadar membuat kalian bangga saja, belum aku

lakukan

Aku masih menjadi kucing rumahan

Yang ingin diberi makan oleh sang majikan

Doa kalian adalah kasih sayang

Membanggakan kalian adalah harapan

Dan menulis inilah yang baru bisa aku lakukan

Teruslah memotivasiku, ajak aku selalu bangkit dalam

keterpurukan. Berjanjilah.. :’(

Page 211: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

211

Di Pondok Abah

Oleh: Muthoharoh

Pesantren adalah tempat menimba ilmu bagi para

santri khususnya ilmu agama. Di Pesantren, santri akan

diajarkan banyak hal seperti, mengaji, menghafal al-

Qur’an, sopan santun, kebersamaan, kedisiplinan dan

masih banyak lagi. Bagi sebagian orang pesantren seperti

penjara, karena disitu para santri hidup jauh dari orang

tua, disitu juga kehidupan santri akan diatur oleh

peraturan-peraturan yang ada di pesantren yang

membuat bosan bagi para santri nya. Namun siapa

sangka, pesantren bukan sembarang penjara, tapi ini

merupakan penjara suci yang menggembleng santrinya

untuk menjadi pribadi yang sholih. Bukan hanya sholih,

tetapi hidup dilingkungan pesantren akan mendidik

karakter pada diri setiap orang menjadi pribadi yang

lebih mandiri. Bagiku, mereka yang menjadi santri

Page 212: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

212

sangatlah beruntung, karena masih bisa mendapat

“barokah kiyai”.

Namaku Muthoharoh, orang-orang biasa

memanggilku Mumu, nama yang unik bukan? Aku juga

mempunyai tambahan nama “Siti” yang diberikan oleh

Kiyai Ibnu Sirrin dari Pondok Pesantren Nurul Huda,

Munjul, Astanajapura-Cirebon. Aku anggap itu berkah

untuk namaku walaupun aku tidak menggunakan nama

itu karena ada sedikit masalah dengan akta kelahiran-

ku. Aku anak pertama dari empat bersaudara. Aku

terlahir di tengah keluarga yang amat sangat

menyayangiku. Sejak kecil aku selalu diajari banyak hal

oleh orang tuaku, salah satunya adalah ilmu agama. Aku

hidup di lingkungan yang religius, ayahku menjadi imam

di Musholla yang berada di samping rumahku, ia juga.

Ayahku berperan penting dalam mendidik ilmu agama,

ayahku seorang yang sangat pandai, bagiku. Ayahku

sangat menyayangi anak-anaknya, ia jarang sekali

memarahiku, namun jika sudah berhubungan dengan

agama dia akan sangat tegas. Sejak kecil, aku memiliki

keinginan mondok di Pesantren Nurul Huda, Munjul,

Astanajapura-Cirebon. Hal itu juga merupakan

keinginan dari orangtua ku. Keluargaku memiliki

hubungan sangat baik dengan pondok pesantren

tersebut, almarhum kakek ku juga sangat dikenal oleh

para kiyai-kiyai dilingkungan Pesantren Nurul Huda.

Page 213: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

213

Disamping itu, sebagian besar keluarga besarku nyantri

di Ponpes Nurul Huda.

Kisah ini aku ambil 8 tahun yang lalu, di mana

masa ini merupakan masa peralihan dari masa anak-

anak menjadi remaja. Pada saat itu aku menjadi pribadi

yang mudah tersentuh hatinya, aku juga menjadi pribadi

yang lebih diam, aku tidak berbagi cerita pada siapapun

tentang setiap masalah yang aku hadapi. Saat itu aku

akan melanjutkan ke jenjang sekolah menengah pertama

(SMP). Aku bingung dan memang belum memiliki

bayangan kedepan terkait kemana aku akan

melanjutkan sekolah, walaupun memang sebenarnya

aku memiliki keinginan nyantri di Cirebon, namun aku

tidak berani meminta izin kepada orangtuaku terkait

keinginanku melanjutkan ke ponpes, karena aku

memikirkan biaya, aku memilih diam dan menyerahkan

keputusannya pada orangtua ku, aku akan

mematuhinya. Namun ternyata orangtua ku ingin yaitu

menyekolahkanku di Ponpes Nurul Huda, Munjul,

Astanajapura-Cirebon. Aku sangat bahagia, karena

keinginanku tercapai.

Hari itu, tanggal 05 agustus 2012 aku berangkat

ke Cirebon tanpa didampingi orangtuaku, karena ibu

yang sedang bekerja di Arab dan bapak juga sibuk

bekerja, aku hanya didampingi oleh Bude. Aku

mendapatkan banyak kesan ketika aku mondok, aku

juga sangat bahagia karena bertemu dengan teman-

Page 214: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

214

teman yang menyenangkan, yang selalu menghiburku

saat aku rindu dengan keluarga. Di sini aku juga diberi

hidayah oleh Allah untuk istiqomah dalam berhijab. Aku

betah disini, aku nyaman tinggal disini. Namun ada satu

hal yang selalu mengganjal di pikiranku. Aku

meninggalkan dua orang adik, mereka selalu merasuk

dalam pikiranku, sehingga setiap waktu aku selalu

menitikkan air mata karena memikirkannya. Aku anak

yang mudah kasihan dengan orang, apalagi dengan adik

sendiri. Aku orang yang mudah mengalah untuk

kebahagiaan orang yang dicintai. Ya, aku ingat.. waktu

itu aku memiliki 2 orang adik yang aku tinggal dirumah,

adik laki-laki ku tinggal dengan bapak ku, sedangkan

adik perempuanku yang masih bayi tinggal bersama

bude. Aku selalu memikirkan bagaimana mereka, sedang

apa mereka saat ini, aku selalu rindu saat aku menyuapi

adik ku makan, rindu saat menidurkannya, rindu main-

main bersamanya. Waktu itu, aku merasa

kebahagiaanku saat ini adalah berkumpul bersama

bapak dan adik-adik ku. Aku bingung harus memilih

jalan mana. Aku nyaman disini, tapi aku tidak bisa jauh

dari adik-adik ku sedangkan ibu pun tidak ada disisi

nya. Aku ingat pesan ibu sebelum ia berangka ke Arab,

“Engko baka mimi uwis mangkat meng Arab, sira sg

masak, ngumbah gombal, ngumbah piring, pokone

tanggung jawab e mimi tek pasrahna ning sira, sira sing

Page 215: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

215

ganti ni mimi”9. Sejujurnya aku masih ingin tinggal disini,

tapi aku bingung, disatu sisi aku ingin tetap disini, tapi

disisi lain aku ingin pulang untuk menjaga adik-adik ku.

Akhirnya aku memutuskan meminta izin pada bapak

untuk pindah sekolah di Haurgeulis. Awalnya bapak

marah dan tidak mengizinkan, tapi aku terus memaksa,

hingga akhinya membolehkanku pulang. Respon

masyarakat tentang kepulanganku beragam, banyak

yang menyayangkan kepulanganku. Banyak yang

bertanya, kenapa kok pulang? Aku hanya menjawab,

ngga apapa. Aku tidak memberikan alasan yang tepat,

karena aku yakin tidak semua orang memahaminya.

Kemudian aku melanjutkan sekolah ku di

Madrasah Tsanawiyah Nurul Hikmah, di sana aku

bertemu orang-orang baik. Kesibukanku sekarang hanya

sekolah dan menjaga adik-adikku, tidak seperti dulu

ketika aku di pondok. Tapi beruntungnya aku memiliki

bapak seperti bapakku, ia selalu mengajariku ilmu

agama, meskipun yang ia ajarkan bukan seperti

pengajaran di pondok yang memaknai kitab kuning

melainkan menjelaskan tentang hal-hal yang berkaitan

dengan agama, seperti kedudukan wanita, pendidikan

bagi wanita, dan lain sebagainya, aku juga mengerti

tentang bagaimana memaknai hidup. Bapak juga pernah

9Nanti kalau ibu sudah berangkat ke Arab, kamu yang masak, kamu

yang nyuci baju, nyuci piring, intinya tanggung jawab ibu serahkan ke kamu, kamu yang gantiin ibu.

Page 216: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

216

berkata padaku, “Nak, kamu itu wanita, pendidikan

penting untukmu, tapi kamu harus ingat tujuanmu

menuntut ilmu, bukan untuk sombong, bukan untuk

nampang, tapi karena ibadah”, Bapak juga berkata “ الام

10Bapak banyak sekali menasehatiku. Aku.”مدرسة الاولى

yang awalnya sangat rindu dengan suasana pondok lama

kelamaan aku mulai merasa senang dan nyaman dengan

keadaan ku saat ini. Aku memang menyesal pindah dari

pondok, tapi lama kelamaan aku mulai berpikir, buat

apa aku menyesal, tidak ada yang perlu disesali,

semuanya sudah ditakdirkan oleh Allah, bahkan tidak

mondok pun aku masih mendapat asupan ilmu agama

walau tidak sebanyak dipondok, tapi setidaknya aku

masih mengingat Allah dan Rasulnya. Bagiku aku masih

mondok, bukan di pondok pesantren melainkan Di

Pondok Abah.11

Tentang Penulis

10Ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya.

11Abah (ayah dalam bahasa sunda)

Page 217: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

217

Penulis Sang Pencari Barokah adalah Abdul

Rovi’i pernah belajar di Madin Ulya 2 IAIN ulungagung.

Jurusan Tadris Fisika, memiliki motto yaitu Santri iku

nek endi wae kudu tetep santri.

Penulis This Is Santri adalah Anita

Miftahurrohmah Sulum, Lahir di Jombang, 03

November 2000. Saya alumni MADIN Wustho 2

angkatan 2018-2019. Bagi saya MADIN di sini adalah

sebuah anugerah, penyemangat pagi, dan suatu

kebahagiaan di tengah hiruk pikuk kampus (Saya jujur

lo gaes). Dan untuk para ustadz, saya ucapkan beribu

terimakasih. Ilmu, pengalaman, dan suri tauladan, telah

banyak saya dapatkan. Man ana laulakum Ustadz. Motto

saya yakni خَيْرُ النَّاس أنَْفَعهُُمْ للِنَّاس“Sebaik-baik manusia adalah

manusia yang bermanfaat bagi manusia lain”.

Penulis History Memorable of Santri adalah

Muhammad ibnu Idris, nama itu adalah nama masa

kecil saya, semenjak saya tumbuh dewasa nama saya

telah berganti, bisa di katakan nama itu adalah nama

pena, sering bagi seorang penulis mempunyai nama

pena, riwayat pendidikan saya , masuk di jenjang

sekolah pertama di RA Darussalam, berlanjut di

MI.Darussalam masih dalam satu yayasan, setelah itu

pergi ke kota tetangga tepat nya di kab.blitar masuk di

MTSN 1 Blitar dan nyantri di pondok pesantren al-kamal

kunir, pendidikan berlanjut di kota asal tulungagung

dan masuk di MAN2 tulungagung, berlanjut sampai

Page 218: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

218

sekarang masih menjadi mahasiswa di kampus IAIN

tulungagung.

Penulis Reklamasi Ukhuwah dalam Peradaban

Santri dan Reformasi Rivalitas Santri adalah Markurius

Adnan Ilyas adalah nama pemberian guruku, sedangkan

nama pemberian orang tuaku adalah Muchammad

Machrus Zaman. Lahir di kota pahlawan Surabaya tahun

1999. Menulis adalah perwakilan jeritan hati yang

memberikan warna yang indah untuk menuju

kesuksesan yang sebenarnya.

Penulis Santri dan Peradaban adalah Siroj

Wijaksono, Lahir di Blitar 27 Mei 1999, Sekarang masih

menuntut ilmu di Institut Agama Islam Negri

Tulungagung Jurusan Tadris Bahasa Indonesia dan juga

mondok di PP. Mbah Dul Tulungagug. Alasan ikut

penulisan ini adalah kekagumanku pada pondok

pesantren yang telah memberi subangsih besar kepada

bangsa ini dari sebelum merdeka hingga saat ini. Paran

santri, kyai dalam ikut serta merebut, mempertahankan,

dan mengisi kemerdekaan tak perlu diragukan, bahkan

peranya telah memberikan sebuah peradaban baru

untuk bangsa ini. Sebuah penyemangat atau motivasiku

adalah Do’a dan restu kedua orang tua, dan juga

keyakinanku bahwa kegagalan hanyalah sementara dan

kesuksesan itu abadi, usaha tidak akan pernah

menghianati hasil !.

Page 219: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

219

Penulis Santri Is Agent of Change adalah Naja

Alwi Mawardy. Naja merupakan panggilan

akrabnya.Lahir di kota Trenggalek pada tanggal 29

November 2000. Ia adalah anak dari pasangan Asmungin

dan Siti Maslikah. Ia juga anak kedua dari dua

bersaudara.

Riwayat pendidikan: 1. SDN 5 Bendorejo

2. SMPN 1 Pogalan

3. MAN 1 Trenggalek

4. IAIN Tulungagung

Semenjak kelas satu SMP, ia tinggal di pesantren

“Hidayatul Mubtadi’in” bersama kakaknya. Ayahnya

seorang guru di pesantren “Al-Falah” dekat rumahnya,

jadi tidak heran kalau dia sering diajak ayahnya ke

pesantren. Dari situ, ia mulai mengenal ajaran-ajaran

agama Islam. Setelah lulus SMP, orangtuanya

menginginkan dia untuk melanjutkan pendidikannya di

MAN 1 Trenggalek dan tinggal di pesantren

“Darunnajah”.

Kemudian, ia melanjutkan kuliah di IAIN

Tulungagung mengambil prodi Bahasa dan Sastra

Arab.Ia juga tinggal di pondok pesantren “Mbah Dul”.

Kecintaannya terhadap bahasa Arab dan hal-hal yang

berbau sastra tidak main-main. Ia pernah dipilih untuk

menjadi salah satu delegasi lomba Qiro’atul Akhbar di

UIN Malang. Selain itu, ia juga pernah menerbitkan satu

buku yang berjudul “Kumpulan Cerpen Pesantren”,

Page 220: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

220

dimana dalam buku tersebut memuat berbagai macam

pengalamannya selama bertahun-tahun hidup di

pesantren.

Ia bukanlah anak organisasi. Baginya organisasi

itu memang penting, namun dia merasa tidak bisa

membagi waktu antara belajar dan kegiatan di

pesantren. Karena ia lebih mementingkan belajar dan

kegiatannya di pesantren daripada

organisasi.“Pendidikan adalah yang paling utama”. Itu

merupakan prinsip hidupnya sebagai motivasi untuk

terus belajar dan selalu berkarya.

Penulis Bagaimana Hubungan Mainset Seseorang

dan Lingkungan Terhadap Akhlak adalah Anis

Nofitasari. Merupakan anak pertama dari dua

bersaudara. Tinggal di dusun Tales, desa Karanganom,

kec. Kauman, kab.Tulungagung.

Penulis pernah mengenyam pendidikan formal di :

1. SDN 1 Jatimulyo, Kec. Kauman

2. SMPN 2 Kauman, Kec. Kauman

3. SMAN 1 Gondang, Kec.Gondang

Saat ini penulis masih menjalankan program

pendidikan S1, jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI),

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (IAIN)

Tulungagung. Selain sebagai mahasiswi, penulis juga

bekerja di PT. Amberlim sebagai marketing properti

"Griya Arsalan Tulungagung". Untuk lebih mengenal

Page 221: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

221

penulis, bisa memfollow ig : @anisnopita, fb : Anis

Nofitasari.

Penulis Bersyukur Menambah Barakah adalah

Hayinun Nafsiyah, lahir di Trenggalek 20 tahun yang

lalu. Ia lahir dari keluarga sederhana. Ia dibesarkan di

lingkungan Pondok Pesantren dan Madrasah sedari kecil.

Sekarang ia bangga bisa menjadi bagian dari IAIN

Tulungagung. Motivasi hidupnya yaitu “jika akhirat yang

kau tuju, maka dunia akan datang dalam keadaan

tunduk.

Penulis lika-liku Perjuangan Santri di Pesantren

adalah Irvan evendi, aku lahir di sebuah kota kecil,

bagiku kota yang membahagiakan bagiku,

mengagumkan, juga sebuah kota yang mempunyai

banyak wisata. Sebenarnya Namanya adalah kabupaten

pacitan, namun orang – orang sering kali menyebut kota

pacitan atau kota wisata. Karena memang kabupaten

pacitan mempunyai banyak destinasi wisata. Pacitan

juga mendapatkan nama kota 1001 goa sebelum muncul

nama kota wisata. Dan di kota wisata inilah aku di

besarkan. Pada tanggal 16 Oktober tahun 2000, mulai

tahun itulah aku hadir di sebuah kota wisata ini.

Penulis Aktivis Mahasiswa Saja Tidak Cukup

adalah Moh Kholilul Rokhim, Lahir di Kediri, Jawa

Timur pada tanggal 22 Juli 1998. Setelah menyelesaikan

pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri II Kota Kediri ia

melanjutkan ke Perguruan Tinggi tepatnya di IAIN

Page 222: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

222

Tulungagung dengan mengambil jurusan Hukum Tata

Negara. Ketika duduk dibangku perkuliahan ia aktiv

menjadi aktivis di Himpunan Mahasiswa Jurusan

Hukum Tata Negara, ia terakhir kali di Himpunan

Mahasiswa Jurusan (HMJ) Hukum Tata Negara pada

periode 2018-2019yaitu sebagai koordinator bidang

Advokasi dan Rumah Tangga. Selain aktiv menjadi

seorang aktivis ia juga merupakan seorang santri

dipondok pesantren Mbah Dul Tulungagung. ia memiliki

motto hidup ”apa yang engkau lakukan haruslah selalu

memberi suatu kemanfaatan”. Pesan penulis untuk para

pembaca yaitu :

“Jadilah besar karena jiwamu, bukan karena

organisasimu

Naiklah tinggi dengan kerendahan hati, bukan dengan

pangkat yang engkau miliki

Naik tak harus menjatuhkan

Tinggi tak harus merendahkan

Memiliki tak harus menyingkirkan

Arungi beribu lautan pengalaman

Singgahlah diberibu-ribu peradaban

Berdialektikalah dengan berjuta perbedaan

Agar kau mengerti, bahwa Tuhan selalu

memberimu berbagai kenikmatan”

Penulis Ilmu tak hanya dari akademik adalah

Lorensa Agusina yang lahir di Banuwangi, 15 Agusus

2000. Seorang mahasiswa jurusan Manajemen Pedidikan

Page 223: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

223

Islam di IAIN Tulungagung. Memiliki hobbi pramuka.

Penulis juga seorang mahasantri Ma’had Al-Jami’ah IAIN

Tulungagung angkatan 2018-2019.

Penulis Mahasiswa Bukan Makhluk Hedonis

adalah Safira Nurul Kifayah Tul Ilmi, Nucky sepertinya

lebih familiar. Berasal dari Jombang, akan tetapi lebih

lama hidup di kota orang. Seperti ini jalannya, RA

Muslimat Banjarsari kab. Jombang, kemudian lanjut di

MI AL Asy'ariyab Banjarsari Jombang yang ku tempuh

hanya 2 tahun kemudian aku pindah ke MI Darussalam

Krempyang Nganjuk hingga sampai di Jenjang MTS

Darussalam. Kemudian aku kembali ke Jombang dan

melanjutkan pendidikan di MAN 10 JOMBANG Dan

ternyata semesta lebih suka aku tinggal di kota orang

dan diberi kesempatan untuk melanjutkan pendidikan

dijenjang yang lebih tinggi yaitu di IAIN Tulungagung.

Saat ini aku sedang menempuh pendidikan strata 1 (S1)

dengan prodi Manajemen Dakwah, dari sini aku

menyadari bahwa apa yang dikatakan oleh Pram benar

menulis lah yang akan membuat kita dikenang. Berguna

atau tidaknya selama hidup kita akan dapat dilihat

ketika kematian itu datang.

Penulis Dibalik Makna Iqra’ adalah Zainul

Musthofa. Lahir di Tulungagung, 19 November 1998.

Alamat rumah di Desa Tiudan-Kecamatan Gondang-

Kabupaten Tulungagung. Hobi adalah membaca. Cita-

cita menjadi seorang guru. Riwayat pendidikan pernah

Page 224: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

224

bersekolah di TK Al Khodijah Tiudan, SDN 1 Tiudan, MTs

Qomar, dan SMAN 1 Gondang dan sekarang masih

menempuh pendidikan S1 PAI di IAIN Tulungagung.

Motto “Berusahalah untuk selalu menjadi orang baik dan

bermanfaat! Serta bersyukur setiap saat!”

Penulis Cintai Lingkungan adalah Muhammad

Ainun Najib, sebuah nama yang sangat legendaries

karena terkenal akan kecerdasan dan

keintelektualannya, yang sangat sering namaku tersebut

di gandengkan dengan tokoh legendris yaitu Cak Nun

dari Jombang, riwayat pendidikan dari TK Dharma

Wanita II Sukorejo Wetan, lalu masuk ke SD Sukorejo

Wetan 3, selanjutnya migrasi ke MTs PSM Tanen, setelah

itu masih satu yayasan di MAN 3 Tulungagung dan

selanjutnya di IAIN Tulunggung sampai sekarang.

Penulis Teknologi Yes, Hoax No, Prestasi Oke

adalah Anggi Novita, Terlahir pada tanggal 13 Maret

2000 dari seorang ayah yang bernama Soiran dan ibu

Musriatin. Saya sekarang tinggal di RT 01 RW 01 Dsn.

Krajan Ds. Dongko Kec. Dongko Kab. Trenggalek.

Riwayat pendidikan yang saya tempuh dari SDN 1

Dongko, SMPN 1 Dongko, MAN 2 Tulungagung. Dan

sekarang saya melanjutkan kuliah di IAIN Tulungagung

dengan mengambil prodi Pendidikan Agama Islam.

Menjadi penulis adalah cita-cita yang baru saja muncul

ketika aku masuk di kuliah pada semester 2 kemarin.

Page 225: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

225

Kalau lebih ingin mengenal aku segera saja kirim pesan

di email [email protected] serta ig anggi9336.

Penulis Tiada Arti Tanpa Kesabaran adalah Rika

Nur Laila yang lahir di Jombang. Seorang mahasiswa

jurusan Pedidikan Matematika di IAIN Tulungagung.

Penulis pernah sekolah di MI Al-Hidayah Jombang, MTs.

Al-Hidayah Jombang, dan MAN 2 JOMBANG. Penulis

juga seorang mahasantri Ma’had Al-Jami’ah IAIN

Tulungagung angkatan 2019.

Penulis holabul ilmi adalah Imroatus Sholichah,

anak bungsu dari lima bersaudara yang dilahirkan di

Pemalang, Jawa Tengah. Status Mahasiswa IAIN

Tulungagung, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI)

jurusan Akuntansi Syariah 2018. Bangku SMA adalah

bangku pertama saya gemar membaca, di sini saya mulai

menyukai buku dan dunia tulis, Novel Habiburrahman

lah yang telah menggugah hati untuk menerima

kenyataan bahwa saya telah cinta pada dunia sastra. Di

waktu istirahat saya sering ke perpustakaan hanya

untuk meminjam buku bergenre sastra, disamping itu

juga kemauan untuk mendalami tentang dunia tulis

pun terdukung oleh keaktifan saya dalam ektrakurikuler

teater yang ada di SMA. Cerpen ini kupersembahkan

buat Alumni Madin 2019 khususnya Madin Tilawah 3.

Love you buat kalian.

Penulis Ambisius Untuk Berambisi Atau Ambisius

Untuk Tak Berambisi? adalah Ummi Ulfatus Syahriyah.

Page 226: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

226

Seorang anak yang pernah bermain-main di Pondok

Pesantren Al Kamal-Kunir. Sekarang menjadi mahasiswa

jurusan PAI di IAIN Tulungagung. Penulis juga pernah

bersinggah di Ma’had IAIN Tulugagung selama satu

tahun dan sekarang berdomisisli di Pondok Pesantren

Subulussalam-Manggisan. Dulunya juga pernah belajar

di SDN Sumberdem 01, MtsN Kunir, dan MAN Kunir.

Penulis Rasa Cita dan Hafalanku adalah Heny

Waqinaka Jauharotin, kelahiran kediri 2000 tinggal di

desa ujung barat kediri. Ds kedungsari tarokan kediri.

Saya alumni PP. Assafiy al-ikhlas desa kaliboto. Setelah

selesai MA saya melanjutkan di IAIN Tulungagung.

Tinggal disebuah asrama sederhana yang sangat

nyaman. Dalam riwayat belajar saya masih seorang

pemula yang masih mentah dalam hal menulis. Bahkan

ini tulisan perdana bagi saya. Dari berbagai motivator

dan terinspirasi dari beberapa teman menjadikan

keberanian saya untuk mencoba menulis. Saya sadar

tulisan ini masih banyak kesalahan. bimbingan dan

kritikan sangatt saya perlukan untuk memperbaiki karya

tulis saya.

Penulis Mereka yang Tak Terlihat Ikut

Bersholawat adalah Restiana Ega Umami, lahir di

Gresik 27 Februari 2000. Ketertarikan pada dunia

menulis sudah dari duduk di bangku SMP sempat

mengirim puisi ke koran jatimpos, lulus dari SMP

melanjutkan sekolahnya di sebuah pondok pesantren di

Page 227: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

227

Ponorogo disana dia melanjutkan hobi menulisnya

sampai akhirnya di tahun kedua mondok mengikuti

lomba cerpen kompetisi santri. Semasa di pondok

pesantren tidak disia siakan untuk mengetahui apa yang

belum diketahui, sampai mengikuti kelas akselerasi di

madrasah diniyah, lulus aliyah dia tidak melanjutkan

sekolah diniyah yang kurang 2 tahun karena harus

melanjutkan studinya atau kuliah di tulungagug dan

mengambil jurusan tadris matematika disana.

Penulis Eksistensi Pesantren namanya Diya’

lengkapnya Diya’ Annisaul Fauziah, biasa dipanggil

diya’. Kenapa aku hadir di dunia ini, tak pernah ku tahu,

yang jelas perjalananku pada diriku yang sekarang

adalah hal yang tidak aku impikan dulu, terimakasih

pada suport terbaik yang pernah ada. Cerpen ini dibuat

agar pembaca mampu mengenang kehidupan pesantren

bagi santri, pentingnya pesantren utuk santri itu sendiri.

Aku dilahirkan di kota angin, kota yang memberikan

kenangan yang tidak akan terlupakan. Mungkin sebuah

hobi selalu menjadi hal yang mebuatku tak pernah tau

hobiku sesungguhnya, namun setelah waktu yang

menjelaskan membaca adalah hal yang membuatku

mengerti apa itu hidup dan hidup untuk apa. Karyaku

nyata tidak untuk sempurna.

Penulis yang berjudul Karir adalah Nashoihid

Diniyah. sekarang kuliah di Institut Agama Islam Negeri

Tulungagung jurusan pendidikan Agama Islam. Punya

Page 228: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

228

hobi makan dan tidur. Menulis? Sebenernya bukan hobi,

sih. Hanya saja terkadang ada rasa ingin menulis hehe.

Mengutip dari kata-kata penulis senior, Pramoedya

Ananta Toer bahwa, “Orang boleh pandai setinggi langit,

tetapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam

masyarakatdan dari sejarah.” Menulislah bukan hanya

untuk di kenang tapi menulislah untuk menebar

kebaikan. Salam literasi!

Penulis yang berjudul Langkah Untuk Bapak

adalah Lailatul Hikmah, biasa dipanggil laila, berasal

dari Kota santri Jombang, dilahirkan pada awal Bulan

januari dua puluh tahun silam, menduduki kuliah pada

semester 4 jurusan Manajemen dakwah di Kampus

dakwah dan peradaban IAIN Tulungagung. Alumni

Mahasantri kelas Wushto 2018-2019 IAIN Tulungagung.

Penulis Kejora di Langit Pesantren adalah Ilmi

Indah Ayu Nurfahmawati, lahir di Bojonegoro, 21

Oktober 2000. Seorang anak yang hobi menggambar,

namun juga tertarik pada sebuah sastra. Pernah

barnaung di Pondok Pesantren Attanwir Talun

Sumberrejo Bojonegoro. Sekarang menjadi mahasiswi

Tadris Biologi di IAIN Tulungagung. Penulis juga pernah

bersinggah di Ma’had Aljami’ah IAIN Tulugagung dan

sekarang berdomisisli di Pesantren Mahasiswa Alhikmah

3. Alumni mahasantri Madin Ulya 1 tahun 2018-2019.

Penulis Meamorfosaku secara Perlahan adalah

Widayanti, nama yang diberikan kali kedua untukku

Page 229: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Angkatan Madin IAIN Tulungagung 2018

229

setelah nama Rasem oleh orangtua, sengajaaku sensor

biar greget. Hehe. Tanggal lahir yang tertulis diraport SD

itu tanggal 25 Juli 1999. Terlahir sehat walafiat di

Kampung Halaman yang sejuk nan tentram, Sandrem is

Mekarsari al-Mukaromah. Daerah plosok bagian timur

Kecamatan Gantar, Indramayu. Anak terakhir dari

pasangan Ibu Siti Aminah dan Bapak Wartam,setelah

kedua kakakku- Adi Hartono dan Devi Ratnasari-. Hobi

nomaden, dari bernyanyi religi, kemudian menulis,

menuju kesumbe rimajinasi –menggambar-, terus ke

coret-coretan dan pada akhirnya membaca dan

menciptakan tulisan. Hobi itu sering kali kulakukan

untuk mengisi waktu luang, kapanpun dan semauku.

Penulis Di Pondok Abah adalah Muthoharoh,

lahir di Indramayu 22 Desember 2000. Ia anak pertama

dari empat bersaudara. Lahir dari pasangan suami istri

bernama Amirudin dan Kasiri. Ia pernah mengenyam

pendidikan sekolah dasar di SDN SIDODADI II, MTs

Nurul Hikmah Haurgeulis, MA Nurul Hikmah

Haurgeulis. Dan kini ia melanjutkan pendidikannya di

perguruan tinggui negeri IAIN Tulungagung-Jawa Timur,

mengambil prodi Bahasa Sastra Arab di Fakultas

Ushuluddin Adab dan Dakwah. Sejak Sekolah Menengah

Atas, ia sangat memimpikan melanjutkan perguruan

tinggi ke Al-Azhar Mesir atau UQU Makkah.

Page 230: Sang Santri - blog.iain-tulungagung.ac.id

Sang Santri; Perjalanan Meraih Barakah Kyai

230