artikel penelitian - unimus

14
ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KARAKTERISTIK PASIEN DENGAN PEMAHAMAN INFORMED CONSENT DALAM TINDAKAN KEDOKTERAN GIGI: LITERATURE REVIEW Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Gigi HIDNITA DURROTUL HANUN J2A015033 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2020 https://repository.unimus.ac.id

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ARTIKEL PENELITIAN - Unimus

ARTIKEL PENELITIAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PASIEN DENGAN PEMAHAMAN

INFORMED CONSENT DALAM TINDAKAN KEDOKTERAN GIGI:

LITERATURE REVIEW

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Gigi

HIDNITA DURROTUL HANUN

J2A015033

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2020

https://repository.unimus.ac.id

Page 2: ARTIKEL PENELITIAN - Unimus

i

https://repository.unimus.ac.id

Page 3: ARTIKEL PENELITIAN - Unimus

ii

https://repository.unimus.ac.id

Page 4: ARTIKEL PENELITIAN - Unimus

iii

https://repository.unimus.ac.id

Page 5: ARTIKEL PENELITIAN - Unimus

iv

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PASIEN DENGAN PEMAHAMAN INFORMED

CONSENT DALAM TINDAKAN KEDOKTERAN GIGI: LITERATURE REVIEW

Hidnita Durrotul Hanun1, Dwi Windu Kinanti Arti2, Ayu Kristin Rakhmawati3 1Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas

Muhammadiyah Semarang, email : [email protected]

2Dosen Program Studi Pendidikan Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas

Muhammadiyah Semarang

ABSTRAK Informed consent ialah pernyataan persetujuan dari pasien setelah mendapatkan informasi yang lengkap dari

dokter mengenai tindakan medis kedokteran maupun kedokteran gigi yang akan dilakukan. Tindakan

kedokteran gigi yang membutuhkan informed consent adalah semua tindakan yang bersifat invasif atau tidak

dapat diubah. Semua prosedur, dari restorasi buccal pit sederhana hingga pengangkatan gigi molar ketiga,

penyesuaian oklusal atau insisi kecil yang dapat mempengaruhi gigi di sekitarnya, peningkatan cusp gigi,

fungsi pengunyahan, atau stabilitas TMJ (Temporomandibular Joint Stability). Data menunjukkan bahwa

pasien mengingat sedikit informasi yang diungkapkan selama proses informed consent dan bahwa tingkat

pemahaman mereka sering dinilai terlalu tinggi. Pemahaman pasien mengenai informed consent ini

dipengaruhi oleh karakteristik pasien. Hasil dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui

bahwa terdapat hubungan karakteristik pasien seperti usia, tingkat pendidikan, dan suku dengan pemahaman

informed consent, sedangkan jenis kelamin, status perkawinan, dan pekerjaan pasien tidak berhubungan

dengan pemahaman tentang informed consent.

Kata Kunci: Pemahaman, Informed Consent, Karakteristik Pasien

https://repository.unimus.ac.id

Page 6: ARTIKEL PENELITIAN - Unimus

v

RELATION OF PATIENT CHARACTERISTICS WITH COMPREHENSION OF

INFORMED CONSENT IN DENTAL MEDICINE ACTION: LITERATURE

REVIEW Hidnita Durrotul Hanun1, Dwi Windu Kinanti Arti2, Ayu Kristin Rakhmawati3

1Student of Undergraduate Degree of Dentistry, Faculty of Dentistry, Muhammadiyah University of

Semarang, email: [email protected] 2Lecturer of Undergraduate Degree of Dentistry, Faculty of Dentistry, Muhammadiyah University of

Semarang

ABSTRACT

Informed consent is a statement of consent from the patient after obtaining complete information from the

doctor regarding their medical or dental treatment. Dental treatment that require informed consent are all

invasive or irreversible actions. All procedures, from simple buccal pit restorations to removal of third

molars, occlusal adjustments or small incisions that can affect the surrounding teeth, increased tooth cusp,

masticatory function, or TMJ stability (Temporomandibular Joint Stability). The data show that patients

remember little information disclosed during the informed consent process and that their level of

understanding is often overrated. Patients' understanding of informed consent is influenced by patient

characteristics. The results of the studies that have been conducted show that there is a relationship between

patient characteristics such as age, education level, and ethnicity with the understanding of informed consent,

while gender, marital status, and occupation of patients are not related to understanding of informed consent.

Keywords: comprehension, informed consent, patient characteristics

https://repository.unimus.ac.id

Page 7: ARTIKEL PENELITIAN - Unimus

2

PENDAHULUAN

Informed consent dalam kedokteran adalah

suatu pernyataan izin atau pernyataan setuju dari

seorang pasien yang diberikan dengan bebas dan

rasional sesudah mendapat informasi yang

dimengertinya dari seorang dokter (Siswati, 2013).

Informasi merupakan hak yang harus diperoleh

setiap orang sebagai hak asasi seorang pasien atau

keluarga pasien. Berdasarkan informasi dari

informed consent itulah kemudian pasien atau

keluarga pasien dapat mengambil keputusan suatu

tindakan medik yang akan dilakukan pada diri atau

keluarganya. Prinsip informed consent tersebut

memuat pengakuan bahwa yang bersangkutan telah

diberi informasi serta telah memahami sepenuhnya

dan selanjutnya menyetujui tindakan medik yang

disarankan oleh dokter (Triwibowo & Fauziyah,

2012).

Penelitian sebelumnya seperti yang disebutkan

oleh K.A Agu (2014), ditemukan bahwa di Nigeria

hanya 20% dari dokter yang melakukan informed

consent sebagai penghormatan terhadap hak pasien

untuk menentukan nasib sendiri, sedangkan 80%

lainnya melakukan informed consent hanya ketika

berhadapan dengan orang yang berpendidikan dan

ketika ada risiko komplikasi yang tinggi untuk

menghindari tuntutan hukum malpraktik (K.A Agu,

2014). Penelitian di Indonesia menunjukan bahwa

dalam pemberian informasi yang disampaikan

dokter kepada pasien terdapat sebanyak 60%

informasi mengenai risiko tindakan tidak

disampaikan, sedangkan kelengkapan pemberian

informasi harus sesuai Standar Pelayanan Minimal

yaitu 100%. Informasi medis harus

dikomunikasikan dengan pasien atau keluarga

pasien dengan baik, agar pasien dan keluarga

paham dengan kondisi kesehatannya dan sadar

dengan keputusannya untuk menerima atau

menolak diberikan tindakan medis

(Kencananingtyas, dkk, 2014).

Kendala dalam kejelasan informasi pada

informed consent meliputi hal-hal yang

menyangkut sosial-budaya, waktu pemberian

informasi, faktor keuangan, dan juga kecerdasan

dari pasien juga akan mempersulit dalam menerima

dan mengerti apa yang telah diterangkan (Guwandi,

2004). Hasil penelitian Ateta menyatakan pula

bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara

faktor karakteristik pasien seperti umur,

pendidikan, pekerjaan, status perkawinan terhadap

pemahaman pasien dengan informasi dokter (Ateta,

2005).

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti

ingin menggali lebih lanjut mengenai apakah

terdapat hubungan karakteristik pasien dengan

pemahaman informed consent dalam tindakan

kedokteran gigi.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah

penelitian kepustakaan (literature review), yaitu

penelitian dengan menggunakan metode

pengumpulan data pustaka, atau penelitian yang

objek penelitiannya digali melalui beragam

informasi kepustakaan seperti buku, jurnal ilmiah,

dan artikel penelitian dengan pendekatan

sistematik. Fokus penelitian kepustakaan ini yaitu

untuk menemukan berbagai teori, hukum, dalil,

prinsip, atau gagasan yang digunakan untuk

menganalisis dan memecahkan pertanyaan

penelitian yang dirumuskan. Sifat dari penelitian ini

adalah analisis deskriptif, yakni penguraian secara

teratur data yang telah diperoleh, kemudian

diberikan pemahaman dan penjelasan agar dapat

dipahami dengan baik oleh pembaca (Sudjana,

2009).

https://repository.unimus.ac.id

Page 8: ARTIKEL PENELITIAN - Unimus

3

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah data sekunder. Data sekunder merupakan

data yang diperoleh bukan dari pengamatan

langsung, akan tetapi data tersebut diperoleh dari

hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-

peneliti sebelumnya. Sumber data sekunder yang

dimaksud dapat berupa buku dan laporan ilmiah

primer atau asli yang terdapat di dalam artikel atau

jurnal baik dalam bentuk tercetak ataupun non-cetak

(Sugiyono, 2011).

Teknik pengumpulan data yang digunakan

pada penelitian ini yaitu menggunakan teknik

pengumpulan data dengan metode dokumentasi.

Metode dokumentasi merupakan metode

pengumpulan data dengan mencari atau menggali

data dari literatur yang terkait dengan apa yang

dimaksudkan dalam rumusan masalah. Data yang

telah didapatkan dari berbagai literatur

dikumpulkan sebagai suatu kesatuan dokumen yang

digunakan untuk menjawab permasalahan yang

telah dirumuskan (Snyder, 2019).

Database yang digunakan pada pencarian

literatur antara lain yaitu PubMed, ScienceDirect

(Elsevier), Scopus, Google Scholar. Pencarian kata

kunci menentukan batasan-batasan dan sifat

pencarian literatur untuk memperoleh artikel-artikel

terkait dengan topik yang dijangkau oleh kata kunci,

kata kunci akan mengeliminasi artikel-artikel yang

tidak terkait dengan topik yang akan dikaji atau

ditulis. Kata kunci (keywords) yang digunakan pada

pencarian literatur antara lain:

(KEYWORD (informed consent)

(KEYWORD (informed consent comprehension)

(KEYWORD (comprehension)

(KEYWORD (understanding)

(KEYWORD (dental treatment)

(KEYWORD (dental care)

(KEYWORD (dentistry)

(KEYWORD (patient characteristics)

(KEYWORD (pemahaman informed consent)

(KEYWORD (tindakan kedokteran gigi)

(KEYWORD (karakteristik pasien)

Kriteria seleksi referensi, menentukan kriteria

inklusi atau eksklusi dapat diidentifikasi sesuai

dengan keterkaitannya dengan tujuan pencarian,

Penelitian ini menggunakan kriteria sebagai berikut:

1. Kriteria Inklusi:

a. Original research articles full text

b. Artikel dalam bahasa Indonesia atau

bahasa Inggris;

c. Artikel 10 tahun terakhir (2010-2020);

d. Sample penelitian dengan usia 18 tahun

atau lebih;

e. Tidak ada batasan terkait karakteristik

dari pasien.

2. Kriteria Eksklusi:

a. Artikel tanpa tersedia teks lengkap

b. Penetilian dengan data yang tidak

reliabel atau tidak terpercaya

c. Tahun publikasi artikel lebih dari 10

tahun lalu;

d. Subjek penelitian di bawah umur (<18

tahun).

Hasil pencarian data dengan kata kunci

tersebut menunjukan jumlah dari jenis artikel yang

terpublikasi dari tahun ke tahun, data tersebut

menunjukan jumlah artikel penelitian, artikel

review, laporan kasus dan jenis artikel lainnya,

jumlah data tersebut berfungsi untuk memudahkan

peneliti dalam penyaring jenis artikel yang akan

digunakan dalam penelitian ini. Setelah

mendapatkan jumlah publikasi masing masing dari

jenis artikel yang dipublikasi tersebut, maka

dilakukan penyaringan artikel yang akan dibahas

pada penelitian ini berdasarkan pada literature

selection process sebagai berikut:

https://repository.unimus.ac.id

Page 9: ARTIKEL PENELITIAN - Unimus

4

Gambar 1.1 literature selection process

HASIL PENELITIAN

Hasil literature selection process didapatkan

sebenyak 8 artikel sesuai dengan topik bahasan.

1. Tindakan Kedokteran Gigi

Tindakan kedokteran gigi yang

membutuhkan informed consent menjadi lebih

jelas bagi profesi kedokteran gigi, seorang

profesional gigi harus mengetahui prosedur

mana yang benar-benar memerlukan

persetujuan tertulis dan terinformasi. Prosedur

yang membutuhkan persetujuan adalah semua

tindakan yang bersifat invasif atau tidak dapat

diubah. Semua prosedur, dari restorasi buccal

pit sederhana hingga pengangkatan gigi molar

ketiga yang rumit memerlukan perubahan

permanen pada jaringan tubuh dengan risiko

beberapa jenis komplikasi atau efek samping

yang tidak diinginkan. Bahkan penyesuaian

oklusal atau insisi kecil dapat mempengaruhi

gigi di sekitarnya, peningkatan cusp gigi,

fungsi pengunyahan, atau stabilitas TMJ

(Temporomandibular Joint Stability).

Mulut adalah lingkungan yang sangat

dinamis seperti pada kekuatan lidah, bibir,

pipi, dan gigi., setiap perubahan pada

lingkungan itu, bahkan dengan niat terbaik

oleh praktisi, dapat menyebabkan hasil yang

tidak diinginkan, dan kemungkinan itu perlu

dikomunikasikan kepada pasien dan

didokumentasikan secara tertulis. Meskipun

prosedur “invasif dan ireversibel”

memerlukan persetujuan tertulis, sebagian

besar prosedur diagnostik seperti pemeriksaan

klinis umum, pemeriksaan periodontal, dan

radiografi tidak memerlukan persetujuan

formal tersebut (Kakar, et al, 2014).

2. Informed Consent

Informed consent ialah persetujuan dari

pasien setelah mendapatkan informasi yang

lengkap dari dokter, dan merupakan aspek

penting dari penyediaan perawatan gigi yang

tepat. Tanpa persetujuan yang diinformasikan

untuk perawatan pasien, seorang dokter gigi

rentan terhadap kritik ataupun tuntutan dari

pasien. Informed consent pada dasarnya

terdiri dari tiga jenis yaitu sebagai berikut:

a. Persetujuan tersirat: Persetujuan tersirat

mengacu pada saat pasien secara pasif

bekerja sama dalam proses tanpa diskusi

atau persetujuan formal. Prinsip-prinsip

komunikasi yang baik berlaku dalam

keadaan ini dan profesional kesehatan

perlu memberikan informasi yang cukup

kepada pasien untuk memahami prosedur

dan mengapa hal itu dilakukan.

Persetujuan tersirat tidak perlu

didokumentasikan dalam catatan klinis.

b. Persetujuan lisan: Persetujuan lisan

adalah di mana seorang pasien

menyatakan persetujuan mereka untuk

suatu prosedur secara lisan tetapi tidak

menandatangani bentuk tertulis apapun.

Ini cukup untuk perawatan rutin seperti

https://repository.unimus.ac.id

Page 10: ARTIKEL PENELITIAN - Unimus

5

untuk prosedur diagnostik dan

profilaksis, asalkan catatan lengkap

didokumentasikan.

c. Persetujuan tertulis: Persetujuan tertulis

diperlukan dalam kasus intervensi

ekstensif yang melibatkan risiko di mana

anestesi atau sedasi digunakan, prosedur

restoratif, prosedur invasif atau

pembedahan, pemberian obat dengan

risiko tinggi yang diketahui, dan

sebagainya (Mirza AM, 2012).

3. Pemahaman Pasien tentang informed

consent

Data dari Hall, et al (2012) menunjukkan

bahwa pasien mengingat sedikit informasi

yang diungkapkan selama proses persetujuan

yang diinformasikan dan bahwa tingkat

pemahaman mereka sering dianggap tinggi.

Pemahaman terkait dengan faktor-faktor

seperti usia pasien, kecerdasan pendidikan,

fungsi kognitif, dan kecemasan. Tidak

mengherankan, ukuran tersebut juga berkaitan

dengan instrumen yang digunakan untuk

menilai pemahaman, serta topik yang dicakup

oleh pertanyaan yang diajukan. Selain itu,

pemahaman dan ingatan pasien memburuk

seiring waktu antara persetujuan dan

pengujian pemahaman pasien meningkat.

Strategi untuk meningkatkan pemahaman

pasien tentang risiko, manfaat, dan alternatif

yang relevan termasuk lembar kerja

pengambilan keputusan, formulir persetujuan

standar dan lebih mudah dibaca, kurikulum

pendidikan, alat bantu keputusan multimedia,

diskusi yang diperpanjang dan teknik tes

Repeat Back atau umpan balik. Praktik

sederhana meminta pasien untuk mengulangi

apa yang mereka dengar dari dokter dapat

membantu mengevaluasi pemahaman pasien;

praktik ini telah meningkatkan pemahaman

pasien dalam beberapa penelitian.

4. Karakteristik Pasien

Karakteristik pasien menurut Notoatmodjo

(2010) menyebutkan ciri-ciri tiap individu yang

digolongkan kedalam tiga kelompok yaitu:

a. Ciri-ciri demografi; seperti jenis kelamin

dan umur.

b. Struktur sosial; seperti tingkat pendidikan,

pekerjaan, kesukuan atau ras, dan

sebagainya.

c. Manfaat-manfaat kesehatan; seperti

keyakinan bahwa pelayanan kesehatan

dapat menolong proses penyembuhan

penyakit.

5. Karakteristik pasien yang berhubungan

dengan pemahaman tentang informed

consent

Pemahaman informed consent atau

persetujuan tindakan medis yang dihubungkan

dengan karakteristik pasien seperti usia, jenis

kelamin, pendidikan, dan pekerjaan pasien

dibahas rinci pada penelitian Rafie, et al

(2019) dan didapatkan hasil terdapat

hubungan antara umur dan pendidikan pasien

dengan pemahaman terhadap persetujuan

tindakan medis pada tindakan bedah,

sedangkan jenis kelamin dan pekerjaan tidak

terdapat hubungan yang bermakna dengan

pemahaman terhadap persetujuan tindakan

medis.

Hasil penelitian Stunkel, et al (2016)

sedikit berbeda yaitu menunjukkan bahwa

pemahaman pasien mengenai informed

consent tidak berhubungan langsung dengan

https://repository.unimus.ac.id

Page 11: ARTIKEL PENELITIAN - Unimus

6

variabel sosiodemografi atau karakteristik dari

pasien. Jenis kelamin, usia, pekerjaan, dan

partisipasi penelitian sebelumnya tidak terkait

dengan pemahaman yang lebih tinggi, namun

terdapat sedikit hubungan antara tingkat

pendidikan tinggi dan pemahaman yang lebih

tinggi. Sejalan dengan Agu, et al (2014) pada

penelitiannya membuktikan bahwa

pengetahuan tentang pemahaman pasien

mengenai informed consent meningkat seiring

dengan tingginya tingkat pendidikan.

Penelitian Ferrús-Torres, et al (2011) juga

membandingkan pemahaman informed

consent dengan tingkat pendidikan pasien, dan

didapatkan hasil semakain tinggi pendidikan

pasien maka pemahamannya juga semakin

baik. Hajivassiliou, E.C. and Hajivassiliou,

C.A (2015) menunjukkan pula adanya

hubungan pemahaman informed consent dan

pendidikan pasien yang akan membantu

mengurangi perbedaan pemahaman tentang

persetujuan tindakan kedokteran gigi.

Penelitian Fink, et al (2010) memberikan

detail yang lebih signifikan lagi mengenai

faktor-faktor seperti ras, etnis, usia, jenis

operasi, penggunaan Repeat Back (RB), waktu

persetujuan, dan tingkat pendidikan pasien

yang terkait dengan peningkatan pemahaman

informed consent, sedangkan jenis kelamin,

status pernikahan, status kesehatan fisik dan

mental, tingkat kecemasan, tingkat

kemampuan membaca, dan pekerjaan pasien

tidak mempengaruhi pemahaman pasien

mengenai informed consent. Pemahaman

pasien maksimal ketika informed consent

berlangsung antara 15 dan 30 menit.

Pemahaman selama diskusi informed consent

mungkin terbatas pada individu dengan

potensi kesulitan bahasa karena etnis atau

pendidikan. Total waktu proses persetujuan

adalah prediktor terkuat dari pemahaman

pasien. Memberikan waktu yang cukup untuk

diskusi informed consent dan menggunakan

tambahan seperti Repeat Back (RB) dapat

meningkatkan pemahaman informed consent

pada pasien.

Pembahasan Penelitian

Informed consent ialah persetujuan dari pasien

setelah mendapatkan informasi yang lengkap dari

dokter, dan memiliki tiga macam yaitu persetujuan

tersirat, lisan, dan tertulis. Tindakan kedokteran

gigi yang membutuhkan informed consent menurut

Kakar, et al (2014) adalah semua tindakan yang

bersifat invasif atau tidak dapat diubah. Semua

prosedur, dari restorasi buccal pit sederhana hingga

pengangkatan gigi molar ketiga, penyesuaian

oklusal atau insisi kecil yang dapat mempengaruhi

gigi di sekitarnya, peningkatan cusp gigi, fungsi

pengunyahan, atau stabilitas TMJ

(Temporomandibular Joint Stability). Data dari

Hall, et al (2012) menunjukkan bahwa pasien

mengingat sedikit informasi yang diungkapkan

selama proses persetujuan yang diinformasikan dan

bahwa tingkat pemahaman mereka sering dianggap

tinggi. Pemahaman pasien mengenai informed

consent ini dipengaruhi oleh karakteristik pasien,

seperti pada beberapa penelitian berikut:

1. Penelitian Agu, et al (2014) karakteristik

tingkat pendidikan mempengaruhi

pemahaman pasien tentang informed consent.

2. Penelitian Hajivassiliou, E.C. and

Hajivassiliou, C.A (2015) karakteristik tingkat

pendidikan mempengaruhi pemahaman pasien

tentang informed consent.

https://repository.unimus.ac.id

Page 12: ARTIKEL PENELITIAN - Unimus

7

3. Penelitian Ferrús-Torres, et al (2011)

karakteristik tingkat pendidikan

mempengaruhi pemahaman pasien tentang

informed consent.

4. Penelitian Stunkel, et al (2016) karakteristik

tingkat pendidikan mempengaruhi

pemahaman pasien tentang informed consent,

sedangkan jenis kelamin, usia, pekerjaan,

partisipasi penelitian sebelumnya tidak.

5. Penelitian Fink, et al (2010) karakter ras,

etnis, usia, jenis operasi, penggunaan Repeat

Back (RB), waktu persetujuan, dan tingkat

pendidikan mempengaruhi pemahaman pasien

tentang informed consent, sedangkan jenis

kelamin, status pernikahan, status kesehatan

fisik dan mental, tingkat kecemasan, tingkat

kemampuan membaca, dan pekerjaan tidak.

6. Penelitian Rafie, et al (2019) karakteristik usia

dan tingkat pendidikan mempengaruhi

pemahaman pasien tentang informed consent,

sedangkan jenis kelamin dan pekerjaan tidak.

KESIMPULAN

Kesimpulan berdasarkan peninjauan hasil dan

pembahasan pada beberapa penelitian diketahui

bahwa terdapat hubungan karakteristik pasien

seperti usia, tingkat pendidikan, dan suku dengan

pemahaman informed consent, sedangkan jenis

kelamin, status perkawinan, dan pekerjaan pasien

tidak berhubungan dengan pemahaman tentang

informed consent.

SARAN

Dari hasil literature review disarankan bagi

tenaga medis dalam penyampaian infomed consent

disesuaikan dengan karakteristik pasien dan

memberikan waktu yang cukup untuk berdiskusi

serta dapat menerapkan tambahan metode repeat

back sehingga dapat meningkatkan pemahaman

pasien, dan bagi pihak rumah sakit perlu untuk

mengevaluasi kembali apakah semua tenaga medis

yang melakukan tindakan medis sudah

melaksanakan informed consent sesuai dengan

prosedur yang berlaku.

DAFTAR PUSTAKA

Achadiat, Chrisdiono M. 2006. Dinamika Etika dan

Hukum Kedokteran dalam Tantangan Zaman.

Jakarta: Buku Kedokteran ECG.

Agu, KA dkk. 2014. Attitude towards informed consent

practice in a developing

country: a community-based assessment of the

role of educational status.

BMC Medical Ethics, 77(15), 1-8.

Aguswina. 2011. Karakteristik Pasien dan Kualitas

Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik yang

Menjalani Terapi. Medan: Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatra Utara. Hal

1.

Arikunto, S. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan

Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu

Pendekatan Praktik Edisi Revisi. Jakarta:

Rhineka Cipta.

Ateta. 2005. Hubungan Karakteristik Pasien

Pelayanan Bedah dan Kejelasan Informasi

Dokter Dalam Pelaksanaan Persetujuan

Tindakan Medis (Informed Consent) di RSUP.

H. Adam Malik Tahun 2005. Sekolah Parca

Sarjana Universitas Sumatera Utara: Medan.

Departemen Kesehatan RI. 1989. PerMenKes RI.

Nomor 585/Men.Kes/Per/IX/1989 tentang

Persetujuan Tindakan Medis. Yayasan Bakti

Sejahtera KORPRI Unit DEPKES. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 1999. SK DirJend Yan

Medik Nomor HK. 00.06.3.5. 1866 Tentang

https://repository.unimus.ac.id

Page 13: ARTIKEL PENELITIAN - Unimus

8

Pedoman Persetujuan Tindakan Medik

(Informed Consent). Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2004. Keputusan Menteri

Kesehatan RI Nomor

1173/MENKES/PER/X/2004 tentang Rumah

Sakit Gigi dan Mulut.

Departemen Kesehatan RI. 2008. Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia No. 290 Tahun

2008.

Departemen Pendidikan Nasional RI. 2005. Kamus

Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka.

Jakarta.

Desriza Ratman. 2013. Aspek Hukum Informed

Consent dan Rekam Medis Dalam Transaksi

Terapeutik. Bandung: Keni Media.

Fauziyah, Y & Triwibowo, C. 2012. Malpraktik dan

Etika Perawat. Yogyakarta: Nuha Medika.

Ferrús-Torres, E., Valmaseda-Castellón, E., Berini-

Aytés, L. and Gay-Escoda, C., 2011. Informed

consent in oral surgery: the value of written

information. Journal of Oral and Maxillofacial

surgery, 69(1), pp.54-58.

Fink, A.S., Prochazka, A.V., Henderson, W.G.,

Bartenfeld, D., Nyirenda, C., Webb, A.,

Berger, D.H., Itani, K., Whitehill, T.,

Edwards, J. and Wilson, M., 2010. Predictors

of comprehension during surgical informed

consent. Journal of the American College of

Surgeons, 210(6), pp.919-926.

Gholami M, A, dkk. Knowledge of and attitudes

towards periodontal health among adults in

Tehran. Eastern Mediterranean Health

Journal, 2014.

Guwandi, J. 2003. Informed Consent & Informed

Refusal Edisi III. Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. Jakarta.

Guwandi, J. 2004. Informed Consent. Jakarta: FK

Universitas Indonesia.

Hajivassiliou, E.C. and Hajivassiliou, C.A., 2015.

Informed consent in primary dental care:

patients' understanding and satisfaction with

the consent process. British dental

journal, 219(5), pp.221-224.

Hall, D. E., Prochazka, A. V., & Fink, A. S. (2012).

Informed consent for clinical

treatment. Cmaj, 184(5), 533-540.

Hamalik, Oemar. 2002. Proses Belajar Mengajar.

Jakarta: Bumi Aksara.

Herfiyanti, Leni. 2015. Jurnal Manajemen Informasi

Kesehatan Indonesia. Kelengkapan Informed

consent Tindakan Bedah Menunjang

Akreditasi JCI Standar HPK 6 Pasien

Orthopedi. 3 (2).

IDI Cabang Medan. 2005. Laporan Pertanggung

Jawaban MKEK IDI Cabang Medan Masa

Bakti 2003-2006. Pengurus Cabang Medan

Ikatan Dokter Indonesia, Medan.

Ihsan, Fuad. 2006. Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta:

PT Rineka Cipta.

Kakar, H., Gambhir, R. S., Singh, S., Kaur, A., &

Nanda, T. (2014). Informed consent: Corner

stone in ethical medical and dental

practice. Journal of family medicine and

primary care, 3(1), 68.

Kencananingtyas, SA, Lestari, T, & Harjanti. 2014.

Pelaksanaan Pemberian Informed

Consent dan Kelengkapan Informasi di RSU

Jati Husada Karanganyar Tahun 2014. Jurnal

Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia,

(3)1, 86-91.

Komalawati, Veronica. 2002. Peranan Informed

Consent Dalam Transaksi Terapeutik

(Persetujuan Dalam Hubungan Dokter dan

Pasien) Suatu Tinjauan Yuridis. Bandung: PT.

Citra Aditya Bakti.

https://repository.unimus.ac.id

Page 14: ARTIKEL PENELITIAN - Unimus

9

Konsil Kedokteran Indonesia. 2006. Komunikasi Aktif

Dokter-Pasien, Jakarta: Konsil Kedokteran

Indonesia.

Mirza AM. Importance of informed consent in

dentistry. Int Dent J Stu Res 2012;1:13-6.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Metodologi Penelitian

Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka

Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan dan

Ilmu Perilaku. Rineka Cipta. Jakarta: Rineka

Cipta.

Rafie, R., Yusmaidi, Y. and Fitriyani, M., 2019.

Hubungan Karakteristik Pasien Dengan

Pemahaman Persetujuan Tindakan Medis

Pada Tindakan Bedah Di Rumah

Sakitpertamina Bintang Amin (Rspba) Bandar

Lampung Bulan Maret 2015. Jurnal Ilmu

Kedokteran dan Kesehatan, 6(1), pp.19-28.

Sampurna, 2005. Patient Autontomy and Informed

Consent, Makalah pada Prosiding Seminar

Lokakarya 19-20 Maret 2003. Jakarta: Ikatan

Dokter Indonesia.

Seifert, Kelvin. 2007. Manajemen Pembelajaran dan

Instruksi Pendidikan. terjemahan dari buku

Educational Psychology (Boston, 1983).

Jogjakarta: IRCiSoD Banguntapan.

Siswati, S. 2013. Etika dan Hukum Kesehatan dalam

Perspektif Undang-Undang Kesehatan.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Snyder, H. 2019. ‘Literature review as a research

methodology: An overview and guidelines’.

Journal of Business Research, 104, pp. 333–

339,

https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2019.07.039.

Stunkel, L., Benson, M., McLellan, L., Sinaii, N.,

Bedarida, G., Emanuel, E. and Grady, C.,

2010. Comprehension and informed consent:

assessing the effect of a short consent

form. IRB, 32(4), p.1.

Sudjana, Nana dan Ibrahim. 2009. Penelitian dan

Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru

Algensido.

Sugiarti, Ida. 2010. Perbandingan Hukum Informed

Consent Indonesia dan Amerika Serikat.

Bandung: FH UNISBA.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV Alfabeta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun

2003 Sistem Pendidikan Nasional. 8 Juli 2003.

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2003 Nomor 4301. Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun

2004 Praktik Kedokteran. 6 Oktober 2004.

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2004 Nomor 4431. Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun

2009 Kesehatan. 13 Oktober 2009. Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2009

Nomor 144. Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun

2009 Rumah Sakit. 28 Oktober 2009.

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2009 Nomor 5072. Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor No. 23

Tahun 2002 Perlindungan Anak. 22 Oktober

2002. Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2002 Nomor 109. Jakarta.

Wiria, Nanang. 2007. Pengaruh Karakteristik

Pemberian Persetujuan Tindakan Bedah Dan

Akses Informasi Terhadap Pemahaman

Tentang Persetujuan Tindakan Medis

(Informed Consent) Di Badan Pelayanan

Kesehatan RSU Dr. Pirngadi Medan. FKM

USU: Medan.

https://repository.unimus.ac.id