artikel kekambuhan gangguan jiwa

5
KEKAMBUHAN GANGGUAN JIWA

Upload: fauzan-keren

Post on 25-Jul-2015

137 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

cara praktis bagi masyarakat umum menghadapi kekambuhan gangguan jiwa di masyarakat

TRANSCRIPT

Page 1: Artikel Kekambuhan Gangguan Jiwa

KEKAMBUHAN GANGGUAN JIWA

Satu permasalahan tersendiri berkaitan dengan gangguan jiwa adalah mengenai

kekambuhannya. Tanda dan gejala kekambuhan yang paling nyata adalah penderita gaduh gelisah,

hiperaktif, cenderung membayakan diri dan lingkungan yang akhirnya dengan terpaksa keluarga atau

siapapun membawanya ke rumah sakit jiwa. Sedangkan gejala dini kekambuhan yang perlu

diidentifikasi oleh klien dan keluarganya adalah tidak mau minum obat, sulit tidur, tidak

nafsu makan, kebersihan diri terganggu, tidak ada minat beraktifitas serta menarik diri.

Insidensi kekambuhan gangguan jiwa sendiri khususnya penderita Skizofrenia, 25% pada

tahun pertama, dan 70% pada tahun kedua, bahkan 100% pada tahun kelima. Tetapi ada pula yang

melaporkan bahwa besarnya angka kekambuhan pada tahun pertama adalah 65%-70%. Di DIY

sendiri khususnya berdasarkan data di RS Sardjito diperkirakan angka kekambuhannya lebih dari

60% (Soewadi, 2003).

Demikian tingginya angka kekambuhan di atas, disebabkan oleh rendahnya dukungan

keluarga dan sosial, lemahnya kemampuan pertahanan diri, dan ketidakpatuhan minum obat

(Soewadi, 2003). Menurut Chandra 80% penderita dapat sembuh dengan mengkonsumsi secara

teratur obatan-obatan. Fakta di masyarakat didapatkan bahwa, lebih dari 50% keluarga dengan

anggota keluarganya mengalami gangguan jiwa, hidup dalam keadaan sumberdaya baik materi

maupun psikososial yang lemah. Penderita cenderung tidak patuh meminum obat, keluarga frustrasi,

termasuk dukungan sosial yang lemah, tidak adanya dukungan seperti kunjungan rumah dari tenaga

kesehatan terdekat, merupakan gambaran kompleks permasalahan yang dihadapi keluarga. Untuk

itulah dikatakan bahwa stressor kekambuhan terbesar adalah lingkungan terdekat yaitu keluarga

(Susana et al., 2006). Semakin menyulitkan lagi bagi keluarga, berdasarkan penelitian di Inggris

dan Amerika, keluarga dengan ekspresi emosi yang tinggi (bermusuhan, mengkritik, tidak

ramah, banyak menekan dan menyalahkan), hasilnya 57% kembali dirawat.

Mencermati realitas kekambuhan gangguan jiwa tersebut, beberapa hal yang

hendaknya menjadi perhatian masyarakat secara umum, maupun khususnya keluarga dengan

gangguan jiwa adalah:

1. Mencegah kekambuhan:

Dalam keadaan wajar (tidak kambuh) keluarga atau siapapun yang bertanggungjawab, hendaknya

berupaya untuk senantiasa melakukan:

a. Memfasilitasi minum obat

Page 2: Artikel Kekambuhan Gangguan Jiwa

Keluarga untuk tidak bosan-bosannya membantu anggota keluargannya dengan gangguan

jiwa untuk senantiasa mengkonsumsi obat oral sesuai dosisnya. Jika ada permasalahan

seperti kebosanan, ingatkan kembali pentingnya tetap mengkonsumsi obat. Penderita yang

sudah sadar akan pentingnya obat, cenderung dapat mengontrol kekambuhannya.

b. Ventilasi

Ventilasi artinya mendengarkan, memperhatikan keinginan, apa yang disampaikan baik

secara verbal perkataaan sekaligus jika memungkinkan ada sarana melakukan kegiatan. Hal

ini sekaligus upaya ventilasi yang justru lebih nyata. Sehingga upaya membiarkan penderita

gangguan jiwa di rumah sendiri bahkan sampai ada yang dipasung, justru merupakan

kontraproduktif.

2. Jika kekambuhan dini

Apabila keluarga atau siapapun mendapati adanya gejala-gejala dini kekambuhan, lakukan:

a. Dirayu sedemikian rupa untuk bisa mengkonsumsi obat oral yang masih ada, jika menolak:

b. Meminta bantuan pada pendamping gangguan jiwa terdekat yang sudah terlatih (Kader )

atau perawat yang ada di masyarakat, jika tidak ada:

c. Segera membawanya ke Puskesmas terdekat.

3. Jika kekambuhan nyata

Apabila keluarga mendapati penderita sudah muncul kekambuhan nyata, segera dapat

membawanya ke rumah sakit jiwa terdekat atau meminta bantuan call center emergency 118,

jika penderita dalam keadaan membahayakan.

Penderita yang mendapat latihan keterampilan social (terlibat dalam aktifitas keseharian

terlebih lagi memiliki aktifitas kerja), obat antipsikotik dan psikoedukasi (perhatian, kasih sayang,

dukungan) dilaporkan tidak ada yang kambuh, (Kaplan dan Sadock, 2003).

Referensi:

1. Kaplan dan Sadock, 2003, Sinopsis Psikiatri, Bina Rupa Aksara, Jakarta

2.Soewadi, 2003, Mencegah Kekambuhan Penderita Gangguan Jiwa, Seminar sehari Mencegah kekambuhan gangguan jiwa, Sabtu, 4 Oktober 2003, Auditorium RS Dr. Sardjito-Yogyakarta.

3. Susana S.A., 2011, Buku Pedoman Bagi Pendamping: Pendampingan Keluarga Dengan Anggotanya Mengalami Gangguan Jiwa, Departemen Keperawatan Jiwa, Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kemenkes, Yogyakarta.