artikel k3

15
Artikel K3 dan Lingkungan Tambang Donald P Silitonga DBD 112 123 Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya

Upload: silitonga16

Post on 26-Dec-2015

27 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Masalah Lingkungan Dalam Proses Pertambangan

TRANSCRIPT

Page 1: Artikel K3

Artikel K3 dan Lingkungan TambangDonald P Silitonga

DBD 112 123

Jurusan Teknik Pertambangan

Fakultas Teknik

Universitas Palangka Raya

Page 2: Artikel K3

K3 dan Lingkungan Tambang

A. Pendahuluan

Indonesia memiliki deposit berbagai jenis bahan tambang yang cukup melimpah

yang harus dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan perekonomian nasional

ataupun daerah. Kegiatan penambangan sering dikonotasikan sebagai salah satu kegiatan

yang merusak lingkungan. Selain itu, kegiatan penambangan juga sering menimbulkan

konflik diakibatkan tumpang tindih kepentingan penggunaan lahan. Hal itu dapat terjadi

apabila kegiatan penambangan tidak dikelola dengan baik dan benar. Setiap kegiatan

penambangan pasti akan menimbulkan dampak lingkungan, baik bersifat positif maupun

bersifat negatif. Dampak yang bersifat positif perlu dikembangkan, sedangkan dampak

yang bersifat negatif harus dihilangkan atau ditekan sekecil mungkin. Untuk mengurangi

dampak negatif tersebut, maka kegiatan penambangan harus dikelola dengan baik sejak

awal hingga akhir kegiatan. Kegiatan penambangan yang tidak berwawasan atau tidak

mempertimbangkan keseimbangan dan daya dukung lingkungan, serta tidak dikelola

dengan baik dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, sehingga

seharusnya kegiatan penambangan akan memperoleh manfaat malah akan

merugikan. Namun demikian, kegiatan penambangan yang memperhatikan masalah

lingkungan serta dikelola dengan baik, maka tidak mustahil bahwa lahan bekas

penambangan yang direklamasi dengan benar akan menjadikan lahan tersebut lebih

bermanfaat dibanding sebelum adanya kegiatan penambangan.

Untuk itu, dalam artikel ini akan dibahas mengenai pengelolaan lingkungan

tambang yang baik sehingga kegiatan atau aktivitas penambangan tersebut dapat

meminimalkan dampak yang negatif terhadap lingkungan dan tetap menjaga

keseimbangan ekosistem lingkungan sekitar tambang.

Page | 1

Page 3: Artikel K3

K3 dan Lingkungan Tambang

B. Pembahasan

1. Pengertian pertambangan

Pertambangan adalah rangkaiaan kegiatan dalam rangka upaya pencarian,

pengembangan (pengendalian), pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan galian

(mineral, batubara, panas bumu, migas). Ilmu Pertambangan merupakan suatu cabang

ilmu pengetahuan yang meliputi pekerjaan pencarian, penyelidikan, study kelayakan,

persiapan penambangan, penambangan, pengolahan dan penjualan mineral-mineral atau

batuan yang memiliki arti ekonomis (berharga). Pertambangan bisa juga diartikan sebagai

kegiatan, teknologi dan bisnis yang berkaitan dengan industri pertambangan mulai dari

prospeksi, eksplorasi, evaluasi, penambangan, pengolahan, pemurnian, pengangkutan

sampai pemasaran.

2.  Manajemen atau Pengelolaan Lingkungan Tambang

Manajemen lingkungan industri tambang , dimana di dalamnya menjelaskan tata cara

mengatur lingkungan, khususnya lingkungan industri tambang agar terciptanya

keseimbangan yang baik. Berikut adalah penjelasan tentang manajemen lingkungan

industri tambang adalah sebagai berikut, Manajeman lingkungan adalah bagian dari

menejemen keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, kegiatan perencanaan, tanggung

jawab, praktek, prosedur, proses, dan sumberdaya untuk mengembangkan, menerapkan,

mencapai, mengkaji, dan memelihara kebijakan lingkungan. Sistem yang mengatur

bagaimana -kegiatan bisnis dan industri menata lingkungan agar tetap sehat dan aman dari

resiko pencemaran.

Dalam pelaksanaan menejemen lingkungan untuk mencapai kondisi ramah

lingkungan, terdapat beberapa urutan-urutan prinsip yang harus diterapkan. Urutan prinsip

tersebut, yaitu prinsip pencegahan pencemaran (pollution prevention), prinsip

pengendalian pencemaran (pollution control), dan prinsip remediasi (remediation).

Prinsip pencegahan pencemaran (pollution prevention) adalah dasar bagi terciptanya

kondisi yang sangat minim dihasilkannya bahan pencemar. Pencegahan pencemaran

dilaksanakan meliputi keseluruhan dari proses produksi seperti pemilihan bahan baku yang

murni, penggunaan alat proses yang efisien dan efektif dalam pemakaian bahan, energi,

air, perawatan peralatan untuk optimalisasi proses, dan SDM dalam proses dan

pengelolaan lingkungan.

Prinsip pengendalian pencemaran (pollution control) diterapkan apabila pencemaran

atau limbah masih dihasilkan dalam suatu proses produksi sehingga dilakukan

pengendalian pada bahan pencemar atau limbah agar tidak mencemari pekerja, produk,

dan lingkungan sekitar. Upaya yang dapat dilakukan adalah mengolah limbah tersebut

Page | 2

Page 4: Artikel K3

K3 dan Lingkungan Tambang

untuk menurunkan tingkat bahayanya, tingkat pencemarannya, atau menjadikannya bahan

yang lebih bermanfaat dan bernilai ekonomi.Prinsip remediasi (remediation) dijalankan

untuk memulihkan kondisi lingkungan yang telah tercemar agar dapat kembali pulih dan

dapat digunakan untuk kegiatan-kegiatan produktif. Hal ini dilakukan tanpa menimbulkan

potensi pencemaran bagi manusia dan aktivitas di dalamnya.

Tujuan utama dalam pelaksanaan dari prinsip tersebut adalah mencegah, mengurangi,

dan menghilangkan terbentuknya limbah atau bahan pencemar pada sumbernya, serta

menciptakan produk yang sehat, aman, dan berkualitas. Namun, ada juga enam prinsip

dasar lain yang dilakukan dalam menejemen lingkungan yang bertujuaan utama sama

dengan ketiga prinsip di atas, yaitu refine, reduce, reuse, recycle, recovery, danretrieve

energy. Refine adalah penggunaan bahan atau proses yang lebih ramah lingkungan

dibandingkan dengan bahan atau proses yang ada saat ini. Reduce adalah pengurangan

jumlah limbah atau kehilangan bahan dengan optimalisasi proses atau operasional yang

menghasilkan limbah yang mengalami pemborosan. Reuse adalah pemakaian kembali

bahan-bahan atau limbah pada proses yang berbeda. Recycle adalah penggunaan kembali

bahan-bahan atau sumber daya untuk proses yang sama. Recovery adalah kegiatan

pengambilan kembali sebagian material penting dari aliran limbah untuk pemanfaatan

ulang dalam proses atau dimanfaatkan untuk proses atau keperluan lain. Retrieve Energy

adalah pemanfaatan limbah untuk digunakan sebagai bahan bakar atau dalam arti yang

luas adalah penghematan energi dalam proses produksi.

Pada prinsipnya, semua model atau prinsip dalam sistem menejemen lingkungan

tersebut berupaya untuk meningkatkan produktivitas, menjaga keberlanjutan produksi

dengan tetap memelihara kelestarian lingkungan dan kesehatan, serta keselamatan pekerja.

Banyak sekali cara dan program yang dapat diterapkan sebuah industri dalam

memenejemen lingkungan industrinya. Perlu adanya kesadaran dalam industri untuk

melestarikan lingkungan.

3. Masalah Lingkungan Dalam Proses Pertambangan

a. Tahap Persiapan Penambangan (Mining Development)

Pembukaan atau pembersihan lahan (land clearing) sebaiknya dilaksanakan secara

bertahap, artinya hanya bagian lahan yang akan langsung atau segera ditambang. Setelah

penebasan atau pembabatan selesai, maka tanah pucuk (top soil) yang berhumus dan

biasanya subur jangan dibuang bersama-sama dengan tanah penutup yang biasanya tidak

subur, melainkan harus diselamatkan dengan cara menimbun ditempat yang sama,

kemudian ditanami dengan tumbuh-tumbuhan penutup yang sesuai (rumput-rumputan

dan semak-semak), sehingga pada saatnya nanti masih dapat dimanfaatkan untuk

keperluan reklamasi lahan bekas tambang.

Page | 3

Page 5: Artikel K3

K3 dan Lingkungan Tambang

Pada saat mengupas tanah penutup (striping of overburden) jalan-jalan angkut yang

dilalui alat-alat angkut akan berdebu, oleh sebab itu perlu disiram air secara berkala. Bila

keadaan lapangan memungkinkan, hasil pengupasan tanah penutup jangan diibuang

kearah lembah-lembah yang curam, karena hal ini akan memperbesar erodibilitas lahan

yang berarti akan menambah jumlah tanah yang akan terbawa air sebagai lumpur dan

menurunkan kemantapan lereng (slope stability). Bila tumpukan tanah tersebut berada

ditempat penimbunan yang relatif datar, maka tumpukan itu harus diusahakan berbentuk

jenjang- jenjang (benches) dengan kemiringan keseluruhan (overall bench slope) yang

landai. Disamping itu cara pengupasan tanah penutup sebaiknya memakai metoda nisbah

pengupasan yang konstan (constant stripping ratio method) atau metoda nisbah

pengupasan yang semakin besar (increasing stripping ratio method) sehingga luas lahan

yang terkupas tidak sekaligus besar.

b. Tahap Penambangan

Untuk metoda penambangan bawah tanah (underground mining) dampak negatifnya

terhadap lingkungan hidup agak terbatas. Yang perlu diperhatikan dan diwaspadai adalah

dampak pembuangan batuan samping (country rock/waste) dan air berlumpur hasil

penirisan tambang (mine drainage). Kecuali untuk metode ambrukan (caving method)

yang dapat merusak bentang alam (landscape) atau morfologi, karena terjadinya amblesan

(surface subsidence). Metoda penambangan bawah tanah yang dapat mengurangi

timbulnya gas-gas beracun dan berbahaya adalah penambangan dengan “auger” (auger

mining), karena untuk pemberaiannya (loosening) tidak memakai bahan peledak.

Untuk menekan terhamburnya debu ke udara, maka harus dilakukan penyiraman secara

teratur disepanjang jalan angkut, tempat-tempat pemuatan, penimbunan dan peremukan

(crushing). Bahkan disetiap tempat perpindahan (transfer point) dan peremukan sebaiknya

diberi bangunan penutup serta unit pengisap debu.

Untuk menghindari timbulnya getaran (ground vibration) dan lemparan batu (fly rock)

yang berlebihan sebaiknya diterapkan cara-cara peledakan yang benar, misalnya dengan

menggunakan detonator tunda (millisecond delay detonator) dan peledakan geometri

(blasting geometry) yang tepat.

Lumpur dari penirisan tambang tidak boleh langsung dibuang ke badan air (sungai,

danau atau laut), tetapi harus ditampung lebih dahulu di dalam kolam-kolam pengendapan

(settling pond) atau unit pengolahan limbah (treatment plant) terutama sekali bila badan

air bebas itu dipakai untuk keperluan domestik oleh penduduk yang bermukim

disekitarnya.

Segera melaksanakan cara-cara reklamasi/ rehabilitasi/restorasi yang baik terhadap

lahan-lahan bekas penambangan. Misalnya dengan meratakan daerah-daerah penimbunan

tanah penutup atau bekas penambangan yang telah ditimbun kembali (back filled areas)

Page | 4

Page 6: Artikel K3

K3 dan Lingkungan Tambang

kemudian ditanami vegetasi penutup (ground cover vegetation) yang nantinya dapat

dikembangkan lebih lanjut menjadi lahan pertanian atau perkebunan. Sedangkan

cekungan-cekungan bekas penambangan yang berubah menjadi genangan-genangan air

atau kolam-kolam besar sebaiknya dapat diupayakan agar dapat dikembangkan pula

menjadi tempat budi-daya ikan atau tempat rekreasi.

c. Pencemaran Dan Penyakit Yang Mungkin Timbul Karena Aktivitas Pertambangan

Pertambangan memang sangat berperan penting bagi jaman sekarang. Karena semua

kehidupan di bumi ini menggunakan bahan-bahan yang ada di pertambangan. Contohnya:

Biji besi digunakan sebagai bahan dasar membuat alat-alat rumah tangga,mobil,motor,dll

Alumunium digunakan sebagai bahan dasar membuat pesawat

Emas digunakan untuk membuat kalung,anting,cincin

Tembaga digunakan sebagai bahan dasar membuat kabel

Dan masih banyak lagi seperti perak,baja,nikel,batu bara,timah,pasir kaca,dll

Seperti yang dikatakan bahwa dimana ada suatu aktivitas pasti disitu ada kerusakan

lingkungan.

Dan kerusakan lingkungan di pertambangan adalah:

1. Pembukaan lahan secara luas

Dalam masalah ini biasanya investor membuka lahan besar-besaran,ini menimbulkan

pembabatan hutan di area tersebut. Di takutkan apabila area ini terjadi longsor

banyak memakan korban jiwa.

2. Menipisnya SDA yang tidak bisa diperbarui.

Hasil petambangan merupakan Sumber Daya yang Tidak Dapat diperbarui lagi. Ini

menjadi kendala untuk masa-masa yang akan datang. Dan bagi penerus atau cicit-

cicitnya.

3. Masyarakat dipinggir area pertambangan menjadi risih.

Pertambangan membutuhkan alat-alat besar yang dapat memecahkan telinga. Dan

biasanya kendaraan berlalu-lalang melewati jalanan warga. Dan terkadang warga

menjadi kesal.

4. Pembuangan limbah pertambangan yang tidak sesuai tempatnya.

Pertambangan banyak yang membuang limbahnya tidak sesuai tempatnya. Biasanya

mereka membuangnya di kali,sungai,ataupun laut. Limbah tersebut tak jarang dari

Page | 5

Page 7: Artikel K3

K3 dan Lingkungan Tambang

sedikit tempat pertambangan belum di filter. Hal ini mengakibatkan rusaknya di

sector perairan.

5. Pencemaran udara atau polusi udara.

Di saat pertambangan memerlukan api untuk meleburkan bahan mentah,biasanya

penambang tidak memperhatikan asap yang di buang ke udara. Hal ini

mengakibatkan rusaknya ozon.

4. Contoh Kasus Lingkungan Tambang

Pencemaran Air Akibat Penambangan Emas Di Daerah Sungai Ciliunggunung, Waluran,

Kabupaten Sukabumi

Kasus yang terjadi di daerah Sungai Ciliunggunung, Waluran, Kabupaten Sukabumi

adalah pencemaran air akibat penambangan emas dengan menggunakan air raksa.

Penambangan emas dengan menggunakan air raksa telah membudaya bagi masyarakat di

daerah Sungai Ciliunggunung, Waleran, Kabupaten Sukabumi, metode ini dipilih oleh

masyarakat karena air raksa dapat mempercepat  proses pencucian emas hingga sekitar satu

jam saja, sehingga emas yang didulang banyak dalam waktu yang cepat. Namun tindakan

yang dilakukan oleh masyarakat ini tidak diimbangi oleh kearifan dalam menjaga lingkungan.

Pertambangan emas dengan menggunakan air raksa akan menyebabkan  air disekitarnya

menjadi tercemar dan menurunkan nilai dan fungsi strategis air sungai yang dipakai

masyarakat untuk memenuhi kebutuhan seharri-hari. Air raksa termasuk salah satu  logam

berat dengan berat molekul tinggi. Dalam proses biologi logam berat dibutuhkan dalam

jumlah sedikit, namun apabila zat tersebut terdapat  dalam jumlah yang  berlebih  dapat

menimbulkan keracunan bagi tumbuhan, hewan dan manusia.. Masyarakat dan para

penambang emas yang mengolah biji emas dengan menggunakan air raksa di perairan Sungai

Ciliunggunung sebagian besar mengatakan bahwa gejala-gejala kesehatan yang sering timbul

adalah penyakit penyakit seperti gatal-gatal,sakit perut, mual, muntah-muntah, demam, sesak

napas, pusing-pusing, sakit kepala, maag, tangan sering kesemutan dan mudah lupa.

Penambangan emas  di sekitar Sungai Ciliunggunung  dilakukan dengan metode

amalgamasi cara langsung yaitu dengan memasukkan secara bersama-sama bahan/material

yang digunakan (bijih emas,media giling, kapur tohor, air dan air raksa pada awal

pengolahan, sehingga air raksa yang digunakan cepat rusak menjadi butir-butir kecil karena

air raksa mendapat tekanan/gesekan antara media giling dengan media giling atau antara

media giling dengan dinding bagian dalam tabung amalgasi. Air raksa yang rusak menjadi

butir-butir kecil pada gilirannya akan mengurangi daya ikat terhadap emas, sehingga

Page | 6

Page 8: Artikel K3

K3 dan Lingkungan Tambang

menghilangkan air raksa yang cukup banyak sewaktu dilakukan pemsahan amalgam

(perpaduan antara air raksa dengan emas) dengan ampas hasil pengolahan melalui

pendulangan.  Penggunaan air raksa bertujuan untuk memisahkan komponen lain (puya, yang

terdiri dari silikon dan pasir.

Mendulang dan mencuci untuk mendapatkan emas butuh waktu yang cukup lama,

disamping melelahkan dan butuh pengalaman/keahlian, itulah sebabnya masyarakat di daerah

Sungai Ciliunggunung memilih menggunakan air raksa atau merkuri (Hg). Meskipun

harganya mahal (sekitar 300 ribu atau lebih per ons), tetapi mempercepat proses pencucian

emas hingga sekitar satu jam saja. Penggunaan air raksa sebagai bahan untuk mengikat dan

memisahkan biji emas yang tidak dikelola dengan baik akan membawa dampak bagi

penambang emas maupun masyarakat sekitar lokasi penambangan emas tanpa izin, dimana

air raksa yang sudah dipakai dari hasil pengelolaan biji emas dibuang begitu saja di badan

sungai dan konsekuensinya badan sungai menjadi tempat penampungan yang kemudian juga

akan berdampak pada buruknya kualitas air di Sungai Ciliunggunung karena air sungai

tercemar. Sungai yang tercemar oleh limbah air raksa ini  berdampak pada terganggunya

kegiatan sehari-hari masyarakat yang awalnya menggunakan air Sungai Ciliunggunung untuk

minum, mencuci, dan membersihkan diri, selain itu pencemaran air oleh limbah air raksa ini

mengakibatkan terjadinya ketidak seimbangan ekosistem sungai. Banyaknya kandungan air

raksa pada air limbah akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen terlarut dalam air

tersebut. Sehingga akan mengakibatkan kehidupan dalam air yang membutuhkan oksigen

terganggu serta mengurangi perkembangannya. Selain itu kematian dapat pula disebabkan

adanya zat beracun yang juga menyebabkan kerusakan pada tumbuhan air, serta air raksa

pada air limbah dapat  mengkontaminasi ikan dan makluk air lainnya, Selanjutnya ikan-ikan 

kecil dan makluk air lainnya akan dimakan oleh ikan-ikan atau hewan air lainnya yang lebih

besar. Ikan-ikan dan hewan air tersebut kemudian dikonsumsi manusia sehingga manusiapun

dapat mengumpulkan air raksa dalam tubuhnya. Tercemarnya air oleh air raksa akan

menimbulkan dampak negatif bagi derajat kesehatan masyarakat. Keracunan air raksa pada

manusia akan menimbulkan gejala-gejala kesehatan seperti sakit kepala, sukar menelan,

penglihatan menjadi kabur, daya dengar menurun, selain itu orang yang keracunan air raksa

merasa tebal di bagian kaki dan tangannya, mulut terasa tersumbat oleh logam, tingkat

keracunan lebih lanjut dapat menimbulkan gejala pada susunan saraf pusat (SSP) seperti

kelainan kepribadian dan tremor, pikun, insomnia, kehilangan kepercayaan diri, depresi dan

rasa ketakutan; gejala gastero-intestinal (GI) seperti stomatitis, sakit ketika mengunyah,

timbul garis hitam pada gusi dan gigi yang mudah melepas; kulit dapat menderita dermatitis

dan ulcerasi, pencemaran air oleh air raksa apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerusakan

ginjal dan cacat bawaan pada bayi yang  berada dalam janin.

Page | 7

Page 9: Artikel K3

K3 dan Lingkungan Tambang

Penyelesaian dari kasus tersebut adalah:

Pemerintahan Kabupaten Sukabumi teleh membuat kebijakan berupa peraturan daerah

nomor 13 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Pertambangan.

Dinas Pertambangan dan Energi Kabupeten Sukabumi telah melakukan pemantauan

pencemaran air raksa (Hg) di Sungai Ciliunggunun, Waluran, Sukabumi secara berkala

yaitu delapan kali dalam setahun dalam rangka meminimumkan timbulnya dampak

pencemaran lingkungan akibat pengolahan bijih emas metode amalgamasi langsung.

Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Sukabumi  juga telah melakukan sosialisasi

mengenai pengolahan biji emas dengan dengan metode amalgamasi cara tidak langsung

yang terdiri dari tiga tahap proses yaitu (1) Desliming yaitu tahap menghilangkan partikel

halus (slime) yang menempel pada permukaan bijih emas yang akan digunakan sebagai

umpan dalam pengolahan dengan cara pencucian. (2) Grinding yaitu tahap penghalusan

ukuran bijih emas dan (3) Tahap amalgamasi itu sendiri, meskipun metode amalgamasi

cara tidak langsung ini sudah disosialisasikan kepada masyarakat Waluran yang sebagian

besar mata pencahariannya sebagai penambang emas di Sungai Ciliunggunung, tetap saja

masyarakat menggunakan metode amalgamasi secara langsung, hal ini dikarenakan

masyarakat mengganggap penambangan emas dengan metode amalgamasi tidak langsung

tidak praktis dan memerlukan waktu yang lebih lama

Solusi yang Ditawarkan dalam Menangani Pencemaran Air Raksa

Pemerintah daerah harus menetapkan secara resmi wilayah pertambangan rakyat.

a. Selain Peraturan daerah tentang Pengelolaan Pertambangan Pemerintah derah

perlu membuat peraturan daerah mengenai Pengelolaan Kualitas Air dan

Pengendalian pencemaran air.

b. Melakukan kegiatan penyuluhan dan sosialisasi tentang penertiban penambangan

emas dengan menggunakan air raksa melalui petunjuk-petunjuk tata cara

penambanagn dan pengolahan biji emas  dengan menggunakan air raksa yang

benar dan dampak penting dari penggunaan air raksa dalam kegiatan

penambangan emas.

c. Membuat waduk kecil yang disebut dengan embung sebelum pembuangan akhir

(sungai  atau laut). Embung tersebut harus dijadikan sebagai muara buangan air

limbah pertambangan rakyat sehingga terkonsentrasi pada satu tempat. Pada

embung tersebut ditumbuhkan eceng gondok yang akan mengadsorpsi logam

berat yang terlarut didalamnya. Sebagai pengolahan akhir sebelum dibuang ke

pembuangan air dapat digunakan saringan karbon aktif untuk mengadsorbsi

kandungan sisa yang belum dapat di absorbsi oleh eceng gondok. Saringan

karbon aktif memiliki resolusi/derajat pemisahan yang sangat tinggi sehingga

Page | 8

Page 10: Artikel K3

K3 dan Lingkungan Tambang

menjamin kandungan logam berat sangat rendah. Karbon aktif secara sederhana

dapat dengan mudah dibuat dari arang melalui proses aktifasi dapat dijadikan

karbon aktif melalui aktifasi fisik dengan pemanasan pada temperatur 600-800 °C

selama 3-6 jam.

C. Kesimpulan

Pertambangan adalah rangkaiaan kegiatan dalam rangka upaya pencarian,

pengembangan (pengendalian), pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan galian

(mineral, batubara, panas bumu, migas). 

Manajeman lingkungan adalah bagian dari menejemen keseluruhan yang meliputi

struktur organisasi, kegiatan perencanaan, tanggung jawab, praktek, prosedur, proses,

dan sumberdaya untuk mengembangkan, menerapkan, mencapai, mengkaji, dan

memelihara kebijakan lingkungan. Sistem yang mengatur bagaimana -kegiatan bisnis

dan industri menata lingkungan agar tetap sehat dan aman dari resiko pencemaran.

Semua model atau prinsip dalam sistem menejemen lingkungan berupaya untuk

meningkatkan produktivitas, menjaga keberlanjutan produksi dengan tetap

memelihara kelestarian lingkungan dan kesehatan, serta keselamatan pekerja.

Page | 9