artikel k3
DESCRIPTION
Masalah Lingkungan Dalam Proses PertambanganTRANSCRIPT
Artikel K3 dan Lingkungan TambangDonald P Silitonga
DBD 112 123
Jurusan Teknik Pertambangan
Fakultas Teknik
Universitas Palangka Raya
K3 dan Lingkungan Tambang
A. Pendahuluan
Indonesia memiliki deposit berbagai jenis bahan tambang yang cukup melimpah
yang harus dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan perekonomian nasional
ataupun daerah. Kegiatan penambangan sering dikonotasikan sebagai salah satu kegiatan
yang merusak lingkungan. Selain itu, kegiatan penambangan juga sering menimbulkan
konflik diakibatkan tumpang tindih kepentingan penggunaan lahan. Hal itu dapat terjadi
apabila kegiatan penambangan tidak dikelola dengan baik dan benar. Setiap kegiatan
penambangan pasti akan menimbulkan dampak lingkungan, baik bersifat positif maupun
bersifat negatif. Dampak yang bersifat positif perlu dikembangkan, sedangkan dampak
yang bersifat negatif harus dihilangkan atau ditekan sekecil mungkin. Untuk mengurangi
dampak negatif tersebut, maka kegiatan penambangan harus dikelola dengan baik sejak
awal hingga akhir kegiatan. Kegiatan penambangan yang tidak berwawasan atau tidak
mempertimbangkan keseimbangan dan daya dukung lingkungan, serta tidak dikelola
dengan baik dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, sehingga
seharusnya kegiatan penambangan akan memperoleh manfaat malah akan
merugikan. Namun demikian, kegiatan penambangan yang memperhatikan masalah
lingkungan serta dikelola dengan baik, maka tidak mustahil bahwa lahan bekas
penambangan yang direklamasi dengan benar akan menjadikan lahan tersebut lebih
bermanfaat dibanding sebelum adanya kegiatan penambangan.
Untuk itu, dalam artikel ini akan dibahas mengenai pengelolaan lingkungan
tambang yang baik sehingga kegiatan atau aktivitas penambangan tersebut dapat
meminimalkan dampak yang negatif terhadap lingkungan dan tetap menjaga
keseimbangan ekosistem lingkungan sekitar tambang.
Page | 1
K3 dan Lingkungan Tambang
B. Pembahasan
1. Pengertian pertambangan
Pertambangan adalah rangkaiaan kegiatan dalam rangka upaya pencarian,
pengembangan (pengendalian), pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan galian
(mineral, batubara, panas bumu, migas). Ilmu Pertambangan merupakan suatu cabang
ilmu pengetahuan yang meliputi pekerjaan pencarian, penyelidikan, study kelayakan,
persiapan penambangan, penambangan, pengolahan dan penjualan mineral-mineral atau
batuan yang memiliki arti ekonomis (berharga). Pertambangan bisa juga diartikan sebagai
kegiatan, teknologi dan bisnis yang berkaitan dengan industri pertambangan mulai dari
prospeksi, eksplorasi, evaluasi, penambangan, pengolahan, pemurnian, pengangkutan
sampai pemasaran.
2. Manajemen atau Pengelolaan Lingkungan Tambang
Manajemen lingkungan industri tambang , dimana di dalamnya menjelaskan tata cara
mengatur lingkungan, khususnya lingkungan industri tambang agar terciptanya
keseimbangan yang baik. Berikut adalah penjelasan tentang manajemen lingkungan
industri tambang adalah sebagai berikut, Manajeman lingkungan adalah bagian dari
menejemen keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, kegiatan perencanaan, tanggung
jawab, praktek, prosedur, proses, dan sumberdaya untuk mengembangkan, menerapkan,
mencapai, mengkaji, dan memelihara kebijakan lingkungan. Sistem yang mengatur
bagaimana -kegiatan bisnis dan industri menata lingkungan agar tetap sehat dan aman dari
resiko pencemaran.
Dalam pelaksanaan menejemen lingkungan untuk mencapai kondisi ramah
lingkungan, terdapat beberapa urutan-urutan prinsip yang harus diterapkan. Urutan prinsip
tersebut, yaitu prinsip pencegahan pencemaran (pollution prevention), prinsip
pengendalian pencemaran (pollution control), dan prinsip remediasi (remediation).
Prinsip pencegahan pencemaran (pollution prevention) adalah dasar bagi terciptanya
kondisi yang sangat minim dihasilkannya bahan pencemar. Pencegahan pencemaran
dilaksanakan meliputi keseluruhan dari proses produksi seperti pemilihan bahan baku yang
murni, penggunaan alat proses yang efisien dan efektif dalam pemakaian bahan, energi,
air, perawatan peralatan untuk optimalisasi proses, dan SDM dalam proses dan
pengelolaan lingkungan.
Prinsip pengendalian pencemaran (pollution control) diterapkan apabila pencemaran
atau limbah masih dihasilkan dalam suatu proses produksi sehingga dilakukan
pengendalian pada bahan pencemar atau limbah agar tidak mencemari pekerja, produk,
dan lingkungan sekitar. Upaya yang dapat dilakukan adalah mengolah limbah tersebut
Page | 2
K3 dan Lingkungan Tambang
untuk menurunkan tingkat bahayanya, tingkat pencemarannya, atau menjadikannya bahan
yang lebih bermanfaat dan bernilai ekonomi.Prinsip remediasi (remediation) dijalankan
untuk memulihkan kondisi lingkungan yang telah tercemar agar dapat kembali pulih dan
dapat digunakan untuk kegiatan-kegiatan produktif. Hal ini dilakukan tanpa menimbulkan
potensi pencemaran bagi manusia dan aktivitas di dalamnya.
Tujuan utama dalam pelaksanaan dari prinsip tersebut adalah mencegah, mengurangi,
dan menghilangkan terbentuknya limbah atau bahan pencemar pada sumbernya, serta
menciptakan produk yang sehat, aman, dan berkualitas. Namun, ada juga enam prinsip
dasar lain yang dilakukan dalam menejemen lingkungan yang bertujuaan utama sama
dengan ketiga prinsip di atas, yaitu refine, reduce, reuse, recycle, recovery, danretrieve
energy. Refine adalah penggunaan bahan atau proses yang lebih ramah lingkungan
dibandingkan dengan bahan atau proses yang ada saat ini. Reduce adalah pengurangan
jumlah limbah atau kehilangan bahan dengan optimalisasi proses atau operasional yang
menghasilkan limbah yang mengalami pemborosan. Reuse adalah pemakaian kembali
bahan-bahan atau limbah pada proses yang berbeda. Recycle adalah penggunaan kembali
bahan-bahan atau sumber daya untuk proses yang sama. Recovery adalah kegiatan
pengambilan kembali sebagian material penting dari aliran limbah untuk pemanfaatan
ulang dalam proses atau dimanfaatkan untuk proses atau keperluan lain. Retrieve Energy
adalah pemanfaatan limbah untuk digunakan sebagai bahan bakar atau dalam arti yang
luas adalah penghematan energi dalam proses produksi.
Pada prinsipnya, semua model atau prinsip dalam sistem menejemen lingkungan
tersebut berupaya untuk meningkatkan produktivitas, menjaga keberlanjutan produksi
dengan tetap memelihara kelestarian lingkungan dan kesehatan, serta keselamatan pekerja.
Banyak sekali cara dan program yang dapat diterapkan sebuah industri dalam
memenejemen lingkungan industrinya. Perlu adanya kesadaran dalam industri untuk
melestarikan lingkungan.
3. Masalah Lingkungan Dalam Proses Pertambangan
a. Tahap Persiapan Penambangan (Mining Development)
Pembukaan atau pembersihan lahan (land clearing) sebaiknya dilaksanakan secara
bertahap, artinya hanya bagian lahan yang akan langsung atau segera ditambang. Setelah
penebasan atau pembabatan selesai, maka tanah pucuk (top soil) yang berhumus dan
biasanya subur jangan dibuang bersama-sama dengan tanah penutup yang biasanya tidak
subur, melainkan harus diselamatkan dengan cara menimbun ditempat yang sama,
kemudian ditanami dengan tumbuh-tumbuhan penutup yang sesuai (rumput-rumputan
dan semak-semak), sehingga pada saatnya nanti masih dapat dimanfaatkan untuk
keperluan reklamasi lahan bekas tambang.
Page | 3
K3 dan Lingkungan Tambang
Pada saat mengupas tanah penutup (striping of overburden) jalan-jalan angkut yang
dilalui alat-alat angkut akan berdebu, oleh sebab itu perlu disiram air secara berkala. Bila
keadaan lapangan memungkinkan, hasil pengupasan tanah penutup jangan diibuang
kearah lembah-lembah yang curam, karena hal ini akan memperbesar erodibilitas lahan
yang berarti akan menambah jumlah tanah yang akan terbawa air sebagai lumpur dan
menurunkan kemantapan lereng (slope stability). Bila tumpukan tanah tersebut berada
ditempat penimbunan yang relatif datar, maka tumpukan itu harus diusahakan berbentuk
jenjang- jenjang (benches) dengan kemiringan keseluruhan (overall bench slope) yang
landai. Disamping itu cara pengupasan tanah penutup sebaiknya memakai metoda nisbah
pengupasan yang konstan (constant stripping ratio method) atau metoda nisbah
pengupasan yang semakin besar (increasing stripping ratio method) sehingga luas lahan
yang terkupas tidak sekaligus besar.
b. Tahap Penambangan
Untuk metoda penambangan bawah tanah (underground mining) dampak negatifnya
terhadap lingkungan hidup agak terbatas. Yang perlu diperhatikan dan diwaspadai adalah
dampak pembuangan batuan samping (country rock/waste) dan air berlumpur hasil
penirisan tambang (mine drainage). Kecuali untuk metode ambrukan (caving method)
yang dapat merusak bentang alam (landscape) atau morfologi, karena terjadinya amblesan
(surface subsidence). Metoda penambangan bawah tanah yang dapat mengurangi
timbulnya gas-gas beracun dan berbahaya adalah penambangan dengan “auger” (auger
mining), karena untuk pemberaiannya (loosening) tidak memakai bahan peledak.
Untuk menekan terhamburnya debu ke udara, maka harus dilakukan penyiraman secara
teratur disepanjang jalan angkut, tempat-tempat pemuatan, penimbunan dan peremukan
(crushing). Bahkan disetiap tempat perpindahan (transfer point) dan peremukan sebaiknya
diberi bangunan penutup serta unit pengisap debu.
Untuk menghindari timbulnya getaran (ground vibration) dan lemparan batu (fly rock)
yang berlebihan sebaiknya diterapkan cara-cara peledakan yang benar, misalnya dengan
menggunakan detonator tunda (millisecond delay detonator) dan peledakan geometri
(blasting geometry) yang tepat.
Lumpur dari penirisan tambang tidak boleh langsung dibuang ke badan air (sungai,
danau atau laut), tetapi harus ditampung lebih dahulu di dalam kolam-kolam pengendapan
(settling pond) atau unit pengolahan limbah (treatment plant) terutama sekali bila badan
air bebas itu dipakai untuk keperluan domestik oleh penduduk yang bermukim
disekitarnya.
Segera melaksanakan cara-cara reklamasi/ rehabilitasi/restorasi yang baik terhadap
lahan-lahan bekas penambangan. Misalnya dengan meratakan daerah-daerah penimbunan
tanah penutup atau bekas penambangan yang telah ditimbun kembali (back filled areas)
Page | 4
K3 dan Lingkungan Tambang
kemudian ditanami vegetasi penutup (ground cover vegetation) yang nantinya dapat
dikembangkan lebih lanjut menjadi lahan pertanian atau perkebunan. Sedangkan
cekungan-cekungan bekas penambangan yang berubah menjadi genangan-genangan air
atau kolam-kolam besar sebaiknya dapat diupayakan agar dapat dikembangkan pula
menjadi tempat budi-daya ikan atau tempat rekreasi.
c. Pencemaran Dan Penyakit Yang Mungkin Timbul Karena Aktivitas Pertambangan
Pertambangan memang sangat berperan penting bagi jaman sekarang. Karena semua
kehidupan di bumi ini menggunakan bahan-bahan yang ada di pertambangan. Contohnya:
Biji besi digunakan sebagai bahan dasar membuat alat-alat rumah tangga,mobil,motor,dll
Alumunium digunakan sebagai bahan dasar membuat pesawat
Emas digunakan untuk membuat kalung,anting,cincin
Tembaga digunakan sebagai bahan dasar membuat kabel
Dan masih banyak lagi seperti perak,baja,nikel,batu bara,timah,pasir kaca,dll
Seperti yang dikatakan bahwa dimana ada suatu aktivitas pasti disitu ada kerusakan
lingkungan.
Dan kerusakan lingkungan di pertambangan adalah:
1. Pembukaan lahan secara luas
Dalam masalah ini biasanya investor membuka lahan besar-besaran,ini menimbulkan
pembabatan hutan di area tersebut. Di takutkan apabila area ini terjadi longsor
banyak memakan korban jiwa.
2. Menipisnya SDA yang tidak bisa diperbarui.
Hasil petambangan merupakan Sumber Daya yang Tidak Dapat diperbarui lagi. Ini
menjadi kendala untuk masa-masa yang akan datang. Dan bagi penerus atau cicit-
cicitnya.
3. Masyarakat dipinggir area pertambangan menjadi risih.
Pertambangan membutuhkan alat-alat besar yang dapat memecahkan telinga. Dan
biasanya kendaraan berlalu-lalang melewati jalanan warga. Dan terkadang warga
menjadi kesal.
4. Pembuangan limbah pertambangan yang tidak sesuai tempatnya.
Pertambangan banyak yang membuang limbahnya tidak sesuai tempatnya. Biasanya
mereka membuangnya di kali,sungai,ataupun laut. Limbah tersebut tak jarang dari
Page | 5
K3 dan Lingkungan Tambang
sedikit tempat pertambangan belum di filter. Hal ini mengakibatkan rusaknya di
sector perairan.
5. Pencemaran udara atau polusi udara.
Di saat pertambangan memerlukan api untuk meleburkan bahan mentah,biasanya
penambang tidak memperhatikan asap yang di buang ke udara. Hal ini
mengakibatkan rusaknya ozon.
4. Contoh Kasus Lingkungan Tambang
Pencemaran Air Akibat Penambangan Emas Di Daerah Sungai Ciliunggunung, Waluran,
Kabupaten Sukabumi
Kasus yang terjadi di daerah Sungai Ciliunggunung, Waluran, Kabupaten Sukabumi
adalah pencemaran air akibat penambangan emas dengan menggunakan air raksa.
Penambangan emas dengan menggunakan air raksa telah membudaya bagi masyarakat di
daerah Sungai Ciliunggunung, Waleran, Kabupaten Sukabumi, metode ini dipilih oleh
masyarakat karena air raksa dapat mempercepat proses pencucian emas hingga sekitar satu
jam saja, sehingga emas yang didulang banyak dalam waktu yang cepat. Namun tindakan
yang dilakukan oleh masyarakat ini tidak diimbangi oleh kearifan dalam menjaga lingkungan.
Pertambangan emas dengan menggunakan air raksa akan menyebabkan air disekitarnya
menjadi tercemar dan menurunkan nilai dan fungsi strategis air sungai yang dipakai
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan seharri-hari. Air raksa termasuk salah satu logam
berat dengan berat molekul tinggi. Dalam proses biologi logam berat dibutuhkan dalam
jumlah sedikit, namun apabila zat tersebut terdapat dalam jumlah yang berlebih dapat
menimbulkan keracunan bagi tumbuhan, hewan dan manusia.. Masyarakat dan para
penambang emas yang mengolah biji emas dengan menggunakan air raksa di perairan Sungai
Ciliunggunung sebagian besar mengatakan bahwa gejala-gejala kesehatan yang sering timbul
adalah penyakit penyakit seperti gatal-gatal,sakit perut, mual, muntah-muntah, demam, sesak
napas, pusing-pusing, sakit kepala, maag, tangan sering kesemutan dan mudah lupa.
Penambangan emas di sekitar Sungai Ciliunggunung dilakukan dengan metode
amalgamasi cara langsung yaitu dengan memasukkan secara bersama-sama bahan/material
yang digunakan (bijih emas,media giling, kapur tohor, air dan air raksa pada awal
pengolahan, sehingga air raksa yang digunakan cepat rusak menjadi butir-butir kecil karena
air raksa mendapat tekanan/gesekan antara media giling dengan media giling atau antara
media giling dengan dinding bagian dalam tabung amalgasi. Air raksa yang rusak menjadi
butir-butir kecil pada gilirannya akan mengurangi daya ikat terhadap emas, sehingga
Page | 6
K3 dan Lingkungan Tambang
menghilangkan air raksa yang cukup banyak sewaktu dilakukan pemsahan amalgam
(perpaduan antara air raksa dengan emas) dengan ampas hasil pengolahan melalui
pendulangan. Penggunaan air raksa bertujuan untuk memisahkan komponen lain (puya, yang
terdiri dari silikon dan pasir.
Mendulang dan mencuci untuk mendapatkan emas butuh waktu yang cukup lama,
disamping melelahkan dan butuh pengalaman/keahlian, itulah sebabnya masyarakat di daerah
Sungai Ciliunggunung memilih menggunakan air raksa atau merkuri (Hg). Meskipun
harganya mahal (sekitar 300 ribu atau lebih per ons), tetapi mempercepat proses pencucian
emas hingga sekitar satu jam saja. Penggunaan air raksa sebagai bahan untuk mengikat dan
memisahkan biji emas yang tidak dikelola dengan baik akan membawa dampak bagi
penambang emas maupun masyarakat sekitar lokasi penambangan emas tanpa izin, dimana
air raksa yang sudah dipakai dari hasil pengelolaan biji emas dibuang begitu saja di badan
sungai dan konsekuensinya badan sungai menjadi tempat penampungan yang kemudian juga
akan berdampak pada buruknya kualitas air di Sungai Ciliunggunung karena air sungai
tercemar. Sungai yang tercemar oleh limbah air raksa ini berdampak pada terganggunya
kegiatan sehari-hari masyarakat yang awalnya menggunakan air Sungai Ciliunggunung untuk
minum, mencuci, dan membersihkan diri, selain itu pencemaran air oleh limbah air raksa ini
mengakibatkan terjadinya ketidak seimbangan ekosistem sungai. Banyaknya kandungan air
raksa pada air limbah akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen terlarut dalam air
tersebut. Sehingga akan mengakibatkan kehidupan dalam air yang membutuhkan oksigen
terganggu serta mengurangi perkembangannya. Selain itu kematian dapat pula disebabkan
adanya zat beracun yang juga menyebabkan kerusakan pada tumbuhan air, serta air raksa
pada air limbah dapat mengkontaminasi ikan dan makluk air lainnya, Selanjutnya ikan-ikan
kecil dan makluk air lainnya akan dimakan oleh ikan-ikan atau hewan air lainnya yang lebih
besar. Ikan-ikan dan hewan air tersebut kemudian dikonsumsi manusia sehingga manusiapun
dapat mengumpulkan air raksa dalam tubuhnya. Tercemarnya air oleh air raksa akan
menimbulkan dampak negatif bagi derajat kesehatan masyarakat. Keracunan air raksa pada
manusia akan menimbulkan gejala-gejala kesehatan seperti sakit kepala, sukar menelan,
penglihatan menjadi kabur, daya dengar menurun, selain itu orang yang keracunan air raksa
merasa tebal di bagian kaki dan tangannya, mulut terasa tersumbat oleh logam, tingkat
keracunan lebih lanjut dapat menimbulkan gejala pada susunan saraf pusat (SSP) seperti
kelainan kepribadian dan tremor, pikun, insomnia, kehilangan kepercayaan diri, depresi dan
rasa ketakutan; gejala gastero-intestinal (GI) seperti stomatitis, sakit ketika mengunyah,
timbul garis hitam pada gusi dan gigi yang mudah melepas; kulit dapat menderita dermatitis
dan ulcerasi, pencemaran air oleh air raksa apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerusakan
ginjal dan cacat bawaan pada bayi yang berada dalam janin.
Page | 7
K3 dan Lingkungan Tambang
Penyelesaian dari kasus tersebut adalah:
Pemerintahan Kabupaten Sukabumi teleh membuat kebijakan berupa peraturan daerah
nomor 13 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Pertambangan.
Dinas Pertambangan dan Energi Kabupeten Sukabumi telah melakukan pemantauan
pencemaran air raksa (Hg) di Sungai Ciliunggunun, Waluran, Sukabumi secara berkala
yaitu delapan kali dalam setahun dalam rangka meminimumkan timbulnya dampak
pencemaran lingkungan akibat pengolahan bijih emas metode amalgamasi langsung.
Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Sukabumi juga telah melakukan sosialisasi
mengenai pengolahan biji emas dengan dengan metode amalgamasi cara tidak langsung
yang terdiri dari tiga tahap proses yaitu (1) Desliming yaitu tahap menghilangkan partikel
halus (slime) yang menempel pada permukaan bijih emas yang akan digunakan sebagai
umpan dalam pengolahan dengan cara pencucian. (2) Grinding yaitu tahap penghalusan
ukuran bijih emas dan (3) Tahap amalgamasi itu sendiri, meskipun metode amalgamasi
cara tidak langsung ini sudah disosialisasikan kepada masyarakat Waluran yang sebagian
besar mata pencahariannya sebagai penambang emas di Sungai Ciliunggunung, tetap saja
masyarakat menggunakan metode amalgamasi secara langsung, hal ini dikarenakan
masyarakat mengganggap penambangan emas dengan metode amalgamasi tidak langsung
tidak praktis dan memerlukan waktu yang lebih lama
Solusi yang Ditawarkan dalam Menangani Pencemaran Air Raksa
Pemerintah daerah harus menetapkan secara resmi wilayah pertambangan rakyat.
a. Selain Peraturan daerah tentang Pengelolaan Pertambangan Pemerintah derah
perlu membuat peraturan daerah mengenai Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian pencemaran air.
b. Melakukan kegiatan penyuluhan dan sosialisasi tentang penertiban penambangan
emas dengan menggunakan air raksa melalui petunjuk-petunjuk tata cara
penambanagn dan pengolahan biji emas dengan menggunakan air raksa yang
benar dan dampak penting dari penggunaan air raksa dalam kegiatan
penambangan emas.
c. Membuat waduk kecil yang disebut dengan embung sebelum pembuangan akhir
(sungai atau laut). Embung tersebut harus dijadikan sebagai muara buangan air
limbah pertambangan rakyat sehingga terkonsentrasi pada satu tempat. Pada
embung tersebut ditumbuhkan eceng gondok yang akan mengadsorpsi logam
berat yang terlarut didalamnya. Sebagai pengolahan akhir sebelum dibuang ke
pembuangan air dapat digunakan saringan karbon aktif untuk mengadsorbsi
kandungan sisa yang belum dapat di absorbsi oleh eceng gondok. Saringan
karbon aktif memiliki resolusi/derajat pemisahan yang sangat tinggi sehingga
Page | 8
K3 dan Lingkungan Tambang
menjamin kandungan logam berat sangat rendah. Karbon aktif secara sederhana
dapat dengan mudah dibuat dari arang melalui proses aktifasi dapat dijadikan
karbon aktif melalui aktifasi fisik dengan pemanasan pada temperatur 600-800 °C
selama 3-6 jam.
C. Kesimpulan
Pertambangan adalah rangkaiaan kegiatan dalam rangka upaya pencarian,
pengembangan (pengendalian), pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan galian
(mineral, batubara, panas bumu, migas).
Manajeman lingkungan adalah bagian dari menejemen keseluruhan yang meliputi
struktur organisasi, kegiatan perencanaan, tanggung jawab, praktek, prosedur, proses,
dan sumberdaya untuk mengembangkan, menerapkan, mencapai, mengkaji, dan
memelihara kebijakan lingkungan. Sistem yang mengatur bagaimana -kegiatan bisnis
dan industri menata lingkungan agar tetap sehat dan aman dari resiko pencemaran.
Semua model atau prinsip dalam sistem menejemen lingkungan berupaya untuk
meningkatkan produktivitas, menjaga keberlanjutan produksi dengan tetap
memelihara kelestarian lingkungan dan kesehatan, serta keselamatan pekerja.
Page | 9