artikel ilmiah oleh : nama : eka yusma npm : 4009011 prodi...

16
PENERAPAN METODE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI SELANGIT TAHUN PELAJARAN 2014/2015 ARTIKEL ILMIAH Oleh : Nama : Eka Yusma NPM : 4009011 Prodi : Pendidikan Matemetika Dosen Pembimbing : 1. Drs. Sukasno, M.Pd 2. Annisah, M.Pd PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA ( STKIP-PGRI ) LUBUKLINGGAU 2015

Upload: others

Post on 04-Jan-2020

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENERAPAN METODE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING

PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP

NEGERI SELANGIT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

ARTIKEL ILMIAH

Oleh :

Nama : Eka Yusma

NPM : 4009011

Prodi : Pendidikan Matemetika

Dosen Pembimbing : 1. Drs. Sukasno, M.Pd

2. Annisah, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA

( STKIP-PGRI ) LUBUKLINGGAU

2015

APPLYING OF METODE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING

TOWARD LEARNING MATEMATIC TO THE EIGHT GRADE STUDENT

OF SMP NEGERI SELSNGIT IN ACADEMIC YEARS OF 2014/2015.

By : Eka Yusma

ABSTRACT

This Thesis entitled " Application of Metode Student Facilitator and Explaining

In Learning Mathematics Class VIII Students of SMP Negeri Selangit ".

Formulation of the problem in this study is " What is the result of learning

mathematics class VIII SMP Selangit academic years 2014/2015 after the

application of mathematics learning with Metode Student Facilitator and

Explaining significantly is completed ? " . Purpose of this study was to determine

the completeness of the results of learning mathematics students using the Metode

Student Facilitator and Explaining in class VIII SMP Negeri Selangit.

This research is a quasi experimental study conducted in the absence of a

comparison class . The population is the entire class VII student of SMP Negeri

Selangit Academic Years 2014/2015 . While the sample is taken VII.2 class using

simple random sampling technique . The data collection was done by using a

description of eight -shaped test questions . The data were analyzed using t-test at

significance level α = 0.05 , obtained t ( 2.79 ) > t table ( 1.706 ) . Based on the

results of t-test calculations it can be concluded that the " results graders learn

math SMP Negeri Selangit been completed " , an average of 78.21 students'

learning outcomes and achieving student mastery learning ( 85.18 % ) .

Keywords : SFAE , Results Learning , Math

A. Pendahuluan

Usaha peningkatan kualitas pendidikan tidak pernah berhenti dilakukan

oleh pemerintah. Berbagai diperkenalkan dan dilakukan, antara lain dalam bidang

pengelolahan sekolah, peningkatan sumber daya tenaga pendidikan, perubahan

kurikulum, dan sebagainya. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan keagamaan,

pengendali diri, kepribadian, kecerdasan, dan akhlak mulia, serta keterampilan

yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara (Hanafiah dan Suhana

2010:20)

Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan

penting dalam pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari waktu jam pelajaran sekolah

lebih banyak di banding pelajaran yang lain. Banyak orang yang memandang

matematika sebagai bidang studi yang paling sulit. Meskipun demikian semua

orang harus mempelajarinya karena merupakan sarana untuk memecahkan

masalah kehidupan sehari-hari.

Pada saat ini pembelajaran matematika di sekolah cenderung pada

ketercapaian target materi menurut kurikulum atau buku ajar yang dipakai sebagai

buku wajib, bukan pada pemahaman, penguasaan materi yang dipelajari. Siswa

cenderung menghapal konsep-konsep matematika, seringkali dengan mengulang-

ulang menyebutkan definisi yang diberikan guru yang tertulis dalam buku, tanpa

memahami maksud dan isinya. Selain itu, kebiasaan para guru yang hanya

menerapkan metode ceramah dalam proses kegiatan pembelajaran mengakibatkan

siswa menjadi pasif. Dengan demikian pembelajaran ini kurang bervariasi ( dalam

hal pengunaan metode belajar- mengajar), sehingga dapat menimbulkan

kejenuhan pada siswa. Hal semacam ini tentulah akan menjadikan pandangan

siswa terhadap pelajaran matematika sebagai pelajaran yang sangat membosankan

dan menyusahkan. Pada akhirnya akan berpengaruh terhadap rendahnya tingkat

hasil belajar matematika siswa.

Berdasarkan Observasi dan informasi dari guru mata pelajaran matematika

kelas VIII SMP Negeri Selangit tahun pelajaran 2014/2015, diperoleh informasi

bahwa kurangnya kemampuan siswa dalam memahami materi dan pembelajaran

masih terpusat pada guru. Guru memberikan materi disertai dengan contoh soal,

kemudian siswa diberikan beberapa soal untuk latihan. Proses belajar seperti ini

pada akhirnya menyebabkan siswa tidak banyak berperan dan tidak terlibat secara

aktif. Mereka lebih banyak menunggu sajian yang diberikan oleh guru daripada

mencari dan menemukan sendiri pengetahuan, yang mereka butuhkan.

Rata-rata hasil ulangan harian siswa kelas VIII yaitu 57,00. Hasil ini

masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah

yaitu 70. Dari 102 siswa hanya 21 siswa ( 20,59 % ) yang dinyatakan tuntas dan

81 siswa ( 79,41 % ) yang tidak tuntas. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar

matematika siswa kelas VIII SMP Negeri Selangit tergolong rendah.

Permasalahan ini disebabkan karena siswa tidak bersemangat mengikuti pelajaran

dan menganggap bahwa mata pelajaran matematika adalah mata pelajaran yang

membosankan sehingga siswa menjadi pasif. Disamping itu pada saat

mengerjakan latihan soal siswa malas untuk belajar sendiri dan hanya

mengandalkan siswa yang mereka anggap bias, mereka malu bertanya jika tidak

mengerti.

Untuk mengatasi permasalahan ini, guru harus bisa memilih metode

pembelajaran yang menarik dan tepat serta menyenangkan bagi siswa. Salah satu

metode pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk aktif dan menguasai

materi pelajaran dengan baik. Salah satunya adalah Metode Student Facilitator

And Explaining. Menurut Suyatno ( 2009:126 ), “Metode Student Facilitator and

explaining merupakan suatu metode yang memberikan kesempatan kepada siswa

untuk mempresentasikan ide atau pendapatnya kepada peserta didik lainya”.

Dengan pembelajaran Metode Student Facilitator and explaining ini siswa relatif

bebas bersikap dan berpikir, siswa relatif bebas memilih perilaku yang dapat

diterima oleh teman-temannya, siswa bebas menguji kemampuan pola berpikirnya

dengan pola berpikir teman-temannya. Dengan pola bebas berpikir yang dimiliki

itu maka diharapkan anak-anak dapat lebih aktif dalam berinteraksi, sehingga

dapat mempermudah mereka dalam belajar dengan memahami materi yang

sedang diajarkan oleh gurunya.

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah: “Apakah hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP

Negeri Selangit tahun pelajaran 2014/2015 setelah diterapkan metode Student

Facilitator and Explaining secara signifikan tuntas?”.

B. Landasan Teori

1. Pengertian Pembelajaran Aktif

Menurut Suyatno, (2009:107), secara pedagogis pembelajaran aktif (active

learning) adalah proses pembelajaran yang tidak hanya didasarkan pada proses

mendengarkan dam mencatat. Menurut Bonwell dan Eison (dalam Suyatno,

2009:107) mengemukakan bahwa pembelajaran aktif adalah melibatkan siswa

dalam melakukan sesuatu dan berfikir tentang apa yang mereka/siswa lakukan.

Pada hakikatnya metode pembelajaran aktif adalah untuk mengarahkan keikut

sertaan peserta didik terhadap materi yang dipelajari (Suprijono, 2009:111).

Menurut Suprijono (2009:111), macam-macam pembelajaran aktif di

antaranya adalah Learning Starts With A Question, Team Quis, Grup Resume,

Index Match, Snobawball Trowing, Student Facilitator and Explaining, Concept

Sentence dsb.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar dengan

aktif untuk ikut serta dalam proses pembelajaran biasanya peserta didik akan

merasakan suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar dapat

dimaksimalkan

2. Metode Student Facilitator and Explaining (SFE)

Menurut Suyatno (2009:126) Metode Student Facilitator and Explaining

adalah suatu metode yang memberikan kesempatan kepada siswa atau peserta

didik untuk mempresentasikan ide atau pendapat pada rekan peserta didik lainnya,

melalui bagan/peta konsep maupun media lainnya. Sedangkan menurut Hanafia

dan Suhana (2009:50) Metode Student Facilitator and Explaining merupakan

suatu metode yang efektif melatih siswa dalam berbicara untuk menyampaikan

ide/ pendapat sendiri.

Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Metode

Student Facilitator and Explaining adalah suatu metode pembelajaran yang

efektif melatih siswa dalam berbicara dengan cara memberikan kesempatan

kepada siswa atau peserta didik untuk menyampaikan ide/pendapatnya sendiri

kepada peserta didik lainnya, melalui bagan/peta konsep maupun media lainnya.

Langkah-langkah Pembelajaran dengan Metode Studen Facilitato and

Explaining.

Menurut Suyatno (2009:126), langkah-langkah dalam metode Student

Facilitator and Explaining adalah:

1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin di capai

2) Guru menyajikan/mendemontrasikan materi.

3) Memberi kesempatan siswa/peserta didik untuk menjelaskan kepada

peserta didik lainnya baik melalui bagan/peta konsep maupun yang

lainnya.

4) Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa.

5) Guru menerangkan semua materi yang di sajikan saat itu.

6) Penutup

Menurut Hanafiah dan Suhana (2010:50) langkah-langkah yang dapat

dilakukan dalam metode SFE adalah :

1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

2) Guru menyajikan materi.

3) Guru memberikan kesempatan peserta didik untuk menjelaskan kepada

peserta didik lainnya, baik melalui bagan/peta konsep maupun media

lainnya.

4) Guru menyimpulkan gagasan dari peserta didik.

5) Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu.

6) penutup.

Menurut Suprijono (2009:128) langkah-langkah metode Student

Facilitator and Explaining yaitu:

1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin di capai

2) Guru menyajikan/mendemontrasikan materi.

3) Memberi kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya

misalnya melalui bagan/peta konsep.

4) Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa

5) Guru menerangkan semua materi yang di sajikan saat itu.

6) Penutup

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan langkah-langkah

pembelajaran dengan metode Student Facilitator and Explaining yang akan

dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

2) Guru menyajikan/mendemontrasiikan materi.

3) Guru memberikan kesempatan siswa/peserta didik untuk menjelaskan kepada

siswa/peserta didik lainnya, melalui bagan/peta konsep maupun media

lainnya.

4) Guru menyimpulkan gagasan/pendapat dari siswa/peserta didik.

5) Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu.

6) Penutup.

Kelebihan dan kekurangan metode Student Facilitator and Explaining

(SFE) yaitu (Istarani, 20 November 2013) :

1) Kelebihan

a) Materi yang disampaikan lebih jelas dan konkrit karena disediakan

bagan/peta konsep.

b) Dapat meningkatkan daya serap siswa karena pembelajaran

dilakukan dengan demontrasi.

c) Melatih siswa menjadi guru, karena siswa diberi kesempatan untuk

menjelasan materi di depan kelas dan siswa lainnya

mendengarkan.guru yang telah dia dengar.

d) Memacu motivasi siswa untuk menjadi yang terbaik dalam

menjelaskan materi ajar.

e) Mengetahui kemampuan siswa dalam menyampaikan ide.

2) Kelemahan

a) Siswa yang malu tidak mau mendemontrasikan apa yang diperintahkan

oleh guru kepadanya atau banyak siswa kurang aktif.

b) Tidak semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk melakukan

(menjelaskan kembali kepada temannya karena keterbatasan waktu

pembelajaran)

c) Adanya pendapat yang sama sehingga hanya sebagian saja yang tampil.

d) Tidak mudah bagi siswa untuk membuat peta konsep atau menerangkan

materi ajar secara ringkas.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang dilaksanakan tanpa

adanya kelas pembanding. Desain eksperimen yang digunakan berbentuk

ekperimen semu kategori Pre-test and Pos-test Group. Adapun desain ekperimen

semu Menurut Arikunto (2010:124) dapat digambarkan sebagai berikut:

E O1 X O2

Keterangan:

E = Kelas Eksperimen

01 = Pre-test

X = Pembelajaran dengan metode Student Facilitator and Explaining

02 = Post-test

Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah tes. Tes merupakan

serentetan pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur pengetahuan

intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok

(Arikunto, 2010:193). Teknik tes yang digunakan untuk memperoleh data tentang

hasil belajar siswa adalah tes tertulis. Tes dalam penelitian ini dilakukan sebanyak

dua kali yaitu sebelum (pre-test) dan sesudah (pos-test) materi yang diajarkan. Tes

yang diberikan berbentuk essay sebanyak lima soal.

D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Data Hasil Pre-test (Tes Awal)

Pre-tes ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum

diberikan pembelajaran matematika dengan menggunakan metode Student

Facilitator and Explaining. Kemampuan awal tersebut menggambarkan kesiapan

siswa dalam menerima pembelajaran yang akan disampaikan oleh guru. Pre-test

dilaksanakan pada tanggal 19 Agustus 2014 dan di ikuti oleh 27 siswa. Soal pre-

test yang digunakan berbentuk essay yang berjumlah lima soal.

Rekapitulasi hasil pre-test (tes awal) siswa (lampiran C) dapat dilihat pada

tabel 4.1

Tabel 4.1

Rekapitulasi Hasil Pre-test

Kategori Hasil

Nilai rata-rata 22,88

Nilai tertinggi 47,05

Nilai terendah 0,00

Siswa yang tuntas 0 (0%)

Siswa yang tidak tuntas 27 (100%)

2. Data Hasil Post-test (Tes Akhir)

Setelah kemampuan awal (pre-test) siswa diketahui, dilanjutkan kegiatan

pembelajaran dengan metode Student Facilitator and Explaining. Kegiatan

pembelajaran dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan yaitu pada tanggal 21,

23, dan 28 Agustus 2014. Pada akhir penelitian dilakukan tes akhir (post-test)

untuk mengetahui kemampuan akhir siswa. Tes akhir (post-test) dilaksanakan

pada tanggal 30 Agustus 2014. Kemampuan akhir siswa adalah kemampuan siswa

dalam penguasaan materi operasi aljabar yang merupakan hasil belajar siswa

setelah proses pembelajaran dengan metode Student Facilitator and Explaining.

Pos-test (tes akhir) dilakukan untuk melihat hasil belajar siswa setelah

mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan metode Student

Facilitator and Explaining.

Rekapitulasi hasil post-test (tes akhir) (lampiran E) dapat dilihat pada tabel

4.2

Tabel 4.2

Rekapitulasi Hasil Post-test

Kategori Hasil

Nilai rata-rata 78,21

Nilai tertinggi 100

Nilai terendah 29,41

Siswa yang tuntas 23 (85,18%)

Siswa yang tidak tuntas 4 (14,81%)

Berdasarkan tabel 4.1 dan 4.2 dapat di lihat bahwa rata-rata nilai dan

persentase jumlah siswa yang tuntas terjadi peningkatan setelah diterapkan

pembelajaran dengan menggunakan metode Student Facilitator and Explaining

pada materi operasi aljabar. Rata-rata nilai dan persentase ketuntasan belajar siswa

meningkat sebesar 55.33 dan 85,18%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

grafik 4.1

Grafik 4.1. Rata-rata nilai dan ketuntasan belajar

3. Analisis Inferensial Data Penelitian

a. Uji Normalitas

Berdasarkan hasil perhitungan data post-test (Lampiran C) diperoleh

6,39 < 11,07 yang berarti 2 hitung <

2 tabel, maka data berdistribusi normal.

b. Analisis Uji Hipotesis (Uji-t)

Berdasarkan uji normalitas, maka data berdistribusi normal dan simpangan

baku populasinya tidak diketahui, maka untuk menguji hipotesis dalam

penelitian ini digunakana rumus uji-t yang dikemukakan oleh (sugiyono,

2010:96), yaitu:

𝑡 =𝑥 − 𝜇𝑜

𝑠

𝑛

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Rata-Rata Nilai Ketuntasan Belajar

Pretest

Postest

85,18%

0%

78,21

22,28

Berdasarkan hasil perhitungan data posttest (Lampiran E) diperoleh t

hitung = 2,79 dan t tabel = 1,706. Hal ini menunjukan bahwa t hitung > t tabel yaitu t

hitung (2,79) > t tabel (1,706) berarti Ho ditolak dan Ha diterima.

Pada pertemuan pertama peneliti terlebih dahulu menjelaskan

pembelajaran dengan metode Student Facilitator and Explaining. Setelah siswa

memahami metode pembelajaran tersebut, langkah pertama adalah peneliti

menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai yaitu siswa dapat mengenal bentuk

aljabar, penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar. Kemudian peneliti

menjelaskan materi mengenal bentuk aljabar, penjumlahan dan pengurangan

bentuk aljabar. Seteah peneliti menjelaskan materi, peneliti memberikan contoh

soal sebanyak 3 soal dan 1 soal peneliti yang menjawab sedangkan 2 soal dijawab

oleh siswa di papan tulis setelah itu dijelaskan.

Peran siswa disini adalah sebagai fasilitator dimana tugas siswa tersebut

menjelaskan kepada teman sekelasnya tentang jawaban yang diselesaikan di

papan tulis. Sebelum peneliti menyuruh salah satu siswa maju ke depan kelas,

siswa harus menyelesaikan soal yang diberikan oleh penelitiu di bangkunya

masing-masing agar ada kesiapan siswa ketika menjelaskan di depan kelas. Pada

pertemuan pertama ads 3 orang siswa yang maju ke depan kelas, 2 orang siswa

menyelesaikan soal dan menerangkannya di depan kelas, ternyata siswa tersebut

masih malu-malu untuk menjelaskan di depan kelas layaknya seorang guru, tetapi

semua itu bias teratasi dengan bimbingan peneliti. Kemudian 1 siswa lagi di minta

untuk menjelaskan materi dari awal sampai menjelaskan contoh soal di depan

kelas dengan kemampuan yang dimilikinya kepada siswa lainnya.

Pada saat penerapan metode Student Facilitator and Explaining

berlangsung ada siswa yang tidak mau maju ke depan. Kiat-kiat yang dilakukan

peneliti adalah memberikan penghargaan untuk siswa yang mau menjelaskan di

depan sehingga mereka berlomba-lomba ingin mendapatkan penghargaan

tersebut. Setelah siswa menjelaskan di depan kelas, peneliti menyimpulkan

ide/pendapat dari siswa. Agar siswa lebih memahami materi tersebut peneiti

menjelaskan secara singkat dan jelas semua materi yang dipelajari pada saat itu.

Pada pertemuan kedua peneliti menjelaskan materi tentang operasi

perkalian bentuk aljabar. Proses belajar pada pertemuan kedua ini sama dengan

pertemuan pertama tetapi pada pertemuan kedua ini siswa lebih aktif untuk

berlomba-lomba maju ke depan kelas karena siswa mulai terbiasa dengan metode

pembelajaran Student Facilitator and Explaining. Contoh soal pada pertemuan

kedua ini sebanyak 4 soal. Rara-rata siswa bias menjawab soal tersebut. Namun,

untuk menjelaskan mereka masih ragu-ragu dan kalimat yang digunakan masih

bercampur dengan bahasa sehari-hari. Maka pada pertemuan kedua ini hanya ada

4 siswa yang maju ke depan kelas untuk menjawab soal serta menjelaskannya di

depan kelas.

Proses belajar mengajar pada pertemuan ketiga ini cukup baik, siswa mulai

terbiasa untuk menyelesaikan soal dan menjelaskan di depan kelas kepada teman-

temannya. Pada pertemuan ketiga ini siswa yang menjelaskan kedepan kelas lebih

kurang ada 6 orang siswa. Siswa pertam yang maju ke depan pada pertemuan

ketiga ini bernama Ummi, siswa ini menyelesaikan soal dan kemudian

menjelaskannya ke depan kelas. Ada salah satu siswa yang kurang mengerti maka

Ummi pun menjelaskan kembali kepada teman-temannya. Proses tanya jawab

juga terjadi pada pertemuan ini, sehingga mereka saling menghargai pendapat satu

sama lain.

Pada saat pelaksanaan penelitian dengan menggunakan metode

pembelajaran Student Facilitator and Explaining peneliti menemukan beberapa

hambatan. Hambatan yang di temui pada pada pertemuan pertama antara lain :

1. Ketidaksiapan siswa mengikuti proses pembelajaran menggunakan metode

Student Facilitator and Explaining. Hal ini terjadi karena siswa sudah terbiasa

dengan interaksi yang terjadi dalam proses pembelajaran selama ini yang hanya

berlangsung satu arah, yaitu guru ke siswa.

2. Timbulnya keribbutan pada saat siswa diberi bahan pelajaran/materi ajar dan

siswa banyak memiliki pendapat yang sama pada saat melakukan presentasi di

depan kelas sehingga hanya sebagian saja yang tampil.

3. Siswa masih pasif dan kurang percaya diri pada saat melakukan presentasi

ide/pendapatnya kepada siswa lainnya.

Hambatan yang terjadi pada pertemuan pertama ini peneliti atasi dengan

cara memberikan waktu kepada siswa untuk mempelajari materi ajar tersebut

dan memberikan contoh bagaimana cara presentasi di depan. Peneliti juga

memberikan motivasi kepada siswa dengan cara memberikan hadiah bagi siswa

yang berani untuk melakukan presentasi di kelas. Peneliti juga mengatasi siswa

yang gaduh dengan cara menenangkan kondisi kelas.

Pertemuan kedua hambatan-hambatan yang terjadi pada pertemuan

pertama perlahan-lahan mulai berkurang, pada pertemuan kedua ini masih ada

siswa yang bingung dan malu-malu dalam mempresentasikan pendapatnya di

depan kelas, sehingga peneliti memberikan motivasi kepada siswa supaya siswa

tidak canggung dan tidak takut salah dalam memberikan penjelasan kepada

siswa lain, karena dengan belajar akan mendapat pengalaman.

Pertemuan ketiga hambatan-hambatan yang terjadi pada pertemuan

pertama dan kedua mulai berkurang, pada pertemuan ketiga ini tidak ada lagi

siswa yang malu-malu untuk mempresentasi di depan kelas. Siswa juga mulai

tertarik belajar dengan menggunakan metode Student Facilitator and

Explaining. Dengan diterapkannya metode Student Facilitator and Explaining,

siswa mulai aktif dalam belajar dan tidak merasa malu untuk berbicara di depan

kelas. Siswa juga senang saat belajar karena diberi kesempatan untuk menjadi

seorang guru bagi teman-temannya dan merasakan bagaimana menjadi seorang

guru.

E. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan data tentang penerapan

metode Student Facilitator and Explaining pada pembelajaran matematika siswa

kelas VIII SMP Negeri Selangit Tahun Pelajaran 2014/2015 dengan uraian materi

pokok yaitu operasi bentuk aljabar dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

matematika siswa kelas VIII SMP Negeri Selangit Tahun Pelajaran 2014/2015

setelah penerapan pembelajaran matematika dengan menggunakan metode

Student Facilitator and Explaining secara signifikan tuntas. Rata-rata nilai akhir

matematika sebesar 78,21 dan persentase jumlah siswa yang tuntas mencapai

85,18%.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suhersimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rieneka Cipta.

BiantoroWahyudi Agung. 2010. Pengertian kerangka berpikir.http://rujukan

skripsi.www.mediaskripsi.com/artikel/400.diunduh tanggal 10 September

2014

Djamrah dan Zain. 2006. Strategi Belajar-Mengajar. Bandung: Alfabeta.

Djamrah dan Zain. 2010. Strategi Belajar-Mengajar. Bandung: Alfabeta.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rieneka cipta

Hamalik, Oemar. 2009. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hanafiah dan Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Refika

Aditama.

Hadis, A. 2006. Psikologi dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Istarina. 2012. Metode Pembelajaran dengan Student Facilitator and Explaining.

[online].http://matematika-sd.blogspot.com/2012/10/model-

pembelajaranstudent facilitator.htmls. [28 November 2013].

Suyatno. 2009. Menjelajahi Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Mas Media Buana

Pustaka.

Suprijono, A. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Syamsuri, 2012. Penerapan Metode Student Facilitator And Explaining Pada

Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Lubuklinggau.

Lubuklinggau: STKIP-PGRI Lubuklinggau.

Suherman dan Sukjaya. 1990. Petunjuk Praktis Untuk Melaksanakan Evaluasi

Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah.

Sugiyono, 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabet.