artikel ad trobos maret 2014

4
NILAI TAMBAH DAN LOGISTIK PERUNGGASAN Oleh: Dr. Ir. Arief Daryanto, MEc Direktur Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis IPB (MB-IPB) TROBOS Edisi Maret 2014 Industri perunggasan memiliki prospek yang sangat cerah. Pertumbuhan industri perunggasan dapat bersumber dari sisi permintaan maupun sisi penawaran. Dari sisi permintaan, komoditas dan produk perunggasan terus meningkat dikarenakan adanya pertambahan penduduk, pertumbuhan pendapatan, semakin banyaknya penduduk kelas menengah, meningkatnya urbanisasi, semakin besarnya harapan hidup dan penduduk usia tua. Disamping itu, dengan peningkatan pendapatan maka terjadi diversifikasi konsumsi pangan menuju produksi komoditas bernilai tinggi (high-value production), pola pengeluaran makanan bergeser dari biji-bijian dan makanan pokok ke sayur-mayur, buah, daging (sapi dan unggas), susu, telur dan ikan. Permintaan makanan yang “ready-to-cook” dan “ready-to-eat” yang terbuat dari daging ayam dan telur juga semakin meningkat, terutama di daerah perkotaan. Dari sisi penawaran, produktivitas perunggasan terutama ayam ras meningkat dengan pesat. Hal ini antara lain disebabkan adanya perubahan dan transfer teknologi yang semakin modern, sehingga menyebabkan siklus produksi yang semakin pendek (pertumbuhan yang lebih cepat dan tingkat kematian yang rendah), FCR (Feed Conversion Ratio) yang semakin rendah, dan sistem produksi perunggasan yang semakin terintegrasi. Dari Komoditas menjadi Produk Differensiasi Pemasaran ayam ras saat ini masih didominasi produk yang berupa komoditas. Dalam industri ayam ras saat ini, sekitar 85% ayam ras masih diperdagangkan dalam bentuk komoditas ayam hidup, sedangkan sekitar 15% diperdagangkan sebagai ayam potong (slaughtered birds), chilled dan processed.

Upload: edy-sutiarso

Post on 14-Sep-2015

216 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

article

TRANSCRIPT

  • NILAI TAMBAH DAN LOGISTIK PERUNGGASAN

    Oleh: Dr. Ir. Arief Daryanto, MEc

    Direktur Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis IPB (MB-IPB)

    TROBOS Edisi Maret 2014

    Industri perunggasan memiliki prospek yang sangat cerah. Pertumbuhan

    industri perunggasan dapat bersumber dari sisi permintaan maupun sisi

    penawaran. Dari sisi permintaan, komoditas dan produk perunggasan terus

    meningkat dikarenakan adanya pertambahan penduduk, pertumbuhan

    pendapatan, semakin banyaknya penduduk kelas menengah, meningkatnya

    urbanisasi, semakin besarnya harapan hidup dan penduduk usia tua. Disamping

    itu, dengan peningkatan pendapatan maka terjadi diversifikasi konsumsi

    pangan menuju produksi komoditas bernilai tinggi (high-value production),

    pola pengeluaran makanan bergeser dari biji-bijian dan makanan pokok ke

    sayur-mayur, buah, daging (sapi dan unggas), susu, telur dan ikan. Permintaan

    makanan yang ready-to-cook dan ready-to-eat yang terbuat dari daging

    ayam dan telur juga semakin meningkat, terutama di daerah perkotaan.

    Dari sisi penawaran, produktivitas perunggasan terutama ayam ras meningkat

    dengan pesat. Hal ini antara lain disebabkan adanya perubahan dan transfer

    teknologi yang semakin modern, sehingga menyebabkan siklus produksi yang

    semakin pendek (pertumbuhan yang lebih cepat dan tingkat kematian yang

    rendah), FCR (Feed Conversion Ratio) yang semakin rendah, dan sistem

    produksi perunggasan yang semakin terintegrasi.

    Dari Komoditas menjadi Produk Differensiasi

    Pemasaran ayam ras saat ini masih didominasi produk yang berupa komoditas.

    Dalam industri ayam ras saat ini, sekitar 85% ayam ras masih diperdagangkan

    dalam bentuk komoditas ayam hidup, sedangkan sekitar 15% diperdagangkan

    sebagai ayam potong (slaughtered birds), chilled dan processed.

  • Sebuah produk dinyatakan sebagai komoditas apabila semua unit produksi

    adalah identikal (homogen) tidak peduli siapa yang memproduksinya. Karena

    produknya sama, produk yang bersifat komoditas saling menggantikan secara

    sempurna. Produsen yang memproduksi komoditas seperti ini memiliki posisi

    tawar yang rendah karena berstatus pengambil harga (price takers). Harga

    ditentukan oleh kekuatan permintaan-penawaran di pasar.

    Tetapi pada produk yang bersifat berbeda (differentiated products), masing-

    masing produk memiliki keunikan. Dalam pasar semacam ini, produsen

    memiliki posisi tawar yang lebih tinggi dan dapat menentukan harga (price

    maker). Ke depan, transformasi produk komoditas menjadi produk yang

    terdiferensiasi dapat menjadi sumber utama penciptaan nilai tambah.

    Konsumen daging ayam ras ke depan misalnya, tidak hanya mengevaluasi

    produk yang dibelinya hanya berdasarkan atribut utama yaitu jenis dan harga,

    namun akan menuntut atribut yang lebih rinci lagi seperti atribut merek

    (brand), keamanan produk, nutrisi, nilai, pengepakan, lingkungan, dan animal

    welfare.

    Peranan Logistik Perunggasan

    Tantangan utama yang dihadapi oleh para pelaku industri perunggasan dalam

    meningkatkan nilai tambah adalah terbatasnya "cold chain" dan infrastruktur

    transportasi. Perbaikan aspek logistik menjadi aspek yang sangat penting ke

    depan.

    Kondisi infrastruktur logistik di Indonesia dicerminkan dengan peringkat

    Logistic Performance Index (LPI) yang relatif rendah. Meskipun ada perbaikan

    dalam peringkat LPI yang dikeluarkan oleh Bank Dunia (dari posisi 75 pada

    2010 menjadi 59 pada 2012) tetapi sebenarnya belum ada perbaikan

    infrastruktur logistik yang signifikan di Indonesia dibandingkan negara-negara

    tetangga. Posisi Indonesia (59 dari 155 negara yang disurvei) masih berada di

  • bawah beberapa negara sekawasan, seperti Malaysia (posisi 29), Thailand

    (posisi 38), Filipina (posisi 52), dan Vietnam (posisi 53).

    Logistik memiliki peranan yang sangat penting dalam mentransformasikan

    produk komoditas menjadi produk yang terdifferensiasi. Selain meningkatkan

    nilai tambah dari perubahan bentuk tersebut, perbaikan logistik dapat

    mengurangi biaya distribusi, memperbaiki efisiensi pemasaran (dari aktivitas

    produksi, penyimpanan, pengolahan, handling, pengemasan sampai

    pengolahan informasi), mengurangi kehilangan pasca panen, memperbaiki

    layanan yang lebih cepat dan lebih baik kepada para pelanggan.

    Keberhasilan implementasi logistik perunggasan memerlukan manajemen

    rantai dingin (cold chain management) yang seringkali disingkat dengan CCM.

    CCM merujuk pada rantai pasokan (supply) yang temperaturnya dapat

    dikontrol. CCM memungkinkan untuk mengatur temperatur seluruh aktivitas

    penyimpanan dan distrubusi produk perunggasan. Rantai pasokan dingin tidak

    boleh terputus mengungat produk perunggasan bersifat mudah rusak

    (perishable).

    Faktor kunci sukses implementasi logistik perunggasan antara lain adalah

    adanya (a) domain keahlian dalam CCM, (b) pengetahuan produk yang lengkap

    dan "up to date", (c) infrastruktur penyimpanan dingin (cold storage) yang

    memadai, (d) transportasi yang dapat diatur suhunya sesuai kebutuhan, (e)

    penerapan terbaik atau "best practices" dalam CCM, (f) SOP dan ERP (Enterrprise

    Resource Planning), (g) ICT yang memadai, dan (h) konsolidasi proses yang

    berkelanjutan agar layanan logistik perunggasan semakin baik dan semakin

    cepat

    Persaingan di pasar sering dianalogikan dengan medan peperangan. Dalam

    medan peperangan, ada yang kalah dan menang. Dalam buku "The Art of War"

    yang diterbitkan tahun 1836 dinyatakan bahwa kemenangan perang sangat

    ditentukan oleh strategi, taktik dan kualitas manajemen logistik. de Jomini,

  • pengarang buku tersebut, mengatakan bahwa "Logistics comprises the means

    and arrangement which work out the plans of strategy and tactics. Strategy

    decides where to act; logistics brings the troop to this point".

    Strategi dan taktik memberikan pola penyelenggaraan operasi militer dalam

    peperangan, sementara logistik menyediakan sarananya. Jadi, jika para pelaku

    industri perunggasan ingin memenangkan persaingan dalam pasar yang

    semakin ketat, keterkaitan yang tak terpisahkan antara strategi, taktik dan

    manajemen logistik tidak boleh diabaikan.