argentometri zip

18
1. PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Pustaka Argentometri adalah penentuan kadar suatu zat berdasarkan reaksi pengendapan dengan menggunakan larutan AgNO 3 . Argentometri merupakan perhitungan prosedur dengan melibatkn pengukuran massa. Tipe dari argentometri melibatkan formasi, isolasi dan menentukan massa lapisan endapan (Harjadi, 1986). Senyawa yang dapat digunakan pada pengendapan dengan larutan AgNO 3 dalam argentometri adalah senyawa halogen seperti Cl, Br dan I. AgNO 3 Ag + + NO 3 - 1 mol 1 mol 1 grek Yang di maksud dengan 1 grek pada reaksi diatas adalah kemampuan suatu zat untuk mengikat atau melepas ion perak ( Ag + ) (Salomon, 1989). Argentometri termasuk dalam analisa kuantitatif. Reaksi kimia dalam analisa kualitatif merupakan dasar pada analisa kualitatif, tapi ini tidak selalu mungkin, karena kadang – kadang reaksi yang baik untuk kualitatif sangat sukar dipakai untuk kuantitatif, karena pada kuantitatif banyak factor – factor yang harus diperhatikan. Pada penentuan kadar Cl dengan metoda argentometri, reaksinya :

Upload: verlenciakhosasih

Post on 17-Sep-2015

259 views

Category:

Documents


18 download

DESCRIPTION

fdsfds

TRANSCRIPT

1

PAGE

1. PENDAHULUAN

1.1. Tinjauan Pustaka

Argentometri adalah penentuan kadar suatu zat berdasarkan reaksi pengendapan dengan menggunakan larutan AgNO3. Argentometri merupakan perhitungan prosedur dengan melibatkn pengukuran massa. Tipe dari argentometri melibatkan formasi, isolasi dan menentukan massa lapisan endapan (Harjadi, 1986).

Senyawa yang dapat digunakan pada pengendapan dengan larutan AgNO3 dalam argentometri adalah senyawa halogen seperti Cl, Br dan I.

AgNO3 Ag+ + NO3-1 mol 1 mol 1 grek

Yang di maksud dengan 1 grek pada reaksi diatas adalah kemampuan suatu zat untuk mengikat atau melepas ion perak ( Ag+ ) (Salomon, 1989).

Argentometri termasuk dalam analisa kuantitatif. Reaksi kimia dalam analisa kualitatif merupakan dasar pada analisa kualitatif, tapi ini tidak selalu mungkin, karena kadang kadang reaksi yang baik untuk kualitatif sangat sukar dipakai untuk kuantitatif, karena pada kuantitatif banyak factor factor yang harus diperhatikan.

Pada penentuan kadar Cl dengan metoda argentometri, reaksinya :

Ag+ + Cl- (=====( AgCl

Dalam reaksi kuantitatif ini, Cl- semuanya harus mengendap.Reaksi pengendapan adalah reaksi yang telah banyak digunakan dalam analisa kimia terutama titrasi, penetapan gravimetrik, dan dalam memisahkan suatu sampel menjadi komponen-komponennya. Dan reaksi pengendapan ini merupakan reaksi terpenting dari banyak analisa kimia lainnya (Day & underwood, 1992). Ada 3 kriteria untuk pengendapan dari larutan :

Pengendapan terjadi jika Q > Ksp

Pengendapan tidak terjadi jika Q< Ksp Larutan tepat jenuh jika Q = Ksp. (Petrucci, 1992).

Prespitimetri adalah suatu cara titrasi dimana terjadi pengendapan (presipitasi = precipitate = endapan). Contoh yang sederhana ialah:

AgNO3 + NaCl AgCl + NaNO3Makin kecil kelarutan garam yang terbentuk, makin sempurna reaksinya. Argentometri merupakan bagian dari prepitimetri, yakni titrasi yang menyangkut penggunaan larutan AgNO3 (Harjadi, 1986).

Suatu kesulitan dalam menggunakan indikator abdsorbsi adalah bahwa banyak diantara zat warna tersebut yang membuat endapan perak menjadi peka terhadap cahaya dan menyebabkan endapan terurai. Titrasi menggunakan indikator adsorpsi biasanya cepat, akurat dan terpecaya. Sebaliknya penerapannya agak terbatas karena memerlukan endapan berbentuk koloid yang juga harus terbentuk dengan cepat (Fritz, 1979).

Pengendapan perak klorida umumnya memberikan hasil analitis yang sangat bagus. Galat utama timbul dari penguraian endapan oleh cahaya matahari.

.

2 AgCl 2 Ag + Cl2Parahnya reaksi ini dapat diabaikan, kecuali bila endapan itu kena langsung cahaya matahari. Kelarutan perak klorida dalam air kecil sekali, dan susut akibat kelarutan dapat diabaikan. Namun garam alkali dan ammonium, demikian pula asam yang tinggi konsentrasinya, hendaknya dihindari karena meningkatkan kelarutan (Day & Underwood, 1989).Titrasi endapan adalah suatu titrasi yang reaksinya berdasarkan pada hasil kali kelarutan dari zat yang kelarutannya kecil (sukar larut dalam air). Dan larutan standarnya adalah AgNO3 maka disebut argentometri. Titrasi Argentometri ada 3 cara :

a. Cara Mohr

Indikator yang digunakan dalam percobaan ini adalah K2Cr2O4, sedangkan titran yang digunakan adalah AgNO3. Metode Mohr ini sangat tepat sekali untuk dipakai dalam menetapkan garam klorida dengan titrasi langsung, atau menentukan garam perak dengan titrasi kembali setelah ditambah larutan baku NaCl berlebih. Selama titrasi Mohr, larutan harus diaduk dengan baik. Karena kalau tidak, maka secara lokal terjadi kelebihan titran yang menyebabkan indikator mengendap sebelum titik ekivalen tercapai, dan dioklusi oleh endapan AgCl yang terbentuk kemudian, akibatnya ialah titik akhir menjadi tidak sharp (Harjadi, 1986).

b. Cara Volhard

Cara Volhard digunakan untuk menentukan garam perak dengan titrasi langsung, atau garam-garam klorida, bromida, iodida, tiosianat, dengan titrasi kembali setelah ditambah larutan baku berlebih. Sampai titik ekivalen harus terjadi reaksi antara tiran dengan Ag, membentuk endapan putih. Dalam praktek, konsentrasi indikator dapat lebih kecil (sampai 0,01 M), karena bila dihitung ternyata kesalahan titrasi terlalu besar, dengan perkataan lain konsentrasi indikator dalam cara Volhard tidak kritis. Disamping itu bila konsentrasi indikator lebih besar dari 0,2 M, warna asli kuningnya cukup jelas sehingga menyulitkan pengamatan warna kompleks FeSCN+2

Contoh reaksi dari metode Volhard: (Harjadi, 1986)

NaCl + AgNO3 AgCl + NaNO3c. Cara Fajans

Metode Fajans memanfaatkan indikator adsorbsi. Indikator yang digunakan ialah salah satu indikator adsorbsi menurut macam anion yang diendapkan oleh Ag+, dan menggunakan AgNO3 sebagai titran, pH tergantung dari macam anion dan indikator yang dipakai. Indikator adsorbsi adalah zat yang dapat diserap pada permukaan endapan (diarspsi) dan menyebabkan timbulnya warna. Penyerapan ini dapat diatur agar terjadi pada titik ekivalen, antara lain dengan memilih macam indikator yang dipakai dan pH (Harjadi, 1986).Dalam 3 cara penitraan, hanya cara Mohr dan Volhard yang memiliki indikator khusus, sedangkan cara Farjans menggunakan indikator yang tidak tentu dan harus disesuaikan dengan PH (Harjadi, 1986).

Koloid merupakan campuran dari dua zat atau lebih yang salah satu fasenya tersuspensi sebagai sejumlah besar partikel yang sangat kecil dalam fase kedua. Zat yang terdispersi dan medium penyangganya dapat berupa kombinasi gas, cair atau padat. Dalam beberapa kasus, pembentukan koloid tidak diinginkan, misalnya dalam pengendapan padatan dari larutan. Khususnya pada sulfida logam, endapan padat muncul sebagai suspensi koloid dengan partikel-partikel yang cukup kecil untuk melewati kertas saring biasa. Jika terjadi, padatan yang diendapkan hanya dapat dipisahkan lewat flokulasi (dapat juga sentrifugasi atau memaksa suspensi melewati membran seperti selofan yang hanya membolehkan lewatnya molekul pelarut yang kecil). Endapan tersebut terjadi karena terdapat gaya tolak di antara partikel koloid berkurang dan terjadilah agregasi, akhirnya partikel teragregasi jatuh ke dasar wadah sebagai endapan dengan rapatan rendah (Oxtoby, 2001).

1.2. Tujuan Praktikum

Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui cara menghitung normalitas AgNO3 dengan menggunakan indikator K2Cr2O4 dan mengetahui cara menghitung kadar CaCl2 dengan menggunakan indikator K2Cr2O4.

2. MATERI DAN METODA

2.1. Materi

2.1.2. Alat

Dalam percobaan kali ini alat yang digunakan adalah : gelas arloji, timbangan analitik, labu takar, buret, statif, Erlenmeyer, pipet tetes, corong, pipet ukur, gelas piala, pengaduk, pipet gondok.2.1.2. Bahan

Dalam percobaan kali ini bahan yang digunakan meliputi : KCl, K2Cr2O4 1,94%, AgNO3, CaCl2, aquades.

2.2. Metoda

2.2.1. Standarisasi AgNO3Untuk standarisasi AgNO3, mula-mula KCl ditimbang sebanyak 0,14 gr dengan gelas arloji. Kemudian ditaruh ke dalam labu takar dan diberi aquadestilata sampai 100ml. Diambil 10 ml larutan dari labu takar dan dimasukkan ke dalam erlemeyer. Setelah itu ditetesi dengan 3 tetes K2Cr2O4. Lalu dititrasi dengan larutan perak nitrat (AgNO3). Dan dihentikan ketika larutan berubah warna menjadi merah bata. Setelah dihentikan, volume AgNO3 yang dibutuhkan dicatat dan dihitung normalitasnya.2.2.2. Penetapan Kadar CaCl2Pertama-tama ditimbang 0,1 gram CaCl2 dalam gelas arloji. Kemudian dilarutkan dengan aquades hingga volumenya mencapai 100ml dalam labu takar. Diambil 10ml larutan tersebut untuk dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dan ditambahkan tiga tetes K2Cr2O4 1,94 %. Larutan tersebut dititrasi dengan AgNO3 hingga warnanya berubah menjadi merah bata. Kemudian dicatat volume yang dibutuhkan untuk titrasi tersebut dan dihitung normalitas AgNO3. Setelah itu dicari kadar CaCl2.

3. HASIL PENGAMATAN

3.1. Standarisasi AgNO3 dengan KCl

vol. KCl N. KCl vol. AgNO3 N. AgNO3 Warna

10ml 0,019 21ml 0,009 kuning merah bata

10ml 0,019 23,3ml 0,009 kuning merah bata

V = 22,15 ml

3.2. Penetaoan Kadar CaCl2vol. CaCl2 vol. AgNO3 Warna Kadar CaCl2

10ml 13ml kuning merah bata 59,4 %

10ml 10,8ml kuning merah bata 59,4 %

V = 14,1 ml

4. PEMBAHASAN

Pada percobaan pertama yaitu standarisasi AgNO3 dengan KCl, akan menimbulkan endapan. Karena KCl termasuk senyawa halogen, yang akan bereaksi dengan NO3 dan menghasilkan endapan (Day & Underwood, 1992). Pada pengambilan 10 ml pertama dari larutan KCl yang telah ditambah 3 tetes larutan K2Cr2O4, diperlukan volume AgNO3 sebanyak 21 ml. Lalu berdasarkan rumus NKCl = gram x val x Fp, Mr

dapat ditentukan bahwa NKCl adalah 0,019. Kemudian berdasarkan persamaan VKCl x NKCl = VAgNO3 x NAgNO3, maka dapat ditentukan besar normalitas AgNO3 adalah 0,009. Titrasi dihentikan sampai terbentuk warna merah bata pada larutan dan timbulnya endapan. Sedangkan pada pengambilan 10 ml kedua dari larutan KCl, diperlukan volume AgNO3 sebanyak 23,3 ml, terpaut 2,3 ml dari volume yang dibutuhkan pada titrasi yang pertama. Pada pengambilan kedua ini, didapatkan normalitas AgNO3 sebesar 0,008. Jadi normalitas rata rata AgNO3 adalah 0,0085. Reaksi yang terjadi pada percobaan pertama ini adalah :

KCl + AgNO3 -------( AgCl + KNO3.

Dalam percobaan ini indikator yang digunakan adalah K2Cr2O4, sedangkan titran yang digunakan adalah AgNO3. Dari indikator yang digunakan maka dapat disimpulkan bahwa standarisasi AgNO3 dengan CaCl2 menggunakan metode Mohr. Hal ini sesuai dengan teori Harjadi (1986), dimana menggunakan indikator K2Cr2O4 dan AgNO3 digunakan sebagai titran. Metode Mohr ini sangat tepat sekali untuk dipakai dalam menetapkan garam klorida dengan titrasi langsung. atau menentukan garam perak dengan titrasi kembali setelah ditambah larutan baku CaCl2 berlebih.

Menurut Fritz (1979), mula-mula AgCl akan mengendap lebih dahulu, sampai semua ion Cl- habis bereaksi dengan AgNO3. Kemudian barulah terjadi reaksi antara larutan K2Cr2O4.

Pada percobaan argentometri yang kedua dengan sampel CaCl2, digunakan CaCl2 sebagai sampel karena CaCl2 termasuk senyawa halogen dimana senyawa tersebut bila bereaksi dengan AgNO3 menghasilkan endapan 1 grek. Dalam metode ini endapan 1 grek berarti kemampuan suatu zat untuk mengikat atau melepaskan 1 ion perak (Harjadi, 1986).Pada penitrasian 10 ml CaCl2 pertama dan kedua, didapatkan mg CaCl2 berdasarkan perhitungan mg CaCl2 x val = Vrata - rata AgNO3 x N AgNO3 x Fp

BMsebesar 59,4 mg. Volume rata-rata yang diperlukan adalah 11,9 ml untuk mencapai titik akhir titrasi, yaitu hingga terjadi perubahan warna dari warna awal kuning menjadi merah bata dan timbul endapan. Selanjutnya dapat pula dihitung kadar CaCl2 berdasarkan perhitungan mg CaCl2 x 100 % adalah sebesar 59,4 %. Reaksi yang 100

terjadi pada percobaan kedua ini adalah :CaCl2 + AgNO3 ---( AgCl + Ca(NO3)2Dari hasil percobaan, diperoleh hasil kadarCaCl2 adalah 11,988 % dengan volume perak yang digunakan untuk menitrasi adalah 2 dan 2,5 ml. Berdasarkan percobaan ini kita dapat mengetahui bahwa kita menngunakan metode Mohr, sebab kita menggunakan indikator K2Cr2O4 dalam titrasi tersebut. Dan perak tidak dapat dititrasi langsung dengan Cl tetapi harus juga dengan indikator tersebut. Pengendapan terjadi saat titik akhir titrasi tersebut atau saat perubahan warna terjadi.Warna kuning kecoklatan dari larutan tersebut membuat kesulitan untuk mengetahui adanya pengendapan. Yang disebabkan oleh ion kromat (Day & Underwood, 1992). Reaksinya adalah : 2 AgNO3(aq) + CaCl2(aq) 2 AgCl(s) + Ca(NO3)2(aq)Perbedaan hasil akhir untuk tiap kelompok serta kegagalan percobaan dapat disebabkan karena pengadukan yang kurang baik selama titrasi Mohr. Sehingga terjadi kelebihan titran yang menyebabkan indikator mengendap sebelum titik ekivalen tercapai, dan dioklusi oleh endapan AgCl yang terbentuk kemudian, akibatnya ialah titik akhir menjadi tidak sharp (Harjadi, 1986).

5. KESIMPULAN

Argentometri adalah penetapan kadar suatu zat dalam larutan berdasarkan pengendapan (prespitasi).

Pada percobaan argentometri, digunakan K2Cr2O4 sebagai indikator dan AgNO3 digunakan ebagai larutan titran. Perubahan warna larutan pada percobaan argentometri setelah dititrasi adalah merah bata. Pada argentometri akan selalu timbul endapan karena digunakan untuk menentukan kadar senyawa halogen. Yang jika direaksikan menimbulkan endapan. Tiga metode dalam argentometri adalah : Mohr, Fayans dan Volhard.

Metoda yang paling tepat dalam percobaan argentometri adalah metoda Mohr.

Kegagalan percobaan dan perbedaan hasil akhir untuk tiap kelompok disebabkan karena pengadukan yang kurang baik selama titrasi dan juga terjadinya penguraian endapan oleh matahari

6. DAFTAR PUSTAKA

Day, R. A & Underwood, A. L. (1989). Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Kelima. Erlangga. Jakarta.

Day, R. A. & A. L. Underwood. (1992). Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi kelima. Erlangga. Jakarta.

Fritz, J. S. (1979). Quantitative Analitical Chemistry. Allin and Bacon Inc. Boston.

Harjadi, W. (1986). Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

M, Sukmariah & Dra. Kamianti. ( 1990 ). Kimia Kedokteran. Binarupa Aksara. Jakarta.

Oxtoby, D.W. & Gillis H.P. (2001). Prinsip-Prinsip Kimia Modern Edisi IV Jilid 1. Erlangga. Jakarta.

Salomon, K. (1989). Analitik Kimia Dasar. Pustaka Setia. Bandung.

7. LAMPIRAN

7.1. Jawaban dari Pertanyaan Modul

1. Reaksi antara perak nitrat dengan KCl

AgNO3(aq) + KCl(aq) AgCl(aq) + KNO3(aq)2. Metode yang digunakan dalam Argentometri selain cara Mohr, adalah :

Cara Volhard

Cara farjans

Perbedaan dari ketiga cara tersebut, adalah :

a). Cara Mohr

Pada reaksi ini menggunakan indikator K2Cr2O4. Sedang titran yang

digunakan adalah AgNO3. Apabila titik akhir titrasi telah tercapai maka

terjadi perubahan warna, yaitu menjadi merah bata. Cara Mohr ini cocok

digunakan untuk menentukan garam klorida dengan titrasi langsung.

AgNO3 akan bereksi dengan Cl- membentuk endapan putih. Dalm

percobaan ini PH diatur supaya jangan yerlalu basa dan jangan terlalu

asam, yaitu 6-10.

b). Cara Volhard

Metode ini menggunakan prinsip back titration yang artinya pada sampel

halogenida ditambah larutan AgNO3 dititrasi kembali dengan NH4CNS

dalam suasana asam. Indikator yang digunakan adalah ferri ammonium

sulfat. Titik akhir didapatkan bila pada larutan terjadi perubahan warna.

Contoh reaksi Volhard :

NaCl + AgNO3 AgCl (putih) + NaNO3

Sisa AgNO3 + KCNS AgCNS + KNO3 Fe3+ + 3JCNS Fe(CNS)3 (merah bata) + 3 K+

c). Cara Farjans

Indikator yang digunakan adalah indikator adsorbsi (zat yang dapat

diserap pada permukaan endapan dan menyebabkan timbulnya warna).

Macam indikator yang lain adalah asam fluorescein atau asam eosin.

Indikator akan terurai menjadi H+ + flouresceinant atau H+ + eosinat (Day

& Underwood, 1992).

7.2. PERHITUNGAN

7.2.1. Standarisasi AgNO3 dengan KCl

Reaksi : AgNO3(aq) + KCl(aq) AgCl(s) + KNO2(aq) N KCl = gr x valensi(1) x Fp

mr

= 0,14 x 1 x 100

74,5 10

= 0,019N. KCl x V.KCl = N. AgNO3 x V. AgNO3 0,019 x 10 = N. AgNO3 x 22,15 0,19 = 22,15 N.AgNO3 N. AgNO3 = 0,0097.2.2. Penetapan Kadar CaCl2 Reaksi : CaCl2(aq) + 2AgNO3(aq) 2AgCl(s) + Ca(NO3)2(aq)

m.gr CaCl2 x valensi(2) = V AgNO3 x N. AgNO3 x Fp

BM

m. gr CaCl2 x 2 = 11,9 x 0,009 x 100

111 10

m.gr CaCl2 = 1,071 55,5

m.gr CaCl2 = 59,4 kadar CaCl2 = m.gr CaCl2 x 100 %

100mgr

= 59,4 mgr x 100 %

100mgr

= 59,4 %

7.3 Laporan Sementara