argentometri (1)

9
TITRASI PENGENDAPANgh Prinsip Argentometri Titrasi-titrasi pengendapan tidak terlampau banyak dibandingkan dengan titrasi-titrasi redoks atau asam basa. Hal ini dikarenakan tidak ada indikator-indikator yang sesuai untuk menentukan titik akhir titrasi. Titrasi- titrasi endapan terbatas pada reaksi-reaksi antara ion Ag + dengan anion-anion halida, tiosianat dan sianida. Pada cara titrasi pengendapan, menggunakan larutan AgNO 3 sebagai larutan standar disebut titrasi Argentometri. Ag + + X - AgX (s) Suatu reaksi pengendapan berlangsung berkesudahan bila endapan yang terbentuk mempunyai kelarutan yang cukup kecil. Pada titik ekivalensi akan terjadi perubahan besar dari konsentrasi ion-ion yang dititrasi. Berat ekivalen suatu zat yang turut serta dalam reaksi pengendapan adalah berat zat tersebut yang dapat menghasilkan atau bereaksi dengan satu mol kation yang univalent, ½ mol kation yang divalent, 1/3 mol kation yang

Upload: putra-lamsatria

Post on 11-Jul-2016

12 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Argentometri (1)

TITRASI PENGENDAPANgh

Prinsip Argentometri

Titrasi-titrasi pengendapan tidak terlampau banyak dibandingkan dengan titrasi-

titrasi redoks atau asam basa. Hal ini dikarenakan tidak ada indikator-indikator yang

sesuai untuk menentukan titik akhir titrasi. Titrasi-titrasi endapan terbatas pada reaksi-

reaksi antara ion Ag+ dengan anion-anion halida, tiosianat dan sianida.

Pada cara titrasi pengendapan, menggunakan larutan AgNO3 sebagai larutan

standar disebut titrasi Argentometri.

Ag+ + X- AgX(s)

Suatu reaksi pengendapan berlangsung berkesudahan bila endapan yang terbentuk

mempunyai kelarutan yang cukup kecil. Pada titik ekivalensi akan terjadi perubahan

besar dari konsentrasi ion-ion yang dititrasi.

Berat ekivalen suatu zat yang turut serta dalam reaksi pengendapan adalah berat

zat tersebut yang dapat menghasilkan atau bereaksi dengan satu mol kation yang

univalent, ½ mol kation yang divalent, 1/3 mol kation yang trivalent dst. Misal : berat

ekivalen Zn++ adalah ½ mol Zn++ = ½ x 65,38 gram = 32,69 gram Zn++. Definisi ini

dapat menghasilkan berat ekivalen suatu senyawa yang lebih besar dari berat

molekulnya.

Cd++ + 4KCN Cd(CN)4= + 4K+

Berat ekivalen ion Cd++ adalah ½ mol Cd++ = ½ x 112,4 gram = 56,2 gram. Karena 2

ekivalen Cd++ harus bereaksi dengan 2 ekivalen KCN, maka 2 ekivalen KCN adalah

sama dengan 4 mol KCN. Oleh karenanya 2 mol KCN adalah 1 gramekivalen = 2 x

65,11 = 130,22 gram.

Page 2: Argentometri (1)

1. Titrasi Argentometri dengan cara Mohr.

Untuk menentukan berakhirnya suatu reaksi pengendapan digunakan suatu

indikator yang baru menghasilkan suatu endapan bila reaksi yang pertama sudah selesai.

Contoh yang dapat dikemukakan di sini adalah titrasi Mohr dari ion Cl- dengan ion Ag+.

Indikator yang dipakai adalah ion khromat. Pembentukan pertama dari endapan merah

Ag2CrO4 yang permanen diambil sebagai titik akhir titrasi.

Dengan sendirinya endapan indicator harus terbentuk pada titik ekivalensi atau

dekat titik ekivalensi. Ag2CrO4 mempunyai kelarutan lebih besar dari pada AgCl.

Kelarutan Ag2CrO4 = 0,4 x 10-5 mol/l , kelarutan AgCl = 1 x 10-5 mol/l. Bila Ag+

ditambahkan ke dalam larutan yang mengandung ion Cl- dan sedikit ion CrO4= , maka

AgCl mengendap terlebih dahulu, Ag2CrO4 tidak akan terbentuk, kecuali bila

konsentrasi ion Ag+ meningkat sehingga harga Ksp Ag2CrO4 dilampaui. Umumnya

konsentrasi khromat yang digunakan adalah 0,005 sampai 0,01 M. Kesalahan yang

dibuat dengan konsentrasi demikian itu cukup kecil.

Titrasi Mohr terbatas pada larutan-larutan yang mempunyai pH di antara 6 sampai

10. Dalam suasana terlampau basa Ag2O terbentuk. Dalam suasana yang terlampau

asam konsentrasi CrO4= akan berkurang karena reaksi :

2H+ + 2 CrO4= 2HCrO4- Cr2O7

= + H2O

Penurunan konsentrasi CrO4= memberi akibat bahwa berlebih Ag+ yang

ditambahkan harus lebih banyak untuk memperoleh endapan Ag2CrO4. Ini akan

menyebabkan kesalahan besar. Garam bikhromat umumnya mempunyai kelarutan yang

agak besar.

Page 3: Argentometri (1)

Cara Mohr ini dapat digunakan untuk titrasi-titrasi Br- atau CN- dengan Ag+.

Tetapi untuk I- dan CNS-, titrasi Mohr ini tidak dapat dilakukan karena ion-ion tersebut

teradsorpsi oleh endapan. Ag+ tidak dapat dititrasi dengan ion Cl- secara langsung

dengan menggunakan CrO4= sebagai indicator. Hal ini dikarenakan endapan Ag2CrO4

hanya perlahan-lahan larut kembali pada titik ekivalen. Ini dapat diatasi bila berlebih

larutan Cl- ditambahkan dan kemudian baru dititrasi kembali dengan menggunakan

khromat sebanagi indicator.

2. Titrasi Argentometri cara Volhard.

Cara Volhard ini berdasarkan atas pengendapan AgCNS dalam larutan asam nitrat.

Sebagai indicator dipergunakan ion feri untuk menentukan CNS- yang berlebihan.

Ag+ + CNS- AgCNS

Fe3+ + CNS- Fe(CNS)++ merah

Cara ini dapat digunakan untuk menentukan kadar Ag+ dengan larutan standar

CNS- , atau untuk penentuan ion Cl- dengan titrasi yang tidak langsung. Dalam hal yang

terakhir ini digunakan larutan standar AgNO3 berlebihan yang kemudian dititrasi

kembali dengan larutan standar CNS-. Anion-anion lain seperti Br- dan I- dapat dititrasi

dengan cara yang sama. Anion-anion lain yang berasal dari asam-asam lemah seperti

oksalat, karbonat dan arsenat dapat diendapkan dengan Ag+ pada pH yang lebih tinggi,

karena garam-garam yang terbentuk larut dalam asam. Endapan kemudian disaring,

dilarutkan dalam asam nitrat dan Ag+ nya dititrasi dengan larutan standar tiosianat.

Titrasi Volhard ini banyak dipakai untuk ion Ag+ dan Cl- karena titrasi ini dapat

dilaksanakan dalam suasana asam. Dan suasana ini justru diinginkan untuk mencegah

Page 4: Argentometri (1)

hidrolisa ion Fe3+ yang dipakai sebagai indicator. Cara titrasi lain untuk Ag+ dan Cl-

menggunakan suasana hampir netral. Dalam suasana demikian, banyak kation-kation

lain yang turut mengendap dan mengganggu jalannya titrasi. Hanya ion Hg2+ merupakan

ion satu-satunya yang dapat mengganggu titrasi Volhard ini. Konsentrasi yang tinggi

dari kation-kation berwarna seperti Co2+ atau Cu2+ dapat mengganggu, karena

mempersulit penentuan titik akhir titrasi. Anion NO2- juga menyebabkan kesulitan

karena bereaksi dengan ion CNS- dan menghasilkan warna merah.

Terdapat dua sumber kesalahan untuk titrasi langsung Ag+ dan CNS- :

1. Endapan AgCNS mengadsorpsi ion Ag+ dan menyebabkan titik akhir titrasi yang

terlampau cepat. Kesulitan ini dapat diatasi dengan cara mengocok agak kuat

bila sudah dekat mencapai titik akhir titrasi.

2. Perubahan warna yang menyatakan berakhirnya suatu titrasi disebabkan karena

penambahan CNS- berlebihan.

Dengan titrasi tidak langsung terjadi kesalahan-kesalahan yang lebih serius. Bila garam

perak mempunyai kelarutan yang lebih besar dari pada garam AgCNS, misalnya AgCl

mempunyai kelarutan lebih besar daripada AgCNS maka akan terjadi reaksi :

AgCl(s) + CNS- AgCNS(s) + Cl-

Reaksi ini bergeser ke kanan, jadi CNS- bukan saja bereaksi dengan Ag+ berlebih yang

dititrasi kembali, tetapi juga turut bereaksi dengan AgCl. Akan tetapi reaksi ini dapat

dicegah dengan cara :

1. Menyaring endapan AgCl sehingga tidak mempengaruhi titrasi berlebih AgNO3

dengan CNS-.

Page 5: Argentometri (1)

2. Penambahan nitrobenzen yang melapisi permukaan endapan AgCl sehingga

mencegah bereaksinya AgCl dengan CNS-.

Untuk titrasi ion Br- dan I- dengan cara titrasi tidak langsung menurut Volhard tidak

akan terjadi kesulitan-kesulitan karena kelarutan garam AgBr sama dengan kelarutan

AgCNS dan kelarutan garam AgI justru jauh lebih kecil.

Indikator Adsorpsi.

Bila suatu zat organic teradsorpsi pada permukaan suatu endapan, maka dapat

terjadi perubahan struktur zat tersebut. Warnanya dapat sangat berubah dan menjadi

lebih jelas. Gejala ini dapat digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi pengendapan

dari garam-garam perak.

3. Titrasi Argentometri cara Fajans.

Fajans menerangkan, bahwa fluorecein dan derivat-derivat fluorescein dapat

digunakan sebagai indicator untuk titrasi Argentometri. Bila AgNO3 ditambahkan ke

dalam labu titrasi yang mengandung larutan NaCl, maka endapan halus AgCl

mengadsorpsi pada permukaan ion-ion Cl- yang terdapat berlebihan dalam larutan. Ion-

ion Cl- ini membentuk lapisan adsorpsi primer, yang menyebabkan partikel-partikel

AgCl bermuatan negatip. Muatan negatip ini menarik ion-ion positip dari larutan yang

membentuk lapisan adsorpsi sekunder.

AgCl - Cl- M+ berlebih Cl-

Lapisan primer lapisan sekunder

Page 6: Argentometri (1)

Bila ditambahkan lebih banyak ion Ag+ sehingga berlebihan, maka ion-ion Ag+

menggantikan kedudukan ion Cl- pada lapisan primer. Partikel-partikel AgCl sekarang

mempunyai muatan positip dan menarik anion-anion yang membentuk lapisan

sekunder.

AgCl - Ag+ X-

Lapisan primer Lapisan sekunder

Fluorescein, merupakan asam organic lemah dapat ditulis HFl. Bila Fluorescein

ditambahkan ke dalam labu titrasi, maka anion Fl- tidak teradsorpsi pada endapan AgCl,

selama ada ion Cl- berlebih. Tetapi bila ion Ag+ berlebih , maka ion Fl- sekarang tertarik

oleh endapan yang bermuatan positip.

AgCl - Ag+ Fl-

Endapan sekarang berwarna merah dan dapat digunakan sebagai indicator.

-----------------yulina----------------