arah dan kebijakan fiskal jangka menengah...
TRANSCRIPT
KEMENTERIAN KEUANGANKEMENTERIAN KEUANGANREPUBLIK INDONESIAREPUBLIK INDONESIA
ARAH DAN KEBIJAKAN FISKAL JANGKAMENENGAH 2015-2019
Paparan Menteri KeuanganRakorbangpus Penyusunan Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Jakarta, 25 November 2014
TOPIK BAHASAN
1. Pendahuluan
2. Perkembangan Perekonomian Terkini danProyeksi Jangka Menengah
3. Arah dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal2015-2019
2
3. Arah dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal2015-2019
4. Penutup
PENDAHULUAN1. Dengan ditetapkannya Pemerintah Baru, perlu disusun RPJMN2015-2019, sesuai dengan visi misi Presiden 2014-2019, dengantetap memperhatikan tahapan pencapaian sasaran jangkapanjang dalam RPJPN 2005-20252. RPJMN 2015-2019 harus sejalan dengan arah dan pokok-pokokkebijakan Fiskal jangka menengah3. Kebijakan fiskal jangka menengah disusun denganmemperhatikan perkembangan dan proyeksi perkonomian, baikglobal maupun domestik4. Arah Umum Kebijakan Fiskal 2015 - 2019a. Stabilisasi makro & mendorong pertumbuhan ekonomi ;b. Redistribusi pendapatan;c. Penyediaan barang publik, meredam kegagalan pasar &mengantisipasi ketidakpastian ekonomi
1. Dengan ditetapkannya Pemerintah Baru, perlu disusun RPJMN2015-2019, sesuai dengan visi misi Presiden 2014-2019, dengantetap memperhatikan tahapan pencapaian sasaran jangkapanjang dalam RPJPN 2005-20252. RPJMN 2015-2019 harus sejalan dengan arah dan pokok-pokokkebijakan Fiskal jangka menengah3. Kebijakan fiskal jangka menengah disusun denganmemperhatikan perkembangan dan proyeksi perkonomian, baikglobal maupun domestik4. Arah Umum Kebijakan Fiskal 2015 - 2019a. Stabilisasi makro & mendorong pertumbuhan ekonomi ;b. Redistribusi pendapatan;c. Penyediaan barang publik, meredam kegagalan pasar &mengantisipasi ketidakpastian ekonomi3
2. Perkembangan Perekonomian Terkinidan Proyeksi Jangka Menengah
2. Perkembangan Perekonomian Terkinidan Proyeksi Jangka Menengah
ASEAN,20.2%
Tiongkok13.9%
Jepang,11.0%Uni
Eropa,11.4%
AS,9.8%
India, 8.4%
Lainnya,33.6%
Dinamika perekonomian global berdampak pada ekonomidomestik, dengan prospek pertumbuhan di 2015 membaik
Tiongkok merupakan negara tujuan ekspor RI yang penting.Perlambatan ekonomi Tiongkok menimbulkan risiko bagi ekspor RI
Tujuan Ekspor Non Migas RI(rata rata 2012-2013)
-5
0
5
10
15
20
25
2010 2011 2012 2013 2014f 2015f
Pertumbuhan Vol Impor Mitra Dagang Utama RI (%)
Tiongkok Japan
Euro area ASEAN-5
Consensus forecast Agustus 2014
5
Tiongkok merupakan negara tujuan ekspor RI yang penting.Perlambatan ekonomi Tiongkok menimbulkan risiko bagi ekspor RI
Tren arus modal masuk keemerging market cenderungmenurun, mendorongpersaingan likuiditas yangmakin ketat.
Risiko tapering off dankenaikan FFR ke depan akanmemperketat likuiditas danarus modal masuk diEM, meskipun masih terdapatlikuiditas yang berasal dariEropa
Investasi Ekuitas EM Asia (US$ Miliar)
322 324 321 322
7944
89 72
200
250
300
350
400
450
2012 2013 2014f 2015f
Investasi Portofolio Investasi Langsung
Update Perekonomian Indonesia (1)Indikator Kinerja
Nilai Tukar
• Per 31 Desember 2013 : Rp12.171/USD depresiasi 19,54%(ytd)• Per 2 Januari 2014: Rp12.160 depresiasi 0,09% (ytd)• Per 24 November 2014: Rp12.122 apresiasi 0,55% (ytd)• Periode 2 Jan – 24 November 2014 Terkuat Rp11.271/USD -- Terlemah Rp12.267/USD
IHSG
• Per 31 Desember 2013 : 4.274,18 melemah 0,98% (ytd)• Per 2 Januari 2014: 4.327,27 menguat 15,5% (ytd)• Per 21 November 2014: 5.112,05 menguat 19,60% (ytd)• Periode 2 Jan – 7 November 2014 Tertinggi 5.246,5 – Terendah 4.175,81
Inflasi• Inflasi sepanjang tahun 2013 sebesar 8,38% (ytd, yoy), rata-rata inflasi 2013: 6,97%, lebih tinggi dibandingkan rata-rata
2012: 4,28% (SBH 2007)• Inflasi Oktober 2014 : 0,47% (mtm) , 4,19% (ytd) atau 4,83% (yoy)
6
• Inflasi sepanjang tahun 2013 sebesar 8,38% (ytd, yoy), rata-rata inflasi 2013: 6,97%, lebih tinggi dibandingkan rata-rata2012: 4,28% (SBH 2007)
• Inflasi Oktober 2014 : 0,47% (mtm) , 4,19% (ytd) atau 4,83% (yoy)
Harga Minyak MentahIndonesia
• Per Oktober 2014 ICP mencapai US$83,7 per barel• Per Januari 2014 ICP mencapai US$105,8 per barel• Rata-rata tahun 2013 sebesar US$105,9 per barel
Arus Modal Masuk• Total capital inflow 2013 sebesar Rp36,0T. Saham = net outflow 20,6T; SUN net inflow 53,3T; SBI = net inflow 3,3T.• Selama Oktober 2014: Saham outflow Rp3,20 triliun, SUN Inflow Rp12,49 triliun• Di pasar SUN, posisi kepemilikan asing per 19 November 2014 adalah sebesarRp464,18T
Yield SUN
• Per 31 Des 2013: Yield SUN 10Y 8,47%, Yield SUN 5Y 8,07%.• Per 2 Jan 2014: Yield SUN 10Y 8,57%, Yield SUN 5Y 8,09%• Per 24 November 2014: Yield SUN 10Y 7,73%, Yield SUN 5Y 7,62%• Periode 1 Jan – 24 November 2014 : Yield SUN 10Y Tertinggi 9,18% -- Terendah 7,73%
Yield SUN 5Y Tertinggi 8,67% -- Terendah 7,56%
Update Perekonomian Indonesia (2)Indikator Kinerja
Pertumbuhan PDB
• Q3-2014: 5,01% (yoy)• Q2-2014: 5,12% (yoy)• Q1-2014: 5,21% (yoy).• Sepanjang 2013 : 5,78% (yoy). PDB nonmigas 6,3%, PDB migas -2,8%.• Sepanjang 2012 : 6,23% (yoy). PDB nonmigas 6,8%, PDB migas -3.3%
Investasi Langsung
• Realisasi PMA/PMDN Q3 2014 mencapai Rp119,9T atau naik 16,34% (yoy) PMA : Rp78,3T naik 16,9%(yoy) PMDN : Rp41,6T naik 24,2%(yoy)
• Realisasi PMA/PMDN s.d. Triwulan III 2014 mencapai Rp342,7T atau naik 16,8% (yoy) PMA : Rp228,3T naik 14,6%(yoy) PMDN : Rp114,4T naik 21,6%(yoy)
7
• Realisasi PMA/PMDN Q3 2014 mencapai Rp119,9T atau naik 16,34% (yoy) PMA : Rp78,3T naik 16,9%(yoy) PMDN : Rp41,6T naik 24,2%(yoy)
• Realisasi PMA/PMDN s.d. Triwulan III 2014 mencapai Rp342,7T atau naik 16,8% (yoy) PMA : Rp228,3T naik 14,6%(yoy) PMDN : Rp114,4T naik 21,6%(yoy)
PerdaganganInternasional
• Jan – Des 2013: Ekspor tumbuh -3.93% (yoy). Impor tumbuh -2,64% (yoy)• September 2014 : Ekspor naik 3,87% (yoy) menjadi US$15,28 miliar, sementara impor
turun 0,23% (yoy) menjadi US$15,55 miliar. Defisit neraca perdagangan sebesar US$270juta.
• Jan-Sep 2014 : ekspor turun 0,93% (yoy) menjadi US$132,71 miliar, sementara importurun 4,26% (yoy) menjadi US$134,37 miliar. Defisit perdagangan sebesar US$1,68 miliar.
Neraca Pembayaran
• Pada Q1-2014, defisit transaksi berjalan kembali menyempit menjadi US$4.2 miliar (2.0% PDB)dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar US$4.3 miliar (2.1% PDB). Surplus transaksi modal danfinansial turun menjadi US$7.8 miliar yang berasal dari defisit investasi lainnya.
• Q2 2014 surplus NPI meningkat dari US$2,1 miliar pada Q1 menjadi US$4,3 miliar. Membaiknya kinerjaNPI tersebut ditopang oleh transaksi modal dan finansial yang mencatat peningkatan surplus yangsignifikan.
Asumsi dasar ekonomi makro, 2014-2015
a. Pertumbuhan ekonomi (%, yoy) 5,5 5,1 5,8 5,8b. Inflasi (%, yoy) 5,3 7,3 4,4 4,7c. Tingkat bunga SPN 3 bulan (%) 6,0 5,9 6,0 6,2d. Nilai tukar (Rp/US$) 11.600 11.900 11.900 12.000e. Harga Minyak Mentah Indonesia (US$/barel) 105 99 105 95f. Lifting Minyak (ribu barel per hari) 818 798 900 900g. Lifting Gas (ribu barel setara minyak per hari) 1.224 1.216 1.248 1.248
OutlookAPBNOutlookAPBNPIndikator
2014 2015
8
a. Pertumbuhan ekonomi (%, yoy) 5,5 5,1 5,8 5,8b. Inflasi (%, yoy) 5,3 7,3 4,4 4,7c. Tingkat bunga SPN 3 bulan (%) 6,0 5,9 6,0 6,2d. Nilai tukar (Rp/US$) 11.600 11.900 11.900 12.000e. Harga Minyak Mentah Indonesia (US$/barel) 105 99 105 95f. Lifting Minyak (ribu barel per hari) 818 798 900 900g. Lifting Gas (ribu barel setara minyak per hari) 1.224 1.216 1.248 1.248
OutlookAPBNOutlookAPBNPIndikator
2014 2015
5.176
3.939 3.500 3.200 3.4004.000 3.950 3.949 3.926 3.878
12.768
6.221
2.818 3.1004.000
5.258 5.618 5.655 5.736 5.625
0
2
4
6
8
10
12
14
2010 2011 2012 2013 2014f 2015f 2016f 2017f 2018f 2019f
Indikator Ekonomi Global
Pertumbuhan ekonomi Domestik dalam jangka menengahdiperkirakan akan terus meningkat
- 6,5%
-7,0%
-7,4%
5.900%
6.200%
6.500%
4.629%
6.224%6.486%
6.264%5.781%
5.300%5.600%
0.04
0.045
0.05
0.055
0.06
0.065
0.07
0.075
0.08
2009 2010 2011 2012 2013 2014* 2015* 2016* 2017* 2018*
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia:Outlook MTBF
Pertumbuhan Ekonomi Volume Perdagangan
Peningkatan pertumbuhan ekonomi domestik kedepan dipengaruhi antara lain:• Perbaikan kinerja neraca perdagangan Indoesia
Membaiknya demand global dan MTPMeningkatnya peran ekspor manufaktur yang lebih
berdaya saing• Peningkatan kegiatan investasi
Program dan pembangunan infrastruktur terusberjalan Pasar yang luas menjadi penarik minat investor
• Konsumsi dalam negeri yang tetap tinggi Stabilitas ekonomi Bonus Demografi dan Peningkatan Middle Income
Membaiknya prospek ekonomi global kedepan akan turut mempengaruhiperkembangan ekonomi domestik• Pemulihan ekonomi global dan stabilitas yang
terjaga akan menciptakan permintaan pasar globalyang kuat
• Perbaikan demand global turut mendorongpeningkatan aktivitas perdagangan dunia.
• Stabilitas ekonomi global akan mampu menciptakanpasar keuangan dan likuiditas global yang lebih baik stabilitas arus modal dan nilai tukar antar negara
9
-5,0%
-5,0%-4,5%
3.00%
3.00%2.500%2.780%
6.960%
3.790%
4.300%
8.380%
5.300% 4.400%
00.010.020.030.040.050.060.070.080.09
2009 2010 2011 2012 2013 2014* 2015* 2016* 2017* 2018*
Inflasi: Outlook MTBF-12.000
-11.800
-11.600
11,400
11,200
11,000
10,408
9,0878,779
9,384
10,452
11,70011,900
8000850090009500
100001050011000115001200012500
2009 2010 2011 2012 2013 2014* 2015* 2016* 2017* 2018*
Nilai Tukar: Outlook MTBF
Laju inflasi dalam jangka menengah diperkirakan mengalami penurunan selarasdengan lintasan sasaran inflasi yang telah ditetapkan, sementara nilai tukar bergerakstabil dengan kecenderungan menguat
• Inflasi inti masih dapat dijaga stabil pada kisaran4,2%, sementara tekanan inflasi yang bersumber padavolatile food dan administered price perlu dikendalikan agartidak memberikan dampak negatif terhadap inflasi ke depan.
• Pemerintah terus meningkatkan koordinasi dengan BankIndonesia untuk mengendalikan dampak potensi tekananinflasi yang ada. Meningkatkan dan menjaga kelancaran arus distribusi
barang kebutuhan (infrastruktur) Meningkatkan dan menjaga pasokan dan ketersediaan
bahan pangan (program ketahanan pangan, operasi pasar) Melaksanakan pengendalian konsumsi energi guna
mengurangi ketergantungan pada importasi BBMbersubsidi
Nilai tukar dalam jangka menengah diperkirakan akancenderung terapresiasi• Perbaikan kinerja dan daya saing sektor riil akan berdampak
positif pada posisi neraca perdagangan, dan pada gilirannyaberdampak positif pada cadangan devisa dan nilai tukar
• Tingkat inflasi yang terjaga akan turut mengurangi risikotekanan depresiasi
• Kepercayaan investor dan daya tarik perekonomian domestikterus mendorong terjadinya FDI
• Program program financial deepening dan financial inclusionakan mendorong peran pemupukan modal dalam negeri danmengurangi ketergantungan modal asing, khususnya dalampasar saham
10
Suku bunga SPN 3 Bulan dalam jangka menengah diperkirakan mengalamipenurunan, sementara perkembangan harga ICP diperkirakan bergerak padakisaran US$100-US$110 per barel serta memiliki ketidakpastian yang tinggi.
Penurunan suku bunga SPN 3 Bulan dalam jangkamenengah dipengaruhi beberapa hal: Kesehatan fiskal dan stabilitas ekonomi yang
semakin terjaga Perbaikan kinerja pasar uang dalam
negeri, termasuk dampak financial deepeningdan financial inclusionMasih tingginya minat investor pada instrumen
obligasi negara
5,0% - 7,0%
5,0%- 7,0%
4,5% - 6,5%
4.800%
3.200%
4.500%
5.800% 6.200%
0
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
0.06
0.07
0.08
2011 2012 2013 2014* 2015* 2016* 2017* 2018*
Suku Bunga SPN 3 Bulan: Outlook MTBF
110
100
62
79
112 113
106 105 105
60
70
80
90
100
110
120
2009 2010 2011 2012 2013 2014* 2015* 2016* 2017* 2018*
ICP: Outlook MTBF Faktor yg mendorong kenaikan harga minyak:Kenaikan pertumbuhan ekonomi dunia terutama negaraemerging market akan mendorong permintaan minyakPasokan minyak non-OPEC relatif stabilRisiko geopolitik berasal dr ketegangan di Timur Tengah
Faktor yg mendorong penurunan harga minyak:Kenaikan permintaan minyak akan mendorong kenaikanproduksi OPECUpaya-upaya untuk mengurangi efek negatif bahanbakar fosilPeran gas yang semakin besar sebagai sumber energiselain minyakPeningkatan pemakaian energi alternatif
11
900
800
750
850
750
700
944 954
899860
825804
845
550
600
650
700
750
800
850
900
950
1000Lifting Minyak: Outlook MTBF
13001250
13001250
1225 1250
11951224
1269 1260
1215 12241248
1050
1100
1150
1200
1250
1300
1350
Lifting Gas: Outlook MTBF
Selama beberapa tahun ke depan lifting minyak masih tetapdihadapkan dengan tantangan usia sumur minyak yang sudahtua, sementara lifting gas masih memiliki peluang yang cukup baik
500
550
2009 2010 2011 2012 2013 2014* 2015* 2016* 2017* 2018*
1000
1050
2009 2010 2011 2012 2013 2014* 2015* 2016* 2017* 2018*
12
• Lifting minyak diperkirakan masih dapat meningkat hingga 2016 (bersumber padapuncak kapasitas Blok Cepu). Namun pada periode selanjutnya produksi akanmenurun dan tidak mampu menutupi penurunan usia sumur-sumur lain yang sudahtua.
• Untuk meningkatkan kapasitas produksi dan lifting dibutuhkan penemuan sumursumur minyak baru lain.
• Potensi lifting gas lebih baik, mengingat cadangan gas Indonesia yang masih besar
Asumsi dasar ekonomi makro, 2016-2019
a. Pertumbuhan ekonomi (%, yoy) 6,3 - 6,9 6,8 - 7,4 7,2 - 7,8 6,7 - 8,3b. Inflasi (%, yoy) 3,0 - 5,0 3,0 - 5,0 2,5 - 4,5 2,5 - 4,5c. Tingkat bunga SPN 3 bulan (%) 5,0 - 7,0 5,0 - 7,0 4,5 - 6,5 4,5 - 6,5d. Nilai tukar (Rp/US$) 11.750 - 12.150 11.700 - 12.100 11.650 - 12.050 11.600 - 12.000e. Harga Minyak Mentah Indonesia (US$/barel) 85 - 105 86 - 106 87 - 107 87 - 107f. Lifting Minyak (ribu barel per hari) 850 - 900 750 - 800 700 - 750 700 - 709g. Lifting Gas (ribu barel setara minyak per hari) 1.250 - 1.280 1.225 - 1.300 1.250 - 1.300 1.265 - 1.272
Indikator 2018 20192016 2017
13
a. Pertumbuhan ekonomi (%, yoy) 6,3 - 6,9 6,8 - 7,4 7,2 - 7,8 6,7 - 8,3b. Inflasi (%, yoy) 3,0 - 5,0 3,0 - 5,0 2,5 - 4,5 2,5 - 4,5c. Tingkat bunga SPN 3 bulan (%) 5,0 - 7,0 5,0 - 7,0 4,5 - 6,5 4,5 - 6,5d. Nilai tukar (Rp/US$) 11.750 - 12.150 11.700 - 12.100 11.650 - 12.050 11.600 - 12.000e. Harga Minyak Mentah Indonesia (US$/barel) 85 - 105 86 - 106 87 - 107 87 - 107f. Lifting Minyak (ribu barel per hari) 850 - 900 750 - 800 700 - 750 700 - 709g. Lifting Gas (ribu barel setara minyak per hari) 1.250 - 1.280 1.225 - 1.300 1.250 - 1.300 1.265 - 1.272
Indikator 2018 20192016 2017
3. Arah dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal2015-2019
3. Arah dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal2015-2019
DinamikaPerekonomianDinamikaPerekonomian Tantangan & IsuStrategisTantangan & IsuStrategis Sasaran & TargetPembangunanSasaran & TargetPembangunanFormulasi Kebijakan Fiskal
Stabilisasi makro& PertumbuhanekonomiStabilisasi makro& PertumbuhanekonomiMenyediakan barangpublik, korektifeksternalitas, kegagalanpasar, kepastian ekonomiMenyediakan barangpublik, korektifeksternalitas, kegagalanpasar, kepastian ekonomi
Redistribusipendapatan &perlindungan sosialRedistribusipendapatan &perlindungan sosial
Arah Kebijakan Fiskal11 22 33
15
Jumlah Populasibesar, PeningkatanAngkatan KerjaProduktif
Jumlah penduduk peringkat 4 dunia, Ekonomi terbesar di Asia Tenggara Bonus Demografi, peningkatan rasio angkatan kerja Bertumbuhnya kelompok Middle Income Keragaman budaya
Dengan sumber daya alam , usia penduduk produktif dan tenaga kerja terdidik,Indonesia memiliki potensi untuk lepas landas …
Sumber Daya Alamberlimpah
Batubara, gas bumi, mineral Komoditi pertanian: CPO, karet Tanah yang subur dan laut yang kaya
Potensi Indonesia untuk bertumbuh ….
Sumber Daya Alamberlimpah
Batubara, gas bumi, mineral Komoditi pertanian: CPO, karet Tanah yang subur dan laut yang kaya
Kinerja Makroekonomiyang stabil dan kuat
Pertumbuhan ekonomi relatif stabil di kisaran 6%, volatilitas pertumbuhan yang sangat rendah Investasi infrastruktur yang meningkat Tren peningkatan investasi langsung Laju inflasi yang cukup terkendali
Pengelolaan Fiskal yangPrudent
Defisit Anggaran Pemerintah ≤3% PDB Manajemen Pengelolaan Utang
16
609,2 652,0743,3
878,71.016,2
1.148,41.246,1
1.380,0
658,7 619,9723,3
873,9 980,5
1.077,3
- -
13,31
11,06 11,2611,77 11,90
12,21 12,38 12,38
18,49
14,11 14,5115,44 15,54 15,67 15,79 15,83
-
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
14,00
16,00
18,00
20,00
0,0
200,0
400,0
600,0
800,0
1000,0
1200,0
1400,0
1600,0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014APBNP
2015APBN
triliun rupiah persen
Target Realisasi Tax Ratio (%) Tax Ratio termasuk SDA migas dan Pajak Daerah (%)
Tantangan APBN (1)
Pendapatan Negara1. Target penerimaan perpajakan tahun 2011-2013 tidak tercapai, dan diperkirakan targettahun 2014 juga tidak tercapai.2. Tax ratio berada pada kisaran 11-12% dari PDB3. Potensi PNBP terutama di bidang SDA nonmigas (minerba dan perikanan) perlu digali4. Lifting minyak cenderung menurun , namun lifting gas cenderung meningkat
penerimaan perpajakan tahun 2008 -2015
17
609,2 652,0743,3
878,71.016,2
1.148,41.246,1
1.380,0
658,7 619,9723,3
873,9 980,5
1.077,3
- -
13,31
11,06 11,2611,77 11,90
12,21 12,38 12,38
18,49
14,11 14,5115,44 15,54 15,67 15,79 15,83
-
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
14,00
16,00
18,00
20,00
0,0
200,0
400,0
600,0
800,0
1000,0
1200,0
1400,0
1600,0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014APBNP
2015APBN
triliun rupiah persen
Target Realisasi Tax Ratio (%) Tax Ratio termasuk SDA migas dan Pajak Daerah (%)
Belanja Pemerintah Pusat1. Fiscal space APBN masih terbatas:komposisi belanja negara didominasi olehbelanja mengikat yang bersifat wajib(seperti belanja pegawai, belanja barangoperasional, subsidi, pembayaran bungautang, dan transfer ke daerah).2. Penyerapan anggaran belanja negara belumoptimal nilai tambah terhadap ekonomitidak seperti yang diharapkan3. Kualitas belanja masih perlu ditingkatkanperbaikan struktur (efisien, produktif, risikoterkendali, dan berkelanjutanTransfer ke Daerah1. Porsi PAD dalam APBD perlu ditingkatkan.2. Peningkatan efektivitas dan kualitas BelanjaDaerah.3. Transparansi dan Akuntabilitas pengelolaankeuangan daerah perlu ditingkatkan.
Tantangan APBN (2)
82% 77% 80% 80% 80% 77% 80% 81%82% 85% 85% 86% 89% 88% 91% 92%
0%
50%
100%
0500
1.0001.5002.0002.500
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014APBNP 2015APBN
Komposisi Belanja Negara, 2008 - 2015
Belanja Wajib Belanja Tidak Wajib Belanja Wajib (% thd BN) Belanja Wajib (% thd Pendapatan)
18
Belanja Pemerintah Pusat1. Fiscal space APBN masih terbatas:komposisi belanja negara didominasi olehbelanja mengikat yang bersifat wajib(seperti belanja pegawai, belanja barangoperasional, subsidi, pembayaran bungautang, dan transfer ke daerah).2. Penyerapan anggaran belanja negara belumoptimal nilai tambah terhadap ekonomitidak seperti yang diharapkan3. Kualitas belanja masih perlu ditingkatkanperbaikan struktur (efisien, produktif, risikoterkendali, dan berkelanjutanTransfer ke Daerah1. Porsi PAD dalam APBD perlu ditingkatkan.2. Peningkatan efektivitas dan kualitas BelanjaDaerah.3. Transparansi dan Akuntabilitas pengelolaankeuangan daerah perlu ditingkatkan.
90,9 90,5 89,393,7 95,6
0102030405060708090100
0100200300400500600700
2010 2011 2012 2013 2014
(%)Triliun Rupiah Perkembangan Belanja K/L 2010-2014
**) Perkiraan Realisasi 2014
Defisit dan Pembiayaan1. Menurunkan tingkat defisit APBN2. Menurunkan rasio utang terhadap PDB3. Pembiayaan anggaran dari non-utang semakin terbatas.4. Keseimbangan primer dalam realisasi APBNP 2012-2013 negatif berdampak pada kesinambungan fiskal
Tantangan APBN (3)
26,1
24,424,0
26,225,6 25,6
15
17
19
21
23
25
27
0
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Outstanding Utang PDB Rasio Utang thd PDB (RHS)Sumber: Kementerian Keuangan
(triliun Rp) (%)
26,1
24,424,0
26,225,6 25,6
15
17
19
21
23
25
27
0
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Outstanding Utang PDB Rasio Utang thd PDB (RHS)Sumber: Kementerian Keuangan
(triliun Rp) (%)Rasio Utang terhadap PDB, 2010 - 201584.3
41.550
100
Rp tr
iliun
Keseimbangan Primer danSurplus/Defisit, 2008 - 2015
19
26,1
24,424,0
26,225,6 25,6
15
17
19
21
23
25
27
0
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Outstanding Utang PDB Rasio Utang thd PDB (RHS)Sumber: Kementerian Keuangan
(triliun Rp) (%)
26,1
24,424,0
26,225,6 25,6
15
17
19
21
23
25
27
0
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Outstanding Utang PDB Rasio Utang thd PDB (RHS)Sumber: Kementerian Keuangan
(triliun Rp) (%)
-4.1
-88.6
-46.8
-84.4
-153.3
-211.7
-241.5 -245.9
5.2
41.5
8.9
-52.8
-98.6 -106.0-93.9
-250
-200
-150
-100
-50
0
50
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Rp tr
iliun
Surplus/DefisitKeseimbangan Primer
Arah dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBNP 2015
Pendapatan Negaraa. Optimalisasi penerimaan perpajakan, melalui penggalian potensi penerimaanperpajakan secara sektoralb. Peningkatan PNBP SDA (mineral dan batu bara), perikanan, dan laba BUMN Belanja Negaraa. Melanjutkan penghematan belanja tidak produktif sepertiperjadin, konsinyering di hotel, dllb. Pendanaan atas program-program Presiden baru, khususnya untukpembangunan infrastruktur dan program-program sosial (program keluargaproduktif)c. Peningkatan alokasi DAK dan dana desa Defisit dan Pembiayaan Anggarana. Defisit < 2,21 persen terhadap PDB (Defisit APBN 2015)b. Pengendalian rasio utang terhadap PDBc. Memanfaatkan pinjaman luar negeri secara selektif, terutama untuk bidanginfrastruktur dan energi, dan mempertahankan kebijakan negative net flow.
Pendapatan Negaraa. Optimalisasi penerimaan perpajakan, melalui penggalian potensi penerimaanperpajakan secara sektoralb. Peningkatan PNBP SDA (mineral dan batu bara), perikanan, dan laba BUMN Belanja Negaraa. Melanjutkan penghematan belanja tidak produktif sepertiperjadin, konsinyering di hotel, dllb. Pendanaan atas program-program Presiden baru, khususnya untukpembangunan infrastruktur dan program-program sosial (program keluargaproduktif)c. Peningkatan alokasi DAK dan dana desa Defisit dan Pembiayaan Anggarana. Defisit < 2,21 persen terhadap PDB (Defisit APBN 2015)b. Pengendalian rasio utang terhadap PDBc. Memanfaatkan pinjaman luar negeri secara selektif, terutama untuk bidanginfrastruktur dan energi, dan mempertahankan kebijakan negative net flow.
20
Bidang Fokus1. Infrastruktur • Pangan,• Transportasi Publik,• Energi,• Maritim, dan Kelautan,• Komunikasi dan informasi (mendukung e-government).2. Pendidikan • Meningkatkan Kualitas Pendidikan3. Kesehatan • Perbaikan coverage layanan (demand side),• Perbaikan layanan kesehatan (supply side)
Rencana Penggunaan PenghematanSubsidi BBM
21
3. Kesehatan • Perbaikan coverage layanan (demand side),• Perbaikan layanan kesehatan (supply side)4. Perlindungan Sosial • Membangun Keluarga Produktif, termasukmempertahankan daya beli kelompok masyarakatmiskin.• Lanjutan kompensasi kenaikan harga BBM bersubsidisekitar Rp14 T.5. Transfer Ke Daerah • Penguatan pembangunan Desa, dan• Pembangunan daerah tertinggal.6. Lain-lain • Pengurangan carry over subsidi BBM dan listrik.• Pengurangan defisit anggaran.
Arah dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal 2016-2019
a. Kebijakan Belanja Negarai. Pemantapan reformasi birokrasi dalam rangka peningkatan pelayanan publikii. Mempertahankan kesejahteraan aparatur negara/pensiun dan efisiensi belanja barang(flat policy, pembatasan perjalanan dinas, seminar, konsinyering dan sejenis);iii. Penguatan Daya saing pembangunan Infrastruktur listrik, jalan, pelabuhan, bandara,irigasi) dan penguatan SDM (Pendidikan, Kesehatan, Ketenagakerjaan, UMKM);iv. Mendukung pencapaian kedaulatan Pangan dan energi mendorong produktifitaspertanian dan pengembangan energi baru dan terbarukanv. Mendukung Stabilisasi Pertahanan dan keamanan Nasional (Penegakan hukum, MEFdengan memberdayakan industri dalam negeri, Maritim)vi. Affirmative policy dukungan pembangunan didaerah perbatasan, terpencil dan terluar(infrastruktur, pendidikan, kesehatan) melalui peningkatan DAKvii. Dukungan pemenuhan secara bertahap amanat UU No.6 tahun 2014 (Dana Desa);
b. Kebijakan Pendapatan Negara Perpajakan: tax ratio mengarah 16% (termasuk migas dan pajak daerah) Peningkatan PNBP: PNBP SDA, PNBP lainnya dan laba BUMN.
c. Kebijakan Pembiayaan Anggaran Defisit ditargetkan terus menurun hingga 1% Primary balance positif. Rasio utang terhadap PDB menurun (sekitar 24% di 2019).
a. Kebijakan Belanja Negarai. Pemantapan reformasi birokrasi dalam rangka peningkatan pelayanan publikii. Mempertahankan kesejahteraan aparatur negara/pensiun dan efisiensi belanja barang(flat policy, pembatasan perjalanan dinas, seminar, konsinyering dan sejenis);iii. Penguatan Daya saing pembangunan Infrastruktur listrik, jalan, pelabuhan, bandara,irigasi) dan penguatan SDM (Pendidikan, Kesehatan, Ketenagakerjaan, UMKM);iv. Mendukung pencapaian kedaulatan Pangan dan energi mendorong produktifitaspertanian dan pengembangan energi baru dan terbarukanv. Mendukung Stabilisasi Pertahanan dan keamanan Nasional (Penegakan hukum, MEFdengan memberdayakan industri dalam negeri, Maritim)vi. Affirmative policy dukungan pembangunan didaerah perbatasan, terpencil dan terluar(infrastruktur, pendidikan, kesehatan) melalui peningkatan DAKvii. Dukungan pemenuhan secara bertahap amanat UU No.6 tahun 2014 (Dana Desa);
b. Kebijakan Pendapatan Negara Perpajakan: tax ratio mengarah 16% (termasuk migas dan pajak daerah) Peningkatan PNBP: PNBP SDA, PNBP lainnya dan laba BUMN.
c. Kebijakan Pembiayaan Anggaran Defisit ditargetkan terus menurun hingga 1% Primary balance positif. Rasio utang terhadap PDB menurun (sekitar 24% di 2019).
22
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
• Pembangunan Infrastruktur diarahkan untuk mengatasi bottleneckinfrastruktur dengan prioritas untuk mendukung pencapaian sasarandi bidang:1. Pangan2. Energi3. Maritim dan Kelautan4. Pariwisata• Secara kewilayahan, pembangunan Infrastruktur diprioritaskan untukkawasan:1. Desa dan Perdesaan2. Daerah Pinggir3. Kawasan Timur• Menggali potensi pendanaan dengan mengutamakan sumber-sumberpendanaan kreatif termasuk Kerjasama Pemerintah dan Swasta:1. Partisipasi swasta2. Peran aktif BUMN3. APBN murni
• Pembangunan Infrastruktur diarahkan untuk mengatasi bottleneckinfrastruktur dengan prioritas untuk mendukung pencapaian sasarandi bidang:1. Pangan2. Energi3. Maritim dan Kelautan4. Pariwisata• Secara kewilayahan, pembangunan Infrastruktur diprioritaskan untukkawasan:1. Desa dan Perdesaan2. Daerah Pinggir3. Kawasan Timur• Menggali potensi pendanaan dengan mengutamakan sumber-sumberpendanaan kreatif termasuk Kerjasama Pemerintah dan Swasta:1. Partisipasi swasta2. Peran aktif BUMN3. APBN murni
23
PENUTUP1. Diperkirakan kondisi perekonomian nasional akan membaik seiring denganmembaiknya perekonomian global, untuk itu perlu dilakukan stimulus melaluipembangunan infrastruktur, investasi, serta perbaikan iklim usaha dan investasi(one stop perijinan)2. Perlunya koordinasi antara pihak-pihak yang terkait, dalam hal:a. Kesinambungan RPJMN 2015-2019 dengan RPJPN 2005-2025, denganmempertimbangkan pencapaian visi misi Presiden baru (nawacita), sertab. Penyusunan sasaran-sasaran perekonomian jangka menengahc. Kebijakan-kebijakan strategis yang dapat berpengaruh terhadap kapasitas fiskal jangkamenengah (seperti kebijakan bidang energi)d. Kesesuaian antara kebutuhan dan kapasitas pendanaan pembangunan jangkamenengah3. Perlunya meningkatkan sinkronisasi antara Perencanaan Pembangunan Nasionaldengan Perencanaan Pembangunan Daerah4. Dukungan segenap komponen Pemerintahan atas kebijakan-kebijakanpeningkatan kualitas belanja negara (seperti pengalihan subsidi BBM, sertapenghematan belanja pejalanan dinas, konsinyering kepada belanja-belanja yanglebih produktif) sangat diperlukan untuk efektivitas pelaksanaannyamenjaga
fiscal sustainability dalam jangka panjang
1. Diperkirakan kondisi perekonomian nasional akan membaik seiring denganmembaiknya perekonomian global, untuk itu perlu dilakukan stimulus melaluipembangunan infrastruktur, investasi, serta perbaikan iklim usaha dan investasi(one stop perijinan)2. Perlunya koordinasi antara pihak-pihak yang terkait, dalam hal:a. Kesinambungan RPJMN 2015-2019 dengan RPJPN 2005-2025, denganmempertimbangkan pencapaian visi misi Presiden baru (nawacita), sertab. Penyusunan sasaran-sasaran perekonomian jangka menengahc. Kebijakan-kebijakan strategis yang dapat berpengaruh terhadap kapasitas fiskal jangkamenengah (seperti kebijakan bidang energi)d. Kesesuaian antara kebutuhan dan kapasitas pendanaan pembangunan jangkamenengah3. Perlunya meningkatkan sinkronisasi antara Perencanaan Pembangunan Nasionaldengan Perencanaan Pembangunan Daerah4. Dukungan segenap komponen Pemerintahan atas kebijakan-kebijakanpeningkatan kualitas belanja negara (seperti pengalihan subsidi BBM, sertapenghematan belanja pejalanan dinas, konsinyering kepada belanja-belanja yanglebih produktif) sangat diperlukan untuk efektivitas pelaksanaannyamenjagafiscal sustainability dalam jangka panjang
24
TERIMA KASIH
25
• Dampak pada Pertumbuhan PDB 2014 Realisasi pertumbuhan PDB q1 – q3 2014
q1: 5.21% q2: 5.12% q3: 5.01% Laju Pertumbuhan q1 - q3 2014: 5.1%
Proyeksi pertumbuhan PDB 2014 setelah memperhitungkan dampak kenaikanharga serta kompensasi kenaikan harga BBM: 5.1%
• Dampak pada Pertumbuhan PDB 2015 Kebijakan penyesuaian harga BBM Rp2000/liter (premium dan solar) saving sekitar Rp120 T
(2014: Rp9.4 T dan 2015: 110.2 T) Selain itu juga dilakukan kebijakan penghematan belanja operasional (rapat, perjalanan dinas
dll)
DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAPPERTUMBUHAN EKONOMI
26
• Dampak pada Pertumbuhan PDB 2014 Realisasi pertumbuhan PDB q1 – q3 2014
q1: 5.21% q2: 5.12% q3: 5.01% Laju Pertumbuhan q1 - q3 2014: 5.1%
Proyeksi pertumbuhan PDB 2014 setelah memperhitungkan dampak kenaikanharga serta kompensasi kenaikan harga BBM: 5.1%
• Dampak pada Pertumbuhan PDB 2015 Kebijakan penyesuaian harga BBM Rp2000/liter (premium dan solar) saving sekitar Rp120 T
(2014: Rp9.4 T dan 2015: 110.2 T) Selain itu juga dilakukan kebijakan penghematan belanja operasional (rapat, perjalanan dinas
dll)
Saving 2015:Rp110.2 T
Infrastruktur dasar: Maritim Ketahanan Pangan
Infrastruktur dasar: Maritim Ketahanan Pangan
Perlindungan Sosial: Kartu Indonesia Pintar Kartu Indonesia Sehat Kartu Keluarga Sejahtera
Perlindungan Sosial: Kartu Indonesia Pintar Kartu Indonesia Sehat Kartu Keluarga Sejahtera
Transfer ke Daerah Diantaranya Dana DesaTransfer ke Daerah Diantaranya Dana Desa
Mengurangi Defisit APBNMengurangi Defisit APBN
Dengan realokasi belanja keyang lebih produktif tersebut,pertumbuhan ekonomi 2015diperkirakan dapat mencapai5.8%
Dengan realokasi belanja keyang lebih produktif tersebut,pertumbuhan ekonomi 2015diperkirakan dapat mencapai5.8%
Proportion (%)
1.03
%3.
29%
1.12
%
1.18
%2.
09%
1.19
%
-1%-1%0%1%1%2%2%3%3%4%
2011
- J M M J S N
2012
-J M M J S N
2013
-J M M J S N
2014
-J M M J S N
2015
-J
%, mtmINFLASI BULANAN (mtm)
2011-2015
3,79%yoy/eop:
23 Juni 2013 : Kenaikan hargaBBM bersubsidi +33%
17 November 2014 :Kenaikan harga Premium+31% & Solar +36%
8,38%4,30% Perkiraan :7,3%-7,6%
DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP INFLASIDAN KEMISKINAN .. (1)
27
CommoditiesProportion (%)
Consumer’sPrice Index
PovertyLine
Rice 5 29Other foods 15 28Processed food 17 8Housing 26 17Clothes 7 4Health 4 3Education 7 4Transportation 19 7Total 100 100
1. Dampak kenaikan harga BBM diperkirakan akan terdistribusi dalam3 bulan, yaitu sebesar 2,52%.
2. Harga pangan merupakan salah satu komponen yang terpengaruholeh kenaikan harga BBM. Dalam komponen poverty line, kontribusipangan adalah 57%. Dengan demikian penduduk miskinmerupakan kelompok masyarakat yang rentan terkena dampakkenaikan harga BBM terutama dari makanan. Untuk itu Pemerintahakan menjaga pasokan dan kelancaran distribusi bahan pangandalam rangka menjaga inflasi bahan pangan.
3. Total jumlah penduduk miskin yang terjkena dampak kebijakan inidiperkirakan sebesar 64,3 juta atau setara dengan 15,5 juta RTS.
4. Untuk mengatasi dampak tersebut Pemerintah telah mendesainjaring pengaman sosial dalam bentuk program KIP, KIS, KKS, sertaKartu Simpanan Keluarga Sejahtera (KSKS) yang meliputi 15,5 jutaRTS.
1.03
%3.
29%
1.12
%
1.18
%2.
09%
1.19
%
-1%-1%0%1%1%2%2%3%3%4%
2011
- J M M J S N
2012
-J M M J S N
2013
-J M M J S N
2014
-J M M J S N
2015
-J
%, mtmINFLASI BULANAN (mtm)
2011-2015
3,79%yoy/eop:
23 Juni 2013 : Kenaikan hargaBBM bersubsidi +33%
17 November 2014 :Kenaikan harga Premium+31% & Solar +36%
8,38%4,30% Perkiraan :7,3%-7,6%
7.26 6.96 7.853.97 5.9 5.02
05
101520
Infla
si (%
dar
i per
iode
sebe
lum
nya)
Poverty Basket CPIDAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP INFLASIDAN KEMISKINAN .. (2)
28Sumber: Bappenas
PekerjaRentan:47,3 jutaMasyMiskintanpa aset:17 juta
PENDUDUK BERPENGHASILAN 40% TERBAWAH (PERKIRAAN)
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Mar-13 Sep-13
Dampak Penyesuaian Harga BBM tahun 2014
Kenaikan tingkat Inflasi sekitar 2,52% dalam 3 bulan berjalan Pertumbuhan Ekonomi sekitar 5,1% dalam tahun 2014 Penghematan anggaran Subsidi BBM sekitar Rp9 T dalam tahun2014, dan sekitar Rp90 T– Rp140 T dalam tahun 2015 (tergantungasumsi harga minyak dan Kurs Rupiah) Perbaikan kualitas pembangunan nasional (memacu Pertumbuhanekonomi, pengurangan Pengangguran dan Kemiskinan), peningkatankesejahteraan masyarakat, dan efisiensi kegiatan ekonomi nasionalyang lebih sustainable dalam jangka panjang Perbaikan ketahanan Energi nasional Penghematan konsumsi BBM Pengurangan Impor BBM Memacu pengembangan energi alternatif (non BBM)
29
Kenaikan tingkat Inflasi sekitar 2,52% dalam 3 bulan berjalan Pertumbuhan Ekonomi sekitar 5,1% dalam tahun 2014 Penghematan anggaran Subsidi BBM sekitar Rp9 T dalam tahun2014, dan sekitar Rp90 T– Rp140 T dalam tahun 2015 (tergantungasumsi harga minyak dan Kurs Rupiah) Perbaikan kualitas pembangunan nasional (memacu Pertumbuhanekonomi, pengurangan Pengangguran dan Kemiskinan), peningkatankesejahteraan masyarakat, dan efisiensi kegiatan ekonomi nasionalyang lebih sustainable dalam jangka panjang Perbaikan ketahanan Energi nasional Penghematan konsumsi BBM Pengurangan Impor BBM Memacu pengembangan energi alternatif (non BBM)