aquisistion and processing of seismic

16
Aquisistion and Processing Seismic Standard Secara umum dalam suatu langkah eksplorasi hidrokarbon, urutan penggunaan metode seismik adalah sebagai berikut : 1. Pengambilan data seismik ( Seismic Data Acquisition ) 2. Pengolahan data seismic ( Seismic Data Processing ) 3. Interpretasi data Seismik ( Seismic Data Interpretation ) 1. AKUISISI DATA SEISMIK Tujuan utama dari suatu survei seismik adalah melakukan pengukuran seismik untuk memperoleh rekaman yang berkualitas baik. Kualitas rekaman seismik dinilai dari perbandingan kandungan sinyal refleksi terhadap sinyal gangguan (S/N) dan keakuratan pengukuran waktu tempuh (travel time) gelombang seismik ketika menjalar dalam batuan. Eksplorasi seismik dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : Eksplorasi prospek dangkal dan eksplorasi dalam. Eksplorasi seismik dangkal (shallow seismic reflection) biasanya diaplikasikan untuk eksplorasi batubara dan bahan tambang lainnya. Sedangkan ekplorasi seismik dalam digunakan untuk eksplorasi daerah prospek hidrokarbon yaitu minyak dan gas . Masing- masing dari kegiatan tersebut menuntut resolusi dan akurasi yang berbeda dengan teknik lapangan yang berbeda pula. Untuk memperoleh hasil pengukuran data seismik refleksi yang baik diperlukan pengetahuan tentang system perekaman dan parameter lapangan yang baik pula. Parameter lapangan sangat ditentukan oleh kondisi lapangan yang ada. oleh karena itu diperlukan pengetahuan yang cukup untuk bisa memahami teknik pengukuran data seismik. PARAMETER AKUISISI DATA

Upload: irmayulianty

Post on 29-Sep-2015

7 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

akuisisi

TRANSCRIPT

Aquisistion and ProcessingSeismicStandard Secara umum dalam suatu langkah eksplorasi hidrokarbon, urutan penggunaan metode seismik adalah sebagai berikut :1. Pengambilan data seismik ( Seismic Data Acquisition )2. Pengolahan data seismic ( Seismic Data Processing )3. Interpretasi data Seismik ( Seismic Data Interpretation )1. AKUISISI DATA SEISMIKTujuan utama dari suatu survei seismik adalah melakukan pengukuran seismik untuk memperoleh rekaman yang berkualitas baik. Kualitas rekaman seismik dinilai dari perbandingan kandungan sinyal refleksi terhadap sinyal gangguan (S/N) dan keakuratan pengukuran waktu tempuh (travel time) gelombang seismik ketika menjalar dalam batuan.Eksplorasi seismik dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : Eksplorasi prospek dangkal dan eksplorasi dalam. Eksplorasi seismik dangkal (shallow seismic reflection) biasanya diaplikasikan untuk eksplorasi batubara dan bahan tambang lainnya. Sedangkan ekplorasi seismik dalam digunakan untuk eksplorasi daerah prospek hidrokarbon yaitu minyak dan gas. Masing-masing dari kegiatan tersebut menuntut resolusi dan akurasi yang berbeda dengan teknik lapangan yang berbeda pula.Untuk memperoleh hasil pengukuran data seismik refleksi yang baik diperlukan pengetahuan tentang system perekaman dan parameter lapangan yang baik pula. Parameter lapangan sangat ditentukan oleh kondisi lapangan yang ada. oleh karena itu diperlukan pengetahuan yang cukup untuk bisa memahami teknik pengukuran data seismik.PARAMETER AKUISISI DATASebelum melakukan akuisisi data, tentukan dahulu sasaran yang akan dicapai, problem-problem apa saja yang ada dan masalah-masalah yang mungkin akan muncul pada daerah survey. Paling tidak ada 8 problem yang harus dijawab, yaitu :1. Kedalaman target2. Kualitas refleksi yang terjadi pada batuan yang dilewatinya3. Resolusi vertikal yang diinginkan4. Kemiringan target yang tercuram5. Ciri-ciri jebakan yang menjadi sasaran6. Sumber Noise yang dominan7. Problem logistik team8. Apa ada spesial proses yang mungkin diperlukanDari ke delapan problem tersebut jawabannya akan sangat menentukan nilai parameter-parameter lapangan yang diperlukan. Terdapat 14 parameter pokok lapangan yang berpengaruh pada kualitas data serta suksesnya suatu survey. Hal tersebut harus dipertimbangkan baik secara teknis maupun ekonomis. Ke 15 parameter itu adalah :1. Offset terjauh (Far Offset)2. Offset terdekat (Near Offset)3. Group Interval4. Ukuran sumber seismik (Charge size)5. Kedalaman sumber (Charge depth)6. Kelipatan liputan (Fold coverage)7. Laju pencuplikan (Sampling rate)8. Tapis potong rendah (Low cut filter)9. frekuensi Geophone10. Panjang perekeman (Record length)11. Rangkaian geophone (Group Geophone)12. Larikan bentang geophone (Geophone array)13. Panjang lintasan14. Arah lintasan15. Spasi Antar Lintasan OFFSET TERJAUH (FAR OFFSET)Adalah jarak antara sumber seismik dengan geophone/receiver terjauh. Penentuan offset terjauh didasarkan atas pertimbangan kedalaman target terdalam yang ingin dicapai dengan baik pada perekaman (gambar 1.1) OFFSET TERDEKAT (NEAR OFFSET)Adalah jarak antara sumber seismik dengan geophone/receiver terdekat. Penentuan offset terdekat didasarkan atas pertimbangan kedalaman target yang terdangkal yang masih dikendaki (gambar 1.1)

Gambar .1.1. Jarak trace terdekat dan terjauh GROUP INTERVALAdalah jarak antara satu kelompok geophone terhdap satu kelompok geophone berikutnya. Satu group geophone ini memberikan satu sinyal atau trace yang merupakan stack atau superposisi dari beberapa geophone yang ada dalam kelompok tersebut. Sususnan geophone didalam kelompok ini tertenu untuk meredam noise. UKURAN SUMBER SEISMIK (CHARGE SIZE)Ukuran sumber seismik (dynamit, tekanan pada air gun, water gun, dll) merupakan energi yang dilepaskan oleh sumber seismik. sumber yang terlalu kecil jelas tidak mampu mencapai target terdalam, sedangkan ukuran sumber yang terlalu besar dapat merusak event (data) dan sekaligus meningkatkan noise. Oleh karena itu diperlukan ukuran sumber yang optimal melalui test charge. KEDALAMAN SUMBER (CHARGE DEPTH)Sumber sebaikknya ditempatkan dibawah lapisan lapuk (weathering zone), sehingga energi sumber dapat dtransfer optimal masuk kedalam system lapisan medium dibawahnya. Untuk mengetahui ketebalan lapisan lapuk dapat diperoleh dari hasil survey seismik refraksi atau uphole survey. KELIPATAN LIPUTAN (FOLD COVERAGE)Fold Coverage adalah jumlah atau seringnya suatu titik di subsurface terekam oleh geophone dipermukaan. Semakin besar jumlah fold-nya, kualitas data akan semakin baik. Seperti contoh gambar 1.2.Gambar .1.2. Perbedaan kualitas data oleh fold yang berbeda ( 6 fold dan 12 fold)Untuk mengetahui berapa kali titik tersebut akan terekam dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut ; Jika diketahui jarak trace (antara trace), jarak shot point SP (titik ledakan dynamit) dan jumlah trace (kanal) maka banyak liputannya adalah :Fold = (jumlah channel / 2) (jarak antar trace / Jarak titik tembak) NSPNSP adalah jumlah penembakan yang bergantung pada geometri penembakan yang dilakukan. Untuk split mspread dan off end maka NSP = 1, sedangkan untuk Double Off End NSP = 2.Besar kecilnya lingkup ganda akan berpengaruh pada : mutu hasil rekaman resolusi vertikal besarnya filter pada ambient noise dan ground roll yang masih ada besarnya biaya survei LAJU PENCUPLIKAN (SAMPLING RATE)Penentuan besar kecilnya sampling rate bergantung pada frekuensi maximum sinyal yang dapat direkam pada daerah survey tersebut. Akan tetapi pada kenyataannya, besarnya sampling rate dalam perekaman sangat bergantung pada kemampuan instrumentasi perekamannya itu sendiri, dan biasanya sudah ditentukan oleh pabrik pembuat instrument tersebut.Penentuan sampling rate ini akan memberikan batas frekuensi tertinggi yang terekam akibat adanya aliasing. Frekuensi aliasing ini akan terjadi jika frekuensi yang terekam itu lebih besar dari frekuensi nyquistnya. Besarnya frekuensi nyquist dapat dihitung dengan rumus :Frekuensi Nyquist = Fq = (1/2T) = 0,5 F samplingDimana : T : besarnya sampling rateSebagai contoh, jika kita ambil sampling ratenya sebesar 4 ms, maka besarnya frekuensi sampling adalah (1000/4) s-1 atau 250 Hz, dan besarnya sampling rate adalah 125 Hz.Hal diatas memilki arti fisis, jika besarnya frekuensi gelombang yang terekam memiliki frekuensi lebih besar dari 125 Hz, maka frekuensi tersebut akan menjadi seolah-olah mempunyai frekuensi yang lebih rendah dari frekuensi sebenarnya. Ini yang disebut frekuensi aliasing. HIGH CUT DAN LOW CUT FILTER Penentuan filter ini kita lakukan pada instrumen yang kita gunakan. Pemilihan high cut filter dapat kita tentukan atas dasar sampling rate yang kita gunakan. Pemasangan high cut filter ini ditunjukan untuk anti alising filter dan besarnya high cut filter selalu diambil lebih kecil atau sama dengan frekuensi nyquistnya dan selalu lebih besar atau sama dengan frekuensi sinyal tertinggi.Pemilihan besarnya low cut filter ditunujukan untuk merendam noise yang lebih rendah dari frekuensi yang terdapat pada geophone. Hal ini digunakan jika noise tersebut terlalu besar pengaruhnya terhadap sinyal sehingga sulit untuk dihilangkan walaupun dengan melakukan pemilihan array geophone atau mungkin juga sulit dihilangkan dalam prosesing. Pemasangan filter ini dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain :Target kedalam, kerena akan mempengaruhi frekuensi yang dihasilkan resolusi vertical adanya noise prosesing. PANJANG PEREKAMAN (RECORD LENGTH)Adalah lamanya merekam gelombang seismik yang ditentukan oleh kedalaman target . Apabila targetnya dalam maka diperlukan lama perekaman yang cukup agar gelombang yang masuk kedalam setelah terpantul kembali dapat merekam dipermukaan minimal 1 detik dari target, namun pada umumnya 2 kali kedalaman target (dalam waktu). RANGKAIAN GEOPHONE (GROUP GEOPHONE)Adalah sekumpulan geophone yang disusun sedemikian rupa sehingga noise yang berupa gelombang horizontal (Ground roll, Air blas/air wave) dapat ditekan sekecil mungkin. Kemampuan merekam noise oleh susunan geophone tersebut bergantung pada jarak antar geophone, panjang gelombang noise, dan konfigurasi susunannya PANJANG LINTASANPanjang lintasan ditentukan dengan mempertimbangkan luas sebaran/panjang target di sub-surface terhadap panjangan lintasan survey di surface. Tentu saja panjang lintasan survey di permukaan akan lebih panjang dari panjang target yang dikehendaki (gambar.1.3.)Gambar 1.3. Ujung lintasan survey hanya merekam sejauh panjang kabel bentang ARRAY GEOPHONE Tujuan dari penentuan array geophone ini adalah untuk mendapatkan bentuk penyusunan geophone yang cocok yang berfungsi untuk meredam noise yang sebesar-besarnya, dan sebaliknya untuk mendapatkan sinyal yang sebesar-besarnya. Dengan kata lain untuk meningkatkan signal to ratio yang besar.Dalam penentuan array geophone, maka langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagi berikut.Menentukan panjang gelombang ground roll yang dominan dengan cara seperti yang telah dijelaskan diatas.Membuat kurva array geophone, dengan rumus yang digunakan adalah :Untuk wiegted array atau tapered array :dan besarnya atenuasi adalah :G (dB) = -20 log Rdimana : R : respon array geophoneG : besarnya atenuasi dalam decibelK : bilangan gelombang ground rolld ; jarak antar group geophoneX : jarak antar geophone dalam satu groupY : jarak antara geophone pertama dengan geophone pertama groupberikutnya ARAH LINTASANDitentukan berdasarkan informasi studi pendahuluan mengenai target, survey akan dilakukan pada arah memotong atau membujur atau smebarang terhadap orientasi target pada arah dip atau strike, up dip atau down dipGEOMETRI LAY OUT DANSTACKING CHARTUntuk dapat memroses data yang telah tersimpan dalam format demultipleks maka data dari masing-masing trace harus diberi lebel, sehingga memudahkan dalam proses pengelompokan trace. Proses dinamakan trace labeling. Secara definisi trace labeling berarti suatu proses pendefinisian identitas setiap trace yang berhubungan dengan shot pointnya, posisi permukaanm kumpulan CDP dan offsetnya terhadap shot point. Keempat variable tersebut sangant bergantung pada geometri penembakannya, sehingga variable tersebut harus didefinisikan dalam suatu system koordinat referensi sehingga setiap variable dapat digambarkan pada suatu system koordinat. Diagram yang menggambarkan model geometri penembakan/perekaman dalam suatu system koordinat ini disebut stacing chart atau stacking diagram. Setiap trace yang didefinisikan labelnya ini selanjutnya disimpan kedalam tape prosesing dengan format pengamatan tertentu untuk digunkan pada proses selanjutnya. Sebelum labeling dilakukan harus terlebih dahulu diketahui bentangan geometri penembakan , yaitu bagaimana hubungan satu sama lain dari posisi penerima dan shot point. Untuk itu perlu didefinisikan suatu system koordinat relatif dari suatu lintasan (line) seismic. Informasi-informasi yang diperlukan untuk diperoleh dari stacking chart yang dibut pada saat perekaman data.Bentangan dari geometri lay out dapat dipandang dalam 4 aspek yaitu:1. Berdasarkan konfigurasi bentangan kabel2. Arah gerak perekaman3. Posisi relatif penerima terhadap titik tembak4. Berdasarkan raypath.KONFIGURASI BENTANGAN KABELDalam perekaman data seismik ada beberapa macam bentangan diantaranya adalah:1. OFF END SPREADPada jenis ini posisi titik tembak atau shot point (SP) berada pada salah satu ujung (kiri dan kanan) dari bentangan.Pada bentangan ini SP ditempatkan ditengan antara dua bentagan .2. SPLIT SPREADBila jumlah trace sebelah kiri dan kanan sama, maka disebut Symitrical Split Spread. Bila tidak sama disebut Asymitrical Split Spread.3. ALTERNATING SPREADPada model ini shot point berada pada kedua ujung bentangan dan penembakan dilakukan secara bergantian untuk setiap perubahan coverage ARAH GERAK PEREKAMAN / PENEMBAKANDitinjau dari arah gerak perekaman, maka geometri penembakan dapat dibedakan dalam dua jenis gerakan pushing cable (SP seolah-olah mendorong kabel) dan puiling cable (SP seolah-olah menarik kabel).Pushing cable danPulling cable POSISI RECEIVER TERHADAP TITIK TEMBAKDari hubungan antara posisi relatif receiver terhadap titik tembak (shot point) dalam suatu bentangan geophone, maka geometri penembakan dapat dibedakan atas dua jenis yaitu:Direct shot danReverse shot GEOMETRI RAYPATHBerdasarkan raypath (sinar gelombang) geometri penembakan dapat dibagi dalam 4 jenis yaitu:1. Common Source Point (CSP)Yaitu sinyal direkam oleh setiap trece yang dating dari satu titik tembak yang sama.2. Common Depth Point (CDP)Yaitu sinyal yang dipantulkan dari satu titik reflector direkam oleh sekelompok receiver yang berbeda.3. Common Receiver Point (CRP)Yaitu satu trace merekam sinyal-sinyal dari setiap titik tembak yang ada.4. Common Offset (CO)Yaitu sinyal setiap titik reflector masing-masing derekam oleh satu trace dengan offset yang sama.Dari proses geometri lay out akan diperoleh ghasil berupa stacking chart yang sesuai dengan stacking chart yang dibuat saat perekaman data. Disamping itu juga dihasilkan posisi sot point receiver dalam system koordinat serta pengelompokan nomor shot dan receiver sesuai dengan CDP lengkap dengan fold dari masing-masing CDP.PEMPROSESAN DATA SEISMIKPada dasarnya tahapan pengolahan data seismik yang dilakukan di perusahaan pengolahan data adalah sama. Perbedaan yang terjadi disebabkan adanya perbedaaan kemampuan software yang digunakan dalam pemrosesan data. Salah satu contoh diagram alir yang digunakan pada salah satu perusahaan pemrosesan data seismic adalah sebagai berikut. FIELD TAPE DAN OBSERVER REPORTPada saat pengambilan data (akuisisi data) seismic, data yang didapat disimpan didalam pita magnetic dengan format tertentu. Pita magnetic yang memuat data lapangan ini yang disebut field tape.Observer report adalah laporan yang dibuat pada saat akuisis data dilapangan sebagai bahan acuan untuk pengolahan data selanjutnya. Observer report ini memuat parameter-parameter antara lain:1. Daerah penelitian2. Lintasan shot point3. Geometri penembakan yang digunakan4. Kompensasi nomor trace yang mati5. Offset, jarak penembakan dan group interval yang digunakan MULTIPLEX DAN DEMULTIPLEX Multiplex adalah format data pada field tape yang tersusun berdasarkan urutan waktu perekaman (pencuplikan) dari gabungan beberapa geophone. Sedangkan Demultiplex adalah format data pada field tape yang disusun berdasarkan urutan trace, dimana data disusun berdasarkan nomor sample untuk tiap tracenya. Pada pemrosesan data, format data haruslah berformat demultiplex, sehingga data lapangan yang berformat multiplex harus diubah menjadi demultiplex. Proses ini disebut demultiplexing. FIELD GEOMETRIYang dimaksud field geometri pada pemrosesan data seismic adalah pendefinisian geometri penembakan dengan acuan observer report yang ada. Hasil output dari field geometri ini berupa stacking chart yang sesuai dengan geometri penembakan yang dilakukan pada saat akuisisi data. LABELLINGLabelling adalah proses pendefinisian identitas trace-trace yang berhubungan dengan point, posisi di permukaanm offset dan niomor CMP (Common Mid Point) pada data hasil demultiplexing. Hasilnya kemudian disimpan dalam tape processing yang akan digunakan untuk pemrosesan selanjutnya. EDITING DAN MUTINGPada saat akuisisi data dilapangan kadang terjadi trouble pada receiver sehingga receiver tersebut tidak dapat menangkap sinyal reflector gelombang seismic. Sedangkan trace tersebut telah didefinisikan menurut geometrinya, sehingga disini data perlu diedit. Proses ini disebut editing, yaitu proses yang bertujuan menghilangkan trace-trace yang mati. Pengeditan data dilakukan berdasarkan observer report yang memberikan informasi adanya konpensasi adanya trace yang mati, adanya loading maupun pengamatan dari display row recordnya.Muting adalah proses pembuangan data atau pemotongan data yang rusak pada bagian-bagian trace. Ada tiga jenis muting yang sering dilakukan dalam pemrosesan data seismic yaitu:Eksternal muting,Internal muting danSurgical muting. CDP GATHER CDP atau Common Depth Point adalah posisi titik-titik reflector yang sama. CDP Gather adalah proses pengumpulan titik-titik reflector yang sama dibawah permukaan yang mempunyai offset yang berbeda. Tujuan proses untuk mengubah pengelompokan trace-trace yang terkumpul berdasarkan CSP menjadi pengelompokan berdasarkan CDP-nya. Pengelompokan ini sangat bergantung dari geometri penembakan yang dilakukan. INITIAL GATHER Initial Gather adalah proses pengumpulan data berdasarkan CDP-nya. Data yang berasal dari shot point dan channel tertentu dikumpulkan sesuai dengan CDP-nya, sehingga data rekaman tersusun berdasarkan CDP-nya. AMPLITUDO GAIN RECOVERY Intensitas gelombang atau energi gelombang seismic pada saat menjalar melalui medium bawah permukaan akan mengalami penurunan energi akibat adanya spherical divergence dan absorbsi bantuan non elastis, sehingga amplitudo akan melemah. Amplitudo gain recovery atau sering disebut sebagai gain saja adalah proses penguatan amplitudo sehingga setiap titik seolah-olah dating sejumlah energi yang sama. Penguatan (gain)ini dilakukan sesuai penurunan energi dan biasanya dilakukan secara outomatis sehingga sering disebut sebagai Aoutomatic Gain Recovery. KOREKSI STATIKKoreksi statik adalah koreksi yang dilakukan terhadap data seismic akibat adanya pengaruh lapisan lapuk dan adanya elevasi posisi shot point dan reveiver (efek topografi). Lapisan lapuk akan menyebabkan obsorbsi yang besar terhadap energi gelombang seismic sehingga menyebabkan terjadinya variasi kecepatan pada lapisan lapuk. Adanya efek topografi menyebabkan posisi shot point dan receiver tidak terletak pada posisi yang sama sehingga menyebabkan terjadinya delay time pada saat perekaman. Untuk itu perlu dilakukan koreksi topograi dengan cara menempatkan posisi shot dan receiver pada datum yang sama, biasanya digunakan mean sea level sebagai datum. DEKONVOLUSI Dekonvolusi adalah proses konvolusi antara wavelet sumber input dengan seismic tracenya. Proses ini merupakan penerapan inverse filter,dimana bumi dianggap sebagai low pass filter yang mengubah sinyal impulsive sumber menjadi wavelet yang panjangnya sampai 100 ms. Akibatnya gelombang seismic tidak dapat membedakan peristiwa dua refleksi yang berdekatan, dengan kata lain resolusi vertical menjadi berkurang. Untuk menghilangkan efek ini dilakukan dekonvolusi. STACKINGStacking merupakan proses penjumlahan (penggabungan) trace-trace yang bertujuan untuk memperbesar s / n. pada proses ini sinyal yang kohern akan saling menguatkan dan noise yang inkohern akan saling menghilangkan. Sain itu proses stacing juga akan menghilangkan noise yang bersifat ramdom. Stacking dapat dilakukan berdasarkan Common Depth Point (CDP), Common Offset (CO), Common Source Point (CSP) maupun Common Receiver Point (CRP) berdasarkan tujuan dari stack itu sendiri. Biasanya proses stack dilakukan berdasarkan CDP-nya. Pada pemrosesan data seismic proses stacking dilakukan tiga kali stacking yaitu Initial Stack, Residual Stack dan Final Stack. Masing-masing proses tersebut pada dasrnya adalah sama, hanya tingkat kualitas data distack yang berbeda sesuai dengan tingkat pemrosesan. ANALISA KECEPATAN Analisa kecepatan adlaah proses pemilihan kecepatan yang sesuai (terbaik) yang akan digunakan untuk pemrosesan selanjutnya. Proses ini sangat penting dilakukan dan merupakan salah satu quality control hasil prosesing akhir, dan biasanya dilakukan bersama dengan stacking velocity. Pada group trace dari suatu titik reflector, sinyal yang dihasilkan akan mengikuti bentuk hiperbola dengan persamaan: ANALISA SISA STATIK (RESIDUAL STATIC CORRECTIONS) Koreksi ini dilakukan untuk menghilangkan efek static yang ditinggalkan pada saat koreksi static dilakukan. Artinya pada saat koreksi static masih meninggalkan kesalahan, yaitu kesalahan penentuan kecepatan pada lapisan lapuk karena adanya variasi keceatan pada lapisan lapuk, adanya kesalahan penentuan ketebalan lapisan lapuk karena adanya variasi ketebalan dibawah masing-masing receiver dan shot point dan kesalahan static lainnya. KOREKSI DINAMIK ( NORMAL MOVE OUT CORRECTIONS)Koreksi dinamis ini dilakukan untuk mengatenuasi efek perubahan jarak offset setiap pasangan shot point dan trace ketika semua signal dari satu titik reflector (CDP) yang direkam oleh sekumpulan trace dikumpulkan (proses CDP gather). Koreksi ini menghilangkan pengaruh offset sehingga seolah-olah gelombang pantul dating dari arah vertical (normal incidence) Delay time terhadap offset nol dari suatu reflector horizontal disebut Normal Move out. Secara matematika besarnya koreksi ini merupakan selisih antara arrival time pada offset sejauh x dengan arrival time pada trace dengan offset x = 0. Jadi koreksi ini bergantung pada dua variable yiatu offset dan kecepatan lapisan. MIGRASIProses migrasi dilakukan karena pada perhitungan koreksi dinamik yang diterapkan pada setiap trace belum sepenuhnya menunjukan letak titik refleksi yang sebenarnya. Dengan kata lain migrasi adalah proses meletakan titk refleksi ke posisi waktu pantul yang sebenarnya berdasarkan lintasan gelombangnya. Selain itu migrasi juga bertujuan menghilangkan efek difraksi yang terjadi akibat adanya struktur geologi seperti patahan dan perlipatan. Share this: Twitter1 Facebook Google RelatedSeiemic partIn "Seismic Method"VSP ( Vertical Seismic Proffling )In "Seismic Method"Velocity AnalysisIn "Seismic Method" Date November 15, 2013 Comments Leave a comment Post navigationUnexpectedly-song by joneschanSeiemic part Leave a Reply Top of Form

Bottom of Form