appendksitis

Upload: golden-eyes

Post on 01-Mar-2016

7 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

askep appendiksitis

TRANSCRIPT

BAB I

BAB IPENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR1. DefenisiAppendik adalah suatu tambahan seperti kantong yang tidak berfungsi terletak pada bagian anterior caecum. Penyebab paling umum dan appediksitis adalah obtruksi lumen oleh feces yang akhinya merusak suplai aliran darah dan mengikis mukosa yang menyebabkan inflamasi (Engram, 1998).Appendiksitis adalah inflamasi appendiks, suatu bagian seperti kantong yang non fungsional dan terletak dibagian interior seikum. Penyebab umum dari appendiksitis adalah obstruksi lumen mukosa yang menyebkan inflamasi (Monica Ester, 2002).Appediktomi adalah pengangkatan appendiks yang terinflamasi dapat dilakukan pada pasien rawat jalan dengan menggunakan pendekatan endoskopi, namun adanya perlengkapan multipel, posisi retroperintoneal appendiks atau robek perlu dilakukan prosedur pembukaan (Doenges, 2000).

2. Anatomi dan Fisiologi

Keterangan :Posisi appendiks 1) Cabang misenterika superior2) Ileum terminal3) Appendikularis yang telah retroperitoneal4) Appendikularis di dalam mesoappendiks5) Ujung appendiks terletak pada agak kekuadrat (posisi peluka) pada kedudukan ini appendiks mungkin melekat pada tuba atau ovarium kanan atau mungkin terdapat keluhan atau tanda gangguan organ tersebut.6) Appendiks telah intraperitoneal, ujungntya bisa terletak diarah mana saja (lingkaran kedudukan menentukan letak keluhan dan tanda-tanda lokal pada appendiksitis akut).7) Pada caekum intraperitoneal kedudukannya dapat berindah tergejala jurusan, paling sering kearah kranial karena saat embrio rotasi usus (serum) kurang sempurna yang menentikan letak appendiks secara tidak langsung.8) Appendiks terletak retroperitoneal dibelakang sekum (retrosekal) appendiksitis, pada letak ini tidak menimbulkan keluhan atau tanda yang disebabkan oleh rangsangan peritoneum setempat.9) Pertemuan 3 (tiga) tenia menunjukkan pangkat appendiks, umumnya diwaktu operasi appendiks tidak tampak karena kedudukannya retrosekal.(Sjamsuddin, 1997).

3. Patofisologi

Hiperplasia Fekalit Benda asing NeoplasmaFolikel limpoit

Obstruksi appendiks

Mukus yang diproduksi mukosaMengalami bendungan

Peningkatan mukus paling banyak

Elastisitas dinding appendiksTerbatas

Peningkatan tekanan Intralumen

Edema dinding appendiks Diapedisis bakteriUlserasi mukosa

Appendiksitis akut lokalPort dentry

Resiko tinggi infeksi

Nyeri NyeriNyeri kuadranAnoreksiaMalaiseDemamDiare,mual/Epigastriumumbilikus/ kanan bawah muntahperiumbilkusResiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari Resiko tinggi Gangguan rasa nyaman kebutuhan tubuh kekurangan volume cairan

Keterbatasan informasi Kurang pengetahuan

(Mansjoer Arif, 2000 : 207).

4.Etiologi Hierplasia folikel limfoid Fekolit Benda asing Struktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya atau neoplasma

5.Manifestasi Klinis1. Nyeri kuadran bawah biasanya disertai engan demam derajat rendah, mual dan seringkali muntah.2. Pada titik McBurney (terletak dipertengahan umbilikus dan spina anterior dari ileum) nyeri tekan setempat dan sedikit kaku dari bagian bawah otot rektus kanan3. Nyeri alih mungkin saja ada; letak apendiks mengakibatakan sejumlah nyeri tekan, spasme otot, dan konstipasi kambuhan 4. tanda Rovsing (dapat diketahui dengan mempalpasi kuadran kanan baawah, yang menyebabkan nyeri pada kuadran kiri bawah).5. jika terjadi ruptur apendiks, maka nyeri akan menjadi lebih menyebar; terjadi distensi abdomen akibat ileus paralitik dan kondisi memburuk.(Baughman & Hackley, 2000 : 45)

6. Pemeriksaan DiagnostikDiagnosa didasarkan pada pemeriksaan fisik lengkap dan pemeriksaan laboratorium serta radiologi, pada pasien apendik jumlah leukosit lebih tinggi dari 10.000 / m3; jumlah netrofil lebih tinggi dari 70%; pemeriksaan sinar X dan ultrasonografi menunjukkan desitas pada kuadran kanan bawah atau tingkat aliran udara setempat (Baughman & Hackley, 2000 : 45)

7. Penatalaksanaan1. Pembedahan diindikasikan jika terdiagnosa apendiksitis; lakukan apendektomi secepat mungkin untuk mengurangi resiko perforasi. Metode : insisi abdominal bawah dibawah anastesi umum atau spinal; laparoskopi.2. Berikan antibiotik dan cairan IV sampai pembedahan dilakukan3. Analgesik dapat diberikan setelah diagnosa ditegakkan.(Baughman & Hackley, 2000 : 45)

B. ASUHAN KEPERAWATAN1. Pengkajiana. Aktivitas atau istrahat Gejala : Malaiseb. SirkulasiTanda: Takikardic. EliminasiGejala: - konstipasi pada awitan awal - diare (kadang-kadang)Tanda: - distensi abdomen, nyeri tekan/ nyeri lepas, kekuatan penurunan atau tidak ada bising usus, nyeri epigastrium.d. Makanan atau cairanGejala : - anoreksia - mual/ muntahe. Nyeri/ kenyamananGejala: nyeri abdomen, sekitar epigastrium dan umbilikus, yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc Burney (setengahjarak antara umbilikus dan tulang ileum kanan) meningkat karena berjalan, bersin, batuk atau nafas dalam (nyeri berhenti tiba-tiba diduga perforasi atau infark pada appendiks) keluhan berbagai rasa nyeri / gejala tidak jelas (sehubungan dengan lokasi contoh retrosekal atau sebelah ureter).Tanda: - perilaku berhati-hati, berbaring kesamping atau terlentang dengan lutut ditekuk, meningkatkan nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki kanan atau posisi duduk tegak.- nyeri lepas pada sisi kiri diduga inflamasi peritonealf. KeamananTanda : demam (biasanya rendah)g. PernafasanTanda: takipnea, pernafasan dangkalh. Penyuluhan/ PengajaranGejala: - riwayat kondisi lain yang berhubungan dengan nyeri abdomen, batu uretra, salpingitis akut, ileitis regional.- dapat terjadi pada berbagai usiaPenanggulangan:membutuhkan bantuan sedikit dalam transportasi, tugas pemeliharaan rumah.

Pengkajian pasca operasiObservasi karakter dan jumlah drainase lambung atau usus keluaran urin, drainase ostomi, bila ada drainase luka, muntah, mual, distensi abdomen, pemasangan selang nasogastrik, lokasi dan tipe nyeri, penurunan pernafasan dangkal, penurunan bunyi nafas.

2. Diagnosa KeperawatanDiagnosa keperawatan ditegakkan berdasarkan pengkajian, yang menjadi masalah pasien dengan post appendiksitis (Doeges, 2000, hal. 608) :1) Nyeri berhubungan dengan distensi jaringan usus oleh inflamasi akut dan ditandai dengaan luka belum menyatu.2) Resko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adanya pertahanan utama, pervorasi/ ruptur pada appendiks peritonitis, prosedur invasif, insisi bedah, ulserasi mukosa.3) Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah pra operasi pembatasan oaska operasi, pasca operasi status ipermetabolik, informasi peritonium dengan cairan asing.4) Resiko tinggi terhadap pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhab tubuh berhubungan dengan anoreksia, abnormalitas metabolistik.5) Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi).

3. Rencana Keperawatan1) Nyeri berhubungan dengan distensi jaringan usus oleh inflamasi akut dan ditandai dengaan luka belum menyatu.Kriteria hasil :a. Melaporkan nyeri hilang/tekontrolb. Tampak rileks mampu tidur / istirahat dengan tepat.IntervensiRasional

Kaji tingkat nyeri, catat likasi karateristik, beratnya (skala 1-10-) selikdiki dan laporkan perubahan nyeri dengan tepat.

Pertahankan istrahat dengan posisi semi fowler

Dorong ambulasi dini

Berikan aktivitas hiburan

Kolaborasi Berikan analgesik sesuai indikasi

Berikan kantong es pada abdomen

Pertahankan puse / penghisapan NGT pada awal berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan penyembuhan , perunahan karakteristik, nyeri menunjukkan terjadinya obsesi peritonitis memerlukan upaya evaluasi medik dan intervensi. Gravitasi melokalisasi eksudat inflamasi dalam abdomen bawah atau pelvis, menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi terlentang. Meningkatkan normalisasi fungsi organ, contoh merangsang peristaltik dan kelancaran flatus, menurunkan ketidaknyamanan abdomen. Fokus perhatian kembali meningkatkan relaksasi dan dapat meningkatkan kemampuan koping.

Menghilangkan nyeri, mempermudah kerja sama dengan intervensi terapi lain contoh ambilasi batuk. Menghilangkan dan mengurangi nyeri melalui penghilang rasa ujung saraf. Catatan jangan lakukan kompres panas karena dapat menyebabkan kongesti jaringan. Menurunkan ketidaksamaan pada peristaltik usus dini dan iritasi gaster / muntah.

2) Resko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adanya pertahanan utama, pervorasi/ ruptur pada appendiks peritonitis, prosedur invasif, insisi bedah, ulserasi mukosa.

Kriteria hasil / kriteria evaluasi : meningkatkan penyembuhan luka dengan benar, bebas tanda infeksi/ inflamasi drainase purulen, eritema dan demam.IntervensiRasional

awasi tanda-tanda vital, perhaikan demam menggigil, berkeringat, perubahan mental, meningkatnya nyeri abdomen. Lihat insisi dan balutan catat karakteristik drainase luka

Berikan informasi yang tepat, jujur pada pasien Kolaborasi Berikan anti biotik sesuai indikasi

Bantu irigasi dan drainase bila diindiaksiakan Ambil contoh drainase bila diperlukan dugaan adanya infeksi/terjadinya sepsis dan peritonitis

memberikan deteksi dini terjadi infeksi dan pengawasan penyembuhan yang telah ada sebelumnya pengetahuan tentang kemajuan situasi, dukungan emosi membantu menurunkan ansietas

mungkin diberikan propilatif atau menurunkan jumlah organisme pada infeksi yang telah ada sebelumnya dapat diperlukan untuk mengakhiri abses terlokalisasi kultur pawarnaan gram dan sesnsitifitas berguna untuk mengidentifikasi pilihan terapi

3) resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d muntah pra operasi pembatasan pasca operasi,pasca operasi status hipermetabolik, informasi peritonium dengan cairan asingkriteria Hasil : mempertahankan keseimbangan cairandiindikasikan oleh kelembaban mukosa turgor kulit baik, tanda stabil dan pengeluaran urin agak kuat IntervensiRasional

awasi tanda-tanda vital

lihat membran mukosa, kaji turgor kulit dan pengisian kapiler. Awasi pemasuikan dan pengeluaran, catat warna urin auskultasi bising usus, flatus, gerakan usus. Berikan minuman kecil bila pemasukan peroral dimulai dan dilanjutkan dengan diet berikan perawatan mulut dengan perhatian khusus pada perlindungan bibir

Kolaborasi pertahankan penghisap gaster atau usus

berikan cairan I.V dan elektrolit

tanda yang membantu mengidentifikasi fluktuasi volume intravaskulker indikator keadekuatan sirkulasi perifer penurunan pengeluaran urin dengan peningkatan berat jenis diduga dehidrasi

indikator kembalinya peristaltik persiapan utnuk pemasukan peroral, menurunkan iritasi gaster

dehidrasi mengakibatkan bibir, mulut kering dan pecah-pecah

selang NGT biasanya dimasukkan pada pra operasi dan dipertahankan segera pasca operasi untuk dekompresi usus, mencegah muntah peritonium bereaksi terhadap iritasi/infeksi dengan menghasilkan sejumla besar cairan yanga dapat menurunkan volume sirkulasi darah.

4) Resiko tinggi pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, abnormalitas metabolikKriteria Hasil : mempertahankan BB dan kebutuhan nutrisi tercukupi IntervensiRasional

awasi haluaran selang NGT, catat adanya muntah auskultasi bising usus, catat bunyi

ukur lingkar abdomen

timbang BB dengan teratur

kaji abdomen dengan sering untuk kembali kebunyi yang lembut, penampilan bising usus normal dan kelancaran flatusKolaborasi tambahkan diet sesusai toleransi

awasi BUN, protein, albumin, glukosa, keseimbangan nitrogen sesuai indikasi jumlah besar dari aspirasi gaster dan muntah diduga terjadi obstruksi usus meskipun bising usus sering tidak ada, inflamsi usus dapat menyertai hiperaktivitas usus, penurunan absorbsi air dan diare memberikan bukti perubahan distensi gaster atau ajumulasi asites kehilangan/peningkatan dini menunjukkan perubahan hidung tetapi diduga ada defisit nutrisi

menunjukkan kembalinya fungsi usus kenormal dan kemampuan utnuk memulai masukan peroral

kemajuan diet yang hati-hati masukan nutrisi dimulai dari menurunkan resiko iritasi gaster menurunkan fungsi organ dan kebutuhan nutrisi

5) Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d tidak mengenal sumber informasi Kriteria Hasil : menyatakan pemahaman proses penyakit, pengobatan dan pontenssial berpatisipasi dalam program pengobatan IntervensiRasional

kaji ulang pembatasan aktivitas pasca operasi

dorong aktivitas sesaui toleransi dengan periode istrahat diskusikan perawatan insisi, termasuk mengganti balutan, pembatasan mandi untuk mengangkat jahitan identifikasi gejala yang memerlukan evaluasi medis memberikan informasi untuk merencanakan kembali rutinitas biasa tanpa menimbulkan masalah mencegah kelemahan, meningkatkan penyembuhan dan mempermudah kembali keaktivitas normal pemahaman peningkatan kerja sama dengan program terapi, meningkatkan penyembuhan]

upaya intervensi menurunkan resiko komplikasi serius

BAB IIASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIANI. Identitas Diri KlienNama: Ny. PUmur: 56 tahunSumber Informasi: Suami klienJenis Kelamin: PerempuanKeluarga terdekat yang dapat dihubungi Alamat: Langkat (orang tua,wali,suami,istri dll): Suami klienStatus perkawinan: KawinAgama: IslamSuku: Batak KaroPendidikan: SDPekerjaan: IRTTanggal masuk RS: 27 Mei 2008Ruangan / RS: Rindu B2

II. Status Kesehatan Saat IniMenurut pengakuan pasien, sakit perut sudah ada satu bulan yang lalu dan rasa sakit yang dirasakan hilang timbul dan semakin bertambah dan dirasakan pada abdomen aebelah kanan bawah dan pasien berjalan dengan memegang perut sambil membungkuk sehingga keluarga membawa ke Rumah Sakit.Pada tanggal 28 mei 2008 pasien mengalami operasi appendktomi pada saat pengkajian ditemukan keluhan utama nyeri luka operasi. Pasien merasakan nyeri dikarenakan tindakan operasi pada abdomen kanan bawah atau adanya luka operasi dan nyeri seperti ditusuk-tusuk pada daerah abdomen kanan bawah dan nyeri tidak menyebar, warna luka kemerahan dan tidak terdapat infeksi, nyeri timbul apabila saat melakukan pergerakkan atau aktivitas dan panjang luka 6 cm dan terdapat 6 jahitan.

III. Riwayat Kesehatan Masa LaluMenurut pengakuan pasien, pasien belum pernah menderita penyakit yang berhubungan dengan saluran pencernaan seperti appendiksitis, sedangkan riwayat penyakit lain seperti lambung, hipertensi, diabetes melitus tidak ada. Hanya pilek dan demam biasa saja dan sembuh setelah minum obat dan tidak pernah dirawat di RS, pasien tidak pernah mengalami alergi seperti makanan, obat-obatan, udara, debu dan bulu binatang, pasien juga tidak pernah mendapatkan immunisasi waktu kecil.

IV. Riwayat KeluargaPasien mengatakan bahwa keluarganya yaitu adeknya ada yang pernah mengalami penyakit yang cukup serius yaitu anak pertama dari 4 bersaudara, dia menderia appendisitis dan Ca. Colon dan telah meninggal dunia 2 tahun yang lalu. Anggota keluarga tidak mempunyai riwayat keturunan.

Geogram:

Keterangan:= Laki-laki

= Laki-laki yang meninggal

= Perempuan

= Pasien

= Tinggal satu rumah

= Garis perkawinan

= Garis keturunan

V.Riwayat psikososial dan spritualBahasa yang digunakan pasien adalah bahasa indonesia.Konsep Diria.Gambaran dirid an citra diripasien mengatak senang dengan tubuhnya dan dia menyukai seluruh bagian tubuhnya. Persepsi terhadap operasi yakni akan kembalis eperti semulab. IdentitasStatus pasien dalam keluarga adalah istri dan pasien puas terhadap status dan posisi dalam keluarga.c. PeranPasien senang dalam berperan sebagai ibu dalam keluarga dan bisa mengurus keluarganya walaupun dengan keadaannya seperti itu.d. Ideal diriHarapan pasien terhadap tubuhnya ingin selalu sehat dan agar dapat mengurusi keluarganay. Harapan pasien terhadap lingkungan : Di dalam keluarga ingin lebih dihormati dan disangi sebagaimana mestinya dia menyayangi keluarganya. Di dalam masyarakat agar dapat bermanfaat untuk organisasi masyarakat Harapan pasien terhadap panyakit yang diderita : pasien berharap semoga cepat sembuh dan berkumpul dengan keluarganya dan dapat mengurusi keluarganya.e.Harga diriTanggapan pasien terhadap harga dirinya adalah tinggi.

Data sosial :Hubungan pasien dengan keluarganya baik dan tidak ada permusuhan dan hubungan pasien dengan pasien lannya adalah baik. Keluarga pasien selalu mendukung supaya penyakit yang diderita oleh pasien cepat sembuh seperti semula, reaksi pasien saat interaksi sama perawat adalah koopeartif, dan mekanisme pertahanan diri adalah baik.

Data spritualAgama yang dianut oleh pasien adalah agama Islam, konsep tentang penguasaan kehidupan adalah Allah SWT, sumber kekuatan atau harapan saat sakit adalah Allah SWT, ritual agama yang bermakna atau berarti atau harapan saat ini adalah berdoa, dan sarana atau peralatan atau orang yang diperlukan untuk melaksanakan ritual agama yang diharapkan saat ini adalah melalui ibadah, pasien yakin terhadap kesembuhan penyakitnya adalah sebagai cobaan.

VI.Pola Kebiasaan sehari-Haria. Pola makan dan minumjenis makanan MB TKTP dengan pola makan 3x sehari dengan nafsu makan baik dan pasien dilarang memakan makanan yang merangsang seperti pedas, tidak ada kesulitan menelan pada pasien Berat badan : 55 Kg Tinggi badan : 152 cmJenis minuman air putih dengan jumlah 1500 2000 cc / hari. Sebelum masuk RS pasien banyak minum, kadang satu hari 6 7 gelas / hari (1500 2000 cc). Setelah masuk RS pasien juga banyak minum 6 gelas / hari (1500 2000 cc).b. Pola eliminasiPola eliminasi BAK 3 4 kali sehari, warna jernih kekuningan bau khas, pola eliminasi BAB 1x sehari, bau khas dengan konsistensi lunak dengan warna kuning tidak ada masalah eliminasi BAB.c. Pola istrahat dan tidurPasien tidur 6 7 jam sebelum masuk RS pada waktu malam dan siang 2 jam, sesudah masuk RS tidak ada perobahan pola tidur. d. Kebersihan diri dan personal hygenePasien mandi 2x / hari dengan dilap oleh perawat pada pagi dan sore, kebersihan gigi dan mulut dan pemeliharaan kuku pendek dan bersih dibantu oleh keluarga pasien.e. Pola kegiatan/aktivitasPasien beraktivitas belum bisa melakukan aktivitas berhubungan karena bekas luka operasi masih ada dan nyeri masih dirasakan sehingga pasien perlu istrahat yang cukup. Maka disini keluarga ataupun perawat menganjurkan atau membantu pasien untuk melakukan auskultasi dini atau pergerakan segera dengan cara menggerakkan tubuh, miring kekanan dan miring kekiri atau melakukan aktivitas ruangan misalnya duduk dan makan ditempat tidur.

VII.Pemeriksaan FisikKeadaan umum : pasien lemah, kesadaran composmentisTanda vital- Tekanan darah: 125 / 80 mmHg-Nadi: 71x/i-pernafasan: 19x/i -Tinggi badan: 152 cm-Berat badan: 52 Kg-Temp.: 36 ocPemeriksaan head to toea. Kepala dan rambutKepala berbentuk ovale, rambut hitam dan pendek, kulit kepala bersih serta tidak rontok dan tidak ada keluhan sakit kepala. Wajah : srtuktur wajah lonjong dan warna kulit hitam manis.b. Penginderaan Mata Ketajaman penglihatan baik, tidak ada kelainan, pupil isokor kanan dan kiri pada konjutiva tidak dijumpai anemia sklera tidak ikterus dan tidak memakai alat bantu. HidungFungsi pengciuman baik dan dapat membedakan bau-bauan dan tidak dijumpai polip peradangan dan perdarahan. Telinga Tidak ada kelainan, serumen dalam batas normal, tidak dijumpai peradangan dan cairan, fungsi pendengaran baik.c. Pencernaan MulutRongga mulut bersih, tidak bau, tidak dijumpai tanda-tanda peradangan dan perdarahan, gigi caries dan tidak dijumpai gigi yang belakang dan fungsi pengecapan baik, dapat membedakan manis, pahit, asam, asin dan pedas. TenggorokanPada tenggorokan tidak ada kesulitan menelan dan tidak dijumpai pembesaran tonsil. AbdomenBentuk abdomen normal/simetris kiri dan kanan, gerakan perut dengan aktivitas pernafasan normal, mengepis pada saat ekspirasi, mengembang bila inspirasi, tidak dijumpai masa integritas kulit terganggu, pada bagian abdomen sebelah kanan bawah, karena terdapat luka operasi dengan panjang 6 cm dab terdapat 6 jahitan, dan pinggir jahitan masih belum menyatu tanda-tanda infeksi tidak ada dolor, rubor, kalor, tumor, fungsiolesa. GenitaliaBersih dan tidak ada kelainan d.Respirasi- Bentuk dada simestris. Pola nafas dengan warna teatur dan suara nafas vesikuler.-Dalam perkusi ketok tidak dijumpai nyeri ketok -Keluhan Tidak ada keluhan seperti batuk, sesak, nyeri dalam respirasi

e.KardivaskulerPada pasien tidak dijumpainyeri dada dengan irama jantung reguler pulsasi kuat, bunyi jantung lup-dup.f.EndokirinPada pasien tidak ada dijumapai pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar parotis, tidak ada dijumpai luka ganggren , pus dan bau tubuh klien.

g.PersyarafanKesadaran pasien composmentis, pada pasien tidak dijumpai meningel sign, nyeri kepala, kejang.h. Muskuloskeltal dan Integumen-Ektremitas atas dan bawah lengkap, pada ekstremitas kiri atas terpasang infus RL 30 tts/i-Tidak terdapatnya udem pada ektremitas dan tidak terdapatnya kelainan pada ekstremitas -Pada integumen kulit lembab dengan turgor kulit bawah dan tidak ada kelainan seperti hiperpigmentasi, keadaan kulit bersih.

Data LaboratoriumJenis pemeriksaanHasil pemeriksaanNilai normal

Hb10,412 16 gr%

LED35< 10 mm/jam

Eritrosit 3,524,5-5,5.1000.000/mm3

Leukosit7,9