appendiceal mass

13
2 0 0 8 9 APPENDICEAL MASS PENDAHULUAN Perut secara garis besar dibagi menjadi bagian atas, bagian tengah dan bagian bawah, kemudian ada bagian kiri dan bagian kanan. Pembagian ini ada hubungannya dengan organ apa saja yang terletak pada bagian tersebut. Sebagai contoh perut bagian kanan atas , maka organ yang ada di daerah tersebut antara lain liver, usus besar sebelah kanan atas, kandung empedu. Pada daerah kanan bawah perut, maka organ dan jaringan yang ada disitu dari luar ke dalam adalah kulit, jaringan ikat, otot-otot dinding perut, selaput rongga perut (peritoneum), kemudian baru rongga perut. Di dalam rongga perut di daerah ini terdapat usus besar yang disebut caecum dan kolon kanan bawah (colon ascenden), usus buntu (appendiks), ada juga pembuluh darah, dan kelenjar getah bening. Pada wanita juga ada alat-alat kandungan (1) . Adanya massa di perut kanan bawah bisa saja disebabkan oleh infeksi maupun pertumbuhan sel abnormal atau KKS BEDAH DIMAZ ASTUTI RSU. Dr. PIRNGADI MEDAN

Upload: raja-alfian-irawan

Post on 10-Sep-2015

12 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

surgeon

TRANSCRIPT

APPENDICEAL MASS

APPENDICEAL MASS

PENDAHULUAN

Perut secara garis besar dibagi menjadi bagian atas, bagian tengah dan bagian bawah, kemudian ada bagian kiri dan bagian kanan. Pembagian ini ada hubungannya dengan organ apa saja yang terletak pada bagian tersebut. Sebagai contoh perut bagian kanan atas , maka organ yang ada di daerah tersebut antara lain liver, usus besar sebelah kanan atas, kandung empedu. Pada daerah kanan bawah perut, maka organ dan jaringan yang ada disitu dari luar ke dalam adalah kulit, jaringan ikat, otot-otot dinding perut, selaput rongga perut (peritoneum), kemudian baru rongga perut. Di dalam rongga perut di daerah ini terdapat usus besar yang disebut caecum dan kolon kanan bawah (colon ascenden), usus buntu (appendiks), ada juga pembuluh darah, dan kelenjar getah bening. Pada wanita juga ada alat-alat kandungan(1).

Adanya massa di perut kanan bawah bisa saja disebabkan oleh infeksi maupun pertumbuhan sel abnormal atau neoplasma. Infeksi di sini bisa disebabkan oleh adanya peradangan usus buntu (appendiks) karena usus buntu muaranya tersumbat oleh tinja yang mengeras (fecalith) atau karena adanya tekukan (fibrosis/kinking) pada usus buntu, hyperplasia jaringan limf, sehingga di bagian bawah dari sumbatan tersebut menjadi bengkak dan dalam waktu tertentu bisa pecah, disebut penyakit usus buntu (appendicitis). Pada keadaan ini belum terbentuk massa(2).Appendiceal mass dimulai dari apendisitis akut dimana appendicitis itu sendiri dimulai di mukosa dan kemudian melibatkan seluruh lapisan dinding appendiks dalam waktu 24-48 jam pertama. Dengan adanya usaha pertahanan tubuh yaitu membatasi proses radang dengan menutup appendiks dengan omentum, usus halus, atau adneksa sehingga terbentuk massa yang disebut massa periappendikuler atau phlegmon(3). ANATOMI APPENDIKSAppendiks merupakan organ berbentuk tabung. Panjangnya kira-kira 10 cm (13-15 cm) dan berpangkal di sekum, lumennya sempit dibagian proksimal dan melebar dibagian distal. Namun demikian, pada bayi, appendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkalnya dan menyempit ke ujungnya. Keadaan ini mungkin menyebabkan rendahnya insiden appendisitis pada usia itu. Ke tiga teniae coli bertemu pada persimpangan antara caecum dengan appendiks dan membentuk lapisan luar otot longitudinal dari appendiks sehingga hubungan antara dasar appendiks dengan caecum biasanya constant tapi perlu diingat bahwa ujung appendiks yang bebas dapat ditemukan pada beberapa variasi letak dan pada 65% kasus apendiks terletak intra peritoneal, kedudukan itu memungkinkan apendiks bergerak dan ruang geraknya bergantung pada panjang mesoapendiks penggantung. Pada kasus selebihnya appendiks terletak retroperitoneal, yaitu di belakang saekum, di belakang colon ascenden, atau di tepi lateral colon ascenden.

. Persyarafan parasimpatis berasal dari cabang n. vagus yang mengikuti a. mesentrika superior dan a. appendikularis, sedangkan persyarafan simpatis berasal dari n. torakalis X.

Perdarahan appendiks berasal dari a. appendikularis yang merupakan arteri tanpa kolateral. Jika arteri ini tersumbat, misalnya thrombosis pada infeksi, appendiks akan mengalami gangren(3,4).

GAMBAR PERDARAHAN APPENDIKSFISIOLOGI

Appendiks menghasilkan lendir 1-2 ml perhari, lendir itu secara normal dicurahkan kedalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran lendir dimuara appendiks tampaknya berperan pada patogenesis appendicitis.

Immunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT (gut associated lymphoid tissue) yang terdapat disepanjang saluran cerna termasuk apendiks ialah IgA. Imunoglobulin ini sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi. Namun demikian pengangkatan appendiks tidak mempengaruhi sistem imun tubuh sebab jumlah jaringan limf disini kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlah di saluran cerna dan seluruh tubuh(3,4).ETIOLOGI

Proses terjadinya appendiceal mass dimulai dari appendicitis akut. Appendisitis terjadi akibat obstruksi pada lumen apendiks yang disebabkan oleh berbagai penyebab apakah karena fekalit atau benda asing yang dijumpai di dalam lumen. Juga bisa timbul karena adanya adhesi bekas peradangan, atau karena pembesaran folikel dari limfoid di dinding sebagai akibat sekunder dari radang kataral mukosa. Sekali-sekali appendicitis akut sebagai radang proksimal dari suatu lesi obstruktif (biasanya Ca) di saekum atau di kolon ascenden(3,4,5).PATOGENESIS

Seperti diketahui appendiceal mass dimulai dari appendicitis akut dimana appendicitis merupakan suatu proses peradangan appendiks yang mengenai semua lapisan dinding organ tersebut. Tanda patogenetik primer diduga karena obstruksi lumen. Penyumbatan pengeluran secret mucus mengakibatkan pembengkakan, infeksi dan ulserasi. Peningkatan tekanan intraluminal dapat menyebabkan oklusi end arteri appendikularis. Bila keadaan ini dibiarkan berlangsung terus, biasanya mengakibatkan nekrosis, gangren, dan perforasi.

Dengan adanya usaha pertahanan tubuh yaitu membatasi proses radang dengan menutup appendiks atau disebut dengan proses walling off dengan omentum, usus halus, atau adneksa sehingga terbentuk massa yang disebut massa periappendikuler atau phlegmon. Proses ini dapat terjadi resolusi spontan atau dengan tindakan operasi. Bila walling off belum sempat sempurna, kontaminasi isi appendiks yang pecah dapat menimbulkan peritonitis lokal atau peritonitis difus(3,4,5).GEJALA KLINIS

Sering penderita datang dengan keluhan sakit perut kanan bawah sudah empat atau lima hari dengan adanya suatu massa di daerah fossa iliaka kanan. Abdomen yang lain seluruhnya soepel pada palpasi, bising usus dapat didengar serta penderita tidak menunjukkan gejala-gejala peritonitis difusa. Dalam hal ini appendiks telah dikelilingi oleh (walled off) alat-alat visera sekelilingnya dengan atau tanpa adanya abses(3,5).Perlu juga disingkirkan kemungkinan enteritis tuberkulosa dan kelainan ginekologik sebelum memastikan diagnosis massa appendiks. Kunci diagnosis biasanya terletak pada anamnesis yang khas.PEMERIKSAAN PENUNJANG USG dapat memperlihatkan : Appendicolith

Diameter appendiks dapat lebih dari 7 mm

Penebalan dinding appendiks

Dan adanya suatu abses

Panah putih appendikolith D :diameter appendiks lebih dari 7 mm

CT Scan mempunyai sensitifitas 90-100 %, spesificitas 91-99%, akurasi 94-100%DIAGNOSA BANDING1. Abses appendiks

2. Tumor caecum

DIAGNOSA

Kunci untuk menegakkan diagnosis biasanya terletak pada anamnesis yang khas, riwayat klasik appendicitis akut, diikuti adanya massa di regio iliaka kanan(3,5,6).PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan appendiceal mass pada dewasa terus berkembang. Penanganan secara klasik sudah diperlihatkan dengan penatalaksanaan secara konservatif yang diikuti dengan interval appendectomy setelah terjadi resolusi dari massa appendiks. Besar dari massa harus ditandai dengan garis pada kulit, penderita harus istirahat dengan makanan yang cair, keadaan umum, pols, serta temperature harus dimonitor.

Bila terjadi perbaikan, appendectomy dilakukan sesudah tiga bulan karena dalam waktu itu diharapkan keadaan perandangan telah mengalami resolusi secara sempuran.

Di Inggris penanganan dengan cara tersebut paling banyak diterapkan dalam praktek-praktek pembedahan. Alasan utama dilakukannya interval appendectomy yaitu pertama untuk mencegah berulangnya appendicitis akut dan kedua untuk menghindari salah dalam mendiagnosa suatu kelainan patologis seperti adanya proses keganasan. Insiden salah dalam mendiagnosa suatu appendiceal mass bervariasi antara 0%-10%. CT Scan dapat digunakan untuk memperlihatkan kelainan patologis yang secara klinik didiagnosa sebagai appendiceal mass(3,5,6). KOMPLIKASIPeritonitis diffusDAFTAR PUSTAKA1. www.pontianakpost.com2. Sylvia A. Price, Patofisiologi Konsep-konsep Proses-proses Penyakit, Penerbit Buku kedokteran EGC, Jakarta, 1995.3. Syamsuhidayat, Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1996.4. Seymour I. Schwartz, Principles Of Surgery, Sixth Edition.

5. Harold Ellis, Ilmu Bedah Umum, Seventh Edition.6. www.TheSurgeon.html

KKS BEDAH

DIMAZ ASTUTI

RSU. Dr. PIRNGADI MEDAN