aplikasi job analysis

12
Subdepartemen Ked. Okupasi Dep. I. Kedokteran Komunitas FKUI APLIKASI “ERGONOMIC JOB ANALYSIS” PADA INDUSTRI PRODUKSI 1 Dr. Astrid Sulistomo, MPH,SpOk Subdepartemen Kedokteran Okupasi Departemen I. Kedokteran Komunitas - FKUI I. PENDAHULUAN: Pada umumnya setiap perusahaan mempunyai program untuk meningkatkan mutu/kualitas dan tingkat produksi dengan menurunkan biaya produksi. Upaya-upaya ini sering disebut sebagai “Reingeneering” dan/atau rasionalisasi. Boleh dikatakan bahwa setiap perusahaan ingin “ melakukan lebih banyak dengan lebih sedikit”. Program ergonomi, yang merupakan suatu inisiatif yang melibatkan seluruh perusahaan dapat merupakan jawaban untuk mencapai peningkatan kualitas dan tingkat produktivitas dan sekaligus dapat menurunkan biaya kompensasi bagi pekerja.. Banyak perusahaan kemudian menyadari, bahwa program Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang sudah mereka kembangkan, tidaklah akan sempurna tanpa mengintegrasikan kedalamnya program ergonomi bagi perusahaan tersebut. Biaya kompensasi untuk gangguan syaraf-otot akibat gerakan berulang pada waktu melakukan pekerjaan, yang dikenal sebagai Cumulative Trauma Disorders (CTD) akhir-akhir ini di negara- negara industri makin meningkat dan merupakan persentase terbesar dibandingkan untuk penyakit ataupun kecelakaan akibat kerja lainnya. CTD tersebut disebabkan antara lain karena gerakan-gerakan berulang dengan frekwensi yang tinggi dan/atau gerakan dengan posisi yang tidak alamiah atau memerlukan tenaga yang cukup besar. Menurut OSHA untuk biaya kompensasi nyeri punggung bawah saja per tahun harus dikeluarkan biaya lebih dari $30 milliar pertahun dan untuk gangguan akibat gerakan repetitif lebih dari $ 27 milliar per tahun. 1 Disampaikan pada “Seminar Nasional Aplikasi Ergonomi dalam Industri”, Yogyakarta 27 Maret 2004

Upload: yuji-aditya

Post on 28-Nov-2015

18 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Aplikasi Job Analysis

Subdepartemen Ked. OkupasiDep. I. Kedokteran Komunitas

FKUI

APLIKASI “ERGONOMIC JOB ANALYSIS” PADA INDUSTRI PRODUKSI1

Dr. Astrid Sulistomo, MPH,SpOkSubdepartemen Kedokteran Okupasi

Departemen I. Kedokteran Komunitas - FKUI

I. PENDAHULUAN:

Pada umumnya setiap perusahaan mempunyai program untuk meningkatkan mutu/kualitas dan

tingkat produksi dengan menurunkan biaya produksi. Upaya-upaya ini sering disebut sebagai

“Reingeneering” dan/atau rasionalisasi. Boleh dikatakan bahwa setiap perusahaan ingin

“ melakukan lebih banyak dengan lebih sedikit”.

Program ergonomi, yang merupakan suatu inisiatif yang melibatkan seluruh perusahaan dapat

merupakan jawaban untuk mencapai peningkatan kualitas dan tingkat produktivitas dan

sekaligus dapat menurunkan biaya kompensasi bagi pekerja.. Banyak perusahaan kemudian

menyadari, bahwa program Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang sudah mereka

kembangkan, tidaklah akan sempurna tanpa mengintegrasikan kedalamnya program ergonomi

bagi perusahaan tersebut.

Biaya kompensasi untuk gangguan syaraf-otot akibat gerakan berulang pada waktu melakukan

pekerjaan, yang dikenal sebagai Cumulative Trauma Disorders (CTD) akhir-akhir ini di negara-

negara industri makin meningkat dan merupakan persentase terbesar dibandingkan untuk

penyakit ataupun kecelakaan akibat kerja lainnya. CTD tersebut disebabkan antara lain karena

gerakan-gerakan berulang dengan frekwensi yang tinggi dan/atau gerakan dengan posisi yang

tidak alamiah atau memerlukan tenaga yang cukup besar.

Menurut OSHA untuk biaya kompensasi nyeri punggung bawah saja per tahun harus dikeluarkan

biaya lebih dari $30 milliar pertahun dan untuk gangguan akibat gerakan repetitif lebih dari $ 27

milliar per tahun. Oleh karena itu analisis tugas (job analysis) menjadi penting ditempat kerja

untuk mengidentifikasi pekerjaan yang mempunyai risiko untuk menimbulkan gangguan

kesehatan

II. DEFINISI, PENGERTIAN & TUJUAN :

Job Analisis dalam ergonomi adalah metodologi yang digunakan oleh para profesional dibidang

Kesehatan dan Keselamatan Kerja untuk mendeskripsi aktivitas pekerjaan dengan tujuan untuk

membandingkan tuntutan tugas terhadap kapasitas manusia atau untuk membandingkan

bagaimana seharusnya pekerja mengerjakan tugasnya dengan keadaan sebenarnya.

Saat ini di industri-industri besar analisis tugas sudah banyak dilakukan secara rutin untuk terus

melakukan perbaikan dengan tujuan akhirnya meningkatkan produktifitas perusahaan.

1 Disampaikan pada “Seminar Nasional Aplikasi Ergonomi dalam Industri”, Yogyakarta 27 Maret 2004

Page 2: Aplikasi Job Analysis

Subdepartemen Ked. OkupasiDep. I. Kedokteran Komunitas

FKUI

III. MANFAAT MELAKUKAN ANALISIS TUGAS:

Sebagai bagian dari suatu program ergonomi di perusahaan, job analysis antara lain dapat

dimanfaatkan untuk:

a. Mengidentifikasi faktor risiko dan faktor bahaya di tempat kerja

b. Merancang tempat kerja dan peralatan kerja

c. Memberi penyuluhan kepada pekerja

d. Melatih para manajer, supervisor dan pekerja

e. Meningkatkan produktivitas

f. Memperbaiki cara kerja/prosedur kerja dan protokol kerja

g. Menghilangkan “human error” dengan demikian meningkatkan mutu produk

h. Meningkatkan kepuasan kerja para pekerja

i. Menurunkan angka absensi

j. Mencegah penyakit dan kecelakaan akibat kerja

k. Menginformasikan tuntutan pekerjaan kepada profesi kesehatan

l. Mengevaluasi kemampuan seorang pekerja kembali bekerja

m. Mengevaluasi upaya pengendalian yang telah dilakukan

IV. TAHAPAN JOB ANALYSIS:

Langkah-langkah pelaksanaan analisis tugas sebagian tergantung pada tujuan dan luasnya job

analysis yang akan dilakukan. Pada situasi tertentu mungkin perlu dilakukan analisis tugas untuk

semua pekerjaan, dan pada keadaan lain mungkin hanya cukup melakukan analisis tugas untuk

kelompok pekerja tertentu saja karena adanya keluhan.

Pada umumnya tahapan Job analysis terdiri dari:

a. Identifikasi Faktor risiko potensial

b. Persiapan studi lapangan

c. Pelaksanaan studi lapangan

d. Interpretasi dan analisis hasil

IV.1. Identifikasi faktor risiko potensial

Dapat dilakukan melalui 2 cara:

a. Mengkaji data/laporan kecelakaan, laporan penyakit atau data absensi:

Dari kajian ini dapat diidentifikasi pekerjaan/tugas mana yang berrisiko untuk

menimbulkan penyakit atau kecelakaan. Atau pekerjaan mana yang turn-over rate nya

tinggi, yang berarti mungkin tuntutan dari tugas tersebut terlalu tinggi.

b. Melakukan survey pendahuluan atau mengkaji proses kerja, deskripsi tugas.

Page 3: Aplikasi Job Analysis

Subdepartemen Ked. OkupasiDep. I. Kedokteran Komunitas

FKUI

Survey pendahuluan dapat dilakukan dengan melakukan walk-through survey dengan

menggunakan ceklis, mewawancara supervisor dan/atau pekerja . Instrumen yang dapat

digunakan untuk ini adalah “Body Map” untuk mengetahui bagian tubuh yang sering

nyeri dan “ BRIEF Survey”. (lihat lampiran) Ceklis Ini merupakan alat skrining awal

untuk mengidentifikasi adanya masalah ergonomis pada suatu tugas.

Selain itu pertanyaan-pertanyaan yang perlu diajukan pada waktu wawancara antara lain

adalah:

1. Berapa pekerja yang melakukan tugas tertentu

2. Apa karakteristik kelompok pekerja mis. Jenis kelamin, umur, pendidikan

dsb.

3. apakah pekerja melakukan satutugas berulang-ulang, atau melakukan

berbagai tugas pada waktu bekerja

4. Apakah ada standar produksi? Bagaimana standar produksi itu ditetapkan,

mis., kecepatan assembly line, standar waktu dsb

5. Apakah ada kesempatan bagi pekerja untuk melakukan rotasi kerja?

6. Berapa penghasilan pekerja? Bagaimana sistem penggajian mereka?

7. Berapa jam pekerja bekerja per minggu? Apakah ada kerja shift ?

IV.2. Persiapan Job analysis:

Setelah ditentukan pekerjaan mana yang akan dilakukan analisis, perlu dilakukan persiapan yang

terdiri dari:

a. Mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan:

Pada umumnya dilakukan pengamatan dan pengukuran Peralatan yang dibutuhkan

untuk itu tergantung pada jenis pekerjaan yang akan diamati dan ketersediaan peralatan,

apakah yang sederhana ataukah yang modern.

Yang paling sering digunakan adalah:

Video Camera dan kamera foto untuk merekam sikap dan gerakan pekerja

Pita pengukur, Flexi-curve dan alat antropometri lainnya

Alat pengukur kekuatan : Handdynamometer

Stopwatch untuk mengukur waktu melakukan satu siklus tugas dsb.

b. Menentukan strategi yang akan diterapkan:

Tujuan utama melakukan studi lapangan adalah untuk mendapatkan informasi yang

cukup untuk dapat mendeskripsikan tugas dengan lengkap sehingga dapat dianalysis.

Berarti pengamatan harus dilakukan pada periode waktu dimana biasanya tugas tersebut

dilakukan dan pada kondisi sebenarnya. Bila tugas yang akan diamati dilakukan secara

rutin berulang-ulang, maka waktu pengamatan mungkin tidak perlu terlalu lama. Tetapi

Page 4: Aplikasi Job Analysis

Subdepartemen Ked. OkupasiDep. I. Kedokteran Komunitas

FKUI

bila tugas seorang pekerja sangat tidak teratur dan terdiri dari banyak tugas, mungkin

pengamatan perlu dilakukan pada satu hari kerja penuh. Perlu ditentukan bagaimana

melakukan pengamatan tanpa mengganggu pekerja, sehingga pekerja melakukan

tugasnya seperti biasanya.

IV.3. Pelaksanaan Job Analysis:

a. Melakukan Pengamatan:

Pengamatan langsung di tempat kerja dapat memberikan informasi yang paling

berharga. Bila tugas yang diamati hanya dilakukan oleh satu orang pekerja, lakukan

pengamatan sampai beberapa siklus (untuk tugas yang berulang) dan bila satu tugas

dilakukan oleh beberapa pekerja, lakukan pengamatan terhadap beberapa pekerja untuk

dapat mengidentifikasi, apakah masalah hanya pada 1 – 2 pekerja yang mungkin

mempunyai latar-belakang berbeda atau masalah ada pada seluruh pekerja yang

melakukan tugas tersebut. Catat waktu yang dihabiskan untuk melakukan pengamatan

dan berapa siklus tugas yang diamati.

b. Wawancara Supervisor dan pekerja:

Diskusi yang tidak formal dengan pekerja dan supervisor juga dapat memberikan

informasi yang berguna untuk analysis. Wawancara dengan pekerja dapat memberikan

informasi mengenai kesulitan atau keluhan yang dialami, serta dengan meminta

masukan dari pekrja, bila akan melakukan perubahan mungkin akan lebih dapat diterima.

Wawancara dengan supervisor dapat memberikan informasi mengenai standar produksi

yang berlaku, bagian dari proses pekerjaan yang mungkin ada masalah dsb.

c. Melakukan Pengukuran:

Sesudah melakukan pengamatan, perlu dilakukan pengukuran terhadap tempat kerja

dan dicatat dalam sketsa tempat kerja yang telah dibuat terlebih dahulu. Bila perlu

lakukan juga pengukuran antropometri terhadap pekerja. Bila ada peralatan yang

digunakan perlu juga dicatat berat alat, bentuk alat dan apakah alat tersebut

menggunakan listrik atau tidak, untuk mengetahu pajanan terhadap vibrasi.

IV.4. Interpretasi dan analisis hasil:

Bila pengamatan telah selesai dilakukan, maka hal pertama yang perlu dilakukan adalah

membagi pekerjaan dalam tugas-tugas atau langkah-langkah tertentu yang dilakukan oleh

pekerja. Setiap tugas atau sub-tugas perlu dianalisis terhadap faktor-faktor dibawah ini:

a. Kekuatan yang dibutuhkan untuk melakukan tugas:

Page 5: Aplikasi Job Analysis

Subdepartemen Ked. OkupasiDep. I. Kedokteran Komunitas

FKUI

Kekuatan yang dibutuhkan perlu dideskripsi dan bila memungkinkan ada ukuran berat

beban yang perlu diangkat. Area kontak antara alat dengan tubuh perlu dideskripsi.

b. Sikap tubuh/posture pekerja selama melakukan pekerjaan:

Apakah pekerja melakukan pekerjaan dalam keadaan duduk, berdiri, membungkuk.

Apakah bahu atau sikut terangkat. Posisi tersebut apakah dipertahankan pada seluruh

waktu kerja atau untuk periode-periode tertentu.

Pengukuran sudut-sudut membungkuk, bahu dll. Perlu dianalisis.

c. Frekwensi gerakan berulang:

Suatu tugas yang dilakukan berulang-ulang, kadang-kadang melibatkan gerakan –

gerakan repetitif dari otot dan sendi yang sama. Bila frekwensi gerakan berulang sangat

tinggi (> 1000 gerakan/jam), merupakan risiko tinggi untuk terjadi cedera otot, syaraf dan

persendian yang dapat menyebabkan kecacadan dan memerlukan proses pengobatan

yang lama, bahkan memerlukan operasi.

d. Lama Kerja dan waktu-waktu istirahat:

Lama kerja sangat berpengaruh terhadap kelelahan umum maupun setempat. Meskipun

tugas yang dilakukan tidak memerlukan tenaga yang besar, dianjurkan agar jaringan

otot-syaraf mendapat istirahat pendek yang sering agar mendapat waktu untuk

pemulihan. Infomasi mengenai lama kerja dan waktu-waktu istirahat, biasanya dapat

diperoleh melalui pengamatan dan/atau wawancara.

e. Pajanan terhadap vibrasi dan suhu dingin:

Pajanan terhadap vibrasi dan suhu dingin akan memperberat beban terhadap otot dan

syaraf, sehingga merupakan faktor risiko terjadinya penyakit otot dan syaraf. Oleh karena

itu perlu diidentifikasi obyek atau permukaan yang bervibrasi dan/atau yang suhunya

dingin dan dicatat frekwensi dan lama pajanan terhadap obyek/permukaan tersebut.

Analisis dilakukan dengan membandingkan dengan data-data, peraturan/panduan atau

hasil penelitian yang ada, seperti data antropometri, panduan Lifting & Handling dari

NIOSH, untuk mengetahui bagian mana dari tugas yang bebannya terlalu tinggi bagi

fisik maupun psikis pekerja.

V. PROGRAM INTERVENSI:

Berdasarkan hasil analisis, dikembangkan suatu program intervensi untuk memperbaiki

prosedur kerja, proses kerja maupun peralatan kerja sehingga dapat mengurangi angka

Page 6: Aplikasi Job Analysis

Subdepartemen Ked. OkupasiDep. I. Kedokteran Komunitas

FKUI

kesakitan maupun pemeningkatkan produksi. Bila perubahan seperti diatas sulit

dilaksanakan, dapat dilakukan limitasi terhadap pajanan faktor risiko ergonomis, dengan

mangurangi standar produksi, memberikan tambahan waktu istirahat, melakukan rotasi

pekerja. Biasanya intervensi memerlukan kombinasi antara upaya teknis dan upaya

administratif. Sebaiknya suatu rancangab pekerjaan baru diuji-cobakan terlebih dahulu

pada sekelompok kecil pekerja, sebelum dilakukan perubahan besar di tempat kerja.

Pelaksanaan program intervensi perlu terus imonitor dan di evaluasi dengan antara lain

melakukan job analisis ulang, untuk memastikan bahwa rancangan yang baru

mengurangi faktor risiko dan tidak menimbulkan faktor risiko yang baru.

Menurut OSHA (Occupational Safety and Health Administration), suatu program

pengendalian masalah ergonomi, harus terdiri dari Pengendalian Teknik, Pengendalian

Cara Kerja dan pengendalian administratif, selain itu juga surveilans medis dan pelatihan

dan pendidikan bagi pekerja.

VI. DOKUMENTASI:

Hasil suatu Job analysis perlu dituliskan dalam suatu laporan, agar dikemudian hari

dapat diketahui mengapa dilakukan perubahan dan data yang ada dapat digunakan

sebagai data dasar untuk evaluasi program intervensi. Laporan yang baik juga dapat

digunakan sebagai usulan bagi pimpinan untuk mengajuan dana bagi pengembangan

dan implementasi program intervensi.

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

Job Analysis merupakan suatu upaya yang sistemati untuk mengidentifikasi faktor risiko

ergonomis pada tugas yang dilakukan pekerja. Agar keberhasilan suatu upaya perbaikan

di tempat kerja dapat mencapai tingkat optimal, tahapan-tahapan job analysis perlu

dilakukan dan hasilnya perlu dituliskan dalam suatu laporan yang lengkap. Job analysis

tidak cukup dilakukan satu kali tetapi perlu dilakukan secara periodik.

DAFTAR RUJUKAN:

1. Bhattacharya, A, McGlothlin, D, ed. Occupational Ergonomics, Theory and Applications, Marcel Decker Inc., New York, 1996

2. Newkirk W.L.ed., Occupational Health Services , Practical Strategies for Improving Quality and Controlling Costs, American Hospital Publishing Inc. USA, 1993

3. Humantech, Applied Ergonomics training Manual, 2nd ed, 1995

Page 7: Aplikasi Job Analysis

Subdepartemen Ked. OkupasiDep. I. Kedokteran Komunitas

FKUI

LAMPIRAN 1:

Body Discomfort Map:

DEPAN BELAKANG

Page 8: Aplikasi Job Analysis

Subdepartemen Ked. OkupasiDep. I. Kedokteran Komunitas

FKUI

B R I E F SURVEY

KRITERIA TANGAN & PERGELANGAN SIKUT BAHU LEHER PUNGGUNG TUNGKAI

SIKAP

KEKUATAN Menjepit > 1 kgMenggengam > 5 kg

Beban > 5 kg Beban > 5 kg Dengan Beban Menangani beban > 10 kg

Pedal Kaki yg> 10 kg> 10 kg

LAMA Jepitan/Genggaman ? 10 detik Salah satu sikap > 2/menit

> 10 detik > 10 detik > 10 detik > 30% /8 jam

FREKWENSI > 30 manipulasi per menit > 2/menit > 2/menit > 2/menit > 2/menit

TOTAL KIRI KANAN KI KA KI KA KI KA

KETERANGAN: Untuk setiap score > 2 pada 1kolom, merupakan tugas dengan risiko tinggi

LAMPIRAN 2