aplikasi farmakokinetik dosis ganda
TRANSCRIPT
APLIKASI FARMAKOKINETIK DOSIS GANDA
Pada dasarnya suatu penyakit dapat diobati oleh satu obat. Obat tersebut
ditetapkan dosis dan frekuensi pemakaiannya dalam sehari karena pada umumnya
obat digunakan untuk pemakaian ganda (berulang). Frekuensi pemakaian
ditetapkan berdasarkan parameter farmakokinetiknya seperti tetapan kecepatan
eliminasi. Semakin kecil tetapan kecepatan eliminasi, maka semakin berkurang
frekuensi pemakaiannya dibandingkan dengan obat yang mempunyai tetapan
kecepatan eliminasi yang lebih besar. Oleh karenanya, jika seseorang
mendapatkan dua jenis obat atau lebih yang mempunyai waktu paruh biologis
berbeda maka frekuensi pemakaiannya seharusnya berlainan. Aspek-aspek
tersebut di atas dipelajari di dalam ilmu farmakokinetik.
Metode pemberian Obat Pada sukarelawan dengan metode three way
crossover
Sukarelawan Periode I Periode II Periode III
1-2 Parasetamol
500 mg
Kombinasi
Parasetamol
500 mg dan
PPA HCl 50
mg
Fenilpropan
olamin
HCL 50 mg
3-4 Fenilpropan
olamin
HCL 50 mg
Parasetamol
500 mg
Kombinasi
Parasetamol
500 mg dan
PPA HCl 50
mg
5-6 Kombinasi
Parasetamol
500 mg dan
PPA HCl 50
mg
Fenilpropan
olamin
HCL 50 mg
Parasetamol
Hasil penetapan parameter farmakokinetik dari kedua obat baik tunggal
maupun kombinasi menunjukkan nilai tetapan absorpsi (ka) tidak berbeda secara
bermakna, artinya pemberian secara bersamaan (kombinasi) antara parasetamol
dan fenilpropanolamin hidroklorida tidak mempengaruhi kecepatan absorpsi
masing-masing obat yang diberikan secara tunggal. Hal yang sama ditunjukkan
nilai tetapan laju elimiasi dari kompartemen sentral (ke) dan waktu tercapainya
konsentrasi puncak (tmaks) yang tidak berbeda secarabermakna antara pemberian
secara tunggal dengan kombinasi baik pada parasetamol maupun
fenilpropanolamin hidroklorida
Perbedaan waktu paruh eliminasi dari seluruh tubuh (t½β) untuk parasetamol
antara pemberian tunggal dan kombinasi, tidak bermakna secara statistik dengan
metode uji t-student pasangan sepadan pada aras keberartian (p) 0,05. Akan tetapi
untuk nilai t½β dari fenilpropanolamin hidroklorida berbeda secara bermakna
antara nilai t½β fenilpropanolamin hidroklorida yang diberikan secara tunggal
(rata-rata 6,99 jam) dan yang diberikan secara kombinasi dengan pemberian
parasetamol (rata-rata 10,60 jam). Dengan demikian pemberian secara bersamaan
antara parasetamol dosis 500 mg dan fenilpropanolamin hidroklorida dosis 50 mg,
mempengaruhi waktu paruh eliminasi fenilpropanolamin hidroklorida yakni
menjadi lebih lama, sedangkan pada parasetamol tidak berpengaruh.
Nilai AUC0-∞ (luas daerah di bawah kurva) dan Cmaks (konsentrasi puncak)
dari kedua obat memiliki perbedaan bermakna baik nilai AUC0-∞ dan Cmaks untuk
parasetamol maupun fenilpropanolamin hidroklorida antara obat yang diberikan
secara tunggal dan kombinasi. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa tingkat
absorpsi untuk parasetamol yang diberikan secara tunggal lebih besar dari pada
tingkat absorpsi parasetamol yang diberikan secara kombinasi. Demikian pula
tingkat absorpsi fenilpropanolamin hidroklorida yang diberikan secara tunggal
lebih besar dari tingkat absorpsi fenilpropanolamin hidroklorida yang diberikan
secara kombinasi. Dengan demikian pemberian bersamaan antara parasetamol dan
fenilpropanolamin hidroklorida dalam bentuk kombinasi tetap dapat menurunkan
tingkat absorpsi dari masing-masing obat.
Parameter t½β, Cmaks dan AUC0-∞ merupakan parameter farmakokinetik
yang sangat penting untuk menetapkan profil farmakokinetik suatu obat. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa profil farmakokinetik fenilpropanolamin hidro-
klorida yang diberikan secara tunggal berbeda secara bermakna dengan profil
farmakokinetik parasetamol yang diberikan secara kombinasi dengan parasetamol.
Sementara pengaruh pemberian kombinasi obat ini terhadap parasetamol hanya
mempengaruhi nilai Cmaks dan AUC0-∞.
Oleh karena itu pemberian secara bersamaan (kombinasi tetap) dari parasetamol
dan fenilpropanolamin hidroklorida berpengaruh terhadap nilai-nilai parameter
atau profil farmakokinetik dari masing-masing obat tersebut. Sehingga diperlukan
adanya pengkajian lebih lanjut untuk menentukan frekuensi pemakaian dan dosis
dari kedua obat tersebut apabila diberikan sebagai kombinasi tetap, sebagaimana
terdapat dalam obat flu atau obat batuk yang banyak beredar di Indonesia.
KESIMPULAN
Pemberian kombinasi parasetamol dosis 500 mg dan fenilpropanolamin
hidroklorida dosis 50 mg secara oral pada enam orang sukarelawan
mempengaruhi profil farmakokinetik masing-masing obat yang diberikan secara
tersendiri/tunggal.
Pada profil farmakokinetik parasetamol yang diberikan secara kombinasi dengan
fenilpropanolamin HCl menunjukkan nilai kadar puncak (Cmaks) dan Luas Area di
bawah Kurva (AUC0-∞) lebih kecil dari pada nilai Cmaks dan AUC0-∞ dari
parasetamol yang diberikan secara tersendiri/ tunggal. Sedangkan pada profil
farmakokinetik fenilpropanolamin HCl yang diberikan secara kombinasi dengan
parasetamol juga menunjukkan nilai Cmaks dan AUC 0-∞ yang lebih kecil serta nilai
waktu paruh eliminasi dari tubuh (t½β, ) yang lebih
besar dari pada nilai Cmaks, AUC 0-∞, dan t½β dari fenilpropanolamin HCl
yang diberikan secara tersendiri/tunggal.