aplikasi bakteri metanotrof pada lahan an dalam mereduksi gas metana

Upload: sulfianto-ilyas

Post on 14-Jul-2015

418 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

KARYA TULIS ILMIAH

APLIKASI BAKTERI METANOTROF PADA PERSAWAHAN DALAM MEREDUKSI GAS METANA PENYEBAB EFEK RUMAH KACA DAN MENINGKATKAN KESUBURAN DAN PRODUKTIFITAS PERSAWAHAN

SULFIANTO ALIAS

2011 PERNYATAAN KEASLIAN

1

Saya bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa karya tulis ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Bila dikemudian hari ternyata pernyataan saya terbukti tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi yang telah ditetapkan oleh Undang Undang.

Yang membuat pernyataan

Nama Tanggal

: Sulfianto Alias : 23 Juni 2011

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim 2

Alhamdulillahi Rabbil Alamin atas berkat dan rahmat Allah S.W.T. penulisan karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik. Karya tulis ilmiah ini merupakan karya tulis pertama bagi penulis, dan penulis sangat mengharapkan peran dari pemerintah provinsi sulawesi selatan dalam menghadapi lingkungan yang semakin panas ini (efek global warming), dan penulis berharap karya tulis ini dapat juga bermanfaat bagi masyarakat khusunya petani dalam menghasilkan produknya. Disadari bahwa Karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kategori kesempurnaan yang dapat memuaskan semua kalangan dalam berbagai aspek. Oleh karena itu diharapkan adanya masukan dan saran untuk lebih menyempurnakan penuntun ini di masa depan. Akhirnya kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penerbitan karya tulis ilmiah ini, diucapkan terima kasih. Semoga bermanfaat dan mendapat berkah dari Allah S.W.T. Amin Wassalam

Sulfianto Alias

ABSTRAK Sulfianto Alias. 2011. Aplikasi Bakteri Metanotrof Pada Persawahan

3

Dalam Mereduksi Gas Metana Penyebab Efek Rumah Kaca Dan Meningkatkan Kesuburan dan Produktifitas Persawahan. Karya Tulis Ilmiah. Kata Kunci: Bakteri Metanotrof, Efek Rumah Kaca, Lahan Persawahan Penelitian ini dilakukan di daerah persawahan pada kawasan kab.sidenreng rappang sulawesi selatan pada bulan januari 2011. Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah untuk melihat aplikasi bakteri metanotrof dalam mereduksi gas metana dan produktifitas Kesuburan tanaman akibat aplikasi bakteri ini, dan yang mau diuji adalah 1) Kadar gas metana pada persawahan dari aplikasi bakteri metanotrof, 2) Tingkat Kesuburan Ttanaman padi akibat aplikasi bakteri metanotrof, 3) Tingkat produktifitas tanaman padi akibat aplikasi bakteri metanotrof. Hasil penelitian menunjukan bahwa, kadar gas metana setelah diberikan bakteri metanotrof pada lahan persawahan menurun hal ini dapat didapatkan dengan pengukuran gas dengan kromatografi gas yaitu 32.57 mg m-2 d-1 (kontrol) menjadi 17.88 mg m-2 d-1 (Isolat A), 17.45 mg m-2 d-1 (Isolat B), 16.44 mg m-2 d-1 (Isolat C). Untuk Kesuburan, tinggi tanaman, diameter batang, lebar daun kontrol berturut turut 67.5, 1.1, dan 1.9 cm setelah diberikan bakteti metanotrof menjadi 74.7, 1.2, dan 2.3 cm (Isolat A), 70.8, 1.2, dan 2.4 cm (Isolat B), 73.5, 1.3, dan 2.4 cm (Isolat C), Nilai ini menunjukkan peningkatan kesuburan tanaman setelah diberikan bakteri ini.Produktivitas tanaman padi meningkat yang pada awalnya 27.1 gr/tanaman (Kontrol) menjadi 30.1 gr/tanaman (Isolat A), 33.5 gr/tanaman (Isolat B), dan 37.6 gr/tanaman (Isolat C).

DAFTAR ISI

4

HALAMAN JUDUL ........................................................................... ...............................................................................................................i PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................. ..............................................................................................................ii KATA PENGANTAR..................................................................... ........................................................................................................iii ABSTRAK ....................................................................................... ........................................................................................................iv DAFTAR ISI ................................................................................... .........................................................................................................v DAFTAR TABEL ........................................................................... ........................................................................................................vi DAFTAR GAMBAR ...................................................................... .......................................................................................................vii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................. 2 C. Tujuan Penelitian .................................................................... 3 D. Manfaat Penelitian................................................................... 3 E. Ruang lingkup Penelitiaan...................................................... 4 F. Defenisi Istilah........................................................................ 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka............................................................................ ............................................................................................................6 B. Kerangka Pikir....................................................................... 11 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ..................................................................... 12 B. Waktu dan Tempat Penelitian............................................... 12 C. Populasi dan Sampel ............................................................ 12 D. Variabel Penelitian................................................................ 13 E. Prosedur penelitian................................................................ 13 5

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian...................................................................... 17 B. Pembahasan........................................................................... 19 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ........................................................................... 24 B. Saran ..................................................................................... 24 C. Implikasi Kebijakan............................................................... 25 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... .......................................................................................................26 LAMPIRAN-LAMPIRAN.............................................................. .......................................................................................................28

DAFTAR TABEL No. Tabel Judul Halaman

1.1

Ruang Lingkup Penelitian ........

3

4.1

Karakteristik Bakteri metantrof ..........................

17

4.2

Kadar gas metana.

18

4.3

Pengukuran Kesuburan Tanaman

18

4.4

Pengukuran Produktifitas Tanaman 6

19

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar

Judul

Halaman

2.1 Produksi dan emisi gas metana ........................... 3.1Skema Sungkup Penangkap Gas Metana........................... 4.1 Isolat Bakteri Metanotrof ...........................

8 16 17

7

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanasan global (Global warming) disebabkan karena terbentuknya lapisan di atmosfer bumi yang biasanya disebut efek rumah kaca (Green House Effect). Lapisan ini terbentuk karena akumulasi dari senyawa seperti Carbondioksida (CO2), Metana (CH3), dan Nitrous oksida (N2O), gas ini berasal dari makhluk hidup, Industri, pertanian, pertambangan, dan perairan. Terbentuknya lapisan yang menyelimuti bumi menyebabkan cahaya matahari yang masuk ke bumi tidak dapat terpantul ke luar, sehingga suhu bumi semakin bertambah. Gas metana, 45 % dihasilkan melalui industri dan pertambangan, 30 % melalui pertanian, dan 25 % dari perairan dan hewan ruminansia. Di sektor pertanian, gas metana paling banyak dilepaskan pada lahan 8

persawahan, hal ini disebabkan karena lahan persawahan merupakan lahan yang selalu terendam, sehingga tanah berada dalam keadaan anaerob (tanpa O2). Keadaan anaerob ini merupakan habitat hidup yang baik bagi bakteri anaerob seperti bakteri metanogen (bakteri penghasil metana) yang mampu memaksimalkan pertumbuhan untuk menghasilkan metana. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab pemanasan global khusunya di wilayah Indonesia yang memiliki 70 % wilayahnya berada di sektor ini. Gas metana, dapat diuraikan menjadi bahan organik melalui penggunaan bakteri pendegradasi metana (bakteri metanotrof). Bakteri ini juga hidup di zona anaerob dan memanfaatkan metana untuk menjalankan jalur metabolismenya. Spesies dari bakteri ini mencakup dua divisi yaitu Gammaproteobacteria dan Alphaproteobacteria. Kedua divisi ini berbeda pada jalur metabolismenya. Bakteri metanotrof dapat mereduksi gas metana yang dihasilkan oleh bakteri metanogen, sehingga dapat mengurangi pelepasan metana di udara. Hal ini menghentikan proses terbentuknya efek rumah kaca sehingga dapat mengurangi pemanasan global (Global warming). Sulawesi Selatan merupakan provinsi yang daerahnya 80 % adalah lahan persawahan sehingga partisipasi untuk pelepasan metana ke atmosfer juga cukup besar, hal ini dapat diantisipasi dengan mengaplikasikan bakteri metanotrof ke lahan persawahan. Metabolisme bakteri metanotrof dapat menghasilkan bahan organik yang dapat meningkatkan kesuburan tanaman, bahan organik ini dihasilkan oleh bakteri metanotrof, melalui jalur metabolismenya. Untuk mengukur kadar gas metana dan tingkat kesuburan tanaman, maka dilaksanakanlah penelitian ini. B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut. 9

1. Bagaimana reduksi gas metana penyebab efek rumah kaca melalui aplikasi bakteri metanotrof pada lahan persawahan? 2. Bagaimana kesuburan Tanaman Padi melalui aplikasi bakteri metanotrof pada lahan persawahan? 3. Bagaimana Produktifitas Persawahan melalui aplikasi bakteri metanotrof pada lahan persawahan? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Untuk mengetahui reduksi gas metana penyebab efek rumah kaca melalui aplikasi bakteri metanotrof pada lahan persawahan 2. Untuk mengetahui kesuburan tanaman padi melalui aplikasi bakteri metanotrof pada lahan persawahan 3. Untuk mengetahui produktifitas persawahan melalui aplikasi bakteri metanotrof pada lahan persawahan D. Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat memberikan manfaat antara lain. 1. Bidang penelitian, dapat memberikan pengetahuan dasar tentang kemampuan bakteri metanotrof dalam mereduksi gas metana penyebab efek rumah kaca. 2. Bidang pengabdian masyarakat, bakteri methanotrof dapat diaplikasikan pada lahan persawahan, sehingga dapat mengurangi emisi gas metana yang dapat mengurangi terbentuknya efek rumah kaca, dan dapat meningkatkan produktifitas khususnya petani. 3. Bidang lingkungan, secara langsung aplikasi bakteri ini dapat berpartisipasi dalam mengurangi pemanasan global, sehingga memiliki pengaruh terhadap perubahan iklim global E. Ruang Lingkup Penelitian dan Keterbatasan Penelitian 1. Ruang Lingkup 10

Ruang lingkup dalam penelitian ini dijabarkan pada tabel 1.1 Tabel 1.1 Ruang lingkup penelitian Variabel 1. Reduksi gas Metana Sub Variabel a isolasi dan Karakterisasi Fisiologis dan biokimia Isolat bakteri matanotrof reduksi gas metana pada daerah rhizospher akar 2. Kesuburan Tanah a. Pengukuran a.1 Tinggi kesuburan tanaman Tanaman, Diameter Batang, dan Lebar Daun 3. Produktifitas a. Pengukuran a.1 Produktifitas Penimbangan berat Buah pada 2. Keterbatasan Penelitian Adapun keterbatasan penelitian ini adalah sebagai berikut : Kuantitatif Data Porduktifitas Tanah Kuantitatif Data Kesuburan Tanaman Indikator a.1 Bentuk Koloni, Keresistenan terhadap pH dan Salinitas, Uji INDOL, Kuantitatif Data penurunan emisi gas metana ke atmosfer b.1 Gas metana yang tertampung pada chamber di Rhizospher akar Jenis Data Kualititatif Instrumen Data Isolat dan karakteristiknya

b. Pengukuran IMViC,Katalase

11

a. Data peningkatan emisi gas metana di setiap wilayah masih sangat

kurang, sehingga peneliti akan sulit membandingkan data hasil pengukuran, dengan data yang ada sebelumnyab. Lahan persawahan di provinsi Sulawesi Selatan bergantung pada

intensitas curah hujan yang dilakukan sehingga penggunaannya hanya dalam waktu tertentu, keterbatasan penelitian di sini, peneliti hanya bisa memperkirakan interval dimulainya penelitian hingga berakhirnya penelitian, dan tidak bisa memastikan waktu pegambilan sampel yang baik F. Definisi Istilah/ Operasional 1. Bakteri Methanotroph adalah Bakteri pengoksidasi metana 2. Isolasi Bakteri adalah proses pemisahan bakteri dari habitat tempat hidupnya, ke medium buatan dengan tujuan untuk mendapatkan biakan murni dari proses tersebut 3. Karakterisasi Fisiologi dan Biokimia adalah pengujian secara fisiologi dan Uji biokimia bakteri untuk mendapatkan karakter spesifik dari bakteri tersebut 5. Reduksi Metana adalah pengurangan gas metana penyebab efek rumah kaca yang dilakukan oleh bakteri metanotrof 6. Kesuburan Tanaman adalah Tingkat pertumbuhan tanaman dengan menggunakan inidkator pengukuran tinggi tanaman, diameter batang, dan lebar daun. 7. Produktifitas adalah Kemampuan Tanaman menghasilkan suatu buah tiap gram tanaman.

12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metana Sebagai Gas rumah Kaca Efek rumah kaca adalah proses yang disebabkan oleh radiasi termal pada permukaan bumi yang diserap oleh gas rumah kaca di lingkungan atmosfer dan mengalami perulangan radiasi secara langsung. Ketika bagian dari radiasi ini kembali ke permukaan, energi diubah ke permukaan bawah atmosfer. Dan hasilnya temperatur bumi meningkat. Mekanisme ini hampir sama dengan peristiwa pada rumah kaca sehingga disebut dengan efek rumah kaca (Claussen et al, 2001). Efek rumah kaca, pertama kali diusulkan oleh Joseph Fourier pada 1824, yang menyatakan bahwa efek rumah kaca merupakan proses pemanasan permukaan suatu benda langit (terutama planet atau satelit) 13

yang disebabkan oleh komposisi dan keadaan atmosfernya. Efek rumah kaca dapat digunakan untuk menunjuk dua hal berbeda: efek rumah kaca alami yang terjadi secara alami di bumi, dan efek rumah kaca ditingkatkan yang terjadi akibat aktivitas manusia (Ward et al, 1993) Energi yang masuk ke Bumi (a) 25% dipantulkan oleh awan atau partikel lain di atmosfer (b) 25% diserap awan, (c) 45% diserap permukaan bumi (d) 5% dipantulkan kembali oleh permukaan bumi. Energi yang diserap dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi inframerah oleh awan dan permukaan bumi. Namun sebagian besar inframerah yang dipancarkan bumi tertahan oleh awan dan gas CO2 dan gas lainnya, untuk dikembalikan ke permukaan bumi. Dalam keadaan normal, efek rumah kaca diperlukan, dengan adanya efek rumah kaca perbedaan suhu antara siang dan malam di bumi tidak terlalu jauh berbeda (Heyer et al, 1990) Selain gas CO2, yang dapat menimbulkan efek rumah kaca adalah belerang dioksida, nitrogen monoksida (NO), nitrogen dioksida (NO2) serta beberapa senyawa organik seperti gas metana dan klorofluorokarbon (CFC). Gas-gas tersebut memegang peranan penting dalam meningkatkan efek rumah kaca (Heyer et al, 1990) Metana di atmofer bumi merupakan gas rumah kaca yang berpotensial sebagai penyebab pemanasan global utama jika dibandingkan dengan CO2 selama 100 periode terakhir. Hal ini berarti bahwa emisi metana dapat 25 kali lebih tinggi dibandingkan dengan emisi CO2 dalam 100 tahun terakhir. Di atmosfer bumi, konsentrasi metana telah meningkat hingga 150 % sejak 1750 (Shindell et al, 2009). Di tanah, metana dihasilkan oleh komunitas biologis (bakteri metenogen) dimana komunitas ini hidup dalam kondisi anaerob, dan produk metana ini dilepaskan dalam bentuk gas. Bakteri metanogen dapat menggunakan beberapa substrat berupa bahan organik yang berasal dari material tumbuhan, asetat, dan H2 dan CO2 yang berada dalam tanah. Bakteri metanogen memiliki pH optimum hingga 7 hal ini menunjukkan

14

bahwa gas metana rendah jika kondisi tanah bersifat asam (Graham et al, 1993) Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam proses produksi gas metan. Sebagian dari metan yang diproduksi akan dioksidasi oleh bakteri metanotrof yang bersifat aerobik di lapisan permukaan tanah dan di zona perakaran. Bakteri ini menggunakan metan sebagai sumber energi untuk metabolisme. Sisa metan yang tidak teroksidasi dilepaskan atau diemisikan dari lapisan bawah tanah ke atmosfir melalui tiga cara, yaitu: (1) proses difusi melalui air genangan ; (2) gelembung gas yang terbentuk dan terlepas ke permukaan air genangan melalui mekanisme ebulisi; dan (3) gas metan yang terbentuk masuk kedalam jaringan perakaran tanaman padi dan bergerak secara difusi dalam pembuluh aerinkima untuk selanjutnya terlepas ke atmosfir (Graham et al, 1993). Proses produksi dan emisi gas metan pada lahan sawah dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Produksi dan emisi gas metana (CH4) (Oremland, 1992) B. Persawahan Di Indonesia Sawah adalah tanah yang dibatasi oleh pematang yang digunakan untuk penanaman padi dan diairi dengan pengairan teknis atau tadah hujan (Situmorang dan Untung, 2001). Lahan sawah adalah lahan yang dikelola sedemikian rupa untuk budidaya tanaman padi sawah, dimana 15

padanya dilakukan penggenangan selama atau sebagian dari masa pertumbuhan padi. Yang membedakan lahan ini dari lahan rawa adalah masa penggenangan airnya, pada lahan sawah penggenangan tidak terjadi terus menerus tetapi mengalami masa pengeringan (Sutanto, 2002). Tanah sawah merupakan suatu keadaan di mana tanah tanah yang digunakan sebagai areal pertanaman selalu dalam kondisi tergenang. Penggenangan yang dilakukan pada tanah sawah ini akan mengakibatkan terjadinya beberapa perubahan sifat kimia Padi sawah dibudidayakan pada kondisi tanah tergenang. Penggenangan tanah akan mengakibatkan perubahan- perubahan sifat kimia tanah yang akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman padi. Perubahan- perubahan kimia tanah sawah yang terjadi setelah penggenangan antara lain : penurunan kadar oksigen dalam tanah, penurunan potensial redoks, perubahan pH tanah, reduksi besi (Fe) dan mangan (Mn), peningkatan suplai dan ketersediaan nitrogen, peningkatan ketersediaan fosfor (Situmorang, 1988) Proses pembentukan tanah sawah meliputi berbagai proses; yaitu proses yang dipengaruhi oleh kondisi reduksi oksidasi ( redoks yang bergantian); penambahan dan pemindahan bahan kimia atau partikel tanah; perubahan sifat fisik, kimia, dan mikrobiologi tanah akibat irigasi( pada tanah kering yang disawahkan) atau perbaikan drainase ( pada tanah rawa yang disawahkan). Secara lebih rinci, proses tersebut meliputi: gleisasi dan eluviasi, pembentukan karatan besi dan mangan, pembentukan warna kelabu (grayzation), pembentukan lapisan tapak baja, pembentukan selaput (cutan), penyebaran kembali basa- basa, dan akumulasi atau dekomposisi dan perubahan bahan organik (Hardjowigeno, 2005). C. Bakteri Metanotrof Methanotrof (Biasa disebut bakteri metonofilik) merupakan bakteri yang dapat memetabolisme metana yang digunakan sebagai sumber 16

karbon dan energi. Bakteri ini dapat tumbuh pada lingkungan aerob, dan memanfaatkan carbon untuk bertahan hidup. Di bawah kondisi aerob, bakteri ini mengkombinasikan oksigen dan metana yang akan diubah menjadi formaldehid, yang kemudian akan diubah menjadi susunan bahan organik melalui jalur serin atau jalur RuMP. Bakteri metanotrof terdiri atas beberapa tipe. Type and I metanotrof jenis ini merupakan divisi jalur dari Gammaproteobacteria menggunakan ribulosa

monofosfat (RuMP) untuk mengasimilasi carbon. Type II metanotrof termasuk dalam divisi Alphaproteobacteria dan menggunakan jalur serin untuk mengasimilasi karbon. Metanotrof juga memiliki karakteristik yang mana sistem mebran dalam bakteri ini berlangsung reduksi metana melalui reaksi redoks. Metanotrof umumnya hidp di tanah, terkhusus di lingkungan yang menghasilkan metana. Habitatnya biasanya berada dalam laut, danau, sungai, dan lingkungan tanah seperti lahan persawahan dan perkebunan (Oremland and Culbertson, 1992). Beberapa senyawa yang bersifat racun pada beberapa lingkungan seperti organoklorida oleh bakteri metanotrof diuraikan menjadi zat yang tidak berbahaya sehingga bakteri ini bisanya digunakan sebagai model dalam proses bioremediasi. Metana adalah gas potensial penyebab egek rumah kaca yang jauh lebih potensial dibandingkan dengan karbondioksida. Meanotrof memulai peranan umumnya dalam mereduksi metana sehingga metana tidak langsung dilepaskan ke atmosfer. Peristiwa ini biasanya terjadi pada lahan persawahan, lahan perkebunan, danau, telaga, dan tempat lainnya dimana produksi metana relatif tinggi (Arps et al, 1992) Perbedaan dalam hal mengubah fiksasi formaldehid dan struktur membran menghasilkan bakteri metanotrof menjadi beberapa grup. Grup ini termasuk Methylococcacea dan Methylocystaceae, meskipun keduanya termasuk ke dalam Proteobacteria dan berbeda pada tingkatan sub kelas nya. Spesies metanotrof lainnya ditemukan dalam sub kelas Verrucomicrobiae (Holmes and Roslev,1999) 17

Salah satu karakteristik tanah sawah adalah terbatasnya pasokan oksigen setelah perendaman, sehingga menghasilkan potensial redoks berkurang (Crill, 1991). Sebagai salha satu penyebab gas rumah kaca yang utama, metana umumnya dihasilkan dari sawah. Metana (CH4) bakteri pengoksidasi mengkonsumsi metana pada lahan persawahan, dan karena itu, mengurangi emisi CH4 ke atmosfer (Zheng et al, 2008) Untuk mengisolasi metanotrof pada tanah sawah dan, perlu untuk memeriksa tidak hanya konsentrasi metana dan oksigen, tetapi juga untuk memeriksa penggunaan asam amino sebagai sumber nitrogen untuk perkembangbiakan bakteri. Meskipun oksidasi metana dalam rizosfer dan akar tanaman padi memainkan peran penting dalam mengurangi emisi metana dari ladang sawah.yang telah diketahui interaksinya antara methanothrophs dan tanaman padi (Zheng et al, 2008). Menurut Roslev (1998) Padi tanah di India, ditemukan 1 jenis MOB dengan genus Methylomonas dan Methylocaldum dan jenis MOB II, dengan genus Methylobacterium dan Methylocella dengan metode isolasi analisis DNA dengan pembatasan Amplified ribosom. B. Kerangka Berpikir Keraka berpikir pada karya tulis ini adalahGlobal Warming (Metana Meningkat)

Bakteri Pereduksi metana

Aplikasi pada sawah

Reduksi Metana

Kesuburan Meningkat 18

Prod. meningkat

Metana Menurun

Pencegahan peningkatan global warming

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksploratif yang menggambarkan Penurunan atau reduksi gas metana dan tingkat kesuburan metana pada lahan persawahan di provinsi Sulawesi selatan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi lapangan dan laboratorik yang bertujuan untuk mengukur secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai karakteristik dan aplikasi populasi bakteri ini dalam mereduksi emisi gas metana ke atmosfer dan peningkatan kesuburan tanah di lahan persawahan. B. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan 3 tahap, yaitu tahap pengambilan sampel tanah pada wilayah persawahan di Kabupaten sidrap, tahap isolasi dan karakterisasi fisiologis dan biokimiawi isolat di Laboratorium Mikrobiologi Universitas Negeri makassar, tahap aplikasi dengan menguji bakteri hasil karakterisasi pada lahan persawahan dalam mengurangi 19

emisi gas metana, dan tahap pengukuran kesuburan tanaman akibat aplikasi bakteri metanotrof. Penelitian ini dimulai pada awal januari 2011 dan berakhir akhir mei 2011. C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung atau pengukuran kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dan semua anggota kumpulan lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya (Sudjana, 1995). Populasi dalam penelitian ini adalah Bakteri metanotrof hasil isolasi yang berada di provinsi Sulawesi selatan yang selanjutnya akan diaplikasikan pada lahan persawahan dalam mengurangi reduksi gas metana dan peningkatan kesuburan tanaman padi di kab.sidrap provinsi Sulawesi Selatan. 2. Sampel Penelitian Sampel adalah sebagian dari populasi yang dijadikan obyek yang sebenarnya dari suatu penelitian (Poerwati et al, 1994). Sampel dalam penelitian ini adalah tanah persawahan yang diperoleh dari Kab. Sidenreng Rappang dan akan diteliti bakteri metanotrof yang hidup di dalamnya, karakteristiknya serta aplikasinya dalam mengurangi emisi gas metana dan kesuburan tanah. Sampel diambil dengan metode simple random sampling. Simple random sampling adalah pengambilan secara acak sederhana, dimana setiap unit populasi memperoleh kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel (Poerwati et al, 1994) D. Variabel Penelitian Adapun variabel Penelitian ini adalah a) Reduksi gas metana, dan b) Tingkat kesuburan tanaman Padi E. Prosedur penelitian 1. Alat dan Bahan a) Alat Alat yang digunakan sebagai berikut: a.1 Alat Isolasi Bakteri 20

1) Cool Box 2) Autoclav 3) Oven4) Mikropipet

6) Inkubator

7) Beaker Glass 8) Spatula 9) Hot Plate 10)Corong 10011)Mikroskop 12)Gelas Ukur 25 ml dan 10 ml

Soccorexukuran (1-10,10-100,dan 1000 l) 5) Timbangan a.2 Alat Karakterisasi fisiologis dan biokimia 1) Laminar Air Flow 2) Cawan Petri 3) Mikroskop 4) Kaca Preparat dan Deck Glass 5) Pipet tetes 6) Tabung Reaksi a.3 Alat Uji Reduksi Metana 1) Mikroplot 2) Sungkup 3) Syringe 4) Kipas 5) Termometer 6)Kromatografi Gas Shimadzu seri 17A a.4 Alat Uji Kesuburan Tanaman 1) Mistar 2) Lup 3) Gunting b) Bahan

7) Rak tabung Reaksi 8) Labu Erlenmeyer 9) Gelas Ukur 10 dan 25 ml10)

MikropipetSoccore

xukuran(1-10,10-100,dan 100-1000 l

Adapun bahan yang digunakan meliputi : b.1 Bahan Isolasi 21

1) Tanah Sawah2) Media agar NMS (Nitrat Mineral Salt)

3) Air Distilasi b.2 Bahan Karakterisasi fisiologis dan Biokimia 1) Isolat Hasil Isolasi 2) Media Agar NMS 3) Pewarna Gram4) API-Kit (API20NE)

b.3 Bahan Uji reduksi Metana 1) Gas Hasil Tampungan Chamber b.4 Bahan Uji Kesuburan Tanaman 1) Tanaman Padi b.5 Bahan Uji Produktifitas Tanaman 1) Neraca Analitik 2) Sabit 2. Prosedur Kerja a) isolasi Bakteri Dari Lahan Persawahan Sampel tanah persawahan rencananya diambil pada daerah rhizosphere akar sebanyak 1 kg dari 5 titik dengan menggunakan cool box, sampel ini kemudian dibawa langsung ke laboratorium mikrobiologi untuk diisolasi pada media padat NMS (Nitrat Mineral Salt) dengan tujuan mendapatkan koloni bakteri metanotrof dan akan dipindahkan pada tabung reaksi untuk memperoleh kultur murni bakteri metanotrof. Proses inkubasi dilakukan selama 48 jam dalam incubator. b) Karakterisasi fisiologis dan biokimia Isolat Karakterisasi terlebih dahulu dilakukan dengan pewarnaan gram, dengan tujuan mengidentifikasi isolat ke dalam bakteri gram positif atau bakteri gram negative. Pengecatan ini menggunakan gram A (Crystal violet), gram B (Mordan Lugol-Iodium), gram C (Alkohol-aseton), dan Gram D (Safranin). Kemudian dilanjutkan dengan uji fisiologis dan biokimiawi isolat dengan menggunakan APIKit (API20NE). 22

c) Aplikasi Bakteri Dalam Reduksi Metana Bakteri metanotrof hasil isolasi diujikan kepada tanah sawah experimen dengan membentuk mikroplot berukuran 1,5 m x 1,5 m x 1 m. Untuk mencegah tercampurnya tanah eksperimen dengan tanah di sekitarnya, mikroplot dilapisi dengan plastik. Jumlah mikroplot bergantung pada jumlah spesies yang didapatkan, dan digunakan satu mikroplot lagi sebagai control. Pengambilan sampel gas metana dilakukan pada pukul 08.00-16.00 WITA, dengan menggunakan sungkup terbuat dari bahan akrilik tebal 5 mm, dengan ukuran alas 35 X 35 cm, dan tinggi 100 cm, dilengkapi dengan termometer dan kipas angin kecil untuk mengaduk udara dalam sungkup, agar homogen (Gambar 1). Setelah gas tertampung, gas kemudian diambil dengan menggunakan syringe sebanyak 35 ml. Pengambilan contoh gas dilakukan pada pukul16.00 setelah itu sungkup di tutup kembali. Konsentrasi gas metana diukur dengan menggunakan kromatografi gas merek Shimadzu seri 17A yang dilengkapi dengan Flame Ionization Detector (FID) dengan gas pembawa Helium (He)

Keterangan 1. Sungkup Penangkap gas 2. Jarum Suntik 23

3. Kipas Angin 4. Termometer H. Ketinggian efektif Gambar 3.1. Skema Sungkup Penangkap Gas Metana (CH4) (Crill, 1991) d) Pengukuran Tingkat Kesuburan Tanaman Pengukuran kesuburan tanaman dilakukan dengan mengukur tinggi tanaman,yang diukur mulai pangkal batang ke ujung daun terpanjang, diameter batang, dan lebar daun. Ketiga variabel ini kemudian dibandingkan dengan kontrol yang tidak diberikan bakteri metanotrof. e) Pengukuran Produktifitas Tanaman Produktifitas diukur ketika tanaman padi telah menghasilkan buah. Pengukuran dilakukan dengan menimbang berat buah yang dihasilkan per tanaman yang kemudian dibandingkan dengan kontrol. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Isolat yang didapatkan dibiakkan di dalam medium NMS dan dimurnikan di dalam agar miring. Isolat bakteri metanotrof kemudian dikarakterisasi dengan tujuan untuk mendapatkan bakteri yang terbaik sehingga aplikasi pada lahan persawahan lebih maksimal. Jumlah isolat yang didapatkan sebanyak 3 isolat dan dapat dilihat pada Gambar 4.1.

24

Gambar 4.1. (a) Isolat a, koloni berwarna merah tua dan berbentuk bulat. (b) Isolat b, Koloni Berbetuk bulat,berwarna keunguan. (c) Koloni berbentuk bulat dan tampak berwarna coklat muda Karakterisasi dilakukan dengan melakukan pengamatan morfologi dan uji fisiologis dan biokimia dengan menggunakan APIKit yang terdiri dari beberapa uji seperti uji pertumbuhan, fiksasi nitrogen, dan uji serin, hasil didapatkan sebagai berikut (Tabel 4.1). Tabel 4.1 Karakteristik Bakteri Metanotrof Isola t A B C Morfologi sel Coccus Basil Coccus Pertumbuha n (45oC) Tidak Tidak Ya Fiksasi Uji Nitrogen serin Ya Ya Tidak Tidak Ya Ya

Aplikasi isolat bakteri metanotrof pada tanah dilakukan dengan menggali lubang pada daerah sekitar tanaman dan isolat bakteri dimasukkan pada lubang yang telah digali. B. Aplikasi Bakteri Metanotrof 1. Pengukuran Kadar gas metana Gas metana yang dikeluarkan kemudian ditampung menggunakan sungkup (chamber) dan dibiarkan selama dua minggu. Pengambilan sampel dilakukan pada pagi hari dengan menggunakan syringe, dan diuji dengan menggunakan Kromatografi Gas. Hasil Uji sebagai berikut (Tabel 3). Tabel 4.2 Kadar Gas Metana Hasil Pengukuran dengan Kromatografi Isolat Isolat A Isolat B Isolat C Kontrol 2. Pengukuran Kesuburan Tanaman 25 Kadar Gas (mg m-2 d-1) 17.88 17.45 16.44 32.57

Pengukuran kesuburan tanaman dilakukan dengan menggunakan tiga indikator, yaitu tinggi tanaman, diameter batang, dan lebar daun (Tabel 4) Tabel 4.3 Pengukuran Kesuburan Tanaman Isolat Kontrol Isolat A Isolat B Isolat C Indikator Diameter Batang (cm) 1.1 1.2 1.2 1.3

Tinggi Tanaman (cm) 67.5 74.7 70.8 73.5

Lebar Daun (cm) 1.9 2.3 2.4 2.4

3. Pengukuran Produktifitas Tanamam Padi yang telah menghasilkan buah, kemudian dipanen, dan dilakukan penimbangan berat, sebagai berikut (Tabel 4.4) Tabel 4.4 Pengukuran Produktifitas Tanaman Isolat A B C Kontrol B. Pembahasan 1. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Bakteri metanotrof hidup pada daerah rhizospher akar dan dalam keadaan anaerob, bakteri ini memanfaatkan metana sebagai sumber metabolismenya dan menghasilkan bahan organik. Isolasi bakteri ini dilakukan dengan mengambil sampel tanah persawahan pada daerah rhizosphere akar, kemudian mengisolasinya kedalam medium NMS untuk perkembangbiakannya. Hasil isolasi didapatkan jumlah isolat sebanyak tiga isolat, masing masing diberikan tanda Isolat A, Isolat B, dan Isolat C. Koloni isolat A 26 Produktifitas (gr/Tan) 30.1 33.5 37.6 27.1

berbentuk bulat, dengan koloni tampak berwarna kuning, Hasil analisis mikroskopis tampak bentuk bakteri coccus dan hidup berkoloni, hasil pengecatan gram tampak bakteri pada isolat ini menyerap warna merah muda, menandakan bahwa bakteri ini merupakan jenis bakteri gram negatif. Uji biokimiawi dan fisiologis koloni A dengan menggunaka apiKIT 20 didapatkan Isolat A tidak mampu tumbuh pada suhu 45 oC, dapat memfiksasi nitrogen, dan tidak dapat menghidrolisis serin. Hal ini menandakan bahwa isolat A tidak resisten terhadap suhu tinggi dan tidak cocok di ujicobakan pada tanah yang bersuhu tinggi. Isolat A juga mampu memfiksasi nitrogen sehingga secara tidak langsung nitrogen yang dihasilkan dapat digunakan tanaman untuk metabolismenya. Islat juga tidak mampu menghidrolisis serin yang merupakan salah satu jenis asam amino. Koloni Isolat B berbentuk bulat dengna pinggiran bergerigi, koloni berwarna hijau, dengan permukaannya licin. Di bawah mikroskop bakteri berbentuk basil dan hidup berkoloni. Hasil pengecatan gram menghasilkan warna bakteri berwarna merah muda menandakan bakteri gram negatif. Hasil uji biokimiawi, didapatkan Isolat B tidak mampu tumbuh pada suhu 45oC, dapat memfiksasi nitrogen, dan dapat menghidrolisis serin. Hal ini menandakan bahwa isolat B juga tidak mampu tumbuh pada suhu tinggi dan tidak cocok diaplikasikan pada tanah dengan suhu yang tinggi. Isolat B dapat memfiksasi nitrogen bebas di udara. Nitrogen bebas tidak mampu diserap atau tidak bisa digunakan langsung oleh tumbuhan. Bakteri metanotrof dapat menjadi perantara dengan kemampuan memfiksasi nitrogen sehingga dapat digunakan oleh tumbuhan untuk memeproleh hara beruapa nitrogen. Isolat B mampu menghidrolisis serin yang merupakan salah satu jenis asam amino, sehingga dapat membentuk protein untuk aktivitas tubuhnnya khusunya asam amino berupa serin. 27

Isolat C memiliki morfologi koloni berbentuk bulat, dengan warna koloni kuning tua. Bentuk bakteri ini coccus dan jika dilakukan pengecatan maka tampak berwarna merah muda menandakan bakteri ini adalah bakteri gram negatif. Koloni C diuji secara biokimiawi dan fisiologis didapatkan Isolat C mampu tumbuh pada suhu 45oC, tidak dapat memfiksasi nitrogen, dan dapat menghidrolisis serin. Hal ini menandakan bahwa isolat C resisten terhadap suhu tinggi dan cocok di ujicobakan pada tanah yang bersuhu tinggi. Isolat C tidak mampu memfiksasi nitrogen sehingga secara tidak langsung nitrogen yang dihasilkan tidak dapat digunakan tanaman untuk metabolismenya. Isolat ini juga mampu menghidrolisis serin yang merupakan salah satu jenis asam amino penyusun tubuh dan pembentuk enzim. 2. Aplikasi Bakteri metanotrof a) Pengukuran kadar gas Metana Aplikasi dilakukan dengan memasukkan isolat bakteri yang telah tercampur dengan tanah ke daerah rhizosphere dari akar. Gas metana yang dilepaskan kemudian ditampung dalam sungkup (chamber), kemudian kadarnya diukur dengan menggunakan kromatografi gas. Sampel gas diambil pada bulan januari, bulan ini mewakili musim penghujan. Musim penghujan dipilih karena tanah pada musim ini bersifat anaerob karena terbanjiri oleh air, dan bakteri metanotrof sangat menyukai kondisi seperti ini. Hasil yang didapatkan adalah terjadi peningkatan kadar gas metana pada setiap isolat yang diberikan, hal ini dapat dilihat pada tabel 4.4 dimana kontrol memiliki kadar 32.57 mg m-2 d1

, sedangkan isolat lain memiliki nilai berada jauh di bawahnya. Metanotrof

dapat mereduksi gas metana yang dihasilkan oleh bakteri metanogen, hingga pelepasan gas metana ke atmosfer dapat berkurang. Hal ini dapat membantu pengurangan emisi gas rumah kaca secara tidak langsung, hingga efek pemanasna global dapatr ditekan hingga menurun. b) Kesuburan Tanaman 28

Bakteri

metanotrof

yang

menggunakan

metana

dalam

metabolismenya, mampu menghasilkan bahan organik metabolisme sekundernya. Bahan organik ini dapat digunakan oleh tanaman untuk pertumbuhannya. Kesuburan tanaman dari aplikasi bakteri ini diukur dengan menggunakan tiga indikator, yaitu tinggi tanaman, yang diukur dari pangkal batang, hingga ke ujung daun yang terpanjang, diameter batang, dan lebar daun. Ketiga indikator ini dibandingkan dengan lokal kontrol. Tinggi tanaman yang diukur dari pangkal batang hingga ujung daun terpanjang, untuk tumbuhan yang diberikan isolat A tinggi tanaman adalah 74.7 cm, ukuran ini lebih tinggi dibandingkan dengan lokal kontrol dengan tinggi tanaman hanya 67.5 cm, batang tumbuhan yang diberikan isolat A berdiameter 1.2 cm dan lebar daun 2.3 cm. Pada tumbuhan kontrol, diameter batang adalah 1.1 cm dan lebar daun 1.9 cm. Dari perbandingan antara kontrol dan tanaman yang diberikan isolat, maka terlihat jelas bahwa tanaman yang diberikan isolat cenderung lebih subur. Tanaman yang diberikan isolat B, tinggi tanaman adalah 70.8 cm, diameter batang 1.2 cm, dan lebar daun 2.4 cm. Isolat C, tinggi tanaman adalah 73.5 cm, dengan diameter batang 1.3 cm, dan lebar daun 2.4 cm perbandingan dengan lokal kontrol menunjukkan bahwa isolat B dan C juga tumbuh lebih subur dibandingkan dengan lokal kontrol. Bakteri metanotrof dalam jalur metabolismenya, mampu memfiksasi nitrogen, seperti isolat A dan Isolat B. Nitrogen yang bebas di udara dalam bentuk N2, yang tidak dapat diikat oleh tumbuhan. Bakteri ini mampu mengubah senyawa N2 menjadi senyawa organik, sehingga dapat tersedia oleh tumbuhan dalam pemenuhan unsur hara nya. Jalur metabolisme bakteri metanotrof terdiri atas dua jalur, yakni jalur serin dan RuMP, pada jalur serin, bakteri ini menghasilkan pospat yang juga dapat digunakan untuk pertumbuhan tanaman. Posfat ini berperan dalam pertumbuhan sel dan pembentukan dinding sel.

29

Jalur RuMP menghasilkan gliseraldehid 3 fosfat,yang juga dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan untuk melakukan metabolisme karbohidrat untuk menghasilkan energi. c) Produktifitas Tanaman Produktifitas tanaman diukur pada saat tanaman padi menghasilkan buah. Berat diukur dengan menggunakan neraca analitik dan didapatkan hasil untuk kontrol memilii berat 27.1 gr/ tanaman, isolat A 30.1 gr/ tanaman, isolat B 33.5 gr/ tanaman dan isolat C 37.6 gr/ tanaman. Bahan organik yang dihasilkan oleh bakteri metanotrof dapat digunakan secara efektif oleh tumbuhan dalam proses fotosintesis yang hasilnya akan diangkut ke buah. Semakin banyak bakteri metanotrof menambat nitrogen, maka semakin banyak juga hasil fotosintesis yang dihasilkan oleh tumbuhan yang nantinya akan disimpan di dalam buah. Bakteri metanotrof dengan menghasilkan fosfor, maka dapat membantu pembentukan bulir buah padi, sehingga semakin banyak fosfor, maka akan semakin banyak bulir buah padi yang akan terbentuk.

30

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dan dipaparkan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut, 1. Hasil kromatografi gas menunjukkan terjadi penurunan kadar gas metana sebesar 22.62 mg m-2 d-1 (Isolat A), 23.05 mg m-2 d-1(Isolat B), dan 24,06 mg m-2 d-1 (Isolat C) pada lahan perrsawahan. 2. Masing-masing tanaman menunjukkan peningkatan kesuburan yang lebih tinggi dibandingkan dengan lokal kontol pada lahan persawahan 3. Produktifitas sawah meningkat setelah diberikan bakteri ini. Produktivitas tanaman padi meningkat yang pada awalnya 27.1 gr/tanaman (Kontrol) menjadi 30.1 gr/tanaman (Isolat A), 33.5 gr/tanaman (Isolat B), dan 37.6 gr/tanaman B. Saran Saran yang dapat penulis kemukakan sehubungan dengan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut, 31

1. Bidang penelitian, peneliti dapat melakukan penelitian lebih lanjut tentang identifikasi secara tidak langsung masing-masing isolat ini hingga dapat diketahui spesies bakteri yang termasuk dalam bakteri metanotrof di lahan persawahan 2. Bidang pertanian, petani dapat memanfaatkan bakteri ini bagi kesuburan tanaman, hingga dapat maksimal dan ekonomis 3. Bidang lingkungan, aplikasi bakteri ini sekiranya dapat digunakan dengan baik dalam mengurangi pemanasan global (Global warming) khususnya di wilayah sulawesi selatan yang sebagian besar daerahnya adalah daerah persawahan C. Implikasi Kebijakan Wilayah Sulawesi selatan yang merupakan wilayah yang sebagian besar areanya adalah persawahan termasuk penyumbang terbesar gas metana penyebab rumah kaca di Indonesia. Pemerinta provinsi dalam menghadapi situasi ini, dapat mengambil kebijakan untuk mengurangi dampak pemanasan global melalui aplikasi bakteri ini ke ladang persawahan melalui petani di provinsi sulawesi selatan. menghasilkan produksi secara

32

DAFTAR PUSTAKA

Arps, P. J., G. F. Fulton, C. Minnich, and M. E. Lidstrom. 1992. Genetics of the serine pathway enzymes in Methylobacterium extorquens AM1: phosphoenolpyruvate carboxylase and malylcoenzyme A lyase. J. Bacteriol. 175: 37763783. Claussen V. A. Cochran, and D. P. Davis, Climate Change: Science, Strategies, & Solutions, University of Michigan, 2001. p. 373 Crill, P. M., R. C. Harriss, and K. B. Bartlett. 1991. Methane fluxes from terrestrial wetland environments, p. 91109. In J. E. Rogers and W. B. Whitman (ed.), Microbial production and consumption of greenhouse gases. American Society for Microbiology, Washington, D.C. Graham, D. W., J. A. Chaudhary, R. S. Hanson, and R. G. Arnold. 1993. Factors affecting competition between type I and type II methanotrophs in continuous-flow reactors. Microb. Ecol. 25:117. Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu Tanah. PT Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta. Heyer, J. 1990. Der dreislauf des methan. Mikrobiologie, okologie. Nutzung. Akademie-Verlag, Berlin Roslev, P., Iversen, N., Henriksen, K., 1997. Oxidation and assimilation of atmospheric 33

methane by soil methane oxidizers. Applied and Environmental Microbiology 63(3), 874}880 . Holmes, A. J., P. Roslev, I. R. McDonald, N. Iversen, K. Henriksen, and J. C. Murrell. 1999. Characterization of methanotrophic bacterial populations in soils showing atmospheric methane uptake. Appl. Environ. Microbiol. 65: 33123318 Oremland RS, Culbertson CW. 2002. Evaluation of methyl fluoride and dimethyl ether as inhibitors of aerobic methane oxidation. U.S. Geological Survey, ms 465, 345 Middlefield Road, Menlo Park, California 94025 Poerwati et al, 1994. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian. UMM Press. Malang Roefiq A. 1995. 2000. Metodologi Penelitian. FKIP UMM Press, Malang. Roslev, P., Madsen, P. L., Thyme, J. B., Henriksen, K. 1998. Degradation of Phthalate and Di-(2-Ethylhexyl)phthalate by Indigenous and Inoculated Microorganisms in Sludge-Amended Soil. Appl. Environ. Microbiol. 64: 4711-4719 Rudd, J. W. M., and C. D. Taylor. 1980. Methane cycling in aquatic environments. Adv. Aquat. Microbiol. 2:77150. Shindell, Drew T. 2005. An emissions-based view of climate forcing by methane and tropospheric ozone. Geophysical Research Letters 32: L04803. Bibcode 2005GeoRL..3204803S. doi:10.1029/2004GL021900 Situmorang, J. 1988. Dampak Investasi Perbaikan Sistem Irigasi terhadap Sistem Pertanian. UGM Press. Jogjakarta. Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Pemasyarakatan dan Pengembangannya. Penerbit Kanisius, Yogyakarta Ward, G.M., Doxtader, K.G., Miller, W.C., Johnson, D.E., 1993. E!ects of intensication of agricultural practices on emissions of greenhouse gases. In Khalil, M.A.K., Shearer, M.J. (Eds.), Atmospheric Methane: Sources, Sinks and Role in Global Change. Proceedings of the NATO Advanced Research Workshop, Mount Hood, Oregon, 7}11 October 1991. Chemosphere 26(1}4), 87}93.

34

Woodland, M. P., and H. Dalton. 1984. Purification and characterization of component A of the methane monooxygenase from Methylococcus capsulatus (Bath). J. Biol. Chem. 259:535 Zheng Xunhua .2008. Effects of irrigation on nitrous oxide, methane and carbon dioxi8e fluxes in an Inner Mongolian steppe. Microbiol. 2:87450.

.

. LAMPIRAN

A. Lahan Persawahan

35

B. Sungkup penangkap Gas

C. Pengambilan Gas BIODATA PENULIS Penulis lahir di sambueja, 09 Februari 1989, di wilaya Kab.Maros. Penulis memulai sekolahnya di SD Inpres Ka ambon, Kab.Minahasa, Sulawesi Utara, dan melanjutkan di SMP Negeri 1 Likupang, Kab Minahasa, Sulawesi Utara, Setelah tamat SMP, penulis kemudian melanjutkan ke SMA di SMA N 2 Parepare, dan setelah tamat dari SMA. Penulis melanjutkan kuliahnya di Strata Satu (S1) Jurusan Biologi Universitas Negeri Makassar, dan telah selesai pada tahun 2010 dengan meraih gelar Sarjana Sains. Selama melanjutkan kuliah di biologi, penulis pernah mendapatkan juara lomba penulis terbaik yang diadakan oleh LPM Profesi Universitas 36

negeri makassar dengan mengangkat tema Profesionalisme dalam PPG. Penulis merupakan lulusan terbaik Fakultas MIPA wisuda III dengan memperoleh IPK 3.83 dan sekarang telah melanjutkan studi S2 nya pada program pascasarjana Universitas Hasanuddin program studi Ilmu Biomedik. Saat ini Penulis diperbantukan sebagai tenaga laboratorium Biologi FMIPA UNM.

37