apklin farmakokinetik

2
1. Sindrom Stevens-Johnson (SJS) dan epidermal toksik nekrolisis (TEN) jarang terjadi, penyakit ini adalah kondisi yang mengancam jiwa yang biasanya berhubungan dengan obat- obatan yang digunakan. Penyakit ini adalah bentuk parah dari dermatitis eksfoliatif, dan ditandai dengan eritema epidermal yang luas dan terik, yang mengarah ke nekrosis dan detasemen epidermis. Penyakit ini juga dapat menyebabkan lesi mukokutan. Awalnya, penyakit ini perkembangan dari efek prodromal seperti demam, malaise, batuk, fotofobia dan keratoconjunctivitis, penyakit ini biasanya terjadi satu sampai tiga minggu setelah memulai pengobatan dalam kasus- kasus yang disebabkan oleh reaksi yang merugikan. Lesi biasanya muncul 1-3 hari kemudian. Sie, D., Bentley, J., 2014. Stevens-Johnson syndrome and toxic epidermal necrolysis. The Pharmaceutical Journal. 2. Alergi obat merupakan salah satu jenis reaksi yang merugikan terhadap obat dan mencakup spektrum reaksi hipersensitivitas dengan mekanisme heterogen dan presentasi klinis. Riwayat mendalam penting untuk pengelolaan alergi obat. Pengujian laboratorium memiliki peran yang sangat terbatas dalam pengelolaan alergi obat. Tantangan dosis dan prosedurdinilai untuk menginduksi toleransi obat yang mungkin diperlukan pada pasien dengan alergi obat ketika ada kebutuhan yang nyata untuk agen tertentu. Manajemen reaksi untuk agen tertentu, termasuk antibiotik β-laktam, sulfonamid, anestesi lokal, media radiocontrast, inhibitor angiotensin-converting enzyme, obat anti-inflamasi nonsteroid, dan pengubah biologis, akan dibahas lebih lanjut secara rinci. Khan, D.A., Solensky, R. Drug Allergy. The Journal of Allergy and Clinical immunology. Volume 125, Issue 2, Supplement 2, Pages S126– S137.e1 (aku ga tau nulise wkkw) 3. Obat Parkinson dapat melawan atau meniadakan efek antipsikotika dan dapat mencetuskan gejala psikosis pada pasien yang ditangani dengan kedua jenis obat. Dengan demikian,di anjurkan untuk

Upload: hanna-kalita-mahandhani

Post on 08-Nov-2015

220 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

apklin

TRANSCRIPT

1. Sindrom Stevens-Johnson (SJS) dan epidermal toksik nekrolisis (TEN) jarang terjadi, penyakit ini adalah kondisi yang mengancam jiwa yang biasanya berhubungan dengan obat-obatan yang digunakan. Penyakit ini adalah bentuk parah dari dermatitis eksfoliatif, dan ditandai dengan eritema epidermal yang luas dan terik, yang mengarah ke nekrosis dan detasemen epidermis. Penyakit ini juga dapat menyebabkan lesi mukokutan. Awalnya, penyakit ini perkembangan dari efek prodromal seperti demam, malaise, batuk, fotofobia dan keratoconjunctivitis, penyakit ini biasanya terjadi satu sampai tiga minggu setelah memulai pengobatan dalam kasus-kasus yang disebabkan oleh reaksi yang merugikan. Lesi biasanya muncul 1-3 hari kemudian.

Sie, D., Bentley, J., 2014. Stevens-Johnson syndrome and toxic epidermal necrolysis. The Pharmaceutical Journal.2. Alergi obat merupakan salah satu jenis reaksi yang merugikan terhadap obat dan mencakup spektrum reaksi hipersensitivitas dengan mekanisme heterogen dan presentasi klinis. Riwayat mendalam penting untuk pengelolaan alergi obat. Pengujian laboratorium memiliki peran yang sangat terbatas dalam pengelolaan alergi obat. Tantangan dosis dan prosedurdinilai untuk menginduksi toleransi obat yang mungkin diperlukan pada pasien dengan alergi obat ketika ada kebutuhan yang nyata untuk agen tertentu. Manajemen reaksi untuk agen tertentu, termasuk antibiotik -laktam, sulfonamid, anestesi lokal, media radiocontrast, inhibitor angiotensin-converting enzyme, obat anti-inflamasi nonsteroid, dan pengubah biologis, akan dibahas lebih lanjut secara rinci.Khan, D.A., Solensky, R. Drug Allergy. The Journal of Allergy and Clinical immunology. Volume 125, Issue 2, Supplement 2, PagesS126S137.e1 (aku ga tau nulise wkkw)3. Obat Parkinson dapat melawan atau meniadakan efek antipsikotika dan dapat mencetuskan gejala psikosis pada pasien yang ditangani dengan kedua jenis obat. Dengan demikian,di anjurkan untuk menurunkan dosis obat Parkinson sebaliknya antipsikotika dapat memperburuk gejala Parkinson,sedangkan anti depresiva dapat memperkuat efek kognitif dari antikolinergika.John G. Nutt, M.D., and G. Frederick Wooten, M.D., Diagnosis and Initial Management of Parkinson's Disease, http://content.nejm.org/cgi/content/full/353/10/1021, 8 September 2005.4. Fisostigmin mudah diserap melalui saluran cerna, tempat suntikan maupun melalui selaput lendir lain. Seperti atropine, fisostigmin dalam obat tetes mata dapat menyebabkan efek sistemik. Hal ini dapat dicegah dengan menekan sudut medial mata dimana terdapat kanalis lakrimalis. Bila fisostigmin diteteskan pada konjungtiva bulbi, maka terlihat suatu perubahan yang nyata pada pupil berupa miosis, hilangnya daya akomodasi dan hyperemia konjungtiva. Miosis terjadi cepat sekali, dalam beberapa menit, dan menjadi maksimal setelah setengah jam. Tergantung dari antikolinesterase yang digunakan, kembalinya ukuran pupil ke normal dapat terjadi dalam beberapa jam (fisostigmin) atau beberapa hari sampai seminggu (DFP).

5. Alkaloid belladonna mudah diserap dari semua tempat, kecuali dari kulit. Alkaloid belladonna mengurangi secret hidung, mulut, faring dan bronkus. Pemakaiannya ialah pada medikasi preanestetik untuk mengurangi sekresi lendir pada jalan napas.

6. Epinefrin pada pemberian oral, tidak mencapai dosis terapi karena sebagian besar dirusak oleh enzim COMT dan MAO yang banyak terdapat pada dinding usus dan hati. Pada penyuntikan SK, absorpsi yang lambat terjadi karena vasokontriksi lokal, dapat di percepat dengan memijat tempat suntikan. Absorpsi yang lebih cepat terjadi dengan penyuntikan IM. Pada pemberian lokal secara inhalasi, efeknya terbatas terutama pada saluran napas, tetapi sistemik dapat terjadi, terutama bila digunakan dosis besar. Epinefrin menimbulkan efek mirip stimulasi saraf adrenergic. Ada beberapa perbedaan karena neurotransmitor pada saraf adrenergic adalah NE. efek yang paling menonjol adalah efek terhadap jantung, otot polos pembuluh darah dan otot polos lain.

Farmako UI 2007