apensisitis

29
1 BAB I PENDAHULUAN Appendisitis adalah peradangan yang terjadi pada appendix vermicularis. Appendix merupakan organ tubular yang terletak pada pangkal usus besar yang berada di perut kanan bawah dan organ ini mensekresikan IgA namun seringkali menimbulkan masalah bagi kesehatan. Peradangan akut Appendix atau Appendicitis acuta menyebabkan komplikasi yang berbahaya apabila tidak segera dilakukan tindakan bedah. Appendisitis merupakan kasus bedah akut abdomen yang paling sering ditemukan. Appendisitis dapat mengenai semua kelompok usia. Hanya 50-70% kasus yang bisa didiagnosis dengan tepat pada saat penilaian awal. Semua kasus appendicitis memerlukan tindakan pengangkatan dari Appendix yang terinflamasi, baik dengan laparotomy maupun dengan laparoscopy. Apabila tidak dilakukan tindakan pengobatan, maka angka kematian akan tinggi, terutama disebabkan karena peritonitis dan syok. Reginald Fitz pada tahun 1886 adalah orang pertama yang menjelaskan bahwa Appendicitis acuta merupakan salah satu penyebab utama terjadinya akut abdomen di seluruh dunia 3. Appendicular infiltrat merupakan komplikasi dari appendisitis acut yang terjadi bila appendisitis gangrenosa atau mikroperforasi dilokalisir atau dibungkus oleh omentum dan/atau lekuk usus halus. 1

Upload: santyoona

Post on 12-Jan-2016

16 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

apendisitis adalah kegawatdaruratan yang segera harus ditatalaksana.penegakan diagnosis dapat dilakukan dengan anmnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksan laboratorium

TRANSCRIPT

Page 1: apensisitis

1

BAB IPENDAHULUAN

Appendisitis adalah peradangan yang terjadi pada appendix vermicularis.

Appendix merupakan organ tubular yang terletak pada pangkal usus besar yang

berada di perut kanan bawah dan organ ini mensekresikan IgA namun seringkali

menimbulkan masalah bagi kesehatan. Peradangan akut Appendix atau

Appendicitis acuta menyebabkan komplikasi yang berbahaya apabila tidak segera

dilakukan tindakan bedah.

Appendisitis merupakan kasus bedah akut abdomen yang paling sering

ditemukan. Appendisitis dapat mengenai semua kelompok usia. Hanya 50-70%

kasus yang bisa didiagnosis dengan tepat pada saat penilaian awal.

Semua kasus appendicitis memerlukan tindakan pengangkatan dari

Appendix yang terinflamasi, baik dengan laparotomy maupun dengan

laparoscopy. Apabila tidak dilakukan tindakan pengobatan, maka angka kematian

akan tinggi, terutama disebabkan karena peritonitis dan syok. Reginald Fitz pada

tahun 1886 adalah orang pertama yang menjelaskan bahwa Appendicitis acuta

merupakan salah satu penyebab utama terjadinya akut abdomen di seluruh dunia 3.

Appendicular infiltrat merupakan komplikasi dari appendisitis acut yang

terjadi bila appendisitis gangrenosa atau mikroperforasi dilokalisir atau dibungkus

oleh omentum dan/atau lekuk usus halus.

1

Page 2: apensisitis

2

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Appendix

Apendiks merupakan suatu organ yang berbentuk tabung dan panjangnya

kira-kira, dan berpangkal di sekum. Lumennya sempit di bagian proximal dan

melebar di bagian distal. Pada bayi, appendiks berbentuk kerucut, lebar pada

pangkalnya dan menyempit diujungnya.  Pangkalnya terletak pada posteromedial

caecum. Apendiks terletak dikuadran kanan bawah abdomen. Tepatnya di

ileosecum dan merupakan pertemuan ketiga taenia coli (taenia libera, taenia

colica, dan taenia omentum). Dari topografianatomi, letak pangkal appendiks

berada pada titik Mc Burney, yaitu titik pada garis antara umbilicus dan SIAS

kanan yang berjarak 1/3 dari SIAS kanan.1

Apendiks vermiformis  disangga  oleh  mesoapendiks  yang bergabung

dengan  mesenterium  usus  halus  pada  daerah  ileum  terminal. Mesenteriolum

berisi a. Apendikularis (cabang a.ileocolica). Orificiumnya 2,5cm  dari  katup

ileocecal.  Mesoapendiknya  merupakan  jaringan  lemak  yang mempunyai

pembuluh appendiceal dan terkadang juga memiliki limfonodi kecil. Pada  65  %

kasus,  apendiks  terletak  intraperitoneal.  Kedudukan  itu memungkinkan

apendiks bergerak dan ruang geraknya bergantung pada panjang mesoapendiks.2

Appendiks dipersarafi oleh parasimpatis dan simpatis. Persarafan

parasimpatis berasal dari cabang nervus vagus yang mengikuti arteri mesenterika

superior dan arteri appendikularis, sedangkan persarafan simpatis berasal dari

nervus thorakalis X. Oleh karena itu, nyeri viseral pada appendisitis bermula di

sekitar umbilikus. Pendarahan appendiks berasal dari arteri appendikularis,

cabang dari a.Ileocecalis, cabang dari a. Mesenterica superior. A. Appendikularis

merupakan arteri tanpa kolateral. Jika arteri ini tersumbat, misalnya karena

trombosis pada infeksi, appendiks akan mengalami gangren. Secara histologis,

appendiks mempunyai basis stuktur yang sama seperti usus besar.

2

Page 3: apensisitis

3

Gambar 1: Anatomi apendiks

Gambar 2: Jenis posisi dan letak apendiks

1. 12 o clock: Retrocolic or retrocecal (dibelakang cecum

atau colon)

2. 2 o clock: Splenic (ke atas kiri – Preileal and Postileal)

3. 3 o clock: Promonteric (secara horizontal menuju ke kiri ke

arah sacral promontory)

4. 4 o clock: Pelvic (turun ke dalam pelvis)

3

Page 4: apensisitis

4

5. 6 o clock: Subcecal (di bawah caecum dan menuju ke

inguinal canal)

6. 11 o clcok: Paracolic (menuju keatas kanan)

HISTOLOGI APENDIKS

Tunika mucosa : memiliki kriptus tapi tidak memiliki villus.

Tunika submucosa : banyak folikel lymphoid.

Tunika muscularis : stratum sirculare sebelah dalam dan stratum

longitudinal ( gabungan tiga tinea coli) sebelah luar.

Tunika serosa :  bila  letaknya  intraperitoneal  asalnya  dari  peritoneum

visceral

FISIOLOGI APENDIKS

Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari.

Imunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT (Gut Associated

Lymphoid Tissue) yang terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk apendiks,

ialah IgA. Imunoglobulin ini sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi.

Namun demikian, pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi system imun

tubuh karena jumlah jaringan limfe disini kecil sekali jika dibandingkan dengan

jumlahnya di saluran cerna dan diseluruh tubuh

4

Page 5: apensisitis

5

Jaringan limfoid pertama kali muncul pada apendiks sekitar 2 minggu

setelah lahir. Jumlahnya meningkat selama pubertas, dan menetap saat dewasa

dan kemudian berkurang mengikuti umur. Setelah umur 60 tahun, tidak ada

jaringan limfoid lagi di apendiks dan terjadi penghancuran lumen apendiks

komplit. Immunoglobulin sekretorius dihasilkan sebagai bagian dari jaringan

limfoid yang berhubungan dengan usus untuk melindungi lingkungan anterior.

Apendiks bermanfaat tetapi tidak diperlukan

2.2 Definisi

Gambar 3 : Apendisitis

Apendisitis merupakan peradangan pada appendiks vermiformis.

Peradangan akut apendiks memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah

komplikasi yang umumnya berbahaya.3

2.3 Etiologi

Faktor predisposisi utama terjadinya apendisitis akut adalah obstruksi

lumen apendiks vermiformis. Fekalit adalah penyebab utama terjadinya obstruksi

apendiks vermiformis.4 Disamping hiperplasia jaringan limfoid, tumor apendiks

vermiformis, dan cacing askaris dapat pula menyebabkan sumbatan. Erosi mukosa

apendiks vermiformis akibat parasit E.histolytica merupakan penyebab lain yang

dapat menimbulkan apendisitis.2

Burkitt mengatakan peran kebiasaan makan makanan rendah serat dan

kandungan lemak serta gula yang tinggi pada orang Barat, serta pengaruh 5

Page 6: apensisitis

6

konstipasi, berhubungan dengan timbulnya apendisitis. Konstipasi akan

menaikkan tekanan intrasekal, yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional

apendiks vermiformis dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon. Semua

ini akan mempermudah timbulnya apendisitis akut.3

Apendisitis akut merupakan infeksi bakteri. Faktor-faktor yang dapat

menjadi pencetus apendisitis akut :

1. Obsruksi lumen apendiks : Obstruksi ini akan menyebabkan

distensi pada apendiks karena terkumpulnya cairan intraluminal.

Obstruksi ini dapat disebabkan oleh :

- Masuknya fekalit

- Kerusakan mukosa dan adanya tumor

- Terdapat bekuan darah

- Sumbatan oleh cacing ascaris

- Pengendapan barium di pemeriksaan x-ray sebelumnya.

2. Ras dan makanan

a. Lebih banyak pada orang barat.

b. Makan daging → kemungkinannya lebih besar.

3. Konstipasi dan pemakaian laksatif

Flora usus normal apatogen menjadi patogen.

4. Fokal infeksi dari tempat lain yang manjalar secara hematogen.

2.4 Epidemiologi

Di Amerika Serikat setiap tahunnya terdapat 250.000 kasus apendisitis.

Insiden apendisitis paling tinggi pada usia 10-30 tahun, dan jarang ditemukan

pada anak usia kurang dari 2 tahun. Setelah usia 30 tahun insiden apendisitis

menurun, tapi apendisitis bisa terjadi pada setiap umur individu. Pada remaja dan

dewasa muda rasio perbandingan antara laki-laki dan perempuan sekitar 3 : 2.

Setelah usia 25 tahun, rasionya menurun sampai pada usia pertengahan 30 tahun

menjadi seimbang antara laki-laki dan perempuan. Sekitar 20-30% kasus

apendisitis perforasi terjadi di Afrika, sedangkan di Amerika sebanyak 38,7%

insidensi apendisitis perforasi terjadi pada laki-laki dan 23,5% pada wanita.

6

Page 7: apensisitis

7

2.5 Patofisiologi

Patologi apendisitis berawal dari mukosa dan kemudian melibatkan

seluruh lapisan dinding apendiks vermiformis dalam waktu 24-48 jam pertama.

Jaringan mukosa pada apendiks vermiformis menghasilkan mukus (lendir) setiap

harinya. Terjadinya obstruksi lumen menyebabkan sekresi mukus dan cairan,

akibatnya terjadi peningkatan tekanan luminal sebesar 60 cmH2O, yang

seharusnya hanya berkapasitas 0,1-0,2 mL. Bakteri dalam lumen apendiks

vermiformis berkembang dan menginvasi dinding apendiks vermiformis sejalan

dengan terjadinya pembesaran vena dan kemudian terganggunya arteri akibat

tekanan intraluminal yang tinggi.3

Ketika tekanan kapiler melampaui batas, terjadi iskemi mukosa, inflamasi

dan ulserasi. Pada akhirnya, pertumbuhan bakteri yang berlebihan di dalam lumen

dan invasi bakteri ke dalam mukosa dan submukosa menyebabkan peradangan

transmural, edema, stasis pembuluh darah, dan nekrosis muskularis yang

dinamakan apendisitis kataralis. Jika proses ini terus berlangsung, menyebabkan

edema dan kongesti pembuluh darah yang semakin parah dan membentuk abses di

dinding apendiks vermiformis serta cairan purulen, proses ini dinamakan

apendisitis flegmonosa. Kemudian terjadi gangren atau kematian jaringan yang

disebut apendisitis gangrenosa.3

Jika dinding apendiks vermiformis yang terjadi gangrene pecah, tandanya

apendisitis berada dalam keadaan perforasi. Untuk membatasi proses radang ini

tubuh juga melakukan upaya pertahanan dengan menutup apendiks vermiformis

dengan omentum, usus halus, atau adneksa sehingga terbentuk massa

periapendikuler yang secara salah dikenal dengan istilah infiltrat apendiks. Pada

anak-anak dengan omentum yang lebih pendek, apendiks vermiformis yang lebih

panjang, dan dinding apendiks vermiformis yang lebih tipis, serta daya tahan

tubuh yang masih kurang, dapat memudahkan terjadinya apendisitis perforasi.

Sedangkan pada orang tua, apendisitis perforasi mudah terjadi karena adanya

gangguan pembuluh darah. Apendiks vermiformis yang pernah meradang tidak

akan sembuh sempurna tetapi membentuk jaringan parut yang melengket dengan

jaringan sekitarnya. Perlengketan ini dapat menimbulkan keluhan berulang di

7

Page 8: apensisitis

8

perut kanan bawah. Sehingga suatu saat, organ ini dapat mengalami peradangan

akut lagi dan dinyatakan mengalami eksaserbasi akut

2.6 Manifestasi Klinis

Berdasarkan letak anatomis apendiks

1. Bila letak apendiks retrosekal retroperitoneal, yaitu di belakang sekum

(terlindung oleh sekum), tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan

tidak ada tanda rangsangan peritoneal. Rasa nyeri lebih kearah perut kanan atau

nyeri timbul pada saat melakukan gerakan seperti berjalan, bernapas dalam, batuk,

dan mengedan. Nyeri ini timbul karena adanya kontraksi m.psoas mayor yang

menegang dari dorsal.

2. Bila apendiks terletak di rongga pelvis

- Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada rektum, akan timbul

rangsangan sigmoid atau rektum, sehingga peristalsis meningkat, pengosongan

rektum akan menjadi lebih cepat dan berulang-ulang (diare).

- Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada kandung kemih, dapat

terjadi peningkatan frekuensi kemih, karena rangsangannya dindingnya

Manifestasi klinis apendisitis akut:

• tanda awal

nyeri mulai di epigastrium atau regio umbilikus disertai mual dan anoreksi

• nyeri pindah ke kanan bawah dan menunjukkan tanda rangsangan peritoneum

lokal di titik McBurney

nyeri tekan

nyeri lepas

defans muskuler

• nyeri rangsangan peritoneum tidak langsung

nyeri tekan bawah pada tekanan kiri (Rovsing)

nyeri kanan bawah bila tekanan di sebelah kiri dilepaskan (Blumberg)

nyeri kanan bawah bila peritoneum bergerak seperti nafas dalam, berjalan,

batuk, mengedan

8

Page 9: apensisitis

9

2.6 Diagnosis Banding

Surgical Medical Urological Gynaecologic

al

• Intestinal obstruction

• Intussusception

• Acute cholecystitis

• Perforated peptic ulcer

• Mesenteric adenitis

• Meckel’s diverticulitis

• Colonic/appendicular diverticulitis

• Pancreatitis

• Rectus sheath haematoma

• Gastroenteritis

• Pneumonia

• Terminal ileitis

• Diabetic ketoacidosis

• Preherpetic pain on the right 10th

and 11th dorsal

nerves

• Porphyria

• Right ureteric colic

• Right pyelonephritis

• Urinary tract infection

• Ectopic pregnancy

• Ruptured ovarian follicle

• Torted ovarian cyst

• Salpingitis/pelvic inflammatory

disease

2.7 Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium

Urinalisis

Radiologi

Ultrasonografi

2.8 Tatalaksana

9

Page 10: apensisitis

10

Bila sudah terdiagnosis dengan tepat, tindakan paling tepat adalah

apendektomi. Pada apendisitis tanpa komplikasi biasanya tidak diperlukan

antibiotik kecuali pada apendisitis gangrenosa dan perforate. Penundaan tindakan

bedah sambil memberikan antibiotic dapat mengakibatkan abses atau perforasi.

Tindakan Operasi Apendiktomi, merupakan tindakan pemotongan apendiks.

Dapat dilakukan secara terbuka atau laparoskopi

Gambar 4: Apendektomi secara terbuka

Pada apendektomi terbuka, insisi McBurney paling banyak dipilih .

Operasi ini dilakukan di bawah pengaruh anestesi umum. Jika apendiks

mengalami perforasi maka abses disedot dan diguyur dengan NaCl dan disedot

hingga bersih.

Gambar 5: Apendektomi menggunakan teknik lapaskopi

Laparoskopi merupakan tindakan mengguankan kamera fiberoptik yang

dimasukkan kedalam abdomen, apendiks dapat divisualisasi secara langsung.

Teknik ini dilakukan dibawah pengaruh anestesi umum. Bila saat melakukan

tindakan ini di dapatkan peradangan pada apendiks maka dapat langsung

dilakukan pengangkatan apendiks

10

Page 11: apensisitis

11

Skor Alvarado adalah suatu sistem pen-skor-an yang digunakan untuk

menetapkan ada atau tidaknya diagnosis appendisitis akut (penyakit usus buntu).

Skor Alvarado merupakan delapan komponen skor yang terdiri dari enam

komponen klinik dan dua komponen laboratorium dengan total skor maksimal

Tabel 1: Skor Alvarado

Tabel Skor Alvarado Skor

Gejala Klinis

         Nyeri abdominal pindah ke fossa iliaka kanan

         Nafsu makan menurun

         Mual dan atau muntah

1

1

1

Tanda Klinis

         Nyeri lepas

         Nyeri tekan fossa iliaka kanan

         Demam (suhu > 37,2⁰ C)

1

2

1

Pemeriksaan Laboratoris

         Leukositosis (leukosit > 10.000/ml)

         Shift to the left  (neutrofil > 75%)

2

1

TOTAL 10

Interpretasi:

Skor 7-10 = Apendisitis akut

Skor 5-6 = Curiga apendisitis akut

Skor 1-4 = Bukan apendisitis akut

2.9 Komplikasi

Menurut Smeltzer dan Bare (2002), komplikasi potensial setelah

apendiktomi antara lain:

1. Peritonitis

11

Page 12: apensisitis

12

Observasi terhadap nyeri tekan abdomen, demam, muntah, kekakuan

abdomen, dan takikardia. Lakukan penghisapan nasogastrik konstan. Perbaiki

dehidrasi sesuai program. Berikan preparat antibiotik sesuai program.

s

2. Abses pelvis atau lumbal

Evaluasi adanya anoreksi, menggigil, demam, dan diaforesis. Observasi

adanya diare, yang dapat menunjukkan abses pelvis, siapkan pasien untuk

pemeriksaan rektal. Siapkan pasien untuk prosedur drainase operatif.

3. Abses Subfrenik (abses dibawah diafragma)

Kaji pasien terhadap adanya menggigil, demam, diaforesis. Siapkan untuk

pemeriksaan sinar-x. Siapkan drainase bedah terhadap abses.

2.10 Prognosis

Prognosis baik bila dilakukan diagnosis dini sebelum ruptur, dan diberi

antibiotik yang lebih baik. Apendisitis akut tanpa perforata memiliki mortalitas

sekitar 0,1%, dan mencapai 15% pada orang tua dengan perforata. Umumnya,

mortalitas berhubungan dengan sepsis, emboli paru, ataupun aspirasi.

12

Page 13: apensisitis

13

BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien

Nama : Ny. SP

Umur : 25 tahun

Alamat : Aceh Besar

Pekerjaan : IRT

Tanggal Masuk : 01 Juli 2015

Tanggal Pemeriksaan : 01 Juli 2015

3.2 Anamnesis

Keluhan Utama : Nyeri perut kanan bawah

Keluhan Tambahan : Mual, muntah

RPS : Pasien datang dibawa keluarga ke IGD RSUDZA dengan

keluhan nyeri pada perut kanan bawah yang dirasakan sejak

tiga hari SMRS. Nyeri memberat sejak 6 jam SMRS. Awal

nya nyeri dirasakan berpindah-pindah diseluruh lapangan

perut dan menetap pada bagian kanan bawah. Mual,

muntah, penurunan nafsu makan, nyeri saat BAK juga

dikeluhkan oleh pasien. Selama ini pasien tidak menstruasi

selama 2 tahun dengan pemakaian suntik KB.

RPD : Sebelumnya pasien belum pernah mengalami hal seperti

ini

RPK : Dikeluarga tidak ada yang mengalami seperti pasien

RKS : Pasien suka makan makanan yang pedas sejak pasien SMP

13

Page 14: apensisitis

14

3.3 Pemeriksaan Umum

Kesadaran : Compos Mentis

Tekanan Darah : 110/70 mmHg

Nadi : 80 x/i

Pernapasan : 20 x/i

Suhu : 36,9˚C

Anemis : Tidak dijumpai

Sianosis : Tidak dijumpai

Dispnoe : Tidak dijumpai

Ikterik : Tidak dijumpai

Oedem : Tidak dijumpai

3.4 Pemeriksaan Fisik

Kepala : Normochepali

Mata : pupil isokor, sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-)

Leher : Pembesaran KGB(-) JVP tidak meningkat

Thoraks :

Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris

Palpasi : Stem fremitus kanan = Stem fremitus kiri

Perkusi : Sonor/Sonor

Auskultasi : Suara pernapasan vesikuler di seluruh

lapangan paru. Suara tambahan tidak dijumpai

Jantung : BJ I > BJ II, reguler (+) bising (-)

Abdomen :

Inspeksi : Simetris, Distensi (+)

Palpasi : Abdomen kuadran kanan bawah

Nyeri tekan (+)

Mc Burney (+ )

Rovsing Sign ( +)

Psoas Sign (+ )

Obturator Sign ( +)

Perkusi : Hipertimpani

14

Page 15: apensisitis

15

Auskultasi : Peristaltik meningkat

Ekstremitas

Ekstremitas Superior Inferior

Kanan Kiri Kanan Kiri

Sianotik - - - -

Edema - - - -

Ikterik - - - -

Gerakan Aktif Aktif Aktif Aktif

Tonus otot Normotonus Normotonus Normotonus Normotonus

Sensibilitas N N N N

Atrofi otot - - - -

Akral dingin - - - -

Status Lokalis

Rectal Touche : Tidak ditemukan adanya benjolan, nyeri tekan (+)

3.5 Resume Klinis

seorang pasien wanita berumur 25 tahun ke IGD RSUDZA dengan

keluhan nyeri pada perut kanan bawah yang dirasakan sejak tiga hari SMRS.

Nyeri memberat sejak 6 jam SMRS. Awal nya nyeri dirasakan berpindah-pindah

diseluruh lapangan perut dan menetap pada bagian kanan bawah. Mual, muntah,

penurunan nafsu makan, nyeri saat BAK juga dikeluhkan oleh pasien. Selama ini

pasien tidak menstruasi selama 2 tahun dengan pemakaian suntik KB.

3.6 Usul Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium 01 Juli 2015

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Darah Rutin

Hemoglobin

13,4 12,0-15,0 g/dl

15

Page 16: apensisitis

16

Hematokrit

Eritrosit

Leukosit

Trombosit

Hitung Jenis:

Eosinofil

Basofil

N.Segmen

Limfosit

Monosit

Faal Hemostasis

Waktu perdarahan

Waktu pembekuan

Diabetes

Glukosa darah sewaktu

Ginjal

Ureum

Kreatinin

40

4,5

15,4

236

2

0

86

7

7

3

9

175

14

0,50

37-47n%

4,2-5,4106/mm3

4,5-10,5 103/mm3

150-450 103/mm3

0-6 %

0-2 %

50-70 %

20-40 %

2-8 %

1-7 menit

5-15 menit

<200 mg/dl

13-43 mg/ dl

0,51-0,95 mg/dl

Interpretasi BNO : Preperitoneal fatline baik

Distribusi udara usus mencapai pelvis

Psoas line baik

16

Page 17: apensisitis

17

Kontur ginjal normal

Tidak tampak opasitas pada traktus urinarius.

Tulang dan jaringan lunak normal

Kesan : Dalam Batas Normal

Interpretasi Foto Thorak :

Pulmo : Dalam Batas Normal

Cor : Kardiomegali >50%

3.8 Diagnosis Klinis

Apendisitis akut

3.9 Rencana Terapi

- IVFD 20 gtt/i

- Inj Ceftriaxon 1 gr/12 jam

3.10 Rencana Tindakan

- Apendektomi

3.11 Laporan Pembedahan

Operasi dilakukan pada tanggal 01 juli 2015 dengan tindakan

appedektomi. Posisi pasien dalam keadaan supine dengan spinal anastesi.

Dilakukan eksploriasi, tampak appendix, hiperemis, oedem, panjang 8-9 cm, tidak

adanya pelforasi.

3.12 PROGNOSIS

17

Page 18: apensisitis

18

Quo ad vitam : bonam

Quo ad functionam : bonam

Quo ad sanactionam : bonam

BAB IVPEMBAHASAN

Pasien datang dengan keluhan nyeri pada perut kanan bawah yang

dirasakan sejak tiga hari SMRS. Nyeri memberat sejak 6 jam SMRS. Awal nya

nyeri dirasakan berpindah-pindah diseluruh lapangan perut dan menetap pada

bagian kanan bawah. Mual, muntah, penurunan nafsu makan, nyeri saat BAK juga

dikeluhkan oleh pasien.

Hal ini sesuai dengan teori bahwa nyeri perut adalah gejala utama dari

apendisitis. Perlu diingat bahwa nyeri perut bisa terjadi akibat penyakit – penyakit

dari hampir semua organ tubuh. Tidak ada yang sederhana maupun begitu sulit

untuk mendiagnosis apendistis. Gejala klasik apendisitis adalah nyeri samar-samar

dan tumpul yang merupakan nyeri viseral di daerah epigastrium sekitar umbilikus.

Nyeri perut ini sering disertai mual serta satu atau lebih episode muntah dengan

rasa sakit, dan setelah beberapa jam, nyeri akan beralih ke perut kanan bawah

pada titik McBurney. Umumnya nafsu makan akan menurun. Rasa sakit menjadi

terus menerus dan lebih tajam serta lebih jelas letaknya sehingga merupakan nyeri

somatik setempat, akibatnya pasien menemukan gerakan tidak nyaman dan ingin

berbaring diam, dan sering dengan kaki tertekuk.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan Simetris, Distensi, nyeri

tekan Nyeri tekan (+), Mc Burney (+ ), Rovsing Sign ( +), Psoas Sign

(+ ), Obturator Sign ( +), Hipertimpani, pada Auskultasi Peristaltik meningkat.

Hal ini sesuai dengan teori pasien dengan apendisitis biasanya

berbaring dengan terlentang, karena gerakan apa saja dapat meningkatkan rasa

sakit. Jika diminta untuk menggerakkan paha terutama paha kanan pasien akan

melakukan dengan perlahan-lahan dan hati-hati. Jika dilakukan palpasi akan

didapatkan nyeri yang terbatas pada region iliaka kanan, biasanya di sertai nyeri

lepas. Defans muskuler menunjukkan adanya rangsangan parietal. Tanda rovsing

adalah apabila melakukan penekanan pada perut kiri bawah maka akan dirasakan

18

Page 19: apensisitis

19

nyeri pada perut kanan bawah. Peristalsis usus sering didapatkan normal tetapi

dapat menghilang akibat adanya ileus paralitik yang disebabkan oleh apendisitis

perforata. Uji psoas dan uji obturator merupakan pemeriksaan yang lebih

ditujukan untuk mengetahui letak apendiks vermiformis. Cara melakukan uji

psoas yaitu dengan rangsangan otot psoas melalui hiperekstensi sendi panggul

kanan atau fleksi aktif sendi panggul kanan, kemudian paha kanan ditahan.

Tindakan ini akan menimbulkan nyeri bila apendiks vermiformis yang meradang

menempel di otot psoas mayor. Pada pemeriksaan uji obturator untuk melihat

bilamana apendiks vermiformis yang meradang bersentuhan dengan otot obturator

internus .

Pada pemeriksaan penunjang ditemukan adanya peningkatan leukosit yaitu

sebesar 15,4103/mm3. Hal ini sesuai dengan teori bahwa pemeriksaan

laboratorium rutin sangat membantu dalam mendiagnosis apendisitis akut,

terutama untuk mengesampingkan diagnosis lain. Pemeriksaan laboratorium yang

rutin dilakukan adalah jumlah leukosit darah. Jumlah leukosit darah biasanya

meningkat pada kasus apendisitis. Hitung jumlah leukosit darah merupakan

pemeriksaan yang mudah dilakukan dan memiliki standar pemeriksaan terbaik.

Pada kebanyakan kasus terdapat leukositosis, terlebih pada kasus dengan

komplikasi berupa perforasi. Penelitian yang dilakukan oleh Guraya SY

menyatakan bahwa peningkatan jumlah leukosit darah yang tinggi merupakan

indikator yang dapat menentukan derajat keparahan apendisitis. Tetapi, penyakit

inflamasi pelvik terutama pada wanita akan memberikan gambaran laboratorium

yang terkadang sulit dibedakan dengan apendisitis akut. Terjadinya apendisitis

akut dan adanya perubahan dinding apendiks vermiformis secara signifikan

berhubungan dengan meningkatnya jumlah leukosit darah. Temuan ini

menunjukkan bahwa peningkatan jumlah leukosit berhubungan dengan

peradangan mural dari apendiks vermiformis, yang merupakan tanda khas pada

apendisitis secara dini. Beberapa penulis menekankan bahwa leukosit darah

polimorfik merupakan fitur penting dalam mendiagnosis apendisitis akut.

Leukositosis ringan, mulai dari 10.000 - 18.000 sel/mm3, biasanya terdapat pada

pasien apendisitis akut. Namun, peningkatan jumlah leukosit darah berbeda pada

setiap pasien apendisitis. Beberapa pustaka lain menyebutkan bahwa leukosit

19

Page 20: apensisitis

20

darah yang meningkat >12.000 sel/mm3 pada sekitar tiga-perempat dari pasien

dengan apendisitis akut. Apabila jumlah leukosit darah meningkat >18.000

sel/mm3 menyebabkan kemungkinan terjadinya komplikasi berupa perforasi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Townsend C M, Beauchamp R D,Evers B M, Mattox K L. Sabiston Textbook

Of Surgery, 18th Edition, Elsevier, India, 2008; pg 1333-47

2. Anand N, Kent T S, First Aid For the Surgery. McGraw-Hill, 2003; pg 251-

57

3. Riwanto. Apendiks. Dalam : De Jong W., Sjamsuhidajat R. Buku Ajar Ilmu

Bedah, Edisi 3, di terbitkan EGC, Jakarta, 2007 ; hal 755-62

4. Medchrome : Medical And Health Articles, Anatomy Of Appendix And

Appendicitis, July 9,

2011:http://medchrome.com/basic-science/anatomy/anatomy-appendix-

appendicitis/

5. Emergency Diagnostic Radiology, Alvarado Score for Acute Appendicitis,

2009 :http://emergencyradiology.wordpress.com/2009/02/05/alvarado-

score-for-acute-appendicitis/

20