apa bedanya perasa buatan dan perasa alami

30
Apa Bedanya Perasa Buatan dan Perasa Alami ? Hanya ada sedikit perbedaan di komposisi kimia perasa alami dan buatan.Keduanya dibuat di laboratorium oleh profesional yang terlatih, seorang 疎 hli rasayang mencampur bahan-bahan kimia yang tepat dengan proporsi yang akurat. Seorang ahli rasa menggunakan bahan-bahan kimia alami untuk membuat perasa alami dan bahan-bahan kimia sintetis untuk membuat perasa sintetis. Tetapi, pada dasarnya, si ahli rasa harus menggunakan bahan-bahan kimia yang sama untuk formula perasa buatannya dengan bahan-bahan kimia yang ia gunakan pada saat ia membuat perasa alami. Kalau tidak, rasanya tidak akan menjadi seperti yang diinginkan. Perbedaan antara 疎 lamidan 疎 uatandatang dari 疎 umberbahan-bahan kimia yang dipakai dalam proses pembuatan perasa ini. Ini bisa disamakan seperti menyebut apel yang dijual di hotel adalah buatan dan apel yang dijual di toko buah adalah alami. Hal ini sering membingungkan konsumen karena banyak contoh kasus yang demikian dalam kehidupan kita sehari-hari. Misalnya, kita dapat membuat 疎 at pewarnaberwarna biru tua dari ekstrak blueberry atau pigmen sintetis. Komposi kimia kedua zat perwarna ini sangat berbeda walaupun keduanya menghasilkan warna yang sama. Ini sama halnya seperti kaus yang terbuat dari bahan wol dan nilon. Keduanya adalah kaus, dengan komposisi kimia yang berbeda. Perbedaan seperti ini, tidak mungkin ada pada produksi perasa. Sebuah rasa tertentu hanya dapat diracik dari bahan-bahan kimia yang spesifik. Sehingga, bila anda membeli jus apel yang mengandung perasa buatan, anda akan mengkonsumsi bahan kimia yang sama seperti seandainya anda memilih untuk membeli jus apel dengan perasa natural. Komposisi kimia perasa buatan lebih sederhana dan bahkan mungkin lebih aman karena hanya bahan-bahan kimia yang sudah lulus uji yang boleh digunakan untuk membuat makanan. Perbedaan lainnya ialah harga. Pencarian sumber perasa 疎 lamikerap kali megharuskan produsen melewati proses yang sulit untuk memperoleh bahan kimia yang diinginkan. Misalnya, perasa alami rasa kelapa, sangat bergantung pada bahan kimia bernama Massoya lactone. Massoya lactone dapat diperoleh dari kulit kayu pohon massoya, yang tumbuh di Malaysia. Untuk mendapatkan Massoya lactone, pohon massoya tersebut harus ditebang karena produsen harus menguliti batang pohon dan melakukan proses ekstraksi untuk mendapatkan senyawa lactone-nya, proses yang tentu saja memakan banyak biaya. Perasa alami seperti ini memiliki komposisi yang identik dengan perasa buatan yang lahir di laboratorium seorang ahli kimia organik, namun jauh lebih mahal daripada alternatif sintetisnya. Konsumen pun, pada akhirnya harus membayar mahal untuk perasa alami yang kualitasnya tidak lebih baik, tidak lebih aman dan tidak lebih murah daripada perasa buatan. (SI)

Upload: mochamad-try-yulyanto

Post on 24-Jun-2015

834 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Apa Bedanya Perasa Buatan dan Perasa Alami ?

Hanya ada sedikit perbedaan di komposisi kimia perasa alami dan buatan.Keduanya dibuat di laboratorium oleh profesional yang terlatih, seorang 疎 hli rasa・ yang mencampur bahan-bahan kimia yang tepat dengan proporsi yang akurat.

Seorang ahli rasa menggunakan bahan-bahan kimia alami untuk membuat perasa alami dan bahan-bahan kimia sintetis untuk membuat perasa sintetis. Tetapi, pada dasarnya, si ahli rasa harus menggunakan bahan-bahan kimia yang sama untuk formula perasa buatannya dengan bahan-bahan kimia yang ia gunakan pada saat ia membuat perasa alami. Kalau tidak, rasanya tidak akan menjadi seperti yang diinginkan.

Perbedaan antara 疎 lami・dan 礎 uatan・datang dari 壮 umber・bahan-bahan kimia yang dipakai dalam proses pembuatan perasa ini. Ini bisa disamakan seperti menyebut apel yang dijual di hotel adalah buatan dan apel yang dijual di toko buah adalah alami.

Hal ini sering membingungkan konsumen karena banyak contoh kasus yang demikian dalam kehidupan kita sehari-hari. Misalnya, kita dapat membuat 想 at pewarna・berwarna biru tua dari ekstrak blueberry atau pigmen sintetis. Komposi kimia kedua zat perwarna ini sangat berbeda walaupun keduanya menghasilkan warna yang sama. Ini sama halnya seperti kaus yang terbuat dari bahan wol dan nilon. Keduanya adalah kaus, dengan komposisi kimia yang berbeda. Perbedaan seperti ini, tidak mungkin ada pada produksi perasa. Sebuah rasa tertentu hanya dapat diracik dari bahan-bahan kimia yang spesifik. Sehingga, bila anda membeli jus apel yang mengandung perasa buatan, anda akan mengkonsumsi bahan kimia yang sama seperti seandainya anda memilih untuk membeli jus apel dengan perasa natural.

Komposisi kimia perasa buatan lebih sederhana dan bahkan mungkin lebih aman karena hanya bahan-bahan kimia yang sudah lulus uji yang boleh digunakan untuk membuat makanan. Perbedaan lainnya ialah harga. Pencarian sumber perasa 疎 lami・kerap kali megharuskan produsen melewati proses yang sulit untuk memperoleh bahan kimia yang diinginkan.

Misalnya, perasa alami rasa kelapa, sangat bergantung pada bahan kimia bernama Massoya lactone. Massoya lactone dapat diperoleh dari kulit kayu pohon massoya, yang tumbuh di Malaysia. Untuk mendapatkan Massoya lactone, pohon massoya tersebut harus ditebang karena produsen harus menguliti batang pohon dan melakukan proses ekstraksi untuk mendapatkan senyawa lactone-nya, proses yang tentu saja memakan banyak biaya. Perasa alami seperti ini memiliki komposisi yang identik dengan perasa buatan yang lahir di laboratorium seorang ahli kimia organik, namun jauh lebih mahal daripada alternatif sintetisnya. Konsumen pun, pada akhirnya harus membayar mahal untuk perasa alami yang kualitasnya tidak lebih baik, tidak lebih aman dan tidak lebih murah daripada perasa buatan. (SI)

Puluhan zat kimia baru dari tumbuhanSumber: Kompas, 20 Agustus 2002

Penyelidikan tumbuhan hutan di Indonesia yang dilakukan Kelompok Penelitian Kimia Bahan Alam, Departemen Kimia Institut Teknologi Bandung (ITB), sejak tahun 1985 membuktikan, beberapa jenis tumbuhan yang termasuk marga nangka-nangkaan-cempedak (Artocarpus champeden) misalnya-mengandung puluhan zat kimia baru. Zat-zat yang untuk pertama kalinya ditemukan itu dinamai artoindonesianin A, artoindonesianin B, artoindonesianin C, dan seterusnya hingga artoindonesianin V. Kepada Kompas, Senin (19/8), Dr Euis Holisotan Hakim dari Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ITB menjelaskan, sebagian besar dari bahan-bahan kimia baru ini tidak ditemukan dalam tumbuhan lainnya. "Bahan kimia ini diketahui bersifat racun terhadap sel-sel yang berhubungan dengan penyakit kanker," ujarnya.

Selain sederet bahan kimia di atas, Euis, yang menamatkan S1 sampai S3 di ITB, juga menemukan puluhan bahan kimia baru lainnya, yaitu asam betulinat dari murbei dan indonesiol dari tanaman medang.

Temuan bahan-bahan kimia baru dari tumbuhan asli Indonesia ini diungkapkan Euis dalam risetnya pada tumbuhan hutan tropika Indonesia sebagai sumber bahan kimia yang berkhasiat obat. Penelitian yang masuk dalam progam Riset Unggulan Terpadu III itu pekan lalu mendapat penghargaan Riset Unggulan Terpadu (RUT) dari Presiden RI.

Indonesia diketahui memiliki keragaman hayati hutan tropis nomor dua tertinggi di dunia setelah Brasil, dan nomor satu untuk keanekaan hayati lautnya. Semua kekayaan hayati mengandung bahan kimia yang berpotensi sebagai bahan baku industri farmasi, pertanian, makanan, dan minuman.

Obat HIV Pada program RUT yang berlangsung tahun 1995-1998, Euis bersama lima rekannya dalam kelompok penelitian tersebut meneliti tumbuhan marga murbei, yaitu Morus macroura. Tumbuhan ini langka, hampir punah, dan hanya terdapat di Indonesia. Di daerah Minangkabau disebut andalas atau andalaeh, dan di Pasundan disebut keurteuy. Dari tumbuhan ini ditemukan berbagai bahan kimia, termasuk asam betulinat.

Asam betulinat bersama dengan bahan-bahan kimia sejenis bersifat menghambat pembiakan virus HIV, di samping juga antitumor melanoma pada manusia dan mencegah peradangan.

Euis juga menemukan bahan kimia baru yang dinamai indonesiol. Zat kimia ini berasal dari jenis tumbuhan medang (Litsea amara Blume) yang bersifat sebagai hormon pertumbuhan tanaman.

Proses penelitian diawali dengan memilih bagian tumbuhan yang sesuai, seperti kulit batang, kulit akar, dan akar. Bahan tumbuhan yang telah dikeringkan dan digiling halus kemudian direndam dalam cairan kimia untuk melarutkan senyawa-senyawa bahan tumbuhan itu. Selanjutnya, bahan kimia dipekatkan. Puluhan jenis bahan kimia dari sari tumbuhan tersebut dipilah-pilah agar diperoleh bahan kimia murni bagi penelitian selanjutnya.

Penemuan bahan kimia baru dari tumbuhan yang hanya terdapat di Indonesia atau endemik itu telah dipublikasikan dalam berbagai majalah dan jurnal ilmiah internasional.

Penelitian lain Kelompok Penelitian Kimia Bahan Alam telah meneliti pula bahan kimia alami dari sejumlah tumbuh-tumbuhan keluarga Dipterocarpaceae yang dikenal dengan nama meranti, keruing, atau tengkawang. Selama ini meranti hanya dikenal sebagai penghasil kayu, damar, dan minyak tengkawang.

Serangkaian penelitian dilakukan berdasar pertimbangan bahwa setiap jenis tumbuhan, mulai dari

yang paling sederhana seperti lumut, jamur, sampai tumbuhan tinggi di hutan tropis Indonesia merupakan sumber bahan-bahan kimia yang tak terhingga jumlahnya.

"Namun, dari empat puluh ribuan jenis tumbuhan hutan tropis Indonesia, yang telah dikenali potensi kimiawinya mungkin tidak lebih dari satu persen saja," ungkap dia.

Saat ini sekitar 1.000 tanaman obat yang sudah dimanfaatkan untuk pengobatan tradisional hanya "dikenali" khasiatnya, tetapi bukan kandungan bahan kimianya. Karena itu, tanaman obat tersebut belum dapat dimanfaatkan secara optimal. "Itulah tantangan yang harus dijawab para pakar bidang kimi

a bahan alam," tegas Euis.

1. K-Bio Green

K-Bio green merupakan makanan organik khusus yang mengandung 58 jenis bahan kacang –kacangan, biji-bijian, sayur-sayuran, rumput laut dan bifido-bacteri serta enzim makanan yang berperan penting dalam tubuh manusia untuk membersihkan dan mendetoksifikasi.Meremajakan, mengembalikan fungsi – fungsi organ penting dan menjaga daya tahan tubuh.Organik Bio-Green SANGAT SESUAI untuk mereka yang sedang dalam program diet dan menginginkan tubuh yang langsing karena Organik K-Bio Green mengandung nutrisi – nutrisi yang lengkap bagi tubuh (Jadi setelah anda minum K-Bio green, anda sama dengan makan, dan anda tidak akan merasa lapar).Organik K-BioGreen adalah sumber makanan bernutrisi yang tidak mengandung pengawet dan tidak mengalami rekayasa genetic,serta mendapat izin dari OCIA.

Apa itu makanan ORGANIK ?

Makanan organic yaitu makanan yang pertumbuhan dan penyimpanannya tidak menggunakan pestisida, herbisida, pupuk buatan, hormon pertumbuhan, bioteknologi, iradiasi dan antibiotic.Pertanian organic memberikan kualitas dan rasa makanan terbaik, diperoleh tanpa menggunakan bahan kimia buatan atau rekayasa genetic serta tidak menganggu kehidupan hewan dan alam sekitar, selain itu membantu pelestarian lingkungkan hidup dan masyarakat pedesaan seperti yang dinyatakan kepala Badan Pertahanan.

Organisasi kesehatan dunia menyarankan bahwa diet yang optimal bagi seriap orang adalah rendah lemak, melaksanakan diet yang kaya akan serat dengan karbohidrat kompleks, yaitu dengan mengkonsumsi secara rutin buah – buahan, sayuran dan kacang – kacangan.

Sudah banyak penelitian yang menunjukkan bahwa diet yang kaya akan vitamin antioksidan (C,E, dan Karotenoid) berhubungan dengan peningkatan kesehatan dengan rendahnya resiko penyakit jantung koroner dan kanker. Tumbuh – Tumbuhan mengandung berbagai zat fitokimia yang mungkin berperan sebagai antioksidan, meningkatkan system imunitas, termasuk enzim pelindung oragan hati, atau mencegah keruskan – kerusakan bahan bahan genetic, bahan ditokimia dan antioksidan merupakan dua jenis bahan yang tidak terdapat

dalam makanan daging. Dalam beberapa tahun yang lalu, penelitian menunjukkan kemampuan penyembuhan makanan seperti sayur – sayuran sudah meningkat. Diantaranya, ditemukan makanan alami dapat menetralakan dan menghilangkan racun, mengatur fungsi – fungsi yang penting, mencegah arteriosclerosis, mencegah kanker, dan menjaga kesehatan tubuh (Jadi selagi melangsingkan tubuh kita juga menjaga kesehatan tubuh, oke gak tuch ?)

Cara penggunaan :

Larutkan satu sendok organic K-Bio Green ke dalam satu gelas air, kemudian campur. Tapi kalau rasanya ingin ueeennak…!!, sebaiknya dicampur dengan susu atau jus (jus mangga, alpukat dll). Benar – benar dahsyat !!!, diet yang tidak menyiksa tubuh dan RASA, karena rasanya tidak akan berubah, serta menyehatkan tubuh, RUARRR BIASA !!!.

Perhatian :

- Anda tidak akan merasa lapar setelah mengkonsumsi produk ini, karena kebutuhan anda akan makanan telah terpenuhi, jadi, jika anda ingin langsing, minum produk ini 3x sehari dan jangan makan dulu, ngemil dulu (karena ini yang paling menimbulkan kegemukan). atau makan – makanan yang mengandung lemak .- Produk ini hanya mengandung bahan alami, tetapi jika tubuh anda merasakan atau mengalami perubahan yang tidak enak, kurangi konsumsi terlebih dahulu baru setelah terbiasa tambahkan sedikit – sedikit.- Pada awal proses cleansing dan detoksifikasi. Ada beberapa gejala yang mungkin disebabkan oleh pengeluaran racun, zat buangan dan radikal bebas yang dikeluarkan dari dalam tubuh seperti terjadi peningkatan buang air besar dan kecil, gejala seperti flu atau sedikit pusing. Walaupun gejala seperti itu agak menganggu, tetapi ini merupakan hal yang baik bagi tubuh anda karena menunjukkan tubuh sudah mulai membersihkan dan mendetoksifikasi. Ketidaknyamanan ini hanya bersifat sementara (min.1 hari max 1 minggu).- Tutup wadah rapat – rapat- Jauhkan dari jangkauan anak – anak. (yaiyalah masa ya iya donk !!!)

KESIMPULANNYA k-organik Bio Green ini SANGAT BAIK bagi orang yang

ingin langsing dan sedang mengalami program diet, dibandingkan produk – produk lain yang mengandung bahan kimia yang gag jelas asal usulnya dan dapat merusak organ tubuh yang vital (ada loch orang yang meninggal akibat mengkonsumsi pelangsing kimia, jadi HATI – HATI !!!, selalu gunakan produk alami !!!).

Sekilas Tentang Zat Warna Alam Untuk   Tekstil

Agustus 16, 2007

by:Noor Fitrihana

Ditinjau Dari sumber diperolehnya zat warna tekstil dibedakan menjadi 2 yaitu:

1. zat pewarna alam, diperoleh dari alam yaitu bersal dari hewan (lac dyes) ataupun tumbuhan dapat berasal dari akar, batang, daun, buah, kulit dan bunga.

2. Zat pewarna sintetis adalah zat warna buatan (zat warna kimia) .Oleh karena banyaknya Zat warna sintetis ini maka untuk pewarnaan batik harus dipilih zat warna yang:

a. Pemakaiannya dalam keadaan dingin atau jika memerlukan panas suhu proses tidak

sampai melelehlan lilin.

b. Obat bantunya tidak merusak lilin dan tidak menyebabkan kesukaran kesukaran

pada proses selanjutnya.

Pengrajin-pengrajin batik telah banyak mengenal tumbuhan-tumbuhan yang dapat

mewarnai bahan tekstil beberapa diantaranya adalah : daun pohon nila (indofera), kulit pohon

soga tingi (ceriops candolleana arn), kayu tegeran (cudraina Javanensis), kunyit (curcuma), teh

(the), akar mengkudu (morinda Citrifelia), kulit soga jambal (pelthophorum ferruginum),

kesumba (bixa orelana), daun jambu biji (psidium Guajava). (Sewan Susanto,1973)

Menurut R.H.MJ. Lemmens dan N Wulijarni-Soetjipto dalam bukunya Sumber Daya

Nabati Asia Tenggara Nn.3 (tumbuhan-tumbuhan penghasil pewarna dan tannin,1999), sebagian

besar warna dapat diperoleh dari produk tumbuhan, di dalam tumbuhan terdapat pigmen

tumbuhan penimbul warna yang berbeda tergantung menurut struktur kimianya. Pada umumnya

olongan pigmen tumbuhan adalah klorofil, karotenoid, flovonoid dan kuinon. Pewarna nabati

yang digunakan untuk mewarnai tekstil dapat dikelompokkan menjadi 4 tipe menurut sifatnya :

1. Pewarna langsung dari ikatan hydrogen dengan kelompok hidroksil dari serat;

pewarna ini mudah luntur contohnya (kurkumin)

2. Pewarna asam dan basa yang masing-masing berkombinasi dengan kelompok

asambasa wol dan sutra; sedangkan katun tidak dapat kekal warnanya jika diwarnai;

contohnya adalah pigmen-pigmen flavonoid.

3. Pewarna lemak yang ditimbulkan kembali pada serat melalui proses redoks, pewarna

ini seringkali memperlihatkan kekekalan yang istimewa terhadap cahaya dan

pencucian (contohnya tarum).

4. Pewarna mordan yang dapat mewarnai tekstil yang telah diberi mordan berupa

senyawa etal polivalen; pewarna ini dapat sangat kekal contohnya alizarin dan

morindin.

Dalam pencelupan dengan zat warna alam pada umumnya diperlukan pengerjaan

mordanting pada bahan yang akan dicelup / dicap dimana proses mordanting ini dilakukan

dengan merendam bahan kedalam garam-garam logam, seperti aluminium, besi, timah atau

krom. Zat-zat mordan ini berfungsi untuk membentuk jembatan kimia antara zat warna alam

dengan serat sehingga afinitas zat warna meningkat terhadap serat. Hal ini sesuai dengan hasil

penelitian perubahan sifat fisika dan kimia kain sutera akibat pewarna alami kulit akar mengkudu

yang dilakukan Tiani Hamid dan Dasep mukhlis (2005) menunjukkan bahwa penggunaan

mordan dapat mengurangi kelunturan warna kain terhadap pengaruh pencucian. Hal ini

menunjukkan senyawa mordan mampu mengikat warna sehingga tidak mudah luntur.

Tabel 1. Zat warna alam untuk Tekstil

No Kelompok Bagian tumbuhan

Sumber zat warna

1 kayu

Kruing, Nangka,Tegeran, Bengkirai,Mranti,Secang,Jati (Sekam), ulin

3 Akar Mengkudu4 Daun Ketepeng, Jambu

biji, Jati, Tom (indigofera),Kepel, Pacar air, Alpukat, Urang Aring

5 Kulit buah

Manggis, Kedelai, Kara BengukSabut kelapa

6 Kulit kayu

Jambal, Tingi, Pinus Merkusi

7 Getah Gambir8 Bunga Sari kuning10 Biji Alpukat, Bixa

Orelana, Kacang merahMakutodewo

Dari berbagai referensi hasil penelitian tentang zat warna alam yang telah dibaca oleh tim peneliti, pemanfaatan zat warna alam pada umumnya masih menggunakan teknik pencelupan

untuk mewarnai bahan tekstil. Oleh karena itu tim peneliti merasa perlu untuk mengembangkan penggunaan zat warna alam dengan teknik pencapan sablon. Hal ini didasari bahwa teknik pencapan sablon telah memasyarakat sehingga mudah dipelajari disamping itu akan dapat memperpendek waktu produksi jika digunakan untuk membuat motif batik pada kain oleh para pengrajin. Dari hasil penelitian ini diharapkan meningkatkan produktivitas penggunaan zat warna alam untuk batik dan produk kerajinan.

23 Tanggapan | zat warna alam | yang berkaitan: batik warna alam, pewarna alami, zat pewarna alam, zat warna alam | Permalink

Ditulis oleh Noor Fitrihana

TEKNIK EKSPLORASI ZAT PEWARNA ALAM DARI TANAMAN DI SEKITAR KITA UNTUK PENCELUPAN BAHAN   TEKSTIL

Agustus 2, 2007

TEKNIK EKSPLORASI ZAT PEWARNA ALAM DARI TANAMAN DI SEKITAR KITA UNTUK PENCELUPAN BAHAN TEKSTIL By:noor fitrihana

Menurut sumber diperolehnya zat warna tekstil digolongkan menjadi 2 yaitu: pertama, Zat

Pewarna Alam (ZPA) yaitu zat warna yang berasal dari bahan-bahan alam pada umumnya dari

hasil ekstrak tumbuhan atau hewan. Kedua, Zat Pewarna Sintesis (ZPS) yaitu Zat warna buatan

atau sintesis dibuat dengan reaksi kimia dengan bahan dasar ter arang batu bara atau minyak

bumi yang merupakan hasil senyawa turunan hidrokarbon aromatik seperti benzena, naftalena

dan antrasena. (Isminingsih, 1978).

Pada awalnya proses pewarnaan tekstil menggunakan zat warna alam. Namun, seiring kemajuan

teknologi dengan ditemukannya zat warna sintetis untuk tekstil maka semakin terkikislah

penggunaan zat warna alam. Keunggulan zat warna sintetis adalah lebih mudah diperoleh ,

ketersediaan warna terjamin, jenis warna bermacam macam, dan lebih praktis dalam

penggunaannya Meskipun dewasa ini penggunaan zat warna alam telah tergeser oleh

keberadaan zat warna sintesis namun penggunaan zat warna alam yang merupakan kekayaan

budaya warisan nenek moyang masih tetap dijaga keberadaannya khususnya pada proses

pembatikan dan perancangan busana. Rancangan busana maupun kain batik yang

menggunakan zat warna alam memiliki nilai jual atau nilai ekonomi yang tinggi karena

memiliki nilai seni dan warna khas, ramah lingkungan sehingga berkesan etnik dan eksklusif.

Dalam tulisan ini akan dijelaskan teknik eksplorasi zat warna alam dari tanaman di sekitar kita

sebagai upaya pemanfaatan kekayaan sumberdaya alam yang melimpah sebagai salah satu

upaya pelestarian budaya.

A. Zat Warna Alam untuk Bahan Tekstil

Zat warna alam untuk bahan tekstil pada umumnya diperoleh dari hasil ekstrak berbagai bagian

tumbuhan seperti akar, kayu, daun, biji ataupun bunga. Pengrajin-pengrajin batik telah banyak

mengenal tumbuhan-tumbuhan yang dapat mewarnai bahan tekstil beberapa diantaranya adalah

: daun pohon nila (indofera), kulit pohon soga tingi (Ceriops candolleana arn), kayu tegeran

(Cudraina javanensis), kunyit (Curcuma), teh (The), akar mengkudu (Morinda citrifelia), kulit

soga jambal (Pelthophorum ferruginum), kesumba (Bixa orelana), daun jambu biji (Psidium

guajava). (Sewan Susanto,1973).

Bahan tekstil yang diwarnai dengan zat warna alam adalah bahan-bahan yang berasal dari serat

alam contohnya sutera,wol dan kapas (katun). Bahan-bahan dari serat sintetis seperti polyester ,

nilon dan lainnya tidak memiliki afinitas atau daya tarik terhadap zat warna alam sehingga

bahan-bahan ini sulit terwarnai dengan zat warna alam. Bahan dari sutera pada umumnya

memiliki afinitas paling bagus terhadap zat warna alam dibandingkan dengan bahan dari kapas.

Salah satu kendala pewarnaan tekstil menggunakan zat warna alam adalah ketersediaan variasi warnanya sangat terbatas dan ketersediaan bahannya yang tidak siap pakai sehingga diperlukan proses-proses khusus untuk dapat dijadikan larutan pewarna tekstil. Oleh karena itu zat warna alam dianggap kurang praktis penggunaannya. Namun dibalik kekurangannya tersebut zat warna

alam memiliki potensi pasar yang tinggi sebagai komoditas unggulan produk Indonesia memasuki pasar global dengan daya tarik pada karakteristik yang unik, etnik dan eksklusif. Untuk itu, sebagai upaya mengangkat kembali penggunaan zat warna alam untuk tekstil maka perlu dilakukan pengembangan zat warna alam dengan melakukan eksplorasi sumber- sumber zat warna alam dari potensi sumber daya alam Indonesia yang melimpah. Eksplorasi ini dimaksudkan untuk mengetahui secara kualitatif warna yang dihasilkan oleh berbagai tanaman di sekitar kita untuk pencelupan tekstil. Dengan demikian hasilnya dapat semakin memperkaya jenis –jenis tanaman sumber pewarna alam sehingga ketersediaan zat warna alam selalu terjaga dan variasi warna yang dihasilkan semakin beragam. Eksplorasi zat warna alam ini bisa diawali dari memilih berbagai jenis tanaman yang ada di sekitar kita baik dari bagian daun, bunga, batang, kulit ataupun akar . Sebagai indikasi awal, tanaman yang kita pilih sebagai bahan pembuat zat pewarna alam adalah bagian tanaman –tanaman yang berwarna atau jika bagian tanaman itu digoreskan ke permukaan putih meninggalkan bekas/goresan berwarna. Pembuatan zat warna alam untuk pewarnaan bahan tekstil dapat dilakukan menggunakan teknologi dan peralatan sederhana.

B. Eksplorasi Zat Warna Alam dan Teknik Pencelupannya

Menurut R.H.MJ. Lemmens dan N Wulijarni-Soetjipto (1999) sebagian besar warna dapat

diperoleh dari produk tumbuhan, pada jaringan tumbuhan terdapat pigmen tumbuhan penimbul

warna yang berbeda tergantung menurut struktur kimianya. Golongan pigmen tumbuhan dapat

berbentuk klorofil, karotenoid, flovonoid dan kuinon. Untuk itu pigmen – pigmen alam tersebut

perlu dieksplorasi dari jaringan atau organ tumbuhan dan dijadikan larutan zat warna alam untuk

pencelupan bahan tekstil. Proses eksplorasi dilakukan dengan teknik ekstraksi dengan pelarut air.

Proses pembuatan larutan zat warna alam adalah proses untuk mengambil pigmen –

pigmen penimbul warna yang berada di dalam tumbuhan baik terdapat pada daun, batang, buah,

bunga, biji ataupun akar. Proses eksplorasi pengambilan pigmen zat warna alam disebut proses

ekstraksi. Proses ektraksi ini dilakukan dengan merebus bahan dengan pelarut air. Bagian

tumbuhan yang di ekstrak adalah bagian yang diindikasikan paling kuat/banyak memiliki pigmen

warna misalnya bagian daun, batang, akar, kulit buah, biji ataupun buahnya. Untuk proses

ekplorasi ini dibutuhkan bahan – sebagai berikut: 1). Kain katun (birkolin) dan sutera, 2) Ekstrak

adalah bahan yang diambil dari bagian tanaman di sekitar kita yang ingin kita jadikan sumber

pewarna alam seperti : daun pepaya, bunga sepatu, daun alpokat, kulit buah manggis, daun jati,

kayu secang, biji makutodewo, daun ketela pohon, daun jambu biji ataupun jenis tanaman

lainnya yang ingin kita eksplorasi 3) Bahan kimia yang digunakan adalah tunjung (FeSO4) ,

tawas, natrium karbonat/soda abu (Na2CO3) , kapur tohor (CaCO3), bahan ini dapat di dapatkan

di toko-toko bahan kimia. Peralatan yang digunakan adalah timbangan, ember, panci, kompor,

thermometer , pisau dan gunting. Proses ekplorasi dan pencelupan zat warna alam adalah sebagai

berikut:

C. Proses Ekstraksi Zat Warna Alam

Dalam melakukan proses ekstraksi/pembuatan larutan zat warna alam perlu disesuaikan

dengan berat bahan yang hendak diproses sehingga jumlah larutan zat warna alam yang

dihasilkan dapat mencukupi untuk mencelup bahan tekstil. Banyaknya larutan zat warna alam

yang diperlukan tergantung pada jumlah bahan tekstil yang akan diproses. Perbandingan larutan

zat warna dengan bahan tekstil yang biasa digunakan adalah 1: 30. Misalnya berat bahan tekstil

yang diproses 100 gram maka kebutuhan larutan zat warna alam adalah 3 liter. Beikut iniadalah

langkah-langkah proses ekstraksi untuk mengeksplorasi zat pewarna alam dalam skala

laboratorium:

1. Potong menjadi ukuran kecil – kecil bagian tanaman yang diinginkan misalnya: daun,

batang , kulit atau buah. Bahan dapat dikeringkan dulu maupun langsung diekstrak.

Ambil potongan tersebut seberat 500 gr.

2. Masukkan potongan-potongan tersebut ke dalam panci. Tambahkan air dengan

perbandingan 1:10. Contohnya jika berat bahan yang diekstrak 500gr maka airnya 5

liter.

3. Rebus bahan hingga volume air menjadi setengahnya (2,5liter). Jika menghendaki

larutan zat warna jadi lebih kental volume sisa perebusan bisa diperkecil misalnya

menjadi sepertiganya. Sebagai indikasi bahwa pigmen warna yang ada dalam

tumbuhan telah keluar ditunjukkan dengan air setelah perebusan menjadi berwarna.

Jika larutan tetap bening berarti tanaman tersebut hampir dipastikan tidak

mengandung pigmen warna.

4. Saring dengan kasa penyaring larutan hasil proses ekstraksi tersebut untuk

memisahkan dengan sisa bahan yang diesktrak (residu). Larutan ekstrak hasil

penyaringan ini disebut larutan zat warna alam. Setelah dingin larutan siap

digunakan.

D. Persiapan Pencelupan Dengan Zat Warna Alam.

Sebelum dilakukan pencelupan dengan larutan zat warna alam pada kain katun dan sutera perlu

dilakukan beberapa proses persiapan sebagai berikut:

1. Proses mordanting

Bahan tekstil yang hendak diwarna harus diproses mordanting terlebih dahulu. Proses

mordanting ini dimaksudkan untuk meningkatkan daya tarik zat warna alam terhadap bahan

tekstil serta berguna untuk menghasilkan kerataan dan ketajaman warna yang baik. Proses

mordanting dilakukan sebagai berikut:

a. Potong bahan tekstil sebagai sample untuk diwarna dengan ukuran 10 X 10 Cm atau sesuai

keinginan sebanyak tiga lembar.

b Rendam bahan tekstil yang akan diwarnai dalam larutan 2gr/liter sabun netral (sabun

sunlight batangan) atau TRO (Turkey Red Oil). Artinya setiap 1 liter air yang digunakan

ditambahkan 2 gram sabun netral atau TRO. Perendaman dilakukan selama 2 jam. Bisa

juga direndam selama semalam. Setelah itu bahan dicuci dan dianginkan.

c. Untuk bahan kain kapas : Buat larutan yang mengandung 8 gram tawas dan 2 gram soda

abu (Na2CO3) dalam setiap 1 liter air yang digunakan. Aduk hingga larut. Rebus larutan

hingga mendidih kemudian masukkan bahan kapas dan direbus selama 1jam. Setelah itu

matikan api dan kain kapas dibiarkan terendam dalam larutan selama semalam. Setelah

direndam semalaman dalam larutan tersebut, kain diangkat dan dibilas (jangan diperas)

lalu dikeringkan dan disetrika. Kain kapas tersebut siap dicelup

d. Untuk bahan sutera at: Buat larutan yang mengandung 8 gram tawas dalam setiap 1 liter

air yang digunakan, aduk hingga larut. Panaskan larutan hingga 60ºC kemudian

masukkan bahan sutera atau wol dan proses selama 1 jam dengan suhu larutan dijaga

konstan (40 - 60ºC ). Setelah itu hentikan pemanasan dan kain dibiarkan terendam dalam

larutan selama semalam. Setelah direndam semalaman dalam larutan tersebut, kain

diangkat dan dibilas (jangan diperas) lalu dikeringkan dan disetrika. Kain sutera yang

telah dimordanting tersebut siap dicelup dengan larutan zat warna alam.

2. Pembuatan larutan fixer (pengunci warna)

Pada proses pencelupan bahan tekstil dengan zat warna alam dibutuhkan proses fiksasi

(fixer) yaitu proses penguncian warna setelah bahan dicelup dengan zat warna alam agar warna

memiliki ketahanan luntur yang baik. Ada 3 jenis larutan fixer yang biasa digunakan yaitu

tunjung (FeSO4), tawas, atau kapur tohor (CaCO3).. Untuk itu sebelum melakukan pencelupan

kita perlu menyiapkan larutan fixer terlebih dengan dengan cara :

a. Larutan fixer tunjung : Larutkan 50 gram tunjung dalam tiap liter air yang digunakan.

Biarkan mengendap dan ambil larutan beningnya.

b. Larutan fixer Tawas : Larutkan 50 gram tawas dalam tiap liter air yang digunakan.

Biarkan mengendap dan ambil larutan beningnya.

c. Larutan fixer Kapur tohor : Larutkan 50 gram kapur tohor dalam tiap liter air yang

digunakan. Biarkan mengendap dan ambil larutan beningnya.

3. Proses Pencelupan Dengan Zat Warna Alam

Setelah bahan dimordanting dan larutan fixer siap maka proses pencelupan bahan tekstil

dapat segera dilakukan dengan jalan sebagai berikut:

1. Siapkan larutan zat warna alam hasil proses ekstraksi dalam tempat pencelupan .

2. Masukkan bahan tekstil yang telah dimordanting kedalam larutan zat warna alam dan

diproses pencelupan selama 15 – 30 menit.

3. Masukkan bahan kedalam larutan fixer bisa dipilih salah satu antara tunjung , tawas

atau kapur tohor. Bahan diproses dalam larutan fixer selama 10 menit. Untuk

mengetahui perbedaan warna yang dihasilkan oleh masing – masing larutan fixer

maka proses 3 lembar kain pada larutan zat warna alam setelah itu ambil 1 lembar

difixer pada larutan tunjung, 1 lembar pada larutan tawas dan satunya lagi pada

larutan kapur tohor.

4. Bilas dan cuci bahan lalu keringkan. Bahan telah selesai diwarnai dengan larutan zat

warna alam.

5. Amati warna yang dihasilkan dan perbedaan warna pada bahan tekstil setelah difixer

dengan masing-masing larutan fixer. Pada umumnya hampir semua jenis zat

warna alam mampu mewarnai bahan dari sutera dengan baik , namun tidak

demikian dengan bahan dari kapas katun. (berdasar beberapa eksperimen yang

telah dilakukan penulis).

6. Lakukan pengujian-pengujian kualitas yang diperlukan (ketahanan luntur warna dan

lainnya

7. Simpulkan potensi tanaman yang diproses (diekstrak) sebagai sumber zat pewarna

alam untuk mewarnai bahan tekstil.

Dengan banyak melakukan eksperimentasi untuk mengeksplorasi kandungan pigmen

warna dalam tanaman maka akan sangat memperkaya jenis zat warna alam yang kita miliki.

Eksperimen dapat dimulai dari memilih jenis tanaman di lingkungan sekitar anda yang sekiranya

belum dimanfaatkan untuk kepentingan lain (untuk obat,tanman hias dan lainnya). Potensi

sumber daya alam Indonesia yang melimpah merupakan faktor pendukung yang dapat

dimanfaatkan. Produk tekstil dengan zat pewarna alam ini banyak disukai karena keunggulannya

selain ramah lingkungan juga warna – warna yang dihasilkan sangat khas dan etnik sehingga

memiliki nilai jual yang tinggi . Produk tekstil dengan zat warna alam dapat dijadikan potensi

unggulan produk daerah di pasar global. Untuk pengembangan penggunaan zat warna alam perlu

dilakukan melalui penelitian –penelitian untuk mendapatkan hasil yang semakin baik.

Reaksi Kimia Pada Pewarna RambutOleh Rahma Dewi

Pewarna rambut yang aman di-komersilkan pada tahun 1909 oleh seorang kimiawan asal Prancis, Eugene Schuller, dengan

menggunakan bahan kimia paraphenylenediamine. Pewarna rambut sangat popular saat ini, lebih dari 7% perempuan mewarnai rambut mereka dan tak ketinggalan pula persentasi kaum pria yang mengikuti tren yang sama. Sebenarnya tahukah anda bagaimana pewarna rambut berkerja? Zat warna yang dihasilkan rambut adalah sebuah reaksi seri kimia antara molekul yang terdapat pada rambut dengan pigmen-pigmen yang reaksinya sama dengan peroxide dan ammonia yang dihasilkan.

Apa yang disebut dengan "rambut" ?

Rambut pada dasarnya adalah keratin, yaitu sejenis protein yang juga sama ditemukan pada kulit dan kuku. Warna alami pada rambut bergantung pada perbandingan dan jumlah dari 2 jenis protein yang terkandung di dalamnya. Dua jenis protein tersebut bernama Eumelanin dan Phaeomelanin. Eumelanin adalah zat yang berperan pada pewarnaan rambut coklat ke corak hitam sedangkan Phaeomelanin berperan pada pewarnaan rambut keemasan, kuning jahe, dan merah. Ketidakikutsertaan salah satu dari melanin tersebut akan mengakibatkan warna putih atau abu-abu pada rambut.

Pewarnaan Alami

Manusia telah mewarnai rambut mereka sejak ribuan tahun yang lalu dengan menggunakan tumbuhan dan mineral alami. Ada 2 kategori bahan yang digunakan untuk pewarnaan rambut tersebut yaitu :

1. Yang mengandung pigmen contohnya Inai dan kerak biji kacang kenari 2. Pemutih alami yang hasil reaksinya mengakibatkan rambut berwarna contohnya cuka

(vinegar).

Pigmen alami pada umumnya bekerja degan cara menyelaput tangkai rambut dengan warna. Beberapa pewarna alami digunakan dengan cara yang sama seperti shampoo namun tidak membutuhkan waktu yang lama dan kepekatan yang tinggi seperti pada formula sintetis modern. Permasalahannya adalah sulit untuk mendapatkan hasil yang sama persis jika menggunakan bahan alami, ditambah lagi karakteristik beberapa orang yang alergi terhadap ramuan tradisional.

Pewarnaan Rambut Sementara

Rambut berwarna yang bersifat sementara atau permanen pada dasarnya disebabkan simpanan asam yang tercelup ke tangkai rambut bagian luar, atau bisa juga disebabkan karena molekul-molekul pigmen yang terdapat dalam tangkai rambut. Zat yang umum di gunakan pada proses ini adalah hidrogen peroksida, namun hanya dalam jumlah yang sedikit. Dalam beberapa kasus, pigmen warna buatan masuk kedalam tangkai rambut dan membentuk kompleks yang lebih besar di dalam tangkai-nya, . Namun sifat kesementaraan ini akan mudah hilang kita sering membasahi rambut atau keramas dengan shampoo yang tidak di-khususkan untuk rambut yang berwarna. Hal ini terjadi karena pewarna rambut tidak banyak mengandung ammonia yang menyebabkan tangkai rambut bagian atas tidak terbuka selama proses pewarnaan rambut sehingga sebenarnya pewarna rambut yang alami lebih mampu menahan produk pencuci atau shampoo jauh lebih baik.

Bagaimana Kesan Bercahaya Berkerja?

Bahan pemutih biasa digunakan untuk memberikan kesan bercahaya pada rambut. Reaksi pemutih dengan melanin di dalam rambut merupakan reaksi yang bersifat irreversible. Zat pemutih mengoksidasi molekul melanin. Namun, melanin masih tetap dapat ditemukan dalam bentuk hasil oksidasi yang telah berganti warna. Walau telah dioksidasi, warna rambut cenderung bercahaya dengan warna kuning muda, karena warna kuning merupakan warna alami dari zat keratin yaitu struktur protein yang terdapat pada rambut. Selain itu juga pemutih lebih mudah bereaksi dengan pigmen Eumelanin yang pekat dan Phaeomelamin, sehingga beberapa hasil sisa warna yaitu warna keemasan atau merah yang dapat terlihat kembali setelah pencahayaan. Salah satu zat yang digunakan sebagai kesan bercahaya adalah hydrogen peroksida .

Pewarna Rambut Tetap

Bagian luar lapisan dari tangkai rambut di sebut cuticle. Bagian ini harus terbuka sebelum pewarnaan. Sekali cuticle terbuka, reaksi pencelupan dengan bagian dalam rambut dan cortex, akan tersimpan dan mengganti warna baru. Kebanyakan pewarnaan rambut tetap atau permanent menggunakan 2 tahapan proses pewarnaan (biasanya terjadi bersama-sama). Proses yang pertama adalah mengganti warna asli rambut dan proses yang kedua adalah menyimpan warna barunya, dasar prosesnya sama seperti pada proses membuat efek bercahaya pada rambut, kecuali zat pewarna tersebut terikat dengan tangkai rambut.

Ammonia adalah zat kimia yang bersifat basa yang mampu membuka cuticle dan membiarkan pewarna rambut masuk ke dalam bagian cortex rambut. Ammonia juga bereaksi sebagai katalis ketika pewarna rambut permanen masuk bersama-sama dengan peroksida, kemudian peroksida mengganti posisi pigmen pada saat reaksi awal pergantian warna atau ・I>pre-existing・atau disebut juga awal ketetapan warna. Pada saat itu, peroksida menghancurkan ikatan kimia pada rambut, melepaskan sulfur, dan kemudian memberikan karakteristik bau pada pewarna rambut.

Melanin yang telah ter-decolorinasi akan menjadi warna permanen yang baru karena telah membentuk ikatan dengan cortex rambut. Beberapa jenis alkohol serta condisioner juga dapat melakukan degradasi warna pada rambut, untuk condisioner prosesnya adalah penutupan cuticle setelah pewarna masuk kedalam selaput dalam dan kemudian mengikat warna baru.

Dilema Pewarna Makanan Monday, 04 September 2006

Penggunaan pewarna sintetis yang tidak proporsional bisa mengganggu kesehatan.

Pewarna alami lebih aman asal bahan pendukungnya adalah bahan halal. Dalam sehari, pernahkan

Anda mengitung berapa jenis makanan yang dikonsumsi anak kita? Permen, jeli, kue lapis, bahkan

minuman warna warni mungkin adalah makanan favorit mereka. Harganya yang tak sampai Rp 5 ribu

rupiah menjadi daya tarik tersendiri. Siapa dari mereka yang akan berpikir "jahat"-nya pewarna dalam

makanan tersebut.

Bahan pewarna saat ini memang sudah tidak bisa dipisahkan dari makanan dan minuman olahan.

Berbagai makanan yang dijual di toko, warung dan para pedagang keliling hampir selalu menggunakan

bahan pewarna. Warna ini biasanya menyesuaikan dengan rasa yang ingin ditampilkan pada produk

tersebut. Misalnya untuk rasa jeruk diberi warna oranye, rasa stroberi dengan warna merah, rasa nanas

dengan warna kuning, rasa leci dengan warna putih, rasa anggur dengan warna ungu, rasa pandan

dengan warna hijau, dan seterusnya.

Secara umum bahan pewarna yang sering digunakan dalam makanan olahan terbagi atas pewarna

sintetis (buatan) dan pewarna natural (alami). Pewarna sintetis pada umumnya terbuat dari bahan-bahan

kimia. Misalnya tartrazin untuk warna kuning, allura red untuk warna merah, dan seterusnya. Kadang-

kadang pengusaha yang nakal juga menggunakan pewarna bukan makanan (non food grade) untuk

memberikan warna pada makanan.

Misalnya saja penggunaan rhodamin B yang sering digunakan untuk mewarnai terasi, kerupuk dan

minuman sirup. Penggunaan pewarna jenis ini tentu saja dilarang keras, karena bisa menimbulkan

kanker dan penyakit-penyakit lainnya.

Bahan pewarna sintetis yang boleh digunakan untuk makanan (food grade) pun harus dibatasi

jumlahnya. Karena pada dasarnya, setiap benda sintetis yang masuk ke dalam tubuh kita akan

menimbulkan efek. Beberapa negara maju, seperti Eropa dan Jepang bahkan telah melarang

penggunaan pewarna sintetis tersebut. Misalnya saja pewarna tartrazine, telah mulai ditinggalkan oleh

negara tertentu. Mereka lebih merekomendasikan pewarna alami, seperti beta karoten.

Mengapa pewarna sintetis masih sangat diminati oleh para produsen makanan? Pertama adalah

masalah harga. Pewarna kimia tersebut dijual dengan harga yang jauh lebih murah dibandingkan dengan

pewarna alami. Masalah ini tentu saja sangat diperhatikan oleh produsen, mengingat daya beli

masyarakat Indonesia yang masih cukup rendah.

Faktor kedua adalah stabilitas. Pewarna sintetis memiliki tingkat stabilitas yang lebih baik, sehingga

warnanya tetap cerah meskipun sudah mengalami proses pengolahan dan pemanasan. Sedangkan

pewarna alami mudah mengalami degradasi atau pemudaran pada saat diolah dan disimpan. Misalnya

kerupuk yang menggunakan pewarna alami, maka warna tersebut akan segera pudar manakala

mengalami proses penggorengan.

Pewarna alami sebenarnya tidak bebas dari masalah. Dari segi kehalalan, pewarna jenis ini justru

memiliki titik kritis yang lebih tinggi. Sebagaimana dijelaskan, pewarna natural ini tidak stabil selama

penyimpanan. Untuk mempertahankan warna agar tetap cerah, maka sering digunakan bahan pelapis

untuk melindunginya dari pengaruh suhu, cahaya dan kondisi lingkungan lainnya. Nah, bahan pelapis

yang sering digunakan adalah gelatin, yang berasal dari hewan. Tentu saja gelatin ini perlu dilihat,

apakah berasal dari hewan halal atau tidak.

Salah satu contoh pewarna alami yang digunakan dalam pengolahan pangan adalah xanthaxanthine.

Bahan pewarna yang memberikan warna merah ini diekstrak dari sejenis tanaman. Untuk membuat

pewarna tersebut stabil maka digunakan gelatin sebagai bahan pelapis (coating) melalui sistem

mikroenkapsulasi. Pewarna ini sering digunakan pada industri daging dan ikan kaleng (ikan sardin).

Di satu sisi penggunaan pewarna sintetis yang tidak proporsional dapat menimbulkan masalah

kesehatan. Namun penggunaan bahan pewarna alamipun jika tidak dilakukan secara hati-hati dapat

menjurus kepada bahan yang haram atau shubhat. Lalu bagaimana sikap kita menghadapi dilema

tersebut?

Pilihan terbaik tentu saja tetap pewarna alami, karena ia adalah bahan alam yang tidak menimbulkan

efek negatif pada tubuh. Namun harus diingat bahwa penggunaan bahan tambahan atau bahan penolong

semisal pelapis pada pewarna tersebut harus dipilih dari bahan-bahan yang halal. Kalau harus

menggunakan gelatin sebaiknya dengan gelatin yang halal. Bisa juga digunakan bahan lain, seperti

maltodekstrin atau karagenan yang lebih aman dari segi kehalalan.

Jika masalah harga masih menjadi kendala, maka penggunaan bahan pewarna sintetis boleh-boleh saja.

Namun harus jenis pewarna yang untuk makanan (food grade) dengan jumlah yang proporsional dan

tidak berlebihan.

Bagi konsumen, perlu juga mengetahui ciri-ciri pewarna yang tidak baik. Pertama, carilah makanan atau

minuman yang warnanya tidak terlalu mencolok. Misalnya, hindari makanan dengan warna merah, kuning

dan hijau yang terlihat `ngejreng'. Tidak menutup kemungkinan warna yang terlalu mencolok tersebut

berasal dari bahan pewarna non food grade, seperti pewarna teksil yang berbahaya bagi kesehatan.

Sedangkan untuk melihat pewarna yang halal dan yang tidak, secara kasat mata memang agak sulit.

Oleh karena itu lebih mudah memilih makanan dan minuman yang telah bersertifikat halal. 

Xilitol, Pemanis Alami Pelindung Gigi

DALAM rubrik konsumen Kompas (4/11/01) dilaporkan adanya bahaya karang gigi, terutama bakterinya

yang bisa lari ke jantung. Karena itu disarankan beberapa cara memelihara mulut dan gigi agar tetap sehat.

Majalah Hispanic edisi Juli/ Agustus 01, juga memuat tulisan Cathy A Jones dengan judul "Lima tip agar mulut kita lebih sehat". Tip-tip itu menyarankan untuk menyikat gigi selama dua menit penuh (biasanya orang menyikat gigi hanya 45 detik), menyikat lidah, mengurangi konsumsi snack, meninggalkan konsumsi minuman bersoda, dan mengunyah permen karet (gum) yang bahan pemanisnya xilitol.

Dari kelima saran tersebut, tampaknya saran yang terakhir yang belum akrab dengan masyarakat kita. Apa sebenarnya xilitol itu dan mengapa dapat menjaga kesehatan mulut dan gigi?

Xilitol, pertama kali berhasil diisolasi dari serpihan kayu beech oleh ahli kimia Jerman Prof Dr Emil Herman Fisher (pemenang Nobel kimia 1902) dan asistennya Rudolf Stahel pada September 1890. Xilitol sering disebut sebagai bahan pemanis alami karena secara alami memang ditemukan di dalam tanaman, hewan dan manusia.

Beberapa buah yang banyak mengandung xilitol adalah raspberry, strawberry, rowanberry, dan apel. Sedangkan pada sayuran banyak terdapat pada bayam, terong, kembang kol, dan lettuce. Tubuh manusia, selama metabolisme berjalan normal, dapat menghasilkan xilitol sampai 15 g setiap harinya. Senyawa ini terbentuk sebagai senyawa antara (intermediate) dalam metabolisme glukosa. Oleh karenanya konsumsi xilitol kurang dari 15 g/hari aman bagi kesehatan manusia.

Sampai sekarang, produksi xilitol (C5H12O5) secara komersial dilakukan melalui proses hidrogenisasi xilosa atau gula kayu (C5H10 O5) dengan bantuan katalisator nikel, pada suhu 80-140o C dan tekanan 50 atmosfer.

Xilitol murni berupa kristal putih, dengan wujud dan rasa seperti gula. Pada label produk pangan, xilitol sering dimasukkan sebagai karbohidrat dan sebagian kecil sebagai poliol, meskipun dalam pustaka xilitol termasuk dalam kelompok poliol atau alkohol polihidrat atau gula alkohol.

Karena xilitol diabsorbsi secara lambat dan hanya sebagian yang dimetabolisme, maka nilai kalorinya 40% lebih kecil dari pada kelompok karbohidrat lainnya atau 2,4 K kalori. Senyawa ini sebenarnya telah digunakan dalam produk pangan sejak 1960-an dan telah populer untuk diet penderita diabetes.

Keunggulan xilitol

Xilitol merupakan bahan pemanis alternatif yang memiliki sifat sangat baik bagi pengembangan produk pangan maupun produk farmasi. Beberapa sifat yang dimiliki adalah mudah larut dalam air, tahan terhadap panas/tidak mudah mengalami karamelisasi (cocok untuk pembuatan jenis roti tertentu), memberikan sensasi dingin (cooling sensation) seperti mentol, memiliki tingkat kemanisan yang sama dengan sukrosa (gula tebu), menghasilkan energi hanya 2,4 K kalori/g (cocok bagi penderita kegemukan/obesitas), dan tidak memerlukan insulin untuk metabolismenya (cocok bagi penderita diabetes), serta bersifat anticariogenic (melindungi dari kerusakan gigi).

Kerusakan gigi terutama disebabkan oleh banyaknya bakteri yang terakumulasi pada gigi. Hal ini sering disebut plak (plaque) gigi. Bakteri yang telah diyakini sebagai penyebab kerusakan gigi adalah Streptococcus mutans. Bakteri ini bersifat tahan terhadap asam (aciduric), menghasilkan senyawa bersifat asam (acidogenic), membentuk polisakarida yang lengket dari sukrosa, dan mampu mempermentasi poliol lain, seperti sorbitol dan manitol.

Apabila kita buruk dalam memeliharaan gigi, maka sisa makanan terutama kelompok karbohidrat yang masih menempel pada gigi akan difermentasi oleh bakteri plak dan dihasilkan asam format, asetat dan

laktat. Senyawa-senyawa bersifat asam ini akan menurunkan pH plak gigi yang selanjutnya mengakibatkan demineralisasi email gigi dan pembentukan lubang gigi (cavity).

Mengapa xilitol dapat melindungi gigi?

Xilitol merupakan senyawa yang tidak dapat dimetabolisme oleh bakteri perusak ggi tersebut. Oleh karenanya, konsumsi xilitol akan memelihara pH permukaan gigi sehingga tidak sampai di bawah 5,7. Dengan demikian, kerusakan gigi dapat dicegah/dihindari. Dari hasil penelitian Dr Walter J Hoesche dari Universitas Michigan, diketahui bahwa xilitol secara signifikan dapat menurunkan populasi Streptoccus mutans di dalam air ludah dibandingkan dengan pemberian flourida atau placebo saja.

Ia juga menyatakan melalui pengunyahan permen karet dengan pemanis xilitol diperoleh jumlah plak S mutans jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah yang diperoleh dengan pemanis sorbitol atau fruktosa. Penjelasan lain atas pertanyaan di atas adalah pengunyahan permen karet berxilitol ternyata mampu menstimulasi ekskresi air ludah di dalam mulut. Adanya aliran air ludah juga membantu mengurangi populasi bakteri. Dengan demikian, gigi relatif tetap bersih dan terlindungi dari kerusakan gigi.

Untuk mengetahui besarnya penurunan kerusakan gigi setelah mengkonsumsi xilitol, berikut ditunjukkan beberapa hasil penelitian yang telah dipublikasikan sejak tahun 1975 sampai 2000.

Dari data tersebut, diketahui konsumsi xilitol melalui pengunyahan permen selama 1-3 tahun dengan dosis dari 1-3,9 sampai 30 g/hari dapat menurunkan kerusakan gigi mulai 30-57% sampai lebih dari 82%. Rangkuman hasil penelitian di atas cukuplah memberikan bukti bahwa mengunyah permen karet berxilitol dapat menghambat kerusakan gigi.

Kunyah permen karet

Di Eropa, khususnya di Finlandia, sebagian besar permen karet (80%) menggunakan bahan pemanis xilitol. Di Jepang, xilitol termasuk salah satu dari 12 komponen bahan pangan yang dapat memberikan efek menyehatkan tubuh (Foods for Specified Health Use) atau kini lebih dikenal dengan istilah makanan fungsional.

Konsumsi xilitol di Jepang meningkat secara mengejutkan setelah pemerintahnya mengizinkan pemanis tersebut pada April 1997. Sampai Januari 1999, dilaporkan konsumsi permen karet terdongkrak naik lebih dari 25%.

Bagaimana di Indonesia? Kendala yang mungkin dihadapi adalah harga xilitol yang masih tinggi yaitu kira-kira Rp 60.000/kg. Tetapi jika dihitung-hitung, kandungan satu gram xilitol pada setiap kemasan/ lembar permen karet hanya menambah biaya produksi Rp 60. Bukankah ini peluang bisnis industri permen karet? Lagi pula dapat ikut berpartisipasi mewujudkan masyarakat Indonesia sehat.

Jadi, sudah saatnya memilih permen karet berxilitol, meski harus membayar sedikit lebih mahal. Soalnya keuntungannya berlangsung panjang: mulut dan gigi tetap sehat sampai tua. Bahkan sejumlah penelitian menyebutkan, xilitol juga mampu menghambat laju osteoporosis, mencegah sakit telinga pada anak-anak (acute otitis media) dan dapat meningkatkan kekebalan tubuh.

Nasehat lama "jangan makan permen nanti gigimu habis" dapat direformasi menjadi, "kunyahlah permen karet berxilitol agar gigimu sehat dan kuat".

The