antrop kd 4

9
Antropologi Hukum NAMA : Dimas Ari Yanto NIM : E0010113

Upload: dimas-ari-yanto

Post on 17-Jan-2016

218 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tugas

TRANSCRIPT

Page 1: Antrop KD 4

Antropologi Hukum

NAMA : Dimas Ari Yanto

NIM : E0010113

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 2: Antrop KD 4

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nikah/ kawin di Indonesia adalah akad yang menjadikan halal pergaulan antara

seorang laki-laki dengan perempuan yang bukan muhrim sehingga menimbulkan hak dan

kewajiban antara keduanya. Sedangkan menurut istilah syara’ nikah itu berarti 

melakukan suatu akad atau perjanjian untuk mengikat diri antara seorang laki-laki dan

seorang perempuan demi terwujudnya keluarga bahagia yang berdasarkan ketuhanan

yang maha esa:

Perkawinan dan tata caranya diatur dalam Undang – Undang Perkawinan

Indonesia dan pada Kompilasi Hukum Islam di Indonesia untuk tujuan sebagaimana

tertuang pada sumber hukum perkawinan di Indonesia tersebut. Fenomena tentang

perkawinan banyak terjadi di Indonesia karena akulturasi suatu budaya yang masuk dari

budaya maupun hal lain yang mendorong terjadinya perkawinan dengan berbagai macam

dan bentuk.

Page 3: Antrop KD 4

PEMBAHASAN

Nikah Kontrak

Perkawinan merupakan salah satu asas pokok hidup yang paling utama dalam

pergaulan yang berguna untuk mengatur kehidupan rumah tangga dan keturunan. Di

Indonesia, dasar hukum perkawinan adalah menggunakan Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam di Indonesia.

Makalah ini akan langsung mengerucut kepada Nikah kontrak yang telah ada

sejak dulu dan biasanya untuk melakukan hal lebih mahal dari segi ekonomi daripada

kawin pada umumnya. Tata cara kawin kontrak tidak berbeda dengan perkawinan

menurut perundang – undangan di Indonesia, tetapi yang menjadi pembeda adalah nilai

serta asas yang menjadi acuan, secara norma juga terjadi pelanggaran terhadap sumber

hukum perkawinan Indonesia yang menyangkut dengan nilai dan asas Perkawinan

Indonesia.

A. Definisi nikah kontrak (mut’ah)

nikah mut’ah adalah seseorang laki-laki menikahi seorang wanita dengan sesuatu

dari harta untuk jangka waktu tertentu. Pernikahan ini berakhir dengan berakhirnya waktu

tersebut tanpa adanya perceraian,  juga tidak ada kewajiban nafkah dan tempat tinggal

serta tidak ada waris-mewarisi diantara keduanya apabila salah satunya meninggal

sebelum berakhirnya masa pernikahan.Pernikahan ini juga tidak mensyaratkan adanya

saksi, tidak disyaratkan adanya ijin dari bapak atau wali, dan status wanitanya sama

dengan wanita sewaan atau budak.

B. Syarat utama nikah kontrak

1) Mahar : mahar dalam nikah kontrak ini berupa harta benda yang akan diberikan

pada pihak perempuan dan hanya sebatas dalam isi perjanjian niikah mut’ah

tersebut

Page 4: Antrop KD 4

2) Waktu : Dalam nikah mut'ah tidak ada batas minimal mengenai kesepakatan

waktu berlangsungnya mut'ah. Jadi boleh saja nikah mut'ah dalam jangka waktu

satu hari, satu minggu, satu bulan bahkan untuk sekali hubungan suami istri.

3) Perjanjian pernikahan : perjanjian dalam nikah mut’ah ini sangat diperlukan

karena dalam pernikahan kontrak ada kesepakatan tentang jangka waktu tertentu

dalam pernikahan tersebut, selain itu juga kesepakatan tentang jumlah mahar

yang harus diberikan kepada pihak perempuan.

C. Ciri-ciri nikah kontrak (mut’ah)

1) Tidak ada talak : dalam nikah mut'ah tidak dikenal istilah talak, karena seperti di

atas telah diterangkan bahwa nikah mut'ah bukanlah pernikahan yang lazim

dikenal dalam Islam. Jika hubungan pernikahan yang lazim dilakukan dalam

Islam selesai dengan beberapa hal dan salah satunya adalah talak, maka hubungan

nikah mut'ah selesai dengan berlalunya waktu yang telah disepakati bersama.

Kesepakatan atas jangka waktu mut'ah adalah salah satu rukun/elemen penting

dalam mut'ah selain kesepakatan atas mahar.

2) Jangka waktu : Dalam nikah mut'ah tidak ada batas minimal mengenai

kesepakatan waktu berlangsungnya mut'ah. Jadi boleh saja nikah mut'ah dalam

jangka waktu satu hari, satu minggu, satu bulan bahkan untuk sekali hubungan

suami istri.

3) berkali-kali tanpa batas : Diperbolehkan nikah mut'ah dengan seorang wanita

berkali-kali tanpa batas, tidak seperti pernikahan yang lazim, yang mana jika

seorang wanita telah ditalak tiga maka harus menikah dengan laki-laki lain dulu

sebelum dibolehkan menikah kembali dengan suami pertama.

4) Wanita mut'ah diberi mahar sesuai jumlah hari yang disepakati : Wanita yang

dinikah mut'ah mendapatkan bagian maharnya sesuai dengan hari yang

disepakati. Jika ternyata wanita itu pergi maka boleh menahan maharnya.

Page 5: Antrop KD 4

1. Menurut Islam

Wacana pemidanaan pelaku kawin kontrak (mut'ah) dan kawin siri yang

tercantum dalam  draf Rancangan Undang-Undang (RUU) Hukum Materiil Peradilan

Agama Bidang  Perkawinan sedang menjadi buah bibir. Pro dan kontra terhadap wacana

itu bergulir semakin deras. Sesungguhnya, para ulama di Tanah Air telah menetapkan

fatwa tentang hukum nikah kontrak. Hukum kawin kontrak dalam pandangan Islam,

Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah menetapkan fatwa hukum nikah

kontrak pada 25 Oktober 1997. Dalam fatwanya, MUI memutuskan bahwa nikah kontrak

atau mut'ah hukumnya haram.  Fatwa  nikah kontrak yang ditandatangani  Ketua Umum

MUI, KH Hasan Basri dan Ketua Komisi Fatwa MUI, KH Ibrahim Hosen itu juga

bersikap keras kepada pelaku  nikah mut'ah. MUI bersandar pada Alquran surah al-

Mukminun ayat 5-6.''Dan (diantara sifat orang mukmin itu) mereka memelihara

kemaluannya kecuali terhadap istri dan jariah mereka: maka sesungguhnya mereka

(dalam hal ini) tiada tercela.'' Berdasarkan ayat itu, MUI menyatakan bahwa hubungan

kelamin hanya dibolehkan kepada wanita yang berfungsi sebagai istri atau

jariah.Sedangkan, papar MUI, wanita yang diambil dengan jalan mut'ah tak berfungsi

sebagai istri, karena ia bukan jariah. MUI berpendapat akad mut'ah bukan akan nikah,

alasannya: Pertama, tak saling mewarisi. Sedangkan nikah menjadi sebab memperoleh

harta warisan. Kedua, idda mut'ah tak seperti iddah nikah biasa.

2. Menurut Hukum Nasional Perkawinan UU No.1 tahun 1974 BAB 1 Pasal 1

Sedangkan jika ditinjau dari UU No.1 tahun 1974 BAB 1 Pasal 1 yang

menyebutkan bahwa ” Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan

seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga

(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Mahaesa.” , berarti

secara penalaran logika tidak ada peluang untuk kawin kontrak yang terjadi dengan

landasan ekonomi yang berawal dari tawar menawar sampai transaksi. Jika dibandingkan

dengan UU No.1 tahun 1974 BAB 1 Pasal 1 maka kawin kontrak hanya memenuhi

klasifikasi ikatan lahir dan membentuk keluarga yang bahagia, ikatan batin serta tujuan

Page 6: Antrop KD 4

membentuk keluarga yang kekal berdasarkan Ketuhanan Yang maha Esa tidak masuk

dalam klasifikasi pasal tersebut.

Dalam bab lain pada Hukum Perkawinan Di dalam Bab V, Perjanjian

Perkawianan Pasal 29, ayat 2 menyatakan bahwa perjanjian tersebut tidak dapat disahkan

bilamana melanggar batas-batas hukum agama dan kesusilaan.

Dari uraian pasal-pasal diatas, jelas bahwa Undang-Undang No. 1 Tahun 1974, tidak

membenarkan adanya kawin kontrak.

Ditinjau dari segi Hukum Perjanjian, tentang syarat-syarat yang diperlukan untuk sahnya

satu perjanjian Pasal 1320 KUHPerdata, mengatakan bahwa untuk sahnya suatu

perjanjian diperlukan 4 syarat :

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya.

2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan.

3. Suatu hal tertentu

4. Suatu sebab yang halal.

KESIMPULAN

Praktek Pernikahan berdasarkan kontrak dan pertimbangan ekonomi yang tawar

menawar serta jangka waktu yang ditentukan sejak awal karena semua terjadi di atas

kesepakatan kedua belah pihak di atas kertas, tetapi perkawinan tersebut juga tetap

dilakukan pendaftaran pada lembaga perkawinan yang sah di hadapan negara Indonesia.

Kesimpulan untuk tinjauan hukum terhadap kawin kontrak adalah ILLEGAL

berdasarkan pembahasan diatas walaupun belum ada pasal yang menyebutkan secara

rinci dan terkodifikasi tentang kawin kontrak.