antijamur

15
OBAT ANTIJAMUR Dari Segi terapeutik infeksi jamur dapat dibedakan atas infeksi sistemik, dermatofit, dan mukokutan.Infeksi sistemik dapat lagi dibagi atas infeksi dalam dan infeksi subkutan. Dasar farmakologis dari pengobatan infeksi jamur belum sepenuhnya dimengerti. Secara umum infeksi jamur dibedakan atas infeksi sistemik dan infeksi jamur topical. Dalam pengobatan beberapa anti jamur dapat digunakan untuk kedua bentuk infeksi tersebut. Ada infeksi jamur topical yang dapat diobati secara sistemik ataupun topical. Obat- obat anti jamur sistemik sebagai berikut : AMFOTERISIN B Amfoterisin A dan B merupakan hasil fermentasi streptomyces nodosus.Sembilan puluh delapan persen campuran ini terdiri dari amfoterisin B yang mempunyai aktivitas antijamur.Kristal seperti jarum atau prisma bewarna kuning jingga, tidak berbau dan tidak berasa ini merupakan antibiotik polien yang bersifat basa amfoter lemah, tidak larut dalam air,tidak stabil,tidak tahan suhu diatas 37 o C tetapi dapat stabil sampai berminggu- minggu pada suhu 4 o C. Aktivitas Obat Amfoterisin B menyerang sel yang sedang tumbuh dansel matang. Aktivitas anti jamur nyata pada pH 6,0-7,5: berkurang pada pH yang lebihrendah. Antibiotik ini bersifat fungistatik atau fungisidal tergantung pada dosis dansensitivitas jamur yang dipengaruhi. Dengan kadar 0,3-1,0 µg/mL antibiotik ini dapatmenchambat aktivitas Histoplasma capsulaium, Cryptococcus

Upload: wawan-bw

Post on 11-Sep-2015

217 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kesehatan

TRANSCRIPT

OBAT ANTIJAMUR

Dari Segi terapeutik infeksi jamur dapat dibedakan atas infeksi sistemik, dermatofit, dan mukokutan.Infeksi sistemik dapat lagi dibagi atas infeksi dalam dan infeksi subkutan. Dasar farmakologis dari pengobatan infeksi jamur belum sepenuhnya dimengerti. Secara umum infeksi jamur dibedakan atas infeksi sistemik dan infeksi jamur topical. Dalam pengobatan beberapa anti jamur dapat digunakan untuk kedua bentuk infeksi tersebut. Ada infeksi jamur topical yang dapat diobati secara sistemik ataupun topical. Obat- obat anti jamur sistemik sebagai berikut :AMFOTERISIN BAmfoterisin A dan B merupakan hasil fermentasi streptomyces nodosus.Sembilan puluh delapan persen campuran ini terdiri dari amfoterisin B yang mempunyai aktivitas antijamur.Kristal seperti jarum atau prisma bewarna kuning jingga, tidak berbau dan tidak berasa ini merupakan antibiotik polien yang bersifat basa amfoter lemah, tidak larut dalam air,tidak stabil,tidak tahan suhu diatas 37oC tetapi dapat stabil sampai berminggu-minggu pada suhu 4oC.Aktivitas ObatAmfoterisin B menyerang sel yang sedang tumbuh dansel matang. Aktivitas anti jamur nyata pada pH 6,0-7,5: berkurang pada pH yang lebihrendah. Antibiotik ini bersifat fungistatik atau fungisidal tergantung pada dosis dansensitivitas jamur yang dipengaruhi. Dengan kadar 0,3-1,0 g/mL antibiotik ini dapatmenchambat aktivitasHistoplasma capsulaium, Cryptococcus neoformans,Coccidioides immitis,dan beberapa spesiesCandida, Tondopsis glabrata,Rhodotorula, Blastomyces dermatitidis, Paracoccidioides braziliensis,BeberapaspesiesAspergillus, Sporotrichum schenckii, Microsporum audiouinidan spesiesTrichophyton.Secarain vitrobila rifampisin atau minosiklin diberikan bersamaamfoterisin B terjadi sinergisme terhadap beberapa jamur tertentu.Mekanisme kerjaAmfoterisin B berikatan kuat dengan sterol yang terdapat pada membran sel jamur sehingga membran sel bocor dan kehilangan beberapa bahan intrasel dan menyebabkan kerusakan yang tetap pada sel.Salah satu penyebab efek toksik yang ditimbulkan disebabkan oleh pengikatan kolesterol pada membran sel hewan dan manusia.Resistensi terhadap amfoterisin B mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan reseptor sterol pada membran sel.FarmakokinetikAbsorbsi : sedikit sekali diserap melalui saluran cerna.Waktu paruh kira-kira 24-48 jam pada dosis awal yang diikuti oleh eliminasi fase kedua dengan waktu paruh kira-kira 15 hari, sehingga kadar mantapnya akan tercapai setelah beberapa bulan setelah pemberian.Ekskresi : obat ini melalui ginjal berlangsung lambat sekali, hanya 3 % dari jumlahyang diberikan.Efek sampingInfus : kulit panas, keringatan, sakit kepala, demam, menggigil, lesu, anoreksia, nyeri otot, flebitis, kejang dan penurunan faal ginjal.50% penderita yang mendapat dosis awal secara IV akan mengalami demam dan menggigil.Flebitis (-)menambahkan heparin 1000 unit ke dalam infus.Asidosis tubuler ringan dan hipokalemia sering dijumpai pemberian kalium.Efek toksik terhadap ginjal dapat ditekan bila amfoterisin B diberikan bersama flusitosin.IndikasiUntuk pengobatan infeksi jamur seperti koksidioidomikosis, aspergilosis, kromoblastomikosis dan kandidosis.Amfoterisin B merupakan obat terpilih untuk blastomikosis.Amfoterisin B secara topikal efektif terhadap keratitis mikotik.SediaanAmfoterisin B injeksi tersedia dalam vial yang mengandung 50 mg bubukDosisPada umumnya dimulai dengan dosis yang kecil (kurang dari 0,25 mg/kgBB) yang dilarutkan dalam dekstrose 5 % dan ditingkatkan bertahap sampai 0,4-0,6 mg/kgBB sebagai dosis pemeliharaan.Secara umum dosis 0,3-0,5 mg/kgBB cukup efektif untuk berbagai infeksi jamur, pemberian dilakukan selama 6 minggu dan bila perlu dapat dilanjutkan sampai 3-4 bulanFLUSITOSINFlusitosin (5-fluorositosin; 5FC) merupakan antijamur sintetikyang berasal dari fluorinasi pirimidin, dan mempunyai persamaan struktur denganfluorourasil dan floksuridin. Obat ini berbentuk kristal putih tidak berbau, sedikit larutdalam air tapi mudah larut dalam alkohol.Aktivitas ObatSpektrum antijamur flusitosin agak sempit. Obat iniefektif untuk pengobatan kriptokokosis, kandidiasis, kromomikosis, torulopsis danaspergilosis.CryptococcusdanCandidadapat menjadi resisten selama pengobatan denganflusitosin. Empat puluh sampai 50%Candidasudah resisten sejak semula pada kadar100 g/mL flusitosin. Infeksi saluran kemih bagian bawah olehCandidayang sensitifdapat diobati dengan flusitosin saja karena kadar obat ini dalam urin sangat tinggi.Invitropemberian flusitosin bersama amfoterisin B akan menghasilkan efek supraaditifterhadapC. neoformans, C. tropicalisdanC. albicansyang sensitif.Mekanisme kerjaFlusitosin masuk ke dalam sel jamur dengan bantuan sitosin deaminase dan dalam sitoplasma akan bergabung dengan RNA setelah mengalami deaminasi menjadi 5-Fluorourasil. Sintesis protein sel jamur terganggu akibat penghambatan langsung sintesis DNA oleh metabolit fluorourasil.

FarmakokinetikAbsorbsi: diserap dengan cepat dan baik melalui saluran cerna.Pemberian bersama makanan memperlambat penyerapan tapi jumlah yang diserap tidak berkurang. Penyerapan juga diperlambat pada pemberian bersama suspensi alumunium hidroksida/magnesium hidroksida dan dengan neomisin.Distribusi:didistribusikan dengan baik ke seluruh jaringan dengan volume distribusimendekati total cairan tubuh.Ekskresi: 90% flusitosin akan dikeluarkan bersama melalui filtrasi glomeruludalam bentuk utuh, kadar dalam urin berkisar antara 200-500g/ml.Kadar puncak dalam darah setelah pemberian per-oral dicapai 1-2 jam. Kadar ini lebih tinggi pada penderita infusiensi ginjal.Masa paruh obat ini dalam serum pada orang normal antara 2,4-4.8 jam dan sedikit memanjang pada bayi prematur tetapi dapat sangat memanjang pada penderita insufisiensi ginjal.Efek sampingDapat menimbulkan anemia, leukopenia, dan trombositopenia, terutama pada penderita dengan kelainan hematologik, yang sedang mendapat pengobatan radiasi atau obat yang menekan fungsi tulang, dan penderita dengan riwayat pemakaian obat tersebut.Mual,muntah, diare dan enterokolitis yang hebat.Kira-kira 5% penderita mengalami peninggian enzim SGPT dan SGOT, hepatomegali.Terjadi sakit kepala, kebingungan, pusing, mengantuk dan halusinasi.Indikasiinfeksi sistemik, karena selain kurang toksik obat ini dapat diberikan per oral.Penggunaannya sebagai obat tunggal hanya diindikasikan pada kromoblastomikosisSediaan dan dosisFlusitosin tersedia dalam bentuk kapsul 250 dan 500 mgDosis yang biasanya digunakan ialah 50-150 mg/kgBB sehari yang dibagi dalam 4 dosis.KetokonazolKetokonazol merupakan turunan imidazol sintetik denganstruktur mirip mikonazol dan klotrimazol. Obat ini bersifat liofilik dan larut dalam airpada pH asam.Aktivitas ObatKetokonazol aktif sebagai antijamur baik sistemikmaupun nonsistemik efektif terhadapCandida, Coccidioides immitis, Cryptococcusneoformans, H. capsulatum, B. dermatitidis, AspergillusdanSporothrix spp.Mekanisme kerjaSeperti azole jenis yang lain, ketoconazole berinterferensi dengan biosintesis ergosterol, sehingga menyebabkan perubahan sejumlah fungsi sel yang berhubungan dengan membran.FarmakokinetikAbsorbsi : diserap baik melalui saluran cerna dan menghasilkan kadar plasma yang cukup untuk menekan aktivitas berbagai jenis jamur. Penyerapan melalui saluran cerna akan berkurang pada penderita dengan pH lambung yang tinggi,pada pemberian bersama antasid.Distribusi: ketokonazol setelah diserap belum banyak diketahui.Ekskresi: Diduga ketokonazol diekskresikan bersama cairan empedu ke lumen usus dan hanya sebagian kecil saja yang dikeluarkan bersama urin, semuanya dalam bentuk metabolit yang tidak aktif.Efek sampingEfek toksik lebih ringan daripada Amfoterisin B.Mual dan muntah merupakan ESO paling sering dijumpaiESO jarang : sakit kepala, vertigo, nyeri epigastrik, fotofobia, parestesia, gusi berdarah, erupsi kulit, dan trombositopenia.IndikasiKetokonazol terutama efektif untuk histoplasmosis paru, tulang, sendi dan jaringan lemak.Kehamilan dan laktasiObat ini sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil karena pada tikus, dosis 80mg/kgBB/hari menimbulkan cacat pada jari hewan coba tersebut.ITRAKONAZOLAntijamur sistemik turunan triazol ini erat hubungannya dengan ketokonazol.Obat ini dapat diberikan per oral dan IV.Aktivitas antijamurnya lebih lebar sedangkan efek samping yang ditimbulkan lebih kecil dibandingkan dengan ketokonazol.Itrakonazol diserap lebih sempuma melalui saluran cerna bila diberikan bersamamakanan. Itrakonazol, seperti golongan azol lainnya, juga berinteraksi dengan enzimmikrosom hati, tetapi tidak sebanyak ketokonazol. Rifampisin akan mengurarangi kadar plasmaitrakonazol.Itrakonazol memberikan hasil mernuaskan untuk indikasi yang sama denganketokonazol antara lain terhadap blastomikosis, histoplasmosis, koksidioidomikosis,sariawan pada mulut dan tenggorokan serta tinea versikolor. Berbeda dariketokonazol, itrakonazol juga memberikan efek terapi terhadap aspergilosis diluarSSP.Itrakonazol suspensi diberkan dalam keadaan lambung kosong dengan dosis duakali 100 mg sehari, dan sebaiknya dikumur dahulu sebelum ditelan untuk meng-optimalken efek topikalnya. Lamanya pengobatan biasanya 2-4 mirggu. ItrakonazolIV diberikan untuk infeksi berat melalui infus dengan dosis muat dua kali 200 mgsehari, diikuti satu kali 200 mg sehari selama 12 hari. Infus diberikan dalam waktu satu jam.Mekanisme kerjaSeperti halnya azole yang lain, itraconazole berinterferensi dengan enzim yang dipengaruhi oleh cytochrome P-450, 14(-demethylase. Interferensi ini menyebabkan akumulasi 14-methylsterol dan menguraikan ergosterol di dalam sel-sel jamur dan kemudian mengganti sejumlah fungsi sel yang berhubungan dengan membranFarmakokinetikItrakonazol akan diserap lebih sempurna melalui saluran cerna, bila diberikan bersama dengan makanan. Dosis 100 mg/hari selama 15 hari akan menghasilkan kadar puncak sebesar 0,5 g/ml.Waktu paruh eliminasi obat ini 36 jam (setelah 15 hari pemakaian).Sediaan dan dosisItrakonazol tersedia dalam kapsul 100 mg.Untuk dermatofitosis diberikan dosis 1 x 100mg/hari selama 2-8 mingguKandidiasis vaginal diobati dengan dosis 1 x 200 mg/hari selama 3 hari.Pitiriasis versikolor memerlukan dosis 1 x 200 mg/hari selama 5 hari.Infeksi berat mungkin memerlukan dosis hingga 400 mg sehari.Efek sampingKemerahan,pruritus,lesu,pusing,edema,parestesia10-15% penderita mengeluh mual atau muntah tapi pengobatan tidak perlu dihentikanIndikasiItrakonazol memberikan hasil memuaskan untuk indikasi yang sama dengan ketokonazol antara lain terhadap blastomikosis, histoplasmosis, koksidiodimikosis, parakoksidioidomikosis, kandidiasis mulut dan tenggorokan serta tinea versikolor.FLUKONAZOLIni adalah suatufluorinated bis-triazoldengan khasiat farmakologis yang baru.Obat ini diserap sempuma melalul saluran cema tanpa dipengaruhi adanya makananataupun keasaman lambung. Kadar plasma setelah pemberian per oral sama dengankadar plasma setelah pemberian IV. Flukonazol tersebar rata ke dalam cairan tubuhjuga dalam sputum danGangguan saluran cerna merupakan efek samping yang paling banyakditemukan. Pada pasien AIDS ditemukan urtikaria, eosinofilia, sindrome Stevens-Johnson, gangguan fungsi hati yang terspmbunyi dan trombositopenia.Flukonazol berguna untuk mencegah relaps meningitis yang disebabkan olehCryptococcuspada pasien AIDS setelah pengobatan dengan amfoterisin B. Jugaefektif untuk pengobatan kandidiasis mulut dan tenggorokan pada pasien AIDS.FarmakokinetikObat ini diserap sempurna melalui saluran cerna tanpa dipengaruhi adanya makanan ataupun keasaman lambung.Kadar puncak 4-8 g dicapai setelah beberapa kali pemberian 100 mg.Waktu paruh eliminasi 25 jam sedangkan ekskresi melalui ginjal melebihi 90% bersihan ginjal.Sediaan dan dosisFlukonazol tersedia untuk pemakaian per oral dalam kapsul yang mengandung 50 dan 150mg.Dosis yang disarankan 100-400 mg per hari.Kandisiasis vaginal dapat diobati dengan dosis tunggal 150 mg.Efek sampingGangguan saluran cernamerupakanESO paling banyakReaksi alergi pada kulit, eosinofilia, sindrom stevensJohnson.IndikasiFlukonazol dapat mencegah relaps meningitis oleh kriptokokus pada penderita AIDS setelah pengobatan dengan Amfoterisin B. Obat ini juga efektif untuk pengobatan kandidiasis mulut dan tenggorokan pada penderita AIDS.VORIKONAZOLObat ini adalah antijamur baru golongan triazol yang diindikasika, untukaspergiiosis sistemik danInfeksi jamur berat yang disebabkan olehScedosporium apiosperrnundanFusarium sp.Obat ini juga mempunyai efektivitas yang baik terhadapCandida sp,Cryptococcus spdanDermatophyte sp,termasuk untuk infeksi kandida yang resistenterhadap flukonazol.Farmakokinetik obat ini tidak linier akibat terjadinya saturasimetabolisme.Vorikonazol dimetabolisme oleh sitokrom P450 di hati dan metabolit utamanya adalah N-oksida yang tidak aktif.Sekitar 80% vorikonazol diekskresikan dalam urine. Pengurangan dosis diperlukan pada pasien dengan gangguan fungsi hati.Pengobatan yang dimulai dengan pemberian IV ini, secepatnya harus dialihkanke pemberian oral. Dosis muat oral untuk pasien dengan berat badan >40 kg ialah 400mg dan untuk pasien yang berate nya < 40 kg diberikan 200 mg. Dosis must oral iratjuga diberikan hanya 2 kali dengan interval 12 jam. Pengobatan lalu dilanjutkandengan pemberian oral 200 mg tiap 12 jam bagi pasien dengan berat badan > 40 kg.Untuk pasien dengan berat badan kurang dari 40 kg diberikan dosis pemeliharaan 2kali 100 mg sehari.Efek samping terpenting dari obat ini ialah gangguan pengelihatan sementara berupa pengelihatan kabur atau fotofobia yang terjadi pada sekitar 30% pasien. Efek samping lainnya ialah reaksi fotosensitivitas dan kenaikkan kadar transaminase serum yang bersifat sementara.KALIUMIODIDAKalium Iodida adalah obat terpilih untukCutaneous lymphatic sporotrichosisEfek sampingmualrinitissalivasilakrimasirasa terbakar pada mulut dan tenggorokiritasi pada matasialodenitis dan akne pustularis pada bagian atas bahuDOSISKalium iodida diberikan dengan dosis 3 kali sehari 1 ml larutan penuh (1g/ml).Dosis ditingkatkan 1 ml sehari sampai maksimal 12-15 ml.Penyembuhan terjadi dalam 6-8 minggu, namun terapi masih dilanjutkan sampai sedikitnya 4 minggu setelah lesi menghilang atau tidak aktif lagi