antibiotik topikal ikkk

10
 1 ANTIBIOTIK TOPIKAL PENDAHULUAN Pada umumnya antibiotik topikal memegang peranan penting pada penatalaksanaan kasus dermatologi. 1  Pada infeksi kulit superfisial seperti impetigo, penggunaan antibiotik topikal dapat mengurangi kebutuhan pemakaian antibiotik oral yang bersifat sistemik sehingga tidak menimbulkan efek samping seperti gangguan gastrointestinal dan tidak terdapat interaksi dengan obat oral lainnya. 1 Keuntungan antibiotik topikal dengan antibiotik sistemik adalah mencegah terjadinya toksisitas yang bersifat sistemik dan juga mencegah terjadinya efek samping, menurunkan angka prevalensi resistensi pada antibiotik tersebut. 2 Antibiotik topikal juga sering diresepkan sebagai terapi profilaksis untuk pasien setelah tindakan bedah minor dan kosmetik seperti chemical peeldan laser resurfacing  untuk meminimalisasi risiko infeksi pada luka bekas operasi dan mempercepat penyembuhan luka. 1 Penatalaksanaan pada luka terbuka tidak sesederhana seperti mengoleskan antibiotik topikal saja, tetapi pertama kali yang dilakukan adalah luka harus dibersihkan terlebih dahulu dengan antiseptik.Setelah itu, luka dioleskan antibiotik topikal dan dijahit bila diperlukan, kemudian luka tersebut dibalut dengan perban atau dapat dibalut dan disemprot dengan spray  proteksi luka. Beberapa tahun sebelumnya t eori mengenai penyembuhan luka harus mendapat  pajanan udara bebas, namun dewasa ini te lah ditemukan fakta bahwa penyembuhan luka yang  paling baik dengan cara dibalut agar tidak terinfeksi oleh pajanan bakteri dari luar dan menjadi infeksi sekunder. 2 Penulis ingin membahas mengenai definisi, keuntungan pemakaian antibiotik topikal,  jenis antibiotik topikal, dan interaksi obat.

Upload: muh-anugerah-yusro

Post on 11-Oct-2015

55 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Untu mengetahui antibioti topikal pada penyakit kulit

TRANSCRIPT

Referat

ANTIBIOTIK TOPIKAL

PENDAHULUANPada umumnya antibiotik topikal memegang peranan penting pada penatalaksanaan kasus dermatologi.1 Pada infeksi kulit superfisial seperti impetigo, penggunaan antibiotik topikal dapat mengurangi kebutuhan pemakaian antibiotik oral yang bersifat sistemik sehingga tidak menimbulkan efek samping seperti gangguan gastrointestinal dan tidak terdapat interaksi dengan obat oral lainnya.1Keuntungan antibiotik topikal dengan antibiotik sistemik adalah mencegah terjadinya toksisitas yang bersifat sistemik dan juga mencegah terjadinya efek samping, menurunkan angka prevalensi resistensi pada antibiotik tersebut.2Antibiotik topikal juga sering diresepkan sebagai terapi profilaksis untuk pasien setelah tindakan bedah minor dan kosmetik seperti chemical peeldan laser resurfacing untuk meminimalisasi risiko infeksi pada luka bekas operasi dan mempercepat penyembuhan luka.1Penatalaksanaan pada luka terbuka tidak sesederhana seperti mengoleskan antibiotik topikal saja, tetapi pertama kali yang dilakukan adalah luka harus dibersihkan terlebih dahulu dengan antiseptik.Setelah itu, luka dioleskan antibiotik topikal dan dijahit bila diperlukan, kemudian luka tersebut dibalut dengan perban atau dapat dibalut dan disemprot dengan spray proteksi luka. Beberapa tahun sebelumnya teori mengenai penyembuhan luka harus mendapat pajanan udara bebas, namun dewasa ini telah ditemukan fakta bahwa penyembuhan luka yang paling baik dengan cara dibalut agar tidak terinfeksi oleh pajanan bakteri dari luar dan menjadi infeksi sekunder.2Penulis ingin membahas mengenai definisi, keuntungan pemakaian antibiotik topikal, jenis antibiotik topikal, dan interaksi obat.

DEFINISIAntibiotik adalah substansi atau zat yang dihasilkan atau merupakan derivat beberapa jenis jamur, bakteri atau mikroorganisme lainnya yang dapat menghancurkan atau menghambat perkembangan suatu organisme lainnya.1Antibiotik juga dapat dikelompokkan sebagai sub grip dari anti infeksi yang merupakan suatu derivat dari sumber bakteri yang digunakan untuk mengobati infeksi bakteri lainnya.2Beberapa keadaan berikut ini merupakan kontraindikasi penggunan antibiotik topikal sebagai satu-satunya terapi, karena dibutuhkan penatalaksanaan medis dari bidang lain secara komprehensif yaitu 2: Luka luas Luka dalam Luka dengan perdarahan yang sulit dihentikan Luka bakar yang diameternya lebih dari 1 inchi Luka kotor yang sulit dibersihkan dengan antiseptik

JENIS-JENIS DAN PENGGUNAN ANTIBIOTIK TOPIKALBerikut ini adalah jenis-jenis antibiotik topikal yang digunakan pada penatalaksanaan berbagai jenis infeksi kulit yang disebabkan bakteri. Terapi antibiotik topikal pada akne vulgaris dan rosaseaAkne vulgaris adalah kelainan kulit pada kelenjar sebasea dan salurannya yang bersifat self-limiteddan biasanya muncul pada pasien usia awal dewasa.3Efektifitas antibiotik topikal pada penatalaksanaan akne vulgaris dan rosasea tergantung dari efek langsungantibiotik topikal tersebut, akan tetapi banyak juga antibiotik topikal yang bekerja dengan menekan neutrophil chemotactic factor, sehingga meningkatkan anti inflamasi atau dengan cara lainnya. Penggunaan antibiotik topikal untuk akne vulgaris semakin meningkat karena berkurangnya angka resistensi antibiotik topikal dibanding sistemik. Sementara itu, kombinasi antara antimikroba benzoyl peroksid dengan antibiotik menurunkan angka resistensi bakteri terhadap antibiotik.1

EritromisinMerupakan antibiotik yang termasuk dalam golongan makrolid yang efektif untuk gram positif berbentuk kokus dan juga Gram negatif berbentuk basil. Eritromisin sering digunakan untuk mengobati akne vulgaris.1Cara kerja eritromisin yaitu berikatan dengan ribosom 50S yang ada pada bakteri, memblokade translokasi molekul tRNA (peptydil-transferase RNA) dari reseptor menuju donor, mengganggu pembentukan rantai polipeptida, dan menghambat sintesis protein bakteri tersebut. Selain itu, eritromisin berguna sebagai antiinflamasi.1 Sediaan eritromisin adalah 1,5 % sampai 2% dalam bentuk solusio, gel dan salep sebagai terapi topikal tunggal.1 KlindamisinMerupakan antibiotik linkosamid yang bersifat semisentrik dan derivat linkomisin. Mekanisme kerja klindamisin sama dengan cara kerja eritromisin, yaitu mengikat ribosom 50S yang ada pada bakteri, dan menghambat sintesis protein bakteri.1Sediaan klindamisin adalah 1% dalam bentuk gel, solusio, suspensi atau lotion, dan bentuk sabun cuci muka yang biasa digunakan dalam pengobatan akne vulgaris.Selain itu juga tersedia dalam bentuk kombinasi dengan benzoyl peroksida yang menurunkan perkembangan angka kejadian resistensi bakteri terhadap klindamisin. Kolitis pseudomembranosa pernah dilaporkan sebagai efek samping dari klindamisin topikal, tetapi masih sangat jarang terjadi.1 MetronidazolMetronidazol dalam bentuk topikal adalah Nitromidazol yang biasanya tersedia dengan konsentrasi 0,75% dalam bentuk gel, krim, dan lotion. Sedangkan Nitromidazol 1% berupa gel atau krimdigunakan untuk pengobatan rosasea. Nitromidazol dosis rendah dapat digunakan dua kali sehari, tetapi dalam dosis tinggi cukup satu kali dalam sehari.1

Asam AzeleatMerupakan asam dikarboksilat yang ditemukan pada makanan sereal gandum dan juga makanan yang berasal dari hewani. Mekanisme kerja asam azeleat ini yaitu menormalkan proses keratinisasi dengan cara mengurangi ketebalan stratum korneum, mengurangi jumlah dan ukuran granula keratohialin, serta menurunkan jumlah filadrin. Pada bakteri Propiniobacteriumacnesdan Staphylococcus epidermidis, asam azeleat juga dilaporkan berfungsi untuk menghambat sintesis protein bakteri tersebut.Pada mikroorganisme aerob, asam azeleat dapat menghambat enzim oksidoreduktase yaitu tyrosinase, 5-alfa reduktase dan DNA polymerase. Sedangkan pada mikroorganisme anaerob, asam azeleat ini berfungsi untuk menurunkan proses glikolisis. Asam azeleat sering digunakan pada pengobatan akne vulgaris dan rosasea, meskipun fungsi utamanya adalah untuk menghilangkan hiperpigmentasi seperti melasma. Asam azeleat tersedia dalam bentuk gel, dengan konsentrasi 15% dan bentuk krim dengan konsentrasi 20%.1Pada sebuah penelitian, efektifitas klindamisin fosfat topikal dibandingkan dengan asam azeleat topikal keduanya telah lazim digunakan pada pengobatan akne vulgaris.Pada penelitian sebelumnya disebutkan bahwa terdapat perkembangan yang signifikan terhadapangka resistensi bakteri terhadap klindamisin tetapi belum pernah dilaporkan adanya resistensi bakteri tersebut terhadap asam azeleat. Pada akhir penelitian tersebut disimpulkan bahwa kedua antibiotik tersebut sama memiliki efektifitas yang baik dalam pengobatan akne vulgaris, tetapi asam azeleat lebih efektif dalam mengurangi derajat keparahan akne vulgaris.4

SulfonamidSulfasetamid merupakan sulfonamid dalam bentuk topikal yang banyak digunakan untuk mengobati akne vulgaris dan rosasea. Pada umumnya, sulfasetamid bekerja sebagai anti bakteri dengan cara menjadi competitor bagi PABA ( Para-aminobenzoi acid) dalam pembentukan asam folat bakteri tersebut. Akan tetapi mekanisme kerja sulfasetamid pada penatalaksanaan rosasea sampai sekarang belum diketahui pasti hingga saat ini. Sulfasetamid tersedia dalam bentuk lotion berkonsentrasi 10%, sedangkan sulfasetamid 5% tersedia dalam bentuk gel, krim, suspensi, dan masker wajah.1

Terapi antibiotik topikal pada infeksi bacterial superfisial dan luka bakarPada impetigo luas, infeksi pada kulit di ekstrimitas inferior, atau pasien yang disertai dengan keadaan immunocompromised, terapi yang tepat adalah antibiotik topikal untuk menurunkan risiko terjadinya komplikasi serius. Antibiotik topikal ini juga sering digunakan pada prosedur bedah minor.1Adapun antibiotik topikal yang dimaksud adalah sebagai berikut : MupirosinMupirosin dikenal sebagai Pseudomonic Acid A, merupakan derivat dari Pseudomonas flouresens.Cara kerja mupirosin adalah dengan berikatan denga iso-leucyl t-RNA dan mencegah sintesis protein bakteri. Aktivitas mupirosin hanya terbatas pada Gram positif, terutama Staphylococci dan juga Streptococci pada umumnya, Mupirosin aktif bekerja pada keadaan dengan pH sekitar 5,5 yaitu pada kulit yang memiliki pH normal. Mupirosin juga sangat sensitif pada perubahan suhu, sehingga antibiotik ini akan rusak pada keadaan suhu sangat tinggi. Salep mupirosin 2% dioleskan 3x/hari dan terutama diindikasikan untuk pengobatan impetigo dengan lesi terbatas yang disebabkan oleh S.aureus dan S.pyogenes, tetapi pada penderita immunocompromised terapi yang diberikan harus secara sistemik untuk mencegah komplikasi serius. Pada tahun 1987 dilaporkan resitensi mupirosin karena pemakaian antibiotik topikal untuk Methicillin-resistant S.aureus (MRSA).1Laporan dari seluruh dunia menegnai resistensi S.aureus terhadap mupirosin adalah sebagai berikut : Spanyol 11,3%, Amerika Serikat 13,2%, Cina 6%, India 6%, Turki 45%, dan Korea 5%. Penelitian ini menunjukkan bahwa resistensi S.aureus terhadap mupirosin sudah meluas.5 Adapun resistensi mupirosin itu dapat diketahui melalui pemeriksaan E-Test. Melalui pemeriksaan ini didapatkan dua kategori mupirosin, yaitu resistensi tingkat rendah ( disebut MupI ) dengan MIC 4-256 g/ml dan resitensi tingkat tinggi ( MupR ) dengan MIC yang lebih dari 512g/ml.6

BasitrasinBasitrasin merupakan antibiotik polipeptida topikal yang berasal dari isolasi strain Tracy-I Bacilus subtilis, yang diperoleh dari penderita dengan fraktur compound yang terkontaminasi tanah. Basil ini diturunkan dari bacillus, dan trasin berasal dari penderita fraktur compound (Tracy). Basitrasin merupakan polipeptida siklik yang memiliki banyak komponen yaitu A, B, dan C. Basitrasin sering digunakan sebagai Zinc Salt.Basitrasin menghambat pembentukan dinding sel bakteri dengan berikatan dan menghambat defosforilasi pada lemak pirofosfat.Kebanyakan organisme Gram negatif dan jamur, resisten terhadap obat ini. Sediaan tersedia dalam bentuk salep Basitrasin dan sebagai Basitrasin Zinc, mengandung 400-500 unit pergram.1Basitrasin topikal efektif untuk pengobatan infeksi bakteri superfisial pada kulit seperti impetigo, furunkulosis, dan pioderma.Obat ini sering dikombinasikan dengan polimiksin B dan Neomisin sebagai salep antibiotik tripel yang dipakai beberapa kali sehari untuk pengobatan dermatitis atopik, numularis atau stasis yang disertai infeksi sekunder. Namun, aplikasi basitrasin topikal memiliki risiko untuk timbulnya sensitisasi kontak alergi, meskipun jarang, tapi dapat menimbulkan syok anafilaktik.1

Polimiksin BPolimiksin B adalah antibiotik topikal yang diturunkan dari B.polymyxa, yang asalnya diisolasi dari contoh tanah di Jepang.Polimiksin B merupakan campuran dari Polimiksin B1 dan B2, keduanya merupakan polipeptida siklik. Fungsinya adalah sebagai detergen kationik yang berinteraksi secara kuat dengan fosfolipid membrane sel bakteri, sehingga menghambat integritas sel membran.1Polimiksin B aktif melawan organisme Gram negative secara luas termasuk P. aeruginosa, Enterobacter, dan E.coli. Polimiksin B tersedia dalam bentuk salep ( 5000- 10.000 unit pergram ) dalam kombinasi Basitrasin atau neomisin. Cara pemakaiannya dioleskan 1-3x/hari.1

Aminoglikosida Topikal ( Neomisin dan Gentamisin )Adalah kelompok antibiotika yang penting digunakan baik secara topikal ataupun sistemik untuk pengobatan infeksi yang disebabkan bakteri Gram negative. Aminoglikosida memberi efek membunuh bakteri melalui pengikatan subunit ribosomal 30S dan mengganggu sintesis protein pada bakteri tersebut.1Neomisin sulfat, aminoglikosida yang sering digunakan secara topikal adalah hasil fermentasiStreptomyces fridae.Neomisin sulfat memiliki efek mematikan bakteri Gram negative dan sering digunakan sebagai profilaksis infeksi yang disebabkan oleh abrasi superfisial, luka terbuka atau luka bakar. Tersedia dalam bentuk salep (3,5 mg/g) dan dikemas dalam bentuk kombinasi dengan antibiotika lain seperti Basitrasin, Polimiksin, dan Gramisiddin. Bahan lain yang sering dikombinasikan dengan neomisin adalah lidokain, pramoksin, atau hodrokortison.1Neomisin tidak direkomendasikan oleh banyak ahli karena dapat menyebabkan dermatitis kontak alergi.Dermatitis kontak karena pemakaian Neomisin memiliki angka prevalensi yang tinggi, dan pada 6-8% penderita yang dilakukakn patch test memberi hasil positif. Neomisin sulfat 20% dalam petrolatum digunakan untuk menilai alergi kontak.1

Gentamisin sulfat diturunkan dari hasil fermentasi Micromonospora purpurea. Gentamisin tersedia dalam bentuk topikal berupa krim atau salep 0,1%. Antibiotik ini banyak digunakan oleh ahli bedah kulit ketika melakukan operasi telinga, terutama pada penderita DM atau keadaan immunocompromised lain, sebagai profilaksis terhadap Otitis Eksterna Maligna akibat P.aeruginosa.1

Sulfonamid ( Sulfadiazin Perak dan Mafenid Asetat )Sulfonamid dapat digunakan untuk pengobatan Akne vulgaris, Rosasea, dan luka bakar. Sulfadiazin perak bekerja dengan cara menghambat pembentukan dinding sel bakteri dan membrannya. Sedangkan mekanisme kerja Mafenid Asetat berbeda dengan Sulfadiazin, Mafenid Asetat digunakan pada area kulit dengan luka bakar yang luas, maka akan memiliki risiko asidosis metabolik. Sulfadiazin dan Mafenid Asetat ini merupakan antibiotika broad-spectrum. Selain itu, superinfeksi yang disebabkan oleh Candida pun dapat terjadi pada penggunaan Mafenid Asetat.1

NitrofurazonNitrofurazon atau furacin adalah derivat dari Nitrofuran yang digunakan dalam penatalaksanaan pasien luka bakar.Mekanisme kerja dari Nitrofurazon adalah menghambat aktivitas enzim yang berperan dalam degradasi glukosa dan piruvat baik secara aerob maupun anaerob. Nitrofurazon tersedia dengan konsentrasi 0,2% dalam bentuk krim, solusio, dan juga dalam bentuk pembalut luka. Nitrofurazon sangat baik aktivitasnya pada Staphlococi, Streptococci, E.coli, Clostridium perfringens dan Proteus.sp.1

Antibiotik topikal lainnya GramisidinMerupakan derivat B.brevis, berupa peptide linier yang membentuk stationery ion channel pada bakteri yang sesuai.Aktivitas antibiotik Gramisidin terbatas pada bakteri Gram positif.

KloramfenikolDi amerika Serikat, penggunaannya terbatas untuk pengobatan infeksi kulit yang ringan. Mekanisme kerjanya hamper mirip dengan Eritromisin dan klindamisin, yaitu menghambat ribosom 50S memblokade translokasi peptidil tRNA dari akseptor ke penerima. Tersedia dalam krim 1%. Obat ini jarang digunakan karena dapat menyebabkan Anemia Aplastik yang fatal atau depresi sumsum tulang.1

Cliquinol/ IodochlorhydroxiquinCliquinol adalah antibakteri dan antijamur yang diindikasikan untuk pengobatan kelainan kulit yang disertai peradangan dan tinea pedis serta infeksi bakteri minor.Kerugiannya adalah mengotori pakaian, kulit, rambut, dan kuku serta potensial menyebabkan iritasi. Cliquinol mempengaruhi penilaian fungsi tiroid ( efek ini dapat berlangsung hingga 3 bulan pemakaian), tetapi cliquinol tidak mempengaruhi hasil tes pemeriksaan T3 dan T4.1

DAFTAR PUSTAKA

1. Bonner, Mark W, Benson, Paul MJ, William D. Topical Antibiotics. In: Wolff, Klaus, Godsmith, A. Katz, Stephen I, Amy S, David J. Fitzpatriks Dermatology In General Medicine. 7th ed. New York: McGraw Hill; 2008. Vol. 2. p. 2113-2115.2. Schwartz, Robert A, Nawaf. Topical Antibiotics In Dermatology: An update. Kuwait: The gulf journal of Dermatology and Venerology; 2010.3. Zaenglin, Andrea L, Graber, Emmy M, John S. Acne vulgaris and acneiformis eruption.In: Wolff, Klaus, Godsmith, A. Katz, Stephen I, Amy S, David J. Fitzpatriks Dermatology In General Medicine.7th ed. New York: McGraw Hill; 2008. Vol.1. p. 690.4. Ozkan, Metin, Dormaz, Akgun, Yurdanur, Urar, Selim. Clinical Efficacy of Topical Clindmycin Phospate and Azelaic Acid on Acne Vulgaris and Emergence of resistant Coagulase-Negative Staphylococci. Tubitak: Turk Journal Medical Science: 2000.5. Mohajeri, P Gholamine, Rhezai B.Frequency of Mupirocin resistant Staphylococcus aureus Strain Isolated from Nasal Carriers in Hospital Patients in Kermanshah. Kermanshah: Jundishapur Journal of Microbiology; 2012; 5: p.560-563.6. Mondino P, Santos K, Bastos M, deMarval M.Improvement of Mupirocin E-Test for suspectibility Testing of Staphylococcus aureus. Rio de janeiro: Journal of Microbiology; 2003.

1