anti inflamasi

9
II. TUJUAN PERCOBAAN - Untuk mengetahui efek pemberian karagenan pada hewan percobaan - Untuk mengetahui mekanisme karagenan dalam menimbulkan inflamasi - Untuk mengetahui efek antiinflamasi dari pemberian indometasin - Untuk membandingkan efek antiinflamasi indometasin dengan dosis yang berbeda - Untuk mengetahui mekanisme terjadinya inflamasi III. PRINSIP PERCOBAAN Berdasarkan induksi radang pada kaki hewan percobaan yang dilakukan melalui penyuntikan karagenan secara intraplantar setelah pemberian obat indometasin secara oral pada setengah jam sebelum penyuntikan karagenan akan menimbulkan efek radang berupa udem, di mana radang kaki hewan percobaan diukur dengan pletismometer yang bekerja berdasarkan hukum Archimedes. Aktivitas antiinflamasi indometasin ditunjukkan oleh kemampuannya mengurangi radang yang diinduksi pada hewan tersebut, yang dapat diukur dengan pletismometer. IV. TINJAUAN PUSTAKA Fenomena inflamasi pada tingkat bioselular masih belum dijelaskan secara rinci. Walaupun demikian banyak hal yang telah diketahui dan disepakati. Fenomena inflamasi ini meliputi kerusakan mikrovaskular, Meningkatnya permeabilitas kapiler dam migrasi leukosit ke jaringan radang. Gejala proses inflamasi yang sudah dikenal adalah kalor, rubor tumor, dolor dan functio laesa . Selama berlangsungnya fenomena inflamasi banyak mediator kimiawi yang dilepaskan secara lokal antara lain histamin, 5- hidroksitriptamin(5ht), faktor kemotaktik, bradikinin, leukotrin, dan PG. Penelitian terakhir menunjukkan autokoid lipid PAF ( platelet activating fat) juga merupakan mediator inflamasi. Dengan migrasi sel fagosit kedaerah ini, terjadi lisis membran lisozin dan lepasnya enzim pemecah. Obat mirip aspirin dapat dikatakan tidak berefek terhadap mediator kimiawi tersebut kecuali PG. Inflamasi sampai sekarang fenomena ini inflamasi pada tingkat bioselular masih belum dijelaskan secara rinci. Walaupun demikian banyak hal yang telah diketahui dan disepakati. Fenomena inflamasi ini meliputi kerusakan mikrovaskular, Meningkatnya permeabilitas

Upload: rafian-dizar-santya

Post on 20-Dec-2015

35 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

inflamasi

TRANSCRIPT

Page 1: Anti Inflamasi

II. TUJUAN PERCOBAAN

-         Untuk mengetahui efek pemberian karagenan pada hewan percobaan

-         Untuk mengetahui mekanisme karagenan dalam menimbulkan inflamasi

-         Untuk mengetahui efek antiinflamasi dari pemberian indometasin

-         Untuk membandingkan efek antiinflamasi indometasin dengan dosis yang berbeda

-         Untuk mengetahui mekanisme terjadinya inflamasi

III. PRINSIP PERCOBAAN

            Berdasarkan induksi radang pada kaki hewan percobaan yang dilakukan melalui

penyuntikan karagenan secara intraplantar setelah pemberian obat indometasin secara oral

pada setengah jam sebelum penyuntikan karagenan akan menimbulkan efek radang berupa

udem, di mana radang kaki hewan percobaan diukur dengan pletismometer yang bekerja

berdasarkan hukum Archimedes. Aktivitas antiinflamasi indometasin ditunjukkan oleh

kemampuannya mengurangi radang yang diinduksi pada hewan tersebut, yang dapat diukur

dengan pletismometer.

IV. TINJAUAN PUSTAKA

            Fenomena inflamasi pada tingkat bioselular masih belum dijelaskan secara rinci.

Walaupun demikian banyak hal yang telah diketahui dan disepakati. Fenomena inflamasi ini

meliputi kerusakan mikrovaskular, Meningkatnya permeabilitas kapiler dam migrasi leukosit

ke jaringan radang. Gejala proses inflamasi yang sudah dikenal adalah kalor, rubor tumor,

dolor dan functio laesa. Selama berlangsungnya fenomena inflamasi banyak mediator

kimiawi yang dilepaskan secara lokal antara lain histamin, 5-hidroksitriptamin(5ht), faktor

kemotaktik, bradikinin,  leukotrin, dan PG. Penelitian terakhir menunjukkan autokoid lipid

PAF ( platelet activating fat) juga merupakan mediator inflamasi. Dengan migrasi sel fagosit

kedaerah ini, terjadi lisis membran lisozin dan lepasnya enzim pemecah. Obat mirip aspirin

dapat dikatakan tidak berefek terhadap mediator kimiawi tersebut kecuali PG.

Inflamasi sampai sekarang fenomena ini inflamasi pada tingkat bioselular masih

belum dijelaskan secara rinci. Walaupun demikian banyak hal yang telah diketahui dan

disepakati. Fenomena inflamasi ini meliputi kerusakan mikrovaskular, Meningkatnya

permeabilitas kapiler dam migrasi leukosit kejaringan radang. Gejala proses inflamasi yang

sudah dikenal adalah kalor, rubor tumor, dolor dan functioleasa. Selama berlangsungnya

fenomena inflamasi banyak mediator kimiawi yang dilepaskan secara lokal antara lain

histamin, 5-hidroksitriptamin(5ht), faktor kemotaktik, bradikinin,  leulotrin, dan PG. Penelitian

terakhir menunjukkan autokoid lipid PAF ( patelet activating fat) juga merupakan mediator

inflamasi. Dengan migrasi sel fagosit kedaerah ini, terjadi lisis membran lisozin dan lepasnya

enzim pemecah. Obat mirip aspirin dapat dikatakan tidak berefek terhadap mediator kimiawi

tersebut kecuali PG.                                                                                                    Secara in

Page 2: Anti Inflamasi

vitro terbukti bahwa prostaglandin E2 (PGE2) dan prostasiklin (PGI2) dalam jumlah

nanogram, menimbulkan eritem vasodilatasi dan peningkatan aliran darah secara lokal.

Histamin dan bradikinin dapat meningkatkan permaibilitas vaskular, tetapi efek

vasodilatasinya tidak besar. Dengan penambahan sedikit PG efek eksudas hitamin plasma

dan bradikinin menjadi lebik jelas. Migrasi leukosit ke jaringan radang merupakan aspek

penting dalam proses inflamasi. PG sendiri tidak bersifat kemotaktik tetapi produk lain dari

asam arakidonat yakni leukotrien B4 merupakan merupakan zat kemotaktik yang sangat

paten. Obat mirip aspirin tidak menghambat sistemhipoksigenase yang menghasilkan

leukotrien sehingga golongamn obat ini tidak menekan migrasi sel. Walaupun demikian

dosis tinggi juga terlihat penghambatan migrasi sel tanpa mempengaruhi enzim

liposigenase. Obat yang menghambat biosintesis PG maupun leukotrin tentu akan lebih

paten menekan proses iflfmasi. (Wilmana, F.P., 1995).

            OAINSmembentuk kelompok yang berbeda-beda secara kima(kiri, tetapi semuanya

mempunyai kemampuan untuk menghambat siklooksigenase(COX) dan inhibisi sintesis

prostaglandin yang diakibatkannya sangat berperan untuk efek terapeutiknya. Sayangnya,

inhibisi sintesis prostaglandin dalam mukosa gaster sering menyebabkan kerusakan

gastrointestinal(dispepsia, mual, dan gastiritis). Efek samping yang paling serius adlah

perdarahan gastrointestinal dan perforasi. COX terdapat pada jaringan sebagai suatu

isoform konstitutif (COX-1), tetapi sitokin pada lokasi inflamasi menstimulasi induksi isoform

kedua (COX-2). Inhibisi (COX-2) diduga bertanggungjawab untuk efek antiinflamasi OAINS,

sementara inhibisi COX-1 bertanggung jawab untuk toksisitas gastointestinal. OAINS yang

paling banyak digunakan adalah yang selektif untuk COX-1, tetapi inhibitor COX-2 selektif

telah diperkenalkan baru-baru ini (Neal, M.J., 2006).

            Pasien-pasien ini sering diberi resep OAINS dan sangat banyak tablet

aspirin, parasetamol, dan ibuprofen tambahan yang dibeli bebas untuk terapi sendiri pada

sakit kepala, nyeri gigi, berbagai gangguan muskokletal, dan lain-lain. Obat-obat ini tidak

efektif pada terapi  nyeri viseral(misalnya infark miokard, kolik renal, dan abdomen akut)

yang membutuhkan analgesik opioid. Akan tetapi, OAINS efektif pada nyeri hebat tipe

tertentu(misalnya kanker tulang). Aspirin mempunyai aktivitas antiplatelet yang

penting (Neal, M.J., 2006).

 Inflamasi adalah suatu respon jaringan terhadap rangsangan fisik atau kimiawi yang

merusak. Rangsangan ini menyebabkan pembebasan mediator inflamasi seperti histamin,

serotonin, bradikinin, prostaglandin, dan lain lain yang menimbulkan reaksi radang berupa:

panas, nyeri dan bengkak dan gangguan fungsi.(Syamsul munaf, 1994)

Prostaglandin dan senyawa yang berkaitan diproduksi dalam jumlah kecil dan semua

jaringan. Umumnya bekerja bekerja lokal pada tempat prostaglandin tersebut disintesis, dan

cepat dimetabolisme menjadi produk inaktif pada tempat kerjanya. Karena itu, prostaglandin

tidak bersirkulasi dengan konsentrasi bermakna dalam darah. Tromboksan, leukotrin,

dan asam hidroksi perosieikosatetraenoat merupakan lipid yang berkaitan disintesis dari

prekursor yang sama sebagai prostaglandin memakai jalan yang berhubungan.

Page 3: Anti Inflamasi

PG  hanya berperan pada yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau iflamasi.

Penelitian tellah membukyikan bahwa PG menyebabkan snsti reseptor nyeri terhadap

stimulasi mekasik dan kimiawi ,jadi PG menimbulkan keadaan hiperalgesia.Kemudian

mediator kimiawi seperti bradikinin dan histamin  merangsangnya dan menimbulkan nyeri

yang nyata  obat mirip aspirin tidak mempengaruhi hiperalgesia atau nyeri yang ditimbulkan

oleh efek langsung PG. Ini menunjukkan bahwa sintesis PG yang dihambat oleh golongan

obat ini dan bukanya blokade jantung (Wilmana,F.P., 1995)

            Prostaglandin dan metabolismenya yang dihasilkan secara endogen dalam jaringan

bekerja sebagai tanda lokal menyesuaikan respon tipe sel spesifik. Fungsi dalam tubuh

bervariasi secara luas tergantung pada jaringan. Misalnya pelepasan TXA2   dari trombosit 

mencetuskan penambahan trombosit baru untuk agregasi ( langkah pertama pada

pembentukan gumpalan). Namun pada jaringan lain  peningkatan kadar TXA2 membawa

tanda yang berbeda, misalnya otot polos tertentu senyawa ini menginduksi kontraksi.

Prostagladin merupakan salah satu mediator kimiawi yang dilepasklan pada proses agresi

alergi dan inflamasi. (Mycek, M.J., 2001)

Inflamasi adalah suatu respon jaringan terhadap rangsangan fisik atau kimiawi yang

merusak. Rangsangan ini menyebabkan pembebasan mediator inflamasi seperti histamin,

serotonin, bradikinin, prostaglandin, dan lain lain yang menimbiulkan reaksi radang berupa:

panas, nyeri dan bengkak dan gangguan fungsi.(Syamsul munaf,1994)

            Inflamasi pada rematoid artistis merupakan reaksi antara antigen, antibodi dan

komlemen yang menyebabkan terentuknya faktor kemoteraktik yang menjadi penatik

leukosit, leukosit ini memfogositasi kompleks antigen-antigen komplemen dan juga

melepaskan enzim-enzim dari lisosom yang menyebabkan kerusakan tulang rawan dan

jaringan lain, Sehingga timbullah inflamasi (Syamsul Munaf, 1994).

            Mekanisme kerja obat AINS :

a. Menjaga keutuhan tulang rawan dan jaringan lain dari kerusakan oleh enzim lisosom

(salisilat, fenilbutazon, indometasin dan asam mafenamat)

b. Menstabilkan membran lisosom (salisilat, klorokin)

c. Menghambat migrasi leukosit (indometasin)

d. Menghambat pembentukan prostagladin (salisilat, indometsain). Pada demam rematik

salisilat mengurangi gejala kerusaakan sendi, tetapi kerusakan jantung tidak

dipengaruhinya. Bila diberikan per oral, diserap dangan cepat sebagian dari lambung

sebagian dari usus halus bagian atas. Kadar puncak akan tercapai setelah pemberian 2 jam.

Kecepatan absorpsi ini tergantung pada : kecepatan disintegrasi dan disocusi tablet, PH

permukaan mukosa dan waktu penggosongan lambung. Pada pemberian rektal absorbsinya

lambat dan tidak sempurna. Absorpsi melalui kulit dapat terjadi dengan cepat dan dapat

menimbulkan efek sistemik, misalnya metil salisilat dapat diabsorpsi melalui kulit yang utuh

tetapi absorpsi melalui lambung lambat (Syamsul Munaf, 1994)

            Setelah diabsorpsi, salisilat didistribusikan keseluruh tubuh dan cairan interseluler.

Salisilat dapat ditemukan pada cairan sinovial, spinal peritoneal, liur dan air susu.

Page 4: Anti Inflamasi

            Banyak obat anti inflamasi nonsteroid (AINS) bekerja dengan jalan menghambat

sintesis prostagladin. Jadi pemahaman akan obat AINS memerlukan pengertian kerja dan

biosintesis prostagladin turunan asam lemak tak jenuh mengandung 20 karbon yang

meliputi suatu struktur cincin siklik.

            Nyeri dan inflamasi merupakan keluhan utuma penderita penyakit rematik 

disamping lainnya. Berbagai usaha dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan

keluhan ini  antara lain  dengan menggunakan medikamentosa. Penggunaan nyeri

medikamentosa pasa penyakit reumatik selain bertujuan untuk menekan rasa nyeri dan

inflamasi bila mungkin juga menghentikan perjalanan reumatik. Hingga saat ini pada ertritis

reumatoid dan goud yang telah da obat yang telah mempengaruhi perjalanan penyakitnya.

Sebagian besar penyakit reumatiknya lainya diobati dengan  akan terbukti obat anti

inflamasi non steroid yang telah terbukti dapat menekan rasa nyeri dan inflamasi tetapi tidak

dapat menghentikan perjalanan penyakit.

            Nyeri dan inflamasi merupakan tanda bahwa sendi tersebut telah mengalami

gangguan hampir semua gangguan rematik disertai dengan nyeri atau inflamasi.

Perkecualian pada sendi neuropati. Ialah suatu keaadan hilangnya rasa nyeri akibat

keadaan tertentu seperti tebes darsalis atau siringomielia. Rasa ini penting karena

menunjukkan adanya mekanisme proteksi dari badan. Adanya rasa nyeri menunjkkan

bahwa sipenderita harus menggurangi penggunaan yang berlebihan dari sendi tersebut.

Sedangkan adanya inflamasi menunjukkan bahwa si penderita harus mengistirahatkan

sendi tersebut. Pada sendi neuropatik  Dimana sopenderita tidak nerasai nyeri telah terbukti

akan terjadi kerusakan sendi yang lebh cepat, selain itu gangguan fungsi baru terjadi setelah

ada kerusakan mekanikal yang nyata. Sebaliknya pada artitis jenis lainya gangguan fungsi

sudah mulai tampak pada awal penyakit bersamaan dengan timbulnya rasa nyeri.

            Nyeri pada penyakit rematiknterutama disebabkan oleh adanya inflamasi yang

mengakibatkan dilepasnya mediator-mediator kimiawi. Kinin dan mediator kimiawi lainya

dapat merangsang timbulnya rasa nyeri. Prostaglandin   berperan  dalam meningkatkan dan

memperpanjang rasa nyeri  yang disebabkan oleh suatu rangsangan.

            Sejumlah efek samping berkaitan dengan penghambatan sintesa prostaglandin dan

teunma terjadi pada lambung dan usus ginjal dan fungsi trombosit. Frekuensinya berbeda-

beda untuk berbagai obat dan pada umumnya efek-efek ini meningkatkan besarnya dosis

dan lama penggunannya, kecuali efek terhadap trombosit.

            Obat dengan masa paruh panjang mengakibatkan resiko gangguan lambung usus

lebih besar daripada obat dengan masa paruh pendek. Obat yang terbanyak menimbulkan

keluhan lambung-usus serius adalah indoetasin, azapropazon dan piroxicam. Obat dengan

jumlah keluhan lebih kurang separohnya adalah ketoprofen, naproksen, flurbiprofen,

sulindac dan diklofenac.

            Indometasin merupakan derivat indol lasetat berkasiat amat kuat dapat disamakan

debngan diklofenac tetapi lebih sering menimbulkan efek samping. Khususnya

efek ulcerogen   dan pendarahan occult (T.H. Tjay dan K. Rahardja, 2002).

Page 5: Anti Inflamasi

Fiksasi interna merupakan salah satu modalitas terapi dalam penanganan fraktur. Fiksasi

interna dini dan tertunda masih menjadi suatu perdebatan karena adanya perbedaan komplikasi yang

ditimbulkan, terutama yang berhubungan dengan respons inflamasi sistemik.

Tindakan fiksasi interna dini dan tertunda saat ini masih menjadi sebuah perdebatan,

khususnya mengenai early total care (tindakan dini), damage control dan delayed total care (tindakan

tertunda) pada trauma multiple. Johnson (1985), melaporkan bahwa fiksasi interna pada major

fracture dengan penundaan lebih dari 24 jam menyebabkan peningkatan 5 kali terjadinya komplikasi

ARDS (Adult Respiratory Response Syndrome). Pada isolated femoral fracture, terjadi

10% fat   embolism syndrome  jika tindakan fiksasi dilakukan setelah 10 jam dan 0% jika dikerjakan

sebelum 10 jam (Pinney, 1998). Fakta ini disebabkan oleh terjadinya aktivasi innate

immunity (Heitbrink, 2006). Namun, sampai saat ini perbedaan inflamasi lokal pada saat fiksasi

interna dan respons inflamasi sistemik akibat tindakan fiksasi interna dini dan tertunda pada fraktur

belum diketahui. Makrofag merupakan sel imun utama dijaringan dan pada trauma hebat makrofag

sering mengalami gangguan respons imun berupa gangguan imunita  seluler (Franke,2006). Demikian

juga kerusakan jaringan karena pembedahan akan memicu makrofag yang telah teraktivasi

sebelumnya untuk mengekspresikan mediator inflamasi sehingga mempengaruhi respons inflamasi

baik lokal maupun sistemik. Untuk mengurangi komplikasi pascafiksasi interna, jenis tindakan (cara

fiksasi) dan timing (waktu kapan tindakan dilakukan) dapat dipertimbangkan sebagai cara pencegahan

(Astawa, P.; Bakta, M.; Budha, K., 2008).

Lipoxins

Senyawa grup lipoxins mulai dikenal sejak awal tahun 80an abad lalu. Penemuan terakhir

menunjukkan, AA dalam proses reaksi biokimia di dalam tubuh, pada tingkat jaringan sel

dan sel, pertama melalui senyawa turunannya seperti yang disebut sebelumnya

(leukotriene, prostaglandins) berfungsi menimbulkan inflamasi, namun di tengah proses

terjadinya inflamasi, AA pun dikonversi melalui serentetan reaksi biokimia menjadi

senyawa lipoxins, yang berfungsi mencegah terjadinya inflamasi berlarut-larut. Dual fungsi

AA kini dikenal, pro dan juga anti-inflamasi, dengan melalui senyawa turunannya (di bawah

akan banyak digunakan istilah mediator, atau chemical mediator, atau juga disebut lipid

mediator (penggunaan kata lipid, dikarenakan turunan dari asam lemak tidak jenuh), yang

dimaksud adalah senyawa-senyawa turunan berfungsi baik pro maupun anti-inflamasi).

Inflamasi

Inflamasi, dalam bahasa Indonesia sehari-hari, yaitu radang. Kita sering mendengar

misalnya, radang usus, radang otak, radang paru-paru, peradangan, bengkak memar dan

seterusnya. Penggunaan istilah ini telah dikenal secara tradisi sejak jaman Yunani dan

Tiongkok kuno, ribuan tahun yang lalu. Dari penemuan-penemuan terakhir, para pakar

berpendapat bahwa, sebetulnya inflamasi (atau radang) bukanlah berupa penyakit itu

sendiri. Inflamasi diperlukan oleh tubuh kita, karena proses reaksi biokimia inflamasi di

dalam tubuh ditujukan melawan invasi bakteri dari luar, zat-zat yang negatif bagi sel-sel,

jaringan sel, serta organ-organ, ataupun bila terjadi luka. Dalam hubungan ini, jenis sel

Page 6: Anti Inflamasi

seperti leukocyte, neutrophil, berperan memusnahkan invasor. Dapat kita gambarkan

fungsinya seperti pasukan keamanan dari sesuatu bahaya yang menyerang keseimbangan

tubuh. Terutama neutrophil, berperan sebagai patrol keamanan tubuh kita, begitu

menemukan sesuatu yang asing ditubuh, serta merta akan memusnahkannya. Dalam

proses inflamasi, chemical mediator (juga disebut lipd mediator karena berasal dari asam

lemak AA, DHA dan EPA) berupa leukotrienedanprostaglandins, turunan dari AA,

memegang peranan penting. Pada waktu yang bersamaan, proses pemusnahan awal

terhadap invasor, neutrophil mengeluarkan chemical mediator yang mana memberikan

sinyal berikutnya merekrut lebih banyak lagi sel neutrophil dan leukocyte untuk turut beraksi

memusnahkan invasor. Proses pemusnahan ini disebut phagocytosis (kemampuan

memakan, menelan). Dalam proses ini neutrophil mengeluarkan agent, enzyme (reactive

oxygen species, hydrolytic enzymes, dan lain-lain), yang secara umum juga tidak baik bagi

tubuh dan dapat merusak sel, jaringan sel. Pertahanan tubuh telah menyiapkan mekanisme

sedemikian rupa, pada tahap tertentu, aksi selanjutnya dari neutrophil harus dicegah.

Pencegahan tersebut terjadi di mana biosintesachemical mediator yang pro-

inflamasi, leukotrine, distop, dan beralih ke biosintesa chemical mediator anti-inflamasi jenis

lipoxins.

Peralihan atau switch biosintesa dari mediator pro-inflamasi ke anti-inflamasi

Munculnya prostaglandins dari sel neutrophil juga mengisyaratkan secara

terprogram, nasib biosintesa mediator ini (semacam feedback) sendiri akan berakhir,

dengan meregulasi (down regulation) enzyme 15-LO yang terdapat di dalam sel neutrophil,

kemudian biosintesa beralih ke mediator yang lain, yang anti-inflamasi. Namun hal lain yang

sangat menentukan peralihan ini adalah kemampuan enzyme 5-LO (5-Lipooxigenase.

Penemuan enzyme ini dan satu lagi, COX, Cyclooxygenase, yang membawa Samuelsson

B. dan Bergstrom S. mendapatkan penghargaan Nobel tahun 1982) mengkonversi secara

reaksi enzymatic dari AA menjadi leukotriene (LTB4), lalu beralih pada tahap berikutnya ke

lipoxins. Dalam hubungan ini exzyme 5-LO juga substrate dependent (tergantung dari

kondisi mikro setempat), di mana enzyme tersebut, satu dari sekian step proses biosintesa,

dapat menggunakan dan mengkonversi DHA, EPA menjadi grup senyawa resolvins.

Pada tingkat sel, munculnya neutrophil dan terbentuknya nanah (pustule, lihat

gambar bawah) mengisyaratkan peralihan dari mediator pro- ke anti-inflamasi, dan

pembatasan atau pencegahan pengrekrutan neutrophil berikutnya dari pembulu darah ke

lokasi kejadian. Mediator anti-inflamasi, lipoxins, resolvins, dan protectins   memobilisasi

sel macrophage (monocyte) yang dapat memakan selneutrophil, serta

membersihkan Histologi leukosit (Tan, T J, 2008).

Leukosit adalah sel darah Yang mengendung inti, disebut juga sel darah putih.

Didalam darah manusia, normal didapati jumlah leukosit rata-rata 5000-900  sel/mm3, bila

jumlahnya lebih dari 12000, keadaan ini disebut leukositosis, bilakurang dari 5000 disebut

leukopenia. Dilihat dalam mikroskop cahaya maka sel darah putih mempunyai granula

Page 7: Anti Inflamasi

spesifik (granulosit), yang dalam keadaan hidup berupa tetesan setengah cair, dalam

sitoplasmanya dan mempunyai bentuk inti yang bervariasi, Yang tidak mempunyai granula,

sitoplasmanya homogen dengan inti bentuk bulat atau bentuk ginjal. Terdapat dua jenis

leukosit agranuler : linfosit sel kecil, sitoplasma sedikit; monosit sel agak besar mengandung

sitoplasma lebih banyak. Granula. Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler

dan humora  organisme terhadap zat-zat asingan. Leukosit dapat melakukan gerakan

amuboid dan melalui proses diapedesis lekosit dapat meninggalkan kapiler dengan

menerobos antara sel-sel endotel dan menembus kedalam jaringan penyambung  Jumlah

leukosit per mikroliter darah, pada orang dewasa normal adalah 4000-11000, waktu lahir

15000-25000, dan menjelang hari ke empat turun sampai 12000, pada usia 4 tahun sesuai

jumlah normal. Variasi kuantitatif dalam sel-sel darah putih tergantung pada usia. waktu

lahir, 4 tahun dan pada usia 14 -15 tahun persentase khas dewasa tercapai. Bila memeriksa

variasi Fisiologi dan Patologi sel-sel darah tidak hanya persentase tetapi juga jumlah absolut

masing-masing jenis per unit volume darah harus diambil (Dr. Zukesti Effendi, 2007).

Read more: http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/2013/07/Laporan-Praktikum-Pengujian-Efek-Antiinflamasi-Farmakologi.html#ixzz3LClU60N6