anti asma
DESCRIPTION
anti asmaTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Kata “Asma” berasal dari kata Yunani yang artinya “terengah-engah” atau
“serangan nafas pendek”. Dahulu istilah ini digunakan untuk menyatakan
gambaran klinis nafas pendek tanpa memandang penyebabnya, sekarang hanya
ditujukan untuk keadaan yang menunjukkan respon abnormal dari trakhea dan
bronkhus terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan
bronkhus atau bronkhiolus dan sekresi berlebihan dari kelenjar-kelenjar di
mukosa bronkhus yang bersifat reversibel.
Asma (lebih dikenal dengan istilah asma bronkial) merupakan salah satu
dari tiga macam penyakit yang termasuk dalam Penyakit Paru Obstruksi Menahun
(PPOM) yang dicirikan oleh hipersensitivitas cabang-cabang trakeobronkial
terhadap berbagai jenis rangsangan yang kemudian bermanifestasi sebagai
penyempitan saluran nafas secara periodik dan reversibel. Mekanisme
penyempitan saluran nafas dapat disebabkan oleh : 1). konstriksi otot polos
bronkus, 2). peningkatan sekresi mukus bronkial dan deskuamasi epitel silia
membentuk mucus plug, dan 3). edema dan pembengkakan membran mukosa
saluran nafas.
Secara teoritis penyempitan saluran nafas dapat dihilangkan dengan cara:
1. Stimulasi saraf simpatis yang ke paru-paru, obatnya dinamakan
simpatomimetika.
2. Memblok kerja saraf parasimpatis yang ke paru-paru, obatnya dinamakan
parasimpatolitik atau antikolinergik.
3. Memblok kerja mediator bronkokonstriktor (histamin) pada otot polos
bronkus, obatnya dinamakan antihistamin.
Ada beberapa pencetus utama dari serangan asma yang sudah dikenali,
yaitu :
Parasit debu. Penyebab utama dari reaksi alergis, makhluk mikroskopik
kecil ini berasal dari tempat-tempat hangat seperti karpet atau seprei di
1
rumah yang panasnya terpusat. Makhluk ini hidup dengan memakan kulit
mati yang terkelupas dan jatuh dari tubuh kita.
Kotoran hewan. Campuran antara rambut, bulu, sisik dan ceceran urin
hewan.
Serbuk. Serbuk-serbuk rumput, pepohonan, semak belukar.
Polusi udara. Pembuangan asap mobil, kabut campur asap dari industri,
asap dari pembakaran batu bara dan asap rokok. Asap tembakau,
khususnya, dianggap sebagai problem utama bagi pengidap asma dan
orang tua dari anak yang mengidap asma harus menjauhkan anaknya dari
tempat-tempat orang merokok, jangan merokok di rumah dan harus
memberitahu kepada tamunya jangan merokok.
Kondisi cuaca yang berubah. Pencetus asma yang sering terjadi dalam
pernafasan pada udara kering dan berdebu selama gerak tubuh pada cuaca
panas atau menghirup hawa dingin (di musim dingin).
Gerak tubuh. Reaksi seorang pengidap asma pada gerak tubuh yang berat
bisa terjadi secara tiba-tiba atau selambat-lambatnya lima atau sepuluh
menit setelahnya.
Alergis makanan. Produk-produk makanan kadangkala sebagai pemicu
asma, seperti Chinese Food (terutama akibat dari lamanya penggunaan
bahan pengawet monosodium glutamat / MSG), bumbu yang berlebihan,
atau kacang asin yang banyak mengandung MSG. Penyebab asma yang
lain termasuk zat pewarna makanan, bahan pengawet seperti tartrazine
(E102), zat pewarna kuning yang dibubuhkan pada produk-produk orange
juice.
Hormon-hormon. Sebagian wanita terpengaruh oleh perubahan-perubahan
pada hormon.
Infeksi (virus dan bakteri). Infeksi akibat virus seperti flu bisa
menimbulkan asma. Bakteri tidak menyebabkan asma tapi cenderung
membuat asmanya menjadi lebih buruk.
Obat-obatan. Orang yang penyakit asmanya berkembang setelah masa
pubertas mungkin akan tahu bahwa mereka alergi terhadap aspirin atau
2
obat-obatan yang mengandung aspirin, tablet-tablet anti peradangan
nonsteroid (contohnya Ibuprofen), dan obat tetes mata.
Stres. Dalam situasi yang sangat tertekan sekali tubuh memproduksi
hormon-hormon seperti adrenalin dan cortisol yang biasanya membantu
meningkatkan performance. Akan tetapi bila situasi mendorong
peningkatan pada rasa takut atau cemas semata-mata “kejiwaan” dan tidak
menuntut aktivitas fisik tambahan tubuh dibebani hormon secara
berlebihan yang tidak bisa dimanfaatkan. Hal ini dapat menyebabkan
detak jantung meningkat, tekanan darah tinggi dan kerusakan fisik yang
lain. Inipun dapat memicu asma.
Jamur. Jamur yang tumbuh di rumah-rumah yang lembab, tanah di taman-
taman rumah, rumah kaca – rumah kaca dengan udara basah dan
sebagainya dapat memicu asma.
Asma berdasarkan penyebabnya dapat dibagi dalam tiga kategori, antara
lain :
1. Asma ekstrinsik atau alergi
Ditemukan pada sejumlah kecil pasien dewasa.
Dimulai pada masa kanak-kanak dengan riwayat keluarga yang
mempunyai penyakit atopik termasuk demam jerami, eksema,
dermatitis dan asma itu sendiri.
Disebabkan oleh kepekaan individu terhadap : a). alergen, biasanya
protein dalam bentuk serbuk sari yang dihirup, bulu halus dari
binatang, kain pembalut, b). makanan seperti susu atau coklat.
2. Asma intrinsik atau idiopatik
Infeksi merupakan faktor utama dari asma jenis ini.
Kuman-kuman/virus yang berperan adalah Haemophylus influenza,
Streptococcus haemoliticus, Streptococcus viridans, Staphylococcus
aureus, Neisseria cataralis, Pneumococci dan Baccilli Friedlander.
Sering tidak ditemukan faktor-faktor pencetus yang jelas.
Sering timbul sesudah usia 40 tahun.
3
Bisa timbul karena latihan jasmani, obat-obat antiinflamasi non steroid
dan faktor psikis.
3. Asma campuran
Terdiri dari komponen-komponen asma intrinsik dan ekstrinsik.
Kebanyakan pasien asma intrinsik akan berlanjut menjadi bentuk
campuran sedang anak-anak yang menderita asma ekstrinsik sering
sembuh sempurna pada saat dewasa muda.
Gejala-gejala klinik dari penyakit asma adalah :
Adanya serangan nafas akut disertai batuk dan berdahak (sputum berwarna
keputih-putihan, bila ada infeksi warnanya kuning atau hijau).
Pada serangan berat, kulit penderita berwarna biru (cyanosis) karena
kekurangan O2, penderita sulit bernafas (dada terasa tertekan) terutama pada
saat ekspirasi sehingga kadar CO2 dalam darah meningkat yang akhirnya
memperbesar perasaan cemas (hal ini dikenal dengan status asmatikus yang
dapat berlangsung selama berhari-hari dan tak dapat ditanggulangi dengan
pengobatan yang biasa).
Timbul bunyi yang khas (mengi) saat ekspirasi.
Obat-obat atau zat kimia yang dapat mempengaruhi otot polos bronkus :
BRONKOKONSTRIKTOR BRONKODILATOR
Asetilkolin dan sejenisnya Antikolinergik (misal : Atropin)
Histamin Antihistamin
-adrenergic blocker -adrenergic agonist
-adrenergic agonist Golongan Xantin
SRS-A (Substansi Reaksi-Lambat
Anafilaksis)
Penghambat pembebasan mediator
reaksi anafilaksis
Bradikinin Prostaglandin E
Prostaglandin Antagonis Prostaglandin F2
Antagonis SRS-A
Yang berperan dalam relaksasi otot polos bronkus ialah siklik 3,5 AMP.
Atas pengaruh adenilsiklase (yang diaktifkan oleh rangsangan agonis
4
adrenoseptor ), ATP akan diubah menjadi 5’AMP atas pengaruh enzim
fosfodiesterase. Sedangkan dalam mekanisme konstriksi otot polos bronkus yang
berperan adalah siklik GMP. Pada gambar berikut diperlihatkan bahwa
bronkodilatasi dapat terjadi karena pemberian agonis adrenoseptor-, pemberian
antikolinergik dan pemberian metilxantin yang menghambat enzim
fosfodiesterase yang merubah siklik 3,5 AMP menjadi 5’AMP.
5
BAB II
PENGGOLONGAN OBAT ASMA
Penanggulangan penyakit asma bronkhial ini terdiri atas pemberian obat
bronkodilator, desensitisasi spesifik yang lama, menghindari alergen-alergen yang
sudah dikenal dan kadang-kadang menggunakan obat-obat kortikosteroid. Karena
terjadi kejang pada saluran nafas, obat yang diperlukan terutama obat-obat dari
golongan antibiotika untuk mengatasi infeksi, antikolinergik, simpatomimetik,dan
vasodilator. Dan karena menyangkut masalah alergi, juga digunakan obat
golongan antihistaminika. Karena emosi juga memegang peranan dalam serangan
asma, diperlukan juga obat-obat golongan sedativa. Tapi secara umum obat asma
dibagi menjadi tiga golongan yang akan dijelaskan lebih lanjut, yaitu :
1. Bronkodilator, termasuk :
a. Golongan metilxantin, misal : theophylline, aminophylline.
b. Agonis adrenoseptor (sympathomimetics), misal :
- Epinephrine
- Ephedrine-HCl
- Salbutamol
- Terbutaline
- Isoproterenol
c. Antimuskarinik, misal : Ipratropium-bromide.
2. Antiinflamasi Steroid, misal : prednison, prednisolon, beklometason,
fluticasone.
3. Antihistamin, misal : diphenhydramine hydrochloride, chlorpheniramine
maleate, Natrium-chromoglicate.
6
BAB III
URAIAN MONOGRAFI DAN KIE
Obat dapat mencapai paru-paru melalui inhalasi, oral atau parenteral.
Inhalasi sering dipilih karena obat langsung disalurkan ke jaringan tujuan (jalan
nafas) dan efektif dalam dosis yang tidak menyebabkan efek sistemik yang
berarti.
Adapun penggolongan obat asma dibagi menjadi :
1. Bronkodilator Bronkodilator adalah obat yang dapat menghilangkan spasme otot
polos bronkus. Obat asma yang berfungsi sebagai bronkodilator misalnya :
metilxantin, agonis adrenoseptor dan anti muskarinik.
a. Metilxantin
Efek terpentingnya adalah relaksasi otot polos bronkus, terutama
bila otot bronkus dalam keadaan konstriksi secara eksperimental akibat
histamin atau segar klinis pada penderita asma bronkial. Kemampuannya
untuk menghambat enzim fosfodiesterase nukleotido siklik dan hubungan
dengan peningkatan akumulasi siklik AMP atau siklik GMP dengan hasil
akhir relaksasi otot polos.
Metilxantin cepat diabsorbsi setelah pemberian oral, rektal, atau
parenteral. Sediaan bentuk cair atau tablet tidak bersekat akan diabsorbsi
secara lengkap dan tepat
Contoh obat :
Theophylline
Suatu bronkodilator yang membebaskan obstruksi saluran napas
pada asma kronis, dan mengurangi gejala dari penyakit kronik.
Mungkin menimbulkan efek aditif bila digunakan bersama agonis
adrenoseptor-2 dosis kecil, sehingga kombinasi kedua obat tersebut
dapat memperbesar kemungkinan efek samping termasuk hipokalemia.
Karakteristik fisiko kimia
Organoleptis : Serbuk putih
7
Kelarutan : Sukar larut dalam air dan kloroform
Dalam alkohol 1 : 80
Sangat sukar larut dalam eter
Parameter farmakokinetik
Absorbsi dalam saluran cerna dihambat oleh makanan
60% terikat oleh protein. Pada neonatus dan orang dewasa yang
menderita gagal ginjal, terikat 30 – 40%.
Metabolit berupa asam 1,3-dimetil urat, asam 1-metil urat, 3-
metilxantin.
Dimetabolisme di hepar.
t1/2 eliminasi memanjang dengan adanya gagal jantung, sirosis,
infeksi virus.
t1/2 eliminasi memendek pada perokok dan peminum alkohol
berat dan bila digunakan bersama obat lain.
Mempunyai rentang terapi sempit karena jarak antara dosis terapi
dan dosis toksik sangat dekat. Efek terapi pada kadar 10 – 20
g/ml dalam plasma.
Efek samping dapat timbul pada kadar 10 – 20 g/ml dan efek
samping akan semakin sering dan semakin berat pada kadar di
atas 30 – 40 g/ml.
Sediaan theophylline lepas lambat umumnya cukup baik untuk
memberikan kadar plasma cukup sampai 12 jam setelah pemberian.
Bila diberikan dengan dosis tunggal pada malam hari, sediaan ini
sangat bermanfaat untuk mengontrol asma nokturnal dan sesak napas
dini hari. Sediaan-sediaan konvensional (lepas cepat) akhir-akhir ini
banyak dihindari karena kejadian efek samping yang berkaitan dengan
absorpsi yang sangat cepat, sehingga terjadi lonjakan kadar
theophylline dalam plasma.
Theophylline dapat diberikan dengan cara injeksi dalam bentuk
aminophylline, suatu campuran theophylline dengan etilendiamin
8
sehingga kelarutannya 20 kali lebih baik dibanding theophylline,
aminophylline harus diberikan sebagai injeksi i.v. sangat lambat.
Aminophylline i.v. telah disepakati sebagai pengobatan serangan
asma berat yang tidak berespon cepat dengan agonis 2.
Sebelumnya aminophylline tersedia dalam bentuk supositoria,
namun hal ini menyebabkan proktitis dan responsnya sukar
diperkirakan. Selain itu pemberian supositoria pada anak memberikan
resiko toksisitas yang cukup besar. Theophylline tetap bermanfaat
untuk pasien dengan gagal jantung yang mengidap asma dan bronkitis.
Mekanisme kerja
Memblok enzim fosfodiesterase sehingga cAMP tidak dapat
diubah menjadi 5’ AMP (jumlah cAMP meningkat) dan mediator
tidak lepas.
Efek samping
Gangguan pernapasan .
Pada over dosis terjadi efek sentral (gelisah, sukar tidur, tremor
dan konvulsi).
Gangguan saluran cerna : mual dan muntah.
Efek kardiovaskular seperti tachycardia, aritmia dan hipotensi.
Interaksi
Merokok dan barbiturat akan meninggikan ekskresi theophylline.
Ephedrine dan aminophylline dapat menimbulkan sinergisme
toksis.
Theophylline akan meningkatkan ekskresi litium karbonat,
menurunkan efek propanolol.
Theophylline dengan reserpin akan menyebabkan takikardia.
Contoh sediaan :
Asmadex® (Dexa Medica) : 130 mg
Asmasolon® (Westmont Medifarma) : 130 mg
Brondilex® (Biomedis) : 150 mg
KIE yang perlu diberikan kepada pasien :
9
Minum sesuai aturan/dosisnya karena rentang terapi yang sempit,
sehingga kelebihan dosis dapat menyebabkan kejang atau
aritmia yang menyebabkan kematian.
Kadar ditingkatkan oleh benzodiazepin, cimetidin, erytromycin.
Efek samping nausea (pusing) dan vomit (muntah) segera
hubungi dokter.
Minum bersama 1 gelas air atau sedikit makanan untuk
mengurangi gangguan saluran cerna.
Hindari penggunaan bersama dengan kafein.
b. Agonis Adrenoreseptor
Agonis adrenoseptor-2 dengan lama kerja singkat merupakan
pengobatan pilihan untuk mengurangi eksaserbasi dari asma dan mungkin
bernilai sebagai profilaksis asma yang disebabkan oleh olah raga. Bentuk
aerosolnya adalah obat pilihan utama untuk mengatasi serangan akut.
Sediaan oral menimbulkan lebih banyak efek samping kardiovaskular dan
sentral, karena itu hanya digunakan untuk penderita yang tidak mau
menggunakan aerosol.
Mekanisme kerja :
Bronkodilator yang merangsang reseptor-2 adrenegik di otot polos
bronkial yang menyebabkan relaksasi dari otot dan juga mempertinggi
“clearance” (bersihan) mukosiliar dan menurunkan permeabilitas vaskular.
Contoh obat :
Ephedrine HCl
Karakteristik fisikokimia
Organoleptis : Kristal warna putih
Kelarutan : Dalam air 1 : 4
Dalam alkohol 1 : 17
Tidak larut dalam eter
Disimpan dalam wadah kedap udara dan terlindung dari cahaya
Parameter farmakokinetik :
10
Diabsorpsi dengan baik dalam saluran cerna
Dimetabolisme di hepar dengan bantuan enzim mono aksidase
60 – 70%
Diekskresi melalui urin dalam bentuk utuh
t ½ = 3 – 6 jam
Efek samping
Takikardi, nerveus, hipertensi, palpitasi
Tremor, alergi, haus
Pusing (ringan dan sementara)
Insomnia
Interaksi
Penghambat MAO (Monoamin Oksidase), menghambat efek
ephedrine, atropin dapat menyebabkan efek bronkodilatasi
ephedrine.
Kontra indikasi
Penyakit jantung
Hipertensi
Hipertiroid
Wanita hamil
Glaukoma
Tukak lambung
Dosis
Per oral
Anak-anak : 1 th : 7,5 mg, 3 kali sehari
1 – 5 th : 15 mg, 3 kali sehari
6 – 12 th : 30 mg, 3 kali sehari
Dewasa : 15 – 60 mg, 3 kali sehari
Contoh sediaan
Asmadex® (Dexa Medica) : 10 mg
Asmasolon® (Mediafarma) : 130 mg
11
Bronsolvan® (Kalbe Farma) : 150 mg
KIE yang perlu diberikan kepada pasien :
Meningkatkan frekuensi denyut jantung, karena banyak sediaan
asma yang mengandung ephedrine pada orang-orang peka atau
pentakaran terlalu tinggi dapat menimbulkan efek tersebut.
Efek samping tachyfylaxis sebaiknya jangan digunakan secara
kontinyu tetapi diselingi dengan obat asma lain.
Salbutamol
Karakteristik Fisiko Kimia
Organoleptis : serbuk warna putih
Kelarutan :
- Dalam air : 1 : 70
- Dalam alkohol 1 : 25
- Sukar larut dalam eter
Disimpan dalam wadah tertutup rapat dan terlindung dari cahaya.
Parameter farmakokinetik
Diabsorpsi dengan baik dalam saluran cerna.
Mengalami metabolisme lintas pertama di hepar (first past effect),
kecuali kalau diberikan dalam bentuk inhalasi.
Diekskresi melalui urin dalam bentuk konjugasi sulfat.
t ½ = 2 – 7 jam.
Efek samping
Takikardi
Tremor
Nausea
Pusing (ringan dan sementara)
Jika over dosis timbul gejala insomnia, hipotensi, takikardi
(130/menit).
Interaksi
12
Kortikosteroid (hipokalemia meningkat) dan akan
mengembalikan sensitivitas terhadap salbutamol.
Diuretik (hipokalemia meningkat).
Penghematan MAO dapat menyebabkan hipertensi berat.
Penghambat reseptor- (terutama propanolol) akan melawan efek
bronkodilatasi.
Kontra indikasi
Pasien dengan gangguan kardiovaskuler
Wanita hamil
Anak-anak di bawah 2 bulan
Dosis
a. Per oral :
Anak-anak : 2 bulan – < 2 tahun : 100 g/kg BB, 4 kali
sehari
2 – 6 tahun : 1 – 2 mg, 3 – 4 kali sehari
6 – 12 tahun : 2 mg
Dewasa : 4 mg, 3 – 4 kali / hari maksimum 8 mg dosis
tunggal
Manula dan penderita hipersensitif : 2 mg
b. Aerosol inhalasi
Anak-anak : 100 g, jika perlu 200 g, untuk profilaksis 100
g.
Dewasa : 100 – 200 g, untuk profilaksis 200 g.
c. Powder inhalasi
Anak-anak : 200 g.
Dewasa : 200 – 400 g.
d. Nebulizer
Anak-anak : 200 g (18 bulan)
Dewasa : 2,5 mg, jika perlu bisa sampai 5 mg
Contoh sediaan
Salbron® (Dankos)
13
Tablet : 2 mg, 4 mg
Sirop : 2 mg / 5 ml
Salbuven® (Pharos)
Tablet : 2 mg, 4 mg
Sirop : 2 mg / 5 ml
Semprot hidung : 5 mg/ml
Ventolin® (Glaxo Wellcome)
Nebulizer : 2,5 mg / 2,5 ml
Rotacaps : 200 g / kapsul (digunakan bersama rotahaler)
Aerosol : 100g
KIE yang perlu diberikan kepada pasien :
Penggunaan sediaan inhaler yang benar.
Efek samping takikardi.
Memperhatikan jarak antar dosis.
Hindari makanan yang menyebabkan alergi.
Hindari tempat-tempat yang lembab.
Ikutilah saran dokter bila disarankan untuk latihan pernapasan,
latihan pernapasan ini akan memperkuat otot-otot yang
mengatur pernapasan.
Istirahat secukupnya.
Hindari orang-orang yang sedang batuk, flu karena ini akan
merangsang sesak napas.
Jangan menggunakan obat lebih sering dari yang dianjurkan
oleh dokter.
Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
Lain-lain
Stimulan adrenoseptor-2 kerja pendek tidak boleh
diresepkan secara rutin tidak memberikan manfaat klinis. Tetapi
stimulan adrenoseptor-2 yang kerjanya panjang salmeterol
memberikan manfaat klinis untuk penggunaan rutin.
14
Lama kerja aerosol tergantung pada jenis obat dan
dosisnya. Pada dosis yang dianjurkan salbutamol, terbutalin dan
fenoterol lama kerjanya 3 – 5 jam, sedangkan salmeterol sekitar 12
jam.
Bentuk aerosol disukai karena berefek lebih cepat dan lebih
sedikit menimbulkan efek samping dari pada tablet, terbutalin dan
fenoterol lama kerjanya 3 – 5 jam, sedangkan salmeterol sekitar 12
jam.
Bentuk aerosol disukai karena berefek lebih cepat dan lebih
sedikit menimbulkan efek samping dari pada tablet, misalnya
dalam hal ketegangan saraf, hal ini karena aerosol diberikan
langsung pada bronki sehingga dosis kecil telah cukup.
Preparat oral memiliki mula kerja yang lebih lambat tetapi
lama kerjanya sedikit lebih panjang daripada cara inhalasi.
Tablet agonis 2 jenis lepas lambat mungkin memberikan
efek lebih baik pada pasien dengan asma nokturnal.
Injeksi intravena subcutan dari salbutamol dan terbutalin
diberikan pada bronkospasme berat.
Untuk pasien anak agonis 2 selektif bermanfaat bahkan
pada anak dibawah usia 18 bulan. Pada serangan berat, nebulasi
dengan agonis 2 selektif atau ipratropiven dianjurkan.
Untuk hamil dan menyusui cara inhalasi mempunyai
keuntungan karena obat tidak berada di sirkulasi sistemik yang
dapat menyebabkan efek merugikan pada foetus.
Hipokalemia serius dapat terjadi dengan agonis 2 terutama
pada asma berat.
Terbutaline
Karakteristik fisiko kimia
Organoleptis : Serbuk warna putih
Kelarutan : Dalam air 1 : 4
15
Sukar larut dalam alkohol dan metanol
Tidak larut dalam kloroform dan eter
Disimpan dalam wadah tertutup rapat pada suhu 15 – 30°C dan
terlindung dari cahaya
Parameter farmakokinetik
Tidak diabsorbsi secara lengkap dalam saluran erna
Mengalami metabolisme lintas pertama di hepar (first past
effect) melalui enzim glukoronidase
Diekskresi melalui urin dalam bentuk utuh maupun
metabolitnya
Efek samping
Takikardi
Tremor
Nausea
Pusing (ringan dan sementara)
Jika over dosis akan timbul gejala insomnia, hipotensi, takikardi
(130/menit).
Interaksi
Kortikosteroid (hipokalemia meningkat)
Diuretik (hipokalemia)
Kontra indikasi
Pasien dengan gangguan kardiovaskuler
Wanita hamil
Anak-anak dibawah 2 tahun
Dosis
Per oral :
Anak-anak : 2 bulan – 6 tahun : 75 g/kg, 3 kali sehari
Dewasa : Dosis awal 2,5 mg 3 kali sehari selama 1 – 2
minggu kemudian ditingkatkan sampai 5 mg
3 kali sehari.
Aerosol inhaler :
16
Anak-anak dan dewasa : 250 – 500 g untuk simptom 3 – 4
kali/hari
Powder inhaler :
Anak-anak dan dewasa : 250 – 500 g untuk simptom 3 – 4
kali/hari
Contoh sediaan
Bricasma® (Astra zeneca)
Tablet : 2,5 mg
Sirop : 1,5 mg/ml
Inhaler : 0,25 mg
Turbuler : 0,25; 0,5 mg
KIE
Penggunaan sediaan inhaler yang benar
Sediaan inhaler digunakan maksimal 8 semprot dalam sehari
Efek samping takikardi
Memperhatikan jarak antar dosis
c. Antimuskarinik
Bekerja pada reseptor muskarinik dengan cara memblok pelepasan
asetilkolin sehingga produksi mukus menurun dan nafas menjadi lega.
Kurang manjur dan kerjanya lebih lambat daripada beta agonis,
dgunakan sebagai suatu alternatif bila seorang penderita asma sangat
sensitif terahadap agonis 2.
Cara pemberiannya hanya dengan cara inhalasi. Efek samping yang tak
dikehendaki seperti terjadi pada preparat-preparat oral.
Contoh sediaan :
Ipratropium
Karakteristik fisiko kimia
Organoleptis : Kristal putih
Kelarutan : Larut dalam air dan alkohol
Tidak larut dalam kloroform
17
Parameter farmako kinetik
Diabsorpsi dalam jumlah kecil pada saluran cerna
Diekskresi melalui urin dan feses
Efek samping
Mulut kering
Kontipasi
Mual
Nyeri kepala dan pusing
Kontra indikasi
Glukoma
Dosis
Aerosol inhalasi
Anak-anak : 6 tahun : 20 g, 3 kali sehari
6 – 12 tahun : 20 – 40 g, 3 kali sehari
Dewasa : 20 – 40 g (awal) sampai dengan 80g, 3 –
4 kali sehari
Contoh sediaan
Berodual® (Schering Plough) : 0,02 mg
Atroven® (Boechringer Ingelheim) : inhaler 20 g
KIE yang perlu diberikan kepada pasien :
Penggunaan sediaan inhaler yang benar
Aman dikombinasikan bersama steroid dan bronkodilator
Sebaiknya tidak digunakan selama trimester pertama
kehamilan, kecuali manfaat lebih besar dari resiko, jika terapi
tidak menghasilkan efek yang tidak diinginkan sebaiknya minta
nasihat dokter
2. Antiinflamasi Steroid
Bekerja pada berbagai macam seluler, hormonal lokal dan jalan kimia
mengurangi kekentalan mukus (dahak) dan meningkatkan respon dari
reseptor-2.
18
Pada asma kronik, kortikosteroid digunakan dalam dosis yang rendah
untuk menangani asma ringan dan sedang dengan dosis yang lebih tinggi
(lebih dari 800 g/hari pada orang dewasa dalam bentuk inhalasi) untuk asma
yang lebih berat. Steroid yang diinhalasi merupakan obat pilihan untuk
pengontrolan yang baik pada sebagian besar asma.
Efek samping steroid inhalasi adalah sariawan mulut, suara parau atau dalam,
dianjurkan mulut harus dicuci (berkumur) sesudah setiap pemakaian inhalasi.
Absorbsi oral sangat lambat (< 1%) dan setiap obat yang diabsorbsi
dimetabolisme dengan cepat dan secara sempurna menjadi suatu metabolit
yang tidak berbahaya oleh hepar.
Sebaiknya jangan diberikan pada pasien asma bronkial akut maupun
kronik, yang masih dapat diatasi dengan cara lain.
Pada status asmatikus, glukokortiroid dosis besar harus segera
diberikan metil-prednisolon-Na-Suksinat 60 – 100 mg setiap 6 jam dapat
diberikan secara i.v. Bila gejala mereda, dapat diikuti pemberian prednison
oral 40 – 60 mg/hari. Dosis diturunkan bertahap sampai hari ke 10 terapi dapat
dihentikan.
Terapi non steroid dapat diberikan kembali setelah keadaan mereda.
Pada eksaserbasi akut asma, dapat diatasi dengan prednison 30 mg, 2 kali
sehari selama 5 hari kemudian bila masih perlu terapi dapat diperpanjang 1
minggu dengan dosis yang lebih rendah. Bila pemberian obat anti asma lain
memberikan respons yang baik, kortikosteroid dapat dihentikan segera. Gejala
supresi fisik adrenal akan timbul dalam 1 – 2 minggu.
Pemberian kortikosteriod pada asma bronkial kronik yang berat harus
dipertimbangkan benar-benar karena sebagian besar pasien yang sekali sudah
mendapat kartikosteroid selanjutnya akan selalu membutuhkannya. Umumnya
dibutuhkan predunson 5 – 10 mg/hari, kecuali mungkin beberapa pasien
cukup dengan inhalasi beklometason dipropionat. Pasien yang sedang
menggunakan glukokortikoid oral harus menggunakan dosis secara bertahap
bila akan mulai dengan inhalasi beklometason. Inhalasi ini sering
menyebabkan kandidiasis osofarings tanpa gejala.
19
Biasanya kortikosteroid tidak bermanfaat pada asma dengan bronkitis
kronis dan emfisema.
Contoh obat :
Beclometason dipropionate
Karakteristik fisiko kimia
Organoleptis : Serbuk putih
Kelarutan : Tidak larut dalam air
Dalam alkohol 1 : 60
Dalam kloroform 1 : 8
Disimpan di tempat yang terlindung cahaya.
Parameter farmakokinetik
Absorbsi dalam saluran cerna
Terikat oleh protein terutama globulin
Dimetabolisme di hepar dan ginjal
Efek samping
Terjadi interaksi mulut kandidiasis pada mulut dan tenggorokan
Sesak napas, batuk dan luka pada tenggorokan
Kontra indikasi
Hipersensitivitas
Contoh sediaan
Becotide ® (Glaxo Wellcome) : Inhaler : 50 g
Rotacap : 100 g
Rotadisk : 100 g
KIE yang perlu diberikan kepada pasien :
Setiap kali setelah menyemprotkan obat inhalasi sebaiknya
berkumur dengan air untuk menghindari infeksi Candida di mulut.
Penggunaan sediaan inhaler yang benar.
Terapi wanita hamil dan menyusui harus dilakukan dengan hati-
hati karena dapat mempengaruhi janin dan air susu ibu.
20
3. Antihistamin
Menghambat pelepasan histamin dari sel mast paru-paru dan tempat-
tempat tertentu, yang diinduksi oleh antigen.
Contoh sediaan :
Na-kromoglikat
Karakteristik fisiko kimia
Organoleptis : Serbuk warna putih
Tidak berbau
Tidak berasa
Higroskopis
Kelarutan : Dalam air 1 : 20
Tidak larut dalam alkohol dan kloroform
Disimpan di tempat yang terlindung cahaya
Parameter farmako kinetik
Diabsorbsi dalam saluran cerna dalam jumlah kecil
Diekskresi melalui urin dan empedu
Efek samping
Batuk
Dapat terjadi iritasi ringan tenggorokan, mual dan bronkospasme
sementara.
Kontra indikasi
Hipersensitivitas.
Dosis
Anak-anak dan dewasa 10 mg., 4 kali sehari dapat ditingkatkan
(tergantung tingkat keparahan).
Dosis penjagaan 5 mg, 4 kali sehari.
Contoh preparat
Intal 5
KIE yang perlu diberikan kepada pasien :
Dapat menyebabkan batuk
21
Sebaiknya tidak digunakan pada masa kehamilan terutama selama
trimester pertama.
22
DAFTAR PUSTAKA
Gibaldi, 2000, Gibaldi’s Drug Theraphy, The McGraw-Hill Companies, Inc., Singapore.
H. Mahdi, Dina, 1993, Penatalaksanaan Penyakit Alergi, Airlangga University Press, Surabaya.
Price, Sylvia Anderson, 1995, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi Empat, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Untung Widodo, Erich Lotterer, 1993, Kumpulan Data Klinik Farmakologik, Cetakan Pertama, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
23