antam arinem papandayan

Upload: gugy-maulana

Post on 13-Jul-2015

197 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Lokasi penelitian terletak di kawasan Penambangan Emas Papandayan PT. Aneka Tambang Tbk. Kawasan penelitian terletak pada koordinat X =783000788000 TM dan Y = 9181000-9188000 UM (Koordinat UTM zona 48 M). Luasan daerah penelitian meliputi 7 x 5 km2, yang secara administrasi masuk dalam Kecamatan Cisewu, Kabupaten Garut, Propinsi Jawa Barat, pada bagian utara- barat dibatasi oleh Daerah Girimukti, bagian selatan dibatasi oleh Daerah Margahayu dan bagian timur dibatasi oleh Daerah Parakankaso. Struktur geologi yang berkembang yaitu kekar, urat kuarsa dan sesar. Kekar dan urat kuarsa dominan berarah SE-NW (tenggara-barat laut), NE-SW ( timur lautbarat daya) dan N-S (utara-selatan). Sesar yang berkembang berupa Reverse left Slip Fault (Rickard, 1972) dengan bidang sesar N 149 E/80 dan gores garis 800, N325E dan rake 180. Sesar normal (Normal slip Fault, Rickard, 1972) dengan bidangsesar N 220 E/68 dan gores garis 600, N 250E dan rake 600dan N 329 E/70 dangores garis 600, N 310E dan rake 68 Hasil pengamatan yang didukung dengan analisa petrografi dan XRD pada daerah telitian dapat dibagi menjadi tiga tipe alterasi yaitu alterasi propilitik, alterasi argilik dan alterasi silisik. Hasil analisa AAS dipeoleh unsur Au berasosiasi dengan unsur Pb, unsur Ag, unsur Cu dan unsur Zn. Mineralisasi yang berkembang yaitu klorit, epidot, nefelin, pirit, kalkopirit, mangan, galena, anortit, illit, smektit, kalsit, monmorilonit, hematit dan albit Endapan bijih epitermal adalah endapan yang terbentuk pada lingkungan hidrotermal dekat permukaan, mempunyai temperatur dan tekanan yang relatif rendah berasosiasi dengan kegiatan magmatisme kalk-alkali yang sering kali (tidak selalu) endapannya dijumpai di dalam produk vulkanik (sedimen vulkanik). Endapan epitermal sering juga disebut endapan urat, stockwork, hot spring, volcanic hosted dan lain-lain. Perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedaan parameter yang digunakan dalam menggolongkan endapan mineral. Pada kenyataannya tidak mudah untuk membatasi ciri-ciri endapan epitermal dengan endapan hidrotermal lainnya. Ciri-ciri endapan epitermal menurut Lindgren, 1933 berdasarkan parameter kedalaman, temperatur, pembentukan, zona bijih, logam bijih, mineral bijih, mineral penyerta, ubahan batuan samping, tekstur dan struktur serta zonasi

Kedalaman Permukaan hingga 1500 m. Temperatur 50 2000C Pembentukan Pada batuan sedimen atau batuan beku, terutama yang berasosiasi dengan batuan intrusi dekat permukaan atau ekstrusi, biasanya disertai oleh sesar turun, kekar, dsb .

Zona bijih Urat-urat yang simpel, beberapa tidak beraturan dengan pembentukan kantong-kantong bijih, juga seringkali terdapat pada pipa dan stockwork . Jarang terbentuk sepanjang permukaan lapisan dan sedikit kanampakan penggantian . Logam bijih Pb, Zn, Au, Ag, Hg, Sb, Hg, Sb, Cu, Se, Bi, U Mineral bijih Native Au, Ag, elektrum, Cu, Bi Pirit, Markasit, Sfalerit, Galena, Kalkopirit, Cinabar, Stibnit, Realgar, Orpiment, Rubi, Silver, Argentit, Selenides, Tellurid. Mineral penyerta (gangue) Kuarsa, Rijang, Kalsedon, Ametis, Serisit, Klorit rendah Fe, Epidot, Karbonat, Fluorit, Barit, Adularia, Alunit, Dickit, Rhodochrosit, Zeolit . Ubahan batuan samping Sering sedikit silisifikasi, kaolinisasi, piritisasi, dolomitisasi, kloritisasi . Tekstur dan struktur Crustification (banding), sangat umum sering sebagai fine banding, cockade, vugs, urat terbreksikan. Ukuran butir (kristal) sangat bervariasi . Zonasi Makin kedalam makin tidak beraturan, seringkali kisaran vertikalnya sangat kecil

Istilah sulfidasi rendah dan sulfidasi tinggi dalam endapan epitermal juga dicetuskan oleh White dan Hedenquest (1995). Batasan kedua istilah tersebut di dasarkan pada bilangan redoks (reduksi-oksidasi) unsur S dalam larutan mineralisasi. Unsur S dalam sistem hidrothermal yang mendekati PH netral umumnya memiliki bilangan redoks terendah -2 (misalnya senyawa H2S), kondisi ini diistilahkan sebagai sulfidasi rendah. Istilah sulfida tinggi digunakan untuk unsur S dalam hidrotermal vulkanik yang mempunyai bilangan redoks mendekati +4 (misalnya senyawa SO2). Sistem epitermal sulfida rendah, larutan magmatik yang didominasi gas H2S direduksi pada saat bereaksi dengan batuan samping (wall rock) sehingga terjadi pengenceran akibat adanya sirkulasi larutan meteorik (air hujan). Kondisi ini sulfur hadir dengan bilangan oksidasi -2 yang didominasi H2S, sehingga diistilahkan sebagai sulfida rendah. Di bawah kondisi reduksi yang cukup tinggi ini sulfida hanya hadir sebagai sulfur sekunder. Ciri-ciri endapan epitermal menurut White & Hedenquest, 1995 berdasarkan parameter tatanan tektonik, kontrol struktur regional,

kontrol struktur lokal, pola mineralisasi, tekstur mineralisasi, dimensi endapan, host rock, hubungan waktu, asosiasi geokimia, mineral bijih, logam yang diproduksi, sosiasi mineral ubahan, ubahan batuan samping, temperatur pengendapan bijih, sifat larutan, kedalaman pengendapan dan sumber sulfida