anjak piutang dan modal ventura

35
BAB I ANJAK PIUTANG 1.1. Pengertian Anjak Piutang Factoring dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi anjak piutang. Menurut keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 tanggal 20 Desember 1988, perusahaan anjak piutang adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian dan atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri. Definisi diatas menjelaskan bahwa jasa yang diberikan dalam suatu kegiatan anjak piutang meliputi jasa pembiayaan atas piutang dan jasa non pembiayaan atas piutang. Pada kenyataannya kedua jenis jasa tersebut tidak harus selalu ada dalam suatu perjanjian anjak piutang, perjanjian anjak piutang ada yang meliputi kedua jenis jasa tersebut dan ada juga yang hanya meliputi salah satu jenis jasa diatas. Pada dasarnya, pilihan atas jenis jasa yang akan diberikan tergantung pada kesepakatan antara pihak factor dan pihak klien. Keputusan Menteri Keuangan tersebut diperbaharui dengan SK Menteri Keuangan Nomor 448/KMK.017/2000 yang menyatakan bahwa kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian dan atau pengalihan serta pengurusan piutang 1

Upload: fayblood

Post on 30-Sep-2015

516 views

Category:

Documents


29 download

DESCRIPTION

Perusahaan anjak piutang adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri.

TRANSCRIPT

Bab I Pendahuluan

BAB I

ANJAK PIUTANG1.1. Pengertian Anjak PiutangFactoring dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi anjak piutang. Menurut keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 tanggal 20 Desember 1988, perusahaan anjak piutang adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian dan atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri. Definisi diatas menjelaskan bahwa jasa yang diberikan dalam suatu kegiatan anjak piutang meliputi jasa pembiayaan atas piutang dan jasa non pembiayaan atas piutang. Pada kenyataannya kedua jenis jasa tersebut tidak harus selalu ada dalam suatu perjanjian anjak piutang, perjanjian anjak piutang ada yang meliputi kedua jenis jasa tersebut dan ada juga yang hanya meliputi salah satu jenis jasa diatas. Pada dasarnya, pilihan atas jenis jasa yang akan diberikan tergantung pada kesepakatan antara pihak factor dan pihak klien.

Keputusan Menteri Keuangan tersebut diperbaharui dengan SK Menteri Keuangan Nomor 448/KMK.017/2000 yang menyatakan bahwa kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian dan atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri. Pernyataan ini ditegaskan dengan SK Menteri Keuangan Nomor 172/KMK.06/2002 yang menyatakan bahwa kegiatan anjak piutang dilakukan dalam bentuk pembelian dan atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri. Pihak yang terkait dalam kegiatan anjak piutang meliputi:A. Perusahaan jasa anjak piutang (factor). Factor adalah pihak yang memberikan jasa anjak piutang.B. Klien (client). Klien adalah pihak yang menerima jasa anjak piutang dan menjual barang dan jasa secara kredit kepada nasabah. C. Nasabah (customer). Nasabah adalah pihak yang membeli barang dan atau jasa dari klien dan mempunyai kewajiban berupa utang jangka pendek kepada klien. Anjak piutang merupakan perjanjian antara factor dengan klien yang mewajibkan: 1. Pihak factor untuk memberikan jasa berupa: Pembiayaan atas piutang usaha yang dimiliki oleh klien. Non pembiayaan berupa antara lain penagihan piutang, dan administrasi penjualan. 2. Pihak Klien untuk: Menjualkan atau menjaminkan piutangnya kepada pihak factor. Memberikan balas jasa financial kepada factor.

1.2. Sejarah Anjak PiutangKegiatan anjak piutang mulai dikenal ketika perusahaan-perusahaan manufaktur di Inggris berusaha menjual produknya ke Amerika. Amerika pada waktu itu, sekitar tahun 1880-an, merupakan benua baru yang banyak didatangi oleh orang-orang Eropa terutama dari Inggris. Kedatangan bangsa Eropa di Amerika mau tidak mau membawa konsekuensi bahwa mereka harus melakukan kegiatan produksi dan konsumsi didaerah barunya, namun pada awalnya mereka tidak banyak bisa melakukan kegiatan produksi karena terbatasnya sumber daya manusia, peralatan dan capital. Keadaan ini memaksa mereka untuk mendatangkan sebagian besar kebutuhan mereka dari daerah asal, yaitu Inggris. Ketika perusahaan-perusahaan di Inggris akan memasarkan atau menjual produknya ke orang-orang di Amerika, timbul masalah karena mereka tidak saling mengenal. Resiko tidak terbayarnya penjualan secara kredit semakin besar bukan hanya karena mereka tidak saling mengenal tetapi karena jarak yang sangat jauh. Kondisi ini mendorong perusahaan-perusahaan di Inggris untuk menemukan suatu solusi mengenai sistem penjualan yang sesuai. Perusahaan-perusahaan tertentu mulai tertarik untuk menjembatani atau sebagai perantara antara pihak penjual di Inggris dengan pihak pembeli di Amerika, perusahaan-perusahaan ini selanjutnya dikenal sebagai factor atau agen. Jasa yang ditawarkan oleh factor pada waktu itu masih berkisar terutama pada pengurusan dan penagihan piutang jasa. Usaha factor ini menjadi semakin berkembang ketika perusahaan-perusahaan tekstil Inggris memerlukan jasa penilaian kelayakan atas kredit dagang kepada pembeli di Amerika. Mengingat factor ini dianggap sebagai perusahaan yang cukup berpengalaman dalam berurusan dengan pembeli-pembeli di Amerika dan juga berpengalaman dalam hal penyelesaian tagihan atau piutang, maka perusahaan tekstil di Inggris cenderung menggunakan jasa mereka untuk melakukan investigasi kredit kepada pembeli di Amerika.Tugas factor dalam hal ini adalah menentukan kelayakan suatu pembeli untuk memperoleh fasilitas pembelian dengan cara kredit (credit worthiness) dan juga menentukan tingkat atau kemungkinan terbayarnya suatu piutang dari penjualan tekstil secara kredit. Lama-kelamaan, factor tidak hanya memberikan jasa investigasi kredit saja tetapi sekaligus membeli fakturfaktur penjualan tekstil dari perusahaan tekstil. Factor kemudian menguangkan atau menagih faktur tersebut pada pembeli saat jatuh tempo. Dalam perkembangannya, kegiatan pemberian jasa anjak piutang ini tidak hanya diberikan oleh suatu perusahaan sebagai salah satu dari kegiatan usahanya, tetapi juga oleh suatu perusahaan yang secara khusus bergerak dalam bidang anjak piutang. Usaha berkembang mulai dari Amerika Utara, kemudian berkembang dibagian Amerika yang lain, lalu berkembang di Eropa, dan akhirnya keseluruh dunia. Bidang usaha yang dilayani jasa anjak piutang berkembang dari semula tekstil kebidang bidang usaha yang lain termasuk jasa. Kegiatan anjak piutang di Indonesia mulai berkembang baik sejak adanya keputusan Presiden No. 61 dan Keputusan Menteri Keuangan No. 1251/KMK.13/1998 tanggal 20 Desember 1988. Peraturan ini terutama diterapkan untuk memberikan alternatif pembiayaan uasaha dari berbagai macam jenis lembaga keuangan, termasuk perusahaan anjak piutang.1.3. Jenis dan Mekanisme Anjak PiutangAtas dasar jasa-jasa yang diberikan oleh factor, anjak piutang dapat dibedakan menjadi: 1. Full-services factoring. Anjak piutang jenis ini meberikan jasa secara menyeluruh, baik jasa pembiayaan maupun non-pembiayaan. 2. Bulk factoring. Anjak piutang jenis ini memberikan jasa pembiayaan dan permberitahuan saat jatuh tempo pada nasabah, tanpa memberikan jasa lain seperti proteksi risiko piutang, administrasi penjualan, dan penagihan. 3. Maturity factoring. Anjak piutang jenis ini memberikan jasa proteksi risiko piutang, administrasi penjualan secara menyeluruh, dan penagihan. Proteksi risiko atas piutang diberikan oleh factor tanpa melakukan pembiayaan atau pemberian uang muka atas pelunasan piutang. Pembelian oleh factor dilakukan pada tanggal tertentu yang biasanya ditentukan atas dasar rata-rata jangka waktu jatuh tempo dari piutang yang diberikan kepada klien.1.4. Distribusi Risiko Pada mekanisme penjualan tanpa adanya perusahaan anjak piutang, risiko tidak terbayarnya piutang milik klien sepenuhnya ditanggung oleh klien sendiri. Dengan adanya perusahaan anjak piutang, risiko tersebut tidak harus selalu secara penuh ditanggung oleh klien. Atas dasar distribusi risiko tidak terbayarnya piutang oleh nasabah, anjak piutang dapat dibedakan menjadi: A. With recourse factoring Pada tahap awal factor meberikan uang muka proporsi tertentu kepada klien atas piutang atau faktur yang diserahkan. Pada saat piutang jatuh tempo apabila nasabah sama sekali tidak melunasi utangnya, maka klien berkewajiban untuk mengembalikan sejumlah uang muka yang telah diterimanya dari factor. Dengan demikian, risiko tidak terbayarnya piutang seluruhnya ditanggung oleh klien, dan factor sama sekali tidak menanggung risiko tidak terbayarnya piutang tersebut.

B. Without Recourse factoring Pada tahap awal fator memberikan uang muka sejumlah proporsi tertentu kepada klien atas piutang atau factur yang diserahkan. Pada saat piutang jatuh tempo, apabila nasabah sama sekali tidak melunasi utangnya, maka klien tidak berkewajiban untuk mengembailkan sejumlah uang muka yang telah diterimanya dari factor. Dengan demikian, risiko tidak terbayarnya piutang tidak ditanggung seluruhnya oleh klien. Klien hanya menanggung risiko sebesar piutang yang tidak dibiayai atau tidak diber uang muka oleh factor, sedangkan factor sendiri menanggung risiko sebesar uang muka atau pembiayaan yang telah diberikan kepada kliennya.

1.5. Keterlibatan Nasabah dalam Perjanjian

Perjanjian utama yang di buat untuk pelaksanaan kegiatan anjak piutang adalah antara pihak klien dengan pihak factor. Perjanjian tersebut dapat dibuat dengan atau tanpa persetujuan pihak nasabah. Atas dasar ada atau tidaknya persetujuan pihak nasabah dalam perjanjian, anjak piutang dapat dibedakan menjadi :

2.1. Disclosed Factoring Penyerahan atau penjualan piutang klien kepada factor dalam disclosed factoring adalah dengan sepengetahuan (notifikasi atau pemberitahuan) pihak nasabah. mengingat pihak nasabah telah mengetahui adanya pengalihan piutang kepada factor, maka hak penagihan piutang dapat dialihkan kepada factor, sehingga pada saat jatuh tempo nasabah dapat melunasi utangnya melalui factor. Secara praktis, tipe disclosed factoring memungkinkan pemberian jasa penagihan piutang kepada klien oleh factor. 2.2. Underclosed factoring Penyerahan atau penjualan piutang oleh klien kepada factor dalam underclosed factoring adalah tanpa sepengetahuan (notifikasi atau pemberitahuan) pihak nasabah. Mengingat pihak nasabah tidak mengetahui adanya pengalihan piutang kepada factor, maka hak penagihan piutang tidak dapat dialihkan kepada factor, sehingga pada saat jatuh tempo nasabah tetap harus melunasi hutangnya langsung kepada kliaen. Secara praktis, tipe underclosed factoring ini tidak memungkinkan pemberian jasa penagihan piutang kepada klien oleh factor, kecuali terjadi pelanggaran atau cidera janji yang dilakukan oleh nasabah

1.6. Lingkup Pelayanan

Pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proses anjak piutang dapat berlokasi dalan suatu wilayah negara yang sama dan juga dapat berloksi dalam wilayah yang berbeda. Apabila ditinjau atas dasar kedudukan geografis dari pihak-pihak yang terlibat dalan proses anjak piutang tersebut, maka anjak piutang dapat dibedakan menjadi : A. Domestic factoring

Pihak-pihak yang terlibat dalam domestic factoring berkedudukan dalam suatu wilayah negara. Apabila dilakukan dalam lingkup domestik, prosesnya adalah sebagai berikut : klien melakukan transaksi jual beli dengan pihak konsumen. Penyerahan jasa/barang diikuti dengan penagihan yang diwujudkan dalam dokumen berupa faktu (invoice). Dokumen tersebut selanjutnya akan diserahkan kepada perusahaan ajak piutang dan klien akan mendapat pembayaran setelah dikurangi dengan diskonto. Bila telah jatuh tempo, konsumen akan langsung melakukan pembarayan kepada pihak perusahaan anjak piutang secara penuh. Kemudian perusahaan anjak piutang akan menyerahkan kembali dokumen yang telah dilunasi tersebut beserta dengan tagihan yang tidak ikut dibiayai. B. International factoring Pihak-pihak yang terlibat dalam international factoring berkedudukan dalam wilayah Negara yang berbeda, terutama perbedaan kedudukan antara klien atau pemasok dengan kedudukan nasabah. Dalam kegiatan anjak piutang dengan lingkup international, ada empat pihak yang terkait dalam kegiatan tesebut : eksportir, imporir, export factor dan import factor. Prosesnya adalah sebagai berikut: eksportir membuat perjanjian dengan pihak perusahaan anjak piutang dan mengajukan limit kredit sehubungan dengan rencana ekspor. Dalam proses tersebut, perusahaan anjak piutang melakukan kerja sama dengan (import factor) di luar negeri, tempat Negara tujuan ekspor. Pihak perusahaan anjak piutang di luar negeri melakukan serangkaian verifikasi erhadapa calon importir. Apabila tidak ada permasalahan, ekspostir mengirimkan barang dan menyerahkan faktur dengan perintah bahwa importir melakukan pembayaran kepada perusahaan anjak piutang yang telah ditunjuk (import factor). Eksportir menyerahkan salinan faktur kepada perusahaan anjak piutang dalam negeri (export factor) dan akan melakukan pembayaran kepada eksportir. Export factor kemudian memberikan perintah kepada import factor untuk melakukan penagihan kepada importir dan menerima pembayaran pada saat jatuh tempo.

1.7. Tipe tagihan atau piutang

Transaksi jual beli secara kredit antara penjual dengan pmbieli menimbulkan piutang atau tagihan bagi penjual dan menimbulkan kewajiban atau utang bagi pihak pembeli. Hak dan kewajiban dari penjual-pembeli tersebut dapat diformalkan dalam bentuk piutang dagang biasa dan juga dalam betuk promes. A. Anjak piutang untuk tagihan biasa Anjak piutang untuk tagihan biasa pada dasarnya hanya melibat kan pihak klien, nasabah, dan factor. Pihak lain, biasanya bank, tidak ikut serta secara langsung dalam proses anjak piutang ini. Pengalihan tagihan hanya sebatas dari pihak klien kepada pihak factor, dan pada saat tempo factor dapat melakukan penagihan kepada nasabah atau debitur. B. Anjak piutang untuk promes

Anjak putang untuk promes melibatkan pihak lain, biasanya bank, dalam proses penagihan piutang. Mekanismenya menjadi sedikit lebih panjang karena bukti piutang dikonversikan menjadi promes untuk kemudian didiskontokan ke pihak lain (bank).

1.8. Struktur Organisasi

Atas dasar struktur organisasinya, perusahaan anjak piutang dapat dibedakan menjadi struktur organisasi perusahaan anjak piutang berskala kecil dengan struktur organisasi perusahaan anjak piutang berskala besar. Perusahaan jasa anjak piutang berskala kecil biasanya hanya memberikan jasa-jasa pembiayaan dan jarang sekali yang juga memberikan jasa-jasa nonpembiayaan seperti administrasi penjualan dan lain-lain. Perusahaan jasa anjak piutang berskala besar biasanya mampu memberikan kedua jenis jasa tersebut. Perusahaan Anjak Piutang Kecil Struktur organisasinya disesuaikan dengan jenis jasa yang ditawarkan, yaitu terutama hanya jasa pembiayaan. Mengingat proses dasar dari kegiatan pembiayaan adalah: Analisis terhadap bonafiditas calon klien. Analisis terhadap koletibilitas piutang. Pembayaran pembiayaan kepada klien. Administrasi faktur dan bukti piutang. Administrasi hak dan kewajiban pihak-pihak terkait. Penagihan piutang. Pembayaran kepada klien

Contoh struktur organisasi perusahaan anjak piutang berskala kecil Departemen Kredit adalah bagian dari perusahaan yang bertugas melakukan analisis terhadap bonifiditas calon klien dan kolektibilitas atau kualitas piutang yang akan dibiayai. Mengingat bidang usaha calon klien sangat beragam, maka analisis pada bagian ini biasanya sudah merujuk pada spesialisasi pada bidang tertentu. Atas dasar pertimbangan di atas serta untuk meningkatkan efisiensinya, masing-masing perusahaan jasa anjak piutang kecil biasanya mengacu pada bidang tertentu saja.Departemen Faktur adalah bagian perusahaan yang bertugas melakukan administrasi dokumen piutang agar dapat secara tepat dan cepat digunakan untuk perhitungan biaya, diskonto atau bunga dan jatuh tempo. Departemen Penyesuaian (adjustment Departement) adalah bagian perusahaan yang bertugas melakukan adminsitrasi dan pengelolaan perubahan-perubahan terhadap persyaratan perjanjian, jumlah piutang, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan hak dan kewajiban pihak-pihak terkait dalam anjak piutang. Departemen Penagihan adalah bagian perusahaan yang bertugas melakukan penagihan terhadap piutang jatuh tempo. Departemen Rekening Klien adalah bagian perusahaan yang bertugas melakukan seluruh pencatatan terhadap semua transaksi atau kegiatan yang mempengaruhi kewajiban dan hak klien. Departemen Legal adalah bagian perusahaan yang bertugas memberikan pertimbangan dan saran yuridis mengenai kegiatan-kegiatan perusahaan. Perusahaan Anjak Piutang BesarDi samping memberikan jasa pembiayaan, perusahaan anjak piutang berskala besar juga menawarkan jasa pembiayaan, sehingga selain bagian-bagian di atas, perusahaan anjak piutang beskala besar juga memiliki bagian-bagian lain seperti bagian umum, bagian computer, bagian treasury, bagian relasi, bagian pengelolaan kredit, dan lain-lain. Tanggung jawab yang dimiliki oleh masing-masing bagian cenderung lebih spesifik, sehingga secara umum jumlah bagian-bangiannya menjadi lebih banyak. Bagian atau departemen yang menjadi sangant banyak biasanya dikelompokan menjadi hanya 3 sampai 5 divisi saja. Sebagai contoh, perusahaan anjak piutang besar ada yang mempunyai divisi administrasi, divisi keuangan, divisi operasi, dan divisi pemasaran. Masing-masing divisi terdiri dari beberapa bagian yang saling terkait.

1.9. Manfaat Anjak Piutang

Dengan adanya perusahaan anjak piutang, klien mendapat manfaat dari transaksi yang telah dilakukan. Klien mendapatkan kas langsung dari penjualannya dalam bulan berjalan dan tidak perlu menunggu waktu sampai pembayaran dari konsumen. Dengan demikian, Likuiditas perusahaan akan terjamin dan modal kerja dapat terus bergulir.Bagi Klien Manfaat yang akan diterima klien terdiri dari: A. Jasa Pembiayaan Peningkatan penjualan. Adanya jasa pembiayaan memungkinkan klien melakukan penjualan dengan cara kredit. Penjualan dengan cara kredit ini sebenarnya sulit untuk dilakukan apabila klien mengalami kesulitan modal. Namun dengan adanya jasa anjak piutang, klien mampu secara kredit. Penjualan secara kredit meningkatkan kemampuan dan daya tarik bagi pembeli dengan dana terbatas untuk melakukan pembelian pada klien.

Kelancaran modal kerja. Jasa anjak piutang memungkinkan klien untuk mengonversikan piutangnya yang belum jatuh tempo menjadi dana tunai denga prosedur yang relatif mudah dan cepat. Tersedianya dana tunai yang lebih besar ini dapat dimanfaatkan oleh klien untuk mendanai kegiatan operasional klien seperti pembelian bahan baku, pembayaran gaji pegawai, pembayaran tagihan listrik dan lain-lain. Pengurangan risiko tidak tertagihnya piutang. Pembiayaan dengan skema without recourse memungkinkan adanya pengalihan sebagian risiko tidak tertagihnya piutang kepada factor, pengalihan risiko ini sangat menguntungkan bagi kelancaran dan kepastian bagi pihak klien.B. Jasa Non-PembiayaanMemudahkan penagihan piutang. jasa penagihan piutang yang diberikan oleh factor menyebabkan klien tidak perlu secara langsung melakukan penagihan piutang kepada nasabah, sehingga waktu dan tenaga karyawan dapat dimanfaatkan untuk melakukan kegiatan lain yang lebih produktif. Efisiensi usaha. Jasa administrasi penjualan memungkinkan klien untuk mengelola kegiatan penjualannya secara lebih rapid an efisien karena administrasinya dikelola oleh pihak (factor) yang sudah lebih berpengalaman.

Peningkatan kualitas piutang. Jasa administrasi penjualan memungkinkan pemberian fasilitas kredit kepada pembeli secara lebih selektif sehingga kemungkinan tertagihnya piutang menjadi lebih tinggi. Memudahkan perencanaan arus kas (cash-flow). Jasa investigasi kredit/piutang memungkinkan klien untuk melakukan perkiraan waktu dan jumlah piutang yang dapat ditagih, sehingga memudahkan proyeksi arus kas secara keseluruhan. Bagi Factor Manfaat utama yang diterima factor adalah penerimaan dalam bentuk fee dari pihak klien. Fee tersebut terdiri dari: Discount fee/charge. Fee ini dibayarkan oleh klien karena factor memberikan jasa pembiayaan uang muka atas piutang yang diberikan oleh factor. Discount fee diperhitungkan sebesar persentanse tertentu terhadap besarnya pembiayaan yang diberikan atas dasar Risiko tertagihnya, jangka waktu, rata-rata tingkat bunga perbankan. Service/charge. Fee ini dibayarkan oleh klien kepada factor memberikan jasa pembiayaan yang nilainya ditentukan sebesar persentase tertentu dari piutang atas dasar beban kerja yang akan dilakukan oleh factor. Semakin besar volume penjualan, maka fee ini juga semakin besar. Semakin sulit penagihan piutang, maka fee ini juga semakin besar. Bagi NasabahNasabah yang memperoleh manfaat berupa: Kesempatan untuk melakukan pembelian secara kredit. Kehadiran jasa pembiayaan memungkinkan klien untuk melakukan penjualan secara kredit. Layanan penjualan yang baik. Jasa administrasi penjualan memungkinkan klien melakukan penjualan dengan lebih cepat dan tepatBAB II

MODAL VENTURA2.1. Pengertian Modal VenturaModal Ventura dapat didefinisikan dalam berbagai versi, namun pada dasarnya berbagai macam definisi tersebut mengacu pada suatu pengertian mengenai modal ventura, yaitu suatu pembiayaan oleh suatu perusahaan kepada suatu perusahaan pasangan usahanya yang prinsip pembiayaannya adalah penyertaan modal. Bentuk pembiayaan dari modal ventura dapat berupa obligasi ataupun pinjaman, namun obligasi atau pinjaman itu tidak sama dengan obligasi atau pinjaman biasa karena mempunyai sifat khusus yang pada intinya mempunyai syarat pengembalian dan balas jasa yang lebih lunak. Syarat yang lebih lunak itu dapat bermacam-macam, antara lain :

Bagi hasil

Pembayaran pinjaman hanya jika Perusahaan Pasangan Usaha mampu (mengalami tingkat keuntungan tertentu)

Pinjaman dapat dikonversikan menjadi saham/penyertaan2.2. Sejarah Modal VenturaMunculnya konsep pembiayaan dengan modal ventura diawali antara tahun 1920-1930 pada saat keluarga keluarga kaya di Amerika Serikat seperti Ford, Rockefeller, Payson dan lain lain membentuk suatu pendanaan. Pendanaan ini diarahkan untuk menolong usaha-usaha individu yang sedang mengalami kesulitan modal dalam suatu kegiatan investasi, yang potensial, dan kegiatan ini terus menerus berkembang ke seluruh dunia termasuk di Indonesia yang dikenal sebagai usaha modal ventura.Awal pengakuan secara formal adanya usaha modal ventura di Indonesia adalah saat berlakunya Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.13/1988 dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 469/KMK.17/1995 tanggal 3 Oktober 1995 tentang Pendirian dan Pemberian Modal Ventura, yang menempatkan usaha modal ventura sebagai salah satu kegiatan pembiayaan disamping bentuk-bentuk kegiatan pembiayaan yang lain. Pada kenyataannya usaha modal ventura relative kurang berkembang di Indonesia dibandingkan lembaga pembiayaan yang lain.2.3. Manfaat Modal VenturaBagi Perusahaan Pasangan Usaha

Manfaat utama yang diterima oleh perusahaan pasangan usaha adalah dapat dijalankannya kegiatan usaha karena kebutuhan dana untuk modal usaha telah dapat dipenuhi oleh perusahaan modal ventura.

Bagi Perusahaan Modal Ventura

Mengingat usaha modal ventura mempinyai dua dimensi yaitu bisnis dan sosial, maka manfaat utama yang dapat diperoleh Perusahaan Modal Ventura juga meliputi dua hal. Pertama, Perusahaan Modal Ventura memperoleh balas jasa atas pembiayaan yang telah dilakukan kepada Perusahaan Pasangan Usaha. Kedua, Perusahaan Modal Ventura membantu peningkatan kesejahteraan rakyat banyak melalui pengembangan usaha yang sedang mengalami kesulitan pembiayaan.2.4. Jenis Modal Ventura

Berdasarkan Cara Pemberian Bantuan Mekanisme modal ventura dapat dibedakan menjadi :

Single tier approachPendekatan ini menempatkan sebuah Perusahaan Modal Ventura dalam dua fungsi sekaligus, yaitu sebagai pemberi bantuan pembiayaan (fund company) dan juga sebagai pemberi bantuan manajemen atau pengelolaan dana (management company). Two tier approachPendekatan ini memungkinkan sebuah Perusahaan Pasangan Usaha untuk menerima bantuan pembiayaan dan bantuan manajeman dari Perusahaan Modal Ventura yang berbeda.Sedangkan Jika ditinjau dari cara penghimpunan dananya modal ventura dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

Leverage Venture CapitalModal ventura yang bersumber dari suatu Perusahaan Modal Ventura dengan sebagian besar penghimpunan dananya dalam bentuk pinjaman dari berbagai macam pihak disebut leverage venture capital. Equity Venture CapitalModal Ventura yang bersumber dari suatu Perusahaan Modal Ventura dengan sebagian besar penghimpunan dananya dalam bentuk modal sendiri dalam berbagai bentuk disebut equity venture capital.Atas dasar kepemilikannya, Perusahaan modal ventura dapat dibedakan dalam beberapa jenis sebagai berikut : Private Venture-Capital CompanyPerusahaan modal ventura yang belum go pubic atau belum menjual sahamnya melalui bursa efek disebut Private Venture-Capital Company Public Venture-Capital CompanyPerusahaan Modal Ventura yang telah go public atau menjual sahamnya melalui bursa efek disebut Public Venture-Capital Company Bank Affiliate Venture-Capital CompanyPerusahaan Modal Ventura yang didirikan oleh bank-bank yang mengalami surplus dana atau memang mempunyai misi khusus dalam hal modal ventura disebut Bank Affiliate Venture-Capital Company. Perusahaan modal ventura ini biasanya adalah suatu anak perusahaan dari bank yang mendirikannya dan memiliki manajemen yang terpisah dari perusahaan induknya. Conglomerate Venture-Capital Company.Perusahaan modal ventura jenis ini adalah perusahaan yang didirikan atau dimiliki oleh sejumlah perusahaan besar. Perusahaan Modal Ventura jenis ini banyak terdapat di negara industri dan kepemilikannya bisa saja terdiri dari dua atau lebih perusahaan besar.2.5. Karakteristik Pembiayaan Modal Ventura

Beberapa karakteristik dari pembiayaan yang dilakukan oleh perusahaan modal ventura antara lain:

Penyertaan modal berjangka waktu tertentu (10tahun) dan bersifat sementara. Setelah Perusahaan Pasangan Usaha mampu mandiri, modal ventura harus menarik kembali modal yang telah ditanamkan tersebut. Selain menyertakan modal, modal ventura juga terlibat dalam proses pengelolaan atau memberikan dampingan menajemen maupun bantuan teknis apabila diperlukan. Pembiayaan dilakukan berdasarkan pertimbangan kuat atau lemahnya kondisi pengelola perusahaan atau lebih mengutamakan kelayakan usaha dari perusahaan pasangan usahanya (PPU). Motif dari moda ventura adalah motif bisnis yaitu mendapatkan keuntungan setinggi-tingginya, walaupun dengan resiko yang relative tinggi pula.

BAB IIIKESIMPULAN3.1. Anjak PiutangPerusahaan anjak piutang adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri.

Dalam transaksi anjak piutang, tagihan penjual kepada pembeli dialihkan pada perusahaan anjak piutang sehingga penjual tidak perlu menagihnya. Dengan cara ini, kas yang diterima penjual dapat digunakan untuk membiayai modal kerja demi kesinambungan usaha walaupun penjual harus membayar biaya tertentu.

Dengan adanya perusahaan anjak piutang, klien mendapat manfaat dari transaksi yang telah dilakukan. Klien mendapatkan kas langsung dari penjualannya dalam bulan berjalan dan tidak perlu menunggu waktu sampai pembayaran dari konsumen. Dengan demikian, Likuiditas perusahaan akan terjamin dan modal kerja dapat terus bergulir.

3.2. Modal Ventura

modal ventura, yaitu suatu pembiayaan oleh suatu perusahaan kepada suatu perusahaan pasangan usahanya yang prinsip pembiayaannya adalah penyertaan modal. Pihak yang terlibat dalam Modal Ventura adalah perusahaan pasangan usaha dan perusahaan modal ventura. Manfaat utama yang diterima oleh perusahaan pasangan usaha adalah dapat dijalankannya kegiatan usaha karena kebutuhan dana untuk modal usaha telah dapat dipenuhi oleh perusahaan modal ventura.

Sedangkan manfaat utama yang dapat diperoleh Perusahaan Modal Ventura meliputi balas jasa atas pembiayaan yang telah dilakukan kepada Perusahaan Pasangan Usaha dan membantu peningkatan kesejahteraan rakyat banyak melalui pengembangan usaha yang sedang mengalami kesulitan pembiayaan.STUDI KASUSKasus Perusahaan Modal Ventura:

Dalam kasus ini, telah terjadi wanprestasi serta perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh PPU, yaitu CV. Surya Kencana terhadap PMV, yaitu PT. Sarana Sulteng Ventura. Hal ini diawali dengan adanya perjanjian pembiayaan dengan pola pembagian atas hasil usaha No. 06/PBH/SSTV/1998, tertanggal 28 Agustus 1998, antara PT. Sarana Sulteng Ventura, sebagai suatu Perseroan Terbatas yang bergerak dalam bidang usaha Modal Ventura, dengan tujuan dan misi untuk menyertakan modalnya, baik secara langsung maupun tidak langsung pada perusahaan/pengusaha menengah dan kecil, dengan CV. Surya Kencana, sebagai Perusahaan Pasangan Usaha di bidang perdagangan sapi. Perjanjian pembiayaan dengan pola bagi hasil tersebut dibuat secara sah maka olehnya mengikat sebagai hukum bagi para pihak.

Berdasarkan kesepakatan para pihak dalam perjanjian, bahwa pembiayaan yang diberikan oleh PMV kepada PPU ialah sebesar Rp.21.000.000,- (dua puluh satu juta rupiah) yang harus digunakan oleh PPU sebagai modal kerja dalam perjanjian pembiayaan dengan jangka waktu pembiayaan selama 24 (dua puluh empat) bulan, terhitung dari tanggal pertama kali pencairan jumlah pembiayaan. Kemudian pembiayaan tersebut telah disetorkan oleh PMV kepada PPU pada tanggal 31 Agustus 1998 melalui rekening bersama (joint account) atas nama Erni Yunus sebagai Direksi CV. Surya Kencana setelah dipotong provisi sebesar 1 % dan biaya administrasi fee sebesar 1 % dari pembiayaan atau sebesar Rp.21.000.000,- dikurangi Rp.420.000,- = Rp.20.580.000,- (dua puluh juta lima ratus delapan puluh ribu rupiah).

Bahwa atas pembiayaan tersebut antara PMV dengan PPU telah sepakat, imbalan bagi hasil sebesar 30 % dari keuntungan/laba operasional usaha sebelum pajak yang akan dibayarkan oleh PPU kepada PMV dan pengembalian jumlah pembiayaan dilakukan setiap bulan berdasarkan proyeksi yang disepakati dengan grace periode 5 (lima) bulan, sehingga dimulai pada bulan ke 6 (enam) sebesar Rp.1.105.265,- sampai dengan bulan ke-24 kepada PMV, setiap bulan paling lambat tanggal 10 dan apabila PPU lalai melaksanakan pembayaran bagi hasil dan pengembalian fasilitas pembiayaan, maka akan dikenakan denda keterlambatan sebesar 3 % per bulan.

Bahwa untuk meyakinkan PMV agar PPU dapat menerima pembiayaan dari PMV, PPU memberikan jaminan pengembalian pembiayaan pada tanggal 28 Agustus 1998 berupa tanah dan 2 (dua) buah mobil.

Namun dalam praktik, setelah pembiayaan diberikan, PPU tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana tercantum dalam perjanjian terhadap PMV terkait bagi hasil dari laba yang diperoleh PPU. Begitu pula jaminan yang diberikan PPU kepada PMV yang ditujukan agar PPU dapat diberi pembiayaan, merupakan jaminan yang tidak benar keberadaan dan kepemilikannya, serta PPU melakukan pemalsuan laporan/kwitansi fiktif terkait usahanya. Sehingga dalam kasus ini, PPU telah melakukan wanprestasi serta perbuatan melawan hukum terhadap PMV.

Pembahasan Kasus Modal Ventura

Dalam kasus ini yang merupakan Perusahaan Modal Ventura ialah PT. Sarana Sulteng Ventura Perusahaan Modal Ventura (PMV), yaitu badan usaha yang melakukan usaha pembiayaan/penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan (Investee Company), yang mana dalam hal ini adalah CV. Surya Kencana, untuk jangka waktu tertentu, yaitu 24 bulan dalam bentuk pembiayaan berdasarkan pembagian atas hasil usaha. Setelah jangka waktu berakhir, PMV wajib melakukan Divestasi.

Kegiatan usaha PT. Sarana Sulteng Ventura sebagai PMV kepada CV. Surya Kencana sebagai PPU ialah dalam bentuk pembiayaan berdasarkan atas hasil usaha yang dilakukan dengan pola Pembagian atas hasil usaha berdasarkan laba (profit sharing) yang dihasilkan dari selisih lebih total pendapatan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan. Pembagian atas hasil usaha ini dilakukan berdasarkan persentase tertentu yang telah disepakati di awal dan dituangkan dalam perjanjian tertulis antara PMV dan PPU. Dalam kasus ini antara PMV dengan PPU telah sepakat, imbalan bagi hasil sebesar 30 % dari keuntungan/laba operasional usaha sebelum pajak yang akan dibayarkan oleh PPU kepada PMV dan pengembalian jumlah pembiayaan dilakukan setiap bulan berdasarkan proyeksi yang disepakati dengan grace periode 5 (lima) bulan, sehingga dimulai pada bulan ke 6 (enam) sebesar Rp.1.105.265,- sampai dengan bulan ke-24 kepada PMV, setiap bulan paling lambat tanggal 10 dan apabila PPU lalai melaksanakan pembayaran bagi hasil dan pengembalian fasilitas pembiayaan, maka akan dikenakan denda keterlambatan sebesar 3 % per bulan.

Berdasarkan perjanjian modal ventura yang dibuat dan disepakati oleh kedua pihak tersebut, disimpulkan bahwa perjanjian modal ventura tersebut tidak sesuai dengan hakikat atau prinsip dari modal ventura itu sendiri, yang mana bertujuan membantu perusahaan atau UMKM melalui penyertaan modal yang juga dapat disertai dengan pemberian bimbingan dari pihak PMV terhadap PPU terkait usahanya. Namun dalam kasus ini, dijelaskan dalam salah satu pasal dalam perjanjian terkait pengembalian seluruh pembiayaan yang diberikan PMV kepada PPU secara berangsur hingga akhir jangka waktu penyertaan modal PMV pada PPU serta adanya jaminan yang diberikan PPU kepada PMV, yang mana menunjukkan bahwa dalam perjanjian ini tercermin adanya unsur pinjam meminjam. Hal ini bertentangan dengan hakikat modal ventura itu sendiri yang mana pada dasarnya PMV akan mendapatkan pengembalian modal yang telah diberikan pada PPU melalui bagi hasil yang telah disepakati yang berasal dari laba (profit sharing) hasil usaha PPU. Perusahaan Anjak Piutang di IndonesiaANJAK PIUTANG (FACTORING) PT. IFS CAPITAL INDONESIA (IFSI)

PT. IFS Capital Indonesia (IFSI) mulai berdiri di Jakarta pada tahun 1990 dengan nama PT. Niaga Factoring Corporation, yang merupakan perusahaan joint venture antara PT. Bank Niaga Tbk, PT. Usaha Sarana Sejati dan IFS Capital limited. Sejak November 2005 IFS Capital Limited menjadi pemegang saham mayoritas dengan porsi kepemilikan sebesar 85%.

IFSI adalah perusahaan pembiayaan yang mempunyai spesialisasi dalam pembiayaan Anjak Piutang (Factoring) dan Sewa Guna Usaha (Leasing) untuk perusahaan kecil dan menengah di Indonesia. Pembiayaan Anjak Piutang yang diberikan meliputi : anjak piutang domestik dan anjak piutang ekspor. IFSI melayani transaksi anjak piutang with recoursedan juga transaksi anjak piutang without recourse.

IFSI anggota dari IF Group yang berpusat di Brussel, yang merupakan asosiasi dari 75 perusahaan anjak piutang dari seluruh dunia. Sebagai anggota dari International FactorsGroup transaksi ekspor dan impor yang dilakukan oleh klien IFSI dari Indonesia menjadi lebih mudah dan efisien. Selain itu IFSI juga menjadi anggota dari Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) dan juga anggota dari Asian Leasing and Finance Association (ALFA).

IFSI saat ini siap mendukung perusahaan di Indonesia untuk meningkatkan investasi-nya di berbagi sector industri seperti : manufacture, electronic, tekstil, telekomunikasi, printing dsb. Dan juga siap untuk membiayai pengadaan peralatan berat untuk sector industri: perkebunan, pertambangan, transportasi dan sumber daya energi.

Pada tanggal 14 Juni 2007 nama perusahaan di ganti dari PT. International Factors Indonesia menjadi PT. IFS Capital Indonesia. Dengan struktur organisasi dan kebijakan perusahaan yang baru, PT. IFS Capital Indonesia siap melayani kebutuhan pembiayaan perusahaan Indonesia baik untuk jasa Anjak Piutang dan Sewa Guna Usaha.

PT. IFS Capital Indonesia (IFSI) merupakan perusahaan anjak piutang yang merupakan berbentuk multi financial company berfokus pada usaha kecil dan menengah di Indonesia. Persyaratan yang harus dipenuhi UKM untuk menjadi client dari alternative pembiayaan pada fasilitas anjak piutang di PT. IFSI ialah telah memiliki usaha yang baik dan menguntungkan.Jenis-jenis transaksi Anjak Piutang yang dapat dilakukan oleh IFSI :

1. Anjak Piutang Domestik / Lokal: Transaksi Anjak Piutang terhadap tagihan antar perusahaandomestik.2. Anjak Piutang Ekspor : Transaksi anjak piutang terhadap tagihan antar negara.3. Anjak Piutang NonRecourse:Transaksi anjak piutang yang dilindungi dengan asuransi kredit.4. Anjak Piutang WithRecourse:Transaksi anjak piutang yang dilakukan tanpa menggunakanasuransi kredit.

PT. IFS Capital Indonesia (IFSI) berfokus pada UKM di Indonesia, karena keinginannya untuk turut serta mengembangkan pertumbuhan ekonomi karena usaha yang paling banyak terdapat di Indonesia dengan latar belakang unit Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sulit mendapatkan permodalan yang berasal dari bank karena pencairan modal dari bank melalui berbagai persyaratan berbelit-belit dan jaminan agunan serta bunga yang tinggi pula, membuat pengusaha tidak dapat berkonsentrasi terhadap kemajuan dan perkembangan usahanya. Sehingga sering terjadi kebangkrutan/pailit yang menyebabkan pengusaha tidak dapat mengembalikan pinjaman terhadap bank. Pemberian modal terhadap UKM kini tidak hanya monopoli dunia perbankan saja, tetapi dapat juga melalui lembaga pembiayaan. Banyak hal yang membuat salah satu perusahaan pembiayaan yang dapat menjadi alternatif sumber permodalan jangka pendek UKM yaitu anjak piutang. Sekarang yang dibutuhkan UKM bukan hanya pengucuran dana tetapi yang lebih penting lagi membimbingan secara intensif bagaimana memanajemen usahanya. Disinilah peran perusahaan anjak piutang yang menjadikan UKM sebagai rekanan/partner, terutama dalam memelihara pembukuan penjualan.

Kekurangan PT IFSI :

Perusahaan ini kurang berkembang di Indonesia karena Bad Debt, sehingga benar-benar perusahaan financial yang besar dan berkuasa yang dapat melakukannya. Biaya yang ditanggung cukup tinggi yaitu; DAFTAR PUSTAKA

Budisantoso Totok, Triandaru Sigit. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta : Salemba EmpatHendro Tri, Tjandra Conny. 2014. Bank dan Institusi Keuangan Non Bank Di Indonesia, Yogyakarta: UPP STIM YKPNhttp://id.wikipedia.org/wiki/Modal_venturaPAGE 22