12. anjak piutang

27
BAB IV ANJAK PIUTANG A. PENDAHULUAN Ketatnya persaingan dalam dunia bisnis mengakibatkan terjadinya pergeseran orientasi dari pola pasar penjual (sellers market) kepada pola pasar pembeli (buyers market). Kondisi yang demikian ini mendorong setiap perusahaan untuk melakukan berbagai cara supaya dapat meningkatkan omzet penjualan yang pada akhirnya meningkatkan laba, yaitu antara lain dengan kebijakan berupa pemberian fasilitas pembayaran secara kredit (berjangka) kepada pembeli. Namun demikian, peningkatan penjualan secara kredit ini bisa mengakibatkan semakin rumitnya administrasi penjualan sehubungan dengan penagihan piutang dan risiko tidak dilunasinya piutang tersebut. Disamping itu, peningkatan penjualan secara kredit juga mengakibatkan peningkatan kebutuhan modal kerja. Hal ini disebabkan semakin besar modal kerja yang tertanam dalam piutang. Guna mengatasi berbagai dampak negatif dari system penjualan secara kredit ini, maka kehadiran lembaga pembiayaan anjak piutang sangat diperlukan oleh perusahaan. Melalui anjak piutang, perusahaan akan dapat dengan mudah dan cepat mendapatkan sumber pembiayaan dalam bentuk uang tunai sampai 80% dari nilai faktur penjualannya secara kredit. Dengan demikian, kesinambungan produksi dapat terjamin dan masalah cash flow dapat teratasi dengan baik, sehingga pada gilirannya perusahaan dapat lebih berkonsentrasi pada kegiatan peningkatan produksi dan penjualan. Pada bab ini akan dijelaskan secara sistematis dan lengkap tentang seluk beluk usaha anjak piutang sebagai salah satu bentuk usaha dari lembaga pembiayaan. Didalamnya akan diuraikan tentang pengertian dan pengaturan, keunggulan dan kelemahan, serta unsur-unsur anjak piutang. Selanjutnya akan dijelaskan pula tentang klasifikasi, syarat dan mekanisme transaksi anjak piutang. Kemudian pada bagian akhir dari bab ini akan dibahas tentang perjanjian anjak piutang yang didalamnya mencakup materi tentang subjek dan objek perjanjian anjak

Upload: tranmien

Post on 31-Dec-2016

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 12. Anjak Piutang

BAB IVANJAK PIUTANG

A. PENDAHULUANKetatnya persaingan dalam dunia bisnis mengakibatkan terjadinya

pergeseran orientasi dari pola pasar penjual (sellers market) kepada pola pasar pembeli (buyers market). Kondisi yang demikian ini mendorong setiap perusahaan untuk melakukan berbagai cara supaya dapat meningkatkan omzet penjualan yang pada akhirnya meningkatkan laba, yaitu antara lain dengan kebijakan berupa pemberian fasilitas pembayaran secara kredit (berjangka) kepada pembeli. Namun demikian, peningkatan penjualan secara kredit ini bisa mengakibatkan semakin rumitnya administrasi penjualan sehubungan dengan penagihan piutang dan risiko tidak dilunasinya piutang tersebut. Disamping itu, peningkatan penjualan secara kredit juga mengakibatkan peningkatan kebutuhan modal kerja. Hal ini disebabkan semakin besar modal kerja yang tertanam dalam piutang.

Guna mengatasi berbagai dampak negatif dari system penjualan secara kredit ini, maka kehadiran lembaga pembiayaan anjak piutang sangat diperlukan oleh perusahaan. Melalui anjak piutang, perusahaan akan dapat dengan mudah dan cepat mendapatkan sumber pembiayaan dalam bentuk uang tunai sampai 80% dari nilai faktur penjualannya secara kredit. Dengan demikian, kesinambungan produksi dapat terjamin dan masalah cash flow dapat teratasi dengan baik, sehingga pada gilirannya perusahaan dapat lebih berkonsentrasi pada kegiatan peningkatan produksi dan penjualan.

Pada bab ini akan dijelaskan secara sistematis dan lengkap tentang seluk beluk usaha anjak piutang sebagai salah satu bentuk usaha dari lembaga pembiayaan. Didalamnya akan diuraikan tentang pengertian dan pengaturan, keunggulan dan kelemahan, serta unsur-unsur anjak piutang. Selanjutnya akan dijelaskan pula tentang klasifikasi, syarat dan mekanisme transaksi anjak piutang. Kemudian pada bagian akhir dari bab ini akan dibahas tentang perjanjian anjak piutang yang didalamnya mencakup materi tentang subjek dan objek perjanjian anjak piutang, bentuk dan isi perjanjian anjak piutang, serta perbedaan antara anjak piutang dengan bentuk kegiatan lainnya.

Melalui penyajian materi seperti di atas, diharapkan akan memperoleh pemahaman yang komprehensif tentang keberadaan dan aktivitas dari usaha anjak piutang.

B. PENGERTIAN DAN PENGATURAN ANJAK PIUTANG1. Pengertian Anjak Piutang

Anjak piutang dalam bahasa Inggris sering disebut factoring. Anjak piutang merupakan suatu istilah yang berasal dari gabungan kata “anjak” yang artinya pindah atau alih, dan “piutang” yang berarti tagihan sejumlah uang. Berdasarkan arti kata tersebut, secara sederhana anjak piutang berarti pengalihan piutang dari pemiliknya kepada pihak lain. Menurut Dahlan Siamat (2001, hlm. 363) sejauh ini belum ada definisi yang lengkap yang dapat disetujui oleh kalangan masyarakat keuangan. Selanjutnya ia mendefinisikan anjak piutang sebagai transaksi pembelian dan/atau penagihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka

Page 2: 12. Anjak Piutang

pendek klien (penjual) kepada perusahaan factoring, kemudian akan ditagih oleh perusahaan anjak piutang kepada pembeli karena adanya pembayaran kepada klien oleh perusahaan factoring (factor).

Adapun yang dimaksud dengan perusahaan anjak piutang (factoring company) menurut Pasal 1 angka (8) Keppres Nomor 61 Tahun 1988 dan Pasal 1 huruf (1) Kepmenkeu No. 1251 Tahun 1988 adalah badan usaha yang melakukan usaha pembiayaan dalam bentuk pembelian dan/atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri.

Berdasarkan kedua definisi di atas, Abdulkadir Muhammad dan Rilda Murniati (2000, hlm. 228), merinci unsur-unsur utama pengertian anjak piutang sebagai berikut : a. Subjek anjak piutang, yaitu perusahaan anjak piutang (factoring

company), klien (supplier), dan nasabah (customer). b. Objek anjak piutang yaitu piutang jangka pendek milik klien

(supplier). c. Peristiwa anjak piutang yaitu kontrak pengalihan piutang jangka

pendek antara pihak klien (supplier) dan perusahaan anjak piutang (factoring company).

d. Hubungan anjak piutang, yaitu hubungan kewajiban dan hak antara klien dan perusahaan anjak piutang. Klien berkewajiban menjual atau menjamin dan mengalihkan piutang jangka pendek hasil transaksi perdagangan kepada perusahaan anjak piutang. Adapun perusahaan anjak piutang berkewajiban membiayai dalam bentuk pembelian dan/atau pengalihan piutang jangka pendek hasil transaksi perdagangan, menatausahakan piutang tersebut, dan menagih piutang perusahaan klien.

e. Jangka waktu anjak piutang yaitu sesuai dengan piutang jangka pendek. Piutang perdagangan jangka pendek umumnya berkisar antara 30-90 hari. Ini berarti setelah penyerahan barang kepada pembeli (debitur), penjual harus menunggu pembayaran sampai penjualan kredit itu jatuh tempo.

2. Pengaturan Anjak PiutangPranata hukum anjak piutang di Indonesia dimulai pada tahun

1988, yaitu dengan dikeluarkannya Keppres No. 61 Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan dan Keputusan Menteri Keuangan Np. 1251/KMK.013/1988 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan. Kedua putusan tersebut merupakan titik awal sejarah perkembangan pengaturan anjak piutang sebagai lembaga bisnis pembiayaan di Indonesia.

Keberadaan dan aktivitas dari pajak piutang ini dilakukan tidak hanya berdasarkan kehendak para pihak saja, yaitu antara supplier sebagai penjual yang dituangkan dalam bentuk perjanjian, tetapi juga diatur oleh beberapa peraturan perundangan yang bersifat public administratif. Abdulkadir Muhammad dan Rilda Murniati (2000, hlm. 214) berpendapat bahwa anjak piutang sebagai salah satu bentuk bisnis pembiayaan bersumber dari berbagai ketentuan hukum, baik perjanjian maupun perundang-undangan. Perjanjian adalah sumber hukum utama

Page 3: 12. Anjak Piutang

anjak piutang dari segi perdata, sedangkan perundang-undangan adalah sumber hukum utama anjak piutang dari segi public. a. Segi Hukum Perdata

Ada dua sumber hukum perdata yang mendasari kegiatan anjak piutang, yaitu asas kebebasan berkontrak dan perundang-undangan di bidang hukum perdata.1) Asas Kebebasan Berkontrak

Hubungan hukum yang terjadi dalam kegiatan anjak piutang selalu dibuat secara tertulis (kontrak) sebagai dokumen hukum yang menjadi dasar kepastian hukum (legal certainty). Perjanjian anjak piutang ini dibuat berdasarkan atas asas kebebasan berkontrka yang memuat rumusan kehendak berupa hak dan kewajiban dari perusahaan anjak piutang sebagai pihak penerima pengalihan piutang, dank lien sebagai pihak yang mengalihkan piutang.

Perjanjian anjak piutang (factoring agreement) merupakan dokumen hukum utama (main legal document) yang dibuat secara sah dengan memenuhi syarat-syarat sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 1320 KUH Perdata. Akibat hukum perjanjian yang dibuat secara sah, maka akan berlaku sebagai undang-undang bagi pihak-pihak, yaitu perusahaan anjak piutang dank lien (Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata). Konsekuensi yuridis selanjutnya, perjanjian tersebut harus dilaksanakan dengan itikad baik (in good faith) dan tidak dapat dibatalkan secara sepihak (unilateral unavoidable). Perjanjian anjak piutang berfungsi sebagai dokumen bukti yang sah bagi perusahaan anjak piutang dank lien.

2) Undang-Undang di Bidang Hukum PerdataPerjanjian anjak piutang merupakan salah satu bentuk

perjanjian khusus yang tunduk pada ketentuan Buku III dan Buku II KUH Perdata. Sumber hukum utama anjak piutang adalah ketentuan-ketentuan mengenai : a. Perjanjian jual beli yang diatur dalam Pasal 1457-1540 BUku

III KUH Perdata sejauh ketentuan-ketentuan itu relevan dengan anjak piutang.

b. Pengalihan piutang atas nama yang diatur dalam Pasal 613 ayat (1) dan (2) Buku II KUH Perdata. Menruut ketentuan pasal tersebut, penyerahan piutang atas nama dialkukan dengan cessie, yaitu dengan akta autentik atau tidak autentik yang menyatakan pengalihan hak tagih kepada perusahaan anjak piutang disertai notifikasi kepada nasabah (debitur). Bersamaan dengan akta cessie piutang itu diserahkan.

c. Subrogasi yang diatur dalam Pasal 1400-1403 BUku III KUH Perdata. Penyerahan dengan cessie akan mengakibatkan adanya subrogasi, yaitu penggantian status kreditor lama (klien) oleh kreditor baru (persuaahan anjak piutang) terhadap nasabah (debitur).

Page 4: 12. Anjak Piutang

Selain dari ketentuan-ketentuan dalam Buku II dan Buku III KUH Perdata yang relevan dengan anjak piutang, ada juga ketentuan-ketentuan dalam berbagai undang-undang di luar KUH Perdata yang mengatur aspek perdata anjak piutang. Undang-undang yang diamksud adalah sebagai berikut : a. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas dan peraturan pelaksanaannya. Berlakunya undang-undang ini apabila anjak piutang itu mempunyai bentuk hukum Perseoran Terbatas.

b. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian dan peraturan pelaksanaannya. Berlakunya undang-undang ini apabila bentuk badan usaha perusahana anjak piutang tersebut adalah koperasi, sehingga di dalam pendirian dan kegiatannya juga harus mematuhi ketentuan-ketentuan yang diatur dalam undang-undang tersebut.

c. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Agraria dan peraturan pelaksanaannya. Ketentuan-ketentuan undang ini apabila perusahana anjak piutang mengadakan perjanjian mengenai hak atas tanah.

d. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan peraturan pelaksanaannya. Berlakunya undang-undang ini apabila perusahaan anjak piutang sebagai produsen melakukan pelanggaran atas kewajiban dan larangan undang-undang yang secara perdata merugikan konsumen.

b. Segi Hukum PublikSebagai usaha yang bergerak di bidang jasa pembiayaan,

anjak piutang banyak menyangkut kepentingan public terutama yang bersifat administratif. Oleh karena itu, perundang-undangan yang bersifat public yang relevan berlaku pula pada anjak piutang. Perundang-undangan tersebut terdiri atas undnag-undang, peraturan pemerintah, keputusan presiden dan keputusan menteri. 1) Undang-Undang di Bidang Hukum Publik

Berbagai undang-undang di bidang administrasi negara yang menjadi sumber hukum utama anjak piutang adalah sebagai berikut : a. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar

Perusahaan dan peraturan pelaksanaannya. Berlakunya undang-undang ini apabila perusahaan anjak piutang berurusan dengan pendaftaran perusahaan pada waktu pendirian, pendaftaran ulang dan pendaftaran likuidasi perusahaan.

b. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 jo Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan dan peraturan pelaksanaannya. Berlakunya undang-undang ini apabila perusahaan anjak piutang berkaitan dan berurusan dengan bank.

c. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1991, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1991

Page 5: 12. Anjak Piutang

dan peraturan pelaksanaannya, semuanya tentang Perpajakan. Berlakunya undang-undang ini karena perusahaan anjak piutang wajib membayar pajak bumi dan bangunan, penghasilan dan pertambahan nilai serta pajak jenis lainnya.

d. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahana dan peraturan pelaksanaannya. Berlakunya undnag-undang ini karena perusahana anjak piutang melakukan pembukuan perusahaan dan pemeliharaan dokumen perusahaan.

2) Peraturan tentang Lembaga PembiayaanPeraturan tentang lembaga pembiayaan yang mengatur

anjak piutang antara lain adalah : a. Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 tentang Lembaga

Pembiayaan. Didalamnya memuat tentang pengakuan bahwa anjak piutang sebagai salah satu bentuk usaha dari lembaga pembiayaan. Bentuk hukum perusahaan anjak piutang adalah Perseroan Terbatas atau Koperasi, dan dalam kegiatannya dilarang menarik dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk giro, deposito, tabungan dan surat sanggup bayar (promissory note).

b. Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 1251/KMK.013/1988 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan, yang kemudian diubah dan disempurnakan dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 468 Tahun 1995. Dalam Keputusan Menteri Keuangan ini mengatur tentang kegiatan perusahaan anjak piutang, izin usaha, besaran modal, pembinaan dan pengawasan, serta sanksi apabila perusahaan anjak piutang melakukan kegiatan yang bertentangan dengan ketentuan-ketentuan dari Keputusan Menteri Keuangan tersebut.

C. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN ANJAK PIUTANGAnjak piutang merupakan salah satu alternative sumber pembiayaan

bagi perusahaan dalam mengatasi masalah pendanaan. Perusahaan-perusahaan biasanya akan memanfaatkan lembaga ini untuk mengatasi kebutuhan dana yang mendadak atau bertujuan untuk memaksimalkan dana dari pihak ketiga, yaitu perusahaan anjak piutang yang bisa digunakannya. Motif lain yang mendasarinya adalah untuk mengurangi masalah yang timbul akibat penjualan secara kredit yang mana pembayarannya mengalami macet atau kurang lancar.

Dengan demikian, pembiayaan melalui usaha anjak piutang memiliki beberapa keunggulan, antara lain sebagai berikut : a. Membantu system administrasi penjualan dan penagihan. Hal ini

dikarenakan perusahaan anjak piutang memiliki system komputerisasi yang baik, sehingga mampu mengelola system administrasi piutang dan penagihan dengan baik pula. Pengalihan fungsi administrasi ini bagi klien sekaligus dapat mengurangi beban biaya personalia dan investasi system computer.

Page 6: 12. Anjak Piutang

b. Membantu mengatasi modal kerja. Hal ini disebabkan oleh perusahaan klien memperoleh pembiayaan secara mudah dan cepat. Dengan anjak piutang, penjualan secara kredit kepada nasabah dapat diubah menjadi tunai karena ditutupi oleh dana penjualan piutangnya.

c. Membantu mengatasi beban risiko kredit. Kadang-kadang klien membatasi penjualannya hanya kepada nasabah yang telah menjadi langganannya dan menolak menjual secara kredit kepada nasabah baru dengan alasan risiko kredit. Hal ini berarti suatu kerugian karena disamping tidak memperoleh keuntungan yang mestinya dia dapat juga kerugian berupa tidak bertambahnya nasabah (goodwill).

d. Membantu memperbaiki system penagihan. Perusahaan anjak piutang mengharapkan pada saat jatuh tempo piutangnya akan dibayar. Oleh karena itu, perusahaan anjakpiutang selalu memantau dan memberita hukum tagihan-tagihan yang telah jatuh tempo kepada kilen. Dengan demikian, perusahaan anjak piutang membantu memperbaiki system penagihan dengan tanpa menganggu hubungan baik antara klien dan nasabah.

e. Membantu mengembangkan usaha klien. Melalui fasilitas anjak piutang maka perusahaan klien mendapatkan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang dengan menjual produk dan jasa yang lebh besar. Tanpa pembiayaan anjak piutang, realisasi potensi pasar secara penuh sulit dapat diatasi.

Sebagaimana lembaga bisnis lainnya, usaha anjak piutang disamping mempunyai keunggulan juga mempunyai beberapa kelemahan. Menurut Munir Fuady (1995, hlm. 84) kelemahan dari lembaga pembiayaan anjak piutang adalah : a. Pemborosan biaya. Hal ini disebabkan ikut terlibatnya pihak lain yaitu

pihak perusahaan anjak piutang dalam hubungan antara klien dan nasabah sehingga bisa jadi menambah beban biaya terhadap bisnis yang bersangkutan. Walaupun sebenarnya bisajuga memotong biaya dari pos-pos lainnya, seperti dari pos penagihan atau administrasi kredit.

b. Menurunkan reputasi. Keberadaan institusi anjak piutang yang belum memasyarakat bisa menimbulkan kesan seolah-olah kondisi klien dalam keadaan kesulitan dan tidak sanggup mengumpulkan sendiri penagihan piutangnya.

c. Bisnis rentan risiko. Hal ini disebabkan oleh secara inheren hakikatdari lembaga anjak piutang adalah tidak menekankan pada jaminan. Sifat demikian ini bisa menimbulkan anggapan bahwa bisnis anjak piutang mengandung risiko tinggi terhadap keberhasilan dalam mengkolek piutang.

d. Kurang professional. Ada kalanya perusahaan anjak piutang tidak professional. Hal ini disebabkan bisnis anjak piutang belum begitu popular dan tenaga ahlipun masih terbilang langka, sehingga masih ada anggapan bahwa bisnis ini sebagai lender of the last resort.

Page 7: 12. Anjak Piutang

D. UNSUR-UNSUR ANJAK PIUTANGKegiatan anjak piutang merupakan jasa pembiayaan dalam bentuk

pembelian dan/atau pengalihan serta pengurusan piutang yang berasal transaksi perdagangan dari klien kepada perusahaan anjak piutang. Dengan demikian, pada kegiatan anjak piutang terdapat lima unsur didalamnya, yaitu adanya perusahaan anjak piutang, klien, nasabah, piutang dan pengalihan piutang. 1. Perusahaan Anjak Piutang

Perusahaan anjak piutang adalah badan usaha yang melakukan usaha pembiayaan dalam bentuk pembelian dan/atau pengalihanserta pengurusan piutang atau tagihan pendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri. Adapun yang dimaksud dengan transaksi perdagangan adalah transaksi jual beli barang atau jasa yang pembayarannya dilakukan secara kredit.

Badan-badan usaha yang dapat menjadi perusahaan anjak piutang adalah : a. Perusahaan yang khusus bergerak di bidang anjak piutang b. Perusahaan multifinance, yaitu perusahaan pembiayaan yang

disamping bergerak di bidang anjak piutang juga bergerak di bidang pembiayaan lainnya.

c. Bank juga dapat bergerak dalam bidang anjak piutang. Hal ini berdasarkan Pasal 6 huruf (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 jo Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998

Apabila piutang yang akan dianjak piutangkan tersebut berasal dari perdagangan internasional, maka akan melibatkan perusahaan anjak piutang domestic (domestic / import factor) dan perusahaan anjak piutang internasional (international /export factor). Perusahaan anjak piutang domestic merupakan penghubung dengan klien, sedangkan perusahaan anjak piutang intenrasional merupakan penghubung dengan nasabah.

2. KlienMenurut ketentuan Pasal 1 huruf (m) dari Keputusan Menteri

Keuangan No. 1251/KMK.013/1988 yang dimaksud dengan klien (penjual piutang) adalah perusahaan yang menjual dan/atau mengalihkan piutang atau tagihannya yang timbul dari transaksi perdagangan kepada perusahaan anjak piutang. Dengan demikian, klien adalah pihak yang mempunyai piutang atau tagihan, piutang atau tagihan mana akan dialihkan kepada perusahana anjak piutang. Klien tersebut harus berupa perusahaan, baik perusahaan badan hukum seperti perseroan terbatas, maupun bukan badan hukum seperti firma, CV.

3. Nasabah (Customer) Nasabah adalah pihak yang membeli barang dari klien yang

pembayarannya dilakukan secara kredit. Dengan demikian, kedudukan nasabah adalah debitur (berutang) dan kedudukan klien sebagai kreditor (berpiutang). Dalam transaksi anjak piutang, piutang klien tersebut selanjutnya dialihkan kepada perusahaan anjak piutang. Melihat hubungan di atas,terlihat bahwa nasabah mempunyai kedudukan yang penting dalam transaksi anjak piutang, karena nasabahlah yang

Page 8: 12. Anjak Piutang

menentukan macet tidaknya serta lunasnya piutang klien yang telah dialihkan kepada perusahaan anjak piutang.

4. Piutang / Tagihan Piutang atau tagihan merupakan objek dari anjak piutang.

Meskipun objek anjak piutang berupa piutang / tagihan, tetapi tidak semua jenis piutang dapat dianjakpiutangkan. Dalam anjak piutang hanya piutang yang timbuldari transaksi perdaganganlah yang dapat dianjakpiutangkan. Dengan demikian, piutang yang timbul dari hibah, pinjam meminjam uang (kredit bank) atau perjanjian kerja bukan merupakan objek dari anjak piutang sehingga tidak dapat dianjak piutangkan.

Pembatasna lain atas objek anjak piutang adalah piutang yang akan dialihkan tersebut belum jatuh tempo (account receivable), baik yang dikeluarkan dengan menggunakan surat berharga seperti promis, atau berupa tagihan melalui invoice perdagangan pada umumnya. Singkatnya, piutang yang akan dianjak piutangkan bukanlah piutang yang sudah macet. Dengan demikian, tidak ada alasan bahwa bisnis anjak piutang sama saja dengan debt collector yang didalamnya ada unsur tekanan dan kekerasan.

5. Pengalihan Piutang Dalam transaksi anjak piutang terjadi proses peralihan piutang

dari klien kepada perusahaan anjak piutang. Agar peralihan piutang tersebut mempunyai akibat hukum yang sah, maka dalam proses peralihannya harus dilakukan dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan dalam KUH Perdata, khususnya Pasal 613 ayat (1) dan (2) tentang cessie serta Pasal 1400 tentang subrogasi. Cessie adalah penyerahan piutang atas nama dari kredotr lama kepada kreditor baru. Subrogasi adalah perpindahan hak kreditor kepada pihak ketiga sebagai akibat dibayarnya harga piutang oleh pihak ketiga tersebut. Jadi, dalam cessie menekankan pada segi pengalihan piutang, adapun subrogasi menekankan pada segi penggantian kreditor.

Berdasarkan ketentuan tersebut dalam transaksi anjak piutang, pengalihan piutang dari klien kepada perusahaan anjak piutang dilakukan dengan akta cessie (Pasal 613 ayat (1). Selanjutnya, pengalihan piutang tersebut diberitahukan (notification) kepada atau mendapat persetujuan dari nasabah (Pasal 613 ayat (2). Pengalihan piutang dengan sepengetahuan atau persetujuan dari nasabah tersebut discloused facility, adapun jika tidak ada pemberitahuan kepada atau persetujuan dari nasabah disebut undiscloused facility, sehingga nasabah tidak berkewaiban membayar tagihan secara langsung kepada perusahaan anjak piutang. Apabila perusahaan sudah membayar harga piutang kepada klien, maka sesuai dengan Pasal 1400 KUH Perdata kedudukan hak tagih klien terhadap nasabah berpindah kepada perusahaan anjak piutang.

Perusahaan anjak piutang biasanya membayar lebih dahulu harga pembelian piutang klien yang besarnya hingga 80% dari harga jual piutang. Adapun sisanya akan dibayar setelah tagihan terhadap nasabah dibayar lunas setelah dipotong biaya-biaya untuk perusahaan ajak

Page 9: 12. Anjak Piutang

piutang. Pembayaran lebih dahulu (prepayment) ini bukan merupakan panjar (down payment) atau pembayaran tanda jadi karena prepayment adalah sebagai fasilitas bagi pembiayaan perusahaan klien sehingga kontinuitas usaha terjamin, arus kas (cash flow) tetap lancar, dan risiko akibat kredit macet dapat dicegah.

E. KLASIFIKASI ANJAK PIUTANG Kegiatan pembiayaan yang dijalankan oleh perusahaan anjak piutang

dapat dilakukan dalam beberapa bentuk. Bentuk-bentuk anjak piutang tersebut dapat diklasifikasikan berdasarkan tempat kedudukan pihak-pihak, jasa yang diberikan, risiko / tanggungjawab klien, pemberitahuan dan instrument pengalihan. 1. Berdasarkan Tempat Kedudukan Pihak-pihak

Berdasarkan tempat kedudukan para pihak dalam anjak piutang yaitu perusahaan anjak piutang, klien dan nasabah, anjak piutang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : a. Domestic factoring yaitu anjak piutang dimana semua pihak

berdasarkan dalam satu negara (di dalam negeri) b. International factoring atau export factoring, yaitu anjak piutang

dimana klien berdomisili di dalam negeri (Indonesia), sedangkan nasabah berdomisili di luar negeri (negara lain).

2. Berdasarkan Jasa yang Diberikan Berdasarkan jenis jasa yang diberikan oleh perusahaan anjak

piutang, maka anjak piutang dapat dibedakan menjadi : a. Full service factoring, yaitu anjak piutang dimana perusahaan anjak

piutang yang memberikan semua jenis jasa anjak piutang baik jasa pembiayaan maupun jasa non pembiayaan.

b. Maturity factoring, yaitu anjak piutang dimana perusahana anjak piutang hanya terbatas memberikan jasa-jasa non pembiayaan, seperti jasa pembukuan, proteksi dan pengontrolan kredit serta penagihannya.

c. Finance factoring, yaitu anjak piutang dimana perusahaan anjak piutang hanya menyediakan jasa pembiayaan saja, tanpa ikut menanggung risiko atas piutang yang tidak tertagih.

3. Berdasarkan Risiko / Tanggungjawab KlienBerdasarkan riisko atau tanggungjawab klien, anjak piutang dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu : a. Resource factoring, yaitu anjak piutang dimana klien akan

menanggung risiko apabila nasabah tidak memenuhi kewajibannya. Jadi, perusahaan anjak piutang akan mengembalikan tanggungjawab (resource) pembayaran piutang kepada klien atas piutang yang tidak tertagih dari nasabha.

b. Without recourse factoring yaitu anjak piutang dimana perusahaan anjak piutang yang akan menanggung risiko apabila nasabah tidak memenuhi kewajibannya. Jadi, klien tidak bertanggungjawab untuk melunasi atas piutang yang tidak tertagih dari nasabah.

Page 10: 12. Anjak Piutang

4. Berdasarkan PemberitahuanBerdasarkan pemberitahuan atau notifikasi kepada nasabah,

maka anjak piutang dibedakan menjadi dua, yaitu : a. Disclosed factoring / notification factoring, yaitu anjak piutang dimana

pengalihan piutang kepada perusahaan anjak piutang diberitahukan kepada nasabah. Dengan demikian, pada saat piutang telah jatuh tempo, perusahaan anjak piutang memiliki hak tagih pada nasabah yang bersangkutan.

b. Undisclosed factoring/non notification factoring, yaitu anjak piutang dimana pengalihan piutang kepada perusahaan anjak piutang tanpa pemberitahuan kepada nasabah. Dengan demikian, nasabah tidak berkewajiban memenuhi tagihan secara langsung kepada perusahaan anjak piutang.

5. Berdasarkan Instrumen PengaliahnBerdasarkan instrument atau alat pengalihan piutang yang

digunakan, maka anjak piutang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : a. Account receivable factoring, yaitu anjak piutang dimana pengalihan

piutang kepada perusahaan anjak piutang dilakukan dengan dokumen bukti utang berupa buku tagihan (account receivable).

b. Promissory notes factoring, yaitu anjak piutang dimana nasabah menerbitkan surat pengakuan utang (promissory notes) kepada klien. Terhadap surat pengakuan utang tersebut kemudian klien mengendosir, sehingga piutang beralih kepada perusahaan anjak piutang.

F. SYARAT DAN MEKANISME ANJAK PIUTANGPerusahaan anjak piutang merupakan lembaga pembiayaan yang

kegiatannya berupa pengambilalihan atau membeli piutang klien pada nasabah. Kegiatan ini jelas mengandung risiko yang tinggi sebab pelunasan atas piutang yang dialihkan tersebut akan sangat tergantung pada kemampuan membayar nasbha. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi atau meminimalisir risiko dan sekaligus memperlancar kegiatannya, perusahaan anjak piutang menetapkan beberapa persyaratan dan prosedur yang harus dipenuhi oleh calon klien.

Menurut Budi Rachmat (2002, hlm 112) untuk mendapatkan fasilitas anjak piutang, calon klien biasanya harus sudah mempunyai usaha yang baik dan menguntungkan. Selanjutnya calon klien mengajukan permohonan dengan melampirkan syarat-syarat sebagai berikut : a. Akta pendirian perusahaan klien beserta perubahan-perubahannya b. Surat pengesahan pendirian perusahaan dari Departemen Kehakiman

dan Hak Asasi Manusia dan Berita Negara c. Surat Izin Usaha Perusahaan (SIUP) d. Tanda Daftar Perusahaan (TDP) e. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) f. Laporan keuangan 3 tahun terakhir g. Bank statement account untuk 3 bulan terakhir h. Perjanjian jual beli dengan nasabahi. Contoh invoice (faktur) dan credt note (nota kredit) perusahaanj. Professional background dari direksi dan/atau komisaris

Page 11: 12. Anjak Piutang

k. Struktur organisasi perusahaan klienl. Data-data lain yang akan diminta kemudian bila diperlukan

Selain syarat-syarat tertentu, biasanya perusahaan anjak piutang meminta syarat lain, yaitu : a. Klien harus merupakan badan hukum atau bentuk usaha tetap seperti PT,

CV, Firma, dan lain-lain dan bukan perorangan, demikian pula nasabahnya.

b. Volume penjualan calon klien masuk dalam kategori yang telah dipersyaratkan oleh perusahaan anjak piutang misalnya Rp. 100.000.000 per bulan.

c. Calon klien bersedia memberikan jaminan tambahan atas fasilitas pembiayaan yang diterima.

d. Calon klien harus bersedia untuk disurvei oleh tim dari perusahaan anjak piutang guna mendapatkan gambaran usaha yang seutuhnya.

Adapun mekanisme dalam transaksi anjak piutang pada prinsipnya sama antara perusahaan anjak piutang yang satu dengan lainnya, yaitu dilakukan melalui tahapan sebagai berikut : a. Tahap permohonan

Setiap permohonan pembiayaan anjak piutang, klien harus mengisi formulir aplikasi yang telah disediakan oleh perusahaan anjak piutang dengan lengkap dan ditandatangani oleh klien.

b. Tahap pengecekan / desk research checking Berdasarkan aplikasi pemohon, perusahaan anjak piutang akan melakukan pengecekan atas kebenaran dari pengisian formulir aplikasi tersebut.

c. Tahap audit checking / pemeriksaan lapanganApabila tahap pengecekan /desk research checking hasilnya cukup baik, maka proses permohonan dilanjutkan dengan pemeriksaan lapangan atau audit ke calon klien. Adapun tujuan daripemeriksaan lapangan ini adalah : 1) Untuk memastikan bahwa transaksi penjualan yang dilakukan antara

klien dan nasabah termasuk dalam criteria tagihan yang dapat dianjakpiutangkan.

2) Untuk mempelajari prosedur administrasi penjualan yang dilakukan oleh klien, termasuk syarat dan kondisi penjualan.

3) Untuk mengenali secara langsung nasabah-nasabah mana yang melakukan transaksi pembelian secara rutin, langsung dan tingkat ketaatan pembayarannya.

4) Untuk menghitung secara pasti berapa besar tingkat penjualan calon klien disbanding dengan laporan yang disampaikan.

d. Tahap pembuatan customer profile Berdasarkan hasil pemeriksaan lapangan, perusahaan anjak piutang akan membuat customer profile yang isinya memuat tentang nama perusahaan customer, nama pemilik, alamat dan nomor telepon, contact person, credit term, lamanya hubungan dengan klien dan lain-lain.

Page 12: 12. Anjak Piutang

e. Tahap pengajuan proposal kepada kredit komite Selanjutnya marketing department pada perusahaan anjak piutang akan mengajukan proposal atas permohonan yang diajukan oleh klien kepada kredit komite.

f. Tahap pengajuan keputusan kredit komite Keputusan kredit komite merupakan dasar bagi perusahaan anjak piutang untuk melakukan pembiayaan atau tidak. Apabila permohonan klien ditolak, harus diberitahukan melalui surat penolakan, sedangkan apabila disetujui maka marketing department akan mempersiapkan surat peanwaran kepada calon klien.

g. Tahap pengiriman surat penawaran Setelah proposal memperoleh persetujuan dari kredit komite, maka marketing department mempersiapkan surat penawaran kepada klien. Surat penawaran wajib ditandatangani oleh klien dan dokumen ini biasanya akan dijadikan surat penerimaan (letter of acceptance).

h. Tahap pengikatan Berdasarkan surat penawaran yang telah ditandatangani oleh klien, maka bagian legal akan mempersiapkan pengikatan sebagai berikut : 1) Perjanjian anjak piutang beserta lampirannya 2) Jaminan pribadi (jika ada) 3) Jaminan perusahaan (jika ada) 4) Surat kuasa khusus, jika diperlukan 5) Notification letter

i. Pengikatan perjanjian anjak piutang dapat dilakukan secara bawah tangan, dilegalisir oleh notaries, atau secara notariil.

j. Tahap pencairan fasilitas Setelah proses penandatangan perjanjian dilakukan oleh keuda belah pihak, selanjutnya klien akan mencairkan fasilitas pembiayaan yang diberikan oleh perusahaan anjak piutang. Kemudian, setiap akhir bulan perusahaan anjak piutang akan membuatkan laporan atas pemakaian fasilitas anjak piutang yang telah diterima oleh klien beserta lampirannya.

G. SUBJEK DAN OBJEK ANJAK PIUTANGUsaha anjak piutang merupakan kegiatan pembiayaan yang dilakukan

oleh perusahaan anjak piutang dalam benutk pembelian dan/atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan dari perusahaan klien yang berasal dari transaksi perdagangan. Berdasarkan batasan tersebut, dapat dikethaui subjek dan objek dari perjanjian anjak piutang. 1. Subjek Perjanjian Anjak Piutang

Subjek perjanjian anjak piutang adalah pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi anjak piutang. Pihak-pihak tersebut adalah perusahaan anjak piutang, klien dan nasabah. a. Perusahaan Anjak Piutang

Menurut Pasal 1 angka (8) Keppres No. 61 Tahun 1988 jo Pasal 1 huruf (1) Keputusan Menteri Keuangan No. 1251/KMK.013/1988 yang dimaksud dengan perusahaan anjak piutang (factoring company) adalah badan usaha yang melakukan usaha pembiayaan dalam bentuk pembelian dan/atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan dan transaksi perdagangan dalam atau luar negeri.

Page 13: 12. Anjak Piutang

Dalam transaksi anjak piutang perusahaan anjak piutang merupakan pihak pemberi jasa pembiayaan dengan cara membeli piutang klien yang timbul dari transaksi perdagangan dengan nasabah. Adapun yang dimaksud dengan transaksi perdagangan adalah transaksi jual beli barang atau jasa yang pembayarannya dilakukan oleh nasabah secara kredit.

Transaksi perdagangan antara klien dan nasabah bisa terjadi dalam satu wilayah negara (nasional), dan bisa juga terjadi antar negara (internasional). Apabila transaksi perdagangan tersebut bersifat internasional, maka dalam konteks anjak piutang terdapat dua perusahaan anjak piutang, yaitu perusahaan anjak piutang domestic (domestic factor/export factor), dan perusahaan anjak piutang internasional (international factor/import factor). Perusahaan anjak piutang domestic merupakan penghubung dengan klien, sedangkan perusahaan anjak piutang internasional merupakan penghubung dengan nasabah.

Badan-badan usaha yang dapat menjadi perusahaan anjak piutang adalah : a. Perusahaan yang khusus bergerka di bidang anjak piutang b. Perusahaan multifinance, yaitu perusahaan pembiayaan yang

disamping bergerak di bidang anjak piutang juga bergerak di bidang pembiayaan lainnya.

c. Bank juga dapat bergerak dalam bidang anjak piutang. Hal ini berdasarkan Pasal 6 huruf (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 jo Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998.

Adapun bentuk badan usaha perusahaan anjak piutang menurut Pasal 3 ayat (2) Keppres No. 61 Tahun 1988 jo Pasal 9 ayat (2) Keputusan Menteri Keuangan No. 1251/KMK.013/1988 adalah berbentuk perseroan terbatas atau koperasi.

b. Klien Menurut ketentuan Pasal 1 huruf (m) dari Keputusan Menteri

Keuangan No. 1251/KMK.013/1988 yang dimaksud dengan klien (penjual piutang) adalah perusahaan yang menjual dan/atau mengalihkan piutang atau tagihannya yang timbul dari transaksi perdagangan kepada perusahaan anjak piutang. Dengan demikian, klien adalah pihak yang mempunyai piutang atau tagihan, piutang atau tagihan mana akan dialihkan kepada perusahaan anjak piutang.

Dilihat dari transaksi anjak piutang, klien adalah pihak yang menerima jasa pembiayaan dari perusahaan anjak piutang. Adapun jika dilihat dari transaksi perdagangan (jual beli), klien sebagai penjual barang (kreditor), dan nasabah sebagai pembeli barang (debitur). Dalam konteks anjak piutang, klien tersebut harus berupa perusahaan, baik perusahaan badan hukum seperti perseroan terbatas, maupun bukan badan hukum seperti firma, CV.

c. Nasabah (Customer) Nasabah adalah pihak yang membeli barang dari klien yang

pembayarannya dilakukan secara kredit. Dengan demikian, kedudukan nasabah adalah sebagai debitur (berutang) dan

Page 14: 12. Anjak Piutang

kedudukan klien sebagai kreditor (berpiutang). Dalam transaksi anjak piutang, piutang klien tersebut selanjutnya dialihkan kepada perusahaan anjak piutang. Melihat hubungan di atas, terlihat bahwa nasabah mempunyai kedudukan yang penting dalam transaksi anjak piutang, karena nasabahlah yang menentukan macet tidaknya serta luasnya piutang klien yang telah dialihkan kepada perusahaan anjak piutang.

2. Objek Perjanjian Anjak Piutang Berdasarkan batasan anjak piutang dapat diketahui bahwa objek

perjanjian anjak piutang adalah piutang atau tagihan. Meskipun objek anjak piutang hanya piutang yang timbul dari transaksi perdaganganlah yang dapat dianjakpiutangkan. Dengan demikian, piutang yang timbul dari hibah, pinjam meminjam uang (kredit bank) atau perjanjian kerja bukan merupakan objek dari anjak piutang sehingga tidak dapat dianjakpiutangkan.

Pembatasan lain atas objek anjak piutang adalah bahwa piutang yang akan dialihkan tersebut berupa piutang jangka pendek dan belum jatuh tempo (account receivable). Piutang perdagangan jangka pendek biasanya berkisar antara 30-90 hari. Penjual (klien) harus menunggu pembayaran sampai penjualan kredit tersebut jatuh tempo. Piutang objek anjak piutang tersebut baik yang dikeluarkan dengan menggunakan surat berharga seperti promis, atau berupa tagihan melalui invoice perdagangan pada umumnya. Singkatnya, piutang yang akan dianjakpiutangkan bukanlah piutang yang sudah macet. Dengan demikian, tidak ada alasan bahwa bisnis anjak piutang sama saja dengan debt collector yang didalamnya ada unsur tekanan dan kekerasan.

Menurut Munir Fuady (1995, hlm 88) piutang perdagangan yang biasanya menjadi objek bisnis anjak piutang adalah sebagai berikut : a. Piutang atau tagihan berdasarkan invoice suaut perusahaan yang

belum jatuh tempo b. Piutang yang timbul dari surat-surat berharga yang belum jatuh tempo c. Piutang yang timbul dari proses pengiriman barang sebagai pengganti

letter of credit (LC) d. Piutang berupa tagihan-tagihan tertentu yang belum jatuh tempo,

seperti yang terbit dari penggunaan kartu kredit (credit card), biro perjalanan (travel bureau).

H. BENTUK DAN ISI PERJANJIAN ANJAK PIUTANG Kegiatan anjak piutang berupa pengalihan piutang jangka pendek dari

klien kepada perusahaan anjak piutang. Pengalihan piutang tersebut didasarkan pada kehendak bersama antara perusahaan anjak piutang dank lien yang diwujudkan dalam bentuk perjanjian. Jadi,kegiatan anjak piutang adalah suatu perjanjian antara perusahana anjak piutang dan klien, dimana berdasarkan perjanjian tersebut perusahaan anjak piutang menyediakan pembiayaan kepada klien dalam bentuk pembelian dan/atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek yang berasal dari transaksi perdagangan.

Page 15: 12. Anjak Piutang

Berdasarkan pada syarat dan mekanisme sebagaimana yang telah dibahas pada bagian sebelum ini, dapat disimpulkan bahwa perjanjian anjak piutang tersebut dibuat secara tertulis. Peraturan perundang-undangan tidak menentukan apakah perjanjian yang tertulis harus dibuat dalam bentuk akte autentik, akta notaries atau akta dibawah tangan. Secara yuridis, baik dalam bentuk akta autentik / akta notaries maupun akta di bawah tangan sama-sama mempunyai kekuatan hukum, yang membedakan hanyalah pada segi hukum pembuktiannya. Menurut Pasal 1870 KUH Perdata bukti yang paling kuat adalah bukti dalam bentuk akta autentik. Adapun akta di bawah tangan baru mempunyai kekuatan pembuktian jika pihak-pihak yang menandatangani akta tersebut mengakui tanda tangannya dalam akta tersebut.

Adapun tentang isi perjanjian anjak piutang baik dalam Keppres No. 61 Tahun 1988 maupun peraturan pelaksanaannya belum mengatur mengenai hal-hal apa saja yang harus dimuat di dalam perjanjian anjak piutang. Menurut Dahlan Siamat (2001, hlm, 393) dalam perjanjian anjak piutang minimal memuat hal-hal sebagai berikut : 1. Ketentuan Umum

a. Ketentuan mengenai penawaran penjualan piutang dari perusahaan klien kepada perusahaan anjak piutang, termasuk cara dan persyaratannya.

b. Ketentuan mengenai peanwaran yang memuat hak perusahaan anjak piutang untuk menerima atau menolak piutang-piutang yang ditawarkan berdasarkan ketentuan-ketentuan yang disepakati.

c. Ketentuan mengenai harga penjualan piutang, termasuk kalkulasinya, waktu pembayaran, uang muka (advanced payment).

d. Ketentuan mengenai jaminan yang diberikan oleh klien atas piutang yang ditawarkan untuk dijual kepada perusahaan anjak piutang, dan risiko akibat jaminan yang tidak benar.

e. Ketentuan mengenai ruang lingkup administrasi piutang yang dilakukan oleh perusahaan anjak piutang, kewajiban pelaporan kepada klien dan ketentuan biaya administrasi yang diperhitungkan.

f. Ketentuan pembelian kembali piutang dalam hal terjadinya keadana-keadaan tertentu dan penetapan harga penjualan kembali piutang tersebut.

2. Keabsahan Piutang (Validity of Receivable) Perusahaan anjak piutang akan meminta klien untuk memberikan

jaminan bahwa piutang yang dijual benar-benar ada dan barang telah diserahkan kepada nasabah. Apabila piutang dalam bentuk pemberian jasa, maka klien harus menjamin bawha pemberian jasa tersebut telah dilakukan. Klien juga harus menjamin bahwa nilai jumlah piutang oleh klien benar-benar telah dihitung dengan benar dan piutang tersebut bebas dari perselisihan dan tidak dilakukan contratrading oleh nasabah atau kemungkinan akan dituntut oleh pihak ketiga.

3. Pengalihan Risiko Perusahaan pajak piutang perlu menetapkan apakah dalam

pengalihan risiko dilakukan dengan syarat :

Page 16: 12. Anjak Piutang

a. Without recourse, yaitu risiko tidak terbayarnya faktur atau piutang oleh nasabah berada pada perusahaan anjak piutang.

b. With recourse, yaitu risiko tidak terbayarnya piutang berada pada klien

4. Pengalihan Piutang (Cessie) Dalam pelaksanaan pengalihan piutang (cessie) perlu diatur

ketentuan antara lain sebagai berikut : a. Pengalihan piutang harus dibuat dalam suatu akta di bawah tangan

atau akta autentik dengan melampirkan dokumen yang mendukung. b. Setiap faktur yang dialihkan seyogyanya mencantumkan keterangan

di dalamnya yang menerangkan bahwa faktur tersebut sudah dialihkan kepada perusahaan anjak piutang.

5. Pemberitahuan atau Notifikasi Pemberitahuan (notification) atas pengalihan piutang meliputi hal-

hal sebagai berikut : a. Pengalihan piutang harus diberitahukan kepada nasabah dan

disetujui atau diakui oleh pejabat yang berwenang dari pihak nasabah.

b. Pemberitahuan ini merupakan tanggungjawab dari klien. c. Pemberitahuan oleh klien ini hanya diperlukan sekali untuk setiap

nasabah pada waktu pengalihan pertama. d. Persetujuan atua pengakuan terhadap pemberitahuan ini oleh

nasabah dapat pula dilakukan dengan persetujuan terhadap instruksi pembayaran.

e. Pemberitahuan ini tidak diharuskan untuk kegiatan anjak piutang semacam invoice discounting factoring maupun undisclosed factoring.

6. Syarat Pembayaran Klien diminta untuk menjamin bahwa setiap piutang yang dijual

harus memiliki persyaratan pembayaran yang sama dengan persyaratan penjualan yang disetujui oleh perusahaan anjak piutang sebelumnya. Pembayaran oleh nasabah dilakukan secara langsung kepada perusahaan anjak piutang dari waktu ke waktu.

7. Perubahan Persyaratan Klien diwajibkan memberitahukan perusahaan anjak piutang

secara tertulis setiap ada rencana perubahan atas ketentuan-ketentuan dan persyaratan kredit yang diberikan kepada nasabah sepanjang yang berkaitan dengan piutang atau tagihan yang dijual tersebut.

8. Tanggungjawab Klien atas Nasabah Klien harus membayar kepada perusahaan anjak piutang nilai

piutang yang dijual apabila terdapat hal-hal sebagai berikut : a. Nasabah tidak mengakui kebenaran piutang atau jumlah piutang yang

harus dibayar nasabah ; b. Nasabah tidak membayar sebagian atau tidak sepenuhnya melunasi

tagihan yang telah jatuh tempo ; c. Nasabah mengalami kebangkrutan ;

Page 17: 12. Anjak Piutang

d. Klien melakukan wanprestasi atau melanggar ketentuan kontrak dengan nasabah yang menimbulkan adanya tagihan tersebut.

9. Jaminan Klien a. Klien harus menjamin bahwa hak perusahaan anjak piutang atas

piutang yang dibelinya tersebut tidak menjadi hapus. b. Klien tidak diperbolehkan membuat pernyataan lunas atas suatu

piutang yang telah dijual tanpa persetujuan tertulis dari perusahaan anjak piutang.

c. Klien harus selalu memenuhi kesepakatan atau ketentuan perjanjian dengan nasabah yang berkaitan dengan piutang yang dijual kepada perusahaan anjak piutang.

d. Klien harus menyerahkan laporan keuangan tahunan atau pertengahan tahun buku kepada perusahaan anjak piutang.

e. Perusahaan anjak piutang dapat melakukan pemeriksaan dan mengkopi dokumen yang ada di kantor klien yang berkaitan dengan tagihan dimaksud.

Menurut Munir Fuady (1995, hlm. 124) diantara dokumen yang biasanya ada dalam setiap transaksi anjak piutang di dalam praktik dan hukum di Indonesia adalah sebagai berikut : a. Perjanjian yang menyebabkan timbulnya piutang, seperti jual beli atau

ekspor import antara klien dan nasabah b. Permohonan / penawaran jasa anjak piutang oleh / kepada klien c. Perjanjian anjak piutang antara perusahaan anjak piutang dank lien d. Akta cessie e. Pemberitahuan / persetujuan kepada / dari nasabah f. Konfirmasi dari nasabah g. Dokumen utang seperti invoice, delivery order, promes dan

sebagainya h. Dokumen pengiriman jika ada, seperti bill of lading,drafts, dan

sebagainya i. Dokumen jaminan seperti jaminan personal atau corporate guarantee,

indemnities, warranties and undertaking dan sebagainya.

I. PERBEDAAN ANJAK PIUTANG DENGAN KEGIATAN LAINKegiatan pembiayaan yang dilakukan oleh perusahaan anjak piutang

berupa pembelian piutang atau tagihan klien kepada nasabahnya. Kegiatan demikian ini pada prinsipnya hampir mirip dengan pemberian kredit oleh bank pada umumnya. Disamping seolah-olah mirip dengan kredit bank, anjak piutang juga seolah-olah mirip dengan debt collector, meskipun demikian sebenarnya sangat berbeda antara kedua kegiatan tersebut dengan anjak piutang. 1. Perbedaan antara Anjak Piutang dan Kredit Bank

Pembiayaan anjak piutang pada dasarnya merupakan pemberian kredit oleh perusahaan anjak piutang kepada klien dalam bentuk pembelian piutang atau tagihan terhadap nasabah. Meskipun dalam anjak piutang terkandung unsur kredit, namun anjak piutang tidak bisa disamakan dengan kegiatan dalam kredit bank. Dahlan Siamat (2001, hlm

Page 18: 12. Anjak Piutang

388) telah menginventarisasi perbedaan antara anjak piutang dan kredit bank sebagai berikut : a. Kredit bank pada dasarnya hanya melibatkan dua pihak yaitu bank

dan debitur. Adapun dalam anjak piutang melibatkan tiga pihak yaitu perusahaan anjak piutang, klien dan nasabah.

b. Kredit bank melibatkan praktik-praktik dalam perkreditan umum, termasuk mengenai jaminan. Adapun anjak piutang pada prinsipnya merupakan transaksi jual beli piutang.

c. Kredit bank dimulai dari timbulnya utang melalui mobilisasi dana kemudian dialihkan menjadi aktiva produktif. Sementara anjak piutang berkaitan dengan pengalihan dari suatu aktiva produktif, yaitu tagihan menjadi kas pada saat jatuh tempo.

d. Kredit bank memberikan tambahan aktiva dalam bentuk kas pada debitur. Adapun anjak piutang tidak memberikan tambahan kas, akan tetapi hanya memperlancar arus kas dengan menggunakan piutang yang belum jatuh tempo.

e. Kredit bank biasanya dalam jumlah yang tetap dan memiliki syarat pelunasan tetap. Adapun fasilitas anjak piutang mengubah penjualan kredit menjadi uang tunai.

f. Kredit bank hampir selalu dikaitkan dengan agunan. Sementara dalam anjak piutang agunan bukan merupakan hal yang mutlak.

2. Perbedaan Anjak Piutang dengan Debt Collector Debt collector merupakan penjual jasa yang kegiatannya berupa

penagihan piutang kepada debitur untuk kepentingan kreditor. Ada satu unsur yang sama antara anjak piutang dan debt collector, yaitu adanya piutang atau tagihan. Meskipun demikian, sebenarnya antara anjak piutang dan debt collector sangat berbeda. Menurut Munir Fuady (1995, hlm 123) pada debt collector, khususnya yang amatiran dalam melakukan kegiatannya menggunakan teknik penagihan dengan mengandalkan ancaman psikologis, bahkan ancaman fisik sehingga sering dijuluki “tukang pukul”.

Selanjutnya yang juga membedakan antara anjak piutang dan debt collector adalah kalau anjak piutang disamping bidang penagihan juga diberikan jasa di bidang financing dan pengelolaan kredit. Bahkan, sampai batas-batas tertentu perusahaan anjak piutang juga ikut terlibat dalam transaksi bisnis dan ikut menanggung risiko tertentu yang bersifat financial. Adapun debt collector kegiatannya hanya dalam bidang penagihan dan tanpa harus menanggung risiko financial.