angklung #01

26
CIRENG SI LEGENDARIS YANG KIAN EKSIS AJIP ROSIDI Mitos dalam Kebudayaan Sunda

Upload: ulfa-luthfia

Post on 01-Aug-2016

278 views

Category:

Documents


26 download

DESCRIPTION

Kenali Sunda dan budayanya.

TRANSCRIPT

Page 1: Angklung #01

C I R E N GSI LEGENDARIS YANG KIAN EKSIS

AJIP

ROSIDI

Mitos dalam Kebudayaan Sunda

Page 2: Angklung #01

KONTRIBUTOR

BUDAYA DAN SENI

REPORTER

Gabrielle Tyas 180110130060

Agus Rachmat S.180110130038Maya Puspita

180310130044

kuliner

REPORTER

Adisty P. Utami180310110001Anisa Banuari

180110130088

opini

REPORTER

Neti Nurbaeti180110130040

sosok

REPORTER

Azzuddin Rahmat N.

180110140002

wisata

REPORTER

Nanda Junia F.180110130018

LAYOUTER

Ulfa Luthfia H. 180110130060

COVER

dunia-kesenian.blogspot.com

fotografIpandoe.rumahseni2.netinsancoba.blogspot.commusik-sehat.blogspot.comdjamandoeloe.compakecara.blogspot.comsahinframe.blogspot.comtraveling-qu.blogspot.com

ilustraSIwww.google.comwww.behance.netwww.pinterest.comwww.tumblr.com

Dapatkan informasi tentang Sunda di media sosial!

Follow

@sundagrams

Page 3: Angklung #01

4

konten

KulinerCireng 18

Jajanan Tradisional 19

BUDAYA DAN SENIIket Sunda 7

Pamali 9Lagu Anak Sunda 14

Angklung 16

opini20 Apa Aksimu? 11

14

7

komik11 Pamali

1811

Wisata24 Saung Angklung Udjo

20

24

22

Page 4: Angklung #01

5

ANGKLUNG#01

Page 5: Angklung #01

6

KENALI LEBIH DEKAT MACAM-MACAM IKET SUNDA

Di Jawa Barat, terutama dalam masyarakat Sunda dike-nal adanya aksesoris kepala yang dinamakan iket. Iket atau totopong atau udeng merupakan tutup kepala yang dibuat dari kain yang berfungsi sebagai kelengkapan busana. Mau tahu, apa saja macam-macam iket yang ada di tanah Sunda? Kali ini Angklung akan membahas macam-macam iket dan kegunaannya.

Page 6: Angklung #01

7

Foto: traveling-qu.blogspot.com

1. Rupa Iket Réka-an BAHEULA

Iket ini merupakan iket yang sudah terdapat di kampung-kampung adat, dan sudah menjadi pola kebiasaan sehari-hari dalam penggunaanya, tanpa tercampur oleh budaya atau elemen dari luar. Beberapa iket yang termasuk dalam jenis ini adalah iket barangbang semplak, jurang ngapak, kuda ngencar, parekos nangka, parekos jengkol, dan lain-lain. 2. Rupa Iket Réka-an KIWARI Iket ini merupakan iket hasil karya dari pribadi, dengan kreasi yang disenanginya, namun pada prinsipnya adalah tetap menggunakan kain juru opat. Iket Reka-an ini, sebagai bentuk dari penemuan atau imajinasi atau bah-kan surup-an dari hal hal tertentu. Iket Candra Sumirat, Maung Leumpang, Hanjuang Nangtung termasuk ke dalam jenis Iket Réka-an KIWARI.

3.Rupa Iket Praktis Iket ini merupakan iket yang sudah jadi sehingga sangat memudah-kan dalam pemakaianya, rupa iket praktis ini mulai dkenal pada tahun 2008 hingga saat ini. Iket Praktis ini juga mempunyai aneka rupa, seperti halnya rupa iket yang dibuat dari kain segi empat. Dalam iket praktis ada yang disebut dengan Iket praktis satu reka-an/jenis, yaitu iket yang hanya bisa dijadikan satu jenis iket. ada pula iket praktis mancala rupa, yaitu iket praktis tetapi bisa dibuat menjadi beberapa jenis iket, baik iket rekaan Baheula maupun iket Rekaan Kiwari. Terakhir, ada iket lawon sonagar, yaitu iket yang di Réka sedemikian rupa sehingga membentuk segitiga, sehingga orang yang akan memakai iket tidak perlu melipat dari kain iket segi empat menjadi segi tiga.

Page 7: Angklung #01

8

Semua kebudayaan atau semua adat memiliki beberapa hal yang sedari dulu sudah ditetapkan tidak boleh dilakukan, yang banyak orang zaman sekarang menyebutnya sebagai hal yang kolot dan tidak penting atau tidak logis. Tetapi, tahukah kamu kalau mitos

atau hal-hal yang dianggap tabu merupakan sebuah bagian atau iden-titas, yang salah satunya merupakan identitas dari kebudayaan Sunda? Hal-hal tersebut yang tetap mendukung supaya kebudayaan Sunda tetap eksis dan dihargai, serta dapat mengontrol perilaku manusia. Beri-kut ini adalah hal-hal tabu atau mitos yang ada di adat Sunda.

Ulah tatalu ti peuting merupakan larangan memukul-mukul sesuatu pada malam hari yang mengeluarkan bunyi. Konon, menurut “orang tua”, jika kita memukul-mukul sesuatu nanti akan muncul banyak tikus. Secara logika, kalau memukul-mukul sesuatu dan menimbulkan bunyi akan berisik dan mengganggu orang lain, karena malam hari wak-tunya orang untuk beristirahat.

Ulah cicing di lawang panto atau dilarang duduk atau diam di muka pintu. Secara logika, jika kita duduk atau diam di muka pintu tentu akan menghalangi orang yang ingin masuk atau keluar. Namun, menu-rut kepercayaan masyarakat Sunda, jika kita duduk di depan pintu kelak akan susah jodoh.

Ulah dahar dina coet, atau yang berarti “Jangan makan beralas-kan cobekan” merupakan larangan yang dipercaya akan membuat kita mendapatkan jodoh yang sudah tua renta. Secara logika, cobekan atau tempat untuk membuat sambal biasanya terbuat dari batu. Jika kita ma-kan langsung dari cobekan dikhawatirkan butiran kerikil dari batu bisa termakan.

PAMALIMITOS DALAM KEBUDAYAAN MASYARAKAT SUNDA

Page 8: Angklung #01

9

Mitos berupa larangan membawa anak balita keluar rumah pada malam hari ini dipercaya akan membuat makhluk gaib mendekat. Secara logika, udara malam tidak bagus untuk anak-anak, terutama balita karena daya tahan tubuh mereka yang belum sekuat orang dewasa.

Mitos yang berarti “Jangan bersiul pada malam hari karena nanti ada yang ‘mengikuti’”. Secara logika, bersiul menandakan kita sedang sen-ang atau ceria, akan tetapi ada makna lainnya seperti sedang sombong atau angkuh. Meskipun dilakukan pada siang hari, apalagi bersiul di dekat orang yang usianya berada di atas kita merupakan tindakan yang kurang sopan.

Pantangan-pantangan alias pamali yang telah disebutkan terse-but kebanyakan sudah dipercaya secara turun-temurun. Meskipun tidak ada dasar hukum dan aturan yang baku tentang pantangan-pantangan tersebut, masyarakat Sunda masih banyak yang percaya sehingga mem-buat mereka segan untuk melanggar.

Meskipun beberapa pantangan tersebut terdengar konyol di era modern seperti sekarang ini, namun mitos-mitos dalam pamali memiliki tujuan yang sama, yakni menjauhi perbuatan yang bisa menimbulkan keburukan.

ilustrasi: www.google.com

Page 9: Angklung #01

10

Page 10: Angklung #01

11

KARINDING,Karinding adalah alat musik tradisional suku Sunda. Karinding ini be-rasal dari beberapa tempat di Jawa Barat seperti dari Citamiang, Pasir Mukti, Tasikmalaya, Malang-bong (Garut) dan Cika-long Kulon (Cianjur). Di daerah tadi biasanya alat musik tradisional karinding dibuat dari pelepah kawung (pohon aren) sedangkan dibeberapa tempat seperti di Limbangan dan Cililin, kebanyakan alat musik ka-rinding dibuat dari bambu.Mulanya, karinding adalah

alat yang digunakan oleh para karuhun untuk men-gusir hama di sawah—bu-

nyinya yang low decible san-gat merusak konsentrasi hama. Selain untuk mengusir hama, para karuhun juga memainkan karinding ini dalam ritual atau upaca adat. Maka tak heran jika sekarang pun karinding masih digunakan sebagai pengiring pembacaan rajah. Karinding yaitu alat untuk mengusir hama di sawah. Suara yang dihasilkan dari getaran jarum yang ada pada alat ini. Suara rendah dihasilkan dari gesekan pegangan karinding dan ujung jari yang ditepuk-tepak-kan. Suara yang keluar biasanya terdengar seperti suara wereng, belalang, jangkrik, burung, dan lain-lain. Kalau sekarang dikenal dengan istilah ultrasonik. Beberapa sumber men-yatakan bahwa karinding telah ada bahkan sebelum adanya kecapi. Jika kecapi telah berusia sekira lima ratus tahunan maka karinding diperkirakan telah ada sejak enam abad yang lampau.

Alat Musik Khas Tanah Sunda

Foto: insancoba.blogspot.com

Page 11: Angklung #01

12

Foto: pandoe.rimahseni2.net

Dalam istilah musik mod-ern biasa karinding memiliki sebutan harpa mulut (mouth harp). Dari sisi produksi suara ada beberapa cara memainkannya. Ada yang di-trim (digetarkan dengan disentir), di-tap (dipukul), dan ada pula yang di-tarik dengan menggunakan benang. Sedangkan karind-ing yang ditemui di tataran Sunda dimainkan dengan cara di-tap atau dipukul.

Di kalangan rakyat umum, karinding adalah alat musik pertanian dan alat ritual yang dimainkan dalam ber-bagai acara. Di kalangan para pemuda Tatar Sunda, karinding popular sebagai alat musik pergaulan. Di Banten, karinding dimainkan sebagai alat musik permain-an anak-anak.

BAHAN PEMBUATAN KARINDING

Material yang digunakan un-tuk membuat karinding (di wilayah Jawa Barat), ada dua jenis: pelepah kawung dan bambu. Jenis bahan dan jenis disain karinding menunjukan perbedaan usia, tempat, jenis kelamin pemakai. Ka-rinding yang menyerupai susuk sang-gul dibuat untuk perempuan, sedang yang laki-laki menggunakan pelapah kawung dengan ukuran lebih pen-dek, agar bisa disimpan di tempat tembakau. Bahan juga menunjukkan tempat pembuatan karinding.

BAGIAN-BAGIAN KARINDING

Karinding memiliki tiga ba-gian yaitu bagian jarum tempat kelu-arnya nada yang disebut cecet ucing (buntut kucing-red), lalu pembatas jarum, dan bagian ujung yang dis-ebut panenggeul (pemukul-red). Panenggeul jika dipukul oleh tangan akan berfungsi untuk menggerakan jarum. Maka, keluarlah bunyi khas dari karinding.

Page 12: Angklung #01

13

BENTUK KARINDING

Karinding umumnya berukuran: panjang 10 cm dan lebar 2 cm. Namun ukuran ini tak berlaku mutlak; tergantung selera dari peng-guna dan pembuatnya—karena ukuran ini sedikit banyak akan ber-pengaruh terhadap bunyi yang diproduksi.Karinding terbagi menjadi tiga ruas: ruas pertama menjadi tempat mengetuk karinding dan menimbulkan getaran di ruas tengah. Di ruas tengah ada bagian bambu yang dipotong hingga bergetar saat karindingdiketuk dengan jari. Dan ruas ke tiga (paling kiri) ber-fungsi sebagai pegangan.

CARA MEMAINKAN

Cara memainkan karinding cukup sederhana, yaitu dengan menem-pelkan ruas tengah karinding di depan mulut yang agak terbuka, lalu memukul atau menyentir ujung ruas paling kanan karinding den-gan satu jari hingga “jarum” karinding pun bergetar secara intens. Dari getar atau vibra “jarum” itulah dihasilkan suara yang nanti diresonansi oleh mulut. Suara yang dikeluarkan akan tergantung dari rongga mulut, nafas, dan lidah.

Fotoatas: www.buittenzorg.comkiti: musik-sehat.blogspot.com

Page 13: Angklung #01

14

LAGU PERMAINAN ANAK SUNDAMULAI TIDAK DI KENAL

Foto: djamandoeloe.com

Anak-anak dan permainan tidak dapat dipisahkan. Di jaman sebelum adanya be-ragam perangkat modern

seperti saat ini, anak-anak dengan kreatifitasnya memanfaatkan alam untuk dijadikan permainan mereka. Terciptalah beragam alat bermain dari barang-barang terbuang, sep-erti kulit jeruk. Tidak hanya berhenti pada penciptaan peralatan, anak-anak juga mempunyai beragam lagu untuk mendukung permainan yang sedang berlangsung. Awalnya hanya kata-kata yang berhubungan dengan permainan, diulang-ulang dan kemudian menjadi syair nyany-ian yang menarik didendangkan. Dari situlah tercipta beragam lagu permainan. Di jawa dikenal dengan “tembang dolanan”.

Sebagaimana daerah nusan-tara yang lain, Bandung dan tradisi Sundanya juga memiliki banyak lagu permainan. Jumlahnya sangat banya, sehingga tidak mungkin lagi dihitung dengan jari tangan ditam-bah jari kaki.

Sebagian masih ada yang dinyanyikan, namun sebagian besar musnah seiring tidak pernah dimainkannya sebuah permainan tradisional. Anak-anak masa kini tidak lagi banyak mencipta lagu un-tuk permainannya, sebab semuanya telah dipersiapkan oleh teknologi. Teknologi sudah menggeser ke-mampuan untuk mencipta syair lagu. Ironis tapi memang dibutuh-kan, di tengah makin sempitnya lahah dan berkembang biaknya manusia.

Page 14: Angklung #01

15

Ucang ucang angge

Ucang- ucang anggemulung muncang ka paranjedi gogogan anjing gededi pantingan anjing letikcagugug.....

Parepet jengkol

Pérépét jéngkolJajahéanKadempét kohkolJéjérétéan

Tokecang

Tokécang, tokécangBalangendir tosblongAngeun kacang, angeun kacangSapariuk kosongTokécang, tokécangBalangendir tosblongAngeun kacang, angeun kacangSapependil kosongTokécang, tokécangMalik pendil tosblongAngeun kacang, angeun kacangSapariuk kosong

Cingcangkeling

Cingcangkelingmanuk cingkleng cindeuteunplos ka kolongbapa saptar buleuneung

Foto: djamandoeloe.com

Lagu yang biasa dinyanyikan oleh anak-anak sambil bermain, baik dilakukan di dalam rumah, maupun di luar rumah waktu siang hari dalam keadaan cerah, atau di tempat lain tempat mereka bermain yang menurut mereka nyaman biasanya di lapangan terbuka.

Lagu dinyanyikan sa’at memulai permainan, pada sa’at permainan itu berlangsung atau nyanyian yang hanya mengisi waktu kekosongan mereka, atau pada sa’at seorang yang dewasa mngajak main anak kecil ( ngasuh ). Tetapi lagu atau nyanyian anak - anak sekarang sudah jarang terdengar lagi atau sudah jarang di mainkan oleh anak - anak zaman sekarang karena terganti sama permainan - permainan yang lebih modern, apalagi di daerah perkotaan. Mungkin di daerah pede-saan masih ada yang suka menyanyi-kan atau memainkannya.

Page 15: Angklung #01

16

ANGKLUNG

Angklung merupakan salah satu alat musik tradisional yang berasal dari daerah Jawa Barat. Keberadaannya diperkira-kan telah ada sejak ratusan tahun yang lalu. Terdiri dari batang bambu yang dipillah menjadi dua bagian dengan diberi lubang pada bagian atasnya, Angklung akan mengeluarkan bunyi akibat benturan yang dihasilkan apabila digoyangkan. Meskipun tampi-lan serta penggunaannya terlihat sederhana, namun sebagai sebuah alat musik Angklung menjadi ciri khas dari kesenian masyarakat Sunda.

Page 16: Angklung #01

17Asal Usul Angklung

Masyarakat Jawa Barat sujak zaman dahulu terkenal dengan iklim wilayahnya yang agraris. Seba-gian besar warganya pun menggan-tungkan hidup dari hasil pertanian. Dari sini muncul kepercayaan men-genai Dewi Pohaci yang melindungi hasil panen warga serta menjauhkan dari bala bencana. Dewi Sri Pohaci digambarkan sebagai sosok yang melindungi panen warga Jawa Barat (dalam hal ini padi sebagai sumber kehidupan) agar bebas dari hama dan wabah penyakit. Untuk meng-hormati Dewi, maka masyarakat pun menyanyikan syair-syair yang dipersembahkan sebagai tolak bala agar sang Dewi melindungi tanaman mereka hingga musim panen tiba.

Untuk menguatkan syair-syair yang ditembangkan sebagai persembahan kepada Dewi Sri Pohaci, maka diciptakanlah struktur alat musik yang terbuat dari bambu. Tidak ada sumber yang cukup jelas yang mengetahui apakah bentuk alat musik angklung ini sama seperti sekarang ketika pertama kali dicipta-kan. Diperkirakan masyarakat Jawa Barat telah membuat alat musik tradisional ini sejak abad ke-12. Ang-klung dibuat dari bahan bambu yang banyak ditemui di daerah Jawa Barat seperti awi temen dan awi wulung. Sebagai alat musik yang mengiringi syair persembahan untuk Dewi Sri Pohaci, alat musik bambu ini diguna-kan ketika menjalankan ritual yang berhubungan dengan hasil bercocok tanam warga seperti upacara tolak bala, pada saat menanam benih padi, hingga ketika musim panen tiba.

Seiring perkembangan zaman, Angklung tidak lagi sekedar menjadi pengiring untuk musik pada saat ritual bercocok tanam, tetapi telah mengalami perluasan menjadi se-buah kesenian yang dapat dimainkan oleh siapa saja.

Perkembangan Angklung

Perkembangan alat musik Angklung dalam kehidupan masyarakat Jawa Barat mengalami beberapa tahap sampai saat ini. Perkembangan ini menghasilkan jenis-jenis Angklung yang berbeda pada tiap masanya dan digunakan sesuai dengan kepentingan yang berbeda pula. Seperti misalnya jika pada zaman dahulu Angklung berfungsi sebagai pengiring syair dalam ritual setiap bercocok tanam, maka pada zaman kerajaan Sunda Angklung digunakan untuk menyemangati para prajurit yang akan pergi berperang. Beberapa jenis angklung yang dike-nal hingga saat ini antara lain Ang-klung Kanekes, Angklung Gubrag, Angklung Bungko, Angklung Dogdog Lojor, Angklung Badeng, Angklung Buncis, dan Angklung Modern.

Foto: www.google.com

Page 17: Angklung #01

18

CIRENG Si Legendaris yang Tetap Eksis

Makanan ini cukup terk-enal pada era 80-an. Bahan makanan ini antara lain terdiri dari tepung kanji, tepung terigu, air, merica bubuk, garam, bawang putih, kedelai, daun bawang dan minyak goreng.

Cireng merupakan salah satu kudapan khas Sunda yang digemari banyak orang baik anak kecil, remaja, bahkan orang tua. Teksturnya yang renyah di luar tapi kenyal di dalam itu yang membuat camilan ini berbeda dan banyak disukai. Rasanya yang gurih dengan berbagai topping mulai dari saus sambal, cabai rawit, hingga saus kacang kian menambah cita rasa makanan tradisional ini. Seiring perkemban-gan zaman, citarasa masyarakat Indonesia kini semakin beragam. seiring meluasnya globalisasi, munculah inovasi-inovasi kuliner yang mencampur dua kuliner negara yang berbeda.

Kini, cireng telah memiliki variasi rasa yang bervariatif, seperti daging ayam, sapi, sosis, baso, hingga keju. Bahkan, pernah ada seorang penjaja cireng yang membuat Inovasi cireng greentea! Wow! luar biasa ya perkemban-gan si cireng ini.

Kota Bandung kini menjadi salah satu destinasi wisata kuliner terpopular bagi para pelancong. Mengapa demiki-

an? Karena kota Bandung menyaji-kan berbagai macam kuliner yang pastinya akan memanjakan lidah para penjaja kuliner, Soal rasa? Jangan khawatir, kuliner Bandung sudah terkenal lezatnya sejak za-man dahulu. Salah satu penganan yang paling dicari adalah Cireng,

Cireng (aci digoreng) adalah makanan ringan yang be-rasal dari daerah Sunda yang yang dibuat dengan cara menggoreng campuran adonan berbahan utama tepung kanji atau tepung tapioka. Makanan ringan ini sangat popu-lar di daerah Priangan, dan dijual dalam berbagai bentuk dan variasi rasa.

Foto: pakecara.blogspot.com

Page 18: Angklung #01

19

JAJANAN TRADISIONAL

SUNDA

Bagi yang belum tahu Kue Balok ini adalah Kuliner Khas Band-ung atau lebih tepat nya Sunda. Terbuat dari adonan Tepung Terigu dan Telur yang di panggang sede-mikian rupa menjadi bentuk seperti Balok Kayu yang memanjang.Tekstur dari kue ini adalah Ma-nis dan Lembut, jadi cocok buat pendamping ngobrol bersama Kopi

dan Teh.

Serabi (kadang disebut Surabi) merupakan jajanan pasar tradisional yang berasal dari Indonesia, ada dua jenis serabi, yaitu serabi manis yang menggu-nakan kinca dan serabi asin den-gan taburan oncom yang telah dibumbui diatasnya. Di Bandung,

serabi biasa dijajakan di pagi hari dan dimasak menggunakan tungku sehingga menghasilkan

Colenak atau dikenal juga dengan tape bakar adalah nama yang diberikan pada kudapan yang dibuat dari peuyeum (tapai sing-kong) yang dibakar yang disantap dengan dicocolkan pada gula jawa cair yang dicampur dengan seru-tan kelapa. Penamaan makanan ini merupakan lakuran dari kata dalam bahasa Sunda, dicocol enak. Dalam teknik memasaknya kandungan gula dalam tapai membuat tapai tersebut mudah gosong - meski-pun demikian bagi beberapa orang, ini merupakan bagian yang terenak.

Combro atau kadang disebut comro atau gemet merupakan makanan khas dari Jawa Barat. Combro terbuat dari parutan singkong yang dibentuk bulat yang bagian dalamnya diisi dengan sambal oncom kemudian digoreng, karena itulah dina-mai combro yang merupakan kependekan dari oncom di jero (bahasa Sunda (Namun nama tradisionalnya combro bukan comro), artinya: oncom di dalam.

Page 19: Angklung #01

20

Di era serba modern seperti sekarang, banyak budaya dari luar yang masuk ke Indonesia. Budaya tersebut kemudian diikuti oleh kalangan anak muda, lantas bagaimana nasib kebudayan sendiri, khususnya bagi masyarakat Sunda untuk tetap melestarikan

budaya Sunda. Apa aksimu untuk menjaga kelestarian budaya di tanah Sunda?

APA AKSIMU?

“Mempelajari budaya Sunda. Setidaknya kenal dulu sama budayanya. Masalah suka atau tidak, itu urusan nanti. Kalau misalnya ada orang yang belajar budaya Sunda meskipun dia ga menyukainya, seenggaknya kebudayaan itu masih ada, meskipun dalam bentuk teori. Dan jika suatu saat ada yang mau belajar atau bah-kan menyukai budaya Sunda, dia bisa menga-jarkan kebudayaan itu.”

Abdul Muhyi, Ilmu Sejarah Unpad 2014

Hanif, Manejemen UI 2014

“Mengintegrasikan bahasa dengan perkem-bangan zaman, dengan memasukan bahasa ke dalam life style masyarakat seperti Rabu Sunda yang dilakukan kang Emil dan pembua-tan stiker yang menggunakan bahasa Sunda.”

Page 20: Angklung #01

21

Sani, Kedokteran Hewan IPB 2012

“Bicara pake bahasa Sunda yang baik dan benar”

Ai Gumiar, Sastra Indonesia Unpad 2013

“Menanam, merawat, dan menebar. Dimulai dari diri sendiri, diakhiri dengan memberi damp-

ak pada orang lain.”

“Hmm menarik, menurut saya cara melestarikan dengan cara satu kampung di Jawa Barat menampilkan satu pertunjukan kesenian ciri khas daerahnya, terus dipromosiin supaya banyak yang dateng ke kampung itu.”

Wisnu Wardana, Sastra Jerman UNPAD 2013

Rani, Pertanian Unpad 2013

“Nyanyi lagu Sunda. Karena aku suka lagu Sunda.”

Page 21: Angklung #01

22

AJIP ROSIDIJAGOAN SASTRA DARI TANAH SUNDA

Ajip Rosidi, seorang sas-trawan Sunda yang sudah terkenal gaungnya tidak hanya di Jawa Barat, tetapi

juga di Indonesia. Beliau merupa-kan seorang sastrawan yang kar-ya-karyanya sudah sangat dikenal oleh semua kalangan khususnya para mahasiswa, karena pada ta-hun 1967 ia diangkat sebagai dos-en luar biasa di Fakultas Sastera Universitas Padjadjaran Bandung. Pengalaman beliau di dunia sastra tidak bisa dipungkiri lagi karena su-dah banyak yang telah beliau laku-kan untuk Kesusastraan Indonesia.

Page 22: Angklung #01

23PENGALAMAN DI BIDANG SASTRA Sebagai penulis kreatif, Ajip Rosidi merupakan sastrawan yang cukup produktif. Sastrawan kela-hiran 31 Januari 1938 ini mulai menulis sejak tahun 1952 dan kar-ya-karyanya telah dimuat di dalam majalah-majalah sastra terkemuka di Indonesia pada masanya. yang berjudul Tahun-Tahun Kematian (kumpulan cerita pendek) meru-pakan debut Ajip Rosidi yang saat itu masih berusia 17 tahun. Ke-mudian diikuti oleh buku-bukunya yang lain yang sekarang jumlahnya lebih dari 110 judul, baik kumpu-lan cerita pendek, kumpulan sa-jak, roman, drama, esai, kritik; asli tulisannya sendiri, maupun terje-mahan. Selain dalam bahasa Indo-nesia, karya-karyanya juga dibuat dalam bahasa Sunda. Tak sedikit pula karyanya yang sudah diterje-mahkan ke dalam bahasa asing. Selain sebagai penulis, Ajip Rosidi juga berpengalaman sebagai redaktur dan pemimpin majalah. Ketika masih bersekolah (SMP), menjadi redaktur dan memimpin majalah Suluh Peladjar (1953-1955) yang beredar luas di seluruh Indonesia. Tahun 1955 menerbit-kan dan menjadi Pemimpin Redaksi bulanan Prosa yang mengkhusus-kan diri untuk cerita pendek. Tahun 1965-1967 mendirikan dan menjadi Pemimpin Redaksi Mingguan Sun-da (kemudian Madjalah Sunda) majalah umum berbahasa Sunda di Bandung. Tahun 1968-1979 mendirikan dan menjadi Pemimpin Redaksi bulanan Budaja Djaja (kemudian Budaya Jaya) bersama Ilen Surianagara, Ramadhan K. H., dan Harijadi S. Hartowardojo yang

merupakan majalah kebudayaan umum yang resminya diterbitkan oleh Dewan Kesenian Jakarta. Redak-tur ruangan kebudayaan “Matahari” dalam majalah Mimbar di Jakarta (1971-1973). Sejak 2004 men-jadi pemimpin umum majalah bu-lanan bahasa Sunda Cupumanik.

PENGHARGAAN DAN PRESTASI

1. Hadiah Sastera Nasional - Kon gres Kebudayaan - 1957 dan 1960

2. Cultural Award - Pemerintah Australia - 1975

3. Hadiah Seni - Pemerintah In-donesia - 1993

4. Terpilih menjadi “Sepuluh Putera Sunda yang Membanggakan Daer-ahnya” - 1994

5. Diadakan acara “Ajip Rosidi 50 Tahun” oleh sejumlah sahabatnya di Bandung - 1998

6. Kun Santo Zui Hoo Shoo (Order of the Sacred Treasure, Gold Rays with Neck Ribbon) - Pemerintah Jepang - 1999

7. Hadiah Mastera - Brunei - 2003

8. Professor Teeuw Award - Be-landa - 2004

9. Paguyuban Panglawungan Sas-tera Sunda (PPSS) di Bandung menyelenggarakan acara dramati-sasi, musikalisasi puisi, dan disku-si buku Ayang-ayang Gung dalam rangka 67 Ajip Rosidi - 2005

10. Anugrah Budaya Kota Bandung - 2007

Page 23: Angklung #01

24

SAUNG

MENIKMATI WISATA EDUKASI DI

ANGKLUNG

UDJO

Tanah Sunda patut ber-bangga diri karena memi-liki segudang kebudayaan dengan beragam keindahan

di dalamnya. Kebudayaan yang lahir dari para leluhur merupa-kan warisan tak ternilai harganya jika disandingkan dengan mata uang, kekayaan budaya seperti ini wajib dilestarikan serta diturunkan kembali ke generasi penerusnya agar kelak tetap menjadi ciri khas suatu daerah. Mengingat Sunda dengan persebaran wilayah yang cukup luas, termasuk Bandung, tepatnya di Bandung Timur ter-dapat salah satu warisan tanah Sunda yang dirawat secara tel-aten, yaitu Saung Angklung Udjo. Cagar budaya yang didi-rikan oleh Udjo Ngalagena ini berawal dari kecintaannya terhadap seni dan budaya Sunda. Dengan dukungan sang istri, ia mendirikan Saung Angklung Udjo pada tahun 1966. Seni yang ia angkat adalah seni musik, tepatnya alat musik tradisional Sunda, yaitu Angklung. Berkat ketekunan dan keuletannya dalam mendirikan SAU, kini nama

Udjo Ngalagena dikenal sebagai sosok yang total mendedikasikan dirinya untuk kebudayaan Sunda. SAU yang menawarkan suasana asri dan damai ditambah nuansa-nuansa hijau dan desain interior dominasi bambu membuat tempat ini menjadi sangat sejuk dan nyaman untuk dijadikan tem-pat relaksasi untuk menghilangkan kepenatan. Bukan hanya terk-enal sebagai tempat wisata yang menyuguhkan edukasi mengenai alat musik angklung, namun SAU berhasil mengenalkan angklung ke dunia dalam Festival Indonesia pertama di KBRI Washington DC, Amerika Serikat. Sungguh prestasi yang membanggakan bagi Indonesia

Foto: sahinframe.wordpress,com

Page 24: Angklung #01

25

terutama tanah Sunda. Selain itu, SAU juga menorehkan prestasi dengan memecahkan rekor bermain angklung terbanyak dengan 5.102 orang peserta. Acara yang begitu ceria dilaksanakan di National Park Mall-Washington Monument berlangsung meriah dan tentunya membangga-kan warga Indonesia karena telah membawa kesenian Indonesia ke kancah internasional. SAU yang menyuguh-kan wisata edukasi ini juga patut diacungi jempol, karena edukasi yang diberikan tidak membuat para wisatawan merasa digurui. Untuk tiket masuk Saung Angklung Udjo cukup membayar 60 ribu rupiah per orang. Waktu pertunjukan

sekaligus edukasi pukul 4 sore dari hari Senin-Minggu. Wisatawan akan dibimb-ing oleh instruktur yaitu cucu dari Udjo Ngalagena. Para pembimbinh akan membagikan angklung dengan berbagai uku-ran dan tentu saja bunyi yang berbeda. Untuk membedakan bunyi-bunyi dari angklungnya, pihak pengelola membedakan an-gklung tersebut dengan berbagai nama daerah di Indonesia sep-erti Sunda, Jawa, dan lain-lain. Selain mengenalkan kebudayaan Sunda, cara menamakan ang-klung dengan nama daerah juga mampu memberi wawasan lebih kepada wisatawan lokal maupun mancanegara. Banyak upaya-upaya yang dilakukan agar warisan berupa kebudayaan tetap Berjaya. Salah satunya dengan melestarikan dan menekuni dengan sepenuh hati seperti yang dilakukan Udjo Ngalagena. Kini namanya tetap harum walaupun beliau telah wa-fat pada tahun 2001, usahanya melestarikan kebudayaan Sunda sudah berhasil dan kini turun ke anak serta cucunya yang juga memiliki dedikasi tinggi untuk melestarikan kebudayaan Sunda. Sungguh membanggakan bukan? Mari ikuti jejak beliau guna mengangkat nama Indo-nesia agar menjadi negeri yang dipandang kaya dari segi kebu-dayaannya. Salam Budaya!

Page 25: Angklung #01

26

“Montong era mun nyarita ku basa SUNDA

lamun ngaku urang SUNDA”

Page 26: Angklung #01

27