angin sebagai sumber energi alternatif

4
Bahan Iptek Talk ANGIN SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF 1. U M U M Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) sebagai instansi pemerintah yang berdasarkan tugas pokok dan fungsinya adalah sebagai instansi pembina utama dalam penyelenggaraan pembangunan kedirgantaraan nasional di Indonesia. upaya-upaya pengembangan penguasaan teknologi dirgantara telah dilakukan , dalam hal ini penguasaan rancang bangun teknologi dirgantara terapan (spin off) yaitu penguasaan teknologi Sistem Konversi Energi Angin ( SKEA ) Pertanyaan : Apa perlunya energi alternatif atau energi terbarukan , khususnya energi angin Jawab : Karena , energi terbarukan dapat menjadi salah satu solusi untuk mengurangi penggunaan energi konvensional ( pengurangan penggunaan BBM ) Angin tersedia di alam bebas dengan gratis dan terus menerus tidak akan habis Energi angin merupakan energi yang bersih tidak berpolusi Pertanyaan : Program apa saja yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam pengembangan dan pemanfaatan Energi Angin Jawab : Disisi pemerintah ( dalam hal ini telah dijalankan oleh LAPAN ) , program utama energi angin mencakup : Monitoring, inventarisasi data dan identifikasi wilayah – wilayah potensial serta pembuatan peta potensi angin secara berkesinambungan. Penelitian dan pengembangan teknologi SKEA yang sesuai kondisi potensi angin di Indonesia, yang secara umum potensinya tidak terlalu besar dan site specific. Pengembangan proyek – proyek percontohan sebagai sarana ujicoba dan promosi Diseminasi pemanfaatan SKEA bekerjasama dengan berbagai instansi dan kajian produksi lokal SKEA skala kecil dan menengah bekerja sama dengan industri / swasta Pertanyaan : Sejauh mana potensi energi angin di Indonesia secara umum

Upload: piksi-ganesha-bandung

Post on 21-May-2015

3.402 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Angin sebagai sumber energi alternatif

Bahan Iptek Talk

ANGIN SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF

1. U M U M

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) sebagai instansi pemerintah yang berdasarkan tugas pokok dan fungsinya adalah sebagai instansi pembina utama dalam penyelenggaraan pembangunan kedirgantaraan nasional di Indonesia. upaya-upaya pengembangan penguasaan teknologi dirgantara telah dilakukan , dalam hal ini penguasaan rancang bangun teknologi dirgantara terapan (spin off) yaitu penguasaan teknologi Sistem Konversi Energi Angin ( SKEA ) Pertanyaan : Apa perlunya energi alternatif atau energi terbarukan , khususnya energi angin Jawab :

• Karena , energi terbarukan dapat menjadi salah satu solusi untuk mengurangi penggunaan energi konvensional ( pengurangan penggunaan BBM )

• Angin tersedia di alam bebas dengan gratis dan terus menerus tidak akan habis • Energi angin merupakan energi yang bersih tidak berpolusi •

Pertanyaan : Program apa saja yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam pengembangan dan pemanfaatan Energi Angin Jawab : Disisi pemerintah ( dalam hal ini telah dijalankan oleh LAPAN ) , program utama energi angin mencakup : Monitoring, inventarisasi data dan identifikasi wilayah – wilayah potensial serta

pembuatan peta potensi angin secara berkesinambungan.

Penelitian dan pengembangan teknologi SKEA yang sesuai kondisi potensi angin di

Indonesia, yang secara umum potensinya tidak terlalu besar dan site specific.

Pengembangan proyek – proyek percontohan sebagai sarana ujicoba dan promosi

Diseminasi pemanfaatan SKEA bekerjasama dengan berbagai instansi dan kajian

produksi lokal SKEA skala kecil dan menengah bekerja sama dengan industri / swasta

Pertanyaan : Sejauh mana potensi energi angin di Indonesia secara umum

Page 2: Angin sebagai sumber energi alternatif

Jawab : Dari hasil monitoring dan evaluasi data potensi energi angin beberapa daerah di Indonesia

telah ditemukan daerah / wilayah yang cukup potensial energi anginya seperti diperlihatkan

pada Tabel 1. ( akan dilengkapi gambar peta )

Tabel 1 Pengelompokkan potensi energi, pemanfaatan dan lokasi potensial

Kelas Kec. Angin

(m/s ) Daya spesifik

( W/m2 ) Kapasitas

( kW ) Lokasi

( Wilayah ) Skala Kecil 2,5 - 4,0 < 75 s/d 10 Jawa, NTB, NTT,

Maluku, Sulawesi, Skala Menengah

4,0 - 5,0 75 – 150 10 – 100 NTB, NTT , Sulsel, Sultra, selatan jawa

Skala Besar > 5,0 > 150 > 100 Sulsel, NTB dan NTT, Pantai Selatan Jawa

Pertanyaan : Dari program utama dikatakan bahwa disamping melakukan penelitian potensi angin juga melakukan pengembangan teknologi SKEA , sejauh mana teknologi kincir telah dikuasai dan di implemtasikan di masyarakat Jawab : Prototipe SKEA hasil litbang untuk pembangkit listrik ( turbin angin ) telah dibuat dan

diujicoba mulai dari skala 50 W sampai dengan 10 kW per unit sistem, dengan jumlah sudu 2

sampai dengan 6 buah dan diameter rotor 0,8 m sampai dengan 7 meter.

Sedangkan SKEA mekanik ( kincir angin ) , telah dibuat dan diujicoba beberapa prototipe

untuk pemompaan air yang umumnya digunakan pada sumber air dangkal , dengan diameter

blade ( baling – baling ) 2,4 m sampai 6 m dan jumlah sudu 4 buah sampai 18 buah. ( akan

diperlihatkan gambar 2 prototipe )

Pertanyaan : Boleh dijelaskan bagaimana cara kerja peralatan SKEA ini, agar dipahami oleh masyarakat Jawab :

Pada prinsipnya energi angin dalam bentul aliran diterima oleh rotor ( baling – baling ) diubah

menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran yang selanjutnya memutar generator untuk

membangkitkan listrik atau menggerakan pompa untuk memompakan air ( dilengkapi dengan

blok diagram )

Pertanyaan : Dimana saja teknologi ini telah dimanfaatkan oleh masyarakat ?

Page 3: Angin sebagai sumber energi alternatif

Jawab :

Ujicoba SKEA dengan pemanfaatan langsung di beberapa daerah oleh instansi terkait baik secara sendiri maupun bekerja sama dengan LAPAN antara lain : Jawa Tengah , DIY , DKI Jakarta, NTT, NTB , Sulsel dll ( dilengkapi dengan peta pemanfaatan dan Gambar 2 )

Pertanyaan : Adakah hambatan atau kendala dalam pengembangan dan penyebarluasan pemanfaatan teknologi SKEA ini ? Jawab : Hambatan utama dalam penyebar-luasan ( diseminasi ) pemanfaatan energi angin adalah lokasi

pemanfaatan yang spesifik tempat ( site specificness ) dan harga energi per kWh yang masih

relatif tinggi dibanding dengan energi yang dibangkitkan dengan BBM ( sumber energi

konvensional ). Faktor lain yang menjadi kendala dalam pengembangan , pemanfaatan dan

diseminasi energi angin adalah :

• Keterbatasan dana untuk mengakses dan mengidentifier lokasi potensial khususnya di

daerah terpencil dan pulau – pulau yang sulit dijangkau

• Produk teknologi SKEA yang ada di pasaran yang sudah komersial umumnya beroperasi

pada rejim kecepatan angin yang tinggi dan harganya relatif mahal, sehingga faktor

kapasitasnya rendah untuk kondisi Indonesia,

• Kurang kerjasama dan koordinasi antara intitusi – institusi terkait.

• Kemampuan ekonomi masyarakat yang relatif rendah

• Kurangnya tenaga teknis terampil di daerah untuk pemeliharaan dan perbaikan di lokasi

• Revenue yang diperoleh dari penggunaan turbin angin sangat kecil karena productive use

yang belum setimbang. Hal ini disebabkan SKEA yang terpasang masih skala kecil

sehingga belum memberikan nilai ekonomis yang tinggi .

KERJASAMA DAN KEMAMPUAN NASIONAL DALAM BIDANG ENERGI ANGIN

• Lembaga R&D dan Pengkajian : LAPAN, BPPT, Litbang PLN, P3TEK, Perguruan

Tinggi dan LPND lainya.

• Kerjasama Luar Negeri : Wind guard ( jerman ), TWT Belanda , Riso Denmark dan

NREL USA.

a. Pengguna : Depertemen Koperasi/KUD, Pemerintah Daerah, Departemen

Transmigrasi, Pembangunan Desa ( Departemen Dalam Negeri), Dep Kelautan dan

Perikanan, Dep. Pertanian, masyarakat pengguna individual maupun kelompok,dll

Page 4: Angin sebagai sumber energi alternatif

b. Fabrikan atau industri yang mampu untuk membuat dan memproduksi beberapa

komponen turbin angin yakni sudu ( rotor ), unit kontrol, menara, komponen mekanis

dan elektronik, dll; antara lain PT Barata, PT LEN, Lembaga Instrumentasi Nasional (

LIN ), PT Guna Elektro, PT Elektrindo, PT Uavindo, dll.

Sasaran jangka pendek dan menengah :

• Pemetaan potensi energi angin per wilayah ( Propinsi , Kabupaten ) berdasarkan data

hasil pengukuran.

• Pengembangan SKEA skala menengah – besar sampai dengan 750 kW dengan

kandungan lokal tinggi

• Implementasi SKEA skala menengah besar interkoneksi dengan jaringan PLN

• Implementasi SKEA pada daerah terpencil dan pulau – pulau

Rumpin , 19 September 2005

Soeripno

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional