anestesi apalah

22
Penatalaksanaan a.Pengangkatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui tindakan bedah, misal laparatomi, kistektomi atau laparatomi salpingooforektomi. b. Kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan kista. c. Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk mengangkat kista ovarium adalah serupa dengan perawatan setelah pembedahan abdomen dengan satu pengecualian penurunan tekanan intra abdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat. Hal ini dapat dicegah dengan memberikan gurita abdomen sebagai penyangga. 22d.Tindakan keperawatan berikut pada pendidikan kepada klien tentang pilihan pengobatan dan manajemen nyeri dengan analgetik / tindakan kenyamanan seperti kompres hangat pada abdomen atau teknik relaksasi napas dalam, informasikan tentang perubahan yang akan terjadi seperti tanda – tanda infeksi, perawatan insisi luka operasi ( Lowdermilk.dkk. 2005). e. Jenis – jenis anestesi Anestesi adalah suatu tindakan untuk menghilangkan kesadaran disertai hilangnya sakit yang sifatnya sementara. Anestesi ada setiap keadaan membawa masalah – masalah tersendiri sesuai dengan kondisi penderita, sebab obat – obat anestesi bersifat mendepresi kerja

Upload: xylomite

Post on 23-Oct-2015

30 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: anestesi apalah

Penatalaksanaan

a.Pengangkatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui tindakan bedah,

misal laparatomi, kistektomi atau laparatomi salpingooforektomi.

b. Kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan

menghilangkan kista.

c. Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk mengangkat kista ovarium

adalah serupa dengan perawatan setelah pembedahan abdomen dengan satu

pengecualian penurunan tekanan intra abdomen yang diakibatkan oleh

pengangkatan kista yang besar biasanya mengarah pada distensi abdomen yang

berat. Hal ini dapat dicegah dengan memberikan gurita abdomen sebagai

penyangga.

22d.Tindakan keperawatan berikut pada pendidikan kepada klien tentang pilihan

pengobatan dan manajemen nyeri dengan analgetik / tindakan kenyamanan seperti

kompres hangat pada abdomen atau teknik relaksasi napas dalam, informasikan

tentang perubahan yang akan terjadi seperti tanda – tanda infeksi, perawatan insisi

luka operasi

( Lowdermilk.dkk. 2005). e. Jenis – jenis anestesi

Anestesi adalah suatu tindakan untuk menghilangkan kesadaran disertai hilangnya

sakit yang sifatnya sementara. Anestesi ada setiap keadaan membawa masalah –

masalah tersendiri sesuai dengan kondisi penderita, sebab obat – obat anestesi

bersifat mendepresi kerja organ – organ vital.

1) Anestesi Umum Anestesi umum adalah menghilangkan rasa nyeri secara

sentral yang disertai dengan hilangnya kesadaran dengan melalui proses obat

masuk kedalam pembuluh darah atau sirkulasi kemudian menyebar jaringan dan

yang pertama terpengaruh adalah jaringan yang kaya pembuluh darah yaitu otak,

sehingga kesadaran menurun atau hilang. Efek anestesi umum yaitu :

mempengaruhi keadaan umum penderita karena kesadaran menurun, disebabkan

karena terjadinya gangguan fungsi pada sel terjadinya hambatan fungsi neuron

menghambat konsumsi oksigen, dapat membentuk mikro kristal dengan air dalam

membran sel neuron dan ini menyebabkan stabilisasi membran sel (Muchtar,

2002).

Page 2: anestesi apalah

23

Jenis dan cara pemberian obat anestesi umum : a) Melalui Intravena

1. Benzodiazepine Anggota tertentu dalam kelompok obat sedative hypnosis

seperti diazepam, lorazepam, dan midazolam, yang dipergunakan pada prosedur

anestesi (dasar-dasar farmakologi benzodiazepin) diazepam dan lorazepan tidak

larut dalam air dan penggunaan intravenanya memerlukan vehikulum yang tidak

encer, sehingga pemberian intravena dapat menyebabkan iritasi luka. Formulasi

mudah larut dalam air dan kurang iritasi tetapi mudah larut dalam lemak pada pH

fisiologis serta mudah melewati pembuluh darah otak. 2. Anestesi analgesik

opioid Dosis besar analgesik opioid telah digunakan untuk anestetik umum,

terutana pada penderita operasi jantung atau operasi besar lainnya ketika sirkulasi

dalam keadaan minimal. Pemberian morfin, secara intravena dengan dosis 1

sampai 3 per kg digunakan dalam keadaan sirkulasi yang berat. 3. Etomidat

Etomidat merupakan imidazol karboksilasi yang digunakan untuk induksi anestesi

dan teknik anestesi secara seimbang yang tidak boleh diberikan untuk jangka

lama. Kelebihan utama dari anestestik ini yaitu depresi kardiovaskular dan

respirasi yang minimal.

24

4. Ketamin Ketamin menimbulkan anestesi disosiatif yang ditandai dengan

kataton, amnesia, dan analgesia. Mekanisme kerjanya adalah dengan cara

menghambat efek membrane eksitator neurotrasmiter asam glutamate pada

subtype reseptor.

b) Melalui rectum : Tiopental : anestesi injeksi pada pembedahan kecil

seperti di mulut, efek samping menekan pernafasan.

c) Melalui inhalasi : Halotan : efek sampingnya yaitu dengan menekan

pernafasan, aritmia, dan hipotensi (Mochtar, 2002).

2) Anestesi Spinal Anestesi spinal adalah tindakan anestesi yang banyak

digunakan untuk tindakan operasi ekstremitas bawah dan paling sering adalah

bedah cesar. Efek anestesi spinal : oksigenasi tidak adekuat dengan pernafasan

buatan menggunakan oksigen, tremor atau kejang, depresi sirkulasi diatasi dengan

pemberian vasopressor secara bolus dilanjutkan dengan drip dalam infus, adanya

Page 3: anestesi apalah

henti jantung .

Komplikasi anestesi spinal : a. Komplikasi dini :

a) Hipotensi. Hipotensi sering terjadi selama anestesi spinal, terutama akibat

kehilangan kompensasi vasokonstriksi eketremitas bawah,

25

menurunnya curah jantung, berkurangnya tonus arteriole sedikit kontribusinya

terhadap terjadinya hipotensi, kecuali tahanan pembuluh darah perifer meningkat

sebelum anestesi spinal. Terapi hipotensi dimulai dengan tindakan yang cepat

seperti koreksi posisi kepala, pemberian cairan intravena dan pemberian

vasopressor sesuai kebutuhan. Jika cairan yang diberikan tidak dapat mengoreksi

bradikardi atau kontraktilitas melemah, terapi yang disukai untuk spinal hipotensi

adalah kombinasi cairan untuk mengoreksi hipovolemi dengan alfa dan beta

adrenergik agonis (seperti efedrin) dan atropin (untuk bradikardi) tergantung pada

situasi.

b) Anestesi spinal tinggi dan Blokade total spinal Pasien dengan tingkat

anestesi yang tinggi dapat mengalami kesulitan dalam pernapasaan . Harus

dibedakan secara hati-hati apa penyebabnya untuk memberikan terapi yang tepat.

Hampir semua dispnea tidak disertai paralysis otot pernapasan tetapi adalah

kehilangan sensasi proprioseptif tersebut mengakibatkan dyspnea walaupun

fungsi otot pernapasan dan pertukaran gas adekuat.

c) Henti jantung yang tiba-tiba.

Henti jantung yang tiba-tiba telah dilaporkan pada pasien yang mendapatkan

spinal anestesi. Pasien yang mendapat sedatif dan

26

hipotensi sampai tejadinya henti jantung yang tiba-tiba terbukti sulit untuk

diterapi. Respon kardiovaskuler terhadap hiperkarbia dan hipoksia karena sedatif

dan narkotik mengakibatkan pasien tidak mempunyai respon terhadap hipoksemia

yang progresif, asidosis dan hiperkarbia.

d) Mual dan Muntah Mual selama anestesi spinal biasa terjadi oleh karena

hipoperfusi serebral atau tidak terhalanginya stimulus vagus usus. Biasanya mual

adalah tanda awal hipotensi. Bahkan blok simpatis mengakibatkan tak

Page 4: anestesi apalah

terhalangnya tonus parasimpatis yang berlebihan pada traktus gastrointestinal.

e) Paresthesia. Paresthesia dapat terjadi selama penusukan jarum spinal atau saat

menginjeksikan obat anestetik. Pasien mengeluh sakit atau terkejut singkat pada

ektremitas bawah, hal ini disebabkan jarum spinal mungkin mengenai akar saraf.

Jika pasien merasakan adanya parestesia persiten atau paresthesia saat

menginjeksikan anesthetik local, jarum harus digerakkan kembali dan

ditempatkan pada interspace yang lain untuk mengcegah kerusakan yang

permanen. Ada atau tidaknya paresthesia dicatat pada status anesthesia.

27

g.

Jenis dan cara pemberian obat anestesi spinal : 1. Lidokain

Lidokain merupakan obat anestesi yang digunakan untuk mencegah depolarisasi

pada membran sel melalui penghambatan masuknya ion natrium pada kanal

natrium. Efek samping lidokain bersifat toksik pada susunan saraf. Efek yang

terjadi akibat toksisitas dapat berupa kejang, disorientasi, pandangan kabur, dan

mengantuk.

2. Bupivakain Bupivakain merupakan anestesi yang mempunyai masa kerja yang

panjang dengan efek blockade terhadap sensorik lebih besar daripada motorik.

Efek bupivakain lebih popular digunakan untuk memperpanjang analgesia selama

persalinan dan masa pasca pembedahan.

3. Tetrakain Tetrakain digunakan untuk segala macam anestesi, pada anestesi

spinal tetrakain memerlukan dosis yang besar dan mula kerjanya lambat,

dimetabolisme lambat sehingga berpotensi toksik. (Joyce L, 1996)

Proses penyembuhan luka operasi pengangkatan kista adalah sama dengan yang

lainnya. Perbedaan terjadi menurut waktu pada tiap-tiap fase penyembuhan dan

waktu granulasi jaringan (Sjamsuhidayat, 2001).

28

1. Fase penyembuhan luka: a) Fase inflamasi

Fase inflamasi berlangsung sejak terjadinya luka sampai kira- kira hari ke lima.

Pembuluh darah yang terputus pada luka akan menyebabkan perdarahan

dan tubuhakan berusaha menghentikanya dengan vasokontriksi, penerutan

Page 5: anestesi apalah

ujung pembuluh yang putus (retraksi), dan reaksi hemostasis. Sel dalam jaringan

ikat menghasilkan serotonin dan histamin yang meningkatkan permeabilitas

kapiler sehingga terjadi eksudasi, penyerbukan sel radang, disertai vasodilatasi

yang menyebabkan udem dan pembengkakan. Tanda dan gejala klinis reaksi

radang menjadi jelas yang berupa warna kemerahan karena kapiler melebar

(rubor), rasa hangat (kalor), nyeri (dolor), dan pembengkakan (tumor).

b) Fase ploriferatif Fase ploferatif disebut juga fase fibroplasia karena yang

menonjol adalah proses proliferasi fibroblast. Fase ini berlangsung dari akhir fase

inflamasi sampai kira-kira akhir minggu tiga. Pada fase ini serat-serat dibentuk

dan dihancurkan kembali untuk penyesuaian diri dengan tegangan pada luka yang

cenderung mengerut. Bersama dengan sifat kontraktil miofibroblast,

menyebabkan tarikan pada tepi luka. Kekuatan regangan mencapai 25% jaringan

normal.

29

Fase fibroplasia ini, luka akan dipenuhi sel radang, fibroblast, dan kalogen,

membentuk jaringan berwarna kemerahan dengan permukaan yang menonjol

halus yang disebut jaringan granulasi. Epitel tepi luka yang terdiri atas sel basal

terlepas dari dasarnya dan berpindah mengisi permukaan luka. Tempatnya

kemudian diisi oleh sel baru yang terbentuk dari proses mitosis. Proses migrasi ini

baru berhenti setelah epitel saling menyentuh dan menutup seluruh permukaan

luka, proses fibroplasia dengan pembentukan jaringan granulasi juga akan

berhenti dan mulailah proses pematangan dalam fase penyembuhan

c) Fase penyudahan Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terjadi atas

penyerapan kembali jaringan yang berlebih, pengerutan sesuai dengan gaya

gravitasi, dan akhirnya perupaan kembali jaringan yang baru terbentuk. Fase ini

dapat berlangsung berbulan-bulan dan dinyatakan berakhir kalau semua tanda

radang sudah lenyap. Tubuh berusaha menormalkan kembali semua yang menjadi

abnormal karena proses penyembuhan. Udema dan sel radang diserap, sel muda

menjadi matang, kapilerbaru menutup dan diserap kembali, kalogen yang berlebih

diserap dan sisanya mengerut sesuai dengan regangan yang ada.

30

Page 6: anestesi apalah

b. Pengkajiaan fokus

Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan

hal yang penting dilakukan baik saat klien pertama kali masuk rumah sakit

maupun selama pasien dirawat di rumah sakit.

1. Biodata Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,

suku / bangsa, pendidikan pekerjaan, alamat dan nomor register.

2. Riwayat Kesehatan 1. Keluhan utama : nyeri di sekitar area jahitan. 2. Riwayat

Kesehatan sekarang: mengeluhkan ada atau tidaknya

gangguan ketidaknyamanan. 3. Riwayat Kesehatan dahulu : pernahkah menderita

penyakit seperti

yang diderita sekarang, pernahkah dilakukan operasi. 4. Riwayat Kesehatan

Keluarga: adakah anggota keluarga yang

menderita tumor atau kanker terutama pada organ reproduksi. 5. Riwayat

obsetrikus, meliputi:

1. 2. 3. 4.

Menstruasi : menarche, lama, siklus, jumlah, warna dan bau. Riwayat

perkawinan : berapa kali menikah, usia pernikahan Riwayat persalinan Riwayat

KB

31

3. Pengkajian post operasi. 1. Kaji tingkat kesadaran 2. Ukur tanda –

tanda vital : tekanan darah, nadi, suhu, Respiration

Rate. 3. Auskultasi bunyi nafas 4. Kaji turgor kulit 5. Pengkajian

Abdomen

1.Inspeksi ukuran dan kontur abdomen 2.Auskultasi bising usus 3.Palpasi

terhadap nyeri tekan dan massa 4.Tanyakan tentang perubahan pola defekasi

5.Kaji status balutan

6. Kaji terhadap nyeri atau mual 7. Periksa laporan operasi terhadap tipe

anestesi yang diberikan dan

menanyakan lamanya dibawah anestesi. Penunjang

4. Data 1. Pemeriksaan laboratorium pemeriksaan darah lengkap (Hemoglobin,

hematokrit, lekosit) 2. Terapi : terapi yang diberikan post operasi baik injeksi

Page 7: anestesi apalah

maupun

peroral sesuai program dari dokter. 5. Perubahan Pola Fungsi

Data yang diperoleh dalam kasus kista ovarium menurut Doenges (2000) adalah

sebagai berikut :

32

1. Aktivitas / istirahat Gejala : kelemahan atau keletihan, adanya perubahan pola

istirahat dan jam kebiasaan tidur. Adanya faktor – faktor yang mempengaruhi

tidur, misal: ansietas, nyeri, keterbatasan, partisipasi dalam hobi dan latihan.

2. Makanan / cairan Gejala : mual atau muntah, anoreksia, perubahan pada berat

badan

3. Neurosensori Gejala : pusing

4. Nyeri / kenyamanan Gejala : tidak ada nyeri / derajat bervariasi, misalnya :

ketidaknyamanan ringan sampai berat (dihubungkaan dengan proses penyakit).

5. Eliminasi Gejala : Perubahan pada pola defekasi. Perubahan eliminasi urinarius

misalnya : nyeri atau rasa terbakar pada saat berkemih, hematuria. Tanda :

perubahan pada bising usus, distensi abdomen.

6. Pernapasan Gejala : Merokok, pemajanan abses.

7. Integritas Ego Gejala : Faktor stress dan cara mengatasi stress, masalah tentang

perubahan dalam penampilan insisi pembedahan, perasaan tidak berdaya, putus

asa, depresi, menarik diri.

33

8. Sirkulasi Gejala : palpitasi, nyeri dada perubahan pada tekanan darah.

9. Keamanan Gejala : pemadaman pada kimia toksik, karsinogen pemajanan

matahari lama, berlebihan, demam, ruam kulit/ ulserasi.

10. Seksualitas Gejala : perubahan pada tingkat kepuasan.

11. InteraksiSosial Gejala : ketidakadekuatan / kelemahan sistim pendukung,

riwayat perkawinan, masalah tentang fungsi (Doenges, 1999).

34

Pathways Keperawatan

Penyebab

Ketidakseimbangan esterogen dan progesterone Pertumbuhan folikel yang tidak

Page 8: anestesi apalah

terkontrol Degenerasi ovarium Gaya hidup tidak sehat (konsumsi

alcohol,merokok,kurang olahraga,dll)

- - - -

Ketamin

Anestesi disosiatif

Amnesia,analgesia

Kista Ovarium Ovarektomi

Anestesi

Kesadaran menurun

Gangguan fungsi neuron pada sel

Menghambat konsumsi oksigen

umum

Melalui intravena

Benzodiazepine Vehibulum

Anestesi Spinal

Luka operasi

Hilangnya kesadaran

Proses obat masuk

Pembuluh darah (otak)

Melalui rectum Tiopental

Melalui inhalasi

Fungsi otot pernafasan menurun

Pembuluh darah perifer

Vasokontriksi ekstremitas bawah

Curah jantung menurun

Hipotensi

Jaringan saraf terputus

Merangsang area sensorik

Nyeri

Daya tahan tubuh berkurang

Jaringan terbuka

Page 9: anestesi apalah

Port de entry

Resiko timggi infeksi

Perdarahan

Analgesik opoid

Halotan Curah jantung tidak

Zat beku darah berkurang

Trombosit turun

Hb menurun

Cairan dalam tubuh berkurang

Kelemahan fisik

Kurang perawatan diri

35

tidak ncer Iritasi luka

Resiko infeksi

Sirkulasi yang berat

Menghambat efek membrane eksitator

Sub type reseptor

Menekan pernafasan

Sesak nafas

Gangguan pola nafas

menurun

Hipotens i

Oksigen adekuat

Jalan nafas tidak adekuat

Sumber : Joyce,1996 dan Mochtar,2002

Kurangnya oksigen

Kelemahan

Intoleransi aktivitas

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Post Operasi

1. Risiko tinggi aspirasi berhubungan dengan tingkat kesadaran sekunder akibat :

Page 10: anestesi apalah

ansietas. (Carpenito, 2006) Tujuan : aspirasi tidak terjadi Kriteria hasil : individu

tidak mengalami aspirasi, mengungkapkan tindakan

yang untuk mencegah aspirasi.

Intervensi a. Kaji posisi lidah, pastikan bahwa lidah tidak ada yang jatuh ke

belakang, menyumbat jalan napas.

Rasional : memastikan tidak ada sumbatan jalan napas. b. Jaga bagian kepala

tempat tidur tetap tinggi, jika tidak ada

kontraindikasi. Rasional : mengoptimalkan pola napas jika tidak ada

kontraindikasi.

c. Pertahankan posisi berbaring miring jika tidak ada kontraindikasi. d.

Bersihkan sekresi dari mulut dan tenggorokan dengan tisu atau

penghisap dengan perlahan-lahan.

Rasional : membersihkan jalan napas, pola napas tetap normal. e. Anjurkan

pada keluarga untuk tidak memberikan minum saat klien

belum sadar penuh. Rasional : menghindari terjadinya aspirasi.

36

2.

Risiko tinggi cedera berhubungan dengan penurunan kesadaran. (Carpenito, 2006)

Tujuan

Kriteria Hasil

: individu menyatakan cedera lebih sedikit dan rasa takut cedera berkurang, cedera

tidak terjadi.

: mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi risiko cedera,

mengungkapkan maksud untuk melakukan tindakan pencegahan tertentu

(misalnya menggunakan kacamata untuk mengurangi silau), meningkatkan

aktivitas harian bila memungkinkan.

Intervensi : a. Awasi individu secara ketat selama beberapa malam pertama

untuk

menjaga keamanan.

Rasional : memantau aktivitas pasien. b. Ajarkan penggunaan kruk, tongkat dan

wolker.

Page 11: anestesi apalah

Rasional : membantu dalam aktivitas. Meringankan beban. c. Gunakan tempat

tidur yang rendah dengan pagar terpasang.

Rasional : memudahkan pasien untuk berpindah tempat dan

mencegah jatuh saat mobilisasi yang tidak disadari. d. Ciptakan lingkungan

yang aman : lantai kering tidak basah.

Rasional : mencegah agar tidak terpeleset dan jatuh. e. Letakkan pispot dekat

tempat tidur atau pispot kursi di depan

pasien.

37

3.

Rasional : mengurangi kelelahan dengan menghemat tenaga klien

untuk ke kamar mandi. Nyeri (akut) : nyeri abdomen berhubungan dengan insisi

pada abdomen.

(Doenges, 1999)

Tujuan : nyeri berkurang atau hilang. Kriteria Hasil : klien rileks, mampu

tidur atau istirahat dengan tepat. Intervensi

a. Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik nyeri, beratnya (0-10). Rasional :

perubahan pada karakteristik nyeri menunjukkan adanya masalah, memerlukan

evaluasi medik dan intervensi.

b. Pertahankan istirahat dengan posisi supinasi Rasional : menghilangkan

tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi telentang.

c. Anjurkan klien untuk mobilisasi dini. Rasional : meningkatkan normalisasi

fungsi organ, menurunkan ketidaknyamanan.

d. Ajarkan penggunaan manajemen nyeri (teknik relaksasi, distraksi). Misal

dengan latihan tarik napas dalam. Rasional : meningkatkan kontrol terhadap nyeri

dan meningkatkan partisipasi pasien secara aktif.

e. Berikan analgetik sesuai indikasi. Rasional : menghilangkan nyeri,

mempermudah kerja sama dengan terapi lain.

38

4. Kurang perawatan diri : personal hygiene berhubungan dengan kelemahan.

(Carpenito, 2006) Tujuan : klien dapat memenuhi kebutuhan personal hygiene

Page 12: anestesi apalah

secara

mandiri. Kriteria Hasil : ungkapkan rasa nyaman dan puas, melakukan kegiatan

perawatan diri sesuai kemampuan.

Intervensi a. Kaji derajat ketidakmampuan klien dalam melakukan kegiatan.

Rasional : mempengaruhi pemilihan intervensi yang tepat. b. Motivasi klien untuk

melakukan kegiatan kebersihan diri sesuai

kemampuan seperti gosok gigi. Rasional : mempertahankan pemenuhan

kebutuhan dasar klien, klien dapat ikut berpartisipasi dalam kegiatan perawatan

diri sesuai kemampuan.

c. Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan seperti : makan, mandi, personal

hygiene. Rasional : mempertahankan pemenuhan kebutuhan dasar klien.

5. Resiko infeksi berhubungan dengan invasi kuman sekunder terhadap

pembedahan.(Doenges, 1999) Tujuan : tidak terjadi infeksi

Kriteria hasil : meningkatnya penyembuhan luka dengan benar,bebas tanda

infeksi/inflamasi, drainase purulen,eritema,

dan demam.

39

Intervensi a. Awasi tanda – tanda vital

Rasional : dugaan adanya infeksi/terjadinya sepsis, abses. b. Lakukan pencucian

tangan dengan baik dan perawatan luka

aseptik.

Rasional : menurunkan resiko penyebaran bakteri. c. Lihat insisi dan balutan.

Rasional : memberikan deteksi dini terjadi proses infeksi, dan /atau

pengawasan penyembuhan. d. Berikan informasi yang tepat,jujur pada pasien dan

orang

terdekatnya. Rasional : pengetahuan tentang kemajuan situasi memberikan

dukungan emosi ,membantu menurunkan ansietas.

e. Berikan antibiotik sesuai indikasi. Rasional : mungkin diberikan secara

profilaktik atau menurunkan jumlah organisme (pada infeksi yang telah ada

sebelumnya) untuk menurunkan penyebaran dan pertumbuhannya.

f. Bantu irigasi dan drainase bila diperlukan. Rasional : dapat diperlukan untuk

Page 13: anestesi apalah

mengalirkan abses terlokalisir.

6. Resiko konstipasi berhubungan dengan pembedahan abdominal. (Carpenito,

2006)

Tujuan : tidak terjadi konstipasi.

Kriteria hasil : menunjukan bunyi bising usus / aktivitas peristaltik usus aktif,

mempertahankan pola eliminasi biasanya

40

Intervensi a. Auskultasi bising usus

Rasional : indikator adanya perbaikan ileus, mempengaruhi pilihan intervensi.

b. Bantu pasien untuk duduk pada tepi tempat tidur dan berjalan.

Rasional : ambulasi dini membantu merangsang fungsi intestinal dan

mengembalikan peristaltik.

c. Dorong pemasukan cairan adekuat,termasuk sari buah, bila pemasukan peroral

dimulai.

d. Berikan rendam duduk.

Rasional : meningkatkan relaksasi otot, minimalkan

ketidaknyamanan.

e. Batasi pemasukan oral sesuai indikasi.

Rasional : mencegah mual /muntah sampai peristaltic kembali ( 1- 2 hari)

f. Berikan obat, contoh pelunak feses,minyak mineral, laksatif sesuai indikasi.

Rasional : meningkatkan pembentukan / pasase pembentuk feses.

7. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan mual muntah,intake nutrisi.(Doenges, 1999)

Tujuan : nutrisi dapat terpenuhi

41

Kriteria hasil : mendemonstrasikan pemeliharaan / kemajuan

penambahan berat badan yang diinginkan dengan normalisasi nilai laboratorium,

tak ada tanda – tanda malnutrisi.

Intervensi

a. Tinjau faktor – faktor individual yang mempengaruhi kemampuan untuk

mencerna / makan makanan, missal : status puasa, mual, ileus paralitik setelah

Page 14: anestesi apalah

selang dilepaskan.

Rasional : mempengaruhi pilihan intervensi

b. Timbang berat badan sesuai indikasi. Catat masukan dan pengeluaran.

Rasional : mengidentifikasikan status cairan serta memastikan kebutuhan

metabolik.

c. Auskultasi bising usus Rasional : menentukan kembalinya peristaltik.

d. Berikan cairan 1V, misalnya : albumin, lipid, elektrolit. Suplemen vitamin

dengan perhatian tertentu terhadap vitamin K,secara parental. Rasional :

memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit. Menggunakan katartik

praoperasi ( persiapan usus) dapat mengurangi suplemen vitamin dan atau

masalah usus dapat menghambat absorbs vitamin.

42

8.

e. Berikan obat – obatan sesuai indikasi : antiematik,missal proklorpromazin.

Rasional : mencegah muntah.

Kurang pengetahuan tentang penyakit yang diderita berhubungan dengan kurang

informasi.

Tujuan Kriteria hasil

: klien dapat mendapat informasi yang benar.

: klien dapat berpratisipasi dalam program pengobatan,mengungkapkan

pemahaman informasi.

Intervensi a. Kaji pengetahuan klien tentang penyakit yang diderita

Rasional : memvalidasi tingkat pemahaman saat ini,

mengidentifikasi kebutuhan belajar.

b. Berikan informasi tentang penyakit yang diderita dengan bahasa yang jelas dan

mudah dimengerti.

Rasional : memberikan pengetahuan dimana klien dapat kooperatif dan

memudahkan untuk mengingat informasi yang diberikan.

c. Dorong partisipasi keluarga dalam perawatan Rasional : membantu

penanganan dan perawatan pasien.

43