anemia adalah penurunan kemampuan darah mengangkut oksigen.docx

19
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Anemia adalah penurunan kemampuan darah mengangkut oksigen, biasanya akibat penurunan massa SDM total dalam sirkulasi sampai dibawah kadar normal. Hal ini tercermin dalam konsentrasi hematokrit (Ht), Hemoglobin (Hb), dan jumlah eritrosit dalam darah yang subnormal. Gangguan sel darah merah (SDM) biasanya menyebabkan beberapa bentuk anemia atau kadang- kadang eritrositosis (yaitu peningkatan jumlah sel darah merah). Dengan demikian anemia bukanlah suatu diagnosis melainkan suatu cerminan perubahan patofisiologik yang mendasar yang diuraikan melalui anamnesis yang seksama, pemeriksaan fisik, dan konfirmasi laboraturium. Anemia terjadi akibat perdarahan atau peningkatan destruksi atau produksi SDM yang berkurang. Karena jumlah efektif sel darah merah berkurang, maka lebih sedikit O2 yang dikirimkan ke jaringan. Kehilangan darah yang mendadak (30% atau lebih), seperti pada perdarahan, menimbulkan simtomatoogi sekunder hipovolemia dan hipoksemia. Namun pengurangan hebat massa sel darah merah dalam waktu beberapa bulan (walaupun pengurangannya 50%) memungkinkan mekanisme kompensasi tubuh untuk menyesuaikan diri, dan biasanya penderita asimtomatik, kecuali pada kerja jasmani berat. Tanda-tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia adalah : 1

Upload: sriwiie-narni

Post on 24-Oct-2015

20 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Anemia adalah penurunan kemampuan darah mengangkut oksigen.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Anemia adalah penurunan kemampuan darah mengangkut oksigen, biasanya akibat

penurunan massa SDM total dalam sirkulasi sampai dibawah kadar normal. Hal ini tercermin

dalam konsentrasi hematokrit (Ht), Hemoglobin (Hb), dan jumlah eritrosit dalam darah yang

subnormal. Gangguan sel darah merah (SDM) biasanya menyebabkan beberapa bentuk

anemia atau kadang-kadang eritrositosis (yaitu peningkatan jumlah sel darah merah). Dengan

demikian anemia bukanlah suatu diagnosis melainkan suatu cerminan perubahan

patofisiologik yang mendasar yang diuraikan melalui anamnesis yang seksama, pemeriksaan

fisik, dan konfirmasi laboraturium.

Anemia terjadi akibat perdarahan atau peningkatan destruksi atau produksi SDM yang

berkurang. Karena jumlah efektif sel darah merah berkurang, maka lebih sedikit O2 yang

dikirimkan ke jaringan. Kehilangan darah yang mendadak (30% atau lebih), seperti pada

perdarahan, menimbulkan simtomatoogi sekunder hipovolemia dan hipoksemia. Namun

pengurangan hebat massa sel darah merah dalam waktu beberapa bulan (walaupun

pengurangannya 50%) memungkinkan mekanisme kompensasi tubuh untuk menyesuaikan

diri, dan biasanya penderita asimtomatik, kecuali pada kerja jasmani berat.

Tanda-tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia adalah :

1. kelelahan, lemah, pucat, dan kurang bergairah

2. sakit kepala, dan mudah marah

3. tidak mampu berkonsentrasi, dan rentan terhadap infeksi

4. Angina pektoris

5. Payah jantung

6. Koma

7. Palpitasi

8. Nafas sesak

9. Letargi/mengantuk

10. Nafsu makan menurun

1

Page 2: Anemia adalah penurunan kemampuan darah mengangkut oksigen.docx

11. Pada anemia yang kronis menunjukkan bentuk kuku seperti sendok dan rapuh, pecah-

pecah pada sudut mulut, lidah lunak dan sulit menelan.

Karena faktor-faktor seperti pigmentasi kulit, suhu dan kedalaman serta distribusi

kapiler mempengaruhi warna kulit, maka warna kulit bukan merupakan indeks pucat yang

dapat diandalkan. Warna kuku, telapak tangan, dan membran mukosa mulut serta konjungtiva

dapat digunakan lebih baik guna menilai kepucatan.

Takikardia dan bising jantung (suara yang disebabkan oleh kecepatan aliran darah

yang meningkat) menggambarkan beban kerja dan curah jantung yang meningkat. Angina

(sakit dada), khususnya pada penderita yang tua dengan stenosis koroner, dapat diakibatkan

karena iskemia miokardium. Pada anemia berat, dapat menimbulkan payah jantung kongesif

sebab otot jantung yang kekurangan oksigen tidak dapat menyesuaikan diri dengan beban

kerja jantung yang meningkat. Dispnea (kesulitan bernafas), nafas pendek, dan cepat lelah

waktu melakukan aktivitas jasmani merupakan manifestasi berkurangnya pengiriman O2.

Sakit kepala, pusing, kelemahan dan tinnitus (telinga berdengung) dapat menggambarkan

berkurangnya oksigenasi pada susunan saraf pusat. Pada anemia, dapat juga timbul gejala

saluran cerna yang umumnya berhubungan dengan keadaan defisiensi. Gejala-gejala ini

adalah anoreksia, nausea, konstipasi atau diare dan stomatitis (sariawan lidah dan mulut).

1.2 Tujuan

1.2.1 Untuk dapat menegakkan diagnose utama dari sekenario

1.2.2 Menjelaskan fisiologi dan patofisiologi sel-sel yang berkaitan dengan penyakit

yang diderita pasien.

1.2.3 Memahami mekanisme gejala yang ditimbulkan terhadap penyakit tersebut.

1.2.4 Megetahui manfaat dilkakukannya pemeriksaan fisik dan test laboratorium

terhadap diagnosis yang diperoleh.

1.2.5 Mengetahui penatalaksanaan terhadap penyakit tersebut.

1.3 Manfaat

1.3.1 Untuk dapat menerapkan terapi dan/atau pengobatan yang tepat pada pasien .

1.3.2 Untuk dapat menganalisis penyakit yang berkaitan dengan heme.

1.3.3 Untuk dapat membaca dan mengaitkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik,

dan hasil laboratorium dengan diagnosis penyakit.

1.3.4 Untuk dapat memberikan penatalaksanaan yang tepat dari penyakit yang

didiagnosis.

2

Page 3: Anemia adalah penurunan kemampuan darah mengangkut oksigen.docx

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 LANDASAN TEORI

Zat besi merupakan unsur kelumit (trace element) terpenting bagi manusia. Besi

dengan konsentrasi tinggi terdapat dalam sel darah merah, yaitu sebagai bagian dari molekul

hemoglobin yang menyangkut oksigen dari paru–paru. Hemoglobin akan mengangkut

oksigen ke sel–sel yang membutuhkannya untuk metabolisme glukosa, lemak dan protein

menjadi energi (ATP). Besi juga merupakan bagian dari sistem enzim dan mioglobin, yaitu

molekul yang mirip Hemoglobin yang terdapat di dalam sel–sel otot. Mioglobin akan

berkaitan dengan oksigen dan mengangkutnya melalui darah ke sel–sel otot. Mioglobin yang

berkaitan dengan oksigen inilah menyebabkan daging dan otot–otot menjadi berwarna

merah. Di samping sebagai komponen Hemoglobin dan mioglobin, besi juga merupakan

komponen dari enzim oksidase pemindah energi, yaitu : sitokrom paksidase, xanthine

oksidase, suksinat dan dehidrogenase, katalase dan peroksidase.

Zat besi dalam tubuh terdiri dari dua bagin, yaitu yang fungsional dan yang reserve

(simpanan). Zat besi yang fungsional sebagian besar dalam bentuk Hemoglobin (Hb),

sebagian kecil dalam bentuk myoglobin, dan jumlah yang sangat kecil tetapi vitl adalah hem

enzim dan non hem enzim zat besi yang ada dalam bentuk reserve tidak mempunyai fungsi

fisiologi selain daripada sebagai buffer yaitu menyediakan zat besi kalau dibutuhkan untuk

kompartmen fungsional. Apabila zat besi cukup dalam bentuk simpanan, maka kebutuhan

akan eritropoiesis (pembentukan sel darah merah) dalam sumsum tulang akan selalu

terpenuhi. Dalam keadaan normal, jumlah zat besi dalam bentuk reserve ini adalah kurang

lebih seperempat dari total zat besi yang ada dalam tubuh. Zat besi yang disimpan sebagai

reserve ini, berbentuk feritin dan hemosiderin, terdapat dalam hati, limpa, dan sumsum

tulang. Dan apabila seseorang mengalami defisiensi zat besi menyebabkan kebutuhan akan

eritropoiesis (pembentukan sel darah merah) dalam sumsum tulang tidak terpenuhi dimana

sum-sum tulang tidak dapat membentuk sel-sel darah merah yang diperlukan oleh tubuh,

keadaan ini disebut dengan anemia defisiensi besi.

3

Page 4: Anemia adalah penurunan kemampuan darah mengangkut oksigen.docx

2.2 SKENARIO2.3 RUMUSAN MASALAH

1. Menentukan diagnosa pembanding skenario tersebut !

2. Menentukan diagnosa skenario tersebut !3. Apa penyebab dari penyakit tersebut?4. Bagaimana patofisiologi dan etimologi dan penatalaksanaan penyakit tersebut ?

2.4 TERMINOLOGI

4

Page 5: Anemia adalah penurunan kemampuan darah mengangkut oksigen.docx

2.5 BAHASAN PERMASALAHAN

2.5.1 Diagnosa banding: anemia defisiensi besi dan talasemia

Keluhan Asam folat Anemia Defisiensi Fe

Lemah + +Vegetarian + -Diet + -Mimisan + -Gusi berdarah + +Memar + +Hematochezia + +Melena + -Hematuria + +Gagal hati + -Sakit kuning + -Tinja berwarna pucat + -Urin gelap + -Merokok + -Minum alkohol + -Hb 6,5 normal NormalMcV 64,6 Tidak normal ↓ Normal ↓McHc 29, 9 Tidak normal ↑Sel sigaret - +Stomatosit + -Ovanosit - +

2.5.2 Diagnosa utama dari sekenario ini adalah ANEMIA DEFISIENSI BESI

Dengan adanya diagnose banding kemudian dilengkapi dengan pemeriksaan fisik

dan pemeriksaan laboratorium yang ad maka anak tersebut terdiagnosa penyakit

anemia defisiensi besi.

3.1 DEFINISI

Anemia Defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam

darah,artinya konsentrasi hemoglobin dalam darah berkurang karena terganggunya

pembentukan sel-sel darah merah akibat kurangnya kadar zat besi dalam darah. Jika

simpanan zat besi dalam tubuh seseorang sudah sangat rendah berarti orang tersebut

mendekati anemia walaupun belum ditemukan gejala-gejala fisiologis. Simpanan zat besi

yang sangat rendah lambat laun tidak akan cukup untuk membentuk sel-sel darah merah di

dalam sumsum tulang sehingga kadar hemoglobin terus menurun di bawah batas normal,

keadaan inilah yang disebut anemia gizi besi.

5

Page 6: Anemia adalah penurunan kemampuan darah mengangkut oksigen.docx

Menurut Evatt, anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh

berkurangnya cadangan besi tubuh. Keadaan ini ditandai dengan menurunnya saturasi

transferin, berkurangnya kadar feritin serum atau hemosiderin sumsum tulang. Secara

morfologis keadaan ini diklasifikasikan sebagai anemia mikrositik hipokrom disertai

penurunan kuantitatif pada sintesis hemoglobin. Defisiensi besi merupakan penyebab utama

anemia. Wanita usia subur sering mengalami anemia, karena kehilangan darah sewaktu

menstruasi dan peningkatan kebutuhan besi sewaktu hamil.

Patofisiologi Anemia Defisiensi Zat Besi

Zat besi diperlukan untuk hemopoesis (pembentukan darah) dan juga diperlukan oleh

berbagai enzim sebagai faktor penggiat. Zat besi yang terdapat dalam enzim juga diperlukan

untuk mengangkut elektro (sitokrom), untuk mengaktifkan oksigen (oksidase dan

oksigenase). Defisiensi zat besitidak menunjukkan gejala yang khas (asymptomatik) sehingga

anemia pada balita sukar untuk dideteksi.

Tanda-tanda dari anemia gizi dimulai dengan menipisnya simpanan zat besi (feritin)

dan bertambahnya absorbsi zat besi yang digambarkan dengan meningkatnya kapasitas

pengikatan besi. Pada tahap yang lebih lanjut berupa habisnya simpanan zat besi,

berkurangnya kejenuhan transferin, berkurangnya jumlah protoporpirin yang diubah menjadi

heme, dan akan diikuti dengan menurunnya kadar feritin serum. Akhirnya terjadi anemia

dengan cirinya yang khas yaitu rendahnya kadar Rb (Gutrie, 186:303).

Bila sebagian dari feritin jaringan meninggalkan sel akan mengakibatkan konsentrasi

feritin serum rendah. Kadar feritin serum dapat menggambarkan keadaan simpanan zat besi

dalam jaringan. Dengan demikian kadar feritin serum yang rendah akan menunjukkan orang

tersebut dalam keadaan anemia gizi bila kadar feritin serumnya <12 ng/ml. Hal yang perlu

diperhatikan adalah bila kadar feritin serum normal tidak selalu menunjukkan status besi

dalam keadaan normal. Karena status besi yang berkurang lebih dahulu baru diikuti dengan

kadar feritin. Diagnosis anemia zat gizi ditentukan dengan tes skrining dengan cara mengukur

kadar Hb, hematokrit (Ht), volume sel darah merah (MCV), konsentrasi Hb dalam sel darah

merah (MCH) dengan batasan terendah 95% acuan (Dallman,1990).

Etiomologi Anemia Defisiensi Besi

Penyebab Anemia Defisiensi Besi adalah :

6

Page 7: Anemia adalah penurunan kemampuan darah mengangkut oksigen.docx

1. Asupan zat besi

Rendahnya asupan zat besi sering terjadi pada orang-orang yang mengkonsumsi

bahan makananan yang kurang beragam dengan menu makanan yang terdiri dari nasi,

kacang-kacangan dan sedikit daging, unggas, ikan yang merupakan sumber zat besi.

Gangguan defisiensi besi sering terjadi karena susunan makanan yang salah baik jumlah

maupun kualitasnya yang disebabkan oleh kurangnya penyediaan pangan, distribusi makanan

yang kurang baik, kebiasaan makan yang salah, kemiskinan dan ketidaktahuan.

2. Penyerapan zat besi

Diet yang kaya zat besi tidaklah menjamin ketersediaan zat besi dalam tubuh karena

banyaknya zat besi yang diserap sangat tergantung dari jenis zat besi dan bahan makanan

yang dapat menghambat dan meningkatkan penyerapan besi.

3. Kebutuhan meningkat

Kebutuhan akan zat besi akan meningkat pada masa pertumbuhan seperti pada bayi,

anak-anak, remaja, kehamilan dan menyusui. Kebutuhan zat besi juga meningkat pada kasus-

kasus pendarahan kronis yang disebabkan oleh parasit.

4. Kehilangan zat besi

Kehilangan zat besi melalui saluran pencernaan, kulit dan urin disebut kehilangan zat

besi basal. Pada wanita selain kehilangan zat besi basal juga kehilangan zat besi melalui

menstruasi. Di samping itu kehilangan zat besi disebabkan pendarahan oleh infeksi cacing di

dalam usus.

Gejala Klinik

Ada banyak gejala dari anemia, setiap individu tidak akan mengalami seluruh gejala

dan apabila anemianya sangat ringan, gejalanya mungkin tidak tampak. Beberapa gejalanya

antara lain; warna kulit yang pucat, mudah lelah, peka terhadap cahaya, pusing, lemah, nafas

pendek, lidah kotor, kuku sendok, selera makan turun, sakit kepala (biasanya bagian frontal).

Defisiensi zat besi mengganggu proliferasi dan pertumbuhan sel. Yang utama adalah sel dari

sum-sum tulang, setelah itu sel dari saluran makan. Akibatnya banyak tanda dan gejala

anemia defisiensi besi terlokalisasi pada sistem organ ini:

o Glositis ; lidah merah, bengkak, licin, bersinar dan lunak, muncul secara sporadis.

7

Page 8: Anemia adalah penurunan kemampuan darah mengangkut oksigen.docx

o Stomatitis angular ; erosi, kerapuhan dan bengkak di susut mulut.

o Atrofi lambung dengan aklorhidria ; jarang

o Selaput pascakrikoid (Sindrom Plummer-Vinson) ; pada defisiensi zat besi jangka panjang.

o Koilonikia (kuku berbentuk sendok) ; karena pertumbuhan lambat dari lapisan kuku.

o Menoragia ; gejala yang biasa pada perempuan dengan defisiensi besi.

Satu gejala aneh yang cukup karakteristik untuk defisiensi zat besi adalah Pica,

dimana pasien memiliki keinginan makan yang tidak dapat dikendalikan terhadap bahan

seperti tepung (amilofagia), es (pagofagia), dan tanah liat (geofagia). Beberapa dari bahan ini,

misalnya tanah liat dan tepung, mengikat zat besi pada saluran makanan, sehingga

memperburuk defisiensi. Konsekuensi yang menyedihkan adalah meningkatnya absorpsi

timbal oleh usus halus sehingga dapat timbul toksisitas timbal disebabkan paling sedikit

sebagian karena gangguan sintesis heme dalam jaringan saraf, proses yang didukung oleh

defisiensi zat besi.

Akibat Anemia Defisiensi Besi

Akibat-kibat yang merugikan kesehatan pada individu yang menderita anemi gizi besi :

1. Bagi bayi dan anak (0-9 tahun)

a. Gangguan perkembangan motorikdan koordinasi.

b. Gangguan perkembangan dan kemampuan belajar.

c. Gangguan pada psikologis dan perilaku

2. Remaja (10-19 tahun)

a. Gangguan kemampuan belajar

b. Penurunan kemampuan bekerja dan aktivitas fisik

c. Dampak negatif terhadap sistem pertahanan tubuh dalam melawan penyakit

infeksi

3. Orang dewasa pria dan wanita

a. Penurunan kerja fisik dan pendapatan.

b. Penurunan daya tahan terhadap keletihan

4. Wanita hamil

a. Peningkatan angka kesakitan dan kematian ibu

b. Peningkatan angka kesakitan dan kematian janin

8

Page 9: Anemia adalah penurunan kemampuan darah mengangkut oksigen.docx

c. Peningkatan resiko janin dengan berat badan lahir rendah

Pencegahan dan Pengobatan Anemia Defisiensi Besi

Upaya yang dilakukan dalam pencegahan dan penanggulangan anemia :

a) Suplementasi tabet Fe

b) Fortifikasi makanan dengan besi

c) Mengubah kebiasaan pola makanan dengan menambahkan konsumsi pangan yang

memudahkan absorbsi besi seperti menambahkan vitamin C.

d) Penurunan kehilangan besi dengan pemberantasan cacing.Dalam upaya mencegah dan

menanggulangi anemia adalah dengan mengkonsumsi tablet tambah darah. Telah

terbukti dari berbagai penelitian bahwa suplementasi, zat besi dapat meningkatkan

kada Hemoglobin.

e) Pengobatan Anemia Defisiensi Besi. Sejak tahun 1997 pemerintah telah merintis

langkah baru dalam mencegah dan menanggulangi anemia, salah satu pilihannya

adalah mengkonsumsi tablet tambah darah. Telah terbukti dari berbagai peneltian

bahwa suplemen zat besi dapat meningkatkan hemoglobin.

TERAPI

Defisiensi zat besi berespons sangat baik terhadap pemberian obat oral seperti garam

besi (misalnya sulfas ferosus) atau sediaan polisakarida zat besi (misalnya polimaltosa

ferosus). Terapi zat besi yang dikombinasikan dengan diit yang benar untuk meningkatkan

penyerapan zat besi dan vitamin C sangat efektif untuk mengatasi anemia defisiensi besi

karena terjadi peningkatan jumlah hemoglobin dan cadangan zat besi. CDC

merekomendasikan penggunaan elemen zat besi sebesar 60 mg, 1-2 kali perhari bagi remaja

yang menderita anemia. Contoh dari suplemen yang mengandung zat besi dan kandungan

elemen zat besi dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Supplement Total iron (mg) Elemental iron (mg)

Ferrous sulfate 324 66

Ferrous gluconate 325 36

9

Page 10: Anemia adalah penurunan kemampuan darah mengangkut oksigen.docx

Feostat chewable 100 33

Feostat liquid 100 33/5 ml

Slow Fe 160 50

Fe 50 extended release 160 50

Ferro-Sequels timed release 50 50

Feosol caplets 50 50

Sumber: Drug facts and comparisons. St. Louis, MO: Facts and Comparisons, 1998

Zat besi paling baik diabsorpsi jika dimakan diantara waktu makan. Sayangnya,

ketidaknyamanan abdominal, yang ditandai dengan kembung, rasa penuh dan rasa sakit yang

kadang-kadang, biasanya muncul dengan sediaan besi ini. Tetapi resiko efek samping ini

dapat dikurangi dengan cara kenaikkan dosis secara bertahap, menggunakan zat besi dosis

rendah, atau menggunakan preparat yang mengandung elemen besi yang rendah, salah

satunya glukonat ferosus. Kompleks polisakarida zat besi seringkali lebih berhasil

dibandingkan dengan garam zat besi, walaupun kenyataannya tablet tersebut mengandung

150 mg elemen zat besi. Campuran vitamin yang mengandung zat besi biasanya harus

dihindari, karena sediaan ini mahal dan mengandung jumblah zat besi yang suboptimal.

Retikulositosis dimulai 3-4 hari setelah inisiasi terapi zat besi, dengan puncaknya sekitar 10

hari. Pasien dapat tidak berespon dengan penggantian zat besi sebagai akibat dari:

a) Diagnosis yang tidak benar.

b) Tidak patuh.

c) Kehilangan darah melampaui kecepatan penggantian.

d) Supresi sum-sum tulang oleh tumor, radang kronik, dll.

e) Malabsorpsi, sangat jarang akan tetapi jika terjadi, diperlukan penggantian zat besi

parenteral. Kompleks dekstran-zat besi dapat digunakan melalui suntikan im setelah

tes dengan dosis 25 mg untuk reaksi alergi.

10

Page 11: Anemia adalah penurunan kemampuan darah mengangkut oksigen.docx

100 mg dekstran-zat besi, per sesi terapi. Pemberian dapat diulang

setiap minggu sampai cadangan zat besi terpenuhi. Traktus Z sebaiknya

digunakan pada suntikan untuk mencegah mengembunnya gabungan

tersebut kedalam dermis, yang dapat menghasilkan pewarnaan kulit yang

tidak dapat dihilangkan.

Pemberian secara iv dapat dilakukan pada pasien yang tidak dapat

menerima suntikan im atau yang memerlukan koreksi defisiensi zat besi

lebih cepat. Pendekatan yang paling nyaman adalah dengan

mengencerkan 500 mg campuran tersebut kedalam 100 ml cairan salin

steril dan memasukkan dosis percobaan sebanyak 1 ml. Jika tidak terjadi

reaksi alergi, sisa solusi dapat diberikan dalam 2 jam. Pemberian iv

sampai 4 g zat besi dalam satu keadaan memungkinkan mengalami

artralgia, menggigil dan demam yang tergantung dari dosis yang

diberikan dan dapat berlangsung sampai beberapa hari setelah infus.

Zat besi-dekstran harus digunakan secara hemat, jika perlu, pada semua pasien

dengan artritis reumatoid, karena gejala tersebut secara nyata dipacu oleh penyakit ini. Obat

anti inflamasi non steroid biasanya mengatur gejala tersebut.

Anafilaksis, komplikasi serius penggunaan zat besi-dekstran, jarang muncul. Jika

gejala awal muncul, infus dihentikan dan perbaikan keadaan dengan benadril dan epinefrin

dapat dimulai. Jumlah zat besi yang diperlukan untuk penggantian dapat dihitung dari defisit

massa sel darah merah, dengan tambahan 1000 mg untuk mengganti cadangan tubuh.

Transfusi darah jarang diperlukan kecuali untuk pasien dengan anemia defisiensi zat besi

yang berat yang mengancam fungsi kardiovaskular atau cerebrovaskular.

11

Page 12: Anemia adalah penurunan kemampuan darah mengangkut oksigen.docx

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Zat besi di dalam tubuh sangat diperlukan dalam pembentukan sel-sel darah merah untuk

tranportasi oksigen dan nutrisi sehingga metabolisme tubuh dapat berlangsung dengan

normal. Namun apabila kebutuhan zat besi tidak terpenuhi akan menyebabkan anemia,

karena tubuh tidak dmemproduksi sel-sel darah merah sehingga metabolisme tubuh

terganggu. Dan kekurangan zat besi di dalam tubuh inilah yang disebut dengan anemia

defisiensi besi.

12

Page 13: Anemia adalah penurunan kemampuan darah mengangkut oksigen.docx

DAFTAR PUSTAKA

1. Putra, Sukman Sukman Tulus. 2006. Buku Ajar Hematologi-Onkologi

Anak. Jakarta;Ikatan Dokter Anak Indonesia

2. Price, Sylvia A.2012.Patofisiologi. Jakarta; EGC

3. Kumar, Vinay, Ramzi S. Cotran dan Stanley L. Robbins.2011.Buku Ajar

Patologi. Jakarta;EGC

4. Block, Annemarie W., dkk.2012.Kamus Kedokteran Dorlan.

Jakarta;EGC

5. Trjokroprawira, Askandar. 2007. Ilmu Penyakit Dalam. Universitas

Airlangga; Surabaya

6. Harrison, Isselbacher, Braunwald, Wilson, Martin, Fauci, Kasper; PRINSIP-PRINSIP

ILMU PENYAKIT DALAM edisi 13, volume 3; 1919-1921; penerbit buku kedokteran

EGC.

13