anatomi organ terkait

9
Anatomi organ terkait Bagian-bagiannya: 1 . Hipokondriak kanan 2 . Epigastrik 3. Hipokondriak kiri Lobus kanan hati Kandung empedu Sebagian duodenum Fleksura hepalik pada kolon Seperdua atas ginjal kanan Kelenjar suprarenal Aorta Ujung pilorik lambung Pankreas Sebagian hati Lambung Limpa Ekor pankreas Fleksura splenik pada kolon Seperdua atas ginjal kiri Kelenjar suprarenal 4 Lumbal kanan 5 Umbilikal 6. Lumbal kiri

Upload: gnaa-puspita-sari-pangeran

Post on 14-Nov-2015

40 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

anatomi

TRANSCRIPT

Anatomi organ terkait

Bagian-bagiannya:1.

Hipokondriak kanan2.

Epigastrik

3.Hipokondriak kiri

Lobus kanan hati Kandung empedu Sebagian duodenum Fleksura hepalik pada kolon Seperdua atas ginjal kanan Kelenjar suprarenal

Aorta Ujung pilorik lambung Pankreas Sebagian hati Lambung Limpa Ekor pankreas Fleksura splenik pada kolon Seperdua atas ginjal kiri Kelenjar suprarenal

4.Lumbal kanan5.Umbilikal

6.Lumbal kiri

Kolonasenden Seperdua bawah ginjal kanan Sebagian duodenum dan yeyenum.

Omentum Masenter Bagian bawah duodenum Sebagian yeyenum dan ileum Kolon desenden Seperdua bawah ginjal kiri Sebagian yeyenum dan ileum

7.Ilium kanan

8.Hipogastrum

9.Ilium kiri

Sekum Apendiks Ujung bawah ilium Ureter kanan Saluran sperma kanan Ovarium kanan

Ileum Kandung kemih Uterus Kolon sigmoid Ureter kiri Saluran sperma kiri Ovarium kiri

KOLESISTITIS (Radang Kandung Empedu)

A. Pengertian - Kolesistitis adalah inflamasi kandung empedu - Kolesistitis adalah inflamasi dinding kandung empedu yang disertai keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan panas badan- Kolesistitis adalah radang kandung empedu yang merupakan reaksi inflamasi akut dinding kandung empedu disertai keluhan nyeri keluhan perut kanan atas, nyeri tekan dan panas badanB. Etiologi Penyebab terjadinya kolesistitis adalah statis cairan empedu, infeksi kuman dan iskemia dinding kandung empedu. Bagaimana stasis di duktus sistitis dapat menyebabkan kolesistitis dalam belum jelas. Banyak factor yang berpengaruh seperti kepekatan cairan empedu, kolesterol, lisolesitin dan prostaglandin yang merusak lapisan mukosa dinding kandung empedu diikuti oleh reaksi inflamasi dan supurasi.Selain factor-faktor di atas kolesistitis dapat terjadi juga pada pasien yang dirawat cukup lama dan mendapat nutrisi secara parentesal pada sumbatan karena keganasan kandung empedu, batu disaluran emepedu atau merupakan salah satu komplikasi penyakit lain seperti demam tipoid dan IOM C. Klasifikasi Kolesistitis Jenis kolesistitis dapat dibagi menjadi 2 menurut waktu timbulnya penyakit, yaitu: 1. Kolesistitis KalkulusTerdapat pada lebih dari 90% pasien kolesistitis akut. Pada kolesistitis kalkulus, batu kandung emepdu menyumbat saluran keluar empedu. Getah emedu yang tetap berada pada kandung empedu akan menimbulkan suatu reaksi kimia: terjadi otolisis serta edema, dan pembuluh darah dalam kandung empedu akan terkompresi sehingga suplay vaskulernya terganggu. Sebagai konsekuensinya dapat terjadi gangrene pada kandung empedu disertai perforasi. Bakteri kurang berperan dalam kolesistitis akut, meskipun demikian, infeksi sekunder oleh E. coli dan kuman enteric lainnya terjadi pada sekitar 40% pasien. 2. Kolesistitis Akalkulus Merupakan inflamasi kandung empedu akut tanpa adanya obstruksi oleh batu emped. Kolesistitis akulkulus timbul sesudah tindakan bedah mayor trauma brat atau luka baker. Factor-faktor lain yang berkaitan dengan tipe kolesistitis ini mencangkup obstruksi duktus sistikus akibat terinfeksi primer bacterial pada kandung empedu dan tranfusi darah yang dilakukan berkali-kali kolesistitis akalkulus diperkirakan terjadi akibat visceral. Kejadiannya yang menyertai tindakan bedah mayor atau trauma mempersulit penegakan diagnosis keadaan ini.

D. Tanda dan Gejala Tanda dan gejala untuk kolesistitis akut adalah nyeri perut kanan atas serta kenaikan panas tubuh. Kadang-kadang rasa sakit menjalar ke pundak / scapula kanan dan dapat berlangsung selama 60 menit tanpa reda. Pada pemeriksaan fisi teraba masa kandung empedu, nyeri tekan. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya leukosistesis serta kemungkinan peninggalan serum transaminase dan fostatase alkali.

E. Pathofisiologi Ada 2 tipe utama batu empedu: batu yang terutama tersusun dari pigmen dan batu yang terutama tersusun dari kolesterol. Batu pigmen kemungkinan akan terbentuk bila pigmen yang tak terkontinyugasi dalam emepdi mengadakan presipitasi (pengendapan) sehingga terjadi batu. Batu ini bertanggung jawab atas sepertiga dari pasien-pasien batu empedu di Amerika Serikat. Resiko terbentuknya batu semacam ini semakin besar pada pasien sirosis, hemolisis dan infeksi percabangan bilier. Batu ini tidak dapat dilarutkan dan harus dikeluarkan dengan jalan operasi. Batu kolesterol bertanggung jawab atas sebagian besar kasus yaitu emedu lainnya di Amerika Serikat. Kolesterol yang merupakan unsure normal pembentuk empedu bersifat tidak larut dalam air. Kelarutannya bergantung pada asam-asam empedu dan lesitin (fosfolipid) dalam empedu. Pada pasien yang cenderung menderita batu empedu akan terjadi penurunan sintosis asam empedu dan peningkatan sintesis kolesterol dalam hati : keadaan ini mengakibatkan supersaturasi getah empedu oleh kolesterol yang kemudian keluar dari getah empedu, mengendap dan membentuk batu. Getah empedu yang jenuh oleh kolesterol merupakan predisposisi untuk timbulnya batu empedu dan berperan sebagai irisan yang meyebabkan peradangan dalam kandung empedu.

F. Test diagnostic Pemeriksaan untuk mengetahui adanya radang pada kandung empedu atau kolesistitis adalah : 1. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)Sebaiknya dilakukan secara rutin dan sangat bermanfaat untuk memperlihatkan besar, bentuk, penebalan dinding kandung empedu, batu dan saluran empedu ekstra hepatic. Nilai kepekatan dan ketetpatan USG mencapai 90 95%. 2. Skintigrafi saluran empedu Mempergunakan zat radioaktif HIDA atau ggn TC6 Iminodiaretic acid mempunyai niai sedikit lebih rendah dari USG tapi teknik ini tidak mudah. Terlihatnya gambaran duktus koledokus tenpa adanya gambaran kandung empedu pada pemeriksaan kolesistografi oral atau scintigrafi sangat menyokong kolesistitis akut. 3. Pemeriksaan CT scan abdomen. Kurang sensitive dan biayanya mahal tapi mampu memperlihatkan adanya abses perikolestik yang masih kecil yang mungkin tidak terlihat pada pemeriksaan USG.

G. Penatalaksaan 1. Penatalaksanaan penduung dan diet Istirahat yang cukup Intervensi bedah harus ditunda sampai gejala akut mereda. Berikan diit makanan cair rendah lemak dan karbohidrat Pemberian buah yang masak, nasi / ketela, daging tanpa lemak, kentang yang dilumatkan, sayuran yang tidak membentuk gas, roti,kopi atau teh. Hindari telur, krim, daging babi, gorengan, keju dan bubu-bumbu berlemak. 2. Farmakoterapi Diberikan asam ursodeoksikolat (uradafalk) dan kerodeoksikolat (chenodical, chenofalk digunakan untuk melarutkan batu empedu radiolusen yang berukuran kecil terutama terbentuk dari kolesterol Mekanisme kerja ursodeoksikolat dan konodeoksikolat adalah menghambat sintesis kolesterol dalam hati dan sekresinya sehingga terjadi desaturasi getah empedu Diperlukan terapi selama 6 hingga 12 bulan untuk melarutkan batu empedu dan selama terapi keadaan pasien dipantau terus. Dosis yang efektif bergantung pada berat pasien, cara terapi ini umumnya dilakukan pada pasien yang menolak pembedahan atau yang dianggap terlalu beresiko untuk menjalani pembedahan. Obat-obatan tertentu lainnya seperti estrogen, kontrasepsi oral, klofibrat dan kolesterol makanan dapat menimbulkan pengaruh merugikan terhadap cara terapi ini.