analisis_kemampuan_pemecahan_masalah_matematis_siswa_pada_materi_operasi_aljabar_kelas_viii_mts_muhammadiyah_karangkobar.pdf...
TRANSCRIPT
ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA
PADA MATERI OPERASI ALJABAR KELAS VIII
MTs MUHAMMADIYAH KARANGKOBAR
*) Ovie Sulis Setianingsih, **) Akhmad Jazuli, dan **) Anton Jaelani
*) Mahasiswa Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purwokerto
**) Dosen Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purwokerto
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa pokok bahasan operasi aljabar kelas VIII MTs Muhamadiyah Karangkobar.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan purposive sampling. Teknik
pengumpulan data menggunakan tes, wawancara, adan dokumentasi analisis data
menggunakan reduksi data, pengumpulan data, dan penarikabn dan verivikasi. Uji
keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi. Berdasarkan hasil
penelitian, dari 26 siswa kelas VIII-B yang mengikuti tes masing-masing diambil dua
siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Menunjukan bahwa: 1) siswa yang
memiliki kemampuan tinggi maksimal memenuhi tig indikator kemampuan pemecahan
masalah matematis; 2) Siswa yang memiliki kemampuan sedang maksimal memenuhi
dua indikator kemampuan pemecahan masalah matematis; 3) siswa yang memiliki
kemampuan rendah belum memenuhi semua indikator kemampuan pemecahan masalah
matematis, karena beberapa soal yang mereka kerjakan masih salah dalam
merencanakan penyelesaian dari suatu soal.
Kata Kunci : Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
A. PENDAHULUAN
Kemampuan pemecahan
masalah merupakan proses inti
dalam kurikulum 2013 sekarang
ini. Dalam pembelajaran kurikulum
2013 telah dipilih model-model
pembelajaran berbasis masalah
yaitu Project Based Learning,
Problem Based Learning , dan
Discovery Learning. Dalam model
– model pembelajaran tersebut
setiap proses pembelajaran berpusat
pada pemberian masalah yang
menuntut siswa untuk menggali
kemampuan dirinya untuk
memahami permasalahan yang ada,
serta dapat memecahkan
permasalahan agar mencapai
tujuan. Hal ini berlaku bagi siswa
yang masih menempuh pendidikan
apalagi siswa SMP untuk
membekali peserta didik dengan
kemampuan berpikir logis, kritis,
dan kreatif. Jika siswa tidak
memiliki kemampuan pemecahan
masalah maka siswa tersebut tidak
akan mampu untuk menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi. Di
dalam pemecahan masalah, siswa
tidak hanya
Pemecahan masalah
merupakan bagian dari kurikulum
matematika yang sangat penting
karena dalam proses pembelajaran
maupun penyelesaiannya siswa
dimungkinkan memperoleh
pengalaman menggunakan
pengetahuan yang sudah dimiliki
untuk diterapkan pada pemecahan
masalah yang bersifat tidak rutin.
Pentingnya pemilikan kemampuan
pemecahan masalah oleh siswa
dalam matematika adalah sebagai
berikut: (1) kemampuan pemecahan
masalah merupakan tujuan umum
pengajaran matematika, bahkan
sebagai jantungnya matematika; (2)
pemecahan masalah meliputi
metode, prosedur, dan strategi
merupakan proses inti dan utama
dalam kurikulum matematika; dan
(3) pemecahan masalah merupakan
kemampuan dasar dalam belajar
matematika.
Kemampuan pemecahan
masalah menjadi penting dalam
pembelajaran matematika, karena
menjadikan matematika lebih
bermakna bagi yang
mempelajarinya dan dapat
mendorong cara berfikir matematis
dalam menyelesaikan permasalahan
lain. Kemampuan pemecahan
masalah matematis adalah suatu
proses berpikir seseorang untuk
mencari suatu penyelesaian
masalah yang menggunakan
matematika guna mencapai solusi
yang diinginkan. Seperti yang
sudah diketahui, bahwa
pembelajaran matematika
merupakan salah satu ilmu yang
memberikan manfaat diantaranya
membantu mengatasi masalah
dalam kehidupan sehari-hari.
Kemampuan pemecahan masalah
matematis juga dapat membantu
siswa dalam mengkomunikasikan
ide atau gagasan agar peserta didik
dapat memiliki kemampuan
memperoleh, mengelola, dan
memanfaatkan kemampuanya
untuk menghadapi persoalan yang
ada dalam kehidupanya.
Melihat pentingnya
kemampuan pemecahan masalah
matematis, maka perlu mengkaji
sejauh mana kemapuan pemecahan
masalah matematis pada siswa
secara detail dan terperinci.
Mengetahui kemampuan
pemecahan masalah matematis
yang dimiliki siswa merupakan hal
yang sangat diperlukan, karena
dengan mengetahui kemampuan
pemecahan masalah matematis
yang dimiliki siswa, guru dapat
melacak hal-hal yang selama ini
belum terungkap dan kelemahan-
kelemahan yang dimiliki siswa.
Dengan mengetahui hal tersebut,
bisa dijadikan sebagai acuan untuk
guru atau peneliti lain dalam
merancang pembelajaran atau
strategi yang tepat terhadap
kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa.
B. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang
digunakan adalah penelitian
deskriptif-kualitatif. Populasi dalam
penelitian ini adalah siswa kelas
VIII MTs Muhamadiyah
Karangkobar tahun ajaran
2014/2015. Teknik pengambilan
sampel yang dilakukan adalah
purposive sampling. Cara
pemilihan subyek yaitu dengan
memberikan soal kepada siswa
untuk menyelesaikan soal
kemampuan pemecahan masalah,
setelah itu dipilih masing-masing 2
siswa yang memiliki kemampuan
pemecahan masalah tinggi, sedang,
dan rendah. Penelitian ini akan
dilaksanakan di MTs Muhamadiyah
Karangkobar tahun ajaran
2014/2015 semester gasal.
Teknik pengumpulan data
dalam peneliutian ini menggunakan
tes, wawancara dan dokumentasi.
Patokan untuk menentukan ranking
atas, tengah, dan rendah adalah: 1)
X Mean + SD : kemampuan
pemecahan masalah matematis
tinggi; 2) Mean – SD X Mean
+ SD : kemampuan pemecahan
masalah matematis sedang; dan 3)
X Mean – SD : kemampuan
pemecahan masalah matematis
rendah. Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik analisis data kualitatif
meliputi reduksi data, penyajian
data, serta penarikan dan verifikasi.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil tes
kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa kelas VIII-B,
kemudian dilakukan perhitungan
nilai dari setiap siswa yang
mengikuti tes. Berikut adalah
data nilai siswa kelas VIII-B:
Gambar 1. Diagram Nilai Siswa kelas VIII-B
DAFTAR NILAI KELAS VIII-B
Dari 26 siswa yang
mengikuti tes, siswa yang
memperoleh nilai ≥ 62,564
berjumlah 4 siswa. Siswa yang
memperoleh nilai < 62,564 dan
nilai ≥ 20,512 berjumlah 15
siswa. Sedangkan siswa yang
memperoleh nilai < 20,512
berjumlah 7 siswa.
Setelah melakukan
penyajian data, tahap
selanjutnya adalah uji keabsahan
data. Uji keabsahan data yang
digunakan dalam penelitian ini
adalam menggunakan
triangulasi. Teknik triangulasi
untuk menguji kredibilitas data
dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber
yang sama dengan teknik yang
berbeda. Data yang diperoleh
melalui tes, kemudian diteliti
apakah siswa sudah menguasai
kemampuan pemecahan masalah
matematis dengan baik dan
dicek menggunakan wawancara
serta dilengkapi dengan
dokumentasi. Berikut ini adalah
tabel uji keabsahan data.
2. Pembahasan
Hasil triangulasi dari
jawaban siswa dan hasil
wawancara terhadap soal
kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa yang diberikan
kepada siswa kelas VIII-B MTs
Muhamadiyah Karangkobar.
Analisis dilakukan kepada setiap
langkah pada proses jawaban
siswa yang disesuaikan dengan
indikator kemampuan
pemecahan masalah matematis
siswa. Berikut adalah penjelasan
dari masing-masing kelompok
siswa yang terdiri dari kelompok
tinggi, sedang dan rendah:
1. Analisis siswa yang
berkemampuan tinggi.
Berdasarkan
jawaban 2 siswa yang
termasuk dalam kategori
siswa yang memiliki
kemampuan pemecahan
masalah matematis tinggi,
dari 3 soal yang diberikan
dapat diperoleh kesimpulan
bahwa ketika siswa
dihadapkan dalam sebuah
masalah pada materi aljabar,
siswa dapat
mengoperasikanya dengan
prosedur yang benar
sehingga memperoleh hasil
yang diinginkan. Artinya
siswa menguasai indikator
yang pertama,yakni dapat
memahami soal dengan
baik. Pada tahap
selanjutnya, siswa
berkemampuan tinggi dapat
memilih langkah- langkah
yang tepat untuk
menyelesaian masalah
berdasarkan soal. Misalnya
pada soal nomer 3, siswa
menyederhanakan pecahan
bentuk Aljabar dengan
prosedur yang benar, yaitu
dengan menyamakan
penyebutnya terlebih dahulu
sebelum menyederhanakan.
Berdasarkan hasil jawaban
dari kedua siswa
berkemampuan tinggi,
terlihat bahwa siswa mampu
melaksanakan rencana
penyelesaian dengan baik.
Terbukti dari soal nomer 1,
2, dan 3 baik KT1 maupun
KT2 hanya satu soal yang
masih keliru saat
menghitung, yaitu soal
nomer 3. Dari jawaban
siswa KT1 maupun KT2,
ketika siswa sudah
memperoleh jawaban yang
menurutnya benar siswa
tidak melakukan
pengecekan kembali
terhadap hasil yang
diperoleh.
Hasil jawaban siswa
berkemampuan tinggi dan
hasil wawancara yang
dilakukan peneliti kepada
siswa berkemampuan tinggi
menujukkan bahwa siswa
tersebut memang
memahami setiap proses
yang dipaparkan dalam
jawaban mereka dan dapat
mempertanggungjawabkan
hasil pekerjaannya. Siswa
dapat menyebutkan
informasi apa saja yang
diperoleh dan menjelaskan
langkah-langkah yang
digunakan dalam
penyelesaian masalah.
Terbukti siswa
berkemampuan tinggi
dengan lancar, sistematis,
yakin dan penuh percaya
diri dapat menjawab setiap
petanyaan yang diajukan.
Siswa berkemampuan tinggi
yakin dengan jawaban yang
diperoleh, namun siswa
tidak dapat menjelaskan
atau membuktikan jika
jawaban yang diproleh
sudah benar. Siswa tidak
terbiasa melakukan
pengecekan kembali
terhadap hasil yang
diperoleh pada setiap
jawaban karena siswa tidak
diajarkan dan dibiasakan
dalam proses belajar
mengajar dikelas. Sebagian
siswa mencoba menjelaskan
alasan jawaban sudah benar
namun belum tepat. Jadi
dapat disimpulkan bahwa
siswa berkemampuan tinggi
telah memenuhi tiga
indikator kemampuan
pemecahan masalah
matematis, yakni
memahami masalah,
merencanakan penyelesaian
dengan memilih metode
atau strategi yang tepat, dan
melaksanakan rencana
penyelesaian.
2. Analisis siswa yang
berkemampuan sedang.
Berdasarkan
jawaban 2 siswa yang
termasuk dalam kategori
siswa yang memiliki
kemampuan pemecahan
masalah matematis sedang,
dari soal nomer 1, 2 dan 3
yang diberikan dapat
diperoleh kesimpulan
bahwa ketika siswa
berkemampuan sedang tidak
terbiasa menuliskan
informasi apa saja yang
diperoleh pada soal, siswa
langsung menghitung soal.
Siswa dengan kemampuan
sedang dapat memilih
langkah- langkah yang tepat
untuk menyelesaian
masalah berdasarkan soal.
Hal ini menunjukan bahwa
siswa memahami masalah
dan dapat merencanakan
rencana penyelesaian.
Misalnya pada soal nomer
1, siswa memilih pembagian
bentuk aljabar untuk
menyelesaikan masalah.
Dari soal nomer 1, 2 dan 3
yang diberikan ada 2 soal
yang dikerjakan dengan
hasil yang benar yakni soal
nomer 1 dan 2. Sedangkan
siswa yang lainya masih
keliru dalam menghitung
semua soal yang diberikan.
Ketika siswa sudah
memperoleh jawaban yang
menurutnya benar siswa
tidak melakukan
pengecekan kembali
terhadap hasil yang
diperoleh. Siswa tidak
terbiasa melakukan
pengecekan kembali
terhadap hasil yang
diperoleh pada setiap
jawaban karena tidak pernah
diajarkan oleh guru
matematika. Jadi terbukti
bahwa siswa
berkemampuan sedang
hanya memenuhi dua
indikator kemampuan
pemecahan masalah
matematis, yakni
memahami masalah dan
merencanakan penyelesaian
dengan memilih metode
atau strategi yang tepat.
Hasil jawaban siswa
berkemampuan sedang dan
hasil wawancara yang
dilakukan peneliti kepada
siswa berkemampuan
sedang menujukkan bahwa
siswa tersebut memang
memahami setiap soal yang
diberikan. Siswa dapat
menyebutkan informasi apa
saja yang diperoleh pada
soal. Siswa dapat
menjelaskan langkah-
langkah yang diambil dalam
proses penyelesain masalah
meskipun sedikit ragu-ragu.
Siswa tidak dapat
menjelaskan hasil jawaban
yang diperoleh, karena
siswa masih bingung saat
mengoperasikan bentuk
aljabar. Siswa
berkemampuan sedang juga
tidak dapat menjelaskan
atau membuktikan jika
jawaban yang diproleh
sudah benar. Siswa tidak
terbiasa melakukan
pengecekan kembali
terhadap hasil yang
diperoleh pada setiap
jawaban karena tidak pernah
diajarkan oleh guru
matematika. Jadi dapat
disimpulkan bahwa siswa
berkemampuan sedang telah
memenuhi dua indikator
kemampuan pemecahan
masalah matematis, yakni
memahami masalah, dan
merencanakan penyelesaian
dengan memilih metode
atau strategi yang tepat.
Sedangkan indikator yang
ke tiga, yakni melaksanakan
rencana penyelesaian siswa
masih banyak keliru saat
menghitung.
3. Analisis siswa yang
berkemampuan rendah.
Berdasarkan hasil
jawaban dari kedua siswa
berkemampuan rendah,
ketika siswa mendapatkan
soal, terlihat bahwa siswa
masih bingung dalam
memahami soal. Siswa
berkemampuan rendah tidak
dapat memilih langkah-
langkah yang tepat untuk
menyelesaian masalah pada
soal. Terbukti pada soal
nomer 1, 2 dan 3 siswa
dengan KR1 tidak
menuliskan jawaban
apapun. Sedangkan siswa
dengan KR2 mencoba
menjawab dengan caranya
sendiri dan dengan langkah-
langkah yang salah,
sehingga tidak mendapatkan
hasil yang diinginkan.
Siswa berkemampuan
rendah tidak membuktikan
jika jawaban yang diperoleh
sudah benar. Siswa tidak
menuliskan pembuktian
untuk memperkuat bahwa
jawaban yang diperoleh
sudah benar. Jadi terbukti
bahwa siswa
berkemampuan rendah
belum menguasai semua
indikator kemampuan
pemecahan masalah
matematis.
Hasil jawaban siswa
berkemampuan rendah dan
hasil wawancara yang
dilakukan peneliti kepada
siswa berkemampuan
rendah menujukkan bahwa
siswa tersebut memang
tidak memahami soal
dengan baik. Sangat terlihat
bahwa siswa masih
kebingungan dalam
menjawab setiap pertanyaan
yang diajukan. Siswa
berkemampuan rendah tidak
memahami setiap jawaban
yang ditulis. Terbukti siswa
berkemampuan rendah
kebingungan saat
menjelaskan langkah-
langkah yang diambil dalam
proses penyelesaian
masalah, dan siswa tidak
dapat memaparkan jawaban
dari soal yang diberikan,
siswa juga mengaku masih
bingung dalam memahami
dan menyelesaikan soal.
Ketika dilakukan
wawancara, siswa tidak
dapat menjelaskan atau
membuktikan jika jawaban
yang diproleh sudah benar.
D. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian
mengenai analisis kemampuan
pemecahan masalah matematis
siswa pada siswa kelas VIII MTS
Muhammadiyah Karangkobar, dapat
diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Siswa yang memiliki
kemampuan tinggi memenuhi
tiga indikator kemampuan
pemecahan masalah matematis,
yakni memahami masalah,
merencanakan penyelesaian
dengan memilih metode atau
strategi yang tepat, dan
melaksanakan rencana
penyelesaian.
2. Siswa yang memiliki
kemampuan sedang memenuhi
minimal dua indikator
kemampuan pemecahan masalah
matematis, yakni memahami
masalah, dan merencanakan
penyelesaian dengan memilih
metode atau strategi yang tepat.
Sedangkan indikator yang ketiga
yakni melaksanakan rencana
penyelesaian, siswa masih
banyak keliru saat menghitung.
3. Siswa yang memiliki
kemampuan rendah belum
memenuhi semua indikator
kemampuan pemecahan masalah
matematis, karena beberapa soal
yang mereka kerjakan masih
salah dalam merencanakan
penyelesaian dari suatu soal.
Rencana yang mereka buat tidak
tepat, sehingga soal yang
dikerjakan tidak mendapatkan
hasil yang diinginkan dan
sebagian besar soal tidak
dikerjakan.
4. Siswa yang berkemampuan
tinggi, sedang dan rendah belum
menguasai indikator kemampuan
pemecahan masalah matematis
yang ke-empat yaitu mengecek
kembali hasil yang diperoleh.
Hal ini dikarenakan dalam
pembelajaran sebelumnya siswa
tidak terbiasa mengecek kembali
hasil yang diperoleh, sehingga
siswa belum terbiasa untuk
melakukan pembuktian bahwa
jawaban yang diperoleh sudah
benar.
E. DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, N. 2009. Pendekatan
Pemecahan Masalah. Jakarta :
Dikti.
Arikunto, S. 2012. Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. 2014. Materi
Pelatihan
ImplementasiKurikulum 2013
Tahun 2014. Jakarta: Badan
Pengembangan Sumber Daya
Manusia dan Kebudayaan dan
Penjaminan Mutu Pendidikan.
Nasution. 2009. Berbagai Pendekatan
dalam Proses Belajar dan
Mengajar. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Nata. 2009. Perspektif Islam tentang
Strategi Pembelajaran. Jakarta:
Kencana
Polya, G. 1973. How To Solve It
. A New Aspect Of Mathemati
cal Method (2nd
Ed). Princeton,
New Jersey : Princeton
University Press
Shadiq, F. 2004. Penalaran, Pemecahan
Masalah, dan Komunikasi dalam
Pembelajaran Matematika.
Jakarta: Ditjen Dikdasmen
Depdiknas
Shadiq, F. 2009. Kemahiran
Matematika. Jakarta: Ditjen
Dikdasmen Depdiknas
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Wardhani, S. 2008. Paket Fasilitasi
Pemberdayaan KKG /
MGMP Matematika.
Yogyakarta: Pusat
Pengembangan Dan
Pemberdayaan Pendidik
Dan Tenaga Kependidikan
Matematika
Wena, M. 2011. Strategi Pembelajaran
Inovatif Kontemporer. Jakarta:
Bumi Aksara