analisis yuridis terhadap regulasi bank indonesia ...judul tesis : analisis yuridis terhadap...

201
ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA BERKAITAN DENGAN MANAJEMEN RISIKO SEBAGAI PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN PERBANKAN Tesis Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Magister Ilmu Hukum Kekhususan Hukum Bisnis Oleh : Trisetya Wahyu Nugroho NPM : 322008801 Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2011

Upload: others

Post on 05-Mar-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI

BANK INDONESIA BERKAITAN DENGAN

MANAJEMEN RISIKO SEBAGAI PENERAPAN

PRINSIP KEHATI-HATIAN PERBANKAN

Tesis

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat

Magister Ilmu Hukum

Kekhususan Hukum Bisnis

Oleh :

Trisetya Wahyu Nugroho

NPM : 322008801

Magister Ilmu Hukum

Program Pascasarjana

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

2011

Page 2: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia

Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai

Penerapan Prinsip Kehati-hatian Perbankan

Nama Mahasiswa : Trisetya Wahyu Nugroho

NPM : 322008801

Program Studi : Magister Ilmu Hukum

Menyetujui.

Dr. Tri Budiyono, S.H., M.Hum. Yakub Adi Krisanto, S.H., M.H.

Pembimbing Pembimbing

Mengesahkan,

Ketua Program Studi Magister Ilmu Hukum

Dr. Tri Budiyono, S.H., M.Hum.

Dinyatakan Lulus Ujian tanggal : 25 Mei 2011

Page 3: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

iii

ABSTRAK

Bank mempunyai peran sebagai lembaga intermediasi antara pihak

yang berkelebihan dana (surplus spending unit) dengan pihak yang

membutuhkan dana (deficit spending unit). Sebagai lembaga intermediasi

maka Bank wajib mencitrakan diri sebagai lembaga yang dapat dipercaya.

Upaya untuk mewujudkan citra lembaga yang dapat dipercaya dilakukan

dengan berbagai macam cara baik melalui ketaatan Bank terhadap setiap

regulasi yang ada maupun sikap perilaku terhormat dari para aparaturnya.

Berkaitan dengan fungsinya sebagai lembaga intermediasi, Bank

sarat dengan risiko sehingga sangat rentan dengan kegagalan akan tetapi

secara hakiki Bank tidak boleh gagal karena akan merugikan banyak pihak.

Untuk menghindarkan diri dari kegagalan maka setiap insan perbankan wajib

menerapkan Prinsip kehati-hatian dalam mengelola Bank.

Prinsip kehati-hatian inilah yang menjadi pijakan utama institusi

perbankan dalam mengembangkan usahanya. Karakteristik usaha perbankan

yang sarat dengan risiko perlu mendapatkan perhatian secara khusus. Potensi

risiko yang melekat pada industri perbankan pada satu sisi memberikan

ancaman akan tetapi pada sisi yang lain mempunyai potensi menghadirkan

peluang mendapatkan keuntungan.

Untuk mengatasi dampak negatif dari risiko dan mengubah risiko

menjadi peluang maka diperlukan manajemen risiko. Pengertian tentang

manajemen risiko bank sendiri adalah serangkaian metodologi dan prosedur

yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan

mengendalikan risiko yang timbul dari seluruh kegiatan usaha bank.

Manajemen risiko merupakan salah satu implementasi dari Prinsip kehati-

hatian Perbankan.

Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/25/PBI/2009 tentang Perubahan

atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan

Manajemen Risiko Bagi Bank Umum telah mengidentifikasikan risiko-risiko

yang melekat pada aktivitas perbankan meliputi, Risiko Kredit, Risiko

Pasar, Risiko Likuiditas, Risiko Operasional, Risiko Kepatuhan, Risiko

Hukum, Risiko Reputasi, dan Risiko Stratejik. Berbagai risiko yang melekat

pada kegiatan perbankan ini perlu dikenali, dimonitor, dan dikontrol secara

kontinue. Selain itu perlu penetapan rencana mitigasi risiko yang

komprehensif agar dalam pembuatan keputusan bisnis bank didasarkan pada

suatu argumentasi yang kuat. Esensi dari penerapan manajemen risiko adalah

kecukupan prosedur dan metodologi pengelolaan risiko sehingga kegiatan

usaha Bank tetap dapat terkendali (manageable) pada batas/limit yang dapat

diterima serta menguntungkan Bank.

Page 4: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

iv

PRAKATA

Segala puji hormat dan ucapan syukur penulis haturkan kepada

Tuhan Allah yang telah melimpahkan berkat-Nya sehingga penulis telah

diperkenankan menyelesaikan tugas dan tanggung jawab untuk

menyelesaikan karya penulisan tesis dalam rangka memenuhi persyaratan

menyelesaikan studi pada Program Pascasarjana Magister Ilmu Hukum

Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

Penulisan tesis dengan judul “ANALISIS YURIDIS TERHADAP

REGULASI BANK INDONESIA BERKAITAN DENGAN

MANAJEMEN RISIKO SEBAGAI PENERAPAN PRINSIP KEHATI-

HATIAN PERBANKAN” ini merupakan suatu pendalaman atas

pengalaman yang penulis dapatkan selama berkarya dalam dunia perbankan

serta dilengkapi dengan pengetahuan-pengetahuan tambahan yang penulis

peroleh baik melalui media perkuliahan maupun studi kepustakaan serta

diskusi-diskusi yang intensif dengan banyak pihak.

Manajemen Risiko merupakan bidang kajian yang menarik minat

penulis untuk ditelusur lebih jauh melalui kacamata yuridis. Ketertarikan

penulis atas pemilihan topik penulisan ini awalnya muncul dari keprihatinan

akan banyaknya kasus kecurangan serta mismanajemen di lingkup perbankan

yang mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit baik bagi institusi

perbankan maupun nasabah. Di pihak yang lain, penanganan permasalahan

perbankan yang tidak proporsional dari aparatur yang berwenang berpotensi

menimbulkan kerugian bagi institusi bank dan pelaku perbankan yang

beretikat baik serta dampak lanjutannya adalah kerugian bagi masyarakat

karena ketidakoptimalan fungsi perbankan.

Oleh karenanya, melalui penulisan tesis ini meskipun wujudnya jauh

dari sempurna akan tetapi merupakan perwujudan harapan yang besar dalam

diri penulis agar dapat menjadi “batu penjuru” bagi penelitian-penelitian lain

Page 5: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

v

di kelak kemudian hari. Masih banyak masalah yang terbuka untuk diteliti

pada kajian manajemen risiko perbankan dalam perspektif yuridis maupun

non yuridis. Bahkan dinamika keuangan dan perbankan yang demikian cepat

akan berpotensi menambahkan permasalahan yang kemungkinan akan lahir

di kemudian hari.

Meskipun telah menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis ini,

penulis masih mempunyai keinginan yang kuat untuk mengkaji terus-

menerus bidang kajian manajemen risiko perbankan pada khususnya serta

hukum perbankan dan keuangan pada umumnya. Sehingga tesis ini bukan

merupakan karya akhir yang hanya berhenti sebagai dokumen yang mati

tetapi menjadi “benih” yang hidup dalam karya-karya selanjutnya. Bahkan

kerinduan penulis adalah ketika banyak pihak yang mempunyai perhatian

yang sama serta bersama-sama memberikan konstribusi yang baik bagi

pengembangan hukum perbankan di Indonesia.

Tesis ini dapat terselesaikan bukan semata-mata karena perjuangan

pribadi penulis akan tetapi dukungan banyak pihaklah yang memungkinkan

karya sederhana ini dapat terselesaikan. Kesempurnaan tesis ini adalah ketika

banyak pihak berkenan mengkritisinya dan memberikan saran serta pendapat

untuk kemajuan penulis maupun demi pengembangan ilmu pengetahuan

terutama studi tentang manajemen risiko dan prinsip kehati-hatian dalam

bidang perbankan. Dan lebih jauh lagi, kiranya melalui karya tulis ini dan

disempurnakan dengan berbagai studi lainnya yang sejenis dari semua

pemangku kepentingan akan memberikan hasil yang konkret khususnya pada

pembentukan peraturan perundang-undangan di bidang perbankan yang

sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan jaman.

Sungguh suatu anugerah yag indah bagi penulis, ketika banyak pihak

berkenan “mengulurkan tangan” serta memberikan dukungan dalam proses

penelitian dan penulisan tesis ini. Oleh karenanya, sepantasnyalah penulis

Page 6: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

vi

mengucapkan terima kasih yang tiada terhingga kepada semua pihak yang

telah membantu penulis, yang sebagian kecil diantaranya dapat penulis

sebutkan di sini :

1. Bapak Dr. Tri Budiyono, S.H., M.Hum., selaku Ketua Program Studi

Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Kristen Satya

Wacana yang juga bertindak selaku Pembimbing I ;

2. Bapak Yakub Adi Krisanto, S.H., M.H., selaku Pembimbing II ;

3. Ibu Sri Harini Dwiyatmi, S.H., M.S., selaku Penguji ;

4. Ibu Christiana Tri Budhayati, S.H., M.Hum., selaku Penguji ;

5. Bapak dan ibu Dosen Pengajar Program Pascasarjana Magister Ilmu

Hukum Universitas Kristen Satya Wacana ;

6. Bapak Drs. Amin Sulistyo, M.M., selaku Direktur Utama PT. BPR Artha

Daya, Bapak Drs. Bambang Hermanto, MBA dan Bapak Didik Setiawan,

S.E., selaku Dewan Komisaris PT. BPR Artha Daya yang senantiasa

mendorong penulis untuk menyelesaikan tesis bahkan menjadi teman

diskusi yang sangat bermanfaat dalam penulisan tesis ini ;

7. Ibu Pendeta Retno Ratih Suryaning Handayani, M.Th. dan Bapak

Pendeta Fritz Yohanes Day Pane, S.Si., yang selalu mendukung dalam

doa untuk kelancaran studi penulis ;

8. Para Anggota Majelis GKJ Manahan yang kerapkali harus menggantikan

tugas-tugas pelayanan ketika penulis harus menyelesaikan tugas-tugas

studi ;

9. Sahabat-sahabat praktisi perbankan yang menjadi teman diskusi yang

produktif dalam berbagai masalah perbankan pada umumnya dan kajian

manajemen risiko pada khususnya ;

10. Almarhum ayahanda A. Hardiyono, S.H. yang senantiasa mendorong

penulis untuk melanjutkan studi meski pada akhirnya beliau tidak dapat

menyaksikan kelulusan penulis dari program Magister Ilmu Hukum ;

Page 7: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

vii

11. Ibunda tercinta M. Soegiyarni yang senantiasa memberikan dukungan

dalam doa dan nasehat yang tiada hentinya ;

12. Kakak-kakak dan adik-adik yang terus menerus memberikan semangat,

nasehat, dan doa untuk kelangsungan studi penulis ;

13. Kedua “jagoanku” Nathan dan Ezra yang mendukung dalam doa dan

yang seringkali terpaksa harus memaklumi dan memahami kesulitan

ayah ketika menghabiskan waktu untuk menulis tesis yang seharusnya

waktu itu adalah hak kalian ;

14. Istriku yang tercinta Dra. Ani Nursanti, Apt., dukungan serta bantuanmu

yang terus-menerus sungguh sangat bermakna bagi penyelesaian studi

suamimu ini ;

15. Teman-teman mahasiswa Program Pascasarjana Magister Ilmu Hukum

Universitas Kristen Satya Wacana buat persahabatan dan kerjasama yang

terjalin ketika harus mengerjakan berbagai tugas studi bersama ;

16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu tetapi

memberikan bantuan dalam berbagai bentuk sehingga penulis dapat

menyelesaikan studi pada Program Pascasarjana Magister Ilmu Hukum

Universitas Kristen Satya Wacana.

Akhir kata, semoga karya sederhana ini bermanfaat bagi banyak

pihak dan setiap orang yang berjasa dalam proses penyelesaian studi penulis

senantiasa mendapatkan berkat dan rahmat dari Tuhan Allah Maha Pencipta.

Dan di atas semua itu, segala kemuliaan hanyalah bagi Tuhan Yesus Kristus.

Terpujilah namaNya selama-lamanya.

Salatiga, Mei 2011

Penulis

Page 8: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

viii

DAFTAR ISI

Halaman Judul .............................................................................. i

Lembar Pengesahan ....................................................................... ii

Abstrak ......................................................................................... iii

Prakata ......................................................................................... iv

Daftar Isi ......................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ….............................. 1

B. Masalah Penelitian .............................................. 13

C. Keaslian Penelitian .............................................. 13

D. Tujuan Penelitian .............................................. 14

E. Manfaat Penelitian .............................................. 14

BAB II KERANGKA TEORI

A. Hukum dan Norma .............................................. 15

B. Tinjauan Umum Tentang Bank ...................... 39

C. Tugas dan Kedudukan Bank Indonesia sebagai

Pengawas dan Pengatur Bank ....................... 43

D. Prinsip Kehati-hatian

(The Prudential Principles) ................................... 48

E. Pengertian Good Corporate Governance ........... 56

F. Pengertian Risiko dan Manajemen Risiko ........... 59

G. Kerangka Berpikir ............................................... 66

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian .............................................. 69

B. Pendekatan Masalah .............................................. 70

C. Bahan Hukum .............................................. 72

D. Prosedur Pengumpulan Bahan Hukum .......... 72

E. Analisis Data .............................................. 73

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hukum Perbankan sebagai Suatu Sistem Hukum ...... 75

B. Aspek Hukum Prinsip Kehati-hatian ........... 79

1. Pengaturan Prinsip Kehati-hatian pada

Page 9: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

ix

Undang-undang Nomor 10

Tahun 1998 tentang Perubahan Atas

Undang-undang Nomor 7Tahun 1992

tentang Perbankan .......................................... 79

2. Pengaturan Prinsip Kehati-hatian pada

Undang-undang Nomor 24 Tahun 1999 tentang

Lalu Lintas Devisa dan Sistem Nilai Tukar serta

Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang

Perbankan Syariah ............................................ 85

3. Kewenangan Bank Indonesia untuk

Menetapkan ketentuan tentang Prinsip

Kehati-hatian Bank ........................................... 88

C. Aspek Hukum Manajemen Risiko Perbankan

1. Pengaturan Manajemen Risiko Perbankan

sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank

Indonesia Nomor 11/25/PBI/2009 tentang P

erubahan atas Peraturan Bank Indonesia

Nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan

Manajemen Risiko Bagi Bank Umum ............... 91

2. Pengaturan Manajemen Risiko Perbankan

dalam Perspektif Penegakan Prinsip

Kehati-hatian ............................................. 159

3. Keterkaitan Manajemen Risiko dengan Good

Corporate Governance di bidang

Perbankan ......................................................... 168

4. Aspek Pertanggungjawaban Hukum dalam

Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/25/PBI/2009

tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia

Nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan

Manajemen Risiko Bagi Bank Umum .......... 174

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................... 184

B. Saran ...................................................................... 186

DAFTAR PUSTAKA

Page 10: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pengalaman sejarah telah membuktikan bahwa institusi

Perbankan merupakan salah satu pilar yang sangat penting dalam sistem

perekonomian nasional. Layaknya organ “jantung” di dalam tubuh

manusia yang memompa darah sehingga dapat mengalir ke seluruh

bagian tubuh manusia maka bank adalah “jantungnya” perekonomian

suatu negara karena perannya dalam memompa aliran dana (cash flow)

sebagai sumber pembiayaan berbagai aktifitas ekonomi sampai ke

pelosok-pelosok tanah air, bahkan dapat “mengalir” sampai ke luar

negara sebagai pelaksanaan fungsi intermediasi keuangan (financial

intermediary) dan penunjang sistem pembayaran baik domestik, regional

maupun internasional.

Oleh karenanya, bank merupakan organ yang sangat penting,

tidak saja bagi sektor perekonomian tetapi juga menyangkut hampir

seluruh aspek kehidupan. Pengalaman masa lalu telah mengajarkan

kepada bangsa Indonesia manakala institusi perbankan “sakit” maka

hampir seluruh sendi kehidupan juga terkena imbasnya dan

pemulihannya membutuhkan ongkos sosial dan finansial yang

sedemikian besarnya sehingga harus ditanggung oleh semua warga

masyarakat.

Untuk menjaga kesehatan perbankan nasional maka setiap bank

harus dikelola dengan prinsip kehati-hatian (prudential principles).

Amanat untuk menerapkan prinsip kehati-hatian ini telah secara tegas

diatur dalam Pasal 2 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

Perbankan sebagaimana telah diperbaharui dengan Undang-undang

Page 11: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

2

Nomor 10 tahun 1998 yang menyatakan bahwa “Perbankan Indonesia

dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan

menggunakan prinsip kehati-hatian.”

Bank Indonesia sebagai Bank Sentral sebagaimana diatur dalam

Pasal 23 huruf D Undang-undang Dasar 1945 mempunyai tugas dan

tanggungjawab untuk menetapkan berbagai regulasi yang memberikan

panduan bagi para pelaku bisnis perbankan dan pihak-pihak terafiliasi

dalam mengelola perbankan secara sehat. Tugas dalam hal Pengaturan

dan Pengawasan Bank ini selanjutnya secara eksplisit diatur dalam Pasal

8 huruf c Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank

Indonesia sebagaimana telah diperbaharui dengan Undang-undang

Nomor 3 Tahun 2004 dan yang terakhir diubah dengan Undang-undang

Nomor 6 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Perubahan

Kedua atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank

Indonesia.

Untuk menjamin pelaksanaan prinsip kehati-hatian ini Bank

Indonesia sebagai bank sentral diberikan amanat untuk mengatur dan

mengawasi perbankan nasional sebagaimana diatur dalam Pasal 34

Undang-undang Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Perubahan atas Undang-

undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia. Fungsi Bank

Indonesia sebagai pengatur dan pengawas institusi perbankan ini

ditetapkan untuk sementara waktu sebelum terbentuknya lembaga

pengawasan sektor jasa keuangan yang independen.

Instrumen yang dipergunakan Bank Indonesia dalam mengatur

perbankan adalah dengan menerbitkan Peraturan Bank Indonesia (PBI)

dan aturan pelaksanaannya dalam bentuk Surat Edaran (S.E.) Bank

Indonesia. Karena begitu banyaknya peraturan yang mengikat institusi

Page 12: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

3

perbankan maka sering dikatakan bahwa institusi perbankan adalah

heavily regulations industry.

Krisis ekonomi tahun 1997/1998 menunjukkan bahwa industri

perbankan nasional belum memiliki kelembagaan perbankan yang

kokoh. Infrastruktur perbankan yang tersedia pada saat itu juga sangat

jauh dari harapan sehingga sangat rentan terhadap gejolak ekonomi dan

moneter. Belum kokohnya fundamental perbankan nasional merupakan

tantangan bukan hanya bagi industri perbankan secara umum, tetapi juga

bagi Bank Indonesia sebagai otoritas pengawasnya.

Bertolak dari harapan membangun fondasi perbankan yang kuat

maka Bank Indonesia pada tanggal 9 Januari 2004 menyusun sebuah

konsep pengembangan perbankan nasional dengan apa yang disebut

dengan Arsitektur Perbankan Indonesia (API). API merupakan suatu

kerangka dasar sistem perbankan Indonesia yang bersifat menyeluruh

dan memberikan arah, bentuk, dan tatanan industri perbankan untuk

rentang waktu lima sampai sepuluh tahun ke depan. Arah kebijakan

pengembangan industri perbankan di masa datang yang dirumuskan

dalam API dilandasi oleh visi mencapai suatu sistem perbankan yang

sehat, kuat dan efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan

dalam rangka membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Untuk mewujudkan visi API tersebut maka ditetapkan enam pilar

untuk mewujudkan sistem perbankan yang sehat, kuat, dan efisien guna

menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam rangka membantu

mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Enam pilar dalam API

adalah (i) struktur perbankan yang sehat, (ii) sistem pengaturan yang

efektif, (iii) sistem pengawasan yang independen dan efektif, (iv)

industri perbankan yang kuat, (v) infrastruktur yang mencukupi, dan (vi)

Page 13: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

4

perlindungan nasabah. Skema tentang Arsitektur 1Perbankan Indonesia

dapat dilihat pada gambar berikut :1

Khusus pada pilar keempat yakni terciptanya industri perbankan

yang kuat merupakan harapan semua pihak dan untuk mewujudkannya

diperlukan peningkatan kualitas manajemen dan operasional perbankan.

Peningkatan kualitas manajemen bank diperlukan untuk meningkatkan

tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) dari para

manajemen bank itu sendiri, sehingga praktek-praktek perbankan yang

tidak sehat (improper behaviour) seperti yang terjadi di masa lalu dapat

diminimalisir atau dihilangkan.

Selanjutnya peningkatan kualitas manajemen bank juga

diperlukan untuk memperkecil terjadinya risiko-risiko bank khususnya

risiko operasional yang pada akhir-akhir ini kerap terjadi kasus-kasus

fraud yang dilakukan karyawan internal di beberapa bank nasional.

1 http://www.bi.go.id/web/id/Perbankan/Arsitektur+Perbankan+Indonesia/

Page 14: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

5

Risiko operasional sangat mudah terjadi pada sistem, prosedur maupun

sumber daya manusia apabila manajemen bank tidak memiliki kualitas

manajemen yang baik. Untuk itu, API merekomendasikan risk manager

yang ada pada bank-bank untuk disertifikasi sehingga semua risk

manager memiliki kompetensi yang memadai dalam mengelola risiko

bank.

Lingkungan bisnis perbankan yang mengalami perkembangan

juga berpotensi mendatangkan risiko bagi institusi perbankan. Dengan

semakin kompleksnya risiko bagi bisnis perbankan ini maka telah

mendesak dipraktekkannya tata kelola yang sehat (good governance)

bagi semua bank di Indonesia. Oleh karena itu agar mampu beradaptasi

dalam lingkungan bisnis perbankan khususnya dalam mengantisipasi

risiko maka bank dituntut untuk menerapkan manajemen risiko. Sebagai

pedoman dalam pelaksanaannya Bank Indonesia menerbitkan Peraturan

Bank Indonesia Nomor 11/25/PBI/2009 tentang Perubahan atas

Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan

Manajemen Risiko Bagi Bank Umum.

Prinsip-prinsip manajemen risiko yang dianut dan diterapkan

pada bank-bank di Indonesia diarahkan sejalan dengan rekomendasi

yang dikeluarkan oleh Bank of International Settlements (BIS) melalui

The Basel Committee on Banking Supervision. Prinsip-prinsip tersebut

pada dasarnya merupakan standar bagi dunia perbankan untuk dapat

beroperasi secara lebih berhati-hati dalam ruang lingkup perkembangan

kegiatan usaha dan operasional perbankan yang sangat pesat dewasa ini.

Di atas disinggung mengenai The Basel Committee yaitu suatu

komite yang didirikan pada tahun 1974 oleh para Gubernur Bank Sentral

dari Negara-negara maju yang tergabung dalam Group of Ten dimana

unsur-unsurnya terdiri atas wakil-wakil senior dari otoritas pengawasan

Page 15: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

6

bank dan bank sentral dari Negara-negara Belgia, Kanada, Perancis,

Jerman, Italia, Jepang, Luxemburg, Swedia, Swiss, Inggris, dan Amerika

Serikat.2

Sedangkan tujuan dibentuknya The Basel Committee ini

adalah untuk melakukan kerjasama dan harmonisasi dalam pengawasan

perbankan secara Internasional. Karena disadari bahwa kegagalan sistem

perbankan di suatu negara akan memberikan dampak sistematik baik

langsung maupun tidak langsung bagi institusi perbankan di negara lain.

Pada bulan September 1997, The Basel Committee bekerjasama

dengan perwakilan dari negara-negara di luar Group of Ten termasuk

Indonesia menetapkan “The Core Principles for Effective Bank

Supervision” atau yang lebih terkenal dengan sebutan The Basel Core

Principles. The Basel Core Principles merupakan persyaratan minimum

bagi pengawas bank dan diharapkan untuk di-endors dan diterapkan

oleh semua otoritas pengawasan bank di semua negara secara

internasional. Karena merupakan persyaratan minimum maka Otoritas

Keuangan di semua negara dimungkinkan untuk menambahkannya

dengan kebijaksanaan yang dirancang guna mengatasi kondisi tertentu

dan risiko lain dalam sistem finansial negara yang bersangkutan.

Salah satu perhatian dari The Basel Core Principles ini adalah

berkaitan dengan manajemen risiko yang harus dipatuhi oleh setiap

institusi perbankan. Penerapan manajemen risiko dapat bervariasi antara

satu bank dengan bank lainnya sesuai dengan tujuan, kebijakan usaha,

ukuran dan kompleksitas usaha serta kemampuan bank dalam hal

keuangan, infrastruktur pendukung maupun sumber daya manusia.

Penerapan manajemen risiko pada institusi perbankan pada

hakekatnya merupakan salah satu perwujudan pelaksanaan prinsip-

2 Permadi Gandapradja, 2004, Dasar dan Prinsip Pengawasan Bank, Jakarta : P.T.

Gramedia ustaka Utama, hal. 37.

Page 16: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

7

prinsip Good Corporate Governance sebagaimana diatur dalam Pasal 2

ayat (2) huruf c Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 Tentang

Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum. Tujuan

dari penerapan Good Corporate Governance pada praktek kegiatan

perbankan di Indonesia adalah dalam rangka meningkatkan kinerja

Bank, melindungi kepentingan stakeholders, dan meningkatkan

kepatuhan (compliance) terhadap peraturan perundang-undangan yang

berlaku serta nilai-nilai etika yang berlaku umum pada industri

perbankan. Peningkatan kualitas pelaksanaan Good Corporate

Governance merupakan salah satu upaya untuk memperkuat kondisi

internal perbankan nasional sesuai dengan Arsitektur Perbankan

Indonesia (API).

Bank Indonesia juga menerbitkan Peraturan Bank Indonesia

Nomor 6/25/PBI/2004 mengenai Rencana Bisnis Bank Umum yang

antara lain menyatakan bahwa dalam rangka meningkatkan Good

Corporate Governance maka Bank perlu menetapkan sasaran strategis

dan seperangkat nilai perusahaan (Corporate Value) yang mengarahkan

kegiatan operasional bank agar senantiasa beroperasi berlandaskan pada

suatu perencanaan yang matang berdasarkan prinsip kehati-hatian.3Di

dalam menjalankan usahanya Bank tidak terlepas dari risiko. Setiap

produk dan layanan yang diberikan mempunyai potensi risiko karena

produk dan layanan tersebut didesign untuk kebutuhan nasabah.

Perkembangan jaman telah mengakibatkan perubahan yang sangat cepat

dalam diri para nasabah yang semakin meningkat kebutuhannya akan

layanan perbankan.

3 Editorial, Jurnal Hukum Bisnis, Volume 23-No.3 Tahun 2004, Jakarta : Yayasan

Pengembangan Hukum Bisnis, hal : 4.

Page 17: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

8

Pasca krisis keuangan 1998, terjadi transformasi dengan skala

besar pada industri perbankan nasional. Restrukturisasi perbankan dan

akuisisi perbankan nasional oleh investor asing membawa perubahan

yang sangat radikal pada lingkungan perbankan termasuk penciptaan

jasa layanan dan produk-produk baru yang sebelumnya belum banyak

dikenal dalam industri perbankan nasional.

Pengertian tentang produk bank mengalami perkembangan.

Menurut Undang-undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan

sebagaimana telah diubah melalui Undang-undang No. 10 tahun 1998

khususnya pada Pasal 1 angka (2) dijelaskan bahwa Bank adalah badan

usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau

bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat

banyak. Rumusan pengertian tentang bank sebagaimana tersebut di atas

mungkin tidak lagi sesuai dengan perkembangan jaman. Karena bank

saat ini tidak saja menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

dan atau bentuk-bentuk lainnya tetapi juga mempunyai produk dan

layanan yang lebih beragam. Untuk meningkatkan pendapatan usaha

maka banyak bank yang melakukan perkawinan produk (hybrid product)

dengan produk jasa keuangan lain seperti bancassurance yakni

perkawinan antara produk tabungan dengan produk asuransi, atau

produk hasil kerjasama pemasaran antara bank dengan manajer investasi

dalam bentuk reksadana serta transaksi-transaksi derivatif dengan acuan

suku bunga, nilai tukar, komoditi, ekuiti dan indeks.

Selain produk baik simpanan maupun kredit, bank juga

menyelenggarakan jasa kepada masyarakat seperti transfer dana, inkaso,

kliring, safe deposite box, pembayaran-pembayaran rekening lain

Page 18: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

9

seperti listrik, air minum, telepon seluler, kartu kredit, dan lain-lain.

Penyediaan jasa oleh bank ini pada satu sisi sangat membantu dan

memberikan kemudahan bagi nasabah akan tetapi pada sisi yang lain

juga mempunyai potensi merugikan nasabah karena adanya kesalahan

transaksi atau kerusakan infrastruktur yang mengakibatkan transaksi

gagal.

Saat ini banyak bank yang tidak lagi mengandalkan laba

usahanya dari pendapatan operasional karena margin antara pendapatan

bunga kredit dan biaya dana (cost of fund) yang semakin tipis.

Pendapatan non operasional dari penyelenggaraan jasa atau penjualan

produk-produk non konvensional bank mempunyai proporsi yang

semakin besar dalam pembukuan keuntungan bank. Semangat korporasi

yang melekat pada institusi bank yang harus menciptakan keuntungan

sebesar-besarnya menjadikan produk non konvensional bank semakin

hari semakin berkembang.

Karakteristik produk non konvensional bank ini tentunya sangat

berbeda dengan karakteristik produk konvensional bank seperti

tabungan, deposito dan giro yang kadangkala belum begitu dipahami

oleh nasabah. Pada sisi ini sebenarnya sudah mulai terjadi pergeseran

paradigma pemanfaatan transaksi perbankan, manakala nasabah

menyimpan dananya pada produk tabungan dan deposito semangat yang

terkandung secara tradisional adalah menabung (saving oriented)

sedangkan pilihan jenis investasi lainnya cenderung diorientasikan untuk

menambahkan keuntungan/pendapatan atau nilai tambah lainnya bahkan

pada tataran tertentu sebagai wujud niatan spekulatif.

Setiap produk bank mempunyai karakteristik risiko yang

berbeda-beda. Ibaratnya pedang bermata dua, setiap produk bank pada

satu sisi memberikan manfaat atau keuntungan bagi nasabah maupun

Page 19: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

10

bank tetapi pada sisi yang lain juga terdapat risiko kerugian bagi

nasabah maupun bank.

Karakter nasabah di Indonesia juga sangat beragam. Ada

nasabah yang telah bankable sehingga mampu mengakses dan

menggunakan fasilitas-fasilitas perbankan secara optimal seperti

penggunaan electronic banking atau internet banking tetapi banyak pula

nasabah bank yang ternyata belum familiar dengan bank sehingga hanya

mampu mengakses jasa layanan bank secara terbatas. Meskipun

demikian nasabah yang bankable maupun unbankable mempunyai

peluang yang sama untuk menjadi korban atas pemakaian jasa

perbankan tetapi pada pihak yang lain bank juga berpeluang menderita

kerugian karena kegagalannya dalam mewujudkan tujuan nasabah ketika

menggunakan produk bank.

Sebagai contoh, kasus yang terjadi di penghujung tahun 2008

dan berlanjutnya hingga saat ini adalah cerita duka yang dialami oleh

banyak nasabah Bank Century yang memanfaatkan jasa produk investasi

berupa reksadana yang diterbitkan PT. Antaboga Delta Sekuritas yang

ternyata dibelakang hari mengalami gagal bayar. Peristiwa tersebut

menjadi bahan pelajaran yang sangat bermakna. Terlebih lagi

berdasarkan penjelasan Bapepam ditengarai bahwa produk Reksadana

PT. Antaboga Delta Sekuritas tersebut tidak terdaftar di Bapepam.

Di belakang hari, banyak diantara nasabah Bank Century yang

mengaku bahwa mereka tidak mengetahui dan tidak ada penjelasan yang

memadai dari pihak Bank Century bahwa produk yang mereka beli

adalah reksadana. Padahal produk reksadana mempunyai karakteristik

yang berbeda dengan produk perbankan pada umumnya.

Nilai suatu reksadana ditentukan oleh nilai aktiva bersih. Ketika

nilai aktiva bersih mengalami penurunan maka nilai investasi yang telah

Page 20: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

11

disetorkan nasabah juga mengalami penurunan bahkan bisa sampai habis

nilai investasinya. Hal ini berbeda dengan produk deposito yang tidak

akan pernah berkurang nilai investasinya.

Cerita duka juga mewarnai sebuah bank besar yang mengalami

kerugian baik finansial maupun non finansial karena adanya kegagalan

investasi khususnya pada layanan transaksi derivatif. PT. Bank

Danamon Indonesia, Tbk. pada akhir tahun 2008 mengalami kerugian

akibat transaksi derivatif sehingga harus membentuk pencadangan

kerugian atas transaksi derivatif tersebut. Beberapa nasabah membawa

kasus persengketaan transaksi derivatifnya dengan Bank Danamon ke

pengadilan diantaranya PT. Esa Kertas Nusantara dan PT. Elnusa Tbk.

Dalam kasus tersebut Bank Danamon dianggap lalai memberikan

informasi yang akurat tentang produk derivatif yang ditawarkan,

sehingga mengakibatkan PT. Esa Kertas Nusantara dan PT. Elnusa Tbk.

terjebak membeli produk tersebut dan merugi besar-besaran.

Penetapan Bank IFI sebagai bank beku kegiatan usaha oleh Bank

Indonesia awal tahun 2009 ini menimbulkan keterkejutan banyak pihak

karena tidak nampaknya tanda-tanda yang mengawali akan

dilakukannya pembekuan kegiatan usaha. Kegagalan manajemen dan

pemegang saham Bank IFI untuk memenuhi kekurangan kewajiban

pemenuhan modal minimum menjadi sebab utama penetapan bank beku

kegiatan usaha atas bank tersebut.

Penurunan modal suatu bank dapat diakibatkan oleh berbagai

macam kerugian. Beberapa contoh kerugian yang mengakibatkan

penurunan modal adalah karena meningkatnya kredit bermasalah

sehingga memaksa bank untuk membentuk penyisihan penghapusan

aktiva produktif, kerugian bank akibat kegagalan transaksi derivatif,

kerugian bank karena adanya tindakan penyelewengan (fraud) yang

Page 21: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

12

dilakukan pejabat atau karyawan bank, penanaman modal pada

instrument keuangan yang salah dan lain-lain. Kerugian seperti tersebut

diatas akan menggerus modal bank sehingga mengancam rasio

permodalan bank.

Demikian pula, kasus Bank Century (saat ini berganti nama

menjadi Bank Mutiara) menjadi salah satu potret buram pengelolaan

perbankan di Indonesia. Bank Century sebelum diambilalih Lembaga

Penjamin Simpanan mengalami permasalahan relatif kompleks baik

pada permasalahan menyangkut Tingkat Kesehatan Bank maupun yang

terkait dengan produk bermasalah yang pada hakekatnya adalah

pelaksanaan manajemen risiko yang sangat lemah.

Bank Century sempat pula mengalami penarikan simpanan dana

pihak ketiga secara besar-besaran (rush) sehingga mengakibat

penurunan Capital Adequacy Ratio (CAR) dan kesulitan likuiditas yang

demikian parah. Ketika Pemegang Saham Pengendali PT. Bank Century,

Tbk tidak mampu menambahkan setoran modalnya maka Lembaga

Penjamin Simpanan mengambilalih bank tersebut meskipun kebijakan

pengambilalihan ini menuai kontroversi di kalangan banyak pihak.

Belajar dari kasus kegagalan beberapa bank dalam operasional

usahanya sehingga mengakibatkan kerugian atau bahkan mengalami

beku kegiatan usaha atau diambilalih kepemilikan dan pengelolaannya

oleh Lembaga Penjamin Simpanan maka bagi para praktisi perbankan

perlu kembali menilik prinsip dasar pengelolaan perbankan yaitu prinsip

kehati-hatian (The Prudential Principles). Pada aras ini kemudian perlu

kembali dipertanyakan apakah bank telah menerapkan manajemen risiko

yang memadai dalam melaksanakan operasional usahanya dan apakah

bank telah melaksanakan prinsip kehati-hatian dalam mengelola

usahanya.

Page 22: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

13

B. MASALAH PENELITIAN

Berkaitan dengan latar belakang masalah yang telah diuraikan di

atas dan masih adanya potensi terjadinya bank gagal maka perlu adanya

pengkajian yang lebih mendalam mengenai pengaturan manajemen

risiko perbankan sebagai penerapan prinsip kehati-hatian bank. Oleh

karena itu masalah utama yang akan diteliti adalah “Apakah Peraturan

Bank Indonesia Nomor 11/25/PBI/2009 tentang Perubahan atas

Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan

Manajemen Risiko Bagi Bank Umum telah memenuhi prinsip kehati-

hatian bank ?”

C. KEASLIAN PENELITIAN

Penelitian yang mengkaji manajemen risiko perbankan

dihubungkan dengan prinsip kehati-hatian dalam perspektif hukum tidak

ditemukan. Sebagian besar penelitian dan karya ilmiah dalam bidang

manajemen risiko perbankan berdasarkan tinjauan disiplin ekonomi dan

perbankan. Tinjauan secara ekonomi lebih banyak membahas mengenai

pengelolaan risiko berdasarkan ukuran-ukuran kuantitatif. Sedangkan

penelitian yang mengkaji Prinsip Kehati-hatian yang telah ada sebagian

besar melakukan analisa penerapan prinsip tersebut pada bidang

perkreditan bank.

Penelitian ini hendak mengkaji berbagai peraturan yang telah

dibuat Bank Indonesia berkaitan dengan manajemen risiko pada

berbagai aktivitas utama perbankan dan mengevaluasinya apakah telah

memenuhi prinsip kehati-hatian bank sebagai rujukan utamanya.

Page 23: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

14

D. TUJUAN PENELITIAN

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan evaluasi

tentang substansi pengaturan manajemen risiko perbankan apakah telah

memenuhi prinsip kehati-hatian perbankan dan bagaimana seharusnya

pengaturan tentang manajemen risiko ini dibuat agar dapat mewujudkan

industri perbankan yang sehat dan kuat. Selain itu juga agar dapat

diketahui arahan yang tepat manakala di suatu waktu terdapat suatu

aktivitas perbankan yang baru sementara Bank Indonesia belum

mengatur tentang manajemen risikonya. Apabila hal itu terjadi maka

setiap pihak yang terlibat dalam industri perbankan dapat melakukan

suatu antisipasi terhadap risiko yang akan terjadi.

E. MANFAAT PENELITIAN

Hasil dari penelitian ini diharapkan akan memberikan konstribusi

evaluatif pada regulasi tentang manajemen risiko perbankan agar

memenuhi prinsip kehati-hatian perbankan. Apabila ditemukan suatu

kesimpulan bahwa regulasi tentang manajemen risiko perbankan yang

ada belum mampu mewujudkan prinsip kehati-hatian bank maka dapat

diperoleh alternatif antisipatif agar visi perbankan yang sehat dan kuat

dapat tercapai.

Lebih jauh dari itu harapan peneliti agar hasil dari penelitian ini

bisa menjadi salah satu bahan studi bagi penelitian-penelitian dan

teorisasi tentang manajemen risiko perbankan dan implementasi prinsip

kehati-hatian dalam aktivitas-aktivitas perbankan yang lebih mendalam

di kemudian hari.

Page 24: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

15

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Hukum dan Norma

Kehadiran hukum dalam masyarakat di antaranya adalah untuk

mengintegrasikan dan mengkoordinasikan kepentingan-kepentingan yang

bisa bertubrukan satu sama lain itu oleh hukum dintegrasikan sedemikian

rupa sehingga tubrukan-tubrukan itu bisa ditekan sekecil-kecilnya.

Pengorganisasian kepentingan-kepentingan itu dilakukan dengan

membatasi dan melindungi kepentingan-kepentingan tersebut. Memang,

dalam suatu lalu-lintas kepentingan, perlindungan terhadap kepentingan-

kepentingan tertentu hanya dapat dilakukan dengan cara membatasi

kepentingan di lain pihak.4

Dalam perkembangannya, hukum tidak hanya dipergunakan untuk

mengatur tingkah laku yang sudah ada dalam masyarakat dan

mempertahankan pola-pola kebiasaan yang telah ada. Lebih jauh dari itu,

hukum telah mengarah kepada penggunaannya sebagai suatu sarana atau

alat.

Apabila kita mulai membicarakan hukum sebagai sarana, maka

sebenarnya kita telah memasuki pembicaraan mengenai hukum sebagai

konsepsi yang modern. Hal ini dikarenakan hukum merupakan suatu

kebutuhan masyarakat sehingga ia bekerja dengan cara memberikan

petunjuk tingkah laku kepada manusia dalam memenuhi kebutuhannya. Ia

merupakan pencerminan kehendak manusia tentang bagaimana

seharusnya masyarakat itu dibina dan kemana harus diarahkan.5

4 Satjito Raharjo, 2000, Il ,Ilmu Hukum, Bandung : P.T. Citra Aditya Bakti, hal.53

5 Esmi Warassih, 2005, Pranata Hukum Sebuah Telaan Sosiologis, Semarang : P.T.

Suryandaru Utama, hal. 21.

Page 25: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

16

1. Pengertian Hukum

Hukum pada umum diartikan sebagai keseluruhan peraturan

atau kaedah dalam kehidupan bersama; keseluruhan tentang tingkah

laku yang berlaku dalam suatu kehidupan bersama, yang dapat

dipaksakan 6pelaksanaannya dengan suatu sanksi.

6 Namun demikian,

sampai sekarang belum diperoleh suatu pengertian hukum yang

memadai untuk menjawab setiap fenomena hukum.

Pengertian-pengertian hukum ada yang diangkat dari

pengertian sehari-hari dan ada pula yang diciptakan secara khusus

sebagai suatu pengertian teknik. Pentinglah untuk dipahami, bahwa

sekalipun suatu pengertian itu diangkat dari bahasa sehari-hari, tetapi

begitu ia dijadikan pengertian hukum, maka makna yang bisa

diberikan kepadanya hanyalah yang diberikan oleh hukum kepadanya.

Pengertian hukum itu mempunyai isi dan batas-batas yang jelas serta

dirumuskan secara pasti. Pengertian hukum merupakan suatu kategori

tertentu dalam konteks berpikir secara hukum dan oleh karenanya

hanya boleh diartikan dalam konteks itu pula, bukan dalam konteks

pengertian sehari-hari.7

Dalam Kamus Hukum karya Sudarsono, hukum diartikan

sebagai :8

a. peraturan yang dibuat oleh penguasa (pemerintah) atau adat yang

berlaku bagi semua orang di suatu masyarakat (negara) ;

b. undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk mengatur

pergaulan hidup masyarakat ;

6 Sudikno Mertokusumo, 1986. Mengenal Hukum, Suatu Pengantar. Yogyakarta :

Liberty, hal. 37. 7 Satjipto Rahardjo, ibid hal. 43.

8 Sudarsono, 1992, Kamus Hukum, Jakarta : Rineka Cipta.

Page 26: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

17

c. patokan (kaidah, ketentuan) mengenai peristiwa (alam dan

sebagainya) yang tertentu ;

d. keputusan (pertimbangan) yang ditetapkan oleh hakim (dalam

pengadilan).

Bagaimanapun, tidak selalu mudah untuk menyusun suatu

pengertian hukum yang benar-benar memberikan kepastian kepada

pemakainya. Dalam hal pengertian-pengertian hukum memiliki kadar

kepastian yang relatif kurang itu, pengisiannya untuk menjadi pasti

diserahkan kepada praktek penafsiran, terutama oleh pengadilan.

Sekarang ini praktek itu cenderung kearah kerangka fungsional, yaitu

untuk memberikan arti kepada pengertian hukum dengan dituntun oleh

keinginan menciptakan keadilan terhadap kasus-kasus secara

individual. Ini berbeda dengan pemahaman dalam kerangka logika

yang a priori, yaitu yang menekankan pada “isi yang pasti” dari suatu

pengertian hukum.9

Soetandyo Wignjosoebroto merumuskan pengertian hukum

berdasarkan konsep hukum. Konsep (berasal dari kata Latin conceptus

yang berarti “buah gagasan”) berhubungan dengan benda atau

gejala, bukan gejala atau benda faktual itu sendiri, melainkan

gambaran yang diimajinasikan dan didefinisikan saja. Demikian

juga halnya dengan konsep hukum. Dari konsep dasar mengenai apa

yang disebut hukum ini seluruh bangunan teori hukum dikembangkan,

mungkin sebagai doktrin dan mungkin pula sebagai teori yang

grounded on (empirical) data. Tergantung dari konsep yang

ditegaskan–apakah hukum itu suatu konsep doktrinal/normatif ataukah

9 Satjipto Rahardjo, ibid hal. 43.

Page 27: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

18

konsep yang diangkat dari realitas nondoktrinal/empiris – itulah teori-

teori hukum akan dikualifikasikan.10

Lebih jauh, Soetandyo Wignjosoebroto memberikan penjelasan

sebagai berikut :11

”Dalam konsepnya yang paling klasik (dalam pemikiran

maupun dalam praktik), hukum per-definisi adalah seperangkat norma

moral-sosial. Apa yang disebut “hukum” itu adalah realitas yang eksis

di alam Sollen dengan posisinya yang a priori di hadapan segala bentuk

perilaku manusia di alam pengalaman. Hukum adalah realitas kodrati,

bagian dari keniscayaan alami yang tertanamkan dengan kekuatannya

yang universal di dalam setiap idea dan budi nurani manusia, tanpa

dapat dielakkan oleh manusia itu sendiri. Hukum menurut logikanya

yang normatif seperti ini lalu senantiasa harus dipandang (alias

diteorikan) sebagai sesuatu realitas kodrati yang internal, sudah

tertanam di dalam sanubari yang merupakan bagian integral eksistensi

manusia, dan yang karena itu pula niscaya sudah eksis sebelum

perilaku hukum manusia diwujudkan di alam pengalaman yang nyata.

Dalam posisi yang logis-normatif seperti itu hukum adalah pengarah

atau pengontrol atau pula tolok guna menilai benar-salahnya setiap

bentuk perilaku manusia.

Dalam perkembangannya seiring dengan maraknya ideologi

liberalisme dan demokrasi yang memuncak pada akhir abad 18, yang

mendudukkan rakyat dalam kesamaan derajat sebagai pemegang

kedaulatan tertinggi dalam penciptaan hukum nasional, hukum lalu

mulai tidak lagi dikonsepkan sebagai norma moral yang hadir di luar

10

Soetandyo Wignjosoebroto, 2002, Hukum : Paradigma, Metode dan Dinamika

Masalahnya, Jakarta : ELSAM dan HUMA, hal. 179-180. 11

Ibid, hal. 180-182

Page 28: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

19

kuasa manusia. Alih-alih sebagai sesuatu yang internal dan kodrati,

dan yang hanya dapat dikatalisasi lewat renungan kontemplatif para

elite yang filosof, hukum sebagai bagian dari national order lalu mulai

dikonsepkan dan diteorikan sebagai norma yang dibuat atas kuasa

manusia-manusia sendiri, bahkan oleh yang awam sekalipun, lewat

kesepakatan-kesepakatan dalam suatu musyawarah perwakilan.

Inilah teorisasi yang dalam pemikiran kontemplatif-spekulatif Jean J.

Rousseau dinamakan Contract Sosiale. Hanya hukum yang telah

ditegaskan via kesepakatan legislatif (yang merupakan realisasi sosial)

– yang akan diakui sebagai hukum nasional, yang akan mengikat

warga negara tanpa kecualinya, dalam suatu kesatuan yang inklusif.

Namun demikian, positivisasi seperti itu tidak atau belum

mengubah konsep hukum (sekalipun sudah terbilang positif) sebagai

norma. Di sini hukum tetap norms, as it is written in the codes, dan

tidak atau belum sampai ke tatarannya as it is observed in the

empirical world. Dikatakan orang, bahwasanya positivisasi hukum

seperti itu baru mentransformasi konsep hukum dari pengertiannya

yang semula metayuridis-normatif (serta substansif karena

bersubstansi moral) ke pengertiannya yang yuridis-normatif (serta

formal karena berformalitas lugas dan netral).

Lebih lanjut dari sekedar norma-norma, dalam konsep

positivisme yang normatif, norma-norma sebagai unsur diintegrasikan

ke dalam suatu aransemen, konfigurasi, atau tatanan oleh seperangkat

ajaran yang dikembangkan secara khusus. Berbeda dengan hukum

dalam konsepnya sebagai norma-moral, hukum yang dikonsepkan

sebagai hukum positif mensyaratkan adanya suatu legium ahli-ahli

yang profesional untuk merawat dan mengelolanya, dengan

mengembangkan data-data ajaran yang diperlukan agar apa yang

Page 29: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

20

disebut “hukum” ini dapat difungsikan sebagai suatu sistem. Sistem

yang dimaksud adalah suatu sistem hukum (legal system, taat hukum)

yang tunduk pada suatu konsistensi yang logis, dengan kepastian yang

tinggi dengan hubungan antar-norma yang sungguh rasional.”

Menurut ajaran Hukum Positif (positieve rechtsleer), peristiwa

hukum dan hubungannya dengan akibat hukum adalah konstruksi

normatif hasil keputusan politik yang dipositifkan dalam bentuk

hukum perundang-undangan. Hukum perundang-undangan berformat

nasional diartikan juga sebagai tata hukum. Tata hukum dimaksud oleh

Soerjono Soekanto disebut hukum positif tertulis. Jadi, yang dimaksud

dengan “hukum” adalah hukum perundang-undangan sebagai hukum

positif tertulis yang dibuat oleh negara dan tersusun dalam bentuk tata

hukum nasional.12

Sedangkan menurut pemikiran Sosiologis, hukum adalah suatu

kompleks preskriptif positif yang sama dan sebangun dengan deskripsi

sosialnya yang empiris. Kalau terjadi kesalahan yang menyebabkan

distorsinya gambaran yang deskriptif, sehingga tidak lagi sama dan

sebangun dengan gambaran yang preskriptif, yang deskriptif itulah

yang harus dikoreksi dengan berbagai kebijakan, bila perlu secara

koersif (paksaan).13

Untuk mengerti hukum yang sebenarnya perlu diketahui makna

hukum. Menurut tanggapan umum makna hukum ialah mewujudkan

keadilan dalam hidup bersama manusia. Makna ini tercapai dengan

dimasukkannya prinsip-prinsip keadilan dalam peraturan-peraturan

bagi kehidupan bersama itu. Maka menurut pandangan orang hukum

12

Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung : P.T. Citra

Aditya Bakti, hal. 19. 13

Ibid, hal 21.

Page 30: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

21

yang sebenarnya adalah hukum positif yang merupakan suatu realisasi

dari prinsip-prinsip keadilan.

Harus diakui bahwa orang yang menggunakan metode empiris

tidak sampai pada pandangan ini. Mereka mendapat pengertian tentang

hukum dari apa yang terjadi dalam pembentukan hukum dalam

undang-undang. Dengan ini mereka memastikan bahwa hukum berasal

dari suatu pemerintah yang sah dalam suatu negara yang berdaulat.

Pemerintah itu meneliti situasi, melihat kebutuhan akan peraturan-

peraturan tertentu, lalu mengesahkan peraturan itu. Dapat dipastikan

juga bahwa pembuatan peraturan itu dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Sudah barang tentu situasi historis dan politik suatu masyarakat

terlebih dahulu menjadi dasar pertimbangan. Kemudian juga ideologi

negara dapat menjadi petunjuk dalam membentuk undang-undang.

Mungkin juga kepentingan pribadi atau nafsu kekuasaan ikut

menentukan isi undang-undang. Tetapi pengertian tentang hukum

sebagai norma suatu hidup bersama yang adil tidak masuk

pertimbangan mereka. 14

Bila mengikuti gagasan-gagasan sistem hukum yang

tradisional, maka dapat disimpulkan bahwa inti pengertian hukum,

yakni hakikat hukum, ialah menjadi sarana bagi penciptaan suatu

aturan masyarakat yang adil. Pengertian tentang hakikat hukum ini

berazaskan pada beberapa pertimbangan sebagai berikut : 15

a. Ternyata semua orang ingin mewujudkan suatu aturan masyarakat

yang adil. Inilah pertama-tama ditujui dengan pembentukan

undang-undang, yang harus sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan.

14

Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Yogyakarta : Kanisius, hal.

274. 15

Theo Huijbers, 1995, Filsafat Hukum, Yogyakarta : Kanisius, hal. 75-76.

Page 31: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

22

Lagipula dengan tujuan yang sama didirikan pengadilan.

Pengadilan itu tugasnya ialah memecahkan perkara-perkara yang

timbul akibat perbedaan pandangan antara warga-warga negara,

sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan.

Dari gambaran hukum ini sudah jelas bahwa hukum

menurut hakikatnya, yakni sebagai hukum, melebihi negara,

walaupun berasal dari negara. Sama seperti sebuah patung melebihi

pemahat patung. Memang benar bahwa sebuah patung dibuat oleh

seorang seniman, akan tetapi dalam membuat patung seniman itu

terikat akan norma-norma estetis. Maka hakikat patung sebagai

patung ditentukan oleh norma-norma estetis, bukan oleh seniman.

b. Pada umumnya hukum dialami sebagai berwibawa, sedemikian

rupa sehingga hukum secara psikologis berpengaruh terhadap

orang-orang yang tinggal di bawah hukum tersebut. Wibawa

hukum itu tidak terletak dalam kekuasaan pemerintah yang

menciptakannya. Bila demikian halnya, hukum ditakuti, bukan

dihormati. Tetapi sebaliknya wibawa ada pada hukum, oleh sebab

hukum itu mengatur dan membimbing kehidupan bersama manusia

atas dasar prinsip-prinsip keadilan (yang sebagai norma kesusilaan

sebagian diambil dari norma-norma agama).

c. Sejak pertengahan abad ini timbullah kecenderungan untuk

menyamakan hukum dengan suatu upaya (a tool) dalam

membangun masyarakat, khususnya menurut aspek sosio-

ekonominya (social engineering). Perkembangan ini berjalan terus,

sejajar dengan perkembangan ilmu-ilmu pengetahuan yang

bersangkutan.

Terhadap tendensi ini dapat dikatakan, bahwa memang benar

bahwa hukum memainkan peranan dalam social engineering tersebut.

Page 32: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

23

Namun dengan ini hukum tidak menjadi bagian sosiologi atau politik

hukum. Hukum menunjuk suatu aspek hidup yang istimewa yang tidak

terjangkau oleh ilmu-ilmu sosial dan ekonomis. Yakni intisari hukum

ialah “membawa aturan yang adil dalam masyarakat”. Karenanya

pengertian tradisional, yang menggabungkan hukum dengan etika

(yakni keadilan), tetap dapat dipertahankan.

2. Tujuan dan Fungsi Hukum

Pengertian-pengertian hukum sebagaimana diuraikan di atas

memberi petunjuk bahwa sesungguhnya hukum merupakan karya

manusia sebagai cerminan kehendak dan sasaran masyarakat yang

ingin dicapainya. Dalam literatur dikenal beberapa teori tentang tujuan

hukum sebagaimana diuraikan Esmi Warassih sebagai berikut : 16

“Pertama, Teori Etis yang mengajukan tesis bahwa hukum

itu semata-mata bertujuan untuk menemukan keadilan. Isi hukum

ditentukan oleh keyakinan yang etis tentang apa yang adil dan tidak

adil. Dengan perkatan lain, hukum bertujuan untuk merealisasikan

atau mewujudkan keadilan. Keprihatinan mendasar dari teori etis ini

terfokus pada dua pertanyaan tentang keadilan itu, yakni (1)

menyangkut hakikat keadilan, dan (2) menyangkut isi atau norma

untuk berbuat secara konkrit dalam keadaan tertentu.

Menurut para penganut teori etis ini, bahwa hakikat keadilan

itu terletak pada penilaian terhadap suatu perlakuan atau tindakan.

Dalam hal ini ada dua pihak yang terlibat, yaitu pihak yang

memperlakukan dan pihak yang menerima perlakuan. Misalnya,

antara orang tua dan anaknya, majikan dan buruh, hakim dan

yustisiabel, pemerintah dan warganya serta kreditur dan debitur.

16

Esmi Warassih, op.cit hal. 24 – 26.

Page 33: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

24

Secara ideal, hakikat keadilan itu tidak hanya dilihat dari satu pihak

saja, tetapi harus dilihat dari dua bidang. Namun demikian,

kesulitannya terletak pada pemberian batasan terhadap isi keadilan

itu. Akibatnya, dalam praktek ada kecenderungan untuk memberikan

penilaian terhadap rasa keadilan hanya menurut pihak yang

menerimanya perlakuan saja.

Aristoteles membedakan keadilan menjadi dua macam

keadilan, yaitu justisia distributive yang menghendaki setiap orang

mendapat apa yang menjadi haknya, dan justisia commutative yang

menghendaki setiap orang mendapatkan hak yang sama banyaknya

(keadilan yang menyamakan). Demikian pula, Roscoe Pound melihat

keadilan dalam hasil-hasil konkrit yang dapat diberikan kepada

masyarakat, berupa pengalokasian sumber-sumber daya kepada

anggota-anggota dan kelompok-kelompok dalam masyarakat.

Kedua, Teori Utilitas. Penganut teori ini, antara lain Jeremy

Bentham, berpendapat bahwa tujuan hukum adalah untuk menjamin

kebahagiaan yang terbesar bagi manusia dalam jumlah yang

sebanyak-banyaknya (the greatest good of the greatest number). Pada

hakikatnya hukum dimanfaatkan untuk menghasilkan sebesar-

besarnya kesenangan atau kebahagiaan bagi jumlah orang yang

terbanyak.

Ketiga, Teori Campuran, yang berpendapat bahwa tujuan

pokok hukum adalah ketertiban, dan oleh karena itu ketertiban

merupakan syarat bagi adanya suatu masyarakat yang teratur. Di

samping ketertiban, Mochtar Kusumaatmadja berpendapat bahwa

tujuan lain dari hukum adalah untuk mencapai keadilan secara

berbeda-beda (baik isi maupun ukurannya) menurut masyarakat dan

zamannya.”

Page 34: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

25

Para ahli filsafat Enlightenment menyatakan pentingnya substansi

hukum melalui tiga argument berikut :17

“Pertama, bahwa hukum tidak boleh hanya merupakan alat bantu

untuk mencapai rasionalitas. Akan tetapi, hukum itu sendiri harus

rasional. Hukum rasional adalah hukum yang benar-benar mampu

mewujudkan tujuan kehadirannya yakni hadir hanya di kawasan di mana

ia diperlukan, dan bertindak untuk kepentingan mereka yang menjadi

alasan kehadirannya. Cara yang paling sederhana untuk menyatakan

rasionalitas hukum adalah dengan menilainya dari perspektif tujuan

yang mendasari dan membenarkan kelahirannya. Di dalam ungkapan

Beccaria, tujuan hukum adalah memberikan kebahagiaan terbesar bagi

sebanyak mungkin orang : “to provide the greatest happiness divided

among the greatest number”. Di dalam kerangka Undang-undang Dasar

kita, tujuan-tujuan hukum adalah untuk melindungi segenap bangsa

Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, mewujudkan keadilan

sosial bagi seluruh rakyat, dan sebagainya.

Kedua, untuk menjamin agar karya hukum yang rasional dapat

mewujudkan tujuannya, ia harus didukung oleh tindakan yang efisien

dari perangkat pelaksanaan hukum. Di sini peranan lembaga kepolisian

menjadi sangat menentukan. Para ahli Filsafat Enlightenment sangat

jelas di dalam menyatakan, bahwa pencegahan kejahatan yang paling

efektif dan dengan demikian bantuan rasionalitas hukum, adalah

kepastian tentang bagaimana kejahatan disidik. Suatu hukuman yang

berat untuk suatu tindak kejahatan yang tidak pernah dilaksanakan

adalah tidak efektif. Sementara, suatu hukuman yang ringan untuk

tindak kejahatan yang cepat diputuskan adalah lebih efektif.

17

Nasikun. 1997. “Hukum Dalam Paradigma Sistem Sosial”. Artidjo Alkostar ed.

Identitas Hukum Nasional. Yogyakarta : Fakultas Hukum UII, hal. 161 - 163.

Page 35: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

26

Argumen ketiga tentang pentingnya memasukkan substansi ke

dalam bentuk-bentuk hukum berkaitan dengan pengaruh struktur sosial

masyarakat, dimana hukum seharusnya mewujudkan tujuan-tujuannya.

Suatu negara dapat diselenggarakan seperti mesin hukum yang

sempurna, tanpa favoritisme dan korupsi, namun ia tetap dapat bertindak

tidak adil. Di dalam struktur masyarakat yang secara sosial dan ekonomi

mengidap kesenjangan berat, misalnya, sejumlah besar warga

masyarakat yang berada di dasar hirarki sosial, tidak akan memiliki

kesempatan untuk memahami hukum. Tidak memiliki dana untuk

membela kepentingan mereka terhadap ketidak-adilan, apalagi memiliki

kemampuan untuk ikut menciptakan hukum. Karya-karya Rousseau

tentang politik, penuh dengan argumen yang demikian. Terdapat

beberapa jenis ketimpangan yang membuat reformasi hukum dengan

niat terbaik sekalipun, tidak mungkin efektif. Oleh karena itu, sangatlah

esensial bagi suatu masyarakat untuk memiliki derajad kesenjangan

sosial-ekonomi yang minimal, apabila hukum diharapkan dapat

mewujudkan tujuannya memberikan kebahagiaan terbesar bagi jumlah

orang yang terbanyak.

Berbagai tujuan yang hendak diwujudkan dalam masyarakat

melalui hukum yang dibuat itu, sekaligus menyebabkan tugas maupun

fungsi hukum pun semakin beragam. Secara garis besar tujuan-tujuan

tersebut meliputi pencapaian suatu masyarakat yang tertib dan damai,

mewujudkan keadilan, serta untuk mendatangkan kemakmuran dan

kebahagiaan atau kesejahteraan. Untuk dapat merealisasi tujuan-tujuan

tersebut, maka kita perlu membahas masalah fungsi-fungsi yang dapat

dijalankan oleh hukum.”

Page 36: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

27

Hoebel menyimpulkan adanya empat fungsi dasar hukum,

yaitu : 18

a. Menetapkan hubungan-hubungan antara para anggota masyarakat,

dengan menunjukkan jenis-jenis tingkah laku-tingkah laku apa

yang diperkenankan dan apa pula yang dilarang ;

b. Menentukan pembagian kekuasaan dan memerinci siapa saja yang

boleh melakukan paksaan serta siapakah yang harus mentaatinya

dan sekaligus memilihkan sanksi-sanksinya yang tepat dan efektif ;

c. Menyelesaikan sengketa ;

d. Memelihara kemampuan masyarakat untuk menyesuaikan diri

dengan kondisi-kondisi kehidupan yang berubah, yaitu dengan cara

merumuskan kembali hubungan esensial antara anggota-anggota

masyarakat.

Di samping itu, hukum menghendaki agar warga masyarakat

bertingkah laku sesuai dengan harapan masyarakat atau berfungsi

sebagai kontrol sosial. Demikian pula hukum berfungsi sebagai sarana

untuk memperlancar proses interaksi sosial, yaitu dengan memandang

hukum sebagai suatu mekanisme kontrol sosial yang bersifat umum

dan beroperasi secara merata di hampir seluruh sektor kehidupan

masyarakat. Parsons menyatakan bahwa fungsi utama suatu sistem

hukum bersifat integratif, artinya untuk mengurangi unsur-unsur

konflik yang potensial dalam masyarakat, dan untuk melicinkan proses

pergaulan sosial.19

Dalam masyarakat yang sudah semakin kompleks.

Berfungsinya hukum sekedar sebagai alat kontrol sosial atau dalam

banyak pembahasan disebut sebagai peraturan kewajiban primer

18

Esmi Warassih, op.cit hal. 26 – 27. 19

Esmi Warassih, op.cit, hal. 27.

Page 37: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

28

(primary rule of obligation) dianggap tidak lagi memadai. Oleh Hart

dikatakan, bahwa telah terjadi suatu peralihan dari rezim peraturan

primer kepada rezim peraturan kewajiban sekunder (secondary rules of

obligation).20

Rezim peraturan kewajiban sekunder (secondary rules of

obligation) mengadakan peraturan-peraturan sebagai berikut : 21

a. Peraturan yang berisi pengakuan terhadap norma tertentu (rules of

recognition). Dengan adanya peraturan ini maka menjadi jelas

dan pastilah apa yang merupakan kaidah mengenai perbuatan

atau hubungan tertentu.

b. Peraturan yang menggarap pengubahan-pengubahan (rules of

change). Dengan adanya peraturan ini bisa ditentukan secara jelas

dan tegas bagaimana peraturan-peraturan baru yang meniadakan

yang lama diciptakan.

c. Peraturan bagi penyelesaian sengketa (rules of adjudication).

Peraturan ini memberikan kekuasaan kepada seseorang untuk

membuat keputusan-keputusan yang mempunyai otoritas

mengenai ikhwal apakah suatu peraturan tertentu telah dilanggar.

Seiring dengan perkembangan masyarakat, fungsi hukum

mengalami perluasan sebagaimana diintroduksi Aubert dengan istilah

prevention to promotion, yang paralel dengan konsepnya Brockman

dan Ewald, yakni Socialization of Law. Konsep inipun sejalan dengan

pandangan Luhman tentang fungsi hukum sebagai social engineering

20

Satipto Rahardjo, op.cit, hal. 122.

21 Ibid, hal. 123.

Page 38: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

29

as a political approach to law, dan pandangan Heller yang melihat

hukum setara dengan positive state. 22

3. Pembuatan Hukum

Pembuatan hukum merupakan momentum yang memisahkan

keadaan tanpa hukum dengan keadaan yang diatur oleh hukum. Ia

merupakan pemisah antara “dunia sosial” dengan “dunia hukum”, oleh

karena sejak saat itu, kejadian dalam masyarakatpun mulai

ditundukkan pada tatanan hukum. Tunduk pada tatanan hukum berarti

tunduk pada penilaian hukum, ukuran hukum dan akibat-akibat

hukum.23

Menurut Burkhardt Krems, pembentukan hukum meliputi

kegiatan yang berhubungan dengan isi atau substansi peraturan,

metode pembentukan, serta proses dan prosedur pembentukan

peraturan. Setiap bagian kegiatan tersebut harus memenuhi

persyaratan-persyaratannya sendiri agar produk hukum tersebut dapat

berlaku sebagaimana mestinya, baik secara yuridis, politis maupun

sosiologis. Oleh karena itu, pembentukan hukum bukanlah merupakan

kegiatan yuridis semata, melainkan suatu kegiatan yang bersifat

interdisipliner. Artinya, setiap aktivitas pembentukan hukum

memerlukan bantuan ilmu-ilmu tersebut agar produk hukum yang

dihasilkan itu dapat diterima dan mendapat pengakuan dari

masyarakat.24

Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan merumuskan asas-asas dalam

22

Esmi Warassih, op.cit, hal. 29. 23

Satjipto Rahardjo, op.cit, hal. 176. 24

Esmi Warassih, op.cit, hal. 37.

Page 39: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

30

pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik sebagai

berikut :25

a. Asas “kejelasan tujuan” bahwa setiap pembentukan peraturan

perundang-undangan harus mempunyai tujuan yang jelas yang

hendak dicapai.

b. Asas “kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat” bahwa

setiap jenis peraturan perundang-undangan harus dibuat oleh

lembaga/pejabat pembentuk peraturan perundang-undangan yang

berwenang. Peraturan perundang-undangan tersebut dapat

dibatalkan atau batal demi hukum, bila dibuat oleh

lembaga/pejabat yang tidak berwenang.

c. Asas “kesesuaian antara jenis dan materi muatan” bahwa dalam

pembentukan peraturan perundang-undangan harus benar-benar

memperhatikan materi muatan yang tepat dengan jenis peraturan

perundang-undangannya.

d. Asas “dapat dilaksanakan” bahwa setiap pembentukan peraturan

perundang-undangan harus memperhitungkan efektifitas peraturan

perundang-undangan tersebut di dalam masyarakat, baik secara

filosofis, yuridis maupun sosiologis.

e. Asas “kedayagunaan dan kehasilgunaan” bahwa setiap peraturan

perundang-undangan dibuat karena memang benar-benar

dibutuhkan dan bermanfaat dalam mengatur kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

f. Asas “kejelasan rumusan” bahwa setiap peraturan perundang-

undangan harus memenuhi persyaratan teknis penyusunan

peraturan perundang-undangan, sistematika daan pilihan kata atau

25

Saldi Isra, 2004, “Agenda Pembaruan Hukum : Catatan Fungsi Legislasi DPR”, Jentera

Edisi 3-Tahun II, Jakarta : Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia.

Page 40: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

31

terminologi, serta bahasa hukumnya jelas dan mudah dimengerti,

sehingga tidak menimbulkan berbagai macam interpretasi dalam

pelaksanaannya.

g. Asas “keterbukaan” bahwa dalam proses pembentukan peraturan

perundang-undangan mulai dari perencanaan, persiapan,

penyusunan, dan pembahasan bersifat transparan dan terbuka.

Dengan demikian seluruh lapisan masyarakat mempunyai

kesempatan yang seluas-luasnya untuk memberikan masukan

dalam proses pembuatan peraturan perundang-undangan.

Untuk memahami hukum positif perlu dipahami pula tata

urutan (hierarchy) peraturan perundang-undangan. Perlu mendapatkan

perhatian dimanakah letak Peraturan Bank Indonesia dalam tata urutan

peraturan perundang-undangan kita. Selanjutnya, Pasal 7 Ayat (1)

Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 menetapkan Jenis dan Hierarki

Perundang-undangan Republik Indonesia. Menurut ketentuan tersebut,

jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan adalah sebagai

berikut :

a. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

b. Undang-undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang.

c. Peraturan Pemerintah.

d. Peraturan Presiden.

e. Peraturan Daerah.

Akan tetapi Ayat (4) dari Pasal 7 Undang-undang itu

menyebutkan bahwa “Jenis Peraturan Peundang-undangan selain

sebagaimana dimaksud Ayat (1), diakui keberadaannya dan

mempunyai kekuatan hukum sepanjang diperintahkan oleh Peraturan

perundang-undangan yang lebih tinggi.” Untuk mengetahui apa yang

disebut sebagai “Jenis Peraturan Perundang-undangan” selain yang

Page 41: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

32

ditentukan oleh Pasal 7 Ayat (1), perlu dirujuk Penjelasan Pasal 7 Ayat

(4) Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004. Penjelasan tersebut ialah :

“Jenis Peraturan Perundang-undangan selain dalam ketentuan ini,

antara lain, peraturan yang dikeluarkan oleh Majelis Permusyawaratan

Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,

Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa

Keuangan, Bank Indonesia, Menteri, kepala badan, lembaga, atau

komisi yang setingkat yang dibentuk oleh undang-undang atau

pemerintah atas perintah perundang-undangan. Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah Provinsi , Gubernur, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang setingkat.”

Apabila dilihat sekilas bunyi penjelasan tersebut di atas dan

dikaitkan dengan Pasal 7 Ayat (1) Undang-undang Nomor 10 Tahun

2004 maka seakan-akan kedudukan Peraturan MPR, Mahkamah

Agung dan organ negara lainnya secara hierarkis berada di bawah

Peraturan Daerah. Akan tetapi apabila dicermati bunyi ketentuan Pasal

7 Ayat (4) akan terlihat bahwa peraturan yang dibuat oleh organ

negara tersebut tidak lebih rendah dari Peraturan Daerah. Hal ini

bergantung kepada diperintahkan oleh peraturan perundang-undangan

yang mana; jika diperintahkan oleh Undang-undang, Peraturan Bank

Indonesia, misalnya dapat dikatakan setingkat dengan Peraturan

Pemerintah karena sama-sama diperintahkan oleh Undang-undang

sehingga merupakan regulation; sebaliknya, apabila diperintahkan oleh

Peraturan Pemerintah, Peraturan Bank Indonesia, misalnya dapat

dikatakan setingkat dengan Peraturan Pemerintah, Peraturan Bank

Indonesia berada di bawah Peraturan Pemerintah dan dalam hal ini

merupakan delegated regulation. Dengan demikian, bukan lembaga

yang menerbitkan peraturan perundangan itu yang menentukan

Page 42: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

33

kedudukannya, melainkan peraturan perundang-undangan yang mana

yang memerintahkan yang menentukan kedudukan peraturan

perundang-undangan dalam hierarki peraturan perundang-undangan

Republik Indonesia. Hal ini sangat berbeda dengan yang pernah

dituangkan di dalam Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 dan

Ketetapan MPR-RI No.III Tahun 2000.26

4. Hukum Sebagai Sistem Norma

Setelah memahami pengertian hukum, tujuan dan fungsi

hukum serta bagaimana hukum dibentuk maka perlu pula dipahami

akan hakekat hukum sebagai sistem norma. Pemahaman yang

demikian itu menjadi sangat penting karena dalam menjalankan

fungsinya untuk mencapai suatu tujuan yang dikehendaki secara

efektif, maka hukum harus dilihat sebagai sub-sistem dari sistem yang

besar yaitu masyarakat atau lingkungannya.27

Sedangkan pengertian sistem adalah suatu keseluruhan yang

tersusun dari sekian banyak bagian (whole compounded of several

parts), atau hubungan yang berlangsung di antara satuan-satuan atau

komponen-komponen secara teratur (an organized, functioning

relationship among units or components). Jadi dengan kata lain

istilah sistem itu mengandung arti sehimpunan bagian atau komponen

yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan suatu

keseluruhan.28

26

Peter Mahmud Marzuki, 2007, Penelitian Hukum, Jakarta : Kencana Prenada Media

Group, hal. 98. 27

Esmi Warassih, op.cit, hal. 29.

28 Iman Syaukani & A. Ahsin Thohari, 2004, Dasar-dasar Politik Hukum, Jakarta : P.T.

Raja Grafindo Persada, hal. 59.

Page 43: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

34

Pemahaman yang umum mengenai sistem mengatakan bahwa

suatu sistem adalah “suatu kesatuan yang bersifat kompleks, yang

terdiri dari bagian-bagian yang berhubungan satu sama lain”.

Pemahaman yang demikian itu hanya menekankan pada ciri

keterhubungan dari bagian-bagiannya, tetapi mengabaikan cirinya

yang lain, yaitu, bahwa bagian-bagian tersebut bekerja bersama secara

aktif untuk mencapai tujuan pokok dari kesatuan tersebut. Apabila

suatu sistem itu ditempatkan pada pusat pengamatan yang demikian itu

maka pengertian-pengertian dasar yang terkandung di dalamnya adalah

sebagai berikut.29

a. Sistem itu berorientasi kepada tujuan.

b. Keseluruhan adalah lebih dari sekedar jumlah dari bagian-

bagiannya (Wholism).

c. Suatu sistem berinteraksi dengan sistem yang lebih besar, yaitu

lingkungannya (Keterbukaan sistem).

d. Bekerjanya bagian-bagian dari sistem itu menciptakan sesuatu

yang berharga (Transformasi).

e. Masing-masing bagian harus cocok satu sama lain

(Keterhubungan).

f. Ada kekuatan pemersatu yang mengikat sistem itu (Mekanisme

kontrol).

Oleh karena hukum juga dipandang sebagai suatu sistem maka

untuk dapat memahaminya perlu penggunaan pendekatan sistem.

Pengertian hukum sebagai sistem hukum dikemukakan antara lain oleh

Lawrence M Friedman, bahwa hukum itu merupakan gabungan antara

komponen struktur, substansi dan kultur.30

29

Satjipto Rahardjo, op.cit, hal. 48. 30

Esmi Warassih, op.cit, hal. 30.

Page 44: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

35

a. Komponen struktur yaitu kelembagaan yang diciptakan oleh

sistem hukum itu dengan berbagai macam fungsi dalam rangka

mendukung bekerjanya sistem tersebut. Komponen ini

dimungkinkan untuk melihat bagaimana sistem hukum itu

memberikan pelayanan terhadap penggarapan bahan-bahan hukum

secara teratur.

b. Komponen substantif yaitu sebagai output dari sistem hukum,

berupa peraturan-peraturan, keputusan-keputusan yang digunakan

baik oleh pihak yang mengatur maupun yang diatur.

c. Komponen kultural yaitu terdiri dari nilai-nilai dan sikap-sikap

yang mempengaruhi bekerjanya hukum, atau oleh Lawrence M.

Friedman disebut sebagai kultur hukum. Kultur hukum inilah

yang berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara

peraturan hukum dengan tingkah laku hukum seluruh warga

masyarakat.

Menurut Lon L. Fuller, untuk mengenal hukum sebagai sebagai

sistem maka harus memenuhi delapan azas atau principles of legality

berikut ini :31

a. Sistem hukum harus mengandung peraturan-peraturan artinya ia

tidak boleh mengandung sekedar keputusan-keputusan yang

bersifat ad hoc.

b. Peraturan-peraturan yang telah dibuat itu harus diumumkan.

c. Peraturan tidak boleh berlaku surut.

d. Peraturan-peraturan disusun dalam rumusan yang bisa dimengerti.

e. Suatu sistem tidak boleh mengandung peraturan-peraturan yang

bertentangan satu sama lain.

31

Ibid, hal. 31.

Page 45: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

36

f. Peraturan-peraturan tidak boleh mengandung tuntutan yang

melebihi apa yang dapat dilakukan.

g. Peraturan tidak boleh sering dirubah-rubah.

h. Harus ada kecocokan antara peraturan yang diundangkan dengan

pelaksanaannya sehari-hari.

Adapun pengertian norma adalah sarana yang dipakai oleh

masyarakatnya untuk menertibkan, menuntut dan mengarahkan

tingkah laku anggota masyarakat dalam hubungannya satu sama lain.

Untuk bisa menjalankan fungsinya yang demikian itu, barang tentu ia

harus mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa. Paksaan ini tertuju

kepada para anggota masyarakat dengan tujuan untuk mematuhinya.32

Terdapat gagasan yang fundamental yang berasal dari Kant,

yakni tentang perbedaan antara apa yang ada (fakta-das Sein) dan apa

yang seharusnya (norma-das Sollen). Kant menjelaskan bahwa sesuatu

yang ada tidak dapat disamakan dengan apa yang seharusnya, sehingga

apa yang ada tidak dapat dipandang sebagai bersifat normatif. Kalau

umpamanya orang-orang biasanya saling menghormati (suatu fakta),

itu tidak berarti bahwa memang harus begitu. Seandainya saya mau

menerima konsekwensi ini sebagai benar, saya harus menerima juga

bahwa orang harus saling membunuh, bila mereka sudah biasa saling

membunuh. Dan hal ini umumnya tidak diterima. Pendek kata : apa

yang ada lain daripada apa yang seharusnya; fakta adalah fakta, bukan

norma.33

Selanjutnya, apabila kita mulai membahas tentang hukum

sebagai norma maka menurut pendapat Hans Kelsen, suatu norma

dibuat menurut norma yang lebih tinggi, dan norma yang lebih tinggi

32

Satjipto Rahardjo, op.cit, hal. 27. 33

Theo Huijbers, op.cit, hal. 45.

Page 46: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

37

inipun dibuat menurut norma yang lebih tinggi lagi, dan demikian

seterusnya sampai kita berhenti pada norma yang tertinggi yang tidak

dibuat oleh norma lagi melainkan ditetapkan terlebih dulu

keberadaannya oleh masyarakat. Norma tertinggi tersebut dinamakan

Grundnorm atau Basic Norm (Norma Dasar), dan Grundnorm pada

dasarnya tidak berubah-ubah. Melalui Grundnorm inilah semua

peraturan hukum itu disusun dalam satu kesatuan secara hierarchies,

dan dengan demikian ia juga merupakan suatu sistem.34

Arti hukum sebagai norma muncul pada kita, bila kita insyaf

tentang makna hukum dalam hidup kita. Kita menjadi insyaf, bahwa

hukum merupakan bagian kehidupan kita, dan bahwa hukum itu

berfungsi dalam kehidupan kita sebagai pedoman yang harus diikuti,

dengan maksud supaya kehidupan kita diatur sedemikian rupa

sehingga hak-hak dan kewajiban-kewajiban orang dibagi sebagaimana

mestinya.35

Hukum adalah norma yang mengajak masyarakat untuk

mencapai cita-cita serta keadaan tertentu, tetapi tanpa mengabaikan

dunia kenyataan dan oleh karenanya ia digolongkan ke dalam norma

kultur. Bagaimanapun juga, ia tetap memperlihatkan ciri-ciri dari

suatu norma yang digolongkan ke dalam norma susila yang

menunjukkan apa yang seharusnya dilakukan, bukan apa yang pasti

dilakukan.36

Bahwa hukum bersifat normatif, tampak dalam perumusan

kaidah-kaidah hukum. Kaidah-kaidah itu dirumuskan sebagai

34

Esmi Warassih, op.cit, hal. 32.

35 Theo Huijbers, loc.cit. seharusnya dilakukan, bukan apa yang pasti akan dilakukan.

36 Satjipto Rahardjo, op.cit, hal. 27.

Page 47: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

38

penggabungan antara dua kenyataan tertentu menurut prinsip

tanggungan, yakni : bila hal ini terjadi, seharusnya hal itu terjadi pula.

Sebagai contoh, seseorang yang memiliki televisi harus membayar

iuran sesuai dengan peraturan. Dikatakan “harus”/”seharusnya”

(ought) dalam arti tanggungan, sebab “harus” dalam suatu situasi

yuridis berbeda dengan “harus” dalam situasi alamiah. Dalam situasi

alamiah dua kenyataan selalu tergabung satu sama lain(umpamanya :

api dengan panas); karenanya keharusan alamiah selalu efektif. Lain

halnya dengan suatu keharusan yuridis, sebab suatu peraturan dapat

ditaati, dapat tidak. Bila hukum diakui sebagai normatif, diakui bahwa

hukum itu mewajibkan, bahwa hukum harus ditaati. Ketaatan itu tidak

dapat disamakan dengan ketaatan akan suatu perintah. Hukum ditaati,

bukan karena terdapat suatu kekuasaan di belakangnya, melainkan

karena mewajibkan itu termasuk hakikat hukum sendiri. Pada

hakikatnya hukum adalah norma yang mewajibkan. Hal ini jelas, sebab

bila suatu pemerintah tidak berhasil mengefektifkan suatu peraturan,

sehingga peraturan itu kurang ditaati, kekuatan peraturan tersebut

sebagai norma tidak hilang. 37

Agar keberadaan hukum sebagai suatu sistem tetap dapat

dipertahankan, maka ia harus mampu mewujudkan tingkat kegunaan

(efficacies) secara minimum. Efficacy suatu norma ini dapat terwujud

apabila ketaatan warga dipandang sebagai suatu kewajiban yang

dipaksakan oleh norma, dan perlu adanya persyaratan berupa sanksi

yang diberikan oleh norma. 38

37

Theo Huijbers, op.cit, hal. 45-46.

38 Esmi Warassih, op.cit, hal. 33.

Page 48: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

39

B. Tinjauan Umum Tentang Bank

Lembaga Perbankan merupakan suatu lembaga keuangan yang

paling dikenal oleh masyarakat dari berbagai kalangan dibandingkan

dengan lembaga keuangan lainnya misalnya Asuransi, Dana Pensiun,

Bursa Efek, Leasing, Modal Ventura dan lain-lain. Pengenalan

masyarakat atas lembaga perbankan ini disebabkan faktor historis yang

panjang dalam hal peranan bank di tengah-tengah masyarakat dalam

menjembatani kebutuhan masyarakat yang memiliki kelebihan dana

dengan masyarakat yang membutuhkan dana, inilah yang kemudian

dikenal sebagai fungsi intermediasi (Financial Intermediary).

Di samping fungsi intermediasi, perbankan modern juga dituntut

untuk memenuhi berbagai kebutuhan finansial masyarakat. Peranan bank

di luar fungsi intermediasi di antaranya adalah dalam rangka memberikan

pelayanan pada sistem pembayaran melalui layanan transfer dana baik

domestik maupun antar negara (telegraphic transfer), kliring, inkaso

dalam negeri atau bank draft untuk warkat yang diterbitkan bank asing,

electronic fund transaction baik melalui anjungan tunai mandiri (ATM),

kartu debet, kartu kredit, mobile banking, internet banking dan

sebagainya. Selain itu, bank juga melayani berbagai transaksi yang

bertujuan investasi baik melalui produk reksadana maupun

bankassurance atau juga transaksi untuk kepentingan pengamanan asset

seperti safe deposit box atau lindung nilai melalui transaksi derivatif.

Sedangkan definisi tentang Bank telah dirumuskan secara limitatif

dalam Pasal 1 angka 1 Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang

Perubahan Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan yakni

“badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup

Page 49: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

40

rakyat banyak.” Adapun pengertian Simpanan adalah dana yang

dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian

penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito, sertifikat deposito,

tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu (Pasal 1

angka 5). Sedangkan pengertian kredit adalah penyediaan uang atau

tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan

atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang

mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka

waktu tertentu dengan pemberian bunga (Pasal 1 angka 11).

Dari rumusan pengertian di atas, terlihat bahwa usaha bank tidak

semata-mata sebagai suatu sarana memutar uang untuk mencari

keuntungan perusahaan, tetapi undang-undang menghendaki agar

kehadiran bank dapat meningkatkan taraf hidup rakyat. Pasal 4 Undang–

undang Perbankan menyebutkan bahwa “perbankan Indonesia bertujuan

menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka

meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional

ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.” Artinya bahwa bank

tidak cukup hanya menjalankan kegiatannya saja, yaitu menghimpun dan

menyalurkan dana masyarakat, tetapi juga mempunyai tujuan yang jelas

demi kepentingan pembangunan nasional. Institusi perbankan dapat

menjadi agen pembangunan nasional. Hal ini merupakan salah satu

tanggung jawab bank dalam rangka mewujudkan cita-cita negara untuk

mewujudkan masyarakat adil dan makmur.

Menurut kamus istilah hukum Fockema Andrea, yang dimaksud

dengan bank ialah “suatu lembaga atau orang pribadi yang menjalankan

perusahaan dalam menerima dan memberikan uang dari dan kepada pihak

ketiga. Berhubung dengan adanya cek yang hanya dapat diberikan kepada

bankir sebagai tertarik, maka bank dalam arti luas adalah orang atau

Page 50: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

41

lembaga yang dalam pekerjaannya secara teratur menyediakan uang untuk

pihak ketiga.”39

Menurut Hermansyah pada dasarnya bank adalah : “badan usaha

yang menjalankan kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dan

menyalurkannya kembali kepada pihak – pihak yang membutuhkan dalam

bentuk kredit dan memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.”40

Kasmir memberikan definisi bahwa bank merupakan lembaga

keuangan yang kegiatannya adalah sebagai berikut :41

1. Menghimpun dana (uang) dari masyarakat dalam bentuk simpanan,

maksudnya adalah dalam hal ini bank sebagai tempat menyimpan

uang atau tempat berinvestasi masyarakat. Tujuan utama masyarakat

menyimpan uang biasanya adalah untuk keamanan uangnya,

sedangkan tujuan selanjutnya adalah untuk melakukan investasi

dengan harapan memperoleh keuntungan yang berupa bunga apabila

disimpan pada bank konvensional dan hasil pembagian keuntungan

apabila disimpan pada bank sya’riah. Tujuan lainnya adalah untuk

memudahkan melakukan transaksi pembayaran. Untuk memenuhi

tujuan mengamankan dan investasi, bank menyediakan sarana yang

disebut simpanan.

2. Menyalurkan dana ke masyarakat (lending), maksudnya adalah bank

memberikan pinjaman (kredit) kepada masyarakat yang mengajukan

permohonan. Dengan istilah lain, bank menyediakan dana bagi

masyarakat yang membutuhkannya. Pinjaman atau kredit yang

diberikan dibagi dalam berbagai jenis sesuai dengan keinginan

nasabah masing-masing. Namun tentu saja bank terlebih dahulu

39

Hermansyah, 2008, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, edisi revisi, Jakarta : Kencana

Prenada Media Group, hal. 8. 40

Loc.cit. 41

Kasmir, 2002, Dasar-dasar Perbankan, Jakarta : P.T. Radja Grafindo Persada, hal. 4.

Page 51: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

42

menilai apakah kredit tersebut layak diberikan atau tidak. Penilaian ini

dilakukan supaya bank dapat terhindar dari kerugian akibat tidak

dapat dikembalikannya pinjaman yang disalurkan bank dengan

berbagai sebab. Jenis kredit tersebut terbagi atas kredit investasi,

kredit modal kerja dan kredit perdagangan. Jenis-jenis kredit yang

diberikan oleh bank dapat dikatakan sama pada semua bank.

3. Memberikan jasa-jasa bank lainnya, seperti pengiriman uang

(transfer), penagihan surat-surat berharga yang berasal dari dalam

kota (clearing), penagihan surat-surat berharga dari luar kota atau luar

negeri (inkaso), letter of credit (L/C), safe deposit box, bank garansi,

travelers cheque dan jasa-jasa lainnya. Jasa-jasa ini merupakan jasa

pendukung dari kegiatan pokok bank yakni menghimpun dana dan

menyalurkan dana yang terhimpun tersebut.

Jerry M. Rosenberg mengemukakan bahwa bank merupakan

sebuah organisasi seperti umumnya perseroan yang memiliki hubungan

dengan pemerintah pusat, dan secara prinsip memiliki fungsi untuk

menerima tabungan dan deposito berjangka, memberikan bunga terhadap

nasabah penyimpan dan/atau memberikan penghargaan dalam bentuk

lainnya sesuai dengan undang-undang dan bank dapat memberikan kredit

atau menanamkan modalnya dalam bentuk lainnya. 42

Dalam UU No. 7 Tahun 1992 juncto UU No. 10 Tahun 1998

dikenal adanya 2 (dua) jenis Bank yakni Bank Umum dan Bank

Perkreditan Rakyat. Bank umum berfungsi sebagai Bank yang dapat

menjalankan segala jenis usaha di bidang jasa perbankan sedangkan Bank

Perkreditan Rakyat berfungsi sebagai Bank yang menjalankan usaha di

bidang jasa perbankan tidak termasuk jasa lalu lintas pembayaran,

42

Gunarto Suhardi, 2003, Usaha Perbankan dalam Perspektif Hukum, Yogyakarta :

Kanisius, hal. 17.

Page 52: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

43

terutama untuk melayani usaha kecil dan rakyat pedesaan. Selain

melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional maka Bank Umum

maupun Bank Perkreditan Rakyat dapat pula menjalankan kegiatan usaha

berdasarkan Prinsip Syariah.

C. Tugas dan Kedudukan Bank Indonesia sebagai Pengawas dan

Pengatur Bank.

Pasca krisis multi dimensional yang melanda Indonesia pada tahun

1998 terjadi reformasi dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia.

Salah satu buah dari reformasi adalah Amandemen Undang-undang Dasar

1945. Berbagai ketentuan dalam Undang-undang Dasar 1945 dilakukan

perubahan dan perbaikan bahkan beberapa diantaranya adalah pengaturan

baru yang dilekatkan dalam Undang-undang Dasar 1945. Salah satu

perubahan pada Amandemen keempat Undang-undang Dasar 1945 adalah

pengaturan tentang Bank Sentral sebagaimana diatur dalam Pasal 23 huruf

D yang berbunyi “Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan,

kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur

dengan undang-undang”. Dari sisi hukum, adanya pasal baru yang

mengatur bank sentral dalam konstitusi merupakan aspek yang patut

dikaji secara mendalam mengingat amanat pasal tersebut dapat membawa

konsekuensi hukum bagi Bank Indonesia selaku the existing central

bank. 43

Rumusan Pasal 23 huruf D Undang-undang Dasar 1945 hasil

amandemen keempat tidak menyebutkan secara khusus tentang

kedudukan Bank Indonesia sebagai Bank Sentral. Sehingga memunculkan

penafsiran apakah Bank Indonesia merupakan Bank Sentral sebagaimana

43

Agus Santoso, “Status, Tugas, dan Kedudukan Bank Indonesia menurut Pasal 23D UUD

1945”, Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan, Volume 1 Nomor 1 Bulan Juli

2003 : 2

Page 53: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

44

diatur dalam Pasal tersebut ataukah negara harus membentuk institusi

baru berkedudukan sebagai Bank Sentral. Meskipun terdapat beberapa

penafsiran yuridis tentang eksistensi Bank Indonesia sebagai Bank Sentral

akan tetapi nampaknya dengan berjalannya waktu tidak ada yang

“menggugat” peran Bank Indonesia ini sebagai Bank Sentral Republik

Indonesia.

Hal ini dimungkinkan karena adanya legitimasi yang didasarkan

pada peran Bank Indonesia sebagai Bank Sentral sebagaimana dinyatakan

dalam Penjelasan Pasal 23 huruf D UUD 1945 yang menyebutkan secara

tegas nama Bank Indonesia yang diamanatkan untuk mengemban tugas:

(1) mengeluarkan dan mengatur peredaran uang kertas; dan (2) menjaga

agar nilai uang tetap stabil. Dengan kata lain, bersamaan dengan

kemerdekaan Republik Indonesia, para pendiri negara ini menghendaki

adanya bank sentral nasional yang dijalankan oleh suatu lembaga yang

disebut secara eksplisit sebagai Bank Indonesia.

Untuk memperkuat kedudukan Bank Indonesia sebagai Bank

Sentral maka Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik

Indonesia membentuk Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23

Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2004 dan yang

terakhir diubah dengan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2009. Pasal 4

ayat (1) Undang-undang ini secara tegas mengatur bahwa Bank Indonesia

adalah Bank Sentral Republik Indonesia.

Pasal 23 huruf D Undang-undang Dasar 1945 yang kemudian

ditindaklanjuti dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23

Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana terakhir telah diubah

dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2009

membawa paradigma baru tentang eksistensi Bank Indonesia. Perubahan

Page 54: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

45

paradigma yang sangat fundamental adalah independensi Bank Indonesia.

Hal ini terjadi selain karena adanya perkembangan dan perubahan

kepentingan dalam perekonomian terhadap fungsi dan tugas bank sentral,

perubahan itu juga dalam rangka mengakselerasi international best

practices, dimana terdapat korelasi positif antara independensi bank

sentral dengan kestabilan nilai mata uang dan tingkat inflasi.

Untuk mewujudkan independensinya maka Bank Indonesia hanya

memiliki satu tujuan (single objective) sebagaimana diatur dalam Pasal 7

ayat (1) Undang-undang Nomor 3 Tahun 2004 jo. Undang-undang Nomor

6 Tahun 2009 yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai Rupiah.

Untuk mencapai tujuan itu Bank Indonesia mempunyai tugas menetapkan

dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan mengawasi bank,

serta mengatur dan memelihara kelancaran sistem pembayaran.

Dalam rangka pelaksanaan tugas mengatur bank, Pasal 25 ayat (1)

dan ayat (2) Undang-undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Perubahan

Atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia

maka Bank Indonesia diberikan kewenangan untuk menetapkan

ketentuan-ketentuan perbankan yang memuat prinsip kehati-hatian.

Adapun instrumen yang digunakan untuk mengatur bank adalah Peraturan

Bank Indonesia dan Surat Edaran Bank Indonesia.

Terkait dengan tugas untuk mengawasi bank maka Undang-

undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank

Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Republik

Indonesia Nomor 3 Tahun 2004 yang terakhir diubah dengan Undang-

undang Nomor 6 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Perubahan

Kedua atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank

Indonesia secara implisit menyatakan bahwa tugas Bank Indonesia untuk

Page 55: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

46

mengawasi Bank hanya sementara karena menurut Pasal 34 ayat (1)

Undang-undang tersebut diatur bahwa tugas mengawasi Bank akan

dilakukan oleh lembaga pengawasan sektor jasa keuangan yang

independen, dan dibentuk dengan undang-undang. Dan ayat (2) mengatur

bahwa pembentukan lembaga pengawasan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), akan dilaksanakan selambat-lambatnya 31 Desember 2010.

Mengenai pengalihan tugas pengawasan bank kepada Lembaga

Pengawasan Sektor Jasa Keuangan ini menimbulkan banyak pertanyaan

khususnya mengenai inkonsistensi terhadap Pasal 8 dan Penjelasan Pasal

4 ayat (1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999

tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-

undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2004 yang terakhir diubah

dengan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2009 tentang Penetapan

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 2 Tahun 2008

tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999

tentang Bank Indonesia, yang mengatur mengenai tugas dan kewenangan

Bank Indonesia antara lain dalam fungsinya selaku otoritas perbankan

yang merupakan salah satu dari 3 pilar untuk mendukung tercapainya

tujuan Bank Indonesia, sementara itu dalam Pasal 34 tugas pengawasan

bank dialihkan kepada Lembaga Pengawasan Sektor Jasa Keuangan.

Pelaksanaan tugas pengawasan bank oleh Bank Indonesia

dilakukan dengan 2 (dua) pendekatan yakni pengawasan berdasarkan

kepatuhan (compliance based supervision) dan pengawasan berdasarkan

risiko (risk based supervision/RBS). Pendekatan pengawasan berdasarkan

kepatuhan (compliance based supervision) pada dasarnya menekankan

pemantauan kepatuhan bank untuk melaksanakan ketentuan ketentuan

yang terkait dengan operasi dan pengelolaan bank. Pendekatan ini

mengacu pada kondisi bank di masa lalu dengan tujuan untuk memastikan

Page 56: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

47

bahwa bank telah beroperasi dan dikelola secara baik dan benar menurut

prinsip-prinsip kehati-hatian. Sedangkan pengawasan berdasarkan risiko

(risk based supervision/RBS) merupakan pendekatan pengawasan yang

berorientasi ke depan (forward looking). Dengan menggunakan

pendekatan tersebut pengawasan/pemeriksaan suatu bank difokuskan

pada risiko-risiko yang melekat (inherent risk) pada aktivitas fungsional

bank serta sistem pengendalian risiko (risk control system). Melalui

pendekatan ini akan lebih memungkinkan otoritas pengawasan bank

untuk proaktif dalam melakukan pencegahan terhadap permasalahan yang

potensial timbul di bank.

Adapun pengaturan dan pengawasan bank diarahkan untuk

mengoptimalkan fungsi Bank Indonesia sebagai lembaga kepercayaan

masyarakat dalam kaitannya sebagai lembaga penghimpun dan penyalur

dana, pelaksana kebijakan moneter, dan lembaga yang ikut berperan

dalam membantu pertumbuhan ekonomi serta pemerataan agar tercipta

sistem perbankan yang sehat, baik sistem perbankan secara menyeluruh

maupun individual, dan mampu memelihara kepentingan masyarakat

dengan baik, berkembang secara wajar dan bermanfaat bagi

perekonomian nasional.

Untuk mencapai tujuan tersebut pendekatan yang dilakukan adalah

dengan menerapkan :44

1. Kebijakan memberikan keleluasaan berusaha (deregulasi);

2. Kebijakan prinsip kehati-hatian bank (prudential banking); dan

3. Pengawasan bank yang mendorong bank untuk melaksanakan secara

konsisten ketentuan intern yang dibuat sendiri (self regulatory

44

(http://www.bi.go.id/pengawasan/tujuan pengaturan dan pengawasan)

Page 57: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

48

banking) dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya dengan tetap

mengacu kepada prinsip kehati-hatian.

Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas maka diperoleh

gambaran tentang kedudukan dan peran Bank Indonesia dalam

pengaturan dan pengawasan perbankan di Indonesia yang dilaksanakan

dengan penetapan kebijakan prinsip kehati-hatian bank yang wajib

diterapkan oleh semua bank serta mendorong setiap bank untuk membuat

dan melaksanakan kebijakan internal tentang prinsip kehati-hatian.

Dengan demikian harapan Bank Indonesia untuk dapat mewujudkan

sistem perbankan nasional yang sehat, kuat dan kokoh dapat

diwujudnyatakan.

D. Prinsip Kehatian-hatian (The Prudential Principles).

Dalam menjalankan usahanya, Manajemen Bank wajib mengelola

usahanya dengan mendasarkan pada sikap kehati-hatian atau yang lazim

dikenal dengan istilah The Prudential Principles. The Prudential

Principles ini mulai dikenal dalam praktek pengelolaan bank pada

pertengahan tahun 1980. Secara harafiah pengertian prudent adalah

”bijaksana” hanya saja dalam konteks pengelolaan bank, para praktisi

perbankan lebih memilih menerjemahkannya sebagai “kehati-hatian”

yang kemudian istilah yang sering digunakan adalah asas kehati-hatian.45

Menurut Sutan Remy Sjahdeini, penerjemahan prudential

principle sebagai prinsip kehati-hatian tidak tepat. Seharusnya prudential

diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dengan arif. Sedangkan

45

Permadi Gandapradja, 2004, Dasar dan Prinsip Pengawasan Bank,

Jakarta : P.T. Gramedia Pustaka Utama, hal. 21.

Page 58: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

49

prudentiality principle seyogianya diterjemahkan dengan prinsip

kearifan.46

Sedangkan menurut Sundari Arie, belum terdapat ketentuan yang

baku mengenai prinsip kehati-hatian namun dalam praktek

pelaksanaannya prinsip kehati-hatian perbankan merupakan prinsip yang

diterapkan oleh bank dalam menjalankan kegiatan usahanya agar

senantiasa sesuai dengan ketentuan-ketentuan perbankan yang berlaku

guna menghindari penyimpangan praktek perbankan yang tidak sehat dan

untuk meminimalisasi kerugian yang terjadi pada bank. Penafsiran ini

lebih berorientasi pada kepatuhan (compliance) sehingga bersifat positivis

atau legalistik karena semuanya masih digantungkan pada aturan hukum

yang telah ada sebelumnya.47

Terdapat pandangan ahli hukum perbankan yang memahami

prinsip kehati-hatian dalam optik pengelolaan risiko. Gunarto Suhardi

menjelaskan bahwa berhati-hati atau prudent adalah dengan menghitung

risiko yang dihadapi karena bank berhubungan dengan pihak lainnya yang

karakter dan usahanya bergantung pada keadaan orang itu. Di samping

itu, bank juga berhadapan dengan waktu yang berbeda dan dalam kondisi

yang berbeda pula, padahal kondisi misalnya krisis keuangan yang meluas

di dalam suatu negara dari waktu ke waktu mungkin saja terjadi. Sehingga

dapat dikatakan risiko adalah suatu fungsi dari penempatan dana dari

bank itu. Memang risiko itu berbeda-beda bergantung pada lembaga atau

individu dimana bank itu telah menempatkan dananya. Penempatan dana

pada bank sentral misalnya seperti Sertifikat Bank Indonesia maka

46

Sutan Remy Sjahdeini, 1993, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang

Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Jakarta : Institut Bankir

Indonesia, hal. 174. 47

S. Sundari Arie, 2007, Tindak Pidana di Bidang Perbankan Ditinjau dari Undang-undang

Perbankan dan Peraturan Perundang-undangan Terkait Serta Permasalahan dalam

Prakteknya, Tindak Pidana di Bidang Perbankan (ed), Jakarta : CFISEL, hal. 13.

Page 59: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

50

risikonya dianggap kecil atau bahkan dapat diabaikan. Sebaliknya

penempatan dana pada debitur dengan usaha di bidang industri misalnya

maka risikonya cukup besar karena bergantung pada pemasaran produk

industri itu. Bank yang berhati-hati menghitung benar segala risiko dan

bilamana risiko itu harus dihadapi maka sudah diadakan pencadangan

terhadap kerugian yang mungkin akan timbul.48

Pandangan Gunarto Suhardi tentang prinsip kehati-hatian ini juga

lebih progresif dibandingkan dengan pandangan ahli yang membatasi

keberlakuan prinsip kehati-hatian dalam perspektif legalistik. Bank

sebagai suatu entitas bisnis tentunya sangat dinamis dalam menjalankan

aktivitas usahanya. Oleh karenanya, regulasi akan senantiasa tertinggal

dibandingkan dengan dinamika bisnis termasuk di dalamnya bank. Kalau

prinsip kehati-hatian senantiasa diukur dari tersedianya peraturan yang

telah ada sebelumnya maka akan senantiasa terdapat “lubang” dalam

penegakan prinsip kehati-hatian ini.

Oleh karena itu, batasan mengenai prinsip kehati-hatian perbankan

sebaiknya tidak sepenuhnya digantungkan pada peraturan hukum tetapi

juga mempertimbangkan praktek perbankan yang baik (best practice).

Asosiasi perbankan sebaiknya mempunyai mekanisme peradilan internal

(semacam mahkamah kode etik) yang mempunyai kewenangan untuk

memberikan penentuan atas suatu tindakan, keputusan dan atau kebijakan

yang dianggap melanggar prinsip kehati-hatian. Keputusan yang diambil

oleh peradilan internal ini bisa dipergunakan sebagai alat bukti dalam

sidang peradilan.

48

Gunarto Suhardi, 2007, 25 Langkah Bijaksana Mengelola Bank (Sesuai Basle

Committee), Yogyakarta : Universitas Gajahmada, hal. 27-28.

Page 60: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

51

Dalam konteks Indonesia, penerapan prinsip/asas kehati-hatian

dalam pengelolaan perbankan secara imperatif dirumuskan dalam Pasal 2

Undang- undang No. 7 Tahun 1992 juncto Undang-undang No. 10 Tahun

1998. Dalam ayat ini dirumuskan bahwa “Perbankan Indonesia dalam

melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan

menggunakan prinsip kehati-hatian.” Penjelasan lebih lanjut tentang

prinsip kehati-hatian tidak terdapat dalam undang-undang ini. Hanya

dalam Penjelasan Pasal 29 ayat (1), (2) dan (3) yang mengatur tentang

kewenangan Bank Indonesia untuk mengatur dan membina bank terdapat

pengaturan sebagai berikut “bank wajib memiliki dan menerapkan sistem

pengawasan intern dalam rangka menjamin terlaksananya proses

pengambilan keputusan dalam pengelolaan bank yang sesuai dengan

prinsip kehati-hatian”.

Pengertian serta ruang lingkup prinsip kehati-hatian tidak diatur

secara eksplisit di dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang

Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10

Tahun 1998. Akan tetapi apabila merunut dari Penjelasan Pasal 25 ayat

(1) Undang-undang Nomor 6 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang

Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang

Bank Indonesia dimana dinyatakan bahwa “Ketentuan-ketentuan

perbankan yang memuat prinsip kehati-hatian bertujuan untuk

memberikan rambu-rambu bagi penyelenggaraan kegiatan usaha

perbankan, guna mewujudkan sistem perbankan yang sehat” maka dapat

diambil suatu penafsiran bahwa semua ketentuan yang terkait dengan

tujuan mewujudkan sistem perbankan yang sehat adalah acuan dari

prinsip kehati-hatian.

Page 61: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

52

Merunut pasal-pasal dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992

tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang

Nomor 10 Tahun 1998 maka terdapat beberapa pasal yang mengatur

tentang kewajiban bank untuk mewujudkan sistem perbankan yang sehat.

Pasal 8 undang-undang ini mengatur tentang kewajiban bank dalam

rangka kegiatan perkreditan atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah

diantaranya adalah dengan melakukan proses analisis yang mendalam atas

itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi

utangnya serta kewajiban bank untuk memiliki standar operasional baku

dalam bidang perkreditan. Pengaturan ini semata-mata agar bank

mempunyai portofolio kredit yang sehat dan memberikan keuntungan.

Dalam praktek perkreditan saat ini analisis kredit yang

dipergunakan adalah kaidah 6 C’s yang meliputi Character, Capacity,

Capital, Condition of Economic, Collateral dan Constraint. Kaidah

character untuk mengukur kemauan atau kesanggupan serta etikat baik

dari dari debitur untuk memenuhi kewajiban atas pinjamannya, capacity

yang dipergunakan sebagai tolok ukur adalah kemampuan calon debitur

untuk memenuhi kewajiban pinjamannya yang dananya bersumber dari

cash flow usahanya, capital adalah asset dan modal yang dipunyai oleh

calon debitur, condition of economic adalah kondisi ekonomi makro

maupun mikro yang berpotensi memberikan dampak bagi suatu usaha

yang akan dibiayai bank, collateral adalah jaminan/agunan kredit yang

dimaksudkan sebagai alternatif penyelesaian kredit (second way out)

dengan ukuran apakah barang jaminan tersebut mempunyai nilai jual yang

mengcover pinjamannya, dan yang terakhir adalah constraint yaitu

halangan atau hambatan terkait dengan isu-isu yang biasanya bersifat

lokal yang dapat mempengaruhi pelaksanaan kewajiban pembayaran

kredit debitur.

Page 62: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

53

Ketentuan lain yang berdimensi kehati-hatian adalah penetapan

Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK). Dalam rangka pemberian

kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, pemberian jaminan,

penempatan investasi surat berharga atau hal lain yang serupa bank wajib

mematuhi ketentuan tentang BMPK. Tujuan dari penetapan BMPK adalah

untuk penyebaran risiko (risk spreading) agar tidak terjadi pengumpulan

portofolio pada suatu kelompok tertentu baik yang terkait dengan bank

maupun pihak lain yang tidak terkait dengan bank itu sendiri.

Pasal 29 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 jo.

Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan mengatur

bahwa bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan

ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas,

rentabilitas, solvabilitas, atau sering disebut dengan CAMEL dan aspek

lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan

usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian.

Dalam praktek pengelolaan bank, Pasal 29 ayat (2) ini merupakan

acuan dalam rangka penilaian Tingkat Kesehatan Bank. Selain CAMEL

dalam pasal 29 ayat (2) tersebut juga disebutkan tentang aspek lain yang

berhubungan dengan usaha bank. Dalam metode penilaian Tingkat

Kesehatan Bank saat ini “aspek lain” yang dimaksudkan disini adalah

tingkat kepatuhan (compliance) bank terhadap semua regulasi yang terkait

dengan pengelolaan usaha bank. Pengaturan tentang Tingkat Kesehatan

Bank lebih lanjut dapat dilihat dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor

6/10/PBI/2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.

Dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tentang

Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum ini parameter penilaian

selain CAMEL ditambahkan dengan dengan parameter tambahan yakni

sensitivitas terhadap risiko pasar (sensitivity to market risk). Dengan

Page 63: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

54

demikian parameter penilaian tingkat kesehatan bank saat ini menjadi

CAMELS.

Arti pentingnya menciptakan sistem perbankan yang sehat adalah

sebagai berikut :49

1. keunikan karakteristik perbankan yang rentan terhadap serbuan

masyarakat yang menarik dana secara besar-besaran (bank runs),

sehingga berpotensi merugikan deposan dan kreditor bank ;

2. penyebaran kerugian di antara bank-bank sangat cepat melalui

contagion effect, sehingga berpotensi menimbulkan system problem ;

3. proses penyelesaian bank-bank bermasalah membutuhkan dana dalam

jumlah yang tidak sedikit ;

4. hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan sebagai

lembaga intermediasi akan menimbulkan tekanan-tekanan dalam

sektor keuangan (financial distress) ; dan

5. ketidakstabilan sektor keuangan akan berdampak pada kondisi

makroekonomi, khususnya dikaitkan dengan tidak efektifnya

transmisi kebijakan moneter.

Pasal 29 ayat (3) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 jo.

Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan mengatur

bahwa dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip

Syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh

cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang

mempercayakan dananya kepada bank. Ketentuan inilah sebetulnya yang

menjadi esensi dari prinsip kehati-hatian bank dalam kedudukannya

49

Djoni S. Gazali & Rachmadi Usman, 2010, Hukum Perbankan, Jakarta : Sinar Grafika,

hal. 29.

Page 64: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

55

sebagai lembaga intermediasi sehingga eksistensi suatu bank terus

berkelanjutan (going concern).

Kewajiban melaksanakan prinsip kehati-hatian juga dapat dilihat

dari ketentuan dalam Pasal 37 B Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998

jo. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang

mengatur tentang kewajiban bank untuk menjamin dana masyarakat yang

dititipkan kepadanya. Fungsi penjaminan ini dapat dialihkan kepada

Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sebagaimana diatur dalam Undang-

undang Nomor 24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan.

Di luar peraturan perundang-undangan yang telah disebutkan di

atas maka pengaturan tentang prinsip kehati-hatian perbankan juga dapat

ditemukan pada Undang-undang Nomor 24 Tahun 1999 tentang Lalu

Lintas Devisa dan Sistem Nilai Tukar. Di dalam Pasal 4 ayat (1) Undang-

undang Nomor 24 Tahun 1999 tentang Lalu Lintas Devisa dan Sistem

Nilai Tukar dinyatakan bahwa “dalam rangka penerapan prinsip kehati-

hatian, Bank Indonesia menetapkan ketentuan atas berbagai jenis

transaksi Devisa yang dilakukan oleh bank.” Sedangkan di dalam

Penjelasan Pasal 4 ayat (1) undang-undang ini dinyatakan bahwa “yang

dimaksud dengan prinsip kehati-hatian adalah salah satu upaya untuk

meminimalkan risiko usaha dalam pengelolaan bank, baik melalui

ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia maupun ketentuan intern

bank yang bersangkutan.”

Dari ketentuan tersebut dapat diambil esensi pengaturannya bahwa

prinsip kehati-hatian adalah segala upaya untuk meminimalkan risiko

usaha dalam pengelolaan bank. Sebagaimana telah diketahui bahwa bank

adalah suatu entitas bisnis yang menanggung potensi risiko. Oleh

karenanya semua elemen perbankan harus bekerja dalam rangka

Page 65: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

56

pengelolaan dan pengembangan usahanya dengan meminimalkan dan

memitigasi risiko.

Pengaturan tentang prinsip kehati-hatian juga dapat ditemukan

dalam Pasal 2 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan

Syariah yang berbunyi sebagai berikut “Perbankan Syariah dalam

melakukan kegiatan usahanya berasaskan Prinsip Syariah, demokrasi

ekonomi, dan prinsip kehati-hatian.” Selain itu pada Pasal 35 ayat (1)

undang-undang tersebut dinyatakan bahwa “Bank Syariah dan Unit Usaha

Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya wajib menerapkan prinsip

kehati-hatian.” Adapun pengertian prinsip kehati-hatian berdasarkan

undang-undang ini dapat diketahui dari Penjelasan Pasal 2 Undang-

undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah sebagai berikut

“yang dimaksud dengan prinsip kehati-hatian adalah pedoman

pengelolaan Bank yang wajib dianut guna mewujudkan perbankan yang

sehat, kuat, dan efisien sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.”

E. Pengertian Good Corporate Governance.

Belajar dari pengalaman selama ini dalam dunia perbankan, maka

para pelaku usaha perbankan haruslah memperbaiki diri, meningkatkan

kecakapan untuk mengelola institusi bank. Pengalaman kegagalan yang

dialami oleh banyak bank pada masa krisis moneter bahkan berlanjut dari

tahun ke tahun maka pada pertengahan tahun 1999 muncul wacana Good

Corporate Governance (GCG) atau Tata Kelola Perusahaan yang baik.

Dimana dalam prinsip GCG’s ini memberikan konsekuensi bahwa setiap

perusahaan harus mampu memperkuat dirinya sendiri terhadap berbagai

risiko yang akan dihadapinya dengan cara memperbaiki daya saingnya

Page 66: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

57

serta memastikan dirinya untuk dapat mempertahankan kelangsungan

hidup dan perkembangannya (sustainable growth). 50

Bank Indonesia melalui Peraturan Bank Indonesia Nomor

8/4/PBI/2006 Tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi

Bank Umum memberikan definisi Good Corporate Governance adalah

“suatu tata kelola Bank yang menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan

(transparency), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban

(responsibility), independensi (independency), dan kewajaran (fairness).

Siswanto Sutojo dan E. John Aldridge merekomendasikan definisi

Good Corporate Governance sebagaimana diintrodusir oleh 3 pihak yakni

The Organization for Economic Cooperation and Development (OECD),

The Australian Stock Exchange (ASX), dan Pakar manajemen Jill

Solomon dan Aris Solomon. 51

Definisi Corporate Governance menurut

OECD sebagai berikut : “Corporate governance is the system by which

business corporations are directed and controlled, The corporate

governance structure specifies the distribution of rights and

responsibilities among different participants in the corporation, such as

the board, the managers, shareholders and other stakeholders, and

spells out the rules and procedure for making decisions on corporate

affairs. By doing this, it also provides the structure throught which the

company objectives are set, and the means of attaining those objectives

and monitoring performance.” Sedangkan The ASX Corporate

Governance Council mendefinisikan corporate governance sebagai

50

Jimmy E. Elias, 2004, “Peranan Manajemen Risiko Strategik Dalam Mendukung Good

Corporate Governance”, Jurnal Hukum Bisnis Volume 23-No.3 Tahun 2004, Jakarta :

Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis, hal. 51.

51

Siswanto Sutojo dan E. John Aldridge, 2005, Good Corporate Governance-Tata Kelola

Perusahaan yang Sehat, Jakarta : P.T. Damar Mulia Pustaka, hal. 2-4.

Page 67: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

58

berikut : “Corporate governance is the system by which companies are

directed and managed. It influences how the objectives of the company set

and achieved, how risk is monitored and assessed, and how performance

is optimized”. Definisi ketiga diutarakan oleh dua orang pakar manajemen

Jill Solomon dan Aris Solomon sebagaimana dijelaskan dalam buku

mereka berjudul Corporate Governance and Accountability. Kedua pakar

manajemen ini mendefinisikan “Corporate Governance sebagai sistem

yang mengatur hubungan antara perusahaan (diwakili oleh Board of

Directors) dengan pemegang saham. Corporate Governance juga

mengatur hubungan dan pertanggungjawab atau akuntabilitas perusahaan

kepada seluruh anggota the stakeholders non pemegang saham. Termasuk

dalam kategori the stake holder non pemegang saham adalah para

kreditur, pelanggan, karyawan dan masyarakat (terutama yang berada di

sekitar unit sarana produksi perusahaan).”

Untuk dapat mengimplementasikan Konsep GCG’s dalam praktek

pengelolaan lembaga perbankan maka Bank Indonesia meminta kepada

semua bank untuk menunjuk satu Direktur yang khusus menangani

masalah Kepatuhan (Compliance) dimana Direktur ini mempunyai tugas

untuk memastikan bahwa lembaga yang dikelolanya benar-benar telah

mematuhi semua norma dan peraturan yang telah ada.

Agar setiap bank yang beroperasi di Indonesia dapat menerapkan

norma dan peraturan yang ada dengan baik maka selain mewajibkan

setiap bank mempunyai Direktur Kepatuhan maka perlu pula adanya

mekanisme pengawasan eksternal yang saat ini dilaksanakan oleh Bank

Indonesia serambi menunggu dibentuknya Lembaga Pengawas Sektor

Jasa Keuangan yang independen sebagaimana diamanatkan dalam Pasal

34 Undang-undang No. 3 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-

undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia.

Page 68: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

59

Semua upaya ini dilakukan agar dapat dibangun sistem perbankan

yang kuat dan aman sehingga mampu semakin berperan dalam proses

pemulihan dan pembangunan di negara kita. Untuk itu perlu adanya

fondasi yang kuat bagi institusi perbankan agar tidak cepat roboh

manakala terjadi “badai krisis” yang mengancam kinerja finansial dan

moneter kita.

F. Pengertian Risiko dan Manajemen Risiko.

Dalam satu setengah dekade terakhir ini, para bankir baru

menyadari bahwa sebuah Bank berada pada bisnis berisiko. Para Bankir

menyadari bahwa dalam menjalankan fungsi menawarkan jasa-jasa

keuangan, Bank harus mengambil atau menerima dan mengelola berbagai

jenis risiko keuangan secara efektif, agar dampak negatifnya tidak terjadi.

Sebelum kesadaran akan perlunya Manajemen Risiko ini muncul, hampir

semua Bank berpendapat bahwa risiko harus dihindari atau dihilangkan.52

Risiko dan Manajemen Risiko sebenarnya adalah istilah universal

yang tidak hanya dipergunakan dalam dunia perbankan. Hampir seluruh

kegiatan bisnis berkepentingan dengan pemahaman atas risiko dan

manajemen risiko. Bahkan kata risiko banyak dipergunakan dalam

percakapan sehari-hari oleh kebanyakan orang. Hanya saja pengertian

mengenai risiko ini tidak ada kesatuan pandang, masing-masing orang

memahami pengertian risiko dari sudut pandang yang berbeda-beda.

Menurut Herman Darmawi, risiko mempunyai beberapa definisi

sebagai berikut :53

52

Robert Tampubolon, 2004, Risk Management-Pendekatan Kualitatif untuk Bank

Komersial, Jakarta : P.T. Elex Media Komputindo, hal. 4. 53

Herman Darmawi, 2004, Manajemen Risiko, Jakarta : P.T. Bumi Aksara, hal. 18.

Page 69: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

60

1. Risk is the chance of loss (Risiko adalah kans kerugian).

Chance of loss biasanya dipergunakan untuk menunjukkan suatu

keadaan dimana terdapat suatu keterbukaan (exposure) terhadap

kerugian atau suatu kemungkinan kerugian. Sebaliknya jika

disesuaikan dengan istilah yang dipakai dalam statistik, maka

“chance” sering dipergunakan untuk menunjukkan tingkat

probabilitas akan munculnya situasi tertentu. Misalnya kalau kita

melemparkan uang logam Rp. 100,- maka probabilitas munculnya

gambar adat di bagian atas setelah uang itu tiba di lantai adalah 0,5.

Penulis yang menolak definisi risiko sebagai “chance of loss”

memberikan alasan, bahwa pembedaan antara risiko dan “chance of

loss” harus dilakukan. Mereka menegaskan bahwa jika risiko dan

“chance of loss” itu sama artinya, maka tingkat risiko dan tingkat

probabilitas juga sama artinya, maka tingkat risiko dan tingkat

probabilitas juga sama artinya. Karena itu bila “chance of loss”

adalah 100% maka kerugian itu adalah pasti dan karena kerugian

pasti terjadi, maka risiko tidak ada. Walaupun demikian banyak

penulis yang menerima definisi bahwa “risk is the chance of loss”,

jika “chance of loss” diartikan sebagai kemungkinan akan terjadinya

kerugian.

2. Risk is the possibility of loss (Risiko adalah kemungkinan kerugian).

Istilah “possibility” berarti bahwa probabilitas sesuatu peristiwa

berada di antara nol dan satu. Definisi ini barangkali sangat

mendekati dengan pengertian risiko yang dipakai sehari-hari. Akan

tetapi definisi ini agak longgar, tidak cocok dipakai dalam analisis

secara kuantitatif.

3. Risk is Uncertainty (Risiko adalah ketidakpastian).

Page 70: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

61

Tampaknya ada kesepakatan bahwa risiko berhubungan dengan

ketidakpastian (uncertainty) yaitu adanya risiko, karena adanya

ketidakpastian. Karena itulah ada penulis yang mengatakan bahwa

risiko itu sama artinya dengan ketidakpastian. Tetapi istilah

uncertainty itu sendiri mempunyai berbagai arti, dan selalu tidak

segera bisa ditangkap arti mana yang dimaksudkan. Untuk ringkasnya

dapat dikatakan, bahwa uncertainty ada yang bersifat subyektif dan

yang bersifat obyektif. Subjective Uncertainty merupakan penilaian

imdividu terhadap situasi risiko. Hal ini didasarkan atas pengetahuan

dan sikap orang yang memandang situasi itu. Ketidakpastian itu

merupakan ilusi yang diciptakan oleh orang karena

ketidaksempurnaan pengetahuannya di bidang itu. Misalnya

dilaporkan oleh dinas pengamat cuaca, bahwa besok “mungkin akan”

hujan. Tidak ada kepastian dalam alam. Semua sudah diatur

berdasarkan hukum alam. Hujan pasti atau tidak pasti akan datang.

Pengetahuan peramal cuacalah yang tidak sempurna untuk dapat

memastikannya. Jadi ketidak pastian seperti ini bersifat subyektif dan

inilah yang menimbulkan risiko dalam pengambilan keputusan.

Menurut Ferdinand Silalahi, pengertian risiko adalah sebagai

berikut :54

1. Risiko adalah kesempatan timbulnya kerugian.

2. Risiko adalah probabilitas timbulnya kerugian.

3. Risiko adalah ketidak pastian.

4. Risiko adalah penyimpangan aktual dari yang diharapkan.

5. Risiko adalah probabilitas suatu hasil akan berbeda dari yang

diharapkan.

54

Husein Umar, 2001, Manajemen Risiko Bisnis Pendekatan Finansial dan Non Finansial,

Jakarta : P.T. Gramedia Pustaka Utama, hal. 5.

Page 71: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

62

Berdasarkan beberapa pendapat mengenai risiko, Robert

Tampubolon memberikan definisi tentang Risiko Bank sebagai kombinasi

dari tingkat kemungkinan sebuah peristiwa terjadi disertai konsekuensi

(dampak) dari peristiwa tersebut pada Bank. Setiap kegiatan mengandung

potensi sebuah peristiwa terjadi atau tidak terjadi, dengan

konsekuensi/dampak yang memberi peluang untuk untung (upside) atau

mengancam sebuah kesuksesan (downside).55

Di dalam bukunya yang lain, Robert Tampubolon memberikan

definisi Risiko dengan melihat peran Risk Based Internal Auditing

(RBIA) sebagai sebuah konsep untuk menunjukkan tingkat ketidakpastian

yang berdampak secara material terhadap tujuan usaha sebuah organisasi.

Apabila disederhanakan, risiko adalah berbagai peristiwa atau situasi yang

dapat menghambat/menggagalkan sebuah organisasi mencapai tujuan-

tujuan yang telah ditetapkan.56

Bank Indonesia memberikan definisi tentang Risiko secara

limitatif sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 Peraturan Bank Indonesia

Nomor 11/25/PBI/2009 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia

Nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank

Umum sebagai berikut : Risiko adalah “potensi kerugian akibat terjadinya

suatu peristiwa (events) tertentu.”

Secara umum, Bank Indonesia telah mengidentifikasikan jenis-

jenis risiko dalam pengelolaan bank yang meliputi Risiko Kredit,

Risiko Pasar, Risiko Likuiditas, Risiko Operasional, Risiko Kepatuhan,

Risiko Hukum, Risiko Reputasi, dan Risiko Stratejik. Adapun

pemahaman tentang risiko-risiko tersebut diuraikan dalam Pasal 1

55

Robert Tampubolon, op.cit, hal. 21. 56

Robert Tampubolon, 2005, Risk And Systems-Based Internal Auditing (Audit Intern

Berbasis Risiko), Jakarta : P.T. Elex Media Komputindo, hal. 4.

Page 72: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

63

Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/25/PBI/2009 tentang Perubahan atas

Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan

Manajemen Risiko Bagi Bank Umum adalah sebagai berikut :

1. Risiko Kredit adalah risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak

lain dalam memenuhi kewajiban kepada Bank.

2. Risiko Pasar adalah risiko pada posisi neraca dan rekening

administratif termasuk transaksi derivatif, akibat perubahan secara

keseluruhan dari kondisi pasar, termasuk risiko perubahan harga

option.

3. Risiko Likuiditas adalah risiko akibat ketidakmampuan bank untuk

memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus

kas dan/atau dari aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan,

tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan bank.

4. Risiko Operasional adalah risiko akibat ketidakcukupan dan/atau tidak

berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem,

dan/atau adanya kejadian-kejadian eksternal yang mempengaruhi

operasional bank.

5. Risiko Kepatuhan adalah risiko akibat bank tidak mematuhi dan/atau

tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan

yang berlaku.

6. Risiko Hukum adalah risiko akibat tuntutan hukum dan/atau

kelemahan aspek yuridis.

7. Risiko Reputasi adalah risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan

stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif terhadap bank.

8. Risiko Strategik adalah risiko akibat ketidaktepatan dalam

pengambilan dan/atau pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta

kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.

Page 73: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

64

Berbagai risiko yang melekat pada kegiatan perbankan ini perlu

dikenali, dimonitor, dan dikontrol secara kontinue. Selain itu perlu

penetapan rencana mitigasi risiko yang komprehensif agar dalam

pembuatan keputusan bisnis bank didasarkan pada suatu argumentasi

yang kuat. Lebih dari pada itu diperlukan suatu manajemen risiko yang

terpadu (integrated risk management) untuk mengendalikan eksposure

risiko-risiko tersebut.

Sedangkan definisi tentang Manajemen Risiko sendiri adalah

suatu sistem pengawasan risiko dan perlindungan harta benda, hak milik,

dan keuntungan badan usaha atau perorangan atas kemungkinan

timbulnya kerugian karena adanya suatu risiko.57

Widigdo Sukarman, mendefinisikan Manajemen Risiko sebagai

keseluruhan sistem pengelolaan dan pengendalian risiko yang dihadapi

oleh bank yang terdiri dari seperangkat alat, teknik, proses manajemen

(termasuk kewenangan dan sistem dan prosedur operasional) dan

organisasi yang ditujukan untuk memelihara tingkat profitabilitas dan

tingkat kesehatan bank yang telah ditetapkan dalam Corporate Plan atau

rencana strategis bank lainnya sesuai dengan tingkat kesehatan bank yang

berlaku. Sedangkan William T. Thornhill mendefinisikan Manajemen

Risiko sebagai sebuah disiplin pengelolaan yang tujuannya adalah untuk

memproteksi asset dan laba sebuah organisasi dengan mengurangi potensi

kerugian sebelum hal tersebut terjadi, dan pembiayaan melalui asuransi

atau cara lain atas kemungkinan rugi besar karena bencana alam,

keteledoran manusia, atau karena keputusan pengadilan. Dalam

prakteknya, proses ini mencakup langkah-langkah logis seperti

pengidentifikasian risiko, pengukuran dan penilaian atas ancaman

(exposures) yang telah diidentifikasi, pengendalian ancaman tersebut

57

Husein Umar, Loc.cit.

Page 74: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

65

melalui eliminasi atau pengurangan; dan pembiayaan ancaman yang

tersisa agar apabila kerugian tetap terjadi, organisasi dapat terus

menjalankan usahanya tanpa terganggu stabilitas keuangannya.58

Definisi Manajemen Risiko yang diberikan oleh Bank Indonesia

seperti yang dijelaskan pada Pasal 1 angka 5 Peraturan Bank Indonesia

Nomor 11/25/PBI/2009 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia

Nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank

Umum adalah “serangkaian metodologi dan prosedur yang digunakan

untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko

yang timbul dari seluruh kegiatan usaha bank.”

Untuk menjamin agar semua bank yang beroperasi di Indonesia

dan yang tunduk pada ketentuan hukum Indonesia dapat meningkatkan

performanya maka Bank Indonesia mewajibkan semua bank untuk

membuat Rencana Bisnis Bank Umum (Business Plan) secara realistis

dengan memperhatikan faktor eksternal dan faktor internal yang

mempengaruhi kelangsungan usaha bank serta memperhatikan prinsip

kehati-hatian dan asas perbankan yang sehat.

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 5/25/2004 tanggal 22

Oktober 2004 maka semua bank wajib membuat rencana bisnis yang

sekurang-kurangnya memuat : ringkasan eksekutif, kinerja bank,

penerapan manajemen risiko, kebijakan dan strategi manajemen, proyeksi

keuangan, rencana penghimpunan dana, rencana penyaluran dana,

rencana permodalan, proyeksi rasio dan pos-pos tertentu, rencana

pengembangan organisasi dan sumber daya manusia, rencana

pengembangan produk dan aktivitas baru, serta rencana perubahan

jaringan kantor. Dari rencana bisnis yang dibuat oleh bank diharapkan

58

Robert Tampubolon, 2004, op.cit, hal. 33-34

Page 75: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

66

adanya arah yang jelas bagi setiap bank dalam menjalankan dan

mengembangkan usahanya.

G. KERANGKA BERPIKIR

Berdasarkan Pasal 23 huruf D Undang-undang Dasar 45,

kedudukan Bank Indonesia adalah sebagai Bank Sentral yang berfungsi

sebagai pengatur dan pengawas bank di Indonesia. Untuk mewujudkan

amanat ini disusunlah Undang-undang Nomor 6 Tahun 2009 tentang

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 2

Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 23

Tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Sedangkan sebagai peraturan

sektoral di bidang perbankan disusunlah Undang-undang Nomor 10

Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992

tentang Perbankan dimana dalam Pasal 2 diatur bahwa Perbankan

Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi

dengan menggunakan prinsip kehati-hatian.

Industri perbankan adalah suatu industri yang khas karena bank

menjalankan usaha dengan mengandalkan sebagian besar modal

kerjanya dari dana masyarakat yang berhasil dihimpun. Oleh karena itu,

institusi perbankan lazim disebut sebegai lembaga kepercayaan. Karena

mengandalkan modal kerja dari dana masyarakat maka bank harus

dikelola dengan prinsip kehati-hatian.

Operasionalisasi prinsip kehati-hatian diwujudkan dalam

berbagai regulasi. Regulasi perbankan di Indonesia sebagian besar

diproduksi oleh Bank Indonesia melalui instrumen yang disebut

Peraturan Bank Indonesia dan Surat Edaran Bank Indonesia.

Page 76: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

67

Bank adalah suatu bisnis yang penuh dengan risiko sehingga

diperlukan penanganan dan pengelolaan yang baik agar terhindar dari

beberapa risiko usaha perbankan. Bank Indonesia memberikan arahan

dalam bidang pengelolaan risiko ini dengan menerbitkan Peraturan Bank

Indonesia Nomor 11/25/PBI/2009 tentang Perubahan atas Peraturan

Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen

Risiko Bagi Bank Umum dan berbagai Peraturan Bank Indonesia yang

mengatur manajemen risiko terkait aktivitas perbankan.

Page 77: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

68

Sistematika kerangka berpikir disusun sebagai berikut :

Pasal 23 huruf D

UUD 1945

UU No. 10 Tahun 1998

Tentang Perubahan UU

No. 7 Tahun 1992 Tentang

Perbankan

PBI No. 11/25/PBI/2009 tentang

Perubahan Atas PBI No. 5/8/PBI/2003

tentang Penerapan Manajemen Risiko

Bagi Bank Umum

PBI dan S.E. BI tentang Manajemen

Risiko pada berbagai aktivitas

perbankan

Bank Umum Bank Umum Bank Umum

Prinsip Kehati-hatian

Best Practises

UU No. 6 Tahun 2009 jo. UU No.

3 Tahun 2004 jo UU No. 23 Tahun

1999 Tentang Bank Indonesia

PBI No.

8/4/PBI/2006

tentang GCG

Page 78: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

69

BAB III

METODE PENELITIAN

Suatu penelitian adalah suatu kegiatan untuk mencari, mendapatkan

dan selanjutnya mengolah data yang kemudian dilanjutkan dengan

penyusunan laporan hasil penelitian. Agar suatu penelitian dapat

memberikan hasil yang sahih diperlukan suatu metode penelitian yang akan

memberikan arah dan pedoman dalam proses penelitian.

Penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu

pengetahuan maupun teknologi. Hal ini disebabkan, oleh karena penelitian

bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis,

dan konsisten. Melalui proses penelitian tersebut diadakan analisa dan

konstruksi terhadap data yang telah dikumpulkan dan diolah.59

Penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan

hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna

menjawab isu hukum yang dihadapi. Penelitian hukum dilakukan untuk

menghasilkan argumentasi, teori atau konsep baru sebagai preskrepsi dalam

menyelesaikan masalah yang dihadapi.60

Berdasarkan pendapat tersebut maka penelitian ini akan dilakukan

dengan menggunakan metode penelitian sebagai berikut :

A. Jenis Penelitian

Di dalam setiap penelitian selalu diawali dengan upaya

menegaskan dulu konsep dan/atau definisi obyek atau obyek-obyek yang

akan diteliti. Penegasan konsep dimaksudkan agar orang tidak sampai

salah memilih cara atau metode penelitian/pencariannya, suatu kesalahan

yang akan menyebabkan kebenaran-kebenaran yang telah diperoleh

59

Soerjono Soekanto & Sri Mamuji, 2006, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta : P.T. Raja

Grafindo Persada, hal. 1. 60

Peter Machmud Marzuki, op.cit, hal. 35.

Page 79: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

70

melalui penelitian itu, sekalipun akurat dan berketerandalan, tidak “laku”

lagi (alias tidak sahih atau tidak valid) untuk menjawab masalah yang

tengah diajukan.61

Penelitian ini ditujukan untuk mengkaji kesesuaian peraturan-

peraturan yang terkait dengan manajemen risiko perbankan dengan

norma yang berlaku dalam dunia perbankan yakni prinsip kehati-hatian

bank. Penelitian akan dilakukan dengan mempelajari berbagai

Peraturan Bank Indonesia terkait dengan manajemen risiko dan peraturan

perundang-undangan lainnya melalui studi pustaka. Oleh karena itu jenis

penelitian yang digunakan adalah penelitian normatif.

Penelitian hukum normatif mengkaji hukum yang dikonsepkan

sebagai norma atau kaidah yang berlaku dalam masyarakat, dan menjadi

acuan perilaku setiap orang. Norma hukum yang berlaku itu berupa

norma hukum positif tertulis bentukan lembaga perundang-undangan

(undang-undang dasar), kodifikasi, undang-undang, peraturan pemerintah

(dan seterusnya), dan norma hukum tertulis bentukan lembaga peradilan

(judge made law), serta norma hukum tertulis buatan pihak-pihak yang

berkepentingan (kontrak, dokumen hukum, laporan hukum, catatan

hukum, dan rancangan undang-undang). Penelitian hukum normatif

disebut juga penelitian hukum teoritis/dogmatik karena tidak mengkaji

pelaksanaan atau implementasi hukum.62

B. Pendekatan Masalah

Penelitian ini hendak menganalisa substansi dari Peraturan Bank

Indonesia Nomor 11/25/PBI/2009 tentang Perubahan atas Peraturan

Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen

61

Soetandyo Wignjosoebroto, op.cit, hal. 145. 62

Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung : P.T. Citra

Aditya Bakti, hal. 40.

Page 80: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

71

Risiko Bagi Bank Umum dalam kaitannya dengan prinsip kehati-hatian

bank yang telah diatur sebelumnya di dalam Pasal 2 Undang-undang

Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah

dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998. Oleh karena itu

pendekatan masalah yang dipergunakan adalah pendekatan normatif

analitis substansi hukum (approach of legal content analysis) dengan

gradasi analisis hukum (legal analysis).

Agar penelitian ini dapat memberikan suatu hasil yang lebih

mendalam maka metode pendekatan masalah juga akan mengikuti alur

berpikir sesuai hirarki peraturan perundang-undangan. Menurut Hans

Kelsen, setiap tata kaidah hukum merupakan susunan kaidah-kaidah

(stufenbau). Di puncak stufenbau tersebut terdapat kaidah dasar atau

kaidah fundamental (grundnorm) yang merupakan hasil pemikiran

yuridis, tetapi bukan kaidah hukum positif. 63

Dalam konteks penelitian ini maka terdapat kerangka hirarkis

dalam struktur peraturan di bidang manajemen risiko perbankan. Secara

yuridis formal terdapat suatu sistimatika peraturan perundang-undangan

di bidang perbankan termasuk tetapi tidak terbatas pada pengaturan

tentang manajemen risiko, yang bertumpu pada konstitusi negara sebagai

batu pijakan.

Tetapi pada aras yang lain terdapat norma dasar yang berlaku

secara universal yang mengatur perilaku perbankan berikut dengan

aparatur di dalamnya yakni prinsip kehati-hatian (The Prudential

Principles). Sementara norma hukum lain dalam penelitian ini yang

keberlakuannya bergantung pada norma dasar tersebut adalah pengaturan

63

Ibid, hal. 75.

Page 81: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

72

manajemen risiko perbankan. Pertautan kedua norma ini akan menjadi

fokus dalam penelitian ini.

C. Bahan Hukum

Oleh karena penelitian ini adalah penelitian normatif sehingga

data-data yang diteliti adalah data-data sekunder. Data-data sekunder

yang diteliti meliputi, Pertama : Bahan Hukum Primer yang terdiri dari

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2009 jo. Undang-undang Nomor 3

Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 23 Tahun

1999 tentang Bank Indonesia dan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998

tentang Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang

Perbankan, Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/25/PBI/2009 tentang

Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 tentang

Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum serta Peraturan-

peraturan Bank Indonesia lainnya yang terkait dengan penerapan

manajemen risiko. Kedua : Bahan Hukum Sekunder, yang meliputi

jurnal-jurnal ilmiah, buku-buku, hasil penelitian, artikel-artikel, makalah

yang kesemuanya terkait dengan manajemen risiko dan prinsip kehati-

hatian perbankan. Ketiga : Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan hukum

yang mendasari atau memberikan petunjuk terhadap bahan hukum primer

dan bahan hukum sekunder, yang lebih dikenal dengan nama bahan

acuan bidang hukum atau bahan rujukan bidang hukum.

D. Prosedur Pengumpulan Bahan Hukum

Sebagai bahan hukum primer dalam penelitian ini yang meliputi

Undang-undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-

undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang telah

diperbarui melalui Undang-undang Nomor 6 Tahun 2009 tentang

Page 82: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

73

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 2

Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 23

Tahun 1999 tentang Bank Indonesia dan Undang-undang Nomor 10

Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992

tentang Perbankan, Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/25/PBI/2009

tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003

tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum serta

Peraturan-peraturan Bank Indonesia lainnya dan Surat Edaran Bank

Indonesia yang terkait dengan penerapan manajemen risiko perbankan

dapat diperoleh melalui perpustakaan dan website Bank Indonesia.

Sedangkan bahan hukum sekunder dan tersier diperoleh dari

perpustakaan dan pemanfaatan teknologi internet.

E. Analisis Data

Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan

analisis dengan menggunakan approach of legal content analysis.

Analisis data dilakukan secara kualitatif dan komprehensif sehingga

diperoleh suatu paparan mengenai kelebihan, keunggulan, keuntungan,

manfaat sekaligus kelemahan, kekurangan atau kekurangcermatan yang

terdapat dalam suatu peraturan perundang-undangan. Teknik analisis

dilakukan secara interpretasi, yaitu data diinterpretasikan dan dijabarkan

dengan mendasarkan pada suatu norma-norma dan teori-teori ilmu

hukum yang telah ada.

Ada dua alasan mengapa dalam penelitian ini menggunakan

content analysis sebagai pisau analisis. Alasan pertama menyangkut

sumber data. Sumber data utama dalam penelitian ini adalah bahan

hukum primer berupa seperangkat peraturan perundang-undangan di

bidang perbankan pada umumnya dan pengaturan tentang manajemen

Page 83: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

74

risiko pada khususnya yang merupakan dokumen hukum. Oleh karena

sumber data adalah dokumen hukum maka pisau analisis dalam

membaca dokumen hukum sebagai sebuah teks adalah dengan

menggunakan analisis isi (content analysis) yaitu suatu tehnik analisis

yang mengarahkan pada upaya pemahaman isi sebuah teks atau dokumen

dengan memahami secara utuh isi dokumen tersebut. Sedangkan alasan

kedua digunakannya analisis isi (contents analysis) adalah karena analisis

isi (content analysis) lebih menekankan pada prinsip obyektivitas yang

merupakan pilar penting dalam sebuah penelitian ilmiah.

Page 84: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

75

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hukum Perbankan sebagai Suatu Sistem Hukum

Sebagaimana telah diungkapkan dalam bagian pendahuluan,

bahwa bank adalah suatu institusi yang sarat dengan pengaturan (heavily

regulation industry). Begitu banyak peraturan yang mengatur tentang

perbankan baik dari sisi kelembagaan, transaksional/aktivitas usaha,

bahkan mengatur tentang para pelaku usaha perbankan secara rigid.

Dalam perkembangannya dengan semakin banyaknya aspek hukum yang

mengatur perbankan maka muncullah disiplin Hukum Perbankan. Secara

umum, unsur-unsur yang terkandung di dalam hukum perbankan

meliputi :

1. Serangkaian ketentuan hukum positif di bidang perbankan. Peraturan

perundang-undangan di bidang perbankan terangkai dalam hubungan

yang hirarkis dari puncaknya dalam dasar konstitusi kita yakni Pasal

23D dan Pasal 33 Undang-undang Dasar 1945 kemudian ditegaskan

dalam berbagai Undang-undang, Peraturan Presiden, Peraturan Bank

Indonesia, Surat Edaran Bank Indonesia, Surat Keputusan Bank

Indonesia bahkan berlanjut sampai pada ketentuan-ketentuan internal

bank. Semua peraturan perundang-undangan di bidang perbankan

tersebut terangkai sebagai suatu sistem dengan diikat oleh asas

hukum tertentu.

2. Hukum positif di bidang perbankan bersumberkan ketentuan yang

tertulis dan tidak tertulis (best practises). Ketentuan hukum tertulis

merupakan produk legislasi maupun peraturan pelaksanaan yang

dibuat oleh otoritas perbankan dalam hal ini Bank Indonesia.

Peraturan yang dikeluarkan oleh otoritas perbankan diantaranya

Page 85: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

76

adalah Peraturan Bank Indonesia, Surat Edaran Bank Indonesia, Surat

Keputusan Bank Indonesia dan lain-lain yang dalam beberapa kasus

peraturan perundang-undangan tersebut banyak dipengaruhi oleh

praktek kebiasaan yang telah dituangkan sebagai peraturan di negara

lainnya.

3. Ketentuan hukum perbankan tadi mengatur berbagai aspek perbankan

dalam lingkup kelembagaan termasuk prosedur dan perijinan

pendirian bank, prosedur pembukaan cabang atau perwakilan bank

asing, bentuk badan hukum bank, permodalan dan sebagainya.

4. Selain itu, ketentuan hukum perbankan juga mengatur mengenai

aktivitas usaha termasuk manajemen risiko dan tata kelola

perusahaan, mengatur mengenai sistem informasi dan infrastruktur

teknologi informasi, mengatur pula tentang aspek kepersonaliaan

meliputi kewajiban pemenuhan uji kelayakan dan kepatuhan (fit and

proper test), pemenuhan persyaratan sertifikasi pada jenjang

manajemen dan sebagainya.

5. Ketentuan hukum perbankan tadi juga mengatur aspek-aspek

kegiatan transaksional. Secara umum, fungsi utama bank adalah

sebagai menghimpun dana masyarakat dan selanjutnya

menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Akan tetapi

fungsi tersebut mengalami metamorfosis karena dalam

perkembangannya muncul banyak fitur produk yang semakin

beragam tidak lagi sebagaimana fungsi semula. Fitur-fitur baru

tersebut tidak saja dalam rangka penghimpunan dana dan penyaluran

dana tertapi juga pada penyediaan jasa lainnya seperti transfer uang,

inkaso, letter of credit, bank draft, safe deposit box maupun transaksi-

transaksi turunan (derivatif) yang memerlukan pengaturan secara

khusus.

Page 86: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

77

Menyadari perkembangan dalam lapangan hukum perbankan ini

maka apabila ditinjau dari sistem hukum nasional, hukum perbankan

telah berkembang menjadi hukum sektoral dan fungsional. Sehingga

kajiannya meniadakan pembedaan antara hukum publik dan hukum

privat, sehingga bentang ruang lingkupnya sangat luas meliputi beberapa

bidang hukum, seperti hukum administrasi, hukum perdata, hukum

dagang, hukum pidana, dan hukum internasional.

Suatu perkembangan yang menarik pada lapangan hukum

perbankan adalah ketika hukum perbankan ini mewujud menjadi sebuah

sistem hukum tersendiri. Apabila kita merujuk pada pendapat Lawrence

M Friedman, bahwa hukum itu merupakan gabungan antara komponen

struktur, substansi dan kultur maka sistem hukum perbankan dapat

diuaraikan sebagai berikut :

1. Komponen struktur yaitu kelembagaan yang diciptakan oleh sistem

hukum itu dengan berbagai macam fungsi dalam rangka mendukung

bekerjanya sistem tersebut. Melalui berbagai peraturan perundang-

undangan yang ada maka bangunan kelembagaan sudah terbentuk

pada lapangan hukum perbankan. Struktur yang mempunyai otoritas

mengatur (termasuk membuat peraturan) dan mengawasi sektor

perbankan telah ada, struktur pelaksana telah tersedia, subsistem

penyelesaian sengketa telah dibentuk bahkan berbagai infrastruktur

hukum telah terbentuk dalam sistem hukum perbankan di Indonesia.

2. Komponen substantif yaitu sebagai output dari sistem hukum, berupa

peraturan-peraturan, keputusan-keputusan telah banyak diproduksi

baik pada tingkatan undang-undang sampai dengan peraturan internal

kelembagaan sebagai aturan pelaksanaan.

3. Komponen kultural yaitu terdiri dari nilai-nilai dan sikap-sikap yang

mempengaruhi bekerjanya hukum. Kultur hukum inilah yang

Page 87: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

78

berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara peraturan

hukum dengan tingkah laku hukum seluruh warga masyarakatnya.

Dalam praktek perbankan salah satu wujud kultur hukum adalah

tersedianya kode etik dan best practises yang senantiasa menjadi

pedoman dari para praktisinya.

Selanjutnya, perlu pula ditinjau tentang hukum perbankan sebagai

suatu norma hukum. Menurut pendapat Hans Kelsen, suatu norma dibuat

menurut norma yang lebih tinggi, dan norma yang lebih tinggi inipun

dibuat menurut norma yang lebih tinggi lagi, dan demikian seterusnya

sampai kita berhenti pada norma yang tertinggi yang tidak dibuat oleh

norma lagi melainkan ditetapkan terlebih dulu keberadaannya oleh

masyarakat. Norma tertinggi tersebut dinamakan Grundnorm atau Basic

Norm (Norma Dasar), dan Grundnorm pada dasarnya tidak berubah-

ubah. Melalui Grundnorm inilah semua peraturan hukum itu disusun

dalam satu kesatuan secara hierarchies, dan dengan demikian ia juga

merupakan suatu sistem.

Berdasarkan pendapat Hans Kelsen ini maka menjadi sangat

menarik untuk mengajukan suatu pertanyaan apakah yang menjadi norma

dasar (Grundnorm) pada sistem hukum perbankan. Pasal 2 Undang-

undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-undang

Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan disebutkan bahwa Perbankan

Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi

dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Apabila merujuk Pasal 1

ayat (1) Rancangan Undang-undang tentang Demokrasi Ekonomi maka

yang dimaksudkan demokrasi ekonomi adalah sistem perekonomian

berdasarkan kedaulatan rakyat demi terwujudnya kemakmuran dan

keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Oleh karenanya sistem

hukum perbankan yang dibangun haruslah diorientasikan demi

Page 88: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

79

terwujudnya kemakmuran dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia. Ini adalah prinsip dasar yang mewarnai seluruh peraturan

perundang-undangan di bidang perbankan.

Selain demokrasi ekonomi, asas lainnya adalah prinsip kehati-

hatian. Terkait dengan prinsip kehati-hatian akan dilakukan pembahasan

secara khusus karena roh hukum perbankan adalah prinsip kehati-hatian.

Oleh karenanya penempatan prinsip kehati-hatian pada rumusan pasal

undang-undang cenderung mengerdilkan muatan prinsip kehati-hatian

tersebut. Prinsip kehati-hatian perbankan merupakan meta yuridis yang

menjadi roh bagi pengaturan dan praktek perbankan yang sehat.

B. Aspek hukum Prinsip Kehati-hatian Perbankan (Prudential

Banking Principle’s)

1. Pengaturan Prinsip Kehati-hatian pada Undang-undang Nomor

10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor

7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

Dalam banyak referensi telah sering dinyatakan bahwa bisnis

perbankan adalah bisnis yang penuh risiko (full risk business).

Aktivitas bisnis dalam penyediaan layanan finansial berikut dengan

berbagai fitur layanannya telah menempatkan bank pada situasi

dilematis antara upaya pencapaian tujuan keuntungan dengan

perangkap risiko yang menimbulkan potensi kerugian. Pada beberapa

kasus yang mengemuka akhir-akhir ini seperti kasus Bank Century

sebagai salah satu contoh kasus yang terjadi di dalam negeri maupun

kasus-kasus lembaga perbankan di negara lain, sebagai misal yang

terjadi di Barings Bank di Inggris pada tahun 1995 dan Lehman

Page 89: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

80

Brothers di Amerika Serikat pada tahun 2008, memperlihatkan

bagaimana perilaku bankir yang hendak meraih keuntungan yang

sebesar-besarnya sebagai layaknya tujuan korporasi menempatkan

institusinya pada “labirin jurang yang berbahaya”.

Upaya penetapan target pencapaian bisnis melalui standar

capaian yang relatif tinggi dan di tengah kompetisi antar lembaga

keuangan yang sedemikian ketat saat ini mendorong bankir dan

karyawan bank untuk mengupayakan segala cara untuk mewujudkan

prestasi kerjanya. Kreatifitas dalam mengupayakan pencapaian target

bisnis terkadang menafikan prinsip kehati-hatian yang selayaknya

dijunjung tinggi. Kesadaran kerapkali terlambat, ketika telah menjadi

masalah maka tindakan yang mengabaikan prinsip kehati-hatian ini

baru disesali.

Beberapa kasus pengabaian prinsip kehati-hatian telah

menghantarkan bankir atau karyawan bank pada risiko hukum.

Meskipun terdapat kontroversi akan tetapi beberapa kasus dapat

diangkat sebagai bukti adanya risiko sanksi pidana atas pengabaian

prinsip kehati-hatian sebagaimana yang harus ditanggung oleh para

mantan Bankir Bank Mandiri yang terdiri dari E.C.W. Neloe, I

Wayan Pugeg dan M. Sholeh Tasripan. Dalam hal mana ketiga orang

tersebut telah dinyatakan terbukti melakukan tindak pidana korupsi

dengan pembuktian sifat melawan hukum perbuatannya karena

melanggar prinsip kehati-hatian sebagaimana diatur dalam Pasal 2

Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas

Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

Demikian pula kasus yang menimpa Ricky Donals dan

Chairul Azhari, keduanya yang merupakan karyawan Bank Mega

harus mempertanggungjawabkan perbuatannya di depan sidang

Page 90: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

81

peradilan pidana dengan dakwaan melanggar prinsip kehati-hatian.

Keduanya dianggap tidak menjalankan prosedur dengan benar ketika

menyalurkan kredit kepada PT. Gladia Lestari Parahyangan sehingga

mengakibatkan kredit tersebut bermasalah.

Terlepas dari kontroversi yang melingkupi kedua kasus

tersebut akan tetapi menarik untuk menjadi bahan kajian tentang

aspek hukum prinsip kehati-hatian dalam dunia perbankan. Karena

saat ini prinsip ini kerap menjadi sarana penegak hukum untuk

menyelesaikan kasus-kasus di bidang perbankan.

Prinsip kehati-hatian di bidang perbankan diatur secara

khusus pada Pasal 2 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang

Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor

10 Tahun 1998 yang menyatakan sebagai berikut “Perbankan

Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi

dengan menggunakan prinsip kehati-hatian”. Penjelasan lebih lanjut

tentang prinsip kehati-hatian tidak terdapat dalam undang-undang ini.

Hanya dalam Penjelasan Pasal 29 ayat (1), (2) dan (3) yang mengatur

tentang kewenangan Bank Indonesia untuk mengatur dan membina

bank terdapat pengaturan sebagai berikut “bank wajib memiliki dan

menerapkan sistem pengawasan intern dalam rangka menjamin

terlaksananya proses pengambilan keputusan dalam pengelolaan bank

yang sesuai dengan prinsip kehati-hatian”.

Pengertian serta ruang lingkup prinsip kehati-hatian tidak

diatur secara eksplisit di dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992

tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang

Nomor 10 Tahun 1998. Akan tetapi apabila merunut dari Penjelasan

Pasal 25 ayat (1) Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang

Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang

Page 91: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

82

Nomor 3 Tahun 2004 dimana dinyatakan bahwa “Ketentuan-

ketentuan perbankan yang memuat prinsip kehati-hatian bertujuan

untuk memberikan rambu-rambu bagi penyelenggaraan kegiatan

usaha perbankan, guna mewujudkan sistem perbankan yang sehat”

maka dapat diambil suatu penafsiran bahwa semua ketentuan yang

terkait dengan tujuan mewujudkan sistem perbankan yang sehat

adalah acuan dari prinsip kehati-hatian.

Merunut pasal-pasal dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun

1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-

undang Nomor 10 Tahun 1998 maka terdapat beberapa pasal yang

mengatur tentang kewajiban bank untuk mewujudkan sistem

perbankan yang sehat. Pasal 8 undang-undang ini mengatur tentang

kewajiban bank dalam rangka kegiatan perkreditan atau pembiayaan

berdasarkan prinsip syariah diantaranya adalah dengan melakukan

proses analisis yang mendalam atas iktikad dan kemampuan serta

kesanggupan Nasabah Debitur untuk melunasi utangnya serta

kewajiban bank untuk memiliki standar operasional baku dalam

bidang perkreditan. Pengaturan ini semata-mata agar bank

mempunyai portofolio kredit yang sehat dan memberikan

keuntungan.

Dalam praktek perkreditan saat ini analisis kredit yang

dipergunakan adalah kaidah 6 C’s yang meliputi Character,

Capacity, Capital, Condition of Economic, Collateral dan Constraint.

Kaidah character untuk mengukur kemauan atau kesanggupan serta

etikat baik dari dari debitur untuk memenuhi kewajiban atas

pinjamannya, capacity yang dipergunakan sebagai tolok ukur adalah

kemampuan calon debitur untuk memenuhi kewajiban pinjamannya

yang dananya bersumber dari cash flow usahanya, capital adalah

Page 92: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

83

asset dan modal yang dipunyai oleh calon debitur, condition of

economic adalah kondisi ekonomi makro maupun mikro yang

berpotensi memberikan dampak bagi suatu usaha yang akan dibiayai

bank, collateral adalah jaminan/agunan kredit yang dimaksudkan

sebagai alternatif penyelesaian kredit (second way out) dengan

ukuran apakah barang jaminan tersebut mempunyai nilai jual yang

mengcover pinjamannya, dan yang terakhir adalah constraint yaitu

halangan atau hambatan terkait dengan isu-isu yang biasanya bersifat

lokal yang dapat mempengaruhi pelaksanaan kewajiban pembayaran

kredit debitur.

Ketentuan lain yang berdimensi kehati-hatian adalah

penetapan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK). Dalam

rangka pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip

Syariah, pemberian jaminan, penempatan investasi surat berharga

atau hal lain yang serupa bank wajib mematuhi ketentuan tentang

BMPK. Tujuan dari penetapan BMPK adalah untuk penyebaran

risiko (risk spreading) agar tidak terjadi pengumpulan portofolio

pada suatu kelompok tertentu baik yang terkait dengan bank maupun

pihak lain yang tidak terkait dengan bank itu sendiri.

Pasal 29 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 jo.

Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan mengatur

bahwa bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan

ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen,

likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, atau sering disebut dengan

CAMEL dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan

wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian.

Dalam praktek pengelolaan bank, Pasal 29 ayat (2) ini

merupakan acuan dalam rangka penilaian Tingkat Kesehatan Bank.

Page 93: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

84

Selain CAMEL dalam pasal 29 ayat (2) tersebut juga disebutkan

tentang aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank. Dalam

metode penilaian Tingkat Kesehatan Bank saat ini “aspek lain” yang

dimaksudkan disini adalah tingkat kepatuhan (compliance) bank

terhadap semua regulasi yang terkait dengan pengelolaan usaha bank.

Pengaturan tentang Tingkat Kesehatan Bank lebih lanjut dapat dilihat

dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tentang

Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dan yang saat ini

telah disempurnakan melalui Peraturan Bank Indonesia Nomor

13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.

Dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004

tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, parameter

penilaian selain CAMEL ditambahkan dengan dengan parameter

tambahan yakni sensitivitas terhadap risiko pasar (sensitivity to

market risk). Dengan demikian parameter penilaian tingkat kesehatan

bank saat ini menjadi CAMELS.

Sementara itu terdapat keterkaitan yang sangat erat antara

Tingkat Kesehatan Bank dengan prinsip kehati-hatian dan

manajemen risiko hal ini seperti yang diatur secara eksplisit di dalam

Pasal 2 ayat (1) Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011

tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank yang berbunyi “Bank

wajib memelihara dan/atau meningkatkan Tingkat Kesehatan Bank

dengan menerapkan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko

dalam melaksanakan kegiatan usaha”. Dengan demikian dapat

diketahui bahwa penerapan prinsip kehati-hatian dan manajemen

risiko akan mempengaruhi penilaian atas Tingkat Kesehatan Bank.

Pasal 29 ayat (3) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 jo.

Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan mengatur

Page 94: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

85

bahwa dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan

Prinsip Syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib

menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan

nasabah yang mempercayakan dananya kepada bank. Ketentuan

inilah sebetulnya yang menjadi esensi dari prinsip kehati-hatian bank

dalam kedudukannya sebagai lembaga intermediasi sehingga

eksistensi suatu bank terus berkelanjutan (going concern).

Kewajiban melaksanakan prinsip kehati-hatian juga dapat

dilihat dari ketentuan dalam Pasal 37 B Undang-undang Nomor 10

Tahun 1998 jo. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang

Perbankan yang mengatur tentang kewajiban bank untuk menjamin

dana masyarakat yang dititipkan kepadanya. Fungsi penjaminan ini

dapat dialihkan kepada Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)

sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2004

Tentang Lembaga Penjamin Simpanan.

2. Pengaturan Prinsip Kehati-hatian pada Undang-undang Nomor

24 Tahun 1999 tentang Lalu Lintas Devisa dan Sistem Nilai

Tukar serta Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang

Perbankan Syariah.

Di luar Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang

Perbankan maka pengaturan tentang prinsip kehati-hatian perbankan

juga diatur dalam Pasal 4 Undang-undang Nomor 24 Tahun 1999

tentang Lalu Lintas Devisa dan Sistem Nilai Tukar. Di dalam Pasal 4

ayat (1) Undang-undang Nomor 24 Tahun 1999 tentang Lalu Lintas

Devisa dan Sistem Nilai Tukar dinyatakan bahwa “dalam rangka

penerapan prinsip kehati-hatian, Bank Indonesia menetapkan

Page 95: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

86

ketentuan atas berbagai jenis transaksi Devisa yang dilakukan oleh

bank.” Sedangkan di dalam Penjelasan Pasal 4 ayat (1) undang-

undang ini dinyatakan bahwa “yang dimaksud dengan prinsip kehati-

hatian adalah salah satu upaya untuk meminimalkan risiko usaha

dalam pengelolaan bank, baik melalui ketentuan yang ditetapkan oleh

Bank Indonesia maupun ketentuan intern bank yang bersangkutan.”

Prinsip kehati-hatian yang diatur dalam Undang-undang

Nomor 24 Tahun 1999 lebih cenderung sebagai salah satu mekanisme

menjaga stabilitas moneter serta mencegah adanya krisis finansial

yang bersifat sistemik. Prinsip kehati-hatian dalam perspektif ini

lebih dikenal sebagai macro-prudential. Pemerintah Indonesia sejak

tahun 1970 telah menerapkan sistem devisa bebas sehingga

memungkinkan nilai mata uang rupiah bergerak bebas. Akibat

diterapkannya sistem devisa bebas ini, pada saat krisis moneter global

tahun 1997/1998 terjadi hiperdevaluasi terhadap nilai rupiah. Melalui

Undang-undang tersebut, diharapkan institusi perbankan dapat

menerapkan prinsip kehati-hatian dengan melakukan pengendalian

secara internal terhadap mutasi transaksi devisa agar fluktuasi nilai

rupiah tidak terjadi secara ekstrem. Hal ini berbeda dari pengaturan

prinsip kehati-hatian dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998

tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang

Perbankan yang lebih menekankan pada kelangsungan usaha lembaga

perbankan secara individual untuk mempertahankan tingkat

kesehatannya atau lebih dikenal dengan micro-prudential.

Pengaturan tentang prinsip kehati-hatian juga dapat

ditemukan dalam Pasal 2 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008

tentang Perbankan Syariah yang berbunyi sebagai berikut “Perbankan

Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan Prinsip

Page 96: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

87

Syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian.” Selain itu

pada Pasal 35 ayat (1) undang-undang tersebut dinyatakan bahwa

“Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah dalam melakukan kegiatan

usahanya wajib menerapkan prinsip kehati-hatian.” Adapun

pengertian prinsip kehati-hatian berdasarkan undang-undang ini dapat

diketahui dari Penjelasan Pasal 2 Undang-undang Nomor 21 Tahun

2008 tentang Perbankan Syariah sebagai berikut “yang dimaksud

dengan prinsip kehati-hatian adalah pedoman pengelolaan Bank yang

wajib dianut guna mewujudkan perbankan yang sehat, kuat, dan

efisien sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.”

Pasal 35 ayat (1) Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008

tentang Perbankan Syariah secara khusus mengatur tentang

kewajiban penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan usaha

perbankan yang selengkapnya berbunyi sebagai berikut “Bank

Syariah dan UUS dalam melakukan kegiatan usahanya wajib

menerapkan prinsip kehati-hatian.” Penjelasan pasal ini menyebutkan

bahwa “dalam rangka menjamin terlaksananya pengambilan

keputusan dalam pengelolaan bank yang sesuai dengan prinsip

kehati-hatian, Bank memiliki dan menerapkan, antara lain, sistem

pengawasan intern.”

Dari perumusan ketentuan tentang penerapan prinsip kehati-

hatian sebagaimana diatur dalam pasal-pasal tersebut di atas maka

pemahaman yang dapat diperoleh dari pengaturan prinsip kehati-

hatian sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun

2008 tentang Perbankan Syariah juga dalam rangka menjaga

kesehatan dan keberlangsungan institusi perbankan syariah secara

individual agar tidak menjadi bank gagal. Hanya saja pengaturan

tentang kaidah-kaidah prinsip kehati-hatian perbankan syariah masih

Page 97: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

88

harus ditelusur melalui peraturan perundang-undangan lainnya

meskipun undang-undang ini juga mengatur beberapa segi

pengelolaan perbankan syariah menuju perbankan syariah yang sehat,

kuat dan efisien.

3. Kewenangan Bank Indonesia untuk menetapkan ketentuan

tentang Prinsip Kehati-hatian Bank.

Pasal 4 ayat (3) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3

Tahun 2004 tentang tentang Perubahan Atas Undang-undang

Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia

mengatur bahwa “Bank Indonesia adalah badan hukum berdasarkan

undang-undang ini”. Dalam Penjelasan pasal tersebut disebutkan

“Bank Indonesia dinyatakan sebagai badan hukum dengan undang-

undang ini dan dimaksudkan agar terdapat kejelasan wewenang Bank

Indonesia dalam mengelola kekayaan sendiri yang terlepas dari

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Selain itu, Bank Indonesia

sebagai badan hukum publik berwenang menetapkan peraturan dan

mengenakan sanksi dalam batas kewenangannya”. Untuk

melaksanakan kewenangan menetapkan peraturan ini Bank

Indonesia mempunyai instrumen regulasi yakni Peraturan Bank

Indonesia yang mengatur dan mengikat publik.

Sedangkan tujuan Bank Indonesia diatur pada Pasal 7

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2004 tentang

tentang Perubahan Atas Undang-undang Republik Indonesia Nomor

23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia yaitu untuk mencapai dan

memelihara kestabilan nilai rupiah. Tujuan ini merupakan tujuan

tunggal (single objective) Bank Indonesia. Perumusan tujuan Bank

Indonesia dalam bentuk single objective dimaksudkan untuk

Page 98: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

89

memperjelas sasaran yang akan dicapai dan batasan tanggung jawab

yang harus dipikul oleh Bank Indonesia.

Dalam rangka mewujudkan tujuan untuk mencapai dan

memelihara kestabilan nilai rupiah, Bank Indonesia mempunyai 3

(tiga) bidang tugas utama sebagaimana diatur dalam Pasal 8 Undang-

undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2004 tentang tentang

Perubahan Atas Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23

Tahun 1999 tentang Bank Indonesia yaitu menetapkan dan

melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran

sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi bank. Agar tujuan

mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah tersebut dapat

dicapai secara efektif dan efisien maka ketiga tugas utama tersebut

harus diintegrasikan.

Pengaturan dan pengawasan bank diarahkan untuk

mengoptimalkan fungsi perbankan Indonesia sebagai :

a. Lembaga kepercayaan masyarakat dalam kaitannya sebagai

lembaga penghimpun dan penyalur dana ;

b. Pelaksana kebijakan moneter ;

c. Lembaga yang ikut berperan dalam membantu pertumbuhan

ekonomi serta pemerataan, agar tercipta sistem perbankan yang

sehat, baik sistem perbankan secara menyeluruh maupun

individual, dan mampu memelihara kepentingan masyarakat

dengan baik, berkembang secara wajar dan bermanfaat bagi

perekonomian nasional.

Dalam rangka pelaksanaan tugas mengatur dan mengawasi

bank agar dapat mewujudkan sistem perbankan yang sehat dan

efisien maka Bank Indonesia menurut Pasal 25 ayat (1) Undang-

undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank

Page 99: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

90

Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang

Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2004 diberikan kewenangan

untuk menetapkan berbagai ketentuan perbankan yang memuat

prinsip kehati-hatian. Ketentuan-ketentuan perbankan yang memuat

prinsip kehati-hatian bertujuan untuk memberikan rambu-rambu bagi

penyelenggaraan kegiatan usaha perbankan, guna mewujudkan sistem

perbankan yang sehat. Mengingat pentingnya tujuan mewujudkan

sistem perbankan yang sehat, maka peraturan-peraturan di bidang

perbankan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia harus didukung

dengan sanksi-sanksi yang adil. Pengaturan Bank berdasarkan prinsip

kehati-hatian tersebut disesuaikan pula dengan standar yang berlaku

secara internasional.

Standar internasional tentang prinsip kehati-hatian sendiri

mengalami perkembangan dari waktu ke waktu seiring perubahan

lingkungan. Belajar dari beberapa kasus kegagalan bank yang

kerapkali membawa risiko sistemik yaitu ancaman terhadap sistem

perbankan dan sistem keuangan secara massif yang pada akhirnya

akan menyebabkan tidak berfungsinya perhitungan International

Clearing pada Bank for International Settlement maka wakil dari

negara-negara yang disebut G-10 yang terdiri dari Belgium, Canada,

France, Germany, Italy, Japan, Luxembourg, Netherlands, Spain,

Sweden, Switzerland, United Kingdom, dan United States

mendirikan The Basle Committee on Banking Supervision sebagai

Committee on Banking Regulation and Supervisory Practices. Dalam

perkembangannya keanggotaan komite ini mendapatkan tambahan

dari 140 negara (termasuk Indonesia) yang berminat untuk

bekerjasama secara regular.

Page 100: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

91

C. Aspek hukum Manajemen Risiko Perbankan

1. Pengaturan Manajemen Risiko Perbankan sebagaimana diatur

dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/25/PBI/2009 tentang

Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003

tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum.

Pengelolaan atas suatu institusi bank mempunyai karakteristik

yang khas dibandingkan dengan pengelolaan disiplin bisnis lainnya.

Karena di dalamnya menyangkut dana banyak pihak dan yang harus

dikelola secara benar agar dapat memberikan hasil yang memuaskan

semua pihak. Untuk memberikan arahan pengelolaan usaha

perbankan yang sehat maka banyak sekali peraturan yang wajib

dipatuhi para pemegang peran industri perbankan.

Dalam satu setengah dekade terakhir ini, para bankir baru

menyadari bahwa sebuah bank berada pada bisnis risiko. Mereka

menyadari bahwa dalam menjalankan fungsi menawarkan jasa-jasa

keuangan, bank harus mengambil atau menerima dan mengelola

berbagai jenis risiko keuangan secara efektif, agar dampak negatifnya

tidak terjadi. Sebelum kesadaran akan perlunya manajemen risiko ini

muncul, hampir semua bank berpendapat bahwa risiko harus

dihindari atau dihilangkan.64

Risiko yang akan dihadapi oleh bank mempunyai potensi

memberikan dampak negatif bagi bank yaitu situasi atau sesuatu yang

tidak diinginkan terjadi, karena dapat mengakibatkan kegagalan atau

kerugian bank. Akan tetapi disadari pula bahwa tanpa kegiatan usaha

yang berisiko tersebut, bank tidak akan memperoleh return sebagai

imbal hasilnya.

64

Robert Tampubolon, op.cit, hal. 4.

Page 101: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

92

Risiko dalam konteks perbankan merupakan suatu kejadian

potensial, baik yang dapat diperkirakan (anticipated) maupun yang

tidak diperkirakan (unanticipated) yang berdampak negatif terhadap

pendapatan dan permodalan Bank. Untuk dapat menerapkan proses

manajemen risiko, maka pada tahap awal Bank harus secara tepat

mengidentifikasi risiko dengan cara mengenal dan memahami seluruh

risiko yang sudah ada (inherent risks) maupun yang mungkin timbul

dari suatu bisnis baru Bank, termasuk risiko yang bersumber dari

perusahaan terkait dan afiliasi lainnya.

Bank merupakan institusi yang paling rentan terhadap

kegagalan, tetapi justru tidak boleh gagal. Bisnis bank berkaitan satu

sama lain, tidak ada satu risiko pun yang berdiri sendiri bahkan

akibatnya bisa menulari bank-bank lainnya. Kegagalan sebuah bank

akan berdampak kepada sistem perbankan dan bahkan sistem

perekonomian (systemic risk) sebagaimana yang telah terjadi pada

masa krisis moneter sejak pertengahan tahun 1997 yang merontokan

puluhan bank nasional di Indonesia. Inilah salah satu alasan mengapa

bank wajib memiliki sebuah sistem yang terintegrasi untuk mengelola

semua risiko yang timbul dari usahanya.

Saat ini situasi lingkungan eksternal dan internal perbankan

mengalami perkembangan pesat yang akan diikuti oleh semakin

kompleksnya risiko bagi kegiatan usaha perbankan tersebut. Dengan

semakin kompleksnya risiko tersebut akan meningkatkan kebutuhan

praktek tata kelola yang sehat (good governance) dan fungsi

identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko bank.

Peningkatan fungsi identifikasi, pengukuran, pemantauan dan

pengendalian risiko dimaksudkan agar aktivitas usaha yang dilakukan

oleh bank tidak menimbulkan kerugian yang melebihi kemampuan

Page 102: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

93

bank atau yang dapat mengganggu kelangsungan usaha bank.

Pengelolaan setiap aktivitas fungsional bank harus sedapat mungkin

terintegrasi ke dalam suatu sistem dan proses pengelolaan risiko yang

akurat dan komprehensif. Dalam rangka menciptakan prakondisi dan

infrastruktur pengelolaan risiko maka bank wajib mengambil

langkah-langkah persiapan pelaksanaan pengelolaan risikonya.

Sehubungan dengan itu dipandang perlu adanya peraturan

yang mengatur penerapan manajemen risiko bagi industri perbankan.

Bank Indonesia selaku Otoritas keuangan telah mengeluarkan

Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 tertanggal 19 Mei

2003 yang mengatur tentang Penerapan Manajemen Resiko bagi

Bank Umum yang selanjutnya diperbarui dengan Peraturan Bank

Indonesia Nomor 11/25/PBI/2009 serta aturan pelaksanaannya

melalui Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/ 21 /DPNP tertanggal

29 September 2003 perihal Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank

Umum.

Adapun sistimatika Peraturan Bank Indonesia Nomor

5/8/PBI/2003 tertanggal 19 Mei 2003 tentang Penerapan Manajemen

Risiko Bagi Bank Umum sebagaimana telah diperbarui dengan

Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/25/PBI/2009 adalah sebagai

berikut :

a. Bab I tentang Ketentuan Umum ;

b. Bab II tentang Ruang lingkup Manajemen Risiko ;

c. Bab III tentang Pengawasan Aktif Dewan Komisaris dan Direksi ;

d. Bab IV tentang Kebijakan, Prosedur dan Penetapan Limit ;

e. Bab V tentang Identifikasi, Pengukuran, Pemantauan,

Pengendalian dan Sistem Informasi Manajemen Risiko ;

f. Bab VI tentang Sistem Pengendalian Intern ;

Page 103: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

94

g. Bab VII tentang Organisasi dan Fungsi Manajemen Risiko ;

h. Bab VIII tentang Pengelolaan Risiko Produk dan Aktivitas Baru ;

i. Bab IX tentang Pelaporan ;

j. Bab X tentang Lain-lain ;

k. Bab XI tentang Sanksi ;

l. Bab XII tentang Ketentuan Penutup.

Untuk memberikan pembatasan pengertian tentang risiko

maka Bank Indonesia memberikan definisi risiko adalah potensi

kerugian akibat terjadinya suatu peristiwa (events) tertentu.

Penempatan risiko dan kerugian bagaikan sisi-sisi sebuah koin

bertujuan untuk memperbarui pemahaman ririko di kalangan

perbankan. Maksud implisit dari dibuatnya Peraturan Bank Indonesia

Nomor 5/8/PBI/2003 Tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi

Bank Umum sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank

Indonesia Nomor 11/25/PBI/2009 adalah untuk menyadarkan

kalangan perbankan nasional dalam membuat setiap keputusan harus

memperhatikan risiko.

Kewajiban untuk menerapkan Manajemen Risiko berlaku

bagi Bank Umum yang melakukan kegiatan usaha secara

konvensional dan Bank Umum Syariah. Penjelasan mengenai

Pengertian Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah

diatur secara khusus dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008

tentang Perbankan Syariah. Bank Umum Konvensional adalah Bank

Konvensional yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu

lintas pembayaran sedangkan pengertian tentang Bank Konvensional

adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya secara

konvensional dan berdasarkan jenisnya terdiri atas Bank Umum

Konvensional dan Bank Perkreditan Rakyat. Adapun pengertian

Page 104: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

95

Bank Umum Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya

memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran sedangkan pengertian

tentang Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan

usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri

atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

Menurut Pasal 2 Peraturan Bank Indonesia Nomor

11/25/PBI/2009 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia

Nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen Resiko bagi

Bank Umum setiap bank wajib menerapkan Manajemen Risiko

secara efektif, baik untuk bank secara individual maupun untuk bank

secara konsolidasi dengan perusahaan anak yang paling tidak

mencakup 4 (empat) bidang yakni pengawasan aktif dewan komisaris

dan direksi, kecukupan kebijakan, prosedur dan penetapan limit

manajemen risiko, kecukupan proses identifikasi, pengukuran,

pemantauan dan pengendalian resiko, serta sistem informasi

manajemen risiko, dan sistem pengendalian intern yang menyeluruh.

Di dalam Penjelasan Pasal 2 ayat (1) Peraturan Bank

Indonesia ini dijelaskan mengenai cakupan penerapan manajemen

risiko termasuk pada penerapan program anti pencucian uang dan

pencegahan pendanaan teroris yang sebelumnya dikenal dengan

prinsip mengenal nasabah (know your customer’s). Program anti

pencucian uang dan pencegahan pendanaan teroris dimasukkan

sebagai salah satu mekanisme dalam manajemen risiko didasarkan

pertimbangan bahwa penggunaan sistem perbankan sebagai sarana

distribusi dan sirkulasi uang hasil kejahatan akan memberikan

dampak negatif pada pengelolaan risiko bank. Demikian halnya

dengan pemberantasan terorisme yang saat ini menjadi agenda

bersama untuk menjaga stabilitas keamanan yang pada akhirnya juga

Page 105: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

96

berdampak pada stabilitas ekonomi dan keuangan. Potensi kerugian

apabila abai dalam penerapan manajemen risiko pada penerapan

program anti pencucian uang dan pencegahan pendanaan teroris

dapat berwujud kerugian finansial maupun non finansial.

Sedangkan menurut Pasal 3 peraturan ini, penerapan

manajemen risiko wajib disesuaikan dengan tujuan, kebijakan usaha,

ukuran dan kompleksitas usaha serta kemampuan bank. Secara

umum, Bank Indonesia telah mengidentifikasikan jenis-jenis risiko

dalam pengelolaan bank sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (1)

Peraturan Bank Indonesia tentang Penerapan Manajemen Risiko pada

Bank Umum yang meliputi Risiko Kredit, Risiko Pasar, Risiko

Likuiditas, Risiko Operasional, Risiko Hukum, Risiko Reputasi,

Risiko Stratejik dan Risiko Kepatuhan. Bank Umum Konvensional

wajib menerapkan Manajemen Risiko untuk seluruh risiko yang telah

ditetapkan oleh Peraturan Bank Indonesia tersebut sedangkan Bank

Umum Syariah hanya wajib menerapkan 4 (empat) jenis risiko yang

meliputi Risiko Kredit, Risiko Pasar, Risiko Likuiditas dan Risiko

Operasional. Pembedaan pengaturan penerapan Manajemen Risiko

ini mempertimbangkan pada kompleksitas aktivitas usaha Bank

Umum Konvensional yang lebih tinggi dibandingkan Bank Umum

Syariah.

Adapun pemahaman tentang risiko-risiko tersebut selanjutnya

dijelaskan dalam Pasal 1 Peraturan Bank Indonesia Nomor

11/25/PBI/2009 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia

Nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen Resiko bagi

Bank Umum adalah sebagai berikut :

a. Risiko Kredit adalah risiko akibat kegagalan debitur dan/atau

pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada bank.

Page 106: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

97

b. Risiko Pasar adalah risiko pada posisi neraca dan rekening

administratif termasuk transaksi derivatif, akibat perubahan secara

keseluruhan dari kondisi pasar, termasuk risiko perubahan harga

option.

c. Risiko Likuiditas adalah risiko akibat ketidakmampuan bank untuk

memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan

arus kas dan/atau dari aset likuid berkualitas tinggi yang dapat

diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan

bank.

d. Risiko Operasional adalah risiko akibat ketidakcukupan dan/atau

tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan

sistem, dan/atau adanya kejadian-kejadian eksternal yang

mempengaruhi operasional bank.

e. Risiko Kepatuhan adalah risiko akibat bank tidak mematuhi

dan/atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan

ketentuan yang berlaku.

f. Risiko Hukum adalah risiko akibat tuntutan hukum dan/atau

kelemahan aspek yuridis.

g. Risiko Reputasi adalah risiko akibat menurunnya tingkat

kepercayaan stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif

terhadap bank.

h. Risiko Stratejik adalah risiko akibat ketidaktepatan dalam

pengambilan dan/atau pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta

kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.

Setelah dilakukan identifikasi risiko secara akurat, selanjutnya

secara berturut-turut bank perlu melakukan pengukuran, pemantauan

dan pengendalian risiko. Pengukuran risiko tersebut dimaksudkan

agar bank mampu mengkalkulasi eksposur risiko yang melekat pada

Page 107: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

98

kegiatan usahanya sehingga bank dapat memperkirakan dampaknya

terhadap permodalan yang seharusnya dipelihara dalam rangka

mendukung kegiatan usaha dimaksud. Sementara itu, dalam rangka

melaksanakan pemantauan risiko, bank harus melakukan evaluasi

terhadap eksposur risiko, terutama yang bersifat material dan/atau

yang berdampak pada permodalan Bank.

Agar penerapan manajemen risiko lebih efektif maka bank

wajib menetapkan wewenang dan tanggungjawab yang jelas pada

setiap jenjang jabatan yang terkait dengan penerapan manajemen

risiko. Dewan Komisaris mempunyai kewenangan dan tanggung

jawab sebagaimana diatur dalam Pasal 6 Peraturan Bank Indonesia

ini, meliputi :

a. Menyetujui dan mengevaluasi kebijakan manajemen risiko ;

b. Mengevaluasi pertanggungjawaban Direksi atas pelaksanaan

kebijakan manajemen risiko ;

c. Mengevaluasi dan memutuskan permohonan Direksi yang

berkaitan dengan transaksi yang memerlukan persetujuan Dewan

Komisaris (sepanjang hal ini ditetapkan oleh RUPS atau pada

Anggaran Dasar Bank).

Sedangkan Direksi mempunyai kewenangan dan

tanggungjawab sebagaimana diatur dalam Pasal 7 Peraturan Bank

Indonesia ini meliputi :

a. Menyusun kebijakan dan strategi manajemen risiko ;

b. Bertanggungjawab atas pelaksanaan kebijakan manajemen risiko

dan eksposur risiko yang diambil ;

c. Mengevaluasi dan memutuskan transaksi yang memerlukan

persetujuan Direksi ;

d. Mengembangkan budaya manajemen risiko ;

Page 108: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

99

e. Meningkatkan kompetensi sumber daya manusia ;

f. Memastikan fungsi manajemen risiko telah beroperasi secara

independent ;

g. Kaji ulang keakuratan metodologi penilaian risiko, kecukupan

implementasi sistim informasi manajemen, ketepatan kebijakan,

prosedur dan penetapan limit risiko.

Direksi harus menetapkan kualifikasi sumber daya manusia

yang jelas untuk setiap jenjang jabatan yang terkait dengan penerapan

manajemen risiko. Untuk menjamin pelaksanaan proses manajemen

risiko yang berlandaskan prinsip kehati-hatian, maka direksi dalam

bidang manajemen sumber daya manusia harus memperhatikan hal-

hal sebagai berikut :

a. Meningkatkan tingkat kompetensi dan integritas pejabat terutama

pimpinan satuan kerja operasional dan Satuan Kerja Manajemen

Risiko, dengan memperhatikan faktor-faktor seperti pengetahuan,

pengalaman (track record), kemampuan, serta pendidikan yang

memadai di bidang manajemen risiko.

b. Mengembangkan sistem penerimaan pegawai, pengembangan dan

pelatihan pegawai, serta remunerasi yang memadai untuk

memastikan tersedianya pegawai yang kompeten di bidang

manajemen risiko.

c. Menempatkan pejabat dan staf yang kompeten pada Satuan Kerja

Manajemen Risiko (Risk Management Unit) sesuai dengan sifat,

jumlah, dan kompleksitas usaha bank;

d. Pejabat dan staf yang ditempatkan di Satuan Kerja Manajemen

Risiko tersebut harus memiliki :

1). pemahaman mengenai risiko yang melekat pada setiap

produk/aktivitas fungsional bank ;

Page 109: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

100

2). pemahaman mengenai faktor-faktor risiko yang relevan dan

kondisi pasar yang mempengaruhi produk/aktivitas fungsional

Bank, serta mampu mengestimasi dampak dari perubahan

faktor-faktor tersebut terhadap kelangsungan usaha bank ;

3). pengalaman dan kemampuan untuk memahami dan

mengkomunikasikan implikasi eksposur risiko bank kepada

direksi dan komite manajemen risiko secara tepat waktu.

Dalam rangka penerapan manajemen risiko yang efektif,

sesuai Pasal 18 Peraturan Bank Indonesia tentang Penerapan

Manajemen Risiko bagi Bank Umum ditentukan bahwa bank wajib

menyusun struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan dan

kebijakan usaha, ukuran dan kompleksitas serta kemampuan bank.

Struktur organisasi suatu bank harus dirancang untuk memastikan

bahwa satuan kerja yang berfungsi melakukan suatu transaksi (risk

taking unit) adalah independen terhadap satuan kerja yang melakukan

fungsi pengendalian intern (satuan kerja audit intern), serta

independen pula terhadap Satuan Kerja Manajemen Risiko.

Struktur organisasi Satuan Kerja Manajemen Risiko

disesuaikan dengan ukuran dan kompleksitas usaha bank serta risiko

yang melekat pada bank. Hal ini berarti setiap bank dapat

menentukan struktur organisasi yang tepat dan sesuai dengan

kondisinya, termasuk kemampuan keuangan dan sumberdaya

manusianya. Bagi bank yang relatif besar dari sisi total aset dan

memiliki tingkat kompleksitas usaha yang tinggi maka struktur

organisasi Satuan Kerja Manajemen Risiko harus mencerminkan

karakteristik usaha bank dimaksud. Bagi bank yang relatif kecil dari

sisi total aset dan memiliki tingkat kompleksitas usaha yang rendah

maka bank dapat menunjuk sekelompok petugas dalam suatu

Page 110: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

101

unit/grup yang melaksanakan fungsi Satuan Kerja Manajemen

Risiko.

Sesuai dengan ukuran dan kompleksitas usaha bank maka

posisi pejabat yang memimpin Satuan Kerja Manajemen Risiko dapat

setingkat atau tidak setingkat dengan posisi pimpinan satuan kerja

operasional. Namun yang bersangkutan tetap bertanggungjawab

langsung kepada Direktur Utama atau Direktur yang ditugaskan

khusus.

Satuan Kerja Manajemen Risiko harus independen terhadap

satuan kerja operasional (risk-taking unit) seperti treasuri dan

investasi, kredit, pendanaan, akunting, dan terhadap satuan kerja yang

melaksanakan fungsi pengendalian intern (satuan kerja audit

intern/SKAI). Satuan Kerja Manajemen Risiko bertanggungjawab

langsung kepada Direktur Utama atau kepada Direktur yang

ditugaskan secara khusus seperti Direktur Kepatuhan atau Direktur

Manajemen Risiko.

Wewenang dan tanggung jawab Satuan Kerja Manajemen

Risiko meliputi :

a. pemantauan terhadap implementasi strategi manajemen risiko

yang direkomendasikan oleh Komite Manajemen Risiko dan yang

telah disetujui oleh Direksi ;

b. pemantauan posisi/eksposur risiko secara keseluruhan, per jenis

risiko maupun per aktvitas fungsional ;

c. penerapan stress testing guna mengetahui dampak dari

implementasi kebijakan dan strategi manajemen risiko terhadap

kinerja masing-masing satuan kerja operasional ;

d. pengkajian terhadap usulan aktivitas dan/atau produk baru yang

diajukan atau dikembangkan oleh suatu unit tertentu yang ada

Page 111: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

102

pada bank. Pengkajian difokuskan terutama pada aspek

kemampuan bank untuk melakukan aktivitas dan atau produk baru

termasuk sistem dan prosedur yang digunakan serta dampaknya

terhadap eksposur risiko bank secara keseluruhan ;

e. rekomendasi mengenai besaran atau maksimum eksposur risiko

yang wajib dipelihara bank kepada satuan kerja operasional dan

kepada Komite Manajemen Risiko, sesuai dengan kewenangan

yang dimiliki Satuan Kerja Manajemen Risiko ;

f. evaluasi terhadap akurasi dan validitas data yang digunakan oleh

bank untuk mengukur risiko bagi bank yang menggunakan model

untuk keperluan intern ;

g. penyusunan dan penyampaian laporan profil risiko kepada

Direktur Utama dan Komite Manajemen Risiko secara berkala

atau sekurang-kurangnya secara triwulanan. Apabila kondisi pasar

berubah dengan cepat maka frekuensi laporan harus ditingkatkan.

Sedangkan untuk eksposur risiko yang relatif lambat seperti risiko

kredit, frekuensi laporan disampaikan sekurang-kurangnya secara

triwulanan.

h. Satuan kerja operasional wajib menginformasikan eksposur risiko

yang melekat pada satuan kerja yang bersangkutan kepada Satuan

Kerja Manajemen Risiko secara berkala.

Kebijakan manajemen risiko merupakan arahan tertulis dalam

menerapkan manajemen risiko dan harus sejalan dengan visi, misi,

dan rencana strategik bank serta lebih terfokus pada risiko yang

relevan pada aktivitas fungsional bank. Adapun cakupan Kebijakan

Manajemen Risiko (Pasal 8 PBI Nomor 5/8/PBI/2003) meliputi :

a. Penetapan risiko produk dan transaksi perbankan ;

b. Penetapan metode pengukuran dan sistem informasi manajemen ;

Page 112: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

103

c. Penentuan limit dan penetapan toleransi risiko ;

d. Penetapan penilaian peringkat risiko ;

e. Penyusunan rencana darurat (contingency plan) dalam kondisi

terburuk (worst case scenario).

f. Penetapan sistem pengendalian intern dalam penerapan manajemen

risiko.

Secara umum proses manajemen risiko meliputi : 65

a. Proses Identifikasi risiko yakni analisis terhadap karakter risiko

yang melekat pada bank dan risiko dari produk serta kegiatan

usaha bank.

b. Proses Pengukuran risiko yakni evaluasi berkala terhadap

kesesuaian asumsi, sumber data dan prosedur yang digunakan

serta penyempurnaan sistem pengukuran risiko jika terdapat

perubahan kegiatan usaha, produk, transaksi dan faktor risiko,

yang bersifat material.

c. Proses Pemantauan risiko yakni evaluasi terhadap eksposur

risiko serta penyempurnaan proses pelaporan jika terdapat

perubahan kegiatan usaha, produk, transaksi, faktor risiko,

teknologi informasi dan sistem informasi managemen risiko yang

bersifat material.

d. Proses Pengendalian risiko yakni strategi pengelolaan atas risiko

yang dapat membahayakan kelangsungan usaha bank serta

penerapan Asset Liabilities Management (ALMA) untuk

pengendalian risiko suku bunga, risiko nilai tukar dan risiko

likuiditas.

65

Banking Supervision School, 2005, Jakarta : Bank Indonesia, hal. 20.

Page 113: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

104

Dalam rangka pengelolaan risiko yang melekat pada produk

dan aktivitas baru, bank wajib memiliki kebijakan dan prosedur

secara tertulis. Kebijakan dan prosedur pengelolaan risiko produk

dan aktivitas baru sekurang-kurangnya memuat :

a. sistem dan prosedur (standard operating procedure) serta

kewenangan dalam pengelolaan produk dan aktivitas baru ;

b. identifikasi seluruh risiko yang melekat pada produk dan aktivitas

baru ;

c. masa uji coba metode pengukuran dan pemantauan risiko yang

melekat pada produk dan aktivitas baru dalam rangka memastikan

bahwa metode tersebut telah teruji dari aspek kehati-hatian dan

aspek lainnya ;

d. sistem informasi akuntansi untuk produk dan aktivitas baru, yang

sekurang-kurangnya menggambarkan secara akurat tentang profil

risiko, tingkat keuntungan atau kerugian sehubungan dengan

produk dan aktivitas baru dimaksud ;

e. analisa aspek hukum produk dan aktivitas baru, yang mencakup

kemungkinan adanya risiko hukum yang akan ditimbulkan serta

analisa kepatuhan (compliance analysis ) produk dan aktivitas

baru terhadap ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku ;

f. Bank wajib mengungkapkan risiko yang melekat pada produk dan

aktivitas baru kepada nasabah secara transparan, baik secara

tertulis melalui uraian dalam penawaran produk maupun secara

lisan melalui komunikasi yang efektif, dalam rangka

menginformasikan potensi kerugian atas penggunaan produk dan

aktivitas baru dimaksud.

Page 114: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

105

Pendekatan pengukuran risiko digunakan untuk mengukur

profil risiko bank guna memperoleh gambaran efektifitas penerapan

manajemen risiko. Pendekatan tersebut harus dapat mengukur :

a. sensitivitas produk/aktivitas terhadap perubahan faktor-faktor yang

mempengaruhinya, baik dalam kondisi normal maupun tidak

normal ;

b. kecenderungan perubahan faktor-faktor dimaksud berdasarkan

fluktuasi perubahan yang terjadi di masa lalu dan korelasinya ;

c. faktor risiko (risk factors) secara individual ;

d. eksposur risiko secara keseluruhan (aggregate), dengan

mempertimbangkan risk correlation ;

e. seluruh risiko yang melekat pada seluruh transaksi serta produk

perbankan dan dapat diintegrasikan dalam sistem informasi

manajemen bank.

Metode pengukuran risiko dapat dilakukan secara kuantitatif

maupun kualitatif. Secara umum pendekatan yang paling sederhana

dalam pengukuran risiko adalah yang direkomendasikan oleh Bank

for International Settlements atau pendekatan metode standard,

sedangkan pendekatan oleh para praktisi disebut metode alternatif

(alternative model). Penerapan metode alternatif memerlukan

berbagai persyaratan kuantitatif maupun kualitatif untuk menjamin

keakuratan model yang dipergunakan.

Bagi bank yang memiliki ukuran dan kompleksitas usaha

yang tinggi dapat mengembangkan dan menggunakan metode

internal (internal model). Namun penggunaan internal model tersebut

hanya ditujukan untuk keperluan intern yang disesuaikan dengan

kebutuhan bank serta untuk mengantisipasi kebijakan perbankan di

masa yang akan datang.

Page 115: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

106

Metode yang digunakan dalam pengukuran risiko harus

dikaitkan dengan jenis, skala, dan kompleksitas kegiatan usaha,

kemampuan sistem pengumpulan data, serta kemampuan Direksi dan

pejabat eksekutif terkait memahami keterbatasan dari hasil akhir

sistem pengukuran risiko yang digunakan. Metode pengukuran risiko

harus dipahami secara jelas oleh pegawai yang terkait dalam

pengendalian risiko, antara lain treasury manager, chief dealer,

komite manajemen risiko, satuan kerja manajemen risiko, dan

direktur bidang terkait.

Sistem informasi manajemen risiko merupakan bagian dari

sistem informasi manajemen yang harus dimiliki dan dikembangkan

sesuai dengan kebutuhan bank, dalam rangka penerapan manajemen

risiko yang efektif. Sistem informasi manajemen risiko harus dapat

menerjemahkan risiko yang diukur dengan format teknis kuantitatif

sehingga menjadi format kualitatif yang mudah dipahami oleh direksi

dan pejabat bank.

Sebagai bagian dari proses manajemen risiko, bank harus

memiliki sistem informasi manajemen risiko yang dapat

memastikan :

a. terukurnya eksposur risiko secara akurat, informatif, dan tepat

waktu, baik eksposur risiko secara keseluruhan/komposit maupun

eksposur per jenis risiko yang melekat pada kegiatan usaha bank,

maupun eksposur risiko per jenis aktivitas fungsional bank ;

b. dipatuhinya penerapan manajemen risiko terhadap kebijakan,

prosedur dan penetapan limit Risiko ;

c. tersedianya hasil (realisasi) penerapan manajemen risiko

dibandingkan dengan target yang ditetapkan oleh bank sesuai

dengan kebijakan dan strategi penerapan manajemen risiko.

Page 116: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

107

Sebagai bagian dari penerapan pemantauan risiko maka limit

risiko sekurang-kurangnya :

a. tersedianya limit secara individual dan keseluruhan/konsolidasi ;

b. memperhatikan kemampuan modal bank untuk dapat menyerap

eksposur risiko atau kerugian yang timbul, dan tinggi rendahnya

eksposur bank ;

c. mempertimbangkan pengalaman kerugian di masa lalu dan

kemampuan sumberdaya manusia ;

d. memastikan bahwa posisi yang melampaui limit yang telah

ditetapkan mendapat perhatian Satuan Kerja Manajemen Risiko,

komite manajemen risiko dan Direksi.

Penetapan jenis limit meliputi :

a. transaksi (transaction/product limit);

b. mata uang (currency limit);

c. volume transaksi (turnover limit);

d. posisi terbuka (open position limit);

e. kerugian (cut loss limit);

f. intra hari (intraday limit);

g. nasabah dan counterparty (individual borrower and counterparty

limit);

h. pihak terkait (connected parties limit);

i. industri/sektor ekonomi dan wilayah (industry/economic sector

and geographic limit).

Penetapan limit dilakukan oleh satuan kerja operasional

terkait, yang selanjutnya direkomendasikan kepada satuan kerja

manajemen risiko untuk mendapat persetujuan direksi melalui komite

manajemen risiko atau direksi sesuai dengan kewenangannya masing-

masing. Penetapan limit dilakukan dengan tetap memperhatikan

Page 117: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

108

ketentuan Bank Indonesia yang berlaku, antara lain ketentuan tentang

Kecukupan Pemenuhan Modal Minimum (KPMM), Batas

Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) dan Posisi Devisa Neto

(PDN). Dalam hal terjadi pelampauan limit, maka bank harus segera

melakukan penyesuaian dan mengantisipasi pelampauan tersebut

sehingga tidak mempengaruhi jumlah alokasi modal atas risiko yang

telah ditetapkan sebelumnya.

Setiap pelampauan limit harus dapat diidentifikasi dengan

segera dan ditindaklanjuti oleh direksi dan pelampauan limit hanya

dapat dilakukan apabila mendapat otorisasi dari direksi atau pejabat

yang berwenang, sesuai ketentuan dan prosedur intern bank. Bank

harus menyiapkan suatu sistem back-up dan prosedur yang efektif

untuk mencegah terjadinya gangguan (disruptions) dalam proses

pemantauan risiko, dan melakukan pengecekan serta penilaian

kembali secara berkala terhadap sistem back-up tersebut.

Pelaksanaan proses pengendalian risiko harus digunakan bank

untuk mengelola risiko tertentu, terutama yang dapat membahayakan

kelangsungan usaha bank. Pengendalian risiko dapat dilakukan oleh

bank, antara lain dengan cara hedging, dan metode mitigasi risiko

lainnya seperti penerbitan garansi, sekuritisasi aset dan credit

derivatives, serta penambahan modal bank untuk menyerap potensi

kerugian.

Penjelasan lebih lanjut mengenai penerapan manajemen risiko

dipaparkan dalam Lampiran I Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/

21 /DPNP tertanggal 29 September 2003 perihal Penerapan

Manajemen Risiko bagi Bank Umum. Untuk lebih memberikan

kejelasan atas proses penerapan manajemen risiko maka berikut ini

Page 118: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

109

akan diuraikan mengenai penerapan manajemen risiko pada masing-

masing kegiatan perbankan sebagai berikut :

a. Risiko Kredit

Risiko kredit dapat bersumber dari berbagai aktivitas

fungsional bank seperti perkreditan (penyediaan dana), tresuri dan

investasi, dan pembiayaan perdagangan, yang tercatat dalam

banking book maupun trading book.

Risiko yang timbul dalam kegiatan penyaluran kredit

disebabkan kinerja satu atau lebih debitur yang buruk. Kinerja

debitur yang buruk ini dapat berupa ketidakmampuan atau

ketidakmauan debitur untuk memenuhi sebagian atau seluruh isi

perjanjian kredit yang telah disepakati bersama sebelumnya.

Dalam hal ini yang menjadi perhatian bagi bank sebagai kreditur

bukan hanya kondisi keuangan dan nilai pasar dari jaminan kredit

termasuk collateral tetapi juga karakter dari debitur.

Proses penerapan manajemen risiko pada risiko kredit

diwujudkan dalam pertama, pengawasan aktif dewan komisaris

dan direksi. Komisaris bertanggung jawab dalam melakukan

persetujuan dan peninjauan berkala atau sekurang-kurangnya

secara tahunan mengenai strategi dan kebijakan risiko kredit pada

bank. Strategi dan kebijakan dimaksud harus :

1). mencerminkan batas toleransi bank (bank’s tolerance) terhadap

risiko dan tingkat probabilitas pendapatan yang diharapkan

akan diperoleh secara terus menerus dengan memperhatikan

siklus dan perubahan kondisi ekonomi.

2). memperhatikan siklus perekonomian domestik dan

internasional dan perubahan-perubahan yang dapat

Page 119: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

110

mempengaruhi komposisi dan kualitas seluruh portofolio

kredit.

3). dirancang untuk keperluan jangka panjang dengan

penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan.

Direksi bertanggung jawab untuk mengimplementasikan

strategi dan kebijakan risiko kredit serta mengembangkan prosedur

identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko

kredit. Kebijakan dan prosedur yang dikembangkan dan

diimplementasikan secara tepat tersebut harus dapat :

1). mendukung standar pemberian kredit yang sehat ;

2). memantau dan mengendalikan risiko kredit ;

3). mengidentifikasi dan menangani kredit bermasalah.

Kedua, penerapan manajemen risiko terhadap risiko kredit

melalui pembuatan kebijakan dan prosedur perkreditan. Bank

wajib memiliki informasi yang cukup guna membantu bank dalam

melakukan penilaian secara komprehensif terhadap profil risiko

debitur. Faktor yang harus dipertimbangkan dan didokumentasikan

dalam persetujuan kredit antara lain meliputi :

1). tujuan kredit dan sumber pembayaran ;

2). profil risiko terkini dari debitur dan agunan serta tingkat

sensitivitas terhadap perkembangan kondisi ekonomi dan

pasar ;

3). analisis kemampuan untuk membayar kembali, baik secara

historis maupun di masa yang akan datang berdasarkan

perkembangan keuangan historis dan proyeksi arus kas dengan

berbagai scenario (ex ante dan ex post analysis) ;

4). kemampuan bisnis debitur dan kondisi sektor ekonomi/usaha

peminjam serta posisi peminjam dalam industri tertentu ;

Page 120: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

111

5). persyaratan kredit yang diajukan, termasuk perjanjian yang

dirancang untuk membatasi perubahan eksposur risiko debitur

di waktu yang akan datang.

Dalam kegiatan perkreditan, bank wajib melakukan proses

seleksi atas transaksi risiko kredit. Proses seleksi transaksi risiko

kredit diwujudkan dalam kegiatan sebagai berikut :

1). Seleksi yang dilakukan terhadap transaksi kredit dan komitmen

dalam mengambil eksposur risiko harus mempertimbangkan

tingkat profitabilitas, yang sekurang-kurangnya dilakukan

dengan cara memastikan bahwa analisa perkiraan biaya dan

pendapatan telah dilakukan secara komprehensif dan mencakup

biaya operasional, biaya dana, dan biaya yang berhubungan

dengan estimasi terjadinya default dari debitur sampai

diperolehnya pembayaran penuh, serta perhitungan kebutuhan

modal.

2). Penetapan harga (pricing) fasilitas kredit harus dilakukan

secara konsisten dengan memperhitungkan tingkat risiko dari

transaksi yang bersangkutan, khususnya kondisi debitur secara

keseluruhan serta kualitas dan tingkat kemudahan pencairan

(marketability) agunan yang dijadikan jaminan.

3). Sekurang-kurangnya setiap triwulanan, direksi harus

memperoleh hasil analisis kinerja profitabilitas dari transaksi

kredit yang diberikan. Tarif dari transaksi kredit senantiasa

dievaluasi dan seluruh tindakan perbaikan yang diperlukan

harus dilakukan untuk mencegah memburuknya kondisi

keuangan bank.

Untuk memitigasi risiko kredit maka bank wajib

menetapkan prosedur pemberian persetujuan kredit. Prosedur

Page 121: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

112

pengambilan keputusan untuk pinjaman dan atau komitmen,

khususnya apabila melalui pendelegasian wewenang, harus

diformalkan secara jelas sesuai dengan karakteristik bank (ukuran,

organisasi, jenis aktivitas, dan kompleksitas transaksi) serta harus

didukung oleh sistem yang dimiliki oleh bank.

Bank wajib memastikan bahwa kerangka kerja atau

mekanisme kepatuhan prosedur pendelegasian dalam mengambil

keputusan pemberian kredit dan/atau komitmen terdapat

pemisahan fungsi antara yang melakukan persetujuan, analisis dan

administrasi kredit. Bank harus memiliki satuan kerja yang

melakukan review guna menetapkan atau mengkinikan

kolektibilitas atau kualitas transaksi yang mengandung risiko

kredit. Proses review tersebut sekurang-kurangnya dilakukan

secara triwulanan yang meliputi klasifikasi eksposur risiko kredit,

penilaian kualitas (marketability) agunan, penentuan besarnya

provisi. Hasil review tersebut merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari arsip perkreditan.

Dalam mengembangkan sistem administrasi kredit, bank

harus memastikan :

1). efisiensi dan efektivitas operasional administrasi kredit,

termasuk pemantauan dokumentasi, persyaratan kontrak,

perjanjian kredit (legal aspect) dan pengikatan agunan ;

2). akurasi dan ketepatan waktu informasi yang diberikan untuk

sistem informasi manajemen ;

3). pemisahan fungsi/tugas (segregation of duties) yang layak ;

4). kelayakan pengendalian seluruh prosedur back office ;

5). kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur intern tertulis serta

ketentuan yang berlaku.

Page 122: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

113

Bank harus menatausahakan dan mendokumentasikan

seluruh informasi kuantitatif dan kualitatif serta bukti-bukti

material dalam arsip kredit yang digunakan dalam melakukan

penilaian dan kaji ulang. Bank harus melengkapi catatan pada

arsip perkreditan sekurang-kurangnya setiap triwulan, khususnya

bagi debitur yang memiliki tunggakan atau kredit yang

diklasifikasikan serta juga terhadap debitur yang mengakibatkan

portofolio kredit bank terekspos risiko yang tinggi.

Ketiga, penerapan manajemen risiko terhadap risiko kredit

yang dilakukan melalui penetapan limit. Dalam prosedur

penetapan limit risiko kredit, bank antara lain harus

menggambarkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

penetapan limit risiko kredit dan proses pengambilan

keputusan/penetapan limit risiko kredit. Bank harus menetapkan

limit untuk seluruh nasabah atau counterparty sebelum melakukan

transaksi dengan nasabah tersebut, dimana limit tersebut dapat

berbeda satu sama lain.

Limit untuk risiko kredit ditujukan untuk mengurangi

risiko yang ditimbulkan karena adanya konsentrasi penyaluran

kredit. Limit yang ditetapkan sekurang-kurangnya mencakup

eksposur kepada nasabah atau counterparty, eksposur kepada

pihak terkait, eksposur terhadap sektor ekonomi tertentu atau area

geografis.

Limit untuk satu nasabah atau counterparty dapat

didasarkan atas hasil analisis data kuantitatif yang diperoleh dari

informasi laporan keuangan maupun hasil analisis informasi

kualitatif yang dapat bersumber dari hasil interview dengan

nasabah. Penetapan limit risiko kredit harus didokumentasikan

Page 123: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

114

secara tertulis dan lengkap yang memudahkan penetapan jejak

audit (audit trail) untuk kepentingan auditor intern maupun

ekstern. Kebijakan, prosedur dan penetapan limit risiko kredit,

selain memenuhi pedoman dan persyaratan tersebut di atas, bank

juga mengacu kepada Pedoman Penyusunan Kebijaksanaan

Perkreditan Bank (PPKPB) sebagaimana diatur dalam ketentuan

yang berlaku.

Keempat, penerapan manajemen risiko atas risiko kredit

melalui proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan sistem

informasi manajemen. Bank harus mengidentifikasi risiko kredit

yang melekat pada seluruh produk dan aktivitasnya. Identifikasi

risiko kredit tersebut merupakan hasil kajian terhadap karakteristik

risiko kredit yang melekat pada aktivitas fungsional tertentu,

seperti perkreditan (penyediaan dana), tresuri dan investasi, dan

pembiayaan perdagangan.

Untuk kegiatan perkreditan dan jasa pembiayaan

perdagangan, penilaian risiko kredit harus memperhatikan kondisi

keuangan debitur, dan khususnya kemampuan membayar secara

tepat waktu, serta jaminan atau agunan yang diberikan. Untuk

risiko debitur, penilaian harus mencakup analisa terhadap

lingkungan debitur, karateristik mitra usaha, kualitas pemegang

saham dan manajer, kondisi laporan keuangan terakhir, hasil

proyeksi arus kas, kualitas rencana bisnis, dan dokumen lainnya

yang dapat digunakan untuk mendukung analisa yang menyeluruh

terhadap kondisi dan kredibilitas debitur. Untuk kegiatan tresuri

dan investasi, penilaian risiko kredit harus memperhatikan kondisi

keuangan counterparty, rating, karakteristik instrumen, jenis

Page 124: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

115

transaksi yang dilakukan dan likuiditas pasar serta faktor-faktor

lain yang dapat mempengaruhi risiko kredit.

Bank harus memiliki prosedur tertulis untuk melakukan

pengukuran risiko yang memungkinkan untuk :

1). sentralisasi eksposur on balance sheet dan off balance sheet

yang mengandung risiko kredit dari setiap debitur atau per

kelompok debitur dan atau counterparty tertentu mengacu

pada konsep single obligor ;

2). penilaian perbedaan kategori tingkat risiko kredit dengan

menggunakan kombinasi aspek kualitatif dan kuantitatif data

dan pemilihan kriteria tertentu ;

3). distribusi informasi hasil pengukuran risiko secara lengkap

untuk tujuan pemantauan oleh satuan kerja terkait.

4). Sistem pengukuran risiko kredit sekurang-kurangnya

mempertimbangkan :

5). karakteristik setiap jenis transaksi risiko kredit, kondisi

keuangan debitur/counterparty serta persyaratan dalam

perjanjian kredit seperti dalam jangka waktu dan tingkat

bunga ;

6). jangka waktu kredit (maturity profile) dikaitkan dengan

perubahan potensial yang terjadi di pasar ;

7). aspek jaminan, agunan dan/atau garansi ;

8). potensi terjadinya kegagalan membayar (default), baik

berdasarkan hasil penilaian pendekatan konvensional maupun

hasil penilaian pendekatan yang menggunakan proses

pemeringkatan yang dilakukan secara intern (internal risk

rating) ;

9). kemampuan bank untuk menyerap potensi kegagalan (default).

Page 125: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

116

Parameter yang digunakan dalam pengukuran risiko kredit

antara lain mencakup hal-hal sebagai berikut :

1). non performing loans (NPLs) ;

2). konsentrasi kredit berdasarkan peminjam dan sektor ekonomi ;

3). kecukupan agunan ;

4). pertumbuhan kredit ;

5). non performing portofolio tresuri dan investasi (non kredit) ;

6). komposisi portofolio tresuri dan investasi (antar bank, surat

berharga dan penyertaan) ;

7). kecukupan cadangan transaksi tresuri dan investasi ;

8). transaksi pembiayaan perdagangan yang default ;

9). konsentrasi pemberian fasilitas pembiayaan perdagangan.

Bank harus mengembangkan dan menerapkan sistem

informasi dan prosedur untuk memantau kondisi setiap debitur

atau counterparty pada seluruh portofolio kredit bank. Sistem

pemantauan risiko kredit sekurang-kurangnya memuat ukuran-

ukuran dalam rangka :

1). memastikan bahwa bank mengetahui kondisi keuangan terakhir

dari debitur atau counterparty ;

2). memantau kepatuhan terhadap persyaratan dalam perjanjian

kredit atau kontrak transaksi risiko kredit ;

3). menilai kecukupan agunan dibandingkan dengan kewajiban

debitur atau counterparty ;

4). mengidentifikasi ketidaktepatan pembayaran dan

mengklasifikasikan kredit bermasalah secara tepat waktu ;

5). menangani dengan cepat kredit bermasalah.

Bank juga harus melakukan pemantauan eksposur risiko

kredit dibandingkan dengan limit risiko kredit yang telah

Page 126: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

117

ditetapkan, antara lain dengan menggunakan kolektibilitas atau

internal risk rating. Pemantauan eksposur risiko kredit tersebut

harus dilakukan secara berkala dan terus menerus oleh satuan kerja

manajemen risiko dengan cara membandingkan risiko kredit

aktual dengan limit risiko kredit yang ditetapkan.

Apabila bank menggunakan internal risk rating maka

wajib mengikuti prinsip pokok dalam penggunaan internal risk

rating sebagai berikut :

1). Prosedur penggunaan sistem internal risk rating harus

diformalkan dan didokumentasikan.

2). Sistem ini harus dapat mengidentifikasi secara dini perubahan

profil risiko yang disebabkan oleh penurunan potensial maupun

actual dari risiko kredit.

3). Sistem internal risik rating harus dievaluasi secara berkala

oleh pihak yang independen terhadap satuan kerja yang

mengaplikasikan internal risk rating tersebut.

4). Apabila bank menerapkan internal risk rating untuk

menentukan kualitas aset dan besarnya provisi, harus terdapat

prosedur formal yang memastikan bahwa penetapan kualitas

aset dan provisi dengan internal rating adalah lebih prudent

atau sama dengan ketentuan terkait yang berlaku.

5). Laporan yang dihasilkan oleh internal risk rating, seperti

laporan kondisi portofolio kredit disampaikan secara berkala

kepada direksi.

Dalam rangka meningkatkan efektivitas proses pengukuran

risiko kredit, bank harus memiliki sistem informasi manajemen

yang menyediakan laporan dan data secara akurat dan tepat waktu

untuk mendukung pengambilan keputusan oleh direksi dan pejabat

Page 127: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

118

lainnya. Sistem informasi manajemen tersebut harus memenuhi

hal-hal sebagai berikut :

1). menghasilkan laporan atau informasi dalam rangka

pemantauan eksposur aktual terhadap limit yang ditetapkan dan

pelampauan eksposur limit risikoyang perlu mendapat

perhatian dari direksi.

2). menyediakan data secara akurat dan tepat waktu mengenai

jumlah seluruh eksposur kredit peminjam individual dan

counterparties, portofolio kredit serta laporan pengecualian

limit risiko kredit.

3). memungkinkan direksi untuk mengidentifikasi adanya

konsentrasi risiko dalam portofolio kreditnya.

Kelima, penerapan manajemen risiko terhadap risiko kredit

melalui pengendalian risiko kredit. Bank harus menetapkan suatu

sistem penilaian (internal credit reviews) yang independen dan

berkelanjutan terhadap efektivitas penerapan proses manajemen

risiko kredit. Kaji ulang tersebut sekurang-kurangnya memuat

evaluasi proses administrasi perkreditan, penilaian terhadap

akurasi penerapan internal risk rating atau penggunaan alat

pemantauan lainnya, dan efektivitas pelaksanaan satuan kerja atau

petugas yang melakukan pemantauan kualitas kredit individual.

Pelaksanaan kaji ulang tersebut harus dilakukan oleh

satuan kerja atau petugas yang independen terhadap satuan kerja

yang melakukan transaksi risiko kredit. Hasil kaji ulang tersebut

selanjutnya harus dilaporkan secara langsung dan lengkap kepada

Satuan Kerja Audit Intern (SKAI), Direktur Kepatuhan, direksi

terkait lainnya, dan komite audit (apabila ada).

Page 128: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

119

Bank harus memastikan bahwa satuan kerja perkreditan

dan transaksi risiko kredit lainnya telah dikelola secara memadai

dan eksposur risiko kredit tetap konsisten dengan limit yang

ditetapkan dan memenuhi standar kehati-hatian. Bank harus

menetapkan dan menerapkan pengendalian intern untuk

memastikan bahwa penyimpangan (exceptions) terhadap

kebijakan, prosedur, dan limit telah dilaporkan tepat waktu kepada

direksi atau pejabat terkait untuk keperluan tindakan perbaikan.

Pada saat melaksanakan audit intern, SKAI harus

melakukan pengujian terhadap efektivitas pengendalian intern

untuk memastikan bahwa sistem pengendalian tersebut telah

efektif, aman, serta sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta

kebijakan, pedoman, dan prosedur intern bank. Setiap terjadi

ketidakefektifan, ketidakakuratan atau temuan penting dalam

sistem tersebut harus segera dilaporkan dan menjadi perhatian

direksi dan satuan kerja manajemen risiko sehingga tindakan

perbaikan dapat segera dilaksanakan.

Bank wajib memiliki prosedur pengelolaan penanganan

kredit bermasalah termasuk sistem deteksi kredit bermasalah

secara tertulis dan menerapkannya secara efektif. Apabila bank

memiliki kredit bermasalah yang cukup signifikan, bank harus

memisahkan fungsi penyelesaian kredit bermasalah tersebut

dengan fungsi yang memutuskan penyaluran kredit. Setiap

strategi dan hasil penanganan kredit bermasalah yang efektif

ditatausahakan dalam suatu dokumentasi data yang selanjutnya

digunakan sebagai input untuk kepentingan satuan kerja yang

berfungsi menyalurkan atau merestrukturisasi kredit.

Page 129: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

120

Dalam kaitannya dengan manajemen portofolio kredit

maka Ferry N. Idroes dan Sugiarto memberikan pendapat bahwa

mitigasi risiko kredit dapat dilakukan dengan beberapa cara

sebagai berikut : 66

1). Model pemeringkatan untuk pinjaman perorangan (grading

models for individual loans) ;

2). Manajemen portofolio pinjaman (loan portfolio

management) ;

3). Sekuritisasi (securitization) ;

4). Agunan (collateral) ;

5). Pemantauan aliran dana (cash flow monitoring);

6). Manajemen penyelamatan (recovery management).

b. Risiko Pasar (Market Risk)

Risiko Pasar merupakan risiko yang timbul karena adanya

pergerakan variabel pasar dari portofolio yang dimiliki oleh bank,

yang dapat merugikan bank (adverse movement). Variabel pasar

adalah suku bunga dan nilai tukar, termasuk derivasi dari kedua

jenis risiko pasar tersebut yaitu perubahan harga options.

Risiko Pasar antara lain terdapat pada aktivitas fungsional

bank seperti kegiatan tresuri dan investasi dalam bentuk surat

berharga dan pasar uang maupun penyertaan pada lembaga

keuangan lainnya, penyediaan dana (pinjaman dan bentuk sejenis),

dan kegiatan pendanaan dan penerbitan surat utang, serta kegiatan

pembiayaan perdagangan. Risiko pasar ini mempunyai banyak

66

Ferry N. Idroes & Sugiarto, 2006, Manajemen Risiko Perbankan Dalam Konteks

Kesepakatan Basel dan Peraturan Bank Indonesia, Yogyakarta : Graha Ilmu, hal. 95.

Page 130: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

121

bentuk, namun yang sangat mendapat perhatian bank adalah

variasi tingkat suku bunga dan nilai tukar uang.

1). Risiko Suku Bunga (Interest Rate Risk).

Risiko suku bunga adalah potensi kerugian yang timbul

akibat pergerakan suku bunga di pasar yang berlawanan

dengan posisi atau transaksi bank yang mengandung risiko

suku bunga. Manajemen risiko pada risiko suku bunga ini

dilakukan melalui, pertama pengawasan aktif dewan komisaris

dan direksi. Komisaris harus memiliki pemahaman yang

memadai mengenai jenis dan tingkat eksposur risiko suku

bunga. Dalam proses persetujuan atas kebijakan dan strategi

dimaksud, komisaris harus mengkaitkan dengan tujuan

keseluruhan kegiatan usaha bank.

Komisaris harus melakukan persetujuan atas kebijakan

dan strategi yang berkaitan dengan manajemen risiko suku

bunga dan memastikan bahwa direksi bank mengambil

langkah-langkah yang diperlukan dalam rangka memantau dan

mengendalikan risiko tersebut. Direksi harus memberikan

informasi secara berkala kepada komisaris mengenai eksposur

risiko suku bunga dalam rangka pelaksanaan pemantauan dan

pengendalian tersebut. Informasi tersebut selanjutnya direview

oleh komisaris untuk menilai kinerja direksi dan kesesuaian

hasil kinerja dengan kebijakan yang telah ditetapkan.

Direksi bertanggungjawab untuk memastikan bahwa

bank memiliki kebijakan dan prosedur manajemen risiko suku

bunga yang memadai, terutama prosedur operasional secara

harian. Direksi juga bertanggungjawab untuk memelihara :

a). penetapan limit risiko suku bunga.

Page 131: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

122

b). standar dan sistem pengukuran risiko suku bunga.

c). standar untuk penilaian posisi dan pengukuran hasil

eksposur risiko suku bunga.

d). pelaporan risiko suku bunga dan proses review terhadap

manajemen risiko suku bunga.

e). pengendalian intern terhadap penerapan manajemen risiko

suku bunga.

Kedua, penerapan manajemen risiko terhadap risiko

suku bunga dilakukan melalui penetapan kebijakan, prosedur

dan penetapan limit. Bank harus memiliki kebijakan dan

prosedur yang komprehensif dan tertulis untuk mengelola

risiko suku bunga. Kebijakan dan prosedur tersebut harus

menetapkan dan menguraikan garis tanggungjawab dan

akuntabilitas yang melampaui keputusan pengelolaan risiko

suku bunga dan harus secara jelas mencakup instrumen yang

diotorisasi, strategi lindung nilai dan peluang pengambilan

posisi.

Kebijakan risiko suku bunga juga harus memuat

parameter kuantitatif yang diperoleh dari penggunaan metode

pengukuran risiko suku bunga seperti interest rate sensitivity,

earnings at risk dan economic value of equity, guna

menggambarkan tingkat risiko suku bunga yang dapat ditolerir

oleh bank. Seluruh kebijakan dan prosedur risiko suku bunga

harus dikaji secara berkala dan direvisi apabila diperlukan, oleh

satuan kerja manajemen risiko, satuan kerja audit intern, atau

auditor eksternal yang memiliki kompetensi dalam penerapan

manajemen risiko suku bunga.

Page 132: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

123

Penetapan selisih (spreads) yang diterapkan antara suku

bunga referensi dengan suku bunga pasar untuk menetapkan

pricing transaksi tertentu dilakukan setelah bank

mempertimbangkan kondisi keuangannya secara keseluruhan.

Dalam kebijakan dan proses tersebut, bank harus memastikan

bahwa suku bunga dimaksud telah mencerminkan prinsip

kehati-hatian.

Ketiga, penerapan manajemen risiko terhadap risiko

suku bunga melalui proses identifikasi, pengukuran,

pemantauan dan sistem informasi manajemen risiko suku

bunga. Bank wajib melakukan identifikasi risiko suku bunga

secara tepat yang terdapat pada aset, transaksi derivatif, dan

instrumen keuangan lain baik pada aktivitas fungsional tertentu

maupun aktivitas bank secara keseluruhan. Aset, kewajiban dan

rekening administratif yang akan dilakukan marked to market

dikelompokkan kedalam trading book sedangkan transaksi dan

posisi yang tidak dilakukan marked to market dikelompokkan

kedalam banking book. Umumnya posisi banking book tersebut

tidak ditujukan untuk memperoleh keuntungan jangka pendek,

namun akan dipelihara sampai jatuh tempo (held to maturity),

seperti surat-surat berharga atau obligasi pada portofolio

investasi.

Proses marked to market merupakan salah satu teknik

yang mencerminkan nilai aset, transaksi derivatif, dan

instrumen keuangan lainnya sekaligus merupakan metode yang

tepat untuk mengukur posisi risiko aset dan instrumen

keuangan tersebut. Penilaian marked to market wajib mengacu

pada PBI No.5/12/PBI/2003 tanggal 17 Juli 2003 mengenai

Page 133: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

124

Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Dengan

Memperhitungkan Risiko Pasar (Market Risk) sebagaimana

telah diperbarui dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor

9/13/PBI/2007. Kecukupan dan keakurasian proses marked to

market harus diverifikasi oleh pihak yang independen dari

satuan kerja operasional, dan memiliki kompetensi yang

relevan, seperti satuan kerja manajemen risiko.

Dalam rangka mencegah terjadinya penyimpangan hasil

statistik dan perilaku suku bunga, maka bank dapat

menggunakan sumber data, figur dan kriteria yang dihasilkan

sendiri untuk melakukan pengujian atau tidak didasarkan atas

sumber data yang diperoleh dari pihak lain. Dalam menilai

eksposur risiko suku bunga yang melekat pada beberapa

aktivitas fungsional, bank sekurang-kurangnya dapat mengukur

beberapa parameter, antara lain :

a). potential loss karena fluktuasi suku bunga ;

b). volatilitas suku bunga per jangka waktu.

Apabila diperlukan, bank dapat melakukan koreksi atau

perbaikan kriteria dan proses pricing yang bertujuan untuk

menilai risiko kredit (banking book ) secara tepat dengan

menyesuaikan selisih suku bunga yang diterapkan terhadap

suku bunga referensi (pasar).

Keempat, penerapan manajemen risiko terhadap risiko

suku bunga melalui pemantauan risiko suku bunga. Bank

sekurang-kurangnya mengevaluasi dan mengkalkulasi secara

keseluruhan untuk setiap transaksi agar jumlah keseluruhan

eksposur risiko suku bunga dapat dipantau setiap saat. Bank

harus melakukan pemantauan terhadap kepatuhan limit secara

Page 134: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

125

harian dan setiap pelampauan limit serta tindak lanjut

mengatasi pelampauan tersebut dilaporkan kepada direksi atau

pejabat terkait, sesuai kewenangan yang diatur secara intern,

secara harian.

Kelima, sistem informasi manajemen risiko suku bunga

sebagai implementasi manajemen risiko terhadap risiko suku

bunga. Sistem informasi harus dapat memantau perubahan

suku bunga secara harian serta pengaruh dari perubahan

tersebut terhadap pendapatan dan permodalan bank. Bank yang

aktif melakukan kegiatan derivatif dan perdagangan instrumen

keuangan lainnya harus memiliki sistem yang mampu

memantau eksposur risiko suku bunga (trading book) dan

pergerakan suku bunga secara harian, serta mengembangkan

sistem tersebut sehingga pergerakan dimaksud dapat dipantau

secara real time basis.

Keenam, penetapan satuan kerja manajemen risiko.

Satuan kerja manajemen risiko bertanggung jawab menyusun

dan mendistribusikan laporan secara akurat dan tepat waktu,

mengenai :

a). keuntungan dan kerugian dari penilaian marked to market

yang diklasifikasikan berdasarkan produk, transaksi atau

jenis eksposur ;

b). sensitivitas eksposur terhadap kerugian sebagai dampak

dariperubahan suku bunga di pasar ;

c). potensi kerugian yang dapat terjadi karena perubahan suku

bunga di pasar.

Di samping itu, satuan kerja manajemen risiko harus

mengkaji secara berkala kecenderungan perubahan suku bunga

Page 135: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

126

atau kemungkinan terjadinya tekanan pasar. Hasil kajian

tersebut selanjutnya disampaikan kepada komite manajemen

risiko dan direksi sebagai bahan evaluasi untuk meninjau

kembali eksposur risiko suku bunga yang ada dan limit yang

ditetapkan.

Ketujuh, penerapan manajemen risiko terhadap risiko

suku bunga dengan cara pengendalian risiko suku bunga.

Pengendalian risiko dan tanggung jawab manajemen

operasional atas posisi yang dikelola hingga jatuh waktu

(banking book) harus ditetapkan dalam organisasi bank.

Untuk surat berharga dan obligasi yang terdaftar atau

diperdagangkan di pasar modal, bank harus menerapkan proses

pengendalian intern yang bertujuan untuk memantau selisih

kredit (credit spread) dari surat berharga dan obligasi tersebut

dengan membandingkan hasil (yield) dari posisi portofolio

tersebut dengan obligasi pemerintah. Dengan mengabaikan

kriteria ketentuan yang mengatur pembentukan provisi apabila

bank menilai bahwa credit spread mengalami pelebaran maka

bank harus melakukan analisis mengenai kondisi dan prospek

penerbit surat berharga dan obligasi. Apabila hasil analisis dan

sentimen pasar menunjukan kesimpulan bahwa kegagalan

penerbit semakin meningkat maka bank harus segera

membentuk provisi dalam perspektif kehati-hatian.

2). Risiko nilai tukar (foreign exchange risk).

Risiko nilai tukar (foreign exchange/FX risk) adalah

risiko kerugian akibat pergerakan yang berlawanan dari nilai

tukar pada saat bank memiliki posisi terbuka. Manajemen

Page 136: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

127

risiko pada risiko nilai tukar ini dilakukan melalui pertama,

pengawasan aktif dewan komisaris dan direksi. Oleh karena

itu, setiap anggota komisaris dan direksi secara ideal harus

memiliki pemahaman yang memadai mengenai jenis dan

tingkat eksposur risiko nilai tukar.

Kebijakan dan strategi yang berkaitan dengan

manajemen risiko nilai tukar wajib mendapatkan persetujuan

dari dewan komisaris. Selain itu, dewan komisaris wajib

memastikan bahwa direksi mengambil langkah-langkah yang

diperlukan dalam rangka memantau dan mengendalikan risiko

tersebut. Sedangkan direksi harus memberikan informasi secara

berkala kepada dewan komisaris mengenai eksposur risiko nilai

tukar dalam rangka pelaksanaan pemantauan dan pengendalian

tersebut. Informasi tersebut selanjutnya direview oleh dewan

komisaris untuk menilai kinerja direksi dan kesesuaian hasil

kinerja dengan kebijakan yang telah ditetapkan.

Kedua, penerapan manajemen risiko terhadap risiko

nilai tukar melalui penetapan kebijakan, prosedur dan

penetapan limit. Bank harus memiliki kebijakan dan prosedur

yang komprehensif dan tertulis untuk mengelola risiko nilai

tukar. Kebijakan dan prosedur tersebut harus menetapkan dan

menguraikan garis tanggungjawab dan akuntabilitas yang

melampaui keputusan pengelolaan risiko nilai tukar dan harus

secara jelas mencakup instrumen yang diotorisasi, strategi

lindung nilai dan peluang pengambilan posisi. Kebijakan risiko

nilai tukar juga harus mengidentifikasi parameter kuantitatif

yang menggambarkan tingkat risiko nilai tukar yang dapat

ditolerir bank (risk tolerance).

Page 137: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

128

Seluruh kebijakan dan prosedur risiko nilai tukar harus

dikaji secara berkala dan direvisi apabila diperlukan, terhadap

kemungkinan adanya peningkatan kegiatan akibat kondisi

pasar keseluruhan, khususnya apabila terdapat larangan oleh

otoritas pengawasan untuk melakukan transaksi terhadap mata

uang tertentu, baik oleh satuan kerja manajemen risiko maupun

satuan kerja audit intern, serta pihak eksternal yang memiliki

kompetensi dalam penerapan manajemen risiko suku bunga.

Prosedur yang diterapkan oleh bank harus mampu untuk

melakukan konsolidasi terhadap open positions, baik

berdasarkan neto maupun gross, pada setiap posisi yang

dimiliki, dan harus memungkinkan untuk melakukan

perhitungan secara akurat mengenai open position harian.

Bank harus menetapkan limit internal Net Open

Position (NOP) secara konsisten dalam rangka mencegah

terjadinya pelampauan batasan yang ditetapkan oleh ketentuan

yang berlaku terutama dalam hal seluruh limit internal yang

ditetapkan telah digunakan. Limit yang ditetapkan dalam

kegiatan transaksi perdagangan FX currencies dan instrumen

yang berdenominasi FX currency harus konsisten dengan

kebijakan pengambilan risiko secara keseluruhan, dan dapat

dikonsolidasikan serta mencakup seluruh unit usaha bank yang

memiliki posisi risiko pada FX currency.

Bank wajib melakukan identifikasi secara tepat aset,

transaksi derivatif, dan instrumen keuangan lain yang

mengandung risiko nilai tukar baik pada aktivitas fungsional

tertentu maupun aktivitas bank secara keseluruhan. Bank juga

wajib mempunyai metode pengukuran risiko nilai tukar.

Page 138: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

129

c. Risiko Likuiditas (Liquidity Risk).

Risiko likuiditas adalah risiko yang antara lain disebabkan

bank tidak mampu memenuhi kewajiban yang telah jatuh waktu.

Risiko likuiditas dapat dikategorikan sebagai berikut :

1). Risiko likuiditas pasar, yaitu risiko yang timbul karena bank

tidak mampu melakukan offsetting posisi tertentu dengan

harga pasar karena kondisi likuiditas pasar yang tidak

memadai atau terjadi gangguan di pasar (market disruption) ;

2). Risiko likuiditas pendanaan, yaitu risiko yang timbul karena

bank tidak mampu mencairkan asetnya atau memperoleh

pendanaan dari sumber dana lain.

Risiko likuiditas dapat melekat pada aktivitas fungsional

perkreditan (penyediaan dana), tresuri dan investasi, kegiatan

pendanaan dan instrumen utang. Pengelolaan likuiditas ini sangat

penting karena kekurangan likuiditas dapat mengganggu bukan

hanya bank tersebut namun sistem perbankan secara keseluruhan.

Contoh risiko likuiditas sebagai akibat dari aktivitas

fungsional antara lain portofolio kredit yang tidak terkelola dengan

baik sehingga mengakibatkan kredit bermasalah (non performing

loan). Kredit pada dasarnya merupakan aktiva produktif yang

diharapkan akan memberikan pendapatan dan hasil dari

pengembalian kredit diharapkan akan menjadi sumber likuiditas

dalam wujud aliran kas masuk pada neraca bank. Karena menjadi

kredit bermasalah maka tidak ada aliran kas masuk bahkan

menghasilkan aliran kas keluar (cash outflow) karena bank harus

membentuk pencadangan penghapusan pinjaman atas kredit

bermasalah tersebut. Sementara dana pihak ketiga sewaktu-waktu

Page 139: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

130

bisa ditarik/dicairkan oleh nasabah. Apabila kondisi ini

berlangsung terus-menerus maka akan menimbulkan masalah

likuiditas bagi bank tersebut.

Risiko likuiditas juga bisa terjadi diawali dari adanya risiko

pasar. Fenomena yang terjadi pada saat krisis moneter tahun 1997-

1998 dimana terjadi kondisi negative spread yakni suku bunga

simpanan dana pihak ketiga khususnya deposito lebih tinggi

dibandingkan suku bunga kredit sehingga bank menderita kerugian

karena kewajiban membayar bunga kepada deposan menguras

cadangan kas dan alat likuidnya. Risiko pasar yang mengakibatkan

risiko likuiditas juga dapat bersumebr dari perubahan nilai mata

uang. Karena adanya hiperdevaluasi maka banyak nasabah yang

menarik dana rupiahnya untuk dikonversi menjadi asset valuta

asing baik dalam bentuk banknote atau disimpan di bank asing.

Akibatnya banyak bank nasional mengalami kesulitan likuiditas.

Risiko reputasi juga potensial mengakibatkan risiko

likuiditas. Kepercayaan masyarakat terhadap bank yang menurun

dapat mengakibatkan rush yakni penarikan dana pihak ketiga

secara besar-besaran dalam waktu bersamaan. Aliran kas keluar

dalam jumlah yang besar dalam waktu yang bersamaan akan

menguras cadangan kas dan alat likuid bank tersebut. Fenomena

seperti ini pernah terjadi pada saat krisis moneter tahun 1997-1998

sehingga memaksa Bank Indonesia untuk mengeluarkan kebijakan

Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) sebagai konsekuensi

peran Bank Indonesia pada saat itu sebagai a lender of the last

resort.

Melihat potensi kerugian yang sedemikian besar apabila

risiko likuiditas diluar kendali maka Bank Indonesia menempatkan

Page 140: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

131

risiko likuiditas sebagai risiko yang wajib dikelola dengan baik

oleh setiap bank. Untuk itu bank harus mempunyai struktur

manajemen yang baik dalam menjalankan strategi, kebijakan dan

prosedur likuiditas secara efektif.

Implementasi manajemen risiko terhadap risiko likuiditas

dilakukan dengan cara sebagai berikut : Pertama, dengan

pengawasan aktif komisaris dan direksi. Komisaris dan direksi

harus memahami risiko likuiditas dan secara aktif melakukan

persetujuan serta mengevaluasi kebijakan dan strategi risiko

likuiditas secara berkala. Kebijakan dan strategi risiko likuiditas

harus mempertimbangkan toleransi risiko dan dampaknya

terhadap permodalan dengan memperhatikan perubahan eksternal

dan internal.

Direksi harus menjabarkan dan mengkomunikasikan

kebijakan dan strategi risiko likuiditas kepada seluruh satuan kerja

terkait serta mengevaluasi penerapan kebijakan dan strategi

dimaksud. Selain itu direksi harus memastikan penempatan dan

peningkatan kompetensi sumberdaya manusia, khususnya pada

aktivitas fungsional tresuri dan investasi serta harus secara aktif

mengukur posisi likuiditas bank bukan hanya berdasarkan

kecukupan saat ini tetapi juga mengevaluasi penerapan strategi

pendanaan khususnya dalam kondisi pasar yang tidak

menguntungkan.

Kedua, melalui kebijakan, prosedur dan penetapan limit.

Kebijakan pengelolaan risiko likuiditas harus disusun sesuai

dengan misi, strategi bisnis, kecukupan permodalan, kemampuan

sumber daya manusia, serta risk appetite bank. Kebijakan

pengelolaan risiko likuiditas harus dievaluasi dan dikinikan secara

Page 141: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

132

periodik dengan perubahan dalam kondisi likuiditas, misi dan

strategi bisnis serta kemampuan permodalan secara keseluruhan.

Bank harus pula memiliki kebijakan yang jelas mengenai

tanggungjawab pendanaan, pelaporan dan pricing likuiditas.

Kebijakan likuiditas dan pendanaan harus menugaskan dan

memberikan kewenangan kepada satuan kerja tertentu untuk

menentukan pasar, instrumen serta transaksi dengan eligible

counterparty. Kebijakan ini juga harus mencakup penanganan

permasalahan risiko konsentrasi likuiditas dan pencegahan

ketergantungan bank terhadap terhadap satu atau beberapa

instrumen, counterparty, atau segmen pasar tertentu. Kebijakan

dan prosedur pengelolaan risiko likuiditas yang telah disetujui oleh

direksi, dikomunikasikan dan diimplementasikan dengan baik oleh

satuan kerja yang menangani aktivitas fungsional yang memiliki

eksposur risiko likuiditas.

Kebijakan dan pengelolaan likuiditas dan pendanaan bank

harus menetapkan limit yang diimplementasikan secara konsisten

guna menghindari kekurangan likuiditas, konsentrasi gap dan

ketergantungan kepada counterparty, instrumen atau market

segment tertentu. Limit yang ditetapkan harus konsisten dan sesuai

dengan contingency funding plan untuk memastikan bahwa

contingency funding plan diterapkan secara efektif. Bank harus

secara khusus menetapkan limit pendanaan jangka pendek,

khususnya pinjaman overnight yang diperoleh dari pasar.

Penetapan limit tersebut sekurang-kurangnya

memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1). kebutuhan pendanaan berkala atau kelebihan likuiditas ;

2). konsistensi dengan pengambilan posisi risiko suku bunga ;

Page 142: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

133

3). keseluruhan likuiditas yang tersedia di pasar uang antar bank

dan potensi kekurangan likuiditas yang terjadi berdasarkan

pengalaman masa lalu ;

4). pergerakan tingkat suku bunga dan likuiditas yang tersedia di

pasar.

Penetapan limit harus direview dan disesuaikan dalam hal

terdapat perubahan kondisi pasar secara keseluruhan yang

signifikan. Kebijakan, prosedur dan proses penetapan limit risiko

likuditas harus didokumentasikan secara tertulis dan lengkap

sehingga memudahkan untuk dilakukan jejak audit (audit trail).

Ketiga, melalui proses identifikasi, pengukuran,

pemantauan dan sistem informasi manajemen risiko likuiditas.

Proses identifikasi risiko likuiditas dilakukan dengan cara sebagai

berikut :

1). Bank harus melakukan identifikasi dan analisis secara cermat

produk dan transaksi perbankan serta aktivitas fungsional yang

mengandung risiko likuiditas.

2). Bank harus melakukan analisis mengenai kemungkinan

dampak penerapan berbagai skenario yang berbeda atas posisi

likuiditas karena kondisi likuiditas Bank tergantung pada pola

cash flow dalam berbagai kondisi.

3). Bank dapat menerapkan berbagai skenario yang digunakan

untuk menilai :

a). arus kas dan posisi likuiditas Bank dalam keadaan normal;

b). skenario Bank individual pada saat krisis, yang antara lain

dicerminkan bahwa sebagian besar kewajiban Bank tidak

dapat diperpanjang; dan

Page 143: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

134

c). skenario sistem perbankan pada saat krisis, yang antara lain

dicerminkan bahwa kondisi sebagian besar atau seluruh

sistem perbankan menghadapi masalah likuiditas.

4). Dalam menerapkan skenario tersebut, Bank harus membuat

asumsi mengenai kebutuhan likuiditas di masa mendatang,

baik jangka pendek maupun jangka panjang serta kemampuan

Bank untuk memperoleh likuiditas di pasar uang.

Adapun pengukuran risiko likuiditas meliputi :

1). struktur pendanaan, yaitu penilaian terhadap struktur simpanan

berdasarkan jenis, jangka waktu, mata uang, suku bunga,

pemilik dana, dan konsentrasi kepemilikan dana ;

2). expected cash flow, yaitu penilaian seluruh arus kas masuk dan

arus kas keluar termasuk kebutuhan pendanaan untuk

memenuhi komitmen pada transaksi rekening administratif

guna mengidentifikasi kemungkinan terjadinya shortage

pendanaan di masa datang ;

3). akses pasar, yaitu penilaian terhadap kemampuan Bank untuk

memperoleh likuiditas di pasar, baik dalam kondisi normal

maupun dalam kondisi tidak normal ;

4). asset marketability, yaitu penilaian terhadap aset likuid yang

dapat dikonversi menjadi kas, khususnya dalam kondisi tidak

normal (krisis), yaitu pada saat Bank tidak dapat memenuhi

seluruh kewajiban dengan menggunakan arus kas positif yang

dimiliki dan pinjaman dari pasar uang.

Perhitungan likuiditas dapat dilakukan dengan cara

menyusun maturity profile (maturity ladder) untuk setiap jenis

skenario dengan cara menyusun arus kas berdasarkan jatuh

tempo/maturitas ataupun estimasi dengan menggunakan asumsi

Page 144: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

135

yang didasarkan atas pengalaman bank masa lalu. Apabila

perkiraan cash flow dilakukan berdasarkan suatu estimasi data

statistik maka keakuratan dan ketepatan estimasi tersebut harus

dinilai kembali secara berkala. Disamping itu, asumsi dan variabel

yang digunakan dalam perkiraan tersebut harus direview sesuai

dengan perubahan kondisi pasar, faktor persaingan antar bank dan

perubahan perilaku nasabah bank.

Sedangkan pemantauan risiko likuiditas dilakukan dengan

cara-cara sebagai berikut :

1). Bank harus menilai stabilitas dan trend simpanan dana

masyarakat serta menyusun worst case scenario berdasarkan

observasi terhadap trend penarikan terbesar yang pernah

terjadi dalam kurun waktu observasi tersebut, terutama bagi

Bank yang pernah mengalami penarikan dana yang sangat

besar.

2). Bank harus mengumpulkan data dan memantau posisi

likuiditas secara berkala (harian, mingguan, bulanan, dan

periode lainnya) serta potensi kerugian yang disebabkan risiko

likuiditas, antara lain dengan cara mengelola maturitas posisi

likuiditas.

3). Bank harus melakukan review secara berkala terhadap faktor-

faktor penyebab timbulnya risiko likuiditas serta kaitannya

dengan kerugian yang dapat ditimbulkan.

4). Untuk keperluan pemantauan eksposur risiko likuiditas,

Satuan Kerja Manajemen Risiko harus menyusun laporan

mengenai kerugian yang disebabkan faktor risiko likuiditas

dan disampaikan kepada Komite Manajemen Risiko dan

Direksi.

Page 145: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

136

Untuk mendukung proses pengukuran dan pemantauan atas

risiko likuiditas diperlukan sistem informasi manajemen risiko

likuiditas. Agar dapat berfungsi dengan baik maka sistem

informasi manajemen risiko likuiditas harus memenuhi kualifikasi

sebagai berikut :

1). Sistem informasi manajemen risiko likuiditas harus dapat

menyediakan informasi dan laporan yang akurat dan tepat

waktu mengenai kondisi likuiditas, maturity profile, dan

projected cash flow. Sistem informasi tersebut harus dirancang

dan dikembangkan sesuai dengan perubahan kondisi internal

dan eksternal yang cukup signifikan.

2). Sistem informasi manajemen risiko harus dapat memenuhi

kewajiban pelaporan kepada Bank Indonesia termasuk

kewajiban bank untuk memenuhi laporan khusus (laporan).

Satuan Kerja Manajemen Risiko harus melakukan analisis

terhadap laporan yang dihasilkan dan selanjutnya menyampaikan

hasil analisis tersebut secara berkala sesuai kebutuhan bank

kepada Direksi, komite manajemen risiko, satuan kerja audit

intern, dan satuan kerja tresuri. Frekuensi penyampaian laporan

dapat ditingkatkan apabila hasil analisis menunjukkan bahwa Bank

memiliki potensi kesulitan likuiditas yang cukup signifikan.

Bank harus segera mengatasi kelemahan pada proses

capturing secara otomasi dengan cara proses komunikasi intern

yang memadai dan tepat waktu dengan satuan kerja tresuri,

terutama untuk mengetahui arus dana dalam jumlah yang besar

yang tidak terduga. Efektivitas dan keandalan laporan yang

dihasilkan sistem informasi harus dilakukan pengujian kembali

Page 146: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

137

secara berkala sesuai dengan posisi terakhir liquidity gap, baik

long maupun short.

d. Risiko Operasional (Operational Risk)

Risiko operasional adalah risiko yang antara lain

disebabkan ketidakcukupan dan atau tidak berfungsinya proses

internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, atau adanya

problem eksternal yang mempengaruhi operasional Bank. Risiko

operasional dapat menimbulkan kerugian keuangan secara

langsung maupun tidak langsung dan kerugian potensial atas

hilangnya kesempatan memperoleh keuntungan.

Risiko operasional dapat melekat pada setiap aktivitas

fungsional Bank, seperti kegiatan perkreditan (penyediaan dana),

tresuri dan investasi, operasional dan jasa, pembiayaan

perdagangan, pendanaan dan instrumen utang, teknologi sistem

informasi dan sistem informasi manajemen, dan pengelolaan

sumber daya manusia. Oleh karena itu, Bank Indonesia

memberikan arahan dalam manajemen risiko operasional yang

wajib dilaksanakan bank sebagai berikut :

1). Pengawasan Aktif Komisaris dan Direksi.

Komisaris dan direksi bank harus memahami risiko

operasional dan secara aktif melakukan persetujuan serta

mengevaluasi kebijakan dan strategi risiko operasional secara

periodik. Kebijakan dan strategi risiko operasional harus

mempertimbangkan dampaknya terhadap permodalan dengan

memperhatikan perubahan eksternal dan internal.

Kewajiban-kewajiban direksi bank dalam manajemen

risiko operasional adalah sebagai berikut :

Page 147: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

138

a). Direksi harus menjabarkan dan mengkomunikasikan

kebijakan dan strategi risiko operasional kepada seluruh

satuan kerja terkait serta mengevaluasi penerapan

kebijakan dan strategi dimaksud.

b). Direksi harus dapat mengidentifikasi dan mengelola risiko

operasional yang melekat pada produk dan aktivitas baru

serta memastikan bahwa risiko produk dan aktivitas baru

tersebut telah melalui proses pengendalian risiko yang

memadai, sebelum diperkenalkan atau dijalankan.

c). Direksi harus memastikan penempatan dan peningkatan

kompetensi serta integritas sumber daya manusia yang

memadai pada seluruh aktivitas fungsional Bank.

2). Kebijakan, Prosedur dan Penetapan Limit.

Dalam pembuatan kebijakan, prosedur serta penetapan

limit maka bank wajib memperhatikan hal-hal sebagai

berikut :

a). Bank harus memiliki kebijakan pengelolaan risiko

operasional yang sesuai dengan misi, strategi bisnis,

kecukupan permodalan dan kecukupan sumberdaya

manusia.

b). Bank harus menetapkan dan menerapkan prosedur untuk

menilai risiko operasional dan memantau eksposur risiko

operasional secara berkala pada beberapa aktivitas

fungsional utama.

c). Bank harus melakukan evaluasi dan pengkinian kebijakan

dan prosedur pengelolaan risiko operasional sesuai dengan

eksposur risiko operasional, profil risiko dan budaya risiko

Bank.

Page 148: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

139

d). Bank harus menetapkan limit (cadangan) risiko operasional

dengan mempertimbangkan eksposur risiko dan

pengalaman kerugian masa lalu yang diakibatkan oleh

risiko operasional. Penetapan limit tersebut harus direview

dan disesuaikan dalam hal terdapat perubahan eksposur

risiko operasional secara signifikan.

e). Kebijakan, prosedur dan proses penetapan limit risiko

operasional harus didokumentasikan secara tertulis dan

lengkap sehingga memudahkan untuk dilakukan jejak audit

(audit trail).

Dalam rangka penyelesaian transaksi (Settlement),

bank wajib mempunyai kebijakan, prosedur dan penetapan

limit yang harus memenuhi syarat sebagai berikut :

a). Bank harus memiliki prosedur untuk mengukur eksposur

risiko penyelesaian transaksi, khususnya apabila risiko

tersebut berasal dari transaksi valuta asing dan kegiatan

pembiayaan perdagangan.

b). Bank harus melakukan penilaian terhadap tahapan dalam

proses penyelesaian transaksi, khususnya mengenai batas

akhir perintah pembayaran, batas akhir penerimaan dan

waktu pencatatan pembayaran dana.

c). Bank harus menyusun suatu prosedur pemantauan

penyelesaian transaksi baru atau apabila terdapat transaksi

yang belum diselesaikan pembayarannya.

d). Bank harus menyediakan prosedur penyelesaian transaksi

yang disebabkan oleh adanya kondisi likuiditas Bank yang

memburuk.

Page 149: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

140

e). Bank harus melakukan konfirmasi transaksi secara tepat

waktu sesuai dengan prosedur yang ditetapkan dan

memantau transaksi tersebut secara konsisten.

Dalam hal akuntansi, bank harus memastikan bahwa

penggunaan metode akuntansi adalah sesuai dengan standar

akuntansi yang berlaku serta memperhatikan hal-hal sebagai

berikut :

a). melakukan review secara berkala guna memastikan

ketepatan metode yang digunakan untuk menilai transaksi ;

b). melakukan review secara berkala terhadap kesesuaian

metode akuntansi yang digunakan dengan standar

akuntansi keuangan yang berlaku ;

c). melakukan rekonsiliasi data transaksi secara berkala ;

d). mengidentifikasi dan menganalisa setiap ketidakwajaran

transaksi yang terjadi ;

e). memelihara seluruh dokumen dan arsip (file) yang

berkaitan dengan rincian rekening (accounts), sub-ledgers,

buku besar (general ledgers), administrasi klasifikasi aset

dan dokumentasi pembentukan provisi, guna memudahkan

proses jejak audit (audit trail).

3). Inventarisasi Aset dan Kustodian.

Proses inventarisasi dan pengelolaan aset dilakukan

dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a). Bank harus memelihara data akuntansi dan rincian aset

pihak ketiga yang dipelihara/dititipkan (kustodian).

b). Bank harus memperoleh informasi yang memadai

mengenai keaslian penyimpanan/penitipan aset dalam

Page 150: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

141

rangka memastikan bahwa asset yang dititipkan tidak

memiliki permasalahan hukum.

c). Bank harus melakukan pengecekan secara berkala antara

data asset yang dititipkan dengan perjanjian/kontraknya.

4). Profil Nasabah dan Prinsip Mengenal Nasabah (KYC).

a). Bank harus menerapkan Prinsip Mengenal Nasabah (KYC)

secara konsisten sesuai dengan eksposur risiko

operasional. KYC harus didukung oleh sistem

pengendalian intern yang efektif, khususnya upaya

pencegahan Bank terhadap kejahatan internal (internal

fraud).

b). Dalam penerapan KYC tersebut, Bank wajib memenuhi

seluruh persyaratan dan pedoman sebagaimana yang diatur

dalam ketentuan yang berlaku tentang Prinsip Mengenal

Nasabah (KYC).

5). Profil Karyawan (Employee’s Profiles).

Bank harus memiliki dan menerapkan kebijakan

tentang tanggungjawab, kewenangan dan akses

pegawai/karyawan terhadap sistem informasi tertentu.

Kebijakan tersebut didukung oleh prosedur akses terhadap

sistem informasi manajemen, sistem informasi akuntansi,

sistem pengelolaan risiko, pengamanan di dealing room, dan

ruang pemrosesan data.

6). Proses Identifikasi, Pengukuran, Pemantauan dan Sistem

Informasi Manajemen Risiko Operasional.

a). Identifikasi Risiko Operasional.

Bank harus melakukan identifikasi dan analisa

terhadap faktor penyebab timbulnya risiko operasional

Page 151: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

142

yang melekat pada seluruh aktivitas fungsional, produk,

proses dan sistem informasi, baik yang disebabkan oleh

faktor intern maupun ekstern yang berdampak negatif

terhadap pencapaian sasaran organisasi bank. Selain itu

bank juga harus memiliki prosedur penilaian yang

memadai terhadap risiko operasional yang melekat pada

aktivitas dan produk baru termasuk proses dan sistemnya.

Hasil identifikasi tersebut selanjutnya digunakan

oleh bank untuk mengembangkan suatu database

mengenai jenis kerugian (loss events) yang ditimbulkan

oleh risiko operasional. Metode yang dapat digunakan

bank untuk mengidentifikasi risiko operasional, antara

lain :

- self risk assessment berupa checklists untuk

mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan pada

lingkungan risiko operasional bank, seperti peranan

komisaris dan direksi, struktur organisasi, sumber daya

manusia, serta arus informasi dan komunikasi pada

bank ;

- risk mapping berupa pemetaan menurut jenis risiko

terhadap aktivitas fungsional, struktur organisasi dan

arus proses transaksi ;

- key risk indicators berupa statistik atau matriks yang

menyediakan data posisi risiko operasional bank,

seperti jumlah pembatalan transaksi, tingkat

perputaran pegawai, dan frekuensi kesalahan (errors) ;

- scorecards yang menyediakan metode untuk

mentranslasikan penilaian/kriteria kualitatif menjadi

Page 152: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

143

matriks kuantitatif, yang dapat digunakan untuk

mengalokasikan kebutuhan modal masing-masing

aktivitas fungsional.

b). Pengukuran Risiko Operasional.

Setelah bank melakukan identifikasi risiko

operasional yang melekat pada aktivitas fungsional tertentu,

bank harus menilai parameter yang mempengaruhi eksposur

risiko operasional, antara lain jumlah dan frekuensi :

- kegagalan dan kesalahan sistem ;

- sistem administrasi ;

- kegagalan hubungan dengan nasabah ;

- accounting error ;

- penundaan dan kesalahan penyelesaian pembayaran ;

- fraud ;

- rekayasa akunting ;

- strategic failure.

Sumber utama dalam penerapan manajemen risiko

operasional adalah data historis mengenai kerugian bank

yang disebabkan risiko operasional yang telah divalidasi dan

diverifikasi. Data kerugian risiko operasional terdiri dari

kejadian (events) yang bersifat rutin, berfrekuensi tinggi

namun berdampak rendah maupun yang berfrekuensi rendah

namun berdampak tinggi terhadap rugi laba bank.

Data kerugian risiko operasional tersebut bersifat :

- dapat diprediksi (expected) seperti events yang memiliki

frekuensi yang tinggi namun berdampak rendah ; atau

- sulit diprediksi (unexpected) seperti events yang

memiliki frekuensi rendah namun berdampak tinggi.

Page 153: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

144

Bank harus memiliki metodologi pengukuran risiko

operasional yang tepat, sumberdaya manusia yang kompeten

dan infrastruktur sistem yang memadai dalam rangka

mengidentifikasi dan mengumpulkan data risiko

operasional. Di samping itu, bank harus mencatat dan

menatausahakan setiap events termasuk jumlah potensi

kerugian yang diakibatkan events dimaksud dalam suatu

administrasi data. Pencatatan dan penatausahaan data

tersebut disusun dalam suatu data statistik yang dapat

digunakan untuk memproyeksikan potensi kerugian pada

suatu periode dan aktivitas fungsional tertentu.

c). Pemantauan risiko operasional.

Bank harus melakukan pemantauan risiko

operasional secara berkelanjutan terhadap seluruh eksposur

risiko operasional serta kerugian (loss events) yang dapat

ditimbulkan oleh aktivitas fungsional utama (major business

line). Proses pemantauan risiko operasional antara lain

dengan cara menerapkan sistem pengendalian intern dan

menyediakan laporan berkala mengenai kerugian yang

ditimbulkan oleh risiko operasional.

Berdasarkan hasil pemantauan tersebut, Satuan Kerja

Manajemen Risiko harus melakukan review secara berkala

terhadap faktor-faktor penyebab timbulnya risiko

operasional serta dampak kerugiannya. Satuan Kerja

Manajemen Risiko harus menyusun laporan mengenai

kerugian dari risiko operasional dan hasil review kepatuhan

audit intern serta menyampaikan laporan tersebut kepada

Komite Manajemen Risiko dan Direksi.

Page 154: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

145

d). Sistem Informasi Manajemen Risiko Operasional.

Bank harus memiliki sistem dan teknologi informasi

yang memadai sesuai dengan sifat dan volume transaksi.

Sistem informasi manajemen harus dapat menghasilkan

laporan yang lengkap dan akurat yang digunakan untuk

pemantauan risiko dalam rangka mendeteksi dan

mengkoreksi penyimpangan secara tepat waktu guna

mengurangi potensi terjadinya loss events. Sistem informasi

manajemen harus dapat menyediakan laporan eksposur

risiko operasional secara lengkap, akurat dan tepat waktu

dalam rangka proses pengambilan keputusan oleh Direksi.

7). Pengendalian Risiko Operasional.

Bank harus memiliki kebijakan, prosedur dan proses

untuk mengendalikan atau memitigasi risiko operasional,

sesuai dengan kompleksitas operasional bank. Dalam

penerapan pengendalian risiko operasional, bank dapat

mengembangkan program untuk memitigasi risiko operasional

antara lain pengamanan proses teknologi informasi, asuransi,

dan outsourcing sebagian kegiatan operasional bank.

8). Tindak Lanjut Hasil Audit Intern dan Ekstern.

a). Bank harus menindaklanjuti hasil temuan audit intern

maupun ekstern dan selanjutnya melakukan serangkaian

tindakan korektif.

b). Temuan audit yang belum ditindaklanjuti atau hanya

sebagian dilakukan perbaikan harus diinformasikan oleh

SKAI kepada Direksi. Apabila temuan tersebut signifikan,

Direksi menetapkan jangka waktu perbaikan dan

Page 155: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

146

menugaskan SKAI untuk memantau perkembangan

efektivitas pelaksanaan tindakan korektif yang diambil.

e. Risiko Hukum (Legal Risk).

Risiko hukum adalah risiko yang disebabkan oleh adanya

kelemahan aspek yuridis, yang antara lain disebabkan adanya

tuntutan hukum, ketiadaan peraturan perundang-undangan yang

mendukung, atau kelemahan perikatan seperti tidak dipenuhinya

syarat sahnya kontrak dan pengikatan agunan yang tidak

sempurna. Pengendelaian atas risiko hukum dilaksanakan dengan

cara-cara sebagai berikut :

1). Pengawasan Aktif Komisaris dan Direksi.

Komisaris dan Direksi harus memahami risiko hukum

yang melekat pada aktivitas fungsional, terutama yang dapat

mempengaruhi kondisi keuangan bank, dan melaksanakan

persetujuan dan evaluasi kebijakan dalam rangka

mengendalikan risiko hukum. Direksi harus mengidentifikasi

dan mengendalikan risiko hukum yang melekat pada produk

dan aktivitas baru serta memastikan bahwa risiko produk dan

aktivitas baru tersebut telah melalui proses manajemen risiko,

sebelum diperkenalkan kepada nasabah.

Direksi harus memastikan bahwa bank memiliki

kebijakan untuk memperhitungkan dampak risiko hukum

terhadap permodalan bank. Di samping itu, Direksi harus

secara kontinyu mengembangkan budaya kepatuhan dan

kepedulian terhadap risiko hukum kepada seluruh pegawai

pada setiap jenjang organisasi. Direksi harus melibatkan para

pejabat dan karyawan Bank untuk mengkomunikasikan

Page 156: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

147

permasalahan risiko hukum dengan bagian hukum atau satuan

kerja terkait agar risiko hukum dapat segera dicegah dan

dikendalikan.

2). Kebijakan, Prosedur dan Penetapan Limit.

Bank harus memiliki kebijakan dan prosedur untuk

mengendalikan risiko hukum secara tertulis yang disesuaikan

dengan strategi usaha bank. Prosedur untuk mengendalikan

risiko hukum tersebut harus disetujui oleh Direksi dan

dikomunikasikan kepada seluruh jenjang organisasi sehingga

prosedur tersebut dapat diterapkan secara efektif.

Bank harus memiliki dan melaksanakan prosedur

analisis aspek hukum terhadap produk dan aktivitas baru.

Proses analisis aspek hukum terhadap produk dan aktivitas

baru wajib dilakukan secara berkelanjutan dengan

membanding ketentuan-ketentuan hukum terbaru yang terkait

dengan produk dan aktivitas usaha bank.

Bank harus memiliki satuan kerja atau sekelompok

petugas yang berfungsi sebagai legal watch untuk yang

menyediakan analisis hukum kepada seluruh pegawai pada

setiap jenjang organisasi. Satuan kerja/bagian hukum, Satuan

Kerja Manajemen Risiko dan satuan kerja operasional (risk

taking unit) harus secara bersama-sama menilai dampak

perubahan ketentuan atau peraturan tertentu terhadap eksposur

risiko hukum.

Bank harus memiliki kode etik yang diberlakukan

kepada seluruh pegawai pada setiap jenjang organisasi guna

meningkatkan kepatuhan kepada ketentuan intern maupun

ekstern. Bank harus menerapkan sanksi secara konsisten

Page 157: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

148

kepada pejabat dan pegawai yang terbukti melakukan

penyimpangan dan pelanggaran terhadap ketentuan ekstern

dan intern serta kode etik internal bank.

Bank harus melakukan evaluasi dan pengkinian

kebijakan dan prosedur pengendalian risiko hukum secara

berkala. Kebijakan dan prosedur pengendalian risiko hukum

harus senantisa sesuai dengan perkembangan eksternal dan

internal bank, seperti perubahan ketentuan dan perundang-

undangan yang berlaku.

3). Proses Identifikasi, Pengukuran, Pemantauan dan Sistem

Informasi Manajemen Risiko Hukum.

Bank harus mengidentifikasi risiko hukum yang

melekat pada aktivitas fungsional perkreditan (penyediaan

dana), tresuri dan investasi, operasional dan jasa, jasa

pembiayaan perdagangan, teknologi sistem informasi dan

MIS, dan pengelolaan sumber daya manusia. Bank harus

mencatat dan menatausahakan setiap events yang terkait

dengan risiko hukum termasuk jumlah potensi kerugian yang

diakibatkan events dimaksud dalam suatu administrasi data.

Pencatatan dan penatausahaan data tersebut disusun dalam

suatu data stastistik yang dapat digunakan untuk

memproyeksikan potensi kerugian pada suatu periode dan

aktivitas fungsional tertentu.

Dalam proses pengukuran risiko hukum ini, bank dapat

menggunakan dengan kombinasi pendekatan kualitatif dan

kuantitatif. Bank memantau risiko hukum secara berkala

sesuai dengan pengalaman kerugian di masa lalu yang

disebabkan oleh risiko hukum. Sistem informasi manajemen

Page 158: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

149

harus dapat menyediakan laporan eksposur risiko hukum

secara lengkap, akurat dan tepat waktu dalam rangka proses

pengambilan keputusan oleh Direksi.

4). Pengendalian Risiko Hukum.

Satuan kerja bidang hukum (legal department) harus

melakukan review secara berkala terhadap kontrak dan

perjanjian/agreement antara bank dengan pihak lain, antara

lain dengan cara melakukan penilaian kembali terhadap

efektivitas proses enforceability tersebut guna mengecek

validitas hak dalam kontrak dan perjanjian/agreement tersebut.

Dalam hal Bank menerbitkan garansi seperti netting

agreement, collateral pledges, dan margin calls maka hal

tersebut harus didukung oleh efektivitas dan enforceability

dokumen hukum.

Bank harus meningkatkan pengendalian risiko hukum

untuk memastikan hal-hal sebagai berikut :

a). kesesuaian antara operasional, organisasi dan pengendalian

intern dengan ketentuan yang berlaku, kode etik, dan

strategi usaha ;

b). kepatuhan terhadap prosedur internal ;

c). kualitas laporan keuangan ;

d). efektivitas dan efisiensi sistem informasi manajemen

risiko ;

e). efektivitas penerapan komunikasi yang berkaitan dengan

dampak risiko hukum kepada seluruh pegawai pada setiap

jenjang organisasi.

Page 159: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

150

f. Risiko Reputasi (Reputation Risk).

Risiko reputasi adalah risiko yang antara lain disebabkan

oleh adanya publikasi negatif yang terkait dengan kegiatan usaha

bank atau persepsi negatif terhadap bank. Pengendalian terhadap

risiko reputasi diwujudkan dengan :

1). Pengawasan Aktif Komisaris dan Direksi.

Komisaris dan Direksi harus memahami risiko reputasi

yang melekat ada aktivitas tertentu bank, terutama yang secara

signifikan dapat mempengaruhi kondisi keuangan bank, dan

melaksanakan persetujuan dan evaluasi kebijakan dalam

rangka pengendalian risiko reputasi. Direksi harus memastikan

bahwa bank memiliki kebijakan untuk memperhitungkan

dampak risiko reputasi terhadap permodalan bank. Selain itu,

bank juga harus memiliki satuan kerja yang memiliki

kewenangan dan tanggung jawab untuk memberikan informasi

yang komprehensif kepada nasabah dan stakeholders Bank

lainnya dalam rangka mengendalikan risiko reputasi.

2). Kebijakan, Prosedur dan Penetapan Limit.

Bank harus mempunyai kebijakan dan prosedur tertulis

yang memenuhi prinsip -prinsip transparansi dan peningkatan

kualitas pelayanan nasabah dan stakeholders lainnya dalam

rangka mengendalikan risiko reputasi. Kebijakan tersebut juga

harus sejalan dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku mengenai perlindungan kepada konsumen.

Bank harus memiliki dan melaksanakan kebijakan

komunikasi yang tepat dalam rangka menghadapi

berita/publikasi yang bersifat negatif atau pencegahan

informasi yang cenderung kontraproduktif, antara lain dengan

Page 160: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

151

cara menerapkan strategi penggunaan media yang efektif

untuk menanggapi berita negatif. Bank harus melaksanakan

prosedur untuk mengendalikan risiko reputasi yang berkaitan

dengan pengalaman risiko reputasi yang secara material

mempengaruhi kondisi keuangan bank. Bank harus

mengkomunikasikan kebijakan dan prosedur untuk

mengendalikan risiko reputasi kepada seluruh pegawai pada

setiap jenjang organisasi.

3). Proses Identifikasi, Pengukuran, Pemantauan dan Sistem

Informasi Manajemen Risiko Reputasi.

Bank harus mengidentifikasi risiko reputasi yang

melekat pada aktivitas fungsional tertentu seperti perkreditan

(penyediaan dana), tresuri dan investasi, operasional dan jasa,

pembiayaan perdagangan (apabila ada), teknologi sistem

informasi dan MIS, dan sumber daya manusia. Selain itu, bank

harus mencatat dan menatausahakan setiap events yang terkait

dengan risiko reputasi termasuk jumlah potensi kerugian yang

diakibatkan events dimaksud dalam suatu administrasi data.

Pencatatan dan penatausahaan data tersebut disusun dalam

suatu data stastistik yang dapat digunakan untuk

memproyeksikan potensi kerugian pada suatu periode dan

aktivitas fungsional tertentu.

Dalam proses pengukuran risiko reputasi ini, bank

dapat menggunakan dengan kombinasi pendekatan kualitatif

dan kuantitatif. Bank memantau risiko reputasi secara berkala

sesuai dengan pengalaman kerugian di masa lalu yang

disebabkan oleh risiko reputasi. Sistem informasi manajemen

harus dapat menyediakan laporan eksposur risiko reputasi

Page 161: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

152

secara lengkap, akurat dan tepat waktu dalam rangka proses

pengambilan keputusan oleh direksi.

4). Pengendalian Risiko Reputasi.

Bank harus meningkatkan kepatuhan terhadap

ketentuan yang berlaku dalam rangka mengendalikan risiko

reputasi. Bank harus segera mengatasi adanya keluhan

nasabah dan gugatan hukum yang dapat meningkatkan

eksposur risiko reputasi antara lain dengan cara melakukan

komunikasi dengan nasabah atau counterparty secara kontinyu

dan melakukan perundingan bilateral dengan nasabah untuk

menghindari litigasi dan tuntutan hukum.

g. Risiko Strategik (Strategic Risk).

Risiko strategik adalah risiko yang antara lain disebabkan

adanya penetapan dan pelaksanaan strategi Bank yang tidak tepat,

pengambilan keputusan bisnis yang tidak tepat atau kurang

responsifnya Bank terhadap perubahan eksternal. Pengendalian

risiko strategik diwujudkan dalam aktivitas sebagai berikut :

1). Pengawasan Aktif Komisaris dan Direksi.

Komisaris dan Direksi harus memahami risiko

strategik yang melekat pada aktivitas tertentu Bank, terutama

yang secara signifikan dapat mempengaruhi kondisi keuangan

Bank, dan melaksanakan persetujuan dan evaluasi kebijakan

dalam rangka pengendalian risiko strategik. Komisaris dan

Direksi harus menyusun dan menyetujui rencana strategik

(corporate plan) dan rencana kerja (business plan) yang

mencakup hal-hal sebagaimana diatur dalam ketentuan yang

berlaku.

Page 162: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

153

Direksi harus memantau kondisi internal (kelemahan

dan kekuatan Bank) dan perkembangan faktor/kondisi

eksternal yang secara langsung atau tidak langsung

mempengaruhi strategi usaha Bank yang telah ditetapkan.

Direksi juga harus memastikan bahwa penetapan strategi

untuk pencapaian tujuan usaha Bank telah memperhitungkan

dampak risiko strategik terhadap permodalan Bank. Untuk itu,

Direksi wajib membentuk satuan kerja yang memiliki

kewenangan dan tanggung jawab yang mendukung perumusan

dan pemantauan pelaksanaan strategi termasuk corporate plan

dan business plan.

2). Kebijakan, Prosedur dan Penetapan Limit.

Bank harus menetapkan rencana strategik (corporate

plan) dan rencana bisnis (business plan) yang berjangka waktu

sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun secara tertulis dan

melaksanakan kebijakan tersebut. Rencana strategik dan

rencana bisnis tersebut harus ditetapkan oleh Direksi dan

mendapat persetujuan dari Komisaris, dan dikomunikasikan

kepada pejabat dan atau pegawai bank pada setiap jenjang

organisasi.

Rencana strategik dan rencana bisnis tersebut harus

memiliki asumsi alternatif apabila terdapat penyimpangan dari

target yang akan dicapai akibat perubahan eksternal dan

internal yang signifikan. Bank harus memiliki prosedur untuk

mengukur kemajuan yang dicapai dari realisasi anggaran dan

kinerja sesuai jadwal yang ditetapkan.

3). Proses Identifikasi, Pengukuran, Pemantauan dan Sistem

Informasi Manajemen Risiko Strategik.

Page 163: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

154

Bank harus mengidentifikasi risiko strategik yang

melekat pada aktivitas fungsional tertentu seperti perkreditan

(penyediaan dana), tresuri dan investasi serta operasional dan

jasa. Bank harus mencatat dan menatausahakan perubahan

kinerja sebagai akibat tidak terealisasinya atau tidak efektifnya

pelaksanaan strategi usaha maupun rencana bisnis yang telah

ditetapkan terutama yang signifikan terhadap permodalan

Bank.

Dalam proses pengukuran risiko strategik ini, bank

dapat menggunakan dengan kombinasi pendekatan kualitatif

dan kuantitatif. Bank memantau risiko strategik secara berkala

sesuai dengan pengalaman kerugian di masa lalu yang

disebabkan oleh risiko strategik. Sistem informasi manajemen

harus dapat menyediakan laporan eksposur risiko strategik

secara lengkap, akurat dan tepat waktu dalam rangka proses

pengambilan keputusan oleh Direksi.

4). Pengendalian Risiko Strategik.

Bank harus melaksanakan proses pengendalian

keuangan yang bertujuan untuk memantau realisasi

dibandingkan dengan target yang akan dicapai dan

memastikan bahwa risiko yang diambil masih dalam batas

toleransi. Selain itu, bank harus memiliki satuan kerja yang

diberi wewenang dan tanggung jawab untuk menganalisa

laporan actual vs target rencana bisnis dan menyampaikannya

kepada Direksi secara berkala. Bank juga harus melaksanakan

pengujian dan kaji ulang terhadap sistem informasi

manajemen risiko strategik secara berkala.

Page 164: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

155

h. Risiko Kepatuhan (Compliance Risk).

Risiko Kepatuhan merupakan risiko yang disebabkan Bank

tidak mematuhi atau tidak melaksanakan peraturan perundang-

undangan dan ketentuan lain yang berlaku. Pada prakteknya risiko

kepatuhan melekat pada risiko Bank yang terkait pada peraturan

perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku, seperti

risiko kredit terkait dengan ketentuan Kewajiban Pemenuhan

Modal Minimum (KPMM), Kualitas Aktiva Produktif,

Pembentukan Penyisihan Aktiva Produktif (PPAP), Batas

Maksimum Pemberian Kredit (BMPK), risiko pasar terkait dengan

ketentuan Posisi Devisa Neto (PDN), risiko strategik terkait

dengan ketentuan Rencana Kerja Anggaran Tahunan (RKAT)

Bank, dan risiko lain yang terkait dengan ketentuan tertentu.

Dalam rangka pengendalian atas risiko kepatuhan maka bank

harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1). Pedoman Penerapan Manajemen Risiko Kepatuhan.

Bank harus melakukan identifikasi dan analisis

terhadap beberapa factor yang dapat meningkatkan eksposur

risiko kepatuhan dan berpengaruh secara kuantitatif kepada

rugi laba dan permodalan Bank, seperti:

a). aktivitas usaha Bank, yaitu jenis dan kompleksitas usaha

Bank, termasuk produk dan aktivitas baru ;

b). ketidakpatuhan Bank, yaitu jumlah (volume) dan

materialitas ketidakpatuhan Bank terhadap kebijakan dan

prosedur intern, peraturan perundang-undangan dan

ketentuan yang berlaku, praktek dan standar etika bisnis

yang sehat ; dan

Page 165: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

156

c). litigasi, yaitu jumlah dan materialitas dari tuntutan litigasi

dan keluhan nasabah.

Bank juga harus memastikan efektivitas penerapan

manajemen risiko kepatuhan, antara lain yang berkaitan

dengan :

a). kebijakan, yang meliputi :

- ketepatan penetapan limit risiko yang telah ditetapkan ;

- konsistensi kebijakan manajemen risiko dengan arah

dan strategi usaha Bank ;

- penerapan kepatuhan, pengaturan tanggung jawab dan

akuntabilitas pada seluruh jenjang organisasi ;

- kebijakan mengecualikan suatu pengambilan keputusan

yang menyimpang (irregularities) ;

- penerapan kebijakan pengecekan kepatuhan melalui

prosedur secara berkala.

b). prosedur, yang meliputi :

- ketepatan waktu mengkomunikasikan kebijakan kepada

seluruh pegawai pada setiap jenjang organisasi ;

- kecukupan pengendalian terhadap pengembangan

produk baru ;

- kecukupan laporan dan sistem data ;

- kecukupan pengawasan komisaris dan direksi bank ;

- kecukupan pengendalian intern bank, termasuk aspek

pemisahan fungsi dan pengendalian berlapis (dual

control) ;

- sistem informasi manajemen yang tepat waktu dan tepat

guna;

Page 166: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

157

- efektivitas dari pengendalian terhadap akurasi,

kelengkapan, dan integritas data ;

- kecukupan proses menginterpretasikan (penafsiran)

perundangundangan dan ketentuan yang berlaku ;

- komitmen bank untuk memastikan bahwa sumber daya

bank telah tepat dialokasikan untuk kepentingan

pelatihan karyawan dan peningkatan budaya kepatuhan ;

- identifikasi dan tindakan korektif yang tepat waktu

terhadap pengaruh pelanggaran dan ketidakpatuhan

terhadap perundangundangan dan ketentuan yang

berlaku ;

- kecukupan mengintegrasikan aspek kepatuhan pada

setiap tahap perencanaan bank (corporate planning).

c). sumber daya manusia, yakni berkaitan dengan :

- ketepatan program kompensasi dan pengelolaan kinerja

karyawan dan pejabat bank;

- tingkat turn over karyawan dan pejabat bank yang

menduduki posisi yang strategis pada bank (high risk

taking unit) ;

- kecukupan program pelatihan ;

- kecukupan kompetensi komisaris dan direksi bank ;

- tingkat pemahaman dan kesesuaian arah strategi usaha

dengan risk tolerance.

d). sistem pengendalian, yang meliputi :

- efektivitas dan independensi fungsi audit, quality

assurance unit (apabila ada), dan Satuan Kerja

Manajemen Risiko ;

Page 167: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

158

- akurasi, kelengkapan, dan integritas laporan serta sistem

informasi manajemen ;

- keberadaan sistem pemantauan terhadap irregularities

yang mampu mengidentifikasi dan mengukur

peningkatan frekuensi dan jumlah eksposur risiko ;

- tingkat responsif bank terhadap penyimpangan terhadap

kebijakan dan prosedur intern bank ;

- tingkat responsif bank terhadap penyimpangan dalam

sistem pengendalian intern bank.

Setelah dipaparkan mengenai penerapan manajemen risiko

pada masing-masing kegiatan bank maka Bank Indonesia

memberikan arahan agar setiap bank membuat rencana kegiatan

(Action Plan). Rencana kegiatan dalam penerapan manajemen risiko

harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1). Penerapan manajemen risiko dilaksanakan oleh bank dengan atau

tanpa tahapan. Bagi bank yang telah menerapkan manajemen

risiko secara utuh dan memenuhi seluruh persyaratan minimum

yang diatur dalam ketentuan Bank Indonesia tetap wajib

melaporkan rencana kegiatan dengan isi laporan yang disesuaikan

dengan yang dipersyaratkan. Bagi bank yang belum sepenuhnya

atau sama sekali belum menerapkan manajemen risiko wajib

melaporkan tahapan dalam rencana kegiatan dengan isi laporan

yang disesuaikan dengan yang dipersyaratkan.

2). Bank Indonesia dapat meminta bank untuk melakukan

penyesuaian terhadap laporan rencana kegiatan apabila rencana

kegiatan dinilai belum sepenuhnya memenuhi persyaratan

minimum yang diatur dalam Peraturan Bank Indonesia dan

pedoman ini.

Page 168: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

159

3). Melakukan sosialisasi standar minimum penerapan manajemen

risiko kepada seluruh pegawai (terkait) untuk memastikan bahwa

pegawai tersebut memiliki pemahaman yang cukup mengenai

praktek manajemen risiko, dan selanjutnya bank mengembangkan

kultur risiko (risk culture ) kepada seluruh pegawai pada setiap

jenjang organisasi.

4). Memastikan bahwa SKAI (Satuan Kerja Audit Intern) terlibat

dalam proses diagnostik serta penyusunan dan pemantauan

rencana kegiatan dimaksud. Selanjutnya SKAI menyesuaikan

proses perencanaan auditnya (audit planning) sesuai dengan hasil

penilaian terhadap rencana kegiatan dan realisasinya.

2. Pengaturan Manajemen Risiko Perbankan dalam perspektif

penegakan prinsip kehati-hatian.

Bank sebagai lembaga intermediasi yang menghubungkan

antara pihak yang mempunyai kelebihan dana (surplus spending unit)

kepada pihak yang memerlukan dana (deficit spending unit) serta

kedudukannya sebagai korporasi yang berorientasi pada perolehan

keuntungan usaha akan senantiasa diperhadapkan pada berbagai

macam risiko. Pada dasarnya potensi risiko melekat (inherent) pada

seluruh aktivitas usaha suatu bank. Risiko tidak selalu harus dihindari

terutama risiko-risiko yang dibaliknya terdapat peluang meraih

keuntungan. Hanya risiko-risiko yag tidak menghasilkan bahkan

menimbulkan ancaman bagi sustainabilitas usaha yang perlu

dihindari. Pengelolaan risiko-risiko yang mempunyai potensi

menghasilkan keuntungan inilah yang perlu ditangani secara

bijaksana (prudent).

Page 169: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

160

Bank sebagai salah satu simpul sirkulasi uang akan

diperhadapkan pada tugas untuk mengelola uang tersebut dengan

bijaksana. Ketika uang berputar sebagai salah satu keberadaannya

sebagai alat tukar yang sah, maka akan terjadi perpindahan

kepemilikan atas nilai uang dimaksud meskipun dalam beberapa

kasus uang secara fisik masih berada di tangan pihak lawan transaksi

(counterparty). Akan tetapi fenomena tersebut tidak senantiasa

berlaku bagi institusi perbankan.

Uang masyarakat yang dititipkan dalam bentuk simpanan

dana pihak ketiga ke bank tidak serta merta menjadi milik bank.

Kedudukan bank hanya sebagai peminjam dari pemilik dana yang

kemudian dikonversi menjadi pinjaman yang disalurkan kepada

pihak yang membutuhkannya. Karena mengelola dana milik orang

lain sebagai modal kerja inti usahanya maka bank dituntut untuk

mengelola dana tersebut dengan penuh tanggungjawab atau dalam

bahasa teknisnya bank wajib menerapkan prinsip kehati-hatian. Hal

ini merupakan implementasi dari prinsip kepercayaan (fiduciary

relationship) yang diberikan oleh penyimpan dana pihak ketiga pada

bank yang dimaksud.

Seperti telah dijelaskan di atas, terdapat berbagai risiko yang

melekat pada aktivitas usaha perbankan mulai dari proses

penghimpunan dana pihak ketiga, mendistribusikannya dalam bentuk

kredit bahkan terdapat pula pada aktivitas layanan sistem

pembayaran. Potensi risiko yang memberikan peluang adanya

keuntungan didalam aktivitas usaha bank perlu terus dikembangkan

seraya mengelola dengan baik risikonya.

Dalam penerapan manajemen risiko atas aktivitas usahanya

perlu menekankan penegakan prinsip kehati-hatian. Meskipun

Page 170: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

161

demikian penerapan prinsip kehati-hatian perlu terukur dengan baik.

Prinsip kehati-hatian yang dilakukan dengan berlebihan justru akan

merugikan bank tersebut bahkan aktivitas perekonomian secara

makro. Sebagai contoh adalah data distribusi kredit saat ini yang

dirasakan masih terlalu kecil sehingga menghambat laju pertumbuhan

ekonomi. Pasca krisis moneter 1997/1998, banyak bankir yang

mengalami risk-phobia dalam menyalurkan kredit dan lebih merasa

nyaman menempatkan kelebihan likuiditasnya pada instrumen

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) meskipun dengan margin keuntungan

yang kecil tetapi dianggap lebih aman daripada diinvestasikan pada

kualitas aktiva produktif lainnya termasuk penyaluran kredit.

Meskipun pada sisi yang lain akan memberikan dampak pada

membengkaknya anggaran keuangan negara khususnya untuk

membayar kewajiban bunga SBI.

Akibatnya tidak terdapat pertumbuhan ekonomi yang

signifikan secara makro karena kelangkaan pendanaan usaha. Sektor

riil tidak mengalami pertumbuhan dan perkembangan karena tingkat

investasi yang relatif kecil. Padahal pada saat yang sama, arus modal

(capital in flow) pada instrumen finansial baik melalui pasar modal

maupun pasar uang mengalami peningkatan.

Pada saat ini, pasar uang dan pasar modal mengalami

peningkatan yang luar biasa khususnya pasca krisis ekonomi dan

keuangan global 2008 yang dipicu oleh fenomena sub prime

mortgage di Amerika Serikat yang kemudian merembet ke Eropa dan

sebagian negara-negara di Asia. Puncaknya adalah pernyataan

kebangkrutan institusi keuangan raksasa Lehman Brothers pada hari

Senin, tanggal 15 September 2008 setelah institusi tersebut gagal

mendapatkan opsi Chapter 11 Protection. Berita kebangkrutan ini

Page 171: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

162

menimbulkan reaksi pasar yang negatif akibatnya pasar uang dan

pasar modal mengalami gejolak. Dampak negatif dari krisis keuangan

global tersebut relatif terasa bagi stabilitas finansial bahkan pada aras

nasional bersamaan munculnya kasus Bank Century yang menurut

para pengambil keputusan pada Komite Stabilitas Sistem Keuangan

(KSSK) mempunyai dampak sistemik apabila tidak dilakukan

penyelamatan karena adanya fenomena krisis ekonomi dan keuangan

global tersebut.

Meskipun belakangan diakui oleh Komite Stabilitas Sistem

Keuangan sebagaimana terungkap dalam Rapat Dengar Pendapat di

Pansus Bank Century DPR RI bahwa sumber permasalahan

kegagalan Bank Century adalah manajemen risiko yang buruk

ditandai dengan banyaknya tindakan fraud baik pada jajaran

manajemen maupun pemegang saham.

Terlepas dari pro-kontra penyelamatan Bank Century maka

patutlah menjadi perhatian khususnya pada kegagalan manajemen

risiko suatu bank dalam contoh kasus ini adalah Bank Century akan

memberikan dampak eksistensial bagi institusinya bahkan berpotensi

pula memberikan dampak pada industri sejenis seperti yang sering

disebut dengan dampak sistemik. Terlebih lagi dengan

perkembangan transaksi keuangan yang sudah semakin terintegrasi di

antara berbagai institusi keuangan serta dengan variasi produk dan

layanan maka kajian terhadap risiko sistemik perlu mendapatkan

perhatian yang terus menerus.

Regulasi di bidang manajemen risiko senantiasa perlu

dilakukan pengkinian (up dating) meskipun kerapkali regulasi

terlambat dari fenomena yang terjadi pada lapangan praktis.

Kelambanan pada sisi legislasi seyogyanya tidak menjadi hambatan

Page 172: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

163

dalam penanganan industri perbankan. Prinsip kehati-hatian yang

sejatinya merupakan prinsip utama dalam industri perbankan

merupakan basic norm yang mendasari disusunnya peraturan-

peraturan lain di bidang perbankan termasuk pada pengaturan

penerapan manajemen risiko. Prinsip kehati-hatian tidak disusun

sebagai suatu ketentuan yang detail dan spesifik tetapi penjabarannya

diserahkan pada peraturan lain yang berfungsi sebagai ketentuan

operasional.

Adalah menarik penjelasan mengenai hubungan antara prinsip

kehati-hatian dengan pengaturan penerapan manajemen risiko yang

diintroduksi oleh John F. Laker yang merupakan Ketua (Chairman)

dari Australian Prudential Regulation Authority yang mengatakan

sebagai berikut “Banking is risky business, and substantial losses can

occur if risks are not well-managed or if risk events turn out to be

more severe than anticipated. In a competitive financial system, it is

inevitable that banks will fail from time to time. Should a prudential

regulator attempt to prevent all failures? Is the acceptable level of

risk that associated with a zero failure regime? The answer to both

questions is no. A prudential regulator seeking to eliminate

completely the risk of failure would invariably stand in the way of

sensible risk-taking activity and would harden the arteries of the

financial system. Fear of failure is one of the most effective forms of

market discipline. The challenge for prudential regulators is to strike

a balance between financial safety and other public policy objectives

such as efficiency and competition”. 67

67

John F. Laker, Risk Management in Banking – a Prudential Perspective, 59th International

Banking Summer School, Melbourne (September 6th

, 2006), hal. 2.

Page 173: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

164

Dari pendapat di atas kita dapat melihat bahwa tujuan dari

Prinsip Kehati-hatian adalah untuk menjaga keseimbangan antara

stabilitas keuangan dan tujuan kebijakan publik seperti efisiensi dan

kompetisi, bukan untuk meniadakan sama sekali risiko perbankan.

Apabila merujuk pada ketentuan Basel Accord II maka kerangka

peraturan kehati-hatian bagi bank adalah pada regim kecukupan

modal berbasis risiko. Kecukupan modal dalam perspektif kehati-

hatian mempunyai dua tujuan yakni memberikan insentif bagi bank

untuk mengatur dan mengelola risiko internal serta sebagai peredam

kejut (shock absorber) apabila bank mengalami goncangan akibat

peristiwa dan perubahan lingkungan yang tidak terduga.

Pengelolaan risiko dengan berbasis pada prinsip kehati-hatian

adalah menjadi kunci utama keberlangsungan institusi perbankan.

Risiko adalah sebuah keniscayaan yang ada pada industri perbankan,

oleh karenanya kemampuan bank menerapkan manajemen risiko

akan menjadi inspirasi bagi pengembangan industri perbankan.

Bagaimana bank mampu mengkonversi risiko menjadi peluang bisnis

adalah suatu sikap mental dan kecakapan yang harus dipunyai oleh

setiap bankir agar tujuan korporasi dapat tercapai dan pada sisi yang

lain stabilitas keuangan juga dapat terpelihara dengan baik.

Alternatif keputusan yang dapat diambil oleh bank ketika

menghadapi suatu risiko adalah sebagai berikut : 68

a. Hindari (Avoidance) : keputusan yang diambil adalah tidak

melakukan aktivitas yang dimaksud. Misalnya sebuah bank

mendapat tawaran untuk melakukan bisnis pencucian uang (money

68

Ferry N. Idroes & Sugiarto, op.cit, hal. 9-10.

Page 174: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

165

laundering) dari kegiatan terorisme yang menjanjikan keuntungan

dari penempatan dalam jumlah besar dengan bunga yang sangat

rendah. Risiko aktivitas tersebut adalah ancaman penutuoan bank

serta ancaman pidana terhadap pelakunya. Maka, bank

memutuskan untuk tidak melakukan aktivitas tersebut.

b. Alihkan (transfer) : membagi risiko dengan pihak lain.

Konsekuensinya terdapat biaya yang harus dikeluarkan atau

berbagi keuntungan yang diperoleh. Misalnya untuk pembiayaan

proyek yang sangat besar, sebuah bank melakukan skema

pinjaman sindikasi. Sindikasi adalah bentuk berbagi bisnis, risiko,

dan hasil yang lazim dilakukan bank. Pengalihan risiko juga

termasuk penggunaan lembaga asuransi sebagai penanggung

kerugian dengan membayar premi. Selain itu, penggunaan sumber

daya di luar organisasi (outsourcing) juga termasuk ke dalam

pengalihan risiko.

c. Mitigasi Risiko (Mitigate Risk) : menerima risiko pada tingkat

tertentu dengan melakukan tindakan untuk mitigasi risiko melalui

peningkatan kontrol, kualitas proses, serta aturan yang jelas

terhadap pelaksanaan aktivitas dan risikonya. Misalnya,

pengikatan pinjaman dan agunan pada bank. Pengikatan sangat

rentan untuk terjadi masalah. Akibatnya adalah bank tidak dapat

atau berada pada posisi hukum yang lemah dalam penyelesaian

pinjaman atau eksekusi agunan. Bank perlu menerapkan sistem

dan prosedur yang jelas tentang pengikatan serta aspek-aspek

pendukungnya. Selanjutnya ditetapkan secara tegas mengenai

sanksi yang dapat dikenakan kepada individu-individu yang

melakukan penyimpangan prosedur.

Page 175: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

166

d. Menahan Risiko Residual (Retention of Residual Risk) :

menerima risiko yang mungkin timbul dari aktivitas yang

dilakukan. Kesediaan menerima risiko dikaitkan dengan

ketersediaan penyangga jika kerugian atas risiko terjadi. Peran

inilah yang ditekankan dalam membahas manajemen risiko

perbankan. Perbankan harus mengambil berbagai macam risiko

dalam menjalankan aktivitasnya. Risiko yang dimaksud tidak

dapat dihindari, dialihkan, dan dimitigasi. Akibatnya, risiko

tersebut harus ditanggung sejalan dengan pelaksanaan aktivitas.

Misalnya bank menerima transaksi pembelian valuta asing dari

nasabah secara forward tiga bulan ke depan. Untuk mitigasi risiko,

bank melakukan forward ulang kepada bank lain dan

mengharuskan nasabah untuk menyerahkan setoran jaminan. Pada

situasi normal, mitigasi risiko cukup untuk mengatasi

kemungkinan risiko yang akan terjadi. Namun, jika situasi

menjadi tak terkendali, yaitu nilai tukar melonjak drastis, nasabah

membatalkan kontrak dengan menjual pada pasar spot dan

membiarkan setoran jaminan diambil bank. Pada situasi itu terjadi

kerugian karena setoran jaminan tidak menutupi kerugian tersebut.

Situasi inilah yang dikatakan sebagai risiko residual yang harus

ditanggung bank. Setiap risiko residual pada bank diperlukan

ketersediaan modal untuk menyangganya.

Pilihan terhadap alternatif-alternatif pengambilan keputusan

ketika menghadapi risiko sangatlah ditentukan oleh kapasitas

kecakapan manajemen bank yang sangat dipengaruhi oleh sense of

businees dan sense of risk serta financial profile bank. Implementasi

prinsip kehati-hatian dalam manajemen risiko tidak serta merta

memberikan arahan manajemen untuk menghindari risiko karena

Page 176: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

167

pada perspektif yang lain dibalik risiko tersimpan peluang untuk

mendapatkan keuntungan usaha. Belajar dari pengalaman dampak

krisis perbankan 1997/1998 yang mengakibatkan perilaku

manajemen bank pada awal dekade 2000-an mengimplementasikan

prinsip kehati-hatian secara super ketat sehingga fungsi intermediasi

bank menjadi terhambat hal ini dibuktikan dengan ratio Loan to

Deposit Ratio (LDR) yang sangat kecil dan sebagian besar portofolio

asset bank ditempatkan pada investasi likuid seperti Sertifikat Bank

Indonesia dan obligasi-obligasi pemerintah/negara yang relatif aman

dan memberikan margin keuntungan akan tetapi secara eksistensial

tidak memberikan multiplier effect.

Tentu saja prinsip kehati-hatian yang diterapkan secara

membabi-buta bukanlah yang diharapkan karena fungsi utama bank

sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat serta tujuan

perbankan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional

dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan

stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak

sebagaimana diamanatkan Undang-undang Nomor 19 Tahun 1998

tentang Perubahan atas Undang-udang Nomor 7 Tahun 1992 tentang

Perbankan menjadi tidak dapat dijalankan. Pada akhirnya, pemerintah

dan masyarakat akan dirugikan karena hambatan likuiditas

menjadikan investasi dan modal kerja usaha tidak dapat berjalan

optimal dan tentu saja secara makro akan mempengaruhi devisa

negara.

Oleh karena itu, pemahaman yang benar terhadap risiko bank

sangatlah penting bagi para pejabat dan pelaksana perbankan karena

nature industri perbankan yang sarat risiko perlu kecakapan dalam

pengelolaannya. Pengelolaan risiko yang benar dan penerapan prinsip

Page 177: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

168

kehati-hatian secara terukur akan membangun lingkungan industri

perbankan yang sehat dan memberikan konstribusi yang optimal bagi

masyarakat dan dunia usaha.

3. Keterkaitan Manajemen Risiko dengan Good Corporate

Governance di Bidang Perbankan.

Sebagaimana telah dijelaskan dalam uraian di atas

bahwasanya karena keberadaan bank sebagai suatu lembaga

intermediasi yang dalam menjalankan kegiatan usahanya sebagian

besar bergantung pada dana yang dihimpun dari masyarakat maka

bank menghadapi berbagai risiko yang wajib dikelola dengan baik.

Belajar dari pengalaman krisis keuangan pada tahun 1997/1998 di

Indonesia dimana pada saat itu terjadi ketidakpercayaan (distrust)

masyarakat pada dunia perbankan nasional sehingga terjadi penarikan

dana masyarakat secara massive atau yang lazim disebut dengan bank

rush maka disadari oleh otoritas pengawas perbankan tentang

perlunya penerapan Good Corporate Governance di sektor

perbankan.

Oleh karena itu pada tanggal 30 Januari 2006, Bank Indonesia

menerbitkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 8/4/PBI/2006

tentang pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum

yang selanjutnya diadakan perubahan melalui Peraturan Bank

Indonesia Nomor 8/14/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 tentang

Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006

tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum.

Peraturan Bank Indonesia ini dibentuk sebagai salah satu upaya untuk

memperkuat industri perbankan nasional sesuai dengan Arsitektur

Perbankan Indonesia. Penerapan Good Corporate Governance

Page 178: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

169

(GCG) mempunyai fungsi yang sangat strategis baik bagi

peningkatan profesionalitas industri perbankan pada satu sisi dan

menumbuhkan kepercayaan masyarakat dan dunia internasional pada

institusi perbankan nasional pada sisi yang lain.

Sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (6) Peraturan Bank

Indonesia Nomor 8/14/PBI/2006 tentang Perubahan atas Peraturan

Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good

Corporate Governance bagi Bank Umum, pengertian Good

Corporate Governance adalah suatu tata kelola bank yang

menerapkan yang menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan

(transparency), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban

(responsibility), independensi (independency), dan kewajaran

(fairness).

Penjabaran dari pengaturan dalam Pasal 1 ayat (6) Peraturan

Bank Indonesia tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance

bagi Bank Umum ini dijelaskan dalam Surat Edaran Bank Indonesia

Nomor No. 9/12/DPNP tanggal 30 Mei 2007 yang mengarahkan

pelaksanaan Good Corporate Governance pada industri perbankan

harus senantiasa berlandaskan pada lima prinsip dasar. Pertama,

informasi yang material dan relevan serta keterbukaan (transparency)

dalam proses pengambilan keputusan. Kedua, akuntabilitas

(accountability) yaitu kejelasan fungsi dan pelaksanaan

pertanggungjawaban organ Bank sehingga pengelolaannya berjalan

secara efektif. Ketiga, pertanggungjawaban (responsibility) yaitu

kesesuaian pengelolaan Bank dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku dan prinsip-prinsip pengelolaan Bank yang sehat.

Keempat, independensi (independency) yaitu pengelolaan Bank

secara profesional tanpa pengaruh/tekanan dari pihak manapun.

Page 179: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

170

Kelima, kewajaran (fairness) yaitu keadilan dan kesetaraan dalam

memenuhi hak-hak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian

dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam rangka

menerapkan kelima prinsip dasar tersebut di atas, Bank harus

berpedoman pada berbagai ketentuan dan peraturan perundang-

undangan yang berlaku yang terkait dengan pelaksanaan Good

Corporate Governance.

Sesuai pasal 2 ayat (2) Peraturan Bank Indonesia Nomor

8/14/PBI/2006 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia

Nomor 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate

Governance bagi Bank Umum disebutkan bahwa bank wajib

melaksanakan prinsip-prinsip GCG dalam setiap kegiatan usahanya

pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi. Pelaksanaan prinsip-

prinsip GCG sebagaimana dimaksud pada ayat 1 paling kurang harus

diwujudkan dalam 7 (tujuh) hal sebagai berikut :

a. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan komisaris dan

direksi.

b. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite-komite dan satuan

kerja yang menjalankan fungsi pengendalian internal bank.

c. Penerapan fungsi kepatuhan, auditor internal dan auditor

eksternal.

d. Penerapan manajemen risiko, termasuk system pengendalian

intern.

e. Penyediaan dana kepada pihak terkait dan penyediaan dana besar.

f. Rencana strategis bank.

g. Transparansi kondisi keuangan dan nonkeuangan bank.

Salah satu aspek penting dalam Good Corporate Governance

sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia sebagaimana

Page 180: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

171

tersebut di atas adalah perlu diterapkannya manajemen risiko. Bank

sebagai lembaga keuangan mempunyai peranan yang krusial dalam

mendukung perekonomian nasional sehingga perlu suatu pengaturan

yang sistematis dan menyeluruh dalam menyikapi berbagai risiko

perbankan yang muncul dan yang akan muncul setiap saat. Untuk

menentukan berhasil atau tidaknya penerapan manajemen risiko

dalam suatu bank, mutlak diperlukan peranan secara aktif oleh

Dewan Komisaris dan Direksi sebagai pengawas dan penyelenggara

pelaksanaan pengelolaan Bank tersebut.

Untuk memberikan kepastian pelaksanaan Good Corporate

Governance maka Bank Indonesia melalui Peraturan Bank Indonesia

tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum

memberikan arahan pembentukan Komisaris Independen. Komposisi

Komisaris Independen adalah 50% dari jumlah keseluruhan anggota

Dewan Komisaris perseroan bank. selain daripada itu Peraturan Bank

Indonesia tersebut juga memerintahkan Direksi bank umum untuk

membentuk Satuan Kerja Manajemen Risiko dan Komite Manajemen

Risiko (Pasal 28). Inilah yang secara tidak langsung memberikan

benang merah keterkaitan antara pengaturan Manajemen Risiko

dengan Good Corporate Governance di bank umum.

Keterhubungan pengaturan tentang manajemen risiko dengan

pengaturan tentang pelaksanaan Good Corporate Governance juga

dapat dilihat dari keberadaan Bab VI Peraturan Bank Indonesia

Nomor 8/14/PBI/2006 tentang Perubahan atas Peraturan Bank

Indonesia Nomor tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance

bagi Bank Umum yang mengatur secara khusus bab tentang

Penerapan Manajemen Risiko. Pasal 53 Peraturan Bank Indonesia

tersebut mengamanatkan agar bank wajib menerapkan manajemen

Page 181: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

172

risiko secara efektif, yang disesuaikan dengan tujuan, kebijakan

usaha, ukuran dan kompleksitas usaha serta kemampuan bank dengan

berpedoman pada persyaratan dan tata cara sebagaimana ditetapkan

dalam ketentuan Bank Indonesia tentang Penerapan Manajemen

Risiko bagi Bank Umum.

Dari pasal tersebut dapat diambil suatu pemahaman bahwa

Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/14/PBI/2006 tanggal 5 Oktober

2006 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor

8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi

Bank Umum tersebut mengatur tentang penerapan manajemen risiko

yang bersifat umum sedangkan pengaturan secara khusus terkait

dengan penerapan manajemen risiko diatur dalam ketentuan Bank

Indonesia tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum

yang saat ini diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor

11/25/PBI/2009 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia

Nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi

Bank Umum.

Meskipun demikian terdapat pengaturan tentang penerapan

manajemen risiko yang cukup stratejik dalam Peraturan Bank

Indonesia Nomor 8/14/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 tentang

Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006

tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum

yakni terdapat dalam Pasal 54 yang mengatur bahwa “dalam rangka

menghindari kegagalan usaha bank sebagai akibat konsentrasi

penyediaan dana dan meningkatkan independensi pengurus bank

terhadap potensi intervensi dari pihak terkait, bank wajib menerapkan

prinsip kehati-hatian dalam penyediaan dana antara lain dengan

menerapkan penyebaran/diversifikasi portofolio penyediaan dana

Page 182: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

173

yang diberikan” yang mempunyai dimensi penerapan manajemen

risiko khususnya pada pengelolaan risiko likuiditas dan risiko kredit.

Penjelasan logis mengenai hal tersebut adalah apabila terjadi

konsentrasi penyediaan dana dalam jumlah yang besar pada satu

debitur atau kelompok debitur akan berpotensi munculnya risiko

likuiditas dan risiko kredit apabila terjadi kredit bermasalah. Akan

tetapi sebenarnya potensi risiko juga terdapat pada konsentrasi

penghimpunan dana yakni terancamnya independensi pengurus bank

karena kekawatiran yang berlebihan apabila terjadi penarikan dana

pihak ketiga dalam jumlah besar dan seketika. Kebergantungan

pengurus bank kepada nasabah penyimpan dana yang besar

berpotensi menimbulkan conflict of interest dan human error sebagai

akibat overservice sehingga mengakibatkan risiko operasional.

Pengaturan lain yang mempunyai keterkaitan erat dengan

manajemen risiko terdapat pada Pasal 55 Peraturan Bank Indonesia

tersebut yang mengatur bahwa “pelaksanaan penyediaan dana kepada

pihak terkait dan/atau penyediaan dana besar (large exposures) wajib

berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia tentang Batas

Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum”. Ketentuan dalam pasal

ini sangat erat kaitannya dengan pengelolaan risiko kredit dan risiko

likuiditas. Penjelasan logis atas substansi pengaturan pasal ini adalah

apabila terjadi konsentrasi/penumpukan portofolio kredit dalam

jumlah signifikan pada satu debitur atau kelompok debitur (one

obligor) maka apabila kredit yang telah diterima tersebut mengalami

penurunan kualitas sehingga menjadi kredit bermasalah maka akan

mempengaruhi kualitas aktiva produktif yang disalurkan bank dan

secara berkelanjutan akan mempengaruhi kemampuan pemenuhan

Page 183: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

174

pembayaran kewajiban kepada pihak deposan atau yang lazim

disebut dengan ratio likuiditas.

Dari uraian di atas terlihat adanya koneksitas yang sangat erat

antara penerapan Good Corporate Governance dengan manajemen

risiko di bidang perbankan. Salah satu unsur penting dalam

penerapan Good Corporate Governance adalah implementasi

manajemen risiko dalam pengelolaan perbankan sehingga dapat

mengarahkan pada institusi perbankan yang sehat (sound) sehingga

mampu memberikan sumbangsih pada perekonomian nasional.

4. Aspek Pertanggungjawaban Hukum Dalam Peraturan Bank

Indonesia Nomor 11/25/PBI/2009 Tentang Perubahan Atas

Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 Tentang

Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum.

Sebagai suatu produk hukum, Peraturan Bank Indonesia

Nomor 11/25/PBI/2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank

Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen

Risiko Bagi Bank Umum juga memuat sanksi sebagai konsekuensi

pertanggungjawaban atas kewajiban penerapan Peraturan Bank

Indonesia ini. Pengaturan tentang sanksi ini terdapat pada Bab IX

meliputi Pasal 33 dan Pasal 34.

Pengenaan sanksi terhadap pelanggaran atas Peraturan Bank

Indonesia sebagaimana tersebut di atas berdimensi administratif dan

keperdataan yang akan dikenakan kepada korporasi dan/atau Anggota

Direksi, Anggota Dewan Komisaris, Pemegang Saham serta pegawai

bank. Sanksi-sanksi tersebut meliputi denda, teguran tertulis,

penurunan tingkat kesehatan bank, pembekuan kegiatan usaha

tertentu, pencantuman anggota pengurus, pegawai bank, dan/atau

Page 184: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

175

pemegang saham dalam daftar pihak-pihak yang mendapat predikat

tidak lulus dalam penilaian kemampuan dan kepatutan atau dalam

catatan administrasi Bank Indonesia sebagaimana diatur dalam

ketentuan Bank Indonesia yang berlaku, serta sanksi pemberhentian

pengurus bank.

Dari jenis-jenis pengenaan sanksi tersebut di atas, Peraturan

Bank Indonesia Nomor 11/25/PBI/2009 tentang Perubahan Atas

Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan

Manajemen Risiko Bagi Bank Umum tidak memberikan penjelasan

yang memadai tentang tindaklanjut dari sanksi. Salah satu contoh

jenis sanksi yang seharusnya mendapatkan pengaturan lebih lanjut

adalah tentang pembekuan kegiatan tertentu dan pemberhentian

pengurus bank. Pembekuan kegiatan usaha tertentu dari suatu bank

selain merupakan sanksi administratif tentunya juga memberikan

dampak keperdataan bagi suatu bank baik kaitannya dengan

eksistensi perusahaan sebagaimana diatur dalam Akta Pendirian atau

Anggaran Dasar Perseroan yang memuat tentang maksud dan tujuan

Perseroan maupun juga implikasi hukumnya bagi pihak ketiga

seandainya kegiatan usaha yang dibekukan tersebut merupakan

hubungan kontraktual bank dengan nasabahnya. Demikian pula pada

pengenaan sanksi pemberhentian pengurus bank tentunya juga

mempunyai implikasi keperdataan atas perseroan karena Undang-

undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas mengatur

bahwa mengangkat dan memberhentikan Anggota Direksi dan/atau

Anggota Dewan Komisaris merupakan kewenangan Rapat Umum

Pemegang Saham.

Di dalam pengaturan tentang sanksi tersebut juga terdapat

suatu kerancuan istilah yang mengarah pada subyek hukum yaitu

Page 185: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

176

pengurus bank. Menurut Pasal 1 ayat (4) Peraturan Bank Indonesia

Nomor 11/19/PBI/2009 tentang Sertifikasi Manajemen Risiko Bagi

Pengurus dan Pejabat Bank Umum maka yang disebut dengan

Pengurus adalah Komisaris dan Direksi Bank. Pengkategorian

Komisaris (Dewan Komisaris) sebagai Pengurus Perseroan tentunya

bertentangan dengan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas yang memberikan amanat tugas pengurusan

Perseroan kepada Direksi (Pasal 92) dan tugas pengawasan atas

kebijakan pengurusan dan jalannya pengurusan pada umumnya

kepada Dewan Komisaris (Pasal 108). Pembagian tugas dan fungsi

antara Direksi dan Dewan Komisaris ini berimplikasi pada ruang

lingkup tanggungjawab yang diemban. Apabila tugas dan fungsi

pengurusan dilaksanakan oleh Direksi dan Dewan Komisaris secara

bersama-sama maka akan meniadakan mekanisme check and balance

atau fungsi kontrol dalam suatu Perseroan. Perbedaan pengaturan ini

menunjukkan adanya ketidaksinkronan antar peraturan perundang-

undangan.

Di luar sanksi yang bersifat administratif maupun

keperdataan, secara doktrinal Peraturan Bank Indonesia Nomor

11/25/PBI/2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia

Nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi

Bank Umum memuat sanksi pidana. Meskipun tidak secara eksplisit

dinyatakan dalam substansi pengaturan Peraturan Bank Indonesia ini

tetapi berdasarkan konsep Umbrella Rule sebagaimana diatur dalam

Pasal 49 ayat (2b) dan Pasal 50 serta Pasal 50A Undang-undang

Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-undang

Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan maka pelanggaran terhadap

semua peraturan perundang-undangan lainnya yang berlaku bagi

Page 186: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

177

bank diancam dengan pidana. Dalam praktek penegakan hukum

penafsiran terhadap bunyi ketentuan “peraturan perundang-undangan

lainnya yang berlaku bagi bank” ini juga meliputi Peraturan Bank

Indonesia yang berlaku dan mengikat bank berikut dengan

direksi/anggota direksi, dewan komisaris/anggota dewan komisaris,

pemegang saham, pegawai bank serta pihak terafiliasi.

Sebagai contoh kasus yang menarik untuk menjadi bahan

kajian secara doktrinal dalam penegakan hukum perbankan di

Indonesia adalah Putusan Mahkamah Agung Nomor 1114K/Pid/2006

yang memutuskan 3 (tiga) orang Anggota Direksi PT. Bank Mandiri

yang terdiri dari E.C.W. Neloe (mantan Direktur Utama), I Wayan

Pugeg (mantan Direktur Risk Management) dan M. Sholeh Tasripan

(mantan Direktur Corporate Banking) telah terbukti melakukan

Tindak Pidana Korupsi. Sifat melawan hukum dari ketiga mantan

anggota direksi PT. Bank Mandiri tersebut adalah karena

memutuskan persetujuan pemberian kredit kepada P.T. Cipta Graha

Nusantara (P.T. CGN) dengan melanggar peraturan internal di bidang

perkreditan di Bank Mandiri atau yang disebut dengan Kebijakan

Perkreditan Bank Mandiri (KPBM) dan Pedoman Pelaksanaan Kredit

(PPK) PT. Bank Mandiri.

Kasus lain yang juga dapat diambil sebagai bahan kajian atas

penegakan hukum perbankan adalah perkara yang melibatkan Hj. R.

Arga Tirta Kirana di Bank Century dalam kaitannya dengan

pemberian kredit kepada P.T. WWR, P.T. CMP, P.T. AII dan P.T.

SCI yang ditengarai melanggar prinsip kehatian-hatian. Salah satu

pasal yang didakwakan adalah pasal 49 ayat (2) Undang-undang

Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 7

Tahun 1992 tentang Perbankan. Dalam pertimbangan hukum

Page 187: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

178

dakwaan disebutkan bahwa Hj. R. Arga Tirta Kirana telah melanggar

prosedur internal sebagaimana di atur dalam peraturan internal di

bidang perkreditan.

Peraturan internal di bidang perkreditan tersebut pada

hakekatnya merupakan amanat dari Peraturan Bank Indonesia Nomor

11/25/PBI/2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia

Nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi

Bank Umum, agar setiap bank memiliki peraturan internal

pengelolaan risiko khususnya di bidang perkreditan sebagai

pedoman kerja. Oleh karena itu legal rationya, pelanggaran terhadap

peraturan internalpun pada hakekatnya adalah perbuatan melawan

hukum.

Meskipun nampak jejak rasionalnya, penerapan pidana dalam

implementasi manajemen risiko perbankan haruslah diterapkan

secara proposional. Apabila mengamati proses persidangan atas

terdakwa Hj. R. Arga Tirta Kirana mestinya ada argumentasi alasan

adequate sehingga menjadikannya terdakwa. Dari sisi jabatan yang

disandang Hj. R. Arga Tirta Kirana yaitu sebagai Kepala Divisi

Corporate Legal mestinya bukan salah satu bagian dari struktur

pemutus pemberian kredit. Oleh karenanya berdasarkan prinsip

segregation of duty seharusnya Kepala Divisi Corporate Legal tidak

bertanggungjawab atas keputusan pemberian kredit karena

kedudukannya adalah sebagai eksekutor atas disposisi kredit yang

telah dibuat oleh Komite Kredit P.T. Bank Century. Kalaupun

terdapat pelanggaran eksekusi lebih cenderung pada kesalahan

administratif. Oleh karenanya penggunaan tuntutan

pertanggungjawaban secara pidana dalam kasus tersebut di atas

Page 188: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

179

terkesan excessive dan tidak sesuai dengan fungsi hukum pidana

sebagai Ultimum Remedium.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, perlu adanya evaluasi

penerapan hukum pidana dalam kasus-kasus perbankan secara umum

dan pelanggaran manajemen risiko perbankan secara khusus. Selain

itu juga perlu penegasan posisi Peraturan Bank Indonesia dalam

hierarki Peraturan Perundang-undangan sebagaimana diatur dalam

Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan. Dalam substasi undang-undang

tersebut tidak disebutkan sama sekali tentang Peraturan Bank

Indonesia padahal dalam praktek penegakan Peraturan Bank

Indonesia kerapkali berlaku mengikat bagi masyarakat sebagai

konsekuensi pengundangan Peraturan Bank Indonesia dalam

Lembaran Negara.

Penerapan sanksi pidana dalam perkara-perkara perbankan

tanpa melalui kajian yang mendalam akan menimbulkan ketakutan

para pelaku dan pemilik bank untuk mengembangkan usaha di bidang

perbankan. Apabila merujuk pada doktrin-doktrin Perseroan di

antaranya Business Judgement Rule dan Fiduciary Duty maka

sebenarnya sebagai suatu entitas bisnis, para pelaku bank khususnya

Direksi memerlukan kewenangan bertindak yang memadai agar dapat

mencapai tujuan Perseroan.

Prinsip fiduciary duty sangat berkaitan erat dengan adanya

tanggungjawab Direksi sebagai pengurus suatu perseroan, yaitu

dalam melaksanakan wewenang dan tugas tanggungjawabnya sebagai

pihak yang diberikan kepercayaan dan amanat oleh pemegang saham

akan tetapi dalam melaksanakan tugasnya, Direksi tidak boleh

melampaui kewenangan yang diberikan kepadanya sesuai akta

Page 189: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

180

pendirian dan keputusan-keputusan Rapat Umum Pemegang Saham

(ultra vires). Oleh karenanya, Direksi harus mengutamakan

kepentingan perseroan dan mengupayakan yang terbaik demi

tercapainya tujuan perseroan.

Prinsip fiduciary duty berlaku bagi Direksi dalam

menjalankan tugasnya, baik fiduciary duty dalam menjalankan

fungsinya sebagai manajemen (tugas memimpin perusahaan) maupun

sebagai representasi dari perseroan ( mewakili perusahaan di dalam

dan di luar pengadilan). Seseorang mempunyai tugas fiduciary duty

manakala ia mempunyai kapasitas fiduciary (fiduciary capacity).

Seseorang dikatakan memiliki fiduciary capacity jika bisnis yang

ditransaksikannya atau uang /properti yang di handle bukan miliknya

atau bukan untuk kepentingannya, melainkan milik orang lain

tersebut, dimana orang lain tersebut mempunyai kepercayaan yang

besar (great trust) kepadanya. Sementara itu, di lain pihak dia wajib

mempunyai itikad baik yang tinggi (high degree of good faith) dalam

menjalankan tugasnya.69

Doktrin lain yang penting adalah doctrine business judgement

rule, guna mengukur kepercayaan yang diberikan oleh perseroan

kepada Direksi, berdasarkan prinsip ficudiary duty, maka sebagai

organ perseroan yang menjalankan kegiatan usaha sebagaimana

dimaksud dan tujuan perseroan, Direksi tentu dihadapkan kepada

risiko bisnis. Risiko itu terkadang berada di luar kemampuan

maksimal Direksi. Oleh karena itu, guna melindungi

ketidakmampuan yang disebabkan oleh adanya keterbatasan manusia,

maka Direksi dilindungi oleh doctrine business judgement rule.

69

Munir Fuady, 2002, Doktrin-doktrin Modern dalam Corporate Law dan Eksistensinya

dalam Hukum Indonesia, Bandung : P.T. Citra Aditya Bakti, hal. 32-33.

Page 190: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

181

Seorang Direksi bagaimanapun tidak mungkin selalu benar dalam

menjalankan usahanya, karena error (kekeliruan) adalah kelengkapan

manusia. Jadi, sudah sepantasnya jika seorang Direksi perseroan

tidak di generalisasi untuk bertanggung jawab atas kesalahan dalam

mengambil keputusan (more errors of judgement) tanpa

mempertimbangkan unsur manusianya, juga karena kesalahan yang

jujur (honest mistake) doctrine business judgement rule memberikan

perlindungan kepada Direksi Perseroan atas kemungkinan adanya

kesalahan yang diakibatkan oleh suatu keadaan yang wajar dan

manusiawi.70

Dalam hal pelanggaran fiduciary duty oleh Direksi ada

sekurangnya tiga kepentingan yang harus diperhatikan, yakni : 71

a. Kepentingan perseroan ;

b. Kepentingan pemegang saham perseroan khususnya pemegang

saham minoritas ; dan

c. Kepentingan pihak ketiga yang berhubungan hukum dengan

perseroan, khususnya kepentingan dari para kreditor perseroan.

Apabila merujuk pada doktrin-doktrin tersebut di atas maka

sebenarnya Direksi Bank dapat lebih leluasa dalam melaksanakan

tugas dan wewenang yang dipunyainya dalam mengelola perseroan

tanpa dihinggapi rasa takut karena ancaman gugatan pihak ketiga

ataupun ancaman hukuman lainnya. Sekalipun perseroan yang

diurusnya mengalami kerugian, Direksi Bank berdasarkan doktrin-

doktrin tersebut tidak serta merta dapat dituntut secara hukum.

70

Try Widiyono, 2005, Direksi Perseroan Terbatas (Keberadaan, Tugas, wewenang &

Tanggung Jawab, Bogor : Ghalia Indonesia, hal. 46-47. 71

Gunawan Widjaja, 2008, Risiko Hukum sebagai Direksi, Komisaris & Pemilik PT,

Jakarta : ForumSahabat, 2008, hal. 64 – 65.

Page 191: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

182

Pertanggungjawaban atas pelaksanaan kewenangan Direksi

tersebut sekaligus pemberian reward and punisment atas pencapaian

kinerja Direksi adalah pada Rapat Umum Pemegang Saham.

Sehingga apabila pertanggungjawaban kinerja Direksi telah

mendapatkan persetujuan dan pengesahan dari Rapat Umum

Pemegang Saham yang kemudian dinyatakan dengan pemberian

pembebasan dari segala tanggungjawab atas pengurusan (equate et de

charge) maka sebenarnya segala kerugian serta risiko yang muncul

sesudahnya merupakan tanggungjawab perseroan.

Sebagai upaya mewujudkan tujuan perseroan maka dalam

pengelolaan bank sangat lekat dengan risiko. Terlebih lagi dalam era

teknologi informasi saat ini, dimana kesempatan bisnis yang

menjanjikan keuntungan sering lewat berkelebat dengan cepat dan

sering tidak kembali lagi. Dalam bisnis perbankan modern dimana

transaksi sering terjadi dengan instant dan dalam hitungan menit saja

memang tidak mungkin untuk memenuhi semua prosedur yang

diharuskan. Praktisi perbankan hanya mempunyai pilihan apakah

melakukan transaksi atau tidak, kalau tidak juga menderita kerugian

akan tetapi kalau melakukan transaksi dengan cepat kemungkinan

besar tidak dapat memenuhi semua prosedur legal dan menghadapi

risiko kriminalisasi. 72

Apabila di balik risiko tadi senantiasa diperhadapkan

pertanggungjawaban pidana maka akan menimbulkan keraguan bagi

para praktisi perbankan untuk bertindak sesuai amanat yang diberikan

kepadanya. Oleh karena itu, sangat penting untuk membuat rumusan

peraturan yang tegas sebagai rambu-rambu yang dapat menjadi

72

Gunarto Suhardi, 2006, Risiko Kriminalisasi Kredit Perbankan, Yogyakarta : Universitas

Atma jaya, hal. 38.

Page 192: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

183

arahan bagi para pelaku bank untuk melaksanakan tugas dan

tanggungjawabnya yang pada akhirnya tujuan

dari perbankan nasional yakni menunjang pelaksanaan pembangunan

nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan

ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan

rakyat banyak sebagai amanat Pasal 4 Undang-undang Nomor 19

Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun

1992 tentang Perbankan dapat tercapai dan pada sisi yang lain visi

Bank Indonesia sebagaimana ditetapkan dalam Arsitektur Perbankan

Indonesia (API) yakni mencapai suatu sistem perbankan yang sehat,

kuat dan efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam

rangka membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dapat

terwujud seperti yang diharapkan.

Page 193: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

184

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan seperti yang

telah diuraikan dan dibahas dalam bab sebelumnya maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Risiko adalah suatu keniscayaan yang harus dihadapi oleh bank

maupun bankir dan melalui risiko yang menghadang di depan

usahanya itulah potensi penghasilan bank tersedia. Risiko yang

dihadapi bank merupakan suatu kejadian potensial, baik yang dapat

diperkirakan (anticipated) maupun yang tidak dapat diperkirakan

(unanticipated) sebelumnya yang berpotensi menimbulkan kerugian

bagi bank maupun pihak lain.

2. Untuk mengantisipasi kegagalan suatu bank sebagai dampak negatif

risiko maka perlu diterapkannya prinsip kehati-hatian baik pada level

pengaturan kebijakan macro prudential maupun pada level

pelaksanaan yang disebut dengan micro prudential. Dari sisi

ketentuan perundang-undangan maupun dalam praktek pengelolaan

bank terdapat keterkaitan yang kuat antara prinsip kehati-hatian

dengan manajemen risiko dalam dunia perbankan.

3. Pengaturan tentang prinsip kehati-hatian dalam Undang-undang

Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-undang

Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dirasakan tidak memadai

lagi karena tidak memberikan suatu pengertian yang jelas tentang

prinsip kehati-hatian sehingga menimbulkan multi tafsir. Pelanggaran

terhadap prinsip kehati-hatian dalam prakteknya sering didasarkan

pada pendapat ahli maupun best practise yang potensial

menimbulkan pemaknaan secara bias atau konotatif.

Page 194: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

185

4. Manajemen risiko perbankan mempunyai kedudukan yang sangat

penting dalam industri perbankan yaitu dalam rangka pengamanan

posisi bank dalam menghadapi berbagai risiko potensial. Bank

Indonesia telah mengidentifikasikan jenis-jenis risiko dalam

pengelolaan bank sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (1)

Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/25/PBI/2009 tentang Perubahan

atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 tentang

Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum yang meliputi risiko

kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum,

risiko reputasi, risiko stratejik dan risiko kepatuhan. Setiap bank yang

beroperasi di Indonesia wajib menerapkan manajemen risiko

sebagaimana arahan Bank Indonesia sebagaimana diatur dalam pasal

2 Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/25/PBI/2009 tentang

Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003

tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum bahwa

setiap bank wajib menerapkan manajemen risiko secara efektif, baik

untuk bank secara individual maupun untuk bank secara konsolidasi

dengan perusahaan anak.

5. Pengaturan di bidang manajemen risiko perbankan memberikan

arahan bagi implementasi prinsip kehati-hatian perbankan karena

memberikan pengaturan pengelolaan bank yang relatif komprehensif

dan menyasar pada aktivitas utama bank. Secara umum Peraturan-

peraturan Bank Indonesia di bidang manajemen risiko telah

memadai.

6. Terdapat hubungan yang adequat antara manajemen risiko dengan

good corporate governance. Salah satu unsur dalam pelaksanaan

good corporate governance adalah melalui pengaturan dan penerapan

manajemen risiko di sektor perbankan. Peraturan Bank Indonesia

Page 195: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

186

Nomor 8/14/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 tentang Perubahan

atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tentang

Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum tersebut

mengatur tentang penerapan manajemen risiko yang bersifat umum

sedangkan pengaturan secara khusus terkait dengan penerapan

manajemen risiko diatur dalam ketentuan Bank Indonesia tentang

Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum yang saat ini diatur

dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/25/PBI/2009 tentang

Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003

tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum.

7. Sistem pertanggungjawaban terhadap pelanggaran atas ketentuan

penerapan manajemen risiko belum sempurna karena terdapat

ketidaksinkronan dengan peraturan hukum lainnya. Seperti halnya

dalam pengaturan ancaman sanksi pembekuan usaha bank atau

penghentian Direksi dan/atau Dewan Komisaris seharusnya

diselaraskan dengan ketentuan yang terdapat pada Undang-undang

Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Demikian pula

penggunaan umbrella rule tentang prinsip kehati-hatian yang

memberikan ancaman pidana kepada Direksi, Dewan Komisaris,

Pemegang Saham dan Pegawai Bank sebaiknya perlu ada kejelasan

limitasinya agar tidak terjadi over criminalization dalam perkara

perbankan.

B. SARAN

1. Oleh karena pengelolaan suatu bank merupakan suatu tindakan

integratif yang melibatkan banyak komponen dalam suatu organisasi

bank baik pada garda terdepan satuan kerja sampai komponen hilir

sehingga perlu dikembangkannya program “risk awareness”

Page 196: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

187

(kesadaran terhadap risiko) yang diharapkan akan

menumbuhkembangkan “risk culture” (budaya risiko) pada diri setiap

individu yang terlibat dalam pengelolaan bank.

2. Perlu adanya penyempurnaan pengaturan manajemen risiko yang

memperhatikan stratifikasi bank sehingga terjadi kompetisi yang

sehat pada bank-bank sesuai level playing field masing-masing.

Peraturan tentang manajemen risiko yang ada saat ini

menyamaratakan penerapannya tanpa memperhatikan stratifikasi

bank. Sehingga bagi bank dengan tingkat permodalan yang relatif

lebih kecil akan kesulitan untuk segera memenuhi standar manajemen

risiko yang telah ditetapkan.

3. Perlu dilakukan pengembangan early warning system di bidang

perbankan sebagai salah satu instrumen manajemen risiko. Di dalam

banyak peristiwa kegagalan bank terjadi karena keterlambatan

penanganan atas permasalahan yang terjadi di bank gagal. Otoritas

pengawasan bank baru bertindak ketika permasalahan telah

membesar sehingga tidak mempunyai cukup alternatif penyelesaian

masalah. Pengembangan early warning system dapat dilakukan

dengan perancangan piranti-piranti pemantauan dan pelaporan risiko

dengan memanfaatkan data dan informasi historis suatu bank.

4. Perlu pembentukan regulasi tentang exit strategy manakala suatu

institusi bank mengalami permasalahan yang terkait dengan

penerapan manajemen risiko sehingga dapat memberikan arahan bagi

para pengelola bank dalam rangka menanggulangi risiko yang

menghadang bank ketika menjalankan usahanya.

5. Perlunya pengaturan lebih komprehensif mengenai prinsip kehati-

hatian di bidang perbankan baik pada level definisi maupun

mekanisme operasional penerapan prinsip kehati-hatian sehingga bisa

Page 197: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

188

menjadi referensi dalam mengambil keputusan baik bagi para pelaku

perbankan maupun para pihak yang berkepentingan lainnya.

Page 198: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

189

DAFTAR PUSTAKA

Abdulkadir Muhammad. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung :

PT. Citra Aditya Bakti.

___________________. & Rilda Murniati. 2000. Segi Hukum Lembaga

Keuangan dan Pembiayaan. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.

Banking Supervision School. 2005. Jakarta : Bank Inonesia.

Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan, Volume 1 Nomor 1 Bulan

Juli 2003. Jakarta : Bank Indonesia.

Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan Bank Indonesia. 2004.

Sosialisasi Arsitektur Perbankan Indonesia. Jakarta : Bank Indonesia.

Djoni S. Gazali & Rachmadi Usman. 2010. Hukum Perbankan. Jakarta :

Sinar Grafika.

Esmi Warassih. 2005. Pranata Hukum Sebuah Telaah Sosiologis.

Semarang : PT. Suryandaru Utama.

Ferry N. Idroes dan Sugiarto. 2006. Manajemen Risiko Perbankan Dalam

Konteks Kesepakatan Basel Dan Peraturan Bank Indonesia. Yogyakarta :

Graha Ilmu.

Gunarto Suhardi. 2003. Usaha Perbankan Dalam Perspektif Hukum.

Yogyakarta : Kanisius.

_____________. 2006. Risiko Kriminalisasi Kredit Perbankan.

Yogyakarta : Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

_____________. 2007. 25 Langkah Bijaksana Mengelola Bank (Sesuai

Basle Committee), Yogyakarta : Universitas Gajahmada

Gunawan Widjaja. 2008. Risiko Hukum sebagai Direksi, Komisaris &

Pemilik PT. Jakarta : ForumSahabat, 2008.

Herman Darmawi. 2004. Manajemen Risiko. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Page 199: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

190

Hermansyah. 2008. Hukum Perbankan Nasional Indonesia, edisi

revisi, Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Husein Umar. 2001. Manajemen Risiko Bisnis Pendekatan Finansial

dan Nonfinansial. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Imam Syaukani & A. Ahsin Thohari. 2004. Dasar – dasar Politik Hukum.

Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Johannes Ibrahim. 2004. Cross Default & Cross Collateral Sebagai

Upaya Penyelesaian Kredit Bermasalah. Bandung : Refika Aditama.

John F. Laker. 2006. Risk Management in Banking – a Prudential

Perspective, 59th

International Banking Summer School, Melbourne.

Jurnal Hukum Bisnis Volume 23 - No.3 Tahun 2004. Jakarta : Yayasan

Pengembangan Hukum Bisnis.

Kasmir. 2002. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta : PT. Radja Grafindo

Persada.

Lukman Dendawijaya. 2005. Manajemen Perbankan. Bogor : Ghalia

Indonesia.

Munir Fuady. 1994. Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktek (Buku

Kesatu). Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.

___________. 2002. Doktrin-doktrin Modern dalam Corporate Law dan

Eksistensinya dalam Hukum Indonesia, Bandung : P.T. Citra Aditya Bakti.

Nasikun. 1997. “Hukum Dalam Paradigma Sistem Sosial”. Artidjo

Alkostar ed. Identitas Hukum Nasional. Yogyakarta : Fakultas Hukum UII.

O.P. Simorangkir, 1992. Kamus Perbankan. Jakarta : Rineka Cipta.

Permadi Gandapradja. 2004. Dasar dan Prinsip Pengawasan Bank.

Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama.

Peter Mahmud Marzuki. 2005. Penelitian Hukum. Jakarta : Prenada Media.

Richard Burton Simatupang. 2003. Aspek Hukum dalam Bisnis.

Jakarta : Rineka Cipta.

Page 200: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

191

Robert Tampubolon. 2004. Risk Management – Pendekatan Kualitatif untuk

Bank Komersial. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.

________________. 2005. Risk And Systems-Based Internal Auditing (Audit

Intern Berbasis Risiko). Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.

Saldi Isra. 2004. “Agenda Pembaruan Hukum : Catatan Fungsi

Legislasi DPR”. Jentera Edisi 3 - Tahun II. Jakarta : Pusat Studi

Hukum & Kebijakan Indonesia.

Satjipto Rahardjo. 2000. Ilmu Hukum. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.

Siswanto Sutojo & Aldridge, E. John. 2005. Good Corporate

Governance – Tata Kelola Perusahaan yang sehat. Jakarta : PT. Damar

Mulia Pustaka.

Soetandyo Wignjosoebroto. 2002. Hukum, Paradigma, Metode dan

Dinamika Masalahnya. Jakarta : Elsam & Huma.

Soerjono Soekanto & Sri Mamuji. 2006. Penelitian Hukum Normatif.

Jakarta : P.T. Raja Grafindo Persada.

Sudarsono. 1992. Kamus Hukum. Jakarta : Rineka Cipta.

Sudikno Mertokusumo. 1986. Mengenal Hukum, Suatu Pengantar.

Yogyakarta : Liberty

S. Sundari Arie. 2007. Tindak Pidana di Bidang Perbankan Ditinjau

dari Undang-undang Perbankan dan Peraturan Perundang-undangan

Terkait Serta Permasalahan dalam Prakteknya, Tindak Pidana di Bidang

Perbankan (ed), Jakarta : CFISEL

Sutan Remy Sjahdeini. 1993. Kebebasan Berkontrak dan

Perlindungan yang Seimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian

Kredit Bank di Indonesia. Jakarta : Institut Bankir Indonesia.

Theo Huijbers, 1982. Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah.

Yogyakarta : Kanisius.

_____________. 1995. Filsafat Hukum. Yogyakarta : Kanisius

Page 201: ANALISIS YURIDIS TERHADAP REGULASI BANK INDONESIA ...Judul Tesis : Analisis Yuridis Terhadap Regulasi Bank Indonesia Berkaitan Dengan Manajemen Risiko Sebagai Penerapan Prinsip Kehati-hatian

192

Thomas Suyatno, et al. 2001. Kelembagaan Perbankan. Jakarta : PT.

Gramedia Pustaka Utama.

Try Widiyono. 2005. Direksi Perseroan Terbatas (Keberadaan, Tugas,

wewenang & Tanggung Jawab. Bogor : Ghalia Indonesia.