tinjauan yuridis terhadap opsi merger bank bumn …

16
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP OPSI MERGER BANK BUMN SYARIAH DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI Siti Annisa, Aad Rusyad Nurdin Program Kekhususan IV Hukum Ekonomi, Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, Kampus Baru UI Depok, Depok 16424, Indonesia E-mail: [email protected] Abstrak Skripsi ini membahas mengenai pengaturan mengenai Merger Bank menurut ketentuan perundang-undangan yang berlaku, serta membahas mengenai apakah dengan melakukan Merger Bank BUMN Syariah dapat bersaing dalam dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN. Bahwa Merger ini dilakukan untuk memperkuat struktur Perbankan Syariah dengan mengacu pada analisis kelebihan dan kelemahan dengan dilakukannya Opsi Merger, serta perbandingannya dengan beberapa Negara di kawasan Asia Tenggara. Metode penelitian ini adalah metode penelitian yang bersifat yuridis normatif. Hasil penelitian ini menyarankan pemerintah untuk melakukan Merger terhadap Bank BUMN Syariah sehingga dapat bersaing dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN, dimana Negara-negara ASEAN akan dijadikan sebagai wilayah kesatuan pasar dan basis produksi yang akan membuat arus terhadap barang, jasa, investasi, modal, dan tenaga kerja tidak ada hambatan. Kata Kunci: Bank, Merger, Syariah, MEA Judicial Review On Merger Option of Bank BUMN Sharia in Facing the ASEAN Economy Community Abstract This thesis explains about Merger regulation in accordance with provisions of laws and regulations that valid, and also explains whether with Merger of Bank BUMN Sharia may compete in facing the ASEAN Economy Community. That the purpose of this Merger is to strengthen the structure of Bank Sharia referring to the benefit and weaknesses of Merger, and also the comparison between several Middle East Country. In arranging this thesis, the writer uses typology of normative legal research. Writer suggests that in facing the ASEAN Economy Community, where the economy of a country is fully integrated into the global economy to prepare for the free market in the field of capital, goods and services, investment and labor, the Government should merge the Bank BUMN Sharia, therefore Indonesia can compete in facing the ASEAN Economy Community. Keywords: Bank, Merger, Sharia, AEC Tinjauan Yuridis ..., Siti Annisa, FH UI, 2016

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP OPSI MERGER BANK BUMN …

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP OPSI MERGER BANK BUMN SYARIAH DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI

Siti Annisa, Aad Rusyad Nurdin

Program Kekhususan IV Hukum Ekonomi, Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia,

Kampus Baru UI Depok, Depok 16424, Indonesia

E-mail: [email protected]

Abstrak

Skripsi ini membahas mengenai pengaturan mengenai Merger Bank menurut ketentuan perundang-undangan yang berlaku, serta membahas mengenai apakah dengan melakukan Merger Bank BUMN Syariah dapat bersaing dalam dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN. Bahwa Merger ini dilakukan untuk memperkuat struktur Perbankan Syariah dengan mengacu pada analisis kelebihan dan kelemahan dengan dilakukannya Opsi Merger, serta perbandingannya dengan beberapa Negara di kawasan Asia Tenggara. Metode penelitian ini adalah metode penelitian yang bersifat yuridis normatif. Hasil penelitian ini menyarankan pemerintah untuk melakukan Merger terhadap Bank BUMN Syariah sehingga dapat bersaing dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN, dimana Negara-negara ASEAN akan dijadikan sebagai wilayah kesatuan pasar dan basis produksi yang akan membuat arus terhadap barang, jasa, investasi, modal, dan tenaga kerja tidak ada hambatan. Kata Kunci: Bank, Merger, Syariah, MEA

Judicial Review On Merger Option of Bank BUMN Sharia in Facing the ASEAN Economy Community

Abstract

This thesis explains about Merger regulation in accordance with provisions of laws and regulations that valid, and also explains whether with Merger of Bank BUMN Sharia may compete in facing the ASEAN Economy Community. That the purpose of this Merger is to strengthen the structure of Bank Sharia referring to the benefit and weaknesses of Merger, and also the comparison between several Middle East Country. In arranging this thesis, the writer uses typology of normative legal research. Writer suggests that in facing the ASEAN Economy Community, where the economy of a country is fully integrated into the global economy to prepare for the free market in the field of capital, goods and services, investment and labor, the Government should merge the Bank BUMN Sharia, therefore Indonesia can compete in facing the ASEAN Economy Community. Keywords: Bank, Merger, Sharia, AEC

Tinjauan Yuridis ..., Siti Annisa, FH UI, 2016

Page 2: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP OPSI MERGER BANK BUMN …

Pendahuluan

Indonesia merupakan Negara mayoritas beragama Islam terbesar di dunia yang

mencapai 12,7% dari populasi di dunia, namun tidak memiliki Bank Syariah yang besar.

Apabila dilihat dari sejarah, kinerja Bank Syariah terbukti relatif lebih baik apabila

dibandingkan dengan Bank Konvensional pada saat krisis moneter tahun 1997, yang

membuat Bank-Bank Konvensional saat itu berjumlah 240 mengalami negative spread yang

berakibat pada likuidasi, kecuali Bank Syariah. Hal ini disebabkan Bank Syariah tidak

dibebani membayar bunga simpanan nasabah, melainkan hanya membayar bagi hasil yang

jumlahnya sesuai dengan tingkat keuntungan Perbankan Syariah, sehingga memberikan

potensi yang cukup besar bagi Bank Syariah untuk berkembang. Dengan adanya kesepakatan

akan pasar bebas bagi Negara-Negara di Asia Tenggara yaitu Masyarakat Ekonomi ASEAN

(MEA), akan menimbulkan persaingan yang semakin berat diantara Negara-Negara ASEAN.

Bahwa keunggulan yang dimiliki sistem Bank Syariah dibandingkan sistem Bank

Konvensional, memberikan peluang bagi perkembangan Bank Syariah di Indonesia untuk

mampu bersaing di lingkup ASEAN. Dengan adanya latar belakang Single Presence Policy,

Roadmap Perbankan Syariah 2015-2019, dan Masyarakat Ekonomi ASEAN, terdapat isu

untuk menggabungkan 4 (empat) Bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Syariah yang

dimiliki BUMN, yaitu Bank Umum Syariah (BUS) yang terdiri dari PT Bank BNI Syariah

(BNI Syariah), PT Bank Syariah Mandiri (BSM), PT Bank BRI Syariah (BRI Syariah), dan

Unit Usaha Syariah (UUS) PT Bank Tabungan Negara Syariah (BTN Syariah) untuk

memperkuat modal Perbankan Syariah, sehingga mampu bersaing dengan Negara lainnya.

Berdasarkan hal-hal uraian sebelumnya, maka muncul pertanyaan-pertanyaan yang menjadi

pokok permasalahan dari penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimanakah pengaturan mengenai Merger Bank menurut ketentuan perundang-

undangan yang berlaku?

2. Bagaimanakah potensi hasil Merger Bank BUMN Syariah untuk dapat bersaing dalam

rangka menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)?

Penelitian ini secara umum memiliki tujuan untuk mengetahui peraturan mengenai Merger

Bank BUMN Syariah. Secara khusus, penelitian ini memiliki tujuan untuk:

a. Mengetahui peraturan mengenai Merger Bank BUMN Syariah menurut ketentuan

perundang-undangan yang berlaku;

Tinjauan Yuridis ..., Siti Annisa, FH UI, 2016

Page 3: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP OPSI MERGER BANK BUMN …

b. Mengetahui potensi hasil Merger Bank BUMN Syariah apakah dapat bersaing dengan

Negara-Negara ASEAN lainnya dalam rangka menghadapi Masyarakat Ekonomi

ASEAN.

Dengan adanya penelitian yang berjudul "Tinjauan Yuridis terhadap Opsi Merger Bank

BUMN Syariah dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN" ini diharapkan akan

memberikan informasi dan/atau dapat dijadikan pedoman atau rujukan dalam mewujudkan

Bank BUMN Syariah, bagi pihak-pihak yang berkaitan dengan adanya rencana Merger Bank

BUMN Syariah, yaitu Pemerintah, Kementrian BUMN, dan/atau Otoritas Jasa Keuangan.

Tinjauan Teoritis

Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman dalam memahami hal-hal yang dibahas di

dalam penelitian ini, maka dibawah ini akan ditetapkan definisi yang diambil dari peraturan

perundang-undangan, kamus, dan juga pendapat para ahli. Berikut definisi dari istilah-istilah

yang akan sering digunakan:

1. Bank Syariah

Berdasarkan Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Bank

Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip

Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan

Rakyat Syariah.

2. Bank Umum Syariah

Berdasarkan Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Bank

Umum Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam

lalu lintas pembayaran.

3. Unit Usaha Syariah (UUS)

Berdasarkan Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Unit

Usaha Syariah (UUS) adalah unit kerja dari kantor pusat Bank Umum Konvensional

yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau init yang melaksanakan kegiatan

usaha berdasarkan Prinsip Syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu Bank

yang berkedudukan di luar negeri yang melaksankan kegiatan usaha secara

konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu

syariah dan/atau unit syariah.

Tinjauan Yuridis ..., Siti Annisa, FH UI, 2016

Page 4: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP OPSI MERGER BANK BUMN …

4. Prinsip Syariah

Berdasarkan Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Prinsip

Syariah adalah prinsip hukum islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa

yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di

bidang syariah.

5. Penggabungan atau Merger

Berdasarkan Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah,

Penggabungan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu Perseroan atau lebih

untuk menggabungkan diri dengan Perseroan lain yang telah ada yang mengakibatkan

aktiva dan pasiva dari Perseroan yang menggabungkan diri beralih karena hukum

kepada Perseroan yang menerima penggabungan dan selanjutnya status badan hukum

Perseroan yang menggabungkan diri berakhir karena hukum.

6. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

Berdasarkan Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara,

Badan Usaha Milik Negara adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar

modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari

kekayaan negara yang dipisahkan.

7. Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

Berdasarkan Undang-Undang No. 21 Tahun 2011, tentang Otoritas Jasa Keuangan,

Otoritas Jasa Keuangan adalah Lembaga yang independen dan bebas dari campur

tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan,

pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif, yaitu

penelitian hukum yang dilakukan dengan mengadakan penelitian yang didasarkan pada

penelitian kepustakaan dan dilengkapi dengan melakukan penelitian lapangan secara langsung

terhadap Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Kementrian BUMN. Penggunaan metode

penelitian ini untuk menjawab permasalahan-permasalahan dalam penelitian ini berdasarkan

atas asas-asas hukum yang ada, dan hukum positif yang mengatur permasalahan dalam

penelitian ini serta beberapa teori-teori pendukung lainnya. Penggunaan metode penelitian ini

untuk menjawab permasalahan-permasalahan dalam penelitian ini berdasarkan atas asas-asas

hukum yang ada, dan hukum positif yang mengatur permasalahan dalam penelitian ini serta

Tinjauan Yuridis ..., Siti Annisa, FH UI, 2016

Page 5: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP OPSI MERGER BANK BUMN …

beberapa teori-teori pendukung lainnya.

Tipologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksplanatoris yaitu

penelitian yang menggambarkan atau menjelaskan lebih dalam suatu gejala yang bersifat

mempertegas hipotesa yang ada.

Pada penelitian ini data yang diperlukan adalah data primer dan data sekunder. Untuk

mengumpulkan data primer maka penulis akan melakukan wawancara dengan pihak

Kementrian BUMN untuk mengetahui bagaimana proses penggabungan Bank BUMN

Syariah. Dalam mengumpulkan data sekunder tersebut yang ada 3 (tiga) macam data yang

akan dipergunakan yaitu:

1. Bahan hukum primer yaitu bahan hukum mengikat, berupa Undang-Undang No. 21

Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas, Undang-Undang No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa

Keuangan, Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara,

Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Peraturan Pemerintah

No. 28 Tahun 1999 tentang Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi, Peraturan Bank

Indonesia No. 14/26/PBI/2012 tentang Kegiatan Usaha dan Jaringan Kantor

berdasarkan Modal Inti Bank, Peraturan Bank Indonesia No.14/24/PBI/2012 tentang

Kepemilikan Tunggal Pada Perbankan Indonesia, serta Surat Edaran Direksi BI No.

32/51/KEP/DIR tentang Persyaratan dan Tata Cara Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi

Bank Umum, serta peraturan perundang-undangan terkait lainnya.

2. Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberi penjelasan mengenai bahan

hukum primer, berupa buku-buku, makalah, jurnal yang berhubungan dengan

manajemen risiko dan kegiatan internet banking.

3. Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang bersifat menunjang sumber hukum

primer dan sumber hukum sekunder, seperti kamus hukum, kamus bahasa,

ensiklopedia, dan website resmi dari internet.

Data-data yang diperoleh kemudian diolah dengan metode kualitatif. Dalam penelitian ini

dilakukan dengan menyusun asumsi dasar dan aturan berpikir yang akan digunakan dalam

penelitian, yang akan diterapkan dalam pengolahan data untuk memberikan penjelasan dan

argumentasi, untuk mendapatkan data yang akurat terhadap permasalahan dalam penelitian

ini.

Tinjauan Yuridis ..., Siti Annisa, FH UI, 2016

Page 6: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP OPSI MERGER BANK BUMN …

Pembahasan

Single Presence Policy (SPP) atau kebijakan kepemilikan tunggal merupakan salah

satu kebijakan dari Bank Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan economic of scale

dan pengawasan terhadap Bank-Bank di Indonesia. Single Presence Policy dibentuk dengan

diterbitkannya Peraturan Bank Indonesia No. 8/16/PBI/2006 tentang Kepemilikan Tunggal

Pada Perbankan Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia No.

14/24/PBI/2012 tentang Kepemilikan Tunggal Pada Perbankan Indonesia. Kepemilikan

tunggal adalah suatu kondisi dimana suatu pihak hanya dapat menjadi pemegang saham

pengendali pada 1 (satu) Bank. Bahwa yang dimaksud dengan pemegang saham pengendali

adalah badan hukum dan/atau perorangan dan/atau kelompok usaha yang:

a. Memiliki saham Bank sebesar 25% (dua puluh lima perseratus) atau lebih dari jumlah

saham yang dikeluarkan Bank dan mempunyai hak suara;

b. Memiliki saham Bank kurang dari 25% (dua puluh lima perseratus) dari jumlah

saham yang dikeluarkan Bank dan mempunyai hak suara namun dapat dibuktikan

telah melakukan pengendalian Bank baik secara langsung maupun tidak langsung.

Berdasarkan ketentuan tersebut, SPP adalah kebijakan yang mengatur bahwa pemegang

saham pengendali suatu Bank yang mempunyai lebih dari satu Bank diharuskan untuk

menggabungkan Bank-Bank yang dimilikinya, dengan cara:

a. Merger atau Konsolidasi atas Bank-Bank yang dikendalikannya;

b. Membentuk Perusahaan Induk di bidang Perbankan; atau

c. Membentuk fungsi Holding.

Bahwa dalam sektor Perbankan Syariah terdapat 4 (empat) Bank Badan Usaha Milik Negara

(BUMN) Syariah yang dimiliki BUMN, yaitu Bank Umum Syariah (BUS) yang terdiri dari

PT Bank BNI Syariah (BNI Syariah), PT Bank Syariah Mandiri (BSM), PT Bank BRI

Syariah (BRI Syariah), dan Unit Usaha Syariah (UUS) PT Bank Tabungan Negara Syariah

(BTN Syariah). Sehingga dengan adanya kebijakan tersebut, maka secara tidak langsung

pemegang saham pengendali yang memiliki saham pengendali lebih dari satu Bank harus

melakukan cara-cara sebagaimana diatur pada Pasal 3 ayat (2) PBI No. 14/24/PBI/2012

tersebut.

Salah satu program kerja prioritas dalam Roadmap Perbankan Syariah 2015-2019

adalah mendorong pembentukan Bank BUMN/BUMD Syariah untuk mencapai pertumbuhan

Tinjauan Yuridis ..., Siti Annisa, FH UI, 2016

Page 7: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP OPSI MERGER BANK BUMN …

pangsa pasar yang ditargetkan. Bahwa segmen pemerintah termasuk badan usaha milik

pemerintah baik pusat maupun daerah merupakan salah satu segmen yang belum optimal

dimasuki oleh Perbankan Syariah. Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman Hadad

menyatakan bahwa perkembangan Bank Syariah masih terbilang kecil dibandingkan Bank

Konvensional, sehingga pihaknya melalui Roadmap Perbankan Syariah diharapkan dapat

mendorong Perbankan Syariah lebih besar, diantaranya dengan mendorong pembentukan

BUMN/BUMD Syariah. Berdasarkan Roadmap Perbankan Syariah 2015-2019, bahwa salah

satu isu yang dihadapi dan berdampak pada perkembangan Perbankan Syariah Nasional

adalah Modal yang belum memadai, skala industri, dan individual Bank yang masih kecil

serta efisiensi yang rendah. Kondisi permodalan yang terbatas merupakan faktor penting yang

mempengaruhi rendahnya ekspansi aset Syariah. Sehingga, dengan melakukan Merger

terhadap Bank BUMN Syariah tersebut, merupakan salah satu cara untuk mendorong

pembentukan BUMN Syariah yang belum optimal. Prosedur pembentukan Bank BUMN

Syariah harus memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, diantaranya

adalah sebagai berikut:

a. Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah

dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan;

b. Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah;

c. Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1999 tentang Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi

Bank;

d. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 32/51/KEP/DIR tanggal 14 Mei 1999,

tentang Persyaratan dan Tata Cara Merger, Konsolidasi, Akuisisi Bank Umum;

e. Surat Edaran Direksi BI No. 32/51/KEP/DIR tentang Persyaratan dan Tata Cara

Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi Bank Umum;

Selain peraturan-peraturan tersebut, terhadap Bank yang berbentuk badan hukum Perseroan

Terbatas juga harus memperhatikan ketentuan umum (lex generalis) Merger yaitu Undang-

Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan peraturan pelaksananya yaitu

Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1998 tentang Penggabungan, Peleburan dan

Pengambilalihan Perseroan Terbatas. Dalam hal Bank yang berbentuk perusahaan terbuka,

Bank tersebut wajib memenuhi ketentuan Merger dalam hukum pasar modal, dimana

ketentuan Merger perusahaan publik diatur dalam Peraturan No. IX.G-1 tentang

Tinjauan Yuridis ..., Siti Annisa, FH UI, 2016

Page 8: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP OPSI MERGER BANK BUMN …

Penggabungan Usaha atau Peleburan Usaha Perusahaan Publik atau Emiten, Peraturan No.

IX.E.1 tentang Benturan Kepentingan, dan Peraturan No. IX.F.1 tentang Penawaran Tender.

Merger dilaksanakan dengan cara menyusun usulan rencana Penggabungan terlebih

dahulu yang disusun oleh Direksi Bank yang akan menggabungkan diri dan yang akan

menerima Penggabungan. Rencana Penggabungan tersebut harus mendapat persetujuan

Komisaris dan memuat sekurang-kurangnya:

a. Nama dan tempat kedudukan Bank yang akan melakukan Merger;

b. Alasan serta penjelasan masing-masing Direksi Bank yang akan melakukan Merger

dan persyaratan Merger;

c. Tata cara konversi saham dari masing-masing Bank yang akan melakukan Merger

terhadap saham Bank hasil Merger;

d. Rancangan perubahan Anggaran Dasar;

e. Neraca, perhitungan laba rugi yang meliputi 3 (tiga) tahun buku terakhir dari semua

Bank yang akan melakukan Merger; dan

f. Hal-hal yang perlu diketahui oleh pemegang saham masing-masing Bank, antara lain:

a.) Neraca proforma Bank hasil Merger sesuai dengan standar akuntansi keuangan,

serta perkiraan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan keuntungan dan kerugian

serta masa depan Bank yang dapat diperoleh dari Merger berdasarkan hasil

penilaian ahli yang independen;

b.) Cara penyelesaian status karyawan Bank yang akan melakukan Merger;

c.) Cara penyelesaian hak dan kewajiban Bank terhadap pihak ketiga;

d.) Cara penyelesaian hak-hak pemegang saham minoritas;

e.) Susunan, gaji, dan tunjangan lain bagi Direksi dan Komisaris Bank hasil Merger;

f.) Perkiraan jangka waktu pelaksanaan Merger;

g.) Laporan mengenai keadaan dan jalannya Bank serta yang telah dicapai;

h.) Kegiatan utama Bank dan perubahan selama tahun buku yang sedang berjalan;

i.) Rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang sedang berjalan yang

mempengaruhi kegiatan Bank;

j.) Nama anggota Direksi dan Komisaris; dan

Tinjauan Yuridis ..., Siti Annisa, FH UI, 2016

Page 9: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP OPSI MERGER BANK BUMN …

k.) Gaji dan tunjangan lain bagi anggota Direksi dan Komisaris.

Selain memuat hal-hal tersebut, Rancangan Merger harus memuat penegasan dari Bank yang

akan menerima penggabungan mengenai penerimaan peralihan segala hak dan kewajiban dari

Bank yang akan menggabungkan diri. Bahwa usulan Rancangan Penggabungan yang telah

disusun oleh Direksi Bank tersebut merupakan bahan untuk menyusun Rancangan Merger

yang akan disusun bersama oleh Direksi Bank yang akan melakukan Merger. Direksi Bank

yang akan melakukan Penggabungan wajib mengumumkan ringkasan Rancangan Merger

selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sebelum pemanggilan Rapat Umum Pemegang

Saham (RUPS) dalam 2 (dua) surat kabar harian yang berperedaran luas dan 14 (empat belas)

hari sebelum Rapat Umum Pemegang Saham kepada karyawan Bank secara tertulis.

Bahwa Rancangan Merger serta Akta Merger wajib disampaikan dalam Rapat Umum

Pemegang Saham masing-masing Bank, dan apabila telah mendapat persetujuan dari Rapat

Umum Pemegang Saham, maka dituangkan ke dalam Akta Merger yang dibuat dihadapan

Notaris dalam bahasa Indonesia.

Setelah memperoleh persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham untuk melakukan

Merger, masing-masing Direksi Bank secara bersama-sama mengajukan permohonan izin

Merger kepada Bank Indonesia dengan tembusan kepada Menteri Kehakiman selambat-

lambatnya 14 (empat belas) hari setelah Rapat Umum Pemegang Saham, dengan

melampirkan notulen Rapat Umum Pemegang Saham, Akta Perubahan Anggaran Dasar Akta

Merger, bukti pelaporan kepada Otoritas Jasa Keuangan dan pengumuman bagi Bank yang

terdaftar di pasar modal, serta bukti pengumuman mengenai ringkasan rancangan Merger.

Berdasarkan Pasal 4 SK BI No. 32/51/KEP/DIR, izin Merger dapat diberikan apabila

dipenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Telah memperoleh persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham.

b. Pada saat terjadinya Merger atau Konsolidasi jumlah aktiva Bank Hasil Merger atau

Konsolidasi setinggi-tingginya 20% dari jumlah aktiva seluruh Bank di Indonesia.

c. Permodalan Bank hasil Merger atau Konsolidasi memenuhi ketentuan rasio kewajiban

pemenuhan modal minimum yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

d. Calon dewan komisaris dan direksi Bank hasil Merger atau Konsolidasi memenuhi

persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia

yang mengatur kepengurusan Bank.

Tinjauan Yuridis ..., Siti Annisa, FH UI, 2016

Page 10: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP OPSI MERGER BANK BUMN …

Dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak permohonan diterima secara

lengkap, Bank Indonesia akan memberikan persetujuan atau penolakan atas permohonan izin

Merger tersebut. Apabila dalam batas waktu tersebut Bank Indonesia tidak memberikan

tanggapan atas permohonan izin Merger, maka Bank Indonesia dianggap telah menyetujui

permohonan izin Merger. Dalam hal permohonan ditolak, maka penolakan atas izin tersebut

harus diberitahukan kepada pemohon secara tertulis beserta alasannya, dan tembusan

persetujuan atau penolakan tersebut disampaikan kepada Menteri Kehakiman.

Apabila perubahan Anggaran Dasar terhadap Bank hasil Merger memerlukan

persetujuan Menteri Kehakiman, maka bersamaan dengan pengajuan permohonan izin Merger

kepada Bank Indonesia, Direksi Bank hasil Merger mengajukan permohonan persetujuan

perubahan Anggaran dasar kepada Menteri Kehakiman dengan melampirkan Akta Perubahan

Anggaran Dasar, dan Akta Merger. Bahwa Menteri Kehakiman Hanya dapat memberikan

persetujuan atas perubahan Anggaran Dasar Bank hasil Merger tersebut setelah memperoleh

tembusan izin Merger dari Bank Indonesia dan diberikan dalam waktu paling lama 14 (empat

belas) hari setelah diperolehnya izin Merger dari Bank Indonesia. Setelah Akta Perubahan

Anggaran Dasar memperoleh persetujuan dari Menteri Kehakiman, Direksi Bank hasil

Merger wajib mendaftarkan Akta Perubahan Anggaran Dasar dalam Daftar Perusahaan dan

mengumumkan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia.

Terhadap Anggaran Dasar Bank hasil Merger yang tidak memerlukan persetujuan

Menteri Kehakiman, dalam jangka waktu paling lama 14 (empat belas) hari terhitung sejak

Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi Bank hasil Merger wajib melaporkan Akta Merger

dan Akta Perubahan Anggaran Dasar tersebut kepada Menteri Kehakiman, dan menteri

kehakiman mengeluarkan surat tanda penerimaan laporan setelah diperolehnya izin Merger

dari Bank Indonesia. Bahwa dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung

sejak penerimaan laporan oleh Menteri Kehakiman, Direksi Bank hasil Merger wajib

mendaftarkan Akta Meger dan Akta Perubahan Anggaran Dasar dalam Daftar Perusahaan,

serta mengumumkannya dalam Tambahan Berita Negara.

Merger yang dilaksanakan dalam hal adanya perubahan Anggaran Dasar Bank hasil

Merger yang memerlukan persetujuan Menteri Kehakiman, maka Bank yang menggabungkan

diri bubar demi hukum, terhitung sejak tanggal persetujuan Menteri Kehakiman atas

perubahan Anggaran Dasar. Sedangkan Merger yang dilaksanakan tanpa memerlukan

persetujuan Menteri Kehakiman, maka Bank yan menggabungkan diri bubar demi hukum

terhitung sejak tanggal pendaftaran Akta Merger dan Akta Perubahan Anggaran Dasar dalam

Daftar Perusahaan. Serta, terhitung sejak tanggal penandatanganan Rapat Umum Pemegang

Tinjauan Yuridis ..., Siti Annisa, FH UI, 2016

Page 11: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP OPSI MERGER BANK BUMN …

Saham atas Akta Merger yang telah disetujui, Direksi Bank yang menggabungkan diri tidak

dapat melakukan perbuatan hukum berkaitan dengan aset Bank yang bersangkutan, kecuali

dalam rangka pelaksanaan Merger.

Bahwa terhitung paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal berlakunya Merger,

Direksi Bank hasil Merger wajib mengumumkan hasil Merger dalam 2 (dua) surat kabar

harian yang berperedaran luas. Pada prinsipnya terdapat dua akibat hukum Merger Bank,

yaitu:

a. Pemegang saham Bank yang melakukan Merger atau Konsolidasi menjadi pemegang

saham Bank hasil Merger atau Bank hasil Konsolidasi;

b. Aktiva dan Pasiva Bank yang melakukan Merger atau Konsolidasi, beralih karena

hukum kepada Bank hasil Merger atau Bank hasil konsolidasi.

Bahwa berdasarkan Pasal 122 ayat (2) dan ayat (3) UU No. 20 Tahun 2007, Perusahaan yang

menggabungkan diri berakhir karena hukum yang dilakukan tanpa likuidasi terlebih dahulu.

Selain itu, Merger Bank juga harus memperhatikan berbagai kepentingan, yaitu:

a. Kepentingan Bank dalam rangka meningkatkan kesehatan dan/atau permodalan Bank;

b. Kepentingan kreditur yang menyangkut pengembalian dana terhadap kreditur yang

bersangkutan, termasuk nasabah penyimpan dana;

c. Kepentingan pemegang saham minoritas untuk menjual sahamnya kepada Bank

dengan harga yang wajar;

d. Kepentingan karyawan Bank yaitu hak-hak karyawan yang diatur dalam Undang-

Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan; dan

e. Kepentingan rakyat banyak dan persaingan usaha yang sehat dalam melakukan usaha

Bank.

Akan tetapi, opsi Merger terhadap Bank BUMN akan memberikan polemik tersendiri

dikarenakan Bank-Bank milik pemerintah tersebut memiliki pangsa pasar yang berbeda-beda,

serta upaya ini berdampak pada ketenagakerjaan yang berujung pada pengangguran. Namun,

apabila dilihat dari tujuan konsolidasi dalam Single Presence Policy dan Roadmap Perbankan

Syariah 2015-2019, kondisi permodalan merupakan faktor penting yang mempengaruhi

ekspansi aset Syariah yang dapat memperkuat struktur Perbankan Indonesia dan mendukung

efektivitas pengawasan Bank.

Sedangkan opsi terhadap pembentukan Perusahaan Induk di bidang Perbankan atau

membentuk fungsi holding pada dasarnya sama, namun pembentukan Perusahaan Induk

Tinjauan Yuridis ..., Siti Annisa, FH UI, 2016

Page 12: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP OPSI MERGER BANK BUMN …

dilakukan dengan cara membentuk PT baru yang mempunyai fungsi holding diluar dari Bank-

Bank tersebut. Sedangkan membentuk fungsi holding, dilakukan dengan cara menunjuk salah

satu Bank untuk dijadikan Holding Company atau Perusahaan Induk. Opsi ini merupakan opsi

yang paling sederhana untuk diterapkan terhadap Bank BUMN Syariah, serta akan

menghindari pemutusan kerja massa karena tidak ada Bank yang perlu dibubarkan. Namun,

pembentukan Perusahaan Induk juga akan ada beberapa kendala, yaitu akan memperpanjang

jalur birokrasi dan mekanisme pengambilan kebijakan terhadap Bank-Bank BUMN Syariah,

dimana sebelumnya direksi Bank BUMN cukup langsung melapor kepada Menteri Negara

BUMN, melainkan pada Perusahaan Induk, direksi Bank BUMN harus melapor kepada

Perusahaan Induk, lalu Perusahaan Induk melapor kepada Menteri Negara BUMN. Selain itu,

terhadap opsi membentuk fungsi holding, dengan menjadikan salah satu Bank BUMN

Syariah sebagai Perusahaan Induk tentu akan terdapat permasalahan yang akan dihadapi oleh

Pemerintah. Permasalahan tersebut diantaranya ialah Pemerintah akan sulit untuk menentukan

Bank BUMN Syariah mana yang pantas untuk dijadikan sebagai Perusahaan Induk, serta

Pemerintah harus menjaga agar tetap memiliki 51% saham pada Bank BUMN Syariah yang

mempunyai fungsi holding, karena apabila tidak, pemerintah akan kehilangan kendali

terhadap Bank BUMN Syariah miliknya. Selain itu, tidak akan tercapainya tujuan dari Single

Presence Policy yang merupakan mendukung efektivitas pengawasan Bank. Serta, dalam

Roadmap Perbankan Syariah 2015-2019, disebutkan bahwa kondisi permodalan merupakan

faktor penting yang mempengaruhi rendahnya ekspansi aset Syariah. Sehingga, dengan

dilakukannya Merger, diharapkan tujuan baik dari Single Presence Policy maupun Roadmap

Perbankan Syariah 2015-2019 akan tercapai.

Kepala Bidang Usaha, Jasa Keuangan, Jasa Survei, dan Konsultan 1 A (Perbankan),

Bapak Rozikin mengutarakan bahwa Indonesia merupakan negeri yang mayoritas

penduduknya muslim, namun Indonesia tidak mempunyai Bank Syariah yang besar, sehingga

Merger Bank Syariah merupakan suatu kebutuhan. Sehingga apabila dibentuk Perusahaan

Induk atau fungsi Holding pun aset Perbankan Syariah tetap tersebar, sedangkan Indonesia

belum mempunyai Bank Syariah yang besar. Selain itu, menurut Ketua Perhimpunan Bank-

Bank Umum Nasional (Perbanas), Sigit Pramono mengatakan Bank Syariah dengan modal

yang kuat diperlukan dalam menghadapi era Masyarakat Ekonomi ASEAN industri

Perbankan pada tahun 2020, untuk dapat mendukung kegiatan ekonomi nasional. Bahwa

kinerja Bank Syariah terbukti relatif lebih baik apabila dibandingkan dengan Bank

Konvensional pada saat krisis moneter tahun 1997, sehingga memberikan potensi yang cukup

besar bagi Bank Syariah untuk berkembang.

Tinjauan Yuridis ..., Siti Annisa, FH UI, 2016

Page 13: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP OPSI MERGER BANK BUMN …

Deputi Komisioner Pengawasan Perbankan III OJK Irwan Lubis menjelaskan bahwa

hingga kini opsi Merger Bank Syariah masih dalam tahap analisa, dan ada di tangan

selanjutnya yaitu Kementrian BUMN. Bahwa niat awal di balik opsi Merger tersebut adalah

agar permodalan Bank Syariah kuat, sehingga mampu mengerek ekspansi Bank Syariah dan

meningkatkan nilai aset. Otoritas Jasa Keuangan pun telah mengirimkan surat kepada

Kementrian BUMN untuk segera menyelesaikan penggabungan terhadap Bank Bumn Syariah

tersebut. Kepala Bidang Usaha, Jasa Keuangan, Jasa Survei, dan Konsultan 1 A (Perbankan)

BUMN, Bapak Rozikin mengatakan bahwa proses penggabungan Perbankan Syariah

memang masih dalam tahap kajian dan masih mencari opsi yang terbaik. Bapak Rozikin

menyatakan, bahwa induk Bank dari masing-masing Bank Syariah pun sudah setuju untuk

menggabungkan anak usahanya tersebut. Diharapkan, dengan dilakukannya Merger terhadap

Bank BUMN Syariah, dapat memperkuat aspek permodalan Perbankan Syariah, terutama

dalam menghadapi persaingan likuiditas yang makin ketat, dan mereduksi jumlah Bank yang

ada sehingga akan meningkatkan ektivitas pengawasan Bank Indonesia dalam menjalankan

fungsi pengawasannya.

Bahwa dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN terhadap sektor

Perbankan/keuangan yang akan terlaksana pada tahun 2020, akan mengintegrasikan ekonomi

Negara-negara ASEAN, dimana Negara-negara ASEAN akan dijadikan sebagai wilayah

kesatuan pasar dan basis produksi yang akan membuat arus terhadap barang, jasa, investasi,

modal, dan tenaga kerja sehingga tidak ada hambatan dari satu Negara ke Negara lainnya di

kawasan Asia Tenggara. Sehingga, Perbankan Nasional termasuk didalamnya Perbankan

Syariah harus mempersiapkan diri dan mampu berkompetisi dalam menghadapi jasa

keuangan di tingkat ASEAN maupun integrasi cross-sector antara Perbankan dengan industri

jasa keuangan lainnya.

Dengan menggabungkan keempat Bank BUMN Syariah tersebut tentu akan

memperkuat permodalan dan skala usaha, memperbaiki efisiensi Bank Syariah, serta

memperbaiki dana untuk mendukung perluasan segmen pembiayaan. Berdasarkan Laporan

Publikasi Bulanan Neraca Oktober 2015 Otoritas Jasa Keuangan, Total Aset PT Bank Syariah

Mandiri (BSM) adalah sebesar Rp. 66.626.786 (dalam jutaan Rupiah), PT Bank BNI Syariah

(BNI Syariah) sebesar Rp. 22.367.019 (dalam jutaan Rupiah), PT Bank BRI Syariah (BRI

Syariah) sebesar Rp. 23.052.666 (dalam jutaan Rupiah), serta berdasarkan Laporan Publikasi

Triwulanan Maret 2015 Otoritas Jasa Keuangan, total aset PT Bank Tabungan Negara Syariah

(BTN Syariah) adalah sebesar Rp. 11.408.728 (dalam jutaan Rupiah). Sehingga apabila

Tinjauan Yuridis ..., Siti Annisa, FH UI, 2016

Page 14: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP OPSI MERGER BANK BUMN …

keempat Bank BUMN Syariah tersebut dilakukan Merger, maka total jumlah aset Bank hasil

Merger akan menjadi Rp. 123.455.199 (dalam jutaan Rupiah) atau USD$ 8.9 Milyar.

Apabila total jumlah aset Bank BUMN Syariah hasil Merger tersebut dibandingkan

dengan Bank Islam Brunei Darussalam Berhad sebagai Bank terbesar di Brunei yang

memiliki aset sebesar USD$ 5.154 Milyar per 31 Desember 2014, Bank BUMN Syariah hasil

Merger tersebut pun dapat melampauinya. Sedangkan apabila dibandingkan dengan Bank

Islam Malaysia Baghdad, sebagai salah satu Bank Syariah di Malaysia yang menjadi

kompetitor utama Indonesia di kawasan Asia Tenggara, memiliki aset sebesar USD $10.674

Milyar per 31 Desember 2014. Bahwa dengan total aset tersebut apabila dibandingkan

dengan Indonesia, tentu Indonesia masih kalah, sehingga perlu untuk mendorong

pertumbuhan Perbankan Syariah Indonesia agar dapat bersaing dalam menghadapi

Masyarakat Ekonomi ASEAN.

Kesimpulan

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa Merger Bank

BUMN Syariah harus memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai

berikut, yaitu Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Undang-Undang No.

40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1999 tentang

Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi Bank, Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.

32/51/KEP/DIR tentang Persyaratan dan Tata Cara Merger, Konsolidasi, Akuisisi Bank

Umum, Surat Edaran Direksi BI No. 32/51/KEP/DIR tentang Persyaratan dan Tata Cara

Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi Bank Umum, serta Surat Edaran No. 15/2/DPNP perihal

Kepemilikan Tunggal pada Perbankan Indonesia. Bahwa dengan dilakukannya Merger

terhadap Bank BUMN Syariah, dapat memperkuat struktur permodalan serta mendukung

ekspansi Bank Syariah itu sendiri, sehingga diharapkan Bank Syariah dapat bersaing dengan

Negara-negara ASEAN lainnya

Saran

Untuk memperkuat industri Perbankan Syariah dalam menghadapi Masyarakat

Ekonomi ASEAN, Pemerintah dapat menyuntikkan dana kepada hasil Merger Bank BUMN

Syariah, sehingga hasil Merger Bank BUMN Syariah dapat menjadi Bank Syariah kategori

BUKU 4, yang dapat melakukan seluruh kegiatan usaha dalam Rupiah maupun dalam valuta

Tinjauan Yuridis ..., Siti Annisa, FH UI, 2016

Page 15: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP OPSI MERGER BANK BUMN …

asing, serta dapat melakukan penyertaan modal pada lembaga keuangan Syariah, baik di

Indonesia maupun di luar negeri. Selain itu, Penulis menyarankan kepada Pemerintah, bahwa

dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN, diperlukan kerangka hukum yang mampu

menyelesaikan permasalahan keuangan Syariah secara komprehensif dan standar regulasi

yang bersifat nasional dan global. Bahwa kerangka hukum ini diperlukan untuk

menyelesaikan perselisihan yang mungkin terjadi dalam transaksi keuangan Syariah antar

Negara.

Daftar Referensi

Buku

Fuady, Munir. Perbankan Modern berdasarkan Undang-Undang Tahun 1998. Bandung: PT.

Citra Aditya Bakti, 1999.

____________. Hukum Perusahaan Dalam Paradigma Hukum Bisnis. Bandung: PT Citra

Aditya Bakti, 2002.

____________. Hukum Tentang Merger. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2002.

Artikel dan Jurnal

Alamsyah, Halim. “Perkembangan dan Prospek Perbankan Syariah Indonesia: Tantangan

dalam Menyongsong MEA 2015”, Milad ke-8 Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI).

Gunawan, Dhani. “Perbankan Syariah Indonesia Menuju Millenium Baru: Suatu Tinjauan

Pengembangan, Pengawasan, dan Prospek”. Jurnal Bank Indonesia, (2011).

Peraturan Perundang-Undangan

Bank Indonesia. Peraturan Bank Indonesia tentang Kepemilikan Tunggal Pada Perbankan

Indonesia. PBI No.14/24/PBI/2012, LN Tahun 2012 No. 284, TLN No. 5382.

Indonesia. Peraturan Pemerintah tentang Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi. PP No.28 Tahun

1999, LN Tahun 1999, TLN No. 3840.

________. Undang-Undang Badan Usaha Milik Negara, UU No. 19 Tahun 2003, LN Tahun

2003 No. 70, TLN No. 4297.

Tinjauan Yuridis ..., Siti Annisa, FH UI, 2016

Page 16: TINJAUAN YURIDIS TERHADAP OPSI MERGER BANK BUMN …

________. Undang-Undang Ketenagakerjaan. UU No. 13 Tahun 2003, LN Tahun

2003, TLN No. 4279.

________. Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan, UU No. 21 Tahun 2011, LN Tahun

2011 No. 111, TLN No. 5253.

________. Undang-Undang Perbankan Syariah, UU No. 21 Tahun 2008, LN Tahun 2008 No.

94, TLN No. 4867.

________. Undang-Undang Perseroan Terbatas, UU No. 40 Tahun 2007, LN Tahun 2007

No. 106, TLN No. 4756.

Wawancara

Wawancara dengan Bapak Rozikin, Kepala Bidang Usaha, Jasa Keuangan, Jasa Survei dan

Konsultan 1 A, Kementrian BUMN, pada tanggal 30 November 2015, jam 15.48.

Tinjauan Yuridis ..., Siti Annisa, FH UI, 2016