analisis spasial pengaruh penambangan pasir laut terhadap

13
Analisis Spasial Pengaruh Penambangan Pasir Laut Terhadap Produktivitas Primer Perairan Pulau Tunda Abstrak Penambangan pasir laut dapat meningkatkan kekeruhan perairan, akibat pengadukan sedimen dasar laut. Kekeruhan perairan erat kaitannya dengan total suspended solid, dimana hal tersebut dapat menyebabkan hilangnya mikrobiologi, organisme, dan sumber daya ikan di dalamnya (Jiang et al., 2021, Saberioon et al., 2020). Berbagai penelitian mengenai penambangan pasir laut telah mengungkapkan dampak yang ditimbulkan terhadap ekosistem (Thornton et al, 2006; Coaldbrake, 1979, Fumbuka, 2017). Namun permasalahan yang ditimbulkan oleh penambangan pasir laut lebih lanjut menimbulkan masalah pula pada aspek ekonomi, sosial, dan budaya (Lamb et al, 2019). Penelitian ini berutujuan untuk melakukan evaluasi kecenderungan perubahan lingkungan akibat penambangan pasir laut di Pulau Tunda, Kabupaten Serang berbasis spasial menggunakan citra Landsat 8 dengan menerapkan algoritma tertentu untuk kemudian merumuskan strategi penambangan pasir laut yang berkelanjutan. Sampel diambil dari beberapa lokasi di Pulau Tnda. Sampel air yang telah diambil kemudian dianalisis di laboratorium untuk diuji nilai konsentrasi klorofil-a. Analisis laboratorium menggunakan metode spektrofotometer (APHA, 2012). Data citra satelit yang digunakan adalah Landsat 8 OLI pada path/row 120/64. Tahap pengolahan citra satelit dimulai dengan melakukan koreksi geometrik dan radiometrik. Koreksi geometrik pada prinsipnya digunakan untuk memperbaiki kesalahan posisi citra satelit terhadap lokasi sebenarnya di permukaan bumi dan memiliki acuan sistem koordinat. Proses pengolahan data citra satelit Landsat-8 OLI juga dengan melakukan koreksi radiometrik untuk mengubah nilai digital number (DN) menjadi nilai reflektansi dengan resolusi radiometrik 16-bit integer pada produk level 1 sehingga dikonversi menjadi nilai reflektansi Top of Atmosphere (TOA). Kata kunci: penambangan pasir laut, total suspended solid, klorofil a, penginderaan jauh, landsat 8 1. Pendahuluan 1.1 Teori Keberlanjutan Sebagai negara maritim yang sangat besar, Indonesia memiliki potensi sumberdaya alam yang luar biasa. Namun juga memiliki potensi ancaman yang dapat mengganggu kelangsungan dari potensi sumberdaya alam tersebut. Indonesia merupakan negara kelautan tropis terbesar didunia dan memiliki keanekaragaman hayati terbesar yang ada dilaut. Potensi sumberdaya hayati laut di wilayah pesisir dan laut di Indonesia selalu dapat memberikan manfaat secara optimal bagi pengembangan ekonomi dan sosial budaya masyarakat. Kondisi ini didukung dalam Undang Undang No. 27 Tahun 2007 juncto UU No. 1 tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau Kecil untuk dimanfaatkan dan dikonservasi. Tantangan kedepan dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup adalah mempertahankan keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan manusia dalam jangka pendek dengan keberlanjutan pemanfaatannya untuk menunjang kehidupan yang keberlanjutan dalam pembangunan serta memperhatikan kesejahteraan sosial, ekonomi dan kelestarian fungsi lingkungan hidup hingga masa yang akan datang. Menurut Bruntland (1987) dan laporan World Commision on Environment and Development (WCED) dalam “Our Common Future” (1987), pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang seimbang antara aspek ekonomi, sosial dan lingkungan sehingga dapat memenuhi kebutuhan generasi saat ini dan generasi yang akan datang (sustainable development is development which meets the needs of the present without compromising the ability of future generations to meet their

Upload: others

Post on 06-Nov-2021

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Spasial Pengaruh Penambangan Pasir Laut Terhadap

Analisis Spasial Pengaruh Penambangan Pasir Laut

Terhadap Produktivitas Primer Perairan Pulau Tunda Abstrak Penambangan pasir laut dapat meningkatkan kekeruhan perairan, akibat pengadukan sedimen dasar laut. Kekeruhan perairan erat kaitannya dengan total suspended solid, dimana hal tersebut dapat menyebabkan hilangnya mikrobiologi, organisme, dan sumber daya ikan di dalamnya (Jiang et al., 2021, Saberioon et al., 2020). Berbagai penelitian mengenai penambangan pasir laut telah mengungkapkan dampak yang ditimbulkan terhadap ekosistem (Thornton et al, 2006; Coaldbrake, 1979, Fumbuka, 2017). Namun permasalahan yang ditimbulkan oleh penambangan pasir laut lebih lanjut menimbulkan masalah pula pada aspek ekonomi, sosial, dan budaya (Lamb et al, 2019). Penelitian ini berutujuan untuk melakukan evaluasi kecenderungan perubahan lingkungan akibat penambangan pasir laut di Pulau Tunda, Kabupaten Serang berbasis spasial menggunakan citra Landsat 8 dengan menerapkan algoritma tertentu untuk kemudian merumuskan strategi penambangan pasir laut yang berkelanjutan. Sampel diambil dari beberapa lokasi di Pulau Tnda. Sampel air yang telah diambil kemudian dianalisis di laboratorium untuk diuji nilai konsentrasi klorofil-a. Analisis laboratorium menggunakan metode spektrofotometer (APHA, 2012). Data citra satelit yang digunakan adalah Landsat 8 OLI pada path/row 120/64. Tahap pengolahan citra satelit dimulai dengan melakukan koreksi geometrik dan radiometrik. Koreksi geometrik pada prinsipnya digunakan untuk memperbaiki kesalahan posisi citra satelit terhadap lokasi sebenarnya di permukaan bumi dan memiliki acuan sistem koordinat. Proses pengolahan data citra satelit Landsat-8 OLI juga dengan melakukan koreksi radiometrik untuk mengubah nilai digital number (DN) menjadi nilai reflektansi dengan resolusi radiometrik 16-bit integer pada produk level 1 sehingga dikonversi menjadi nilai reflektansi Top of Atmosphere (TOA). Kata kunci: penambangan pasir laut, total suspended solid, klorofil a, penginderaan jauh, landsat 8 1. Pendahuluan 1.1 Teori Keberlanjutan Sebagai negara maritim yang sangat besar, Indonesia memiliki potensi sumberdaya alam yang luar biasa. Namun juga memiliki potensi ancaman yang dapat mengganggu kelangsungan dari potensi sumberdaya alam tersebut. Indonesia merupakan negara kelautan tropis terbesar didunia dan memiliki keanekaragaman hayati terbesar yang ada dilaut. Potensi sumberdaya hayati laut di wilayah pesisir dan laut di Indonesia selalu dapat memberikan manfaat secara optimal bagi pengembangan ekonomi dan sosial budaya masyarakat. Kondisi ini didukung dalam Undang Undang No. 27 Tahun 2007 juncto UU No. 1 tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau Kecil untuk dimanfaatkan dan dikonservasi. Tantangan kedepan dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup adalah mempertahankan keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan manusia dalam jangka pendek dengan keberlanjutan pemanfaatannya untuk menunjang kehidupan yang keberlanjutan dalam pembangunan serta memperhatikan kesejahteraan sosial, ekonomi dan kelestarian fungsi lingkungan hidup hingga masa yang akan datang. Menurut Bruntland (1987) dan laporan World Commision on Environment and Development (WCED) dalam “Our Common Future” (1987), pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang seimbang antara aspek ekonomi, sosial dan lingkungan sehingga dapat memenuhi kebutuhan generasi saat ini dan generasi yang akan datang (sustainable development is development which meets the needs of the present without compromising the ability of future generations to meet their

Page 2: Analisis Spasial Pengaruh Penambangan Pasir Laut Terhadap

own needs). Terkait hal tersebut, maka Komisi WCED meminta semua Negara anggota untuk mempertimbangkan pembangunan berkelanjutan sebagai suatu keterpaduan sistem sosial, ekonomi, ekologi dan sistem politik untuk menjamin keberlanjutan dalam kondisi dunia yang selalu berubah. Menurut (Riani, 2012), berkelanjutan secara ekonomi adalah kegiatan yang dapat menghasilkan keuntungan ekonomi, sehingga dari kegiatan tersebut akan didapatkan keuntungan secara finansial. Berkelanjutan secara sosial apabila pembangunan tersebut dapat menciptakan masyarakat di sekitarnya dapat merasakan adanya kemakmuran yang berkeadilan dan berkelanjutan secara ekologi, apabila kegiatan yang dilakukan tidak mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan, dalam arti lingkungan tetap dalam kondisi lestari. 1.2. Penambangan Pasir Laut Kebutuhan material bahan tambang berupa pasir di dunia terus meningkat setiap tahunnya. Dalam artikelnya, Torres et.al (2017) menyatakan bahwa antara tahun 1900 dan 2010 telah terjadi peningkatan eksploitasi, perdagangan dan konsumsi pasir yang sangat besar. PBB menyatakan bahwa pada tahun 2012 dunia telah kehilangan hampir 30 milliar ton pasir hanya untuk membuat beton. Pasir laut merupakan sedimen yang terendapkan di dasar laut yang besar butirnya menurut skala Wentworth (1922) memiliki diameter 0,0625 mm – 2 mm. Sedimen dasar laut di perairan pesisir utara Kabupaten Serang umumnya berupa pasir yang bercampur dengan lumpur serta ada pula yang bercampur dengan rombakan cangkang biota dan pelapukan dari karang (Prihantono et al. 2016). Pasir laut sebagai salah satu jenis material agregat halus, di era modern digunakan untuk berbagai tujuan, seperti reklamasi lahan (misalnya, untuk pembangunan/ perluasan pelabuhan), industri, perlindungan dan restorasi wilayah pesisir (Trop, 2017; Drucker et al., 2004; Gubbay, 2005). Di Indonesia, penambangan pasir laut mulai dibuka pada akhir 1970-an. Pada awal pemanfaatannya, penambangan pasir laut hanya dilakukan demi mencegah pendangkalan laut di sekitar Kepulauan Riau. Namun, dalam perkembangannya pasir itu kemudian ditawarkan sebagai komoditas ekonomi kepada Pemerintah Singapura. Berdasarkan survei sudah sekitar 300 juta meter kubik pasir dari Indonesia yang digunakan Singapura untuk memperluas daratannya. Provinsi Banten, terutama Kabupaten Serang memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Di antara sumber daya alam tersebut adalah sumber daya perikanan, sumber daya hayati seperti mangrove (hutan bakau), terumbu karang, padang lamun, termasuk bahan tambang lainnya yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Salah satu bahan tambang terdapat di Kabupaten Serang adalah pasir laut, dimana barang tambang tersebut memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi. Aktivitas penambangan pasir laut di Kabupaten Serang, terutama di wilayah Laut Jawa, dimulai pada tahun 2003. Pada tahun 2003 - 2008, kegiatan semakin intensif karena tingginya permintaan dari proyek reklamasi Pantai Indah Kapuk (PIK) di Jakarta Utara (Husrin et al., 2014).Jenis sedimen dasar perairan di kabupaten Serang pada umumnya terdiri dari pasir, lanau pasiran, pasir lanauan, dan lumpur pasiran. Pasir umumnya tersebar di Laut Jawa dekat dengan pulau atau daratan hingga lepas pantai pesisir Kabupaten Serang bagian timur, terdapat pada kedalaman batimetri 0 hingga -35 m. Lanau pasiran umumnya tersebar luas di laut jawa antara lepas pantai Kabupaten Tangerang hingga lepas pantai Kabupaten Serang, terdapat pada kedalaman batimetri -5 hingga -50 m dengan luas 50,34 km2. Lumpur pasiran sedikit kerikilan, umumnya tersebar di Laut Jawa bagian timur lepas pantai pesisir

Page 3: Analisis Spasial Pengaruh Penambangan Pasir Laut Terhadap

Provinsi Banten antara lepas pantai Kabupaten Tangerang hingga lepas pantai Kabupaten Serang, terdapat pada kedalaman batimetri -5 hingga -50 m dengan luas sekitar 133,5 km2. Lanau umumnya terdapat dekat pantai perbatasan Kabupaten Serang dengan Kabupaten Tangerang, terdapat pada kedalaman 0 hingga 10 m dengan luas sekitar 14,5 km2 (Parluhutan. 2007). Menurut Saraswati (2005), wilayah pesisir dan laut di Kabupaten Serang memiliki potensi cadangan stok pasir laut layak tambang mencapai 3.7 miliar m3. Salah satu wilayah pertambangan pasir laut di Kabupaten Serang adalah Perairan Pulau Tunda. Pulau Tunda secara administratif terletak di Kecamatan Tirtayasa dengan posisi geografis berada pada koordinat 5° 48’ 43 “ LS dan 106° 16’ 47 “ BT dengan luas 289,79 ha. Aktivitas penambangan pasir laut yang terus menerus dapat menyebabkan ancaman serius bagi ekosistem di wilayah pesisir (Thornton et al., 2006; Lamb et al., 2019; Fumbuka, 2017). Ancaman tersebut dapat berupa hilangnya keanekaragaman biodiversity dan penurunan jasa lingkungan (Thornton et al., 2006; Coaldrake, 1979). Kedua hal tersebut sangat erat kaitannya dengan proses penambangan pasir laut secara umum. Terkhusus penambangan pasir laut yang dilakukan di Perairan Pulau Tunda, pada area tersebut jenis kapal Trailing Suction Hopper Dredger (TSHD) adalah kapal keruk yang digunakan oleh para pelaku penambangan. Dalam prinsip kerjanya trailing suction dredger (TSD) dapat melakukan pengerukan (menghisap) pada media berupa tanah liat, lumpur dan kerikil dan dengan mudah bergerak pada perairan. TSHD menyeret pipa penghisap dan mengisi material yang diisap tersebut ke satu atau beberapa penampung (hopper) di dalam kapal. Hasil isapannya berupa slurry (campuran pasir dengan air) sebagian tertampung di dalam hopper dan sebagian lagi keluar melalui saluran pembuangan yang ada di buritan. Setelah itu pasir akan mengalami pengendapan dan air keluar melalui pipa-pipa buangan yang ada. Banyaknya kedalaman material yang akan dikeruk ditunjukkan pada layar monitor peta elektronik di kapal, selain itu pada layar monitor juga menunjukkan posisi, arah dan perjalanan kapal. Kegiatan penambangan pasir dengan menggunakan kapal isap TSHD ini meningkatkan tingkat kekeruhan air laut (DLHK Banten, 2021).Gambaran dampak aktivitas penambangan pasir laut tersebut sejalan dengan hasil penelitian Fumbuka (2017) dimanaaktivitas penambangan tersebut dapat meningkatkan kekeruhan perairan sekitarnya. 1.3. Total Suspended Solid (TSS) Peningkatan kekeruhan yang disebabkan aktivitas penambangan pasir laut ini tentu saja dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan organisme dan pada kondisi yang ekstrim hal ini dapat menyebabkan kematian bagi organisme-organisme tersebut (Firdaus et al., 2015; Budiyanto dan Hariyanto, 2017). Kekeruhan perairan erat kaitannya dengan total suspended solid (Jiang et al., 2021). Total suspended solid adalah bahan-bahan tersuspensi (diameter > 1 μm) yang tertahan pada saringan miliopore dengan diameter pori 0.45 μm. TSS terdiri dari pasir halus, lumpur, dan jasad renik (Budiyanto dan Hariyanto, 2017). Meningkatnya konsentrasi total suspended solid di suatu perairan akan berdampak pada menurunnya kualitas ekosistem yang berakibat pula pada hilangnya mikrobiologi, organisme, dan sumber daya ikan di dalamnya (Jiang et al., 2021, Saberioon et al., 2020). Sebagai salah satu mikrobiologi yang ada di ekosistem perairan, klorofil memiliki peran dalam proses fotosintesis organisme (Zhang dan Han, 2015). Ada tiga macam klorofil yang dikenal hingga saat ini

Page 4: Analisis Spasial Pengaruh Penambangan Pasir Laut Terhadap

yang dimiliki fitoplankton yaitu klorofil-a, klorofil-b, klorofil-c dan klorofil-d, klorofil-a merupakan pigmen yang paling umum yang terdapat dalam fitoplankton, oleh karena itu konsentrasi fitoplankton sering dinyatakan dalam konsentrasi klorofil-a (Parson et al., 1984). Klorofil-a merupakan indikator kelimpahan fitoplankton di perairan yang memiliki kontribusi dalam untuk mengetahui produktivitas primer di perairan. Produktivitas primer yang dimaksud adalah produksi karbon organik selama proses fotosintesis oleh organisme seperti fitoplankton tersebut (Lee et al. 2014). Proses fotosintesis yang membutuhkan cahaya matahari akan terhambat bila kandungan total suspended solid melebihi batas yang wajar, hal tersebut dikarenakan total suspended solid yang ada akan menghambat cahaya yang masuk dari permukaan (Jiang et al., 2021). Mindasari (2007) menambahkan, nilai kekeruhan yang tinggi mengganggu tumbuhnya pakan alami (plankton) karena mengurangi cahaya matahari dan produktivitas perairan. Selain itu, semakin masifnya sedimentasi di daerah pada perairan pesisir secara keseluruhan yang dapat menyebabkan pendangkalan. Pada akhirnya peningkatan kekeruhan berpengaruh pada pada biota laut lainnya karena menyebabkan kematian telur dan larva karena hilangnya sedimen habitat mereka, serta ikan dan udang mengalami kesulitan untuk bernafas (Mukhtasor, 2007). Akibat yang dirasakan masyarakat dengan menurunnya kualitas lingkungan yang disebabkan oleh peningkatan kekeruhan adalah menurunnya tingkat produksi perikanan. Apabila hasil produksi tangkapan ikan menurun, maka dapat dipastikan bahwa tingkat pendapatan nelayan juga akan berkurang, sehingga masyarakat yang hidup dan bergantung pada mata pencaharian sebagai nelayan mengupayakan berbagai strategi untuk dapat bertahan hidup dari besarnya dampak pencemaran. Hal ini mengakibatkan hilangnya mata pencaharian nelayan yang secara langsung akan menurunkan tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat yang merupakanekses/imbas dari menurunnya sumber daya alam 1.4. Penginderaan Jarak Jauh Berbagai metode dapat digunakan untuk mengestimasi TSS pada sebuah perairan. Firdaus et al. (2015) melakukan penelitian distribusi TSS melalui pengambilan sampel air saat air pasang dan air surut dilakukan pada 3 lapisan perairan yaitu pada permukaan, kolom dan dasar perairan. Metode seperti ini memiliki kekurangan dalam hal efektivitas waktu dan efisiensi biaya, untuk itusalah satu metode alternatif yang sering digunakan adalah penginderaan jauh, hal ini dikarenakan penggunaan optical remote sensing data lebih murah dan lebih efektif dibanding metode lainnya (Jiang et al., 2021). Penginderaan jauh didefinisikan sebagai ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu objek atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah atau fenomena yang dikaji (Lillesand dan Kiefer, 1990).Sistem penginderaan jauh terdiri dari limakomponen dasar, yaitu sumber tenaga, atmosfer, interaksi antara tenaga denganbenda di muka bumi, sensor, dan sistem pengolahan data dan berbagaipenggunaannya.Kenampakan objek diakibatkan oleh pantulan gelombang elektromagnetikyang berasal dari sinar matahari yang dipantulkan objek sesuai dengan sifat fisikyang dimilikinya (Sutanto, 1994). Kemajuan teknologi penginderaan jauh dalam halresolusi temporal, resolusi spektral, dan resolusi spasial, menyebabkan citra satelitdapat digunakan sebagai informasi dasar pada survey dan pemetaan penggunaanlahan. Penginderaan jauh dapat

Page 5: Analisis Spasial Pengaruh Penambangan Pasir Laut Terhadap

diterapkan untuk menyediakan informasi mengenailiputan lahan melalui interpretasi dari kenampakan objek-objek pada citra.Menurut Sutanto (1994) berdasarkan jenis sensor yang dibawa, satelitpenginderaan jauh digolongkan menjadi dua, yaitu: • Satelit pasif, yaitu satelit yang membawa sensor pasif. Satelit ini

hanyamenangkap gelombang yang dipancarkan oleh suatu objek dari permukaanbumi. Contoh satelit pasif antara lain: Landsat, NOAA, Ikonos, SPOT, danIain-lain.

• Satelit aktif, yaitu satelit yang membawa sensor aktif. Sensor yang ada padasatelit memancarkan gelombang mikro, gelombang mikro tersebut diterimasekaligus dipantulkan kembali oleh objek di permukaan bumi. Gelombangpantul ini yang kemudian diterima oleh sensor satelit. Contoh satelit aktifantara lain: JERS, ERS, Radarsat, dan Iain-lain.

Satelit penginderaan jauh Soumi NPP dengan sensor Visible/Infrared Imager and Radiometer Suite (VIIRS) yang memiliki resolusi spasial lebih tinggi (750 meter) dan cangkupan liputan yang lebih luas (± 3040 km) dari Terra/Aqua MODIS. Suomi NPP VIIRS merupakan satelit generasi penerus dari satelit National Oceanic and Atmospheric beroperasi sejak 2012. Kedua data satelit tersebut memiliki kemampuan yang sangat memungkinkan untuk melakukan pengamatan kondisi lingkungan laut secara intensif dengan skala spasial lebih rinci. Satu diantara beberapa parameter kelautan penting terkait perikanan tangkap yang mampu dihasilkan dari kedua satelit tersebut adalah suhu permukaan laut (SPL) (Hamzah et al., 2016).Citra VIIRS (Visible Infrared Imaging Radiomater) DNB free cloud composites merupakan salah satu data penginderaan jauh yang dapat memberikan informasi polusi cahaya dan jumlah tutupan awan diperoleh dari website NOAA. National Oceanography Atmospheric Administration (NOAA) dan United Nation Aeronatutics and Space Administration (NASA) bekerja sama dalam peluncuran Suomi National Polar Satelite yang di dalamnya membawa program instrumen berupa VIIRS. Data citra yang digunakan memiliki cangkupan wilayahperekaman sebesar 3000 km dengan spektrum panjang gelombang yang digunakan berada diantara 0.5 – 0.9 μm.resolusi radiometrik yang dimiliki oleh citra ini mencapai 14 bit dan mampu mendeteksi batas cahaya limit mencapai ֊2E Watt/cm2 *sr.Sehingga citra VIIRS memiliki kapabilitas untuk mendeteksi api dan cahaya di malam hari (Afrizal et al., 2016). Proses yang efisien untuk memantau kualitas air pada resolusi temporal dan spasial yang tinggi membuat banyak penelitian telah dilakukan untuk memperkirakan secara akurat konsentrasi TSS memanfaatkan penginderaan jauh (Novoa et al., 2017; Yu et al., 2019; Balasubramanian et al., 2020). Menurut Saberioon et al. (2020) penginderaan jauh dapat digunakan untuk mengukur hal yang berkaitan dengan air seperti sifat fisiokimia (misalnya kekeruhan, total padatan tersuspensi (TSS)), sifat organik (misalnya, karbon organik total (TOC), senyawa yang diidentifikasi sementara (TIC)), dan sifat mikrobiologi (Klorofil-a (Chl-a)). Penelitian mengenai dampak penambangan pasir laut telah banyak dilakukan, namun seperti penelitian yang dilakukan oleh Thornton et al (2006); Coaldbrake (1979); Fumbuka (2017) lebih cenderung hanya membahas dampak yang ditimbulkan oleh penambangan pasir laut terhadap ekosistem pesisir. Penelitian

Page 6: Analisis Spasial Pengaruh Penambangan Pasir Laut Terhadap

terdahulu lebih tersebut juga sering berfokus pada penggunaan organisme/fauna sebagai indikator untuk mengetahui dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh aktivitas penambangan pasir laut di suatu kawasan. Coaldrake (1979) misalnya, menggunakan eksistensi flora endemic di kawasan pantai timur Australia untuk mengetahui dampak aktivitas penambangan pasir laut di kawasan tersebut dan merumuskan strategi rehabilitasinya di masa yang akan datang. Selanjutnya, Jonah et al. (2015) melakukan penelitian mengenai dampak ekologi dari aktivitas penambangan pasir laut di Ghana dengan menggunakan kepiting hantu sebagai indikatornyaNamun permasalahan yang ditimbulkan oleh penambangan pasir laut lebih lanjut menimbulkan masalah pula pada aspek ekonomi, sosial, dan budaya (Lamb et al, 2019). Pada kasus penambangan pasir laut yang terjadi di Pulau Tunda, dampak sosial ekonomi yang terjadi adalah berupa pemberian penghasilan lebih bagi masyarakat dan pemerintah daerah melalui pajak retribusi (PAD) yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Pulau Tunda (Husrin et al., 2014). Peningkatan kesejahteraan masyarakat Pulau Tunda mengindikasikan bahwa penambangan pasir tidak hanya membawa dampak negatif saja, namun juga membawa manfaat positif. Untuk aktivitas penambangan pasir laut di masa yang akan datang, perlu pengetahuan tentang keterkaitan sistem dari nilai jasa lingkungan sehingga nilai manfaat jangka panjang dari aktivitas penambangan pasir laut tersebut dapat diperkirakan (Shivakoti dan Bastakoti 2010; Santosa et al. 2011). Penelitian ini memiliki tujuan yaitu: i) untuk menganalisa dampak yang ditimbulkan aktivitas penambangan pasir laut terhadap kualitas air laut berupa kadar total suspended soliddan kandunganklorofil-adi perairan Pulau Tunda, ii) menyusun strategi pengelolaan penambangan pasir laut diperairan Pulau Tunda, Kabupaten Serangyang berkelanjutan. 2. Bahan dan Metode 2.1. Lokasi Penelitian Pulau Tunda secara administratif terletak di Kecamatan Tirtayasa dengan posisi geografis berada pada kordinat 5° 48’ 43 “ LS dan 106° 16’ 47 “ BT dengan luas 289,79 ha. Lokasi tersebut dipilih berdasarkan Wilayah izin Usaha Penambangan (WIUP) pasir laut. Wilayah perarian Pulau Tunda merupakan wilayah dengan kepadatan padang lamun tertinggi dibandingkan pulau-pulau kecil lainnya yang berada di Kabupaten Serang.Sampel diambil dari beberapa lokasi di Pulau Tnda.Sampel air yang telah diambil kemudian dianalisis di laboratorium untuk diuji nilai konsentrasi klorofil-a. Analisis laboratorium menggunakan metode spektrofotometer (APHA, 2012). Pengukuran produktivitas primer dilakukan secara insitu dari komposit sampel air yang telah didapat dengan menggunakan metode botol-terang dan botol gelap. Pengukuran dilakukan pada siang hari antara pukul 09.00–15.00 WIB dengan inkubasi selama 3 -5 jam. Oksigen terlarut yang diukur menggunakan metode Winkler. Nilai okigenter larut tersebut kemudian digunakan untuk menghitung nilai produktivitas primer (APHA,2012)

Page 7: Analisis Spasial Pengaruh Penambangan Pasir Laut Terhadap

2.2Metode Penelitian Penelitian yang akan dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif hal ini sesuai dengan pendapatCreswell (2012) yang menyatakan penelitian kuantitatif merupakan pendekatan untuk menguji teori objektif dengan menguji hubungan antar variabel.Variabel inidapat dianalisis dengan menggunakan prosedur statistik, selanjutnya penelitian ini bertujuan utuk menerangkan fenomena yang diamati. Metode penelitian yang digunakan adalah metode campuran kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif di gunakan untuk menganalisis kondisi bioekologi dari dampak penambangan pasir laut, membuat model daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup, dan menganalisa kebijakan pemerintah yang dapat mengakomodir kepentingan masyarakat dan stakeholder lainnya. 2.2.1 Pengumpulan Data Metode pengambilan data untuk penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Penentuan titik sampel di perairan Pulau Tunda menggunakan metode purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik dalam penentuan titik sampel yang mewakili keadaan keseluruhan dengan pertimbangan tertentu. a. Pengambilan Data Primer Data primer yang diperoleh berupa total suspended solid dan klorofil –a diperoleh dengan mengambil air sampel menggunakan botol sampel serta diuji laboratorium, serta hasil tangkapan dan koordinat lokasi penangkapan pada saat dilakukan kegiatan penangkapan, dengan total 7 lokasi pengambilan data / sampel. Lokasi dipilih menjadi 7 (tujuh)stasiun diharapkan dapat mewakili tempat penelitian. Hal ini diperkuat oleh Ghufron et al (2019), data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah total suspended solid dan klorofil-a insitu dengan 7 titik stasiun pengamatan, yang kemudian konsentrasi klorofil-a tersebut diolah di Laboratorium. Metode ini dinamakan metode pengambilan data purposive sampling. Pengambilan data total suspended solid dan klorofil -a di lapangan bertujuan untuk verifikasi hasil interpretasi nilai pada citra

Page 8: Analisis Spasial Pengaruh Penambangan Pasir Laut Terhadap

satelit dengan keadaan sebenarnya di lapangan. Verifikasi tersebut bertujuan untuk mengetahui nilai error dari data citra apakah layak untuk dilakukan analisa lebih lanjut, sehingga dapat diperoleh tingkat keakuratannya. Hasil dari verifikasi, kemudian dihubungkan dengan data aktivitas penambangan pasir laut di Pulau Tunda yang mendeskripsikan hubungan antara klorofil-a dan total suspended solid dengan kualitas air laut di Perairan Pulau Tunda. Berdasarkan hubungan antar variabel tersebut selanjutnya dapat digunakan dalam menyusun strategi pengelolaan penambangan pasir laut yang berkelanjutan. Untuk menyusun strategi pengelolaan penambangan pasir laut berkelanjutan, pengumpulan data primer dilakukanmelalui pengamatan langsung di lapangantentang pelaksanaan penambangan pasir.Adapun data yang dikumpulkan adalahproses penambangan pasir laut, personilpenambang pasir, informasi kesejahteraanmasyarakat Pulau Tunda, sara bagi hasilkeuntungan dengan masyarakat, dsb. Selainpengamatan langsung pada penelitian ini jugadilakukan wawancara mendalam dengan parastakeholder yang telah ditentukan secarapurpossive sampling. Pengambilan data daripara stakeholder dilapang dilakukan dengancara melakukan wawancara mendalam padaresponden ahli yang memenuhi persyaratanyang ditentukan (stakeholder), denganbantuan kuesioner perbandingan berpasangan.Selain itu juga pada penelitian ini,stakeholder juga diminta untuk menentukanfaktor-faktor yang berpengaruh terhadappenambangan pasir di lapangan. Adapunyang dimaksud dengan stakeholder menurutHovland (2005) adalah orang maupunkelompok yang memiliki kepentingan atauterkena dampak dari suatu kegiatan. MenurutGolder et al. (2005) stakeholder merupakanpenerima dampak positif atau negatif dari suatukegiatan. Menurut Crosby (1992) stakeholderyang diwawancara hendaknya stakeholderutama, yaitu pihak yang berkepentinganlangsung dalam kegiatan. Stakeholder yang terlibat dalam aktivitas penambangan pasir di Pulau Tunda adalah sebagai berikut: 1. Masyarakat adalah kelompok orang yang hidup di Pulau Tunda dengan

administarsi desa/ kelurahan yaitu Desa Wargasara dan terbagi dalam 2 kampung (barat dan timur) yang bermata pencaharian sebagai nelayan.

2. Pemerintah adalah organisasi yang mengeluarkan kebijakan dalam operasional kegiatan penambangan pasir laut sesuai dengan undang-undang 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, Dalam hal ini Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral, Dinas Pekerjaan umum Dan Penataan Ruang, dan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu.

3. Pengusaha adalah unit kegiatan pengusahaan penambangan pasir laut yang beroperasi di Kabupaten Serang, Provinsi BantenAlat bantuyang digunakan untuk wawancara denganresponden terpilih adalah kuesioner.

b. Pengambilan Data Sekunder Pengambilan data sekunder baik total suspended solid dan klorofil -a citra satelit SNPP- VIIRS. Data sekunder sebaran konsentrasi klorofil-a dan total suspended solid laut di perairan Pulau Tunda diperoleh melalui situs ocean color NASA (http://oceancolor.gsfc.nasa.gov). Data yang dipilih merupakan data bulanan sebaran klorofil-a dan Total Suspended Solid, periode bulanan selama 3 tahun terakhir (2017-2019). Data sekunder lain yang dikumpulkan adalah kondisi umum penambangan pasir laut di lokasi penelitian seperti data

Page 9: Analisis Spasial Pengaruh Penambangan Pasir Laut Terhadap

produksi bulanan dan tahunan. Data tersebut diperoleh dari dinas esdm Kabupaten Serang, dan studi literatur. Sunarernanda et al. (2017) menyatakan bahwa tingkat kepercayaan citra satelit SNPP VIIRS menunjukkan nilai diatas 95%. Hal ini dapat dijadikan dasar bahwa citra satelit SNPP VIIRS mampu menggambarkan nilai klorofil-a dan suhu permukaan laut dengan keakuratan diatas 90%. Sehingga citra satelit SNPP VIIRS dapat digunakan sebagai dasar penentuan daerah penangkapan ikan melalui penginderaan jauh. 2.2.2. Pengolahan data Data citra satelit yang digunakan adalah SNPP- VIIRS. Tahap pengolahan citra satelit dimulai dengan melakukan koreksi geometrik dan radiometrik. Koreksi geometrik pada prinsipnya digunakan untuk memperbaiki kesalahan posisi citra satelit terhadap lokasi sebenarnya di permukaan bumi dan memiliki acuan sistem koordinat. Proses pengolahan data citra satelit SNPP-VIIRSjuga dengan melakukan koreksi radiometrik untuk mengubah nilai digital number (DN) menjadi nilai reflektansi dengan resolusi radiometrik 16-bit integer pada produk level 1 sehingga dikonversi menjadi nilai reflektansi Top of Atmosphere (TOA). Konversi nilai untuk reflektansi TOA menggunakan persamaan dari USGS (2015):

ρλ’ adalah reflektansi TOA (top of atmosfer) tanpa koreksi sudut matahari, Mp adalah REFLECTANCEW_MULT_BAND_x (berasal dari metadata) dimana x adalah nomor band, Ap adalah REFLECTANCEW_ ADD_BAND_x (berasal dari metadata) dimana x adalah nomor band, Qcal adalah nilai DN. Reflektansi TOA yang telah dikoreksi sudut elevasi matahari dihitung menggunakan persamaan:

ρλ adalah TOA reflektansi yang sudah terkoreksi sudut elevasi matahari dan sin(θ) adalah sudut elevasi matahari. Ekstraksi nilai konsentrasi klorofil-a menggunakan algoritma yang dikembangkan oleh Pentury (1997), yang disesuaikan dengan nilai konsentrasi klorofil-a insitu dan menggunakan nilai reflektansi Landsat 8 daerah penelitian, sehingga persamaan yang dihasilkan adalah sebagai berikut:

Chl-a adalah konsentrasi klorofil-a citra satelit (mg/m3), λ hijau adalah nilai reflektansi pada panjang gelombang hijau dan λ biru adalah nilai reflektansi pada panjang gelombang biru. 2.2.3. Analisa Data Metode analisis data dilakukan dengan metode visual dan metode statistik. Analisis visual merupakan metode penyajian data melalui bentuk-bentuk peta, grafik, dan tabel. Analisis statistik yaitu dengan analisis korelasi dan analisis regresi untuk mengetahui hubungan setiap variabel. a. Verifikasi data citra dan data insitu Verifikasi perbandingan hasil pengolahan data citra satelit dengan data insitu dilakukan untuk mengetahui kelayakan data citra satelit yang digunakan. Data yang akan digunakan yaitu data klorofil-a dan SPL citra satelit SNPP-VIIRS level 3 dengan spatial range 4 km. Uji ketelitian peta sebaran yang dibuat yaitu

Page 10: Analisis Spasial Pengaruh Penambangan Pasir Laut Terhadap

dengan koreksi kesalahan relatif. Hal ini diperkuat oleh Ghufron et al. (2019), yang menyatakan bahwa koreksi kesalahan relatif dapat dihitung dengan cara:

RE= [𝑋𝑋𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖−𝑋𝑋𝑋𝑋𝑖𝑖𝑖𝑖𝑋𝑋𝑋𝑋𝑋𝑋 100%] 𝑖𝑖

Keterangan: RE : kesalahan relatif (Relative Error) Xinsitu : data hasil pengukuran di lapangan Xcitra : data dari citra satelit n : jumlah data b. Analisis total suspended solid Analisa data total suspended solid menggunakan perhitungan dengan rumus :

Zat padat tersuspensi mg/l = b − avol sampelx 1.000 Keterangan : a : Berat kertas saring whatman (mg) b : Berat sample pada kertas saring whatman (mg) Analisis data TSS dalam bentuk tabel dan grafik diolah menggunakan software Microsoft excel 2007. c. Analisis nilai klorofil-a Sebaran klorofil-a yang diperoleh dari hasil olahan menggunakan software ArcGIS 10.5 dan dapat menampilkan secara spasial dan temporal. Analisis spasial berupa analisis visual dari peta yang menghasilkan perbedaan warna sebaran atau wilayah pada setiap nilai klorofil-a di perairan Padang. Analisis temporal dilakukan berdasarkan nilai distribusi suhu secara time series baik dalam bentuk peta, grafis, dan diagram. 2.2.4. Penyusunan Strategi Pengelolaan Penambangan Pasir Laut Berkelanjutan Analisa perangkingan variabeldengan menggunakan metode AHP dilakukanuntuk mendapatkan strategi pengelolaandampak lingkungan pertambanganpasir laut. AHP adalah salah satu metodeyang digunakan membantu menyelesaikanmasalah penambangan pasir laut yangmengandung banyak kriteria (Multi-CriteriaDecision Making) yang dipelopori oleh Saatypada tahun 1970. Pada hakekatnya AHP merupakan suatu model pengambilan keputusan yang komprehensif dengan memperhitungkan hal – hal yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Dalam model pengambilan keputusan dengan AHP pada dasarnya menutupi semua kekurangan dari model – model sebelumnya. AHP juga memungkinkan ke struktur suatu sistem dan lingkungan kedalam komponen untuk saling berinteraksi dan kemudian menyatukan mereka dengan mengukur dan mengatur dampak dari kesalahan komponen system (Saaty,2001) Analytic Hierarchy Process (AHP) merupakan metode yang memberikan suatu kerangka berpikir yang terorganisir, rasional dan komprehensif dalam menstrukturkan suatu problem yang memungkinkan pengambilan keputusan efektif (Marimin et al, 2015). Sebagaimana proses analisis hirarki (berjenjang) ini diperkenalkan pertama kali oleh Thomas L. Saaty pada era 1970-an di mana ciri khas dari model ini adalah penentuan skala prioritas atas alternatif pilihan berdasarkan suatu proses analitis secara berjenjang, terstruktur atas variabel keputusan, AHP (Analytical

Page 11: Analisis Spasial Pengaruh Penambangan Pasir Laut Terhadap

Hierarchy Process) memiliki sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. Achu et al (2020) menyebutkan bahwa AHP adalah metode terstruktur untuk menganalisis dan memecahkan masalah yang kompleks dengan cara dekomposisi, penilaian komparatif dan pembuatan prioritas. Dekomposisi masalah menangkap elemen dasar masalah dan struktur hierarkinya dikembangkan dengan mengatur tujuan, sasaran, atribut dan alternatif.Pada penelitian ini faktoryang berpengaruh ditentukan dari hasilwawancara mendalam dengan parastakeholder penambangan pasir laut. AHP digunakan dalam penelitian inikarena terdapat lebih dari satu kriteria yangperlu dipertimbangkan terkait pemilihanfaktor utama pada pertambangan pasir laut.Pada dasarnya, AHP bekerja dengan caramemberi prioritas kepada alternatif yangpenting mengikuti kriteria yang telahditetapkan (Marimin, 2004). AHP jugamemecah berbagai peringkat struktur hirarkiberdasarkan tujuan, kriteria, sub-kriteria, danpilihan atau alternative (decompotition). AHPjuga memperkirakan perasaan dan emosi(psikologi manusia) sebagai pertimbangandalam membuat keputusan. Suatu setperbandingan secara berpasangan (pairwisecomparison) kemudian digunakan untukmenyusun peringkat elemen yang diperbandingkan.Langkah-langkah dasar dalamanalisis AHP pada penelitian ini adalahmendefinisikan persoalan dan pemecahanmasalah yang diinginkan. Selanjutnyamembuat struktur hirarki secara menyeluruhdan membuat matriks berpasangan untukpengaruh setiap elemen terhadap elemenyang setingkat di atasnya yang didasarkanpada judgement pengambil keputusan.Tahapan berikutnya adalah melakukanperbandingan berpasangan untuk mendapatkansegala kemungkinan pertimbangan(judgement) dari semua elemen yang dibandingkandan menghitung eigen value danmenguji konsistensinya dengan menempatkanbilangan 1 pada diagonal utama,sedangkan di atas dan di bawah diagonalmerupakan angka kebalikannya. Apabilahasilnya tidak konsisten, maka dilakukanpengulangan dalam pengambilan data, sertamelakukan langkah-langkah tersebut untukseluruh tingkat hirarki. Tahapan berikutnyaadalah menghitung eigen vector (bobot daritiap elemen) dari setiap matriks perbandinganberpasangan, untuk menguji pertimbangandalam penentuan prioritas elemen-elemenpada tingkat hirarki terendah hingga tujuantercapai. Tahapan terakhir adalah memeriksakonsistensi hirarki, apabila nilainya lebih dari10%, maka penilaian data pertimbangandiulang kembali Referensi Achu, A. L., Thomas, J., & Reghunath, R. 2020. Multi-criteria decision analysis

for delineation of groundwater potential zones in a tropical river basin using remote sensing, GIS and analytical hierarchy process (AHP). Groundwater for Sustainable Development, 10 (February), 100365. https://doi.org/10.1016/j.gsd.2020.100365

Alianto, A., Adiwilaga, E., & Damar, A. 2008. Produktivitas Primer Fitoplankton Dan Keterkaitannya Dengan Unsur Hara Dan Cahaya Di Perairan Teluk Banten. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan Dan Perikanan Indonesia, 15(1), 21–26.

Allsopp, M., Miller, C., Rocliffe, S., Tabor, L., Santillo, D., Johnston, P. 2013. Review of the Current State of Development and the Potential for Environmental Impacts of Seabed Mining Operations. Greenpeace Research

Page 12: Analisis Spasial Pengaruh Penambangan Pasir Laut Terhadap

Laboratories Technical Report, 3: 50 Bala, B. K., Arshad, F. M., Noh, K. M. 2017. System Dynamics Modelling and

Simulation. Singapore: Springer Science and Business Media. Budianto, S. dan Hariyanto, T. 2017. Analisis Perubahan Konsentrasi Total

Suspended Solids (TSS) Dampak Bencana Lumpur Sidoarjo Menggunakan Citra Landsat Multi Temporal (Studi Kasus: Sungai Porong, Sidoarjo). Jurnal Teknik ITS, 6 (1). DOI: 10.12962/j23373539.v6i1.21097

Chen H., et al. 2017. Simplified, rapid, and inexpensive estimation of water primaryproductivity based on chlorophyll fluorescence parameter Fo. Journal of Plant Physiology, 211 : 128–135

Costa, L., Nunes, L., & Ampatzidis, Y. 2020. A new visible band index (vNDVI) for estimating NDVI values on RGB images utilizing genetic algorithms. Computers and Electronics in Agriculture, 172(November 2019), 105334. https://doi.org/10.1016/j.compag.2020.105334

Doloksaribu, D. C. N., Barus, T. A., Sebayang, K. 2019. The impact of marine sand mining on sea water quality in Pantai Labu, Deli Serdang Regency, Indonesia. IOP Conf. Series: Earth and Environmental Science 454

Husrin, S., Prihantono, J., Sofyan, H. 2014. Impacts of Marine Sand Mining Activities to the Community of Lontar Village, Serang - Banten. Bulletin of the Marine Geology, 29 (2): 81-90

Jiang, D., Matsushita, B., Pahlevan, N., Gurlin, D., Moritz, K. L., Fichot, C. G., Schalles, J., Loisel, H., Binding, C., Zhang, Y., Alikas, K., Kangro, K., Uusoue, M., Ondrusek, M., Greb, S., Moses, W. J., Lohrenz, S., O'Donnell, D. 2021. Remotely estimating total suspended solids concentration in clear to extremely turbid waters using a novel semi-analytical method. Remote Sensing of Environment. https://doi.org/10.1016/j.rse.2021.112386

Keith, D. J. 2014. Satellite remote sensing of chlorophyll a in support of nutrient management in the Neuse and Tar-Pamlico River (North Carolina) estuaries. Remote Sensing of Environment, 153, 61–78. https://doi.org/10.1016/j.rse.2014.05.019

Kimambo, O. N., Chikoore, H., Gumbo, J. R., & Msagati, T. A. M. 2019. Retrospective analysis of Chlorophyll-a and its correlation with climate and hydrological variations in Mindu Dam, Morogoro, Tanzania. Heliyon, 5(11), e02834. https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2019.e02834

Kirk JTO, 2011. Light and Photosynthesis in Aquatic Ecosystems. Third Edition. New York: Cambridge University Press

Krause, C., Diesing, M., Arit, G. 2010. The physical and biological impact of sand extraction: a case study of the western Baltic Sea. J. Coast. Res, 51: 215-226

Lee, Z.P., Marra, J., Perry, M.J. and Kahru, M., 2014. Estimating Oceanic Primary Productivity from Ocean Color Remote Sensing: A Strategic Assesment. Journal of Marine Systems 149: 50-59.

Marimin, Machfud, Darmawan, M. A., Martini, S., Rukmayadi, D., Wiguna, B., Islam, M. P., & Adhi, W. 2015. Teknik dan Aplikasi Produktivitas Hijau (Green Productivity) pada Agroindustri (Dwi M Nastiti (ed.); 1st ed.). PT. Penerbit IPB Press.

Mir, A., Piri, J., & Kisi, O. 2017. Spatial monitoring and zoning water quality of Sistan River in the wet and dry years using GIS and geostatistics. Computers and Electronics in Agriculture, 135, 38–50.

Page 13: Analisis Spasial Pengaruh Penambangan Pasir Laut Terhadap

https://doi.org/10.1016/j.compag.2017.01.022 Parluhutan, D. 2007. Analisis Dampak Penambangan Pasir Laut Terhadap

Perikanan Rajungan di Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang. IPB (Bogor Agricultural University).

Prihantono, J., Hasanudin, M., Pryambodo, D. G., Troa, R. A. Estimasi Ketebalan Pasir Laut di Perairan Utara Kabupaten Serang-Banten Menggunakan Sub Bottom Profiler. Jurnal Segara, 12 (3): 149-157.

Qanita, H., Subiyanto, S., & Hani’ah, H. 2019. Analisis Distribusi Total Suspended Solid Dan Kandungan Klorofil-a Perairan Banjir Kanal Barat Semarang Menggunakan Citra Landsat 8 Dan Sentinel-2a. Jurnal Geodesi Undip, 8(1), 435–445.

Rahmawan, A. R., Husrin, S., dan Prihantono, J. Analisa Perubahan Batimeri di Perairan Kabupaten Serang Akibat Penambangan Pasir Laut. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 9 (1): 45-55.

Riani, E. 2012. Perubahan Iklim dan Kehidupan Biota Akuati. Saaty, T. L. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin.

Jakarta.Terjemahan P.T. Pustaka Binaman Pressindo Saberioon, M., Brom, J., Nedbal, V., Souc̆ek, P., & Císar̆, P. 2020. Chlorophyll-a

and total suspended solids retrieval and mapping using Sentinel-2A and machine learning for inland waters. Ecological Indicators, 113(February). https://doi.org/10.1016/j.ecolind.2020.106236

Saraswati, D. 2005. Analisis sosial ekonomi dan kelembagaan pengelolaan pasir laut di Kabupaten Serang. IPB. 32 hlm

Sartika, M., Golok Jaya, L. M., & Nurgiantoro. 2019. Pemetaan Sebaran Total Suspended Solid ( TSS ) Dan Khlorofil-a ( Chl-a ) Pada Perairan Sungai Wanggu Menggunakan Citra Sentinel-2. Jurnal Geografi Aplikasi Dan Teknologi, 3(2), 49–56.

Setiawan, W. 2012. Pengolahan Citra Penginderaan Jauh (Klasifikasi, Fusi Data, dan Deteksi Perubahan Wilayah). In Pengolahan Citra Penginderaan jauh (pp. 8–28). UPI Press.

Torres, A., Brandt, J., Lear, K., Liu, J. 2017. A Looming Tragedy of the Sand Commons: Increasing Sand Extraction, Trade, and Consumption Pose Global Sustainability Challenges. Science, 357 (6355): 970-971. DOI: 10.1126/science.aao0503

Wahyudi, W., Riani, E., Anwar, S. 2018. Strategi Pengelolaan Penambangan Pasir Laut yang Berkelanjutan (Studi Kasus Pulau Tunda, Provinsi Banten). Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 10 (2): 277-289.

Watanabe, F., Alcântara, E., Bernardo, N., de Andrade, C., Gomes, A. C., do Carmo, A., Rodrigues, T., & Rotta, L. H. 2019. Mapping the chlorophyll-a horizontal gradient in a cascading reservoirs system using MSI Sentinel-2A images. Advances in Space Research, 64(3), 581–590. https://doi.org/10.1016/j.asr.2019.04.035.

Yulianto, D., Muskananfola, M. R., Purnomo, P. W. 2014. Tingkat Produktivitas Primer dan Kelimpahan Fitoplankton Berdasarkan Waktu yang Berbeda di Perairan Pulau Panjang, Jepara. Diponegoro Journal of Maquares, 3(4): 195-200.