pengaruh penambangan pasir terhadap kualitas lingkungan …
TRANSCRIPT
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 3, Nomor 1, April 2013 | 1
PENGARUH PENAMBANGAN PASIR TERHADAP KUALITAS LINGKUNGAN DI KECAMATAN SUKARATU
KABUPATEN TASIKMALAYA
N. Anggraini1, Darsihardjo2, Y. Malik3
Departemen Pendidikan Geografi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas
Pendidikan Indonesia
[email protected] , [email protected] , [email protected]
ABSTRAK
Keberadaan sumberdaya alam sifatnya terbatas, sehingga semakin sulit untuk
didapatkan. Hal ini dikarenakan jumlah manusia yang semakin meningkat. Untuk memenuhi
kebutuhannya manusia seringkali mengeksploitasi sumberdaya alam yang ada secara
berlebihan. Hal ini dapat menimbulkan penurunan kualitas lingkungan. Kabupaten
Tasikmalaya kaya akan sumberdaya alam terutama bahan tambang, karena memiliki 39 jenis
bahan tambang yang telah diidentifikasikan. Salah satu sektor pertambangan yang potensial di
Kabupaten Tasikmalaya adalah material pasir Gunung Galunggung yang ada di Kecamatan
Sukaratu. Namun, saat ini muncul permasalahan lingkungan yang diakibatkan penambangan
pasir yang menimbulkan konflik antara masyarakat sekitar lokasi penambangan yang merasa
dirugikan dengan para pengusaha pertambangan pasir. Sehingga, ada tuntutan masyarakat
terhadap pemerintah agar menutup pertambangan pasir dikarenakan kegiatan penambangan
pasir yang dilakukan belum memperhatikan kelestarian lingkungan. Oleh sebab itu, penulis
mengadakan penelitian untuk mengetahui tentang pengaruh penambangan pasir terhadap
kualitas lingkungan di Kecamatan Sukaratu dengan tujuan untuk menganalisis pengaruh
penambangan pasir terhadap kualitas lingkungan fisik dan sosial di Kecamatan Sukaratu.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode survei deskriptif dengan pendekatan
kelingkungan. Populasi penelitian ini terdiri dari populasi wilayah yang meliputi seluruh
wilayah Kecamatan Sukaratu dan populasi manusia yang meliputi seluruh masyarakat di
Kecamatan Sukaratu yang berjumlah 48.252 jiwa. Sedangkan sampel wilayah penelitian ini
adalah seluruh wilayah desa yang terkena pengaruh dari kegiatan penambangan pasir yaitu
Desa Linggajati, Desa Sinagar dan Desa Tawangbanteng. Sampel manusia dalam penelitian ini
ialah masyarakat yang ada di wilayah sekitar lokasi penambangan yaitu di Desa Linggajati,
Desa Sinagar dan Desa Tawangbanteng yang berjumlah 81 responden. Teknik pengumpulan
data dilakukan melalui observasi lapangan, wawancara, penyebaran angket, analisis
laboratorium, studi literatur dan dokumentasi. Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah
dan dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik persentase dan analisis Indeks
Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH). Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai IKLH yang
telah diperoleh dari penghitungan yaitu sebesar 87,84 yang berarti kualitas lingkungan fisik di
Kecamatan Sukaratu masih tergolong baik. Sedangkan hasil penghitungan menunjukkan
bahwa kualitas lingkungan sosial di wilayah Kecamatan Sukaratu adalah sedang. Dengan
demikian, melalui penelitian ini diharapkan semua pihak dapat mengatasi permasalahan
lingkungan sosial akibat penambangan.
Kata Kunci : Penambangan Pasir, Kualitas Lingkungan
2 | Norma Anggraini, dkk.
Pengaruh Penambangan Pasir Terhadap Kualitas Lingkungan di Kecamatan Sukaratu Kabupaten
Tasikmalaya
THE INFLUENCE OF SAND MINING AGAINST THE ENVIRONMENTAL QUALITY
IN SUKARATU SUB-DISTRICT TASIKMALAYA DISTRICT
ABSTRACT
The existence of natural resources are limited, making it increasingly difficult to obtain.
This is because an increasing number of people. To meet their needs man often exploit the
natural resources which there is excess. This can lead to environmental degradation.
Tasikmalaya District is rich in natural resources, especially mine, since it has 39 types of mines
that have been identified. One of the potential mining sector in Tasikmalaya District is a
material sand of Galunggung Mount in Sukaratu Sub-district. However, today's emerging
environmental problems caused by sand mining caused conflict between the communities
surrounding the mine site that feel harmed by sand mining entrepreneurs. So, there are the
demands of the community against the government to shut down the sand mining because the
activity of sand mining done has not been paying attention to environmental sustainability.
Therefore, the authors conducted research to find out about the influence of sand mining
against environmental quality in Sukaratu Sub-district with the aim to analyze the inlfuence of
sand mining against the quality of physical and social environments in Sukaratu Sub-district.
The method used in this research is a descriptive survey method with an environmental
approach. The population of this research consists of the population of the area which covers
the whole Sub-district Sukaratu and human population which includes all communities in the
Sukaratu Sub-district which consisted of 48.252 inhabitants. While samples area this research
is the whole area of the villages affected by the influence of sand mining activities namely
Linggajati Village, Sinagar Village and Tawangbanteng Village. A sample of human beings in
this research is the people that existed in the area around the mine site namely Linggajati
Village, Sinagar Village and Tawangbanteng Village which consisted of 81 respondents. The
technique of data collection was done through field observations, interviews, questionnaire,
laboratory analysis, the study of literature and documentation. The data have been collected
is then processed and analyzed by descriptive using the percentage and the analysis of
Environmental Quality Index (IKLH). The results showed that the value of IKLH which have
been obtained from the calculation is equal to 87,84 which means the quality of the physical
environment in Sukaratu Sub-district still quite good. While the results of the calculation shows
that the quality of the social environment in the territory of Sukaratu Sub-district is moderate.
Thus, through this research expected that all parties can overcome the social environmental
problems caused by mining.
Keywords: Sand Mining, Environmental Quality
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 3, Nomor 1, April 2013 | 3
PENDAHULUAN
Sumberdaya alam merupakan segala
sesuatu baik yang berada di dalam maupun
diluar permukaan bumi yang terbentuk
secara alami dan menjadi bernilai apabila
dimanfaatkan atau diolah dengan baik oleh
manusia. Oleh karena itu, seringkali
manusia mengeksploitasi sumberdaya alam
yang sifatnya terbatas secara berlebihan.
Hal ini dapat mengakibatkan munculnya
berbagai permasalahan lingkungan dan
terjadinya penurunan kualitas lingkungan.
Setiap wilayah di muka bumi
memiliki potensi sumberdaya alam yang
berbeda-beda. Indonesia merupakan salah
satu negara di dunia yang kaya akan
sumberdaya alam, baik sumberdaya alam
hayati maupun non hayati. Hal ini menjadi
salah satu keunggulan yang dapat
menunjang proses pembangunan nasional
apabila sumberdaya alam yang ada
dimanfaatkan secara optimal.
Kabupaten Tasikmalaya merupakan
salah satu wilayah di Provinsi Jawa Barat
yang memiliki potensi tanah yang subur dan
melimpahnya bahan material bangunan
seperti pasir dan bebatuan. Sektor
pertambangan merupakan salah satu
tumpuan perekonomian di Kabupaten
Tasikmalaya selain pertanian, peternakan,
dan perikanan. Hal ini dikarenakan potensi
sektor pertambangan di Kabupaten
Tasikmalaya cukup melimpah diantaranya
terdapat 39 jenis bahan tambang yang telah
diidentifikasikan (Madu, 2009). Salah satu
sektor pertambangan yang potensial di
Kabupaten Tasikmalaya adalah material
pasir Gunung Galunggung di Kecamatan
Sukaratu yang memiliki kualitas cukup baik
untuk digunakan sebagai bahan material
bangunan dan konstruksi jalan.
Penambangan pasir di Kecamatan
Sukaratu sudah dimulai sejak tahun 1984,
yakni dua tahun setelah meletusnya Gunung
Galunggung yang terakhir yaitu pada
tanggal 5 Mei 1982. Pada periode pasca
letusan (yaitu sekitar tahun 1984-1990)
merupakan masa awal dilakukannya
penambangan pasir (Wahyu, 2011) dan
terus berlanjut sampai saat ini (2014).
Pasir yang dihasilkan di Kecamatan
Sukaratu ini merupakan pasir yang
berkualitas baik. Sebagaimana yang telah
dikemukakan oleh Gevita (2009) bahwa
pasir Galunggung ini berdasarkan hasil uji
laboratorium baik digunakan sebagai bahan
campuran dalam pengecoran, pengaspalan,
bangunan dan media untuk tumbuh rumput
lapangan golf.
Jika dilihat dari ukuran butirannya,
jenis pasir yang ditambang di Kecamatan
Sukaratu ini dibagi menjadi tiga jenis, yaitu
jenis pasir 02 (hasil saringan ukuran 2 mm),
04 (hasil saringan ukuran 4 mm) dan 08
(hasil saringan ukuran 8 mm). Proses
penambangan pasir yang dilakukan para
pengusaha penambangan cukup bervariasi,
mulai dari cara yang masih tradisional
sampai menggunakan teknologi modern
dengan modal yang besar membuka lahan-
lahan tambang baru. Biasanya lahan-lahan
penambangan baru tersebut diperoleh
dengan melakukan sistem sewa/kontrak
kandungan dan sistem bagi hasil dengan
masyarakat sekitar.
Berdasarkan data dari Dinas
Pertambangan dan Energi Kabupaten
Tasikmalaya (dalam Anonymous, 2010)
penambangan pasir di Kecamatan Sukaratu
telah mengalami peningkatan produksi
setiap tahunnya. Untuk lebih jelasnya
mengenai produksi pasir di Kecamatan
Sukaratu dapat dilihat pada tabel 1 berikut.
Tabel 1. Jumlah Penambang dan
Produksi Pasir di Kecamatan Sukaratu
Tahun 2006 sampai Tahun 2009
Berdasarkan data yang tercantum
dalam tabel 1 dapat diketahui bahwa
produksi pasir di Kecamatan Sukaratu
Tabel 1.1 Jumlah Penambang dan Produksi Pasir di Kecamatan Sukaratu
dari Tahun 2006 sampai Tahun 2009
No Tahun Jumlah Penambang Produksi (Ton)
1 2006 11 19.909
2 2007 11 28.854
3 2008 7 38.207
4 2009 11 127.662
Sumber: http://www.tekmira.esdm.go.id/currentissues/?p=2774, 2012
4 | Norma Anggraini, dkk.
Pengaruh Penambangan Pasir Terhadap Kualitas Lingkungan di Kecamatan Sukaratu Kabupaten
Tasikmalaya
semakin bertambah setiap tahunnya. Hal ini
menunjukkan adanya peningkatan
penambangan pasir, terutama pada tahun
2009 yang produksi pasirnya meningkat
menjadi 127.662 ton. Jika dibandingkan
dengan tahun 2006 yang produksi pasirnya
hanya 19.909 ton, maka dalam kurun waktu
tiga tahun (2006-2009) produksi pasirnya
sudah berkembang menjadi sekitar 6,4
kalilipat.
Penambangan pasir di Kecamatan
Sukaratu menimbulkan berbagai dampak,
baik positif maupun negatif. Salah satu
dampak positif dari penambangan pasir di
Kecamatan Sukaratu yaitu memicu
pertumbuhan industri hilir, seperti
pembuatan conblock dan pavingblock.
Sedangkan dampak negatif penambangan
pasir antara lain kerusakan lahan,
pencemaran air dan pencemaran udara serta
suara juga kerusakan fasilitas jalan.
Selain itu, masih ada beberapa
perusahaan yang melakukan penambangan
pasir secara ilegal. Pelanggaran lainnya,
perusahaan tersebut menambang di luar
batas wilayah penambangan yang
ditentukan. Masalah-masalah lingkungan
yang diakibatkan penambangan pasir
akhirnya menimbulkan konflik antara
masyarakat sekitar lokasi penambangan
yang merasa dirugikan dengan para
pengusaha penambangan pasir. Sehingga,
masyarakat menuntut pemerintah untuk
menutup tambang pasir yang ada. Karena,
kegiatan penambangan yang dilakukan oleh
para pengusaha pertambangan belum
memperhatikan kelestarian lingkungan.
Berdasarkan Peraturan Daerah
Kabupaten Tasikmalaya Nomor 2 Tahun
2012 pasal 30 ayat (2) tentang RTRW
Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2011-2031,
Kecamatan Sukaratu termasuk kedalam
kawasan hutan lindung yaitu kawasan hutan
yang berfungsi lindung dan berada pada
Kesatuan Pemangku Hutan (KPH)
Kabupaten Tasikmalaya. Selain itu, masih
dalam peraturan yang sama dikatakan
bahwa Kecamatan Sukaratu juga
merupakan kawasan resapan air
berdasarkan pasal 32 ayat 2 serta
merupakan kawasan rawan bencana gunung
berapi hal ini terdapat dalam pasal 35 ayat
3. Sedangkan dalam pasal 42 tentang
kawasan peruntukan pertambangan masih
dalam perda tersebut dijelaskan bahwa
perencanaan pengembangan kawasan
pertambangan hendaknya menerapkan
sistem pertambangan yang memiliki sifat
berkelanjutan (sustainable) dan senantiasa
memperhatikan kelestarian lingkungan atau
ramah terhadap lingkungan (environmental
friendly). Hal ini perlu dilakukan demi
kesejahteraan masyarakat.
Adapun beberapa kriteria lainnya
yang harus dipenuhi agar suatu kawasan
dapat menjadi kawasan pertambangan
berdasarkan Perda Kabupaten Tasikmalaya
Nomor 2 (2012, hlm. 130) pasal 42 kriteria
untuk kawasan pertambangan antara lain
memiliki potensi ekonomi yang riil, tidak
mengakibatkan dampak negatif terutama
terhadap lingkungan setempat, lokasi
penambangan tidak terdapat di kawasan
lindung dan daerah resapan atau daerah
yang memiliki mata air serta sungai yang
rapat, lokasi penambangan tidak terdapat di
daerah rawan banjir atau daerah rawa dan
lokasi penambangan tidak terdapat di
daerah rawan bencana alam seperti gempa
bumi, erosi, longsor dan sebagainya. Selain
itu, lokasi penambangan tidak boleh terlalu
dekat dengan pemukiman penduduk,
kegiatan penambangan tidak boleh
dilakukan pada lereng yang curam (>40%)
yang dapat menimbulkan erosi atau longsor,
harus memperhatikan pengaturan bangunan
juga peralatan penambangan agar tidak
menimbulkan bahaya dengan senantiasa
memperhatikan asas-asas keseimbangan
antara biaya, risiko dan manfaat.
Berdasarkan kriteria tersebut, maka
Kecamatan Sukaratu belum memenuhi
semua kriteria untuk menjadi kawasan
pertambangan. Karena, berdasarkan Perda
Kabupaten Tasikmalaya Nomor 2 Tahun
2012 pasal 30 ayat (2) tentang RTRW
Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2011-2031
Kecamatan Sukaratu merupakan kawasan
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 3, Nomor 1, April 2013 | 5
hutan lindung, resapan air (pada pasal 32
ayat 2) dan kawasan rawan bencana gunung
berapi (pada pasal 35 ayat 3). Namun, pada
kenyataannya penambangan pasir di
Kecamatan Sukaratu masih tetap dilakukan
dengan produksi pasirnya yang semakin
meningkat.
Selain itu, kegiatan penambangan
pasir yang dilakukan telah menimbulkan
berbagai dampak, baik itu dampak positif
maupun dampak negatif. Hal ini tentunya
sedikit banyak turut mempengaruhi
keadaan kualitas lingkungan disekitar
lokasi penambangan.
Berdasarkan pemaparan secara umum
mengenai permasalahan diatas maka
penulis tertarik untuk meneliti bagaimana
pengaruh dari kegiatan penambangan pasir
terhadap perubahan kualitas lingkungan di
Kecamatan Sukaratu Kabupaten
Tasikmalaya.
Adapun tujuan dari penelitian ini
adalah untuk menganalisis pengaruh
penambangan pasir terhadap kualitas
lingkungan fisik di Kecamatan Sukaratu
dan menganalisis pengaruh penambangan
pasir terhadap kualitas lingkungan sosial di
Kecamatan Sukaratu. Penelitian ini
didukung oleh berbagai teori yang relevan.
Berikut ini merupakan beberapa teori yang
menjadi landasan penelitian.
Penambangan merupakan rangkaian
aktivitas atau kegiatan untuk mengambil
bahan tambang baik secara tradisional
maupun secara modern yang meliputi tahap
pembukaan lahan, penambangan, tahap
pemuatan sampai proses distribusi hasil
tambang (Dinas Pengelolaan Sumber Daya
Air dan Pertambangan Kabupaten Cianjur,
2006).
Menurut Gevita (2009) pelaksanaan
operasional kerja dalam penambangan
pasir, khususnya di Kecamatan Sukaratu
meliputi tujuh tahap kerja, antara lain
pembersihan area kerja (land clearing),
tahap penggalian (diging), pengayakan
(screening), tahap pencucian (washing),
tahap pemuatan (loading), pengangkutan
(hauling), dan tahap reklamasi pasca
tambang. Sistem yang diterapkan dalam
kegiatan penambangan pasir antara lain
penambangan pasir secara konvensional/
tradisional, semi mekanis dan mekanis.
Lingkungan adalah segala sesuatu
yang berada di sekitar manusia dan
membentuk sistem kompleks di muka bumi
ini serta mempengaruhi tumbuh kembang
organisme (Irwan, 2010, hlm. 108).
Menurut teori lingkungan yang
dikemukakan Bintarto dan Hadisumarno
(1979, hlm. 22) dijelaskan bahwa
lingkungan hidup manusia terbagi menjadi
tiga yakni lingkungan fisikal, lingkungan
biologis dan lingkungan sosial.
Budiyanto (2013) berpendapat bahwa
kualitas lingkungan hidup adalah suatu
kondisi lingkungan yang mampu
mendukung secara optimal kelangsungan
hidup organisme terutama manusia pada
suatu tempat. Berdasarkan sifatnya kualitas
lingkungan hidup dibagi tiga bentuk yaitu
biofisik, sosial-ekonomi, dan budaya.
Kegiatan penambangan pasir dapat
mempengaruhi kondisi dan kualitas
lingkungan hidup. Hal ini sesuai pendapat
Soerjani dkk. (1987, hlm. 9) yang
mengemukakan bahwa pengambilan dan
pemanfaatan sumberdaya dengan teknologi
atau industrialisasi dapat menurunkan
kualitas lingkungan hidup, karena
menghasilkan limbah.
Kelestarian lingkungan dapat dilihat
dari aspek kualitas air sungai, kualitas udara
dan tutupan hutan. Hal ini ditentukan
berdasarkan Indeks Kualitas Lingkungan
Hidup (IKLH) yang dikeluarkan oleh
Kementerian Lingkungan Hidup (KLH)
yang menggunakan kualitas air sungai,
kualitas udara, dan tutupan hutan.
Menurut Sumaatmadja (dalam
Fhasya, 2010, hlm. 14) ada sembilan
indikator kualitas lingkungan, yaitu
kenyamanan, ketentraman, ketersediaan
lapangan kerja, tingkat pendidikan,
pendapatan dan kesehatan (kualitas
lingkungan sosial) serta kualitas air sungai,
kualitas udara dan tutupan hutan (kualitas
lingkungan fisik).
6 | Norma Anggraini, dkk.
Pengaruh Penambangan Pasir Terhadap Kualitas Lingkungan di Kecamatan Sukaratu Kabupaten
Tasikmalaya
METODE
Lokasi penelitian berada di wilayah
Kecamatan Sukaratu yang berada di
Kabupaten Tasikmalaya. Wilayah
administratif Kecamatan Sukaratu terdiri
dari delapan desa, yaitu Desa Gunungsari,
Indrajaya, Linggajati, Sinagar, Sukagalih,
Sukamahi, Sukaratu dan Tawangbanteng.
Agar lebih jelas mengenai lokasi penelitian
dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Lokasi Penelitian
Populasi wilayah meliputi seluruh
wilayah di Kecamatan Sukaratu yang terdiri
dari delapan desa. Populasi manusia
meliputi seluruh masyarakat Kecamatan
Sukaratu yang berada di wilayah sekitar
lokasi penambangan pasir yang berjumlah
48.252 (Badan Pusat Statistik Kabupaten
Tasikmalaya, 2013).
Sampel wilayah dalam penelitian ini
adalah seluruh wilayah desa di Kecamatan
Sukaratu yang terkena pengaruh dari
kegiatan penambangan pasir yaitu Desa
Linggajati, Desa Sinagar dan Desa
Tawangbanteng. Sampel manusianya ialah
masyarakat yang berada di wilayah sekitar
lokasi penambangan di Desa Linggajati,
Desa Sinagar dan Desa Tawangbanteng.
Teknik pengambilan sampel manusia pada
penelitian ini secara bertujuan (purposive
sampling/judgemental sampling). Sehingga
sampel yang didapat mewakili karakter
populasi penelitian. Penentuan sampel
dalam penelitian ini mempertimbangkan
jumlah penduduk dan jarak dari lokasi
penambangan ke pemukiman. Jumlah
sampel manusia dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Sampel Manusia
Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa
jumlah anggota populasi penelitian yang
berasal dari tiga desa sebanyak 17.062 KK
dengan anggota sampel berjumlah 81 KK
atau responden. Jumlah sampel dari setiap
desa yaitu Desa Linggajati sebanyak 21
KK/responden, Desa Sinagar sebanyak 45
KK/responden dan Desa Tawangbanteng
sebanyak 33 KK/responden. Sampel dibagi
tiga yaitu sampel yang memiliki jarak dekat
(<500 m), jarak sedang (500 m–1 Km) dan
jarak jauh (>1 Km). Jumlah sampel di Desa
Linggajati yang memiliki jarak dekat,
sedang dan jauh masing-masing sebanyak 7
KK/responden, Desa Sinagar 9
KK/responden dan Desa Tawangbanteng
jumlah sampelnya 33 KK/ responden yang
memiliki jarak jauh.
Metode penelitian yang digunakan
adalah metode survey deskriptif. Dalam
penelitian ini terdapat dua macam variabel
penelitian, yaitu variabel bebas dan variabel
terikat. Adapun variabel bebas dan terikat
dari penelitian dapat dilihat pada gambar 2
berikut ini.
Gambar 2. Variabel Penelitian
Tabel 3.2 Penentuan Jumlah Anggota Sampel Manusia
No Daerah
Jumlah
Anggota
Populasi
Jarak dari Lokasi
Penambangan Pasir
Jumlah
Anggota
Sampel
1 Desa Linggajati 4.449 KK
Dekat (<500 m) 7 KK
Sedang (500 m–1 Km) 7 KK
Jauh (>1 Km) 7 KK
2 Desa Sinagar 5.762 KK
Dekat (<500 m) 9 KK
Sedang (500 m–1 Km) 9 KK
Jauh (>1 Km) 9 KK
3 Desa
Tawangbanteng 6.851 KK Jauh (1> Km) 33 KK
Jumlah 17.062 KK 81 KK
Sumber: Hasil Analisis, 2014
Variabel Terikat (Y)
1. Kualitas Lingkungan Fisik
a. Kualitas Air Sungai
b. Kualitas Udara
c. Tutupan Hutan
2. Kualitas Lingkungan Sosial
a. Kenyamanan
b. Ketentraman
c. Lapangan Kerja
d. Pendidikan
e. Pendapatan
f. Kesehatan
Variabel Bebas (X)
Penambangan Pasir
di Kecamatan Sukaratu
Kabupaten Tasikmalaya
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 3, Nomor 1, April 2013 | 7
Adapun instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini ada tiga jenis, yaitu
checklist, pedoman wawancara yang serta
angket yang disebar kepada responden.
Teknik pengumpulan data yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi lapangan, wawancara, angket,
analisis laboratorium, studi literatur dan
dokumentasi. Dari penjelasan diatas maka
dapat diketahui alur dari penelitian. Berikut
ini merupakan desain alur penelitian yang
dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Bagan Alur Penelitian
Teknik analisis data yang digunakan
pada penelitian ini, yaitu teknik persentase
dan analisis indeks kualitas lingkungan
hidup atau IKLH serta analisis deskriptif.
Analisis IKLH (Kementrian Lingkungan
Hidup, 2011) digunakan untuk menganalisis
kualitas lingkungan fisik yang terdiri dari
kualitas lingkungan air sungai, udara dan
tutupan hutan. Rumus untuk mengetahui
nilai IKLH yaitu:
IKLH =IPA + IPU + ITH
3
Keterangan:
IKLH = indeks kualitas lingkungan hidup
IPA = indeks pencemaran air sungai
IPU = indeks pencemaran udara
ITH = indeks tutupan hutan
Untuk mendapat nilai IPA terlebih
dahulu hitung nilai PI (Pollution Index):
PIj = √(Ci/Lij)M
2+ (Ci/Lij)R
2
2
Keterangan:
PIj: indeks pencemaran bagi peruntukan j
Ci: konsentrasi parameter kualitas air i dan
Lij: konsentrasi parameter kualitas air i
tercantum dalam baku peruntukan air j
(Ci/Lij)M = nilai maksimum dari Ci/Lij
(Ci/Lij)R = nilai rata-rata dari Ci/Lij
Setelah diperoleh nilai Pij maka
langkah selanjutnya adalah menghitung niai
IPA dengan menggunakan rumus:
𝐼𝑃𝐴 = 100 − (∑ 𝑛𝑃𝐼𝑗>1
∑ 𝑛𝑃𝐼𝑗𝑥100)
Setelah mendapatkan nilai IPA
maka selanjutnya adalah melakukan
penghitungan nilai indeks pencemaran
udara (IPU) dengan menggunakan formula
sebagai berikut:
IPU =IPNO2 + IPSO2
2, 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛
IPNO2 = {−0,2×(0,177×KonsentrasiNO2)}+ 100
IPSO2 = {−0,2×(0,625×KonsentrasiSO2)}+ 100
Keterangan:
IPU = Indeks Pencemaran Udara
IPNO2 = Indeks Pencemar NO2
IPSO2 = Indeks Pencemar SO2
Setelah diperoleh nilai IPU maka
langkah berikutnya ialah penghitungan
untuk mendapatkan nilai ITH dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
ITH =LHP + LHS
LKH
Keterangan:
ITH = indeks tutupan hutan
LHP = luas hutan primer
LHS = luas hutan sekunder
LKH = luas kawasan hutan menurut
Menteri Kehutanan
Berikut ini merupakan desain atau bagan alur penelitian yang dilakukan.
Mencari masalah penelitian Judul penelitian
Latar belakang penelitian
Penentuan variabel penelitian
Variabel Bebas (X)
Penambangan Pasir
di Kecamatan Sukaratu
Kabupaten Tasikmalaya
Variabel Terikat (Y)
1. Kualitas Lingkungan Fisik
a. Kualitas Air Sungai
b. Kualitas Udara
c. Tutupan Hutan
2. Kualitas Lingkungan Sosial
a. Kenyamanan
b. Ketentraman
c. Lapangan Kerja
d. Pendidikan
e. Pendapatan
f. Kesehatan
Pengumpulan data
Pengolahan data
Analisis data
Pemetaan
Kesimpulan Saran
Data Primer
1. Observasi lokasi
2. Wawancara
3. Angket
4. Uji Laboratorium
Data Sekunder
1. Monografi Desa
2. BPS
3. Dinas Pertambangan dan
Energi
4. KLH
5. Dinas Kehutanan
6. Departemen Perhutani
Studi kepustakaan
Rumusan masalah penelitian
Penyusunan Instrumen
Sumber: Hasil Analisis, 2014
Gambar 3.3 Bagan alur penelitian
8 | Norma Anggraini, dkk.
Pengaruh Penambangan Pasir Terhadap Kualitas Lingkungan di Kecamatan Sukaratu Kabupaten
Tasikmalaya
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kecamatan Sukaratu terletak antara
07º14'4" LS sampai dengan 07º19'40" LS
dan 108º03'30" BT sampai 108º10'56" BT.
Luas wilayah Kecamatan Sukaratu yaitu
3.348,66 hektar. Kecamatan Sukaratu
memiliki ketinggian rata-rata 596 mdpl dan
bentangan wilayah berupa dataran sampai
pegunungan dengan kemiringan lerengnya
antara 0%-40%. Batas administratif dari
wilayah Kecamatan Sukaratu yaitu sebelah
utara berbatasan dengan dengan Kecamatan
Cisayong, Kota Tasikmalaya. Sebelah
Selatan berbatasan dengan dengan
Kecamatan Singaparna, Padakembang, dan
Leuwisari. Sebelah Timur berbatasan
dengan dengan Kecamatan Cisayong,
Indihiang, Bungursari, Mangkubumi, Kota
Tasikmalaya. Sebelah Barat berbatasan
dengan Kecamatan Cigalontang.
Iklim di Kecamatan Sukaratu
termasuk iklim tropis dengan suhu udara
yaitu mulai dari 22°C sampai 30°C.
Berdasarkan data dari BPS (Kecamatan
Sukaratu Dalam Angka, 2013, hlm. 9) curah
hujan tahunannya mencapai 2.687
mm/tahun. Jika diklasifikasikan ke dalam
tipe iklim altitude daerah tropika maka
Kecamatan Sukaratu dengan ketinggian
tempat 500 mdpl sampai 700 mdpl dan suhu
udara rata-rata tahunannya antara 26°C
sampai 28°C termasuk kedalam tipe iklim
tropika zone panas.
Dilihat dari kondisi geologinya,
Kecamatan Sukaratu memiliki jenis batuan
gunungapi yang terbentuk pada kala holosen
sampai plistosen. Ada tiga jenis formasi
batuan yang menyusun wilayah Kecamatan
Sukaratu, yaitu formasi breksi gunungapi
Gunung Galunggung (Qvb), hasil
gunungapi muda Gunung Galunggung
(Qvg) dan hasil gunungapi muda Gunung
Talagabodas (Qvt). Pembentukan satuan
geologis Qvb terjadi pada kala holosen,
sedangkan Qvg dan Qvt terbentuk mulai
dari kala holosen sampai kala plistosen pada
zaman kuarter.
Dari kondisi hidrologinya wilayah
Kecamatan Sukaratu memiliki beberapa
sumber air yang digunakan oleh penduduk
setempat baik berupa air permukaan
maupun air tanah. Untuk air permukaan
wilayah Kecamatan Sukaratu ini dilalui oleh
beberapa sungai. Sebagian besar penduduk
menggunakan air tanah bebas untuk
memenuhi kebutuhan air bersih sehari-
harinya. Karena air tanah bebas yang
umumnya berupa sumur gali di wilayah ini
cukup dangkal sekitar 3-5 meter dan
memiliki kualitas yang cukup baik. Hal ini
dilihat dari warna airnya yang jernih dan
airnya yang tidak berbau dan tidak berasa.
Jenis tanah yang ada di wilayah
Kecamatan Sukaratu berdasarkan peta
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Tasikmalaya tahun 2011-2031 terdiri dari
dua jenis, yaitu tanah andosol dan tanah
regosol yang memiliki bahan induk yang
berupa batuan dan material gunungapi yaitu
Gunung Galunggung.
Penggunaan lahan di Kecamatan
Sukaratu cukup bervariasi mulai dari lahan
hutan, kebun/perkebunan, ladang/tegalan,
pemukiman, rumput/tanah kosong dan
pesawahan. Namun, penggunaan lahannya
lebih banyak digunakan untuk lahan
pertanian yaitu pesawahan. Selain itu,
vegetasi penutup lahannya berupa hutan
tropis, rumput, semak, tanaman musiman,
tanaman tahunan dan tanaman campuran.
Berdasarkan data kependudukan
tahun 2013 yang telah diperoleh dari Badan
Pusat Statistik (BPS) Kabupaten
Tasikmalaya dapat diketahui bahwa jumlah
penduduk Kecamatan Sukaratu pada tahun
2012 adalah sebanyak 48.252 jiwa. Dengan
luas wilayah 3.348,66 hektar atau 33,4866
Km2 maka Kecamatan Sukaratu memiliki
kepadatan penduduk 1.441 jiwa/Km2dan
termasuk kategori sangat padat. Jumlah
penduduk Kecamatan Sukaratu terdiri dari
24.022 jiwa laki-laki dan 24.230 jiwa
perempuan. Angka sex rationya sebesar 99.
Artinya setiap 100 jiwa penduduk
perempuan yang ada di Kecamatan Sukaratu
maka terdapat sekitar 99 jiwa penduduk
laki-laki.
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 3, Nomor 1, April 2013 | 9
Isu tentang permasalahan kerusakan
lingkungan pada saat ini semakin sering
terdengar. Hal ini biasanya disebabkan oleh
aktivitas manusia yang tidak bertanggung
jawab terhadap kondisi lingkungan, salah
satunya dalam kegiatan mengeksploitasi
sumberdaya alam secara berlebihan tanpa
memperhatikan kelestarian lingkungan dan
peraturan. Kecamatan Sukaratu merupakan
salah satu wilayah penghasil pasir. Dengan
adanya penambangan pasir telah
mempengaruhi kualitas lingkungannya,
baik lingkungan fisik maupun sosial.
Berdasarkan hasil penelitian ada
empat lokasi penambangan pasir yang
masih beroperasi di Kecamatan Sukaratu.
Namun, hanya dua diantaranya yang
berbentuk perusahaan pertambangan pasir,
sedangkan yang lainnya pertambangan pasir
secara manual yang dilakukan oleh
perseorangan. Perusahaan pertambangan
pasir yang ada di Kecamatan Sukaratu
adalah CV Titian Koswara yang berdiri
sejak tahun 2011 dan CV Putra Mandiri
yang didirikan pada tahun 2003.
Koordinat lokasi pertambangan
manual yang pertama ada di titik
07º17'09"LS dan 108º07'54"BT tepatnya
berada di Kampung Babakan Kondang,
Desa Sinagar dan lokasi pertambangan
manual yang kedua berada di titik koordinat
07º17'20" LS dan 108º08'08" BT tepatnya
terletak di Kampung Cibanjaran, Desa
Sinagar. Sedangkan lokasi pertambangan
pasir CV Titian Koswara berada di titik
koordinat 07º17'12" LS dan 108º07'20" BT
atau terletak di Kampung Batubulu, Desa
Linggajati. Sedangkan untuk koordinat
lokasi pertambangan CV Putra Mandiri
yaitu di titik 07º16'37" LS dan 108º07'22"
BT tepatnya terletak di Kampung Sinagar,
Desa Sinagar.
Luas areal pertambangan pasir CV
Titian Koswara yaitu seluas 2 hektar,
sedangkan CV Putra Mandiri seluas 5
hektar. Status kepemilikan lahan
pertambangan CV Titian Koswara yaitu
sebagian lahan pertambangan berstatus
milik pribadi dan sisa lahan pertambangan
lainnya berstatus milik masyarakat sekitar.
Sedangkan CV Putra Mandiri seluruh status
lahan pertambangannya adalah milik
pribadi. Untuk tanah yang berstatus milik
masyarakat digunakan sistem sewa berupa
sistem sewa kandungan (pasir) per satu kali
penggalian dengan biaya sewa/kontrak Rp
250.000/bata (1 bata = 14,286 m2). Jenis
penggunaan lahan sebelum dijadikan areal
pertambangan berupa area pesawahan
terutama sawah irigasi.
Jarak antara areal pertambangan
dengan pemukiman penduduk sekitar yaitu
kurang lebih 200-500 meter, namun ada
beberapa rumah yang dekat dengan areal
pertambangan yang jaraknya kurang lebih
25 meter. Tidak ada investasi atau bantuan
modal kepada perusahaan. Semua biaya
operasional dan produksi ditanggung
pribadi. Adapun produk tambang yang
dihasilkan oleh perusahaan pertambangan
CV Titian Koswara antara lain pasir cor
berukuran 08, batu split dengan screen
berukuran 1/2, 2/3 dan 3/5 serta abu batu.
Sedangkan CV Putra Mandiri memiliki hasil
produksi antara lain pasir cor ukuran 04, 06
dan 08, batu split dengan screen berukuran
2/3 dan abu batu dengan screen berukuran
3/5.
Volume pasir yang ditambang per
hari sebanyak 200-400 m3. Pasir yang
diangkut per hari berjumlah 40-80 truk
pasir. Tonase muatan pasir per truk
sebanyak 5 m3 atau 9 ton (1 m3 = 1,8 ton).
Waktu dan lama operasional penambangan
pasir dilakukan setiap hari kecuali hari
Jumat selama 22 jam/hari, mulai dari pukul
07.00 sampai pukul 18.00 dan mulai dari
pukul 19.00 sampai pukul 06.00. Hasil
produksi pertambangan didistribusikan
mulai dari pertambangan di Galunggung
kemudian dikirimkan ke Stock Field di
Cikunir, Kabupaten Tasikmalaya untuk
selanjutnya didistribusikan ke berbagai
wilayah di Pulau Jawa, seperti Bandung,
Jakarta, Karawang dan Purwakarta.
Adapun sistem penambangan yang
dilakukan ada dua, yaitu secara manual dan
mekanis/teknis. Peralatan pertambangan
10 | Norma Anggraini, dkk.
Pengaruh Penambangan Pasir Terhadap Kualitas Lingkungan di Kecamatan Sukaratu Kabupaten
Tasikmalaya
secara manual antara lain sekop pasir dan
ayakan/geong sedangkan peralatan
pertambangan yang digunakan untuk
pertambangan secara mekanis/teknis antara
lain excavator/beco untuk penggalian,
pencucian dan pemuatan pasir, sandwasher
untuk penyaringan pasir, stoneclasser untuk
penggilingan atau pemotongan dan
pemilahan batuan serta dumptruk/coltdiesel
untuk pengangkutan atau distribusi
pasir/batuan. Alat berat yang dioperasikan
setiap harinya ada satu sampai dua unit
excavator/beco dan 18 unit dumptruk/
coltdiesel. Air pencucian pasir yang
digunakan berasal dari Sungai Cibanjaran
dan Sungai Cikunir.
Pekerja di pertambangan berjumlah
26 orang yang berasal dari Desa Linggajati
dan Desa Sinagar. Rata-rata usia pekerja di
pertambangan sekitar 25-50 tahun. Rata-rata
pendidikan terakhir pekerja pertambangan
adalah SMP dan SMA tetapi adapula S1.
Rata-rata mata pencaharian pekerja sebelum
bekerja di pertambangan adalah masih
pekerja di sektor pertambangan di tempat
lain. Jenis pekerjaan di perusahaan
pertambangan antara lain bagian
personalia/keuangan, operator beco,
kondektur beco, mandor, supir dumptruk
coltdiesel, mekanik dan pekerja lingkungan
atau bagian penanganan limbah serta
security. Upah pekerja tambang Rp
75.000/hari. Pihak perusahaan memberikan
program kesejahteraan yang dikelola
personalia/keuangan bagi pekerja
pertambangan misalnya untuk dana untuk
pengobatan pekerja tambang yang sakit.
Kontribusi perusahaan untuk
masyarakat dan daerah antara lain pajak,
uang portal untuk desa, membuka lapangan
kerja, mengurangi angka pengangguran,
meningkatkan kondisi perekonomian dan
pembangunan daerah seperti pembangunan
sarana umum dan sarana keagamaan antara
lain mesjid, madrasah, pondok pesantren,
sekolah, perbaikan jalan dan pembuatan
saluran irigasi. Selain itu ada pula dana
santunan untuk jompo dan yatim piatu serta
khinatan massal.
Pihak perusahaan memberikan CSR
(Corporate Social Responsibility) kepada
masyarakat setiap 3 bulan sekali (triwulan)
dengan melakukan penggalangan dana
melalui suatu perkumpulan para pengusaha
pasir Galunggung yang tergabung dalam
organisasi bernama Putra Galunggung
Bersatu yang telah diresmikan/dinotaris di
Desa Linggajati pada bulan Maret 2014.
Bentuk CSR yang diberikan berupa
sejumlah uang dan barang berupa bahan-
bahan untuk bangunan seperti pasir dan
batu. Dana CSR diambil dari persentase
penghasilan perusahaan pertambangan
sebesar 10% setiap 3 bulan atau jika
dijumlahkan sebesar 30% per tahun.
Pemberian CSR dilakukan secara kontinu
atau berkala sebanyak 3 kali dalam setahun
dan dilaksanakan setiap 3 bulan sekali yaitu
pada bulan April, Juli dan Oktober. Selain
CSR, pihak perusahaan juga harus
membayar pajak. Besaran pajak yang harus
dibayar perusahaan kepada pemerintah
daerah sebesar Rp 3.500/ton. Perusahaan
pertambangan CV Titian Koswara
membayar pajak Rp 2.000.000/bulan.
Sedangkan CV Putra Mandiri membayar
pajak Rp 5.000.000/bulan.
Beberapa usaha yang dilakukan oleh
perusahaan pasca tambang yaitu reklamasi
lahan bekas tambang, menyaring limbah
cair, memperbaiki jalan. Usaha yang
dilakukan untuk mengatasi lahan bekas
tambang yaitu dengan cara lahan bekas
tambang diberi lumpur dan pupuk untuk
selanjutnya ditanami dengan vegetasi.
Usaha yang dilakukan untuk mengatasi
limbah cair pertambangan pasir dengan
menyaring atau mengendapkan limbah cair
sebelum dibuang ke badan perairan umum
(sungai) pada kolam penampungan limbah
(kotak limbah) untuk mengendapkan
lumpur bekas pencucian pasir yang
terkandung pada limbah cair. Perusahaan
pertambangan pasir hanya menggunakan
satu sampai dua kotak limbah, padahal
seharusnya menggunakan tiga kotak limbah
sehingga limbah cair yang dibuang ke
sungai lebih jernih.
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 3, Nomor 1, April 2013 | 11
Usaha yang dilakukan untuk
mengatasi kerusakan fasilitas jalan adalah
dengan meratakan jalan terlebih dahulu
untuk kemudian dilakukan pengurugan
jalan dengan menggunakan pasir dan batu.
Kegiatan penambangan pasir yang
dilakukan tentunya memberikan dampak
kepada masyarakat, baik itu dampak positif
maupun dampak negatif. Dampak positif
pertambangan bagi masyarakat antara lain
dapat menyerap tenaga kerja dari
masyarakat sekitar sehingga dapat
mengurangi pengangguran, meningkatkan
perekonomian dan pembangunan daerah.
Sedangkan dampak negatif pertambangan
bagi masyarakat antara lain erosi oleh
pembukaan lahan pertambangan, kerusakan
lahan oleh penggalian pasir, pencemaran air
oleh limbah cair hasil pencucian pasir,
pencemaran udara oleh debu karena jalan
dilalui truk pasir, polusi suara (bising) oleh
kendaraan pengangkut pasir dan kerusakan
fasilitas jalan.
Pernah ada keluhan dari masyarakat
mengenai pengoperasian pertambangan
sebanyak lebih dari tiga kali. Oleh karena itu
diadakan pengawasan kegiatan
penambangan yang dilakukan oleh pihak
pemerintah setempat dan dinas-dinas terkait
seperti Dinas Pertambangan dan Energi
setiap sebulan sekali, Kantor Lingkungan
Hidup (KLH) setiap dua minggu sekali,
BPSDA sebulan sekali dan Tim Limbah
yang beranggotakan koramil tiap desa setiap
seminggu sekali dan LSM setiap sebulan
sekali.
Untuk mengetahui pengaruh
kegiatan penambangan pasir terhadap
kuaitas lingkungan fisik di Kecamatan
Sukaratu perhatikan proses penghitungan
nilai IKLH berikut ini. Untuk mengetahui
nilai IKLH dimulai dengan penghitungan
nilai IPA adalah sebagai berikut.
𝐼𝑃𝐴 = 100 − (∑ 𝑛𝑃𝐼𝑗>1
∑ 𝑛𝑃𝐼𝑗𝑥100)
𝐼𝑃𝐴 = 100 − (1
5𝑥100)
𝐼𝑃𝐴 = 100 − 20
𝐼𝑃𝐴 = 80
Jadi, dari hasil penghitungan diatas
telah diperoleh nilai indeks pencemaran air
sungai (IPA) sebesar 80. Selanjutnya adalah
penghitungan nilai IPU yang dimulai
dengan menghitung nilai IPNO2 dan IPSO2
berikut ini. IPNO2 = {−0,2×(0,177×KonsentrasiNO2)}
+ 100
IPNO2 = {−0,2×(0,177×19,19)} + 100
IPNO2 = {−0,2×3,39663} + 100
IPNO2 = −0,679326 + 100
IPNO2 = 99,320674
Setelah diperoleh nilai IPNO2 maka
yang kedua adalah penghitungan nilai IPSO2
sebagai berikut. IPSO2 = {−0,2×(0,625×KonsentrasiSO2)}
+ 100
IPSO2 = {−0,2×(0,625×0,74} + 100
IPSO2 = {−0,2×0,4625} + 100
IPSO2 = −0,0925 + 100
IPSO2 = 99,9075
Dari hasil penghitungan diatas telah
diperoleh nilai IPNO2 dan IPSO2 maka yang
selanjutnya adalah penghitungan nilai IPU
sebagai berikut.
IPU =IPNO2 + IPSO2
2
IPU =99,320674 + 99,9075
2
IPU =199,228174
2
IPU = 99,614087 dibulatkan 99,61 Dari penghitungan diatas diperoleh
nilai IPU sebesar 99,61. Selanjutnya adalah
menghitung nilai ITH sebagai berikut.
ITH =LHP + LHS
LKH 𝑥 100
ITH =1201,7 + 10
1.443,85 𝑥 100
ITH =1.211,7
1.443,85 𝑥 100
ITH =121.170
1.443,85
ITH = 83,921 dibulatkan 83,92
Dari hasil penghitungan diatas maka
diperoleh nilai indeks tutupan hutan (ITH)
dari wilayah Kecamatan Sukaratu sebesar
83,92.
Jika dilihat secara keseluruhan maka
diperoleh hasil yaitu nilai indeks
pencemaran air sungai (IPA) adalah 80.
12 | Norma Anggraini, dkk.
Pengaruh Penambangan Pasir Terhadap Kualitas Lingkungan di Kecamatan Sukaratu Kabupaten
Tasikmalaya
Sedangkan nilai indeks pencemaran udara
(IPU) sebesar 99,61. Untuk nilai indeks
tutupan hutan (ITH) yaitu 83,92. Setelah
diperoleh semua nilai indikator kualitas
lingkungan fisik tersebut, maka untuk
mengetahui bagaimana pengaruh dari
kegiatan penambangan pasir terhadap
kuaitas lingkungan fisik perlu dilakukan
penghitungan nilai indeks kualitas
lingkungan hidup (IKLH) sebagai berikut.
IKLH =IPA + IPU + ITH
3
IKLH =80 + 99,61 + 83,92
3
IKLH =262,67
3
IKLH = 87,8434 dibulatkan 87,84 Dari hasil penghitungan diatas telah
diperoleh nilai IKLH sebesar 87,84. Agar
lebih mudah diketahui artinya, maka dibuat
penentuan kriteria dari nilai IKLH yang
diperoleh. Penentuan kriteria kualitas
lingkungan fisik berdasarkan nilai IKLH
dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Kriteria Kualitas Lingungan Fisik
Berdasarkan tabel 3 tentang kriteria
kualitas lingkungan fisik maka dapat
diketahui bahwa kualitas lingkungan fisik
dibagi kedalam tiga kriteria, yaitu kualitas
lingkungan fisik rendah, sedang dan tinggi.
Dengan nilai IKLH yang telah diperoleh
dari hasil penghitungan yaitu sebesar 87,84
berarti hal ini menunjukkan bahwa tingkat
kualitas lingkungan fisik di Kecamatan
Sukaratu adalah baik.
Setelah diketahui bagaimana
pengaruh penambangan pasir terhadap
kualitas lingkungan fisik maka tahap
selanjutnya adalah pembahasan mengenai
bagaimana pengaruh penambangan pasir
terhadap kualitas lingkungan sosial di
Kecamatan Sukaratu.
Kegiatan penambangan pasir di
Kecamatan Sukaratu ini telah menuai kontra
dan ketidaksetujuan dari masyarakat sekitar.
Konflik terkait permasalahan penambangan
pasir yang terjadi di Kecamatan Sukaratu
dipicu oleh kondisi lingkungan fisik yang
tidak nyaman. Ketidaknyamanan ini
dirasakan cukup lama sehingga masyarakat
melakukan demo berkali-kali di lokasi
penambangan pasir dan di depan kantor
pemerintahan Kabupaten Tasikmalaya.
Masyarakat menuntut agar penambangan
pasir Galunggung segera ditutup. Selain itu,
saat ini ada beberapa spanduk yang berisi
permohonan masyarakat terkait penutupan
penambangan pasir ini yang dipasang ruas-
ruas jalan terutama di ruas-ruas jalan Desa
Tawangbanteng.
Desa Tawangbanteng terletak di
daerah hilir sungai Cikunir dan sungai
Cibanjaran. Kedua sungai tersebut
merupakan sungai tempat pembuangan
limbah cair hasil pencucian pasir. Oleh
karena itu, kualitas air sungai yang mengalir
ke wilayah Desa Tawangbanteng dan
mengairi pesawahan dan kolam-kolam ikan
milik masyarakat setempat menjadi keruh
karena mengandung lumpur. Dengan
kualitas air yang seperti itu mengakibatkan
produktivitas panen menurun dan terjadi
pendangkalan. Selain itu, sebelum tahun
2014 kondisi jalan di Desa Tawangbanteng
rusak parah, penuh lubang, ketika musim
kemarau penuh debu dan ketika musim
penghujan datang kondisi jalan menjadi
seperti kolam-kolam kecil. Hal ini terjadi
karena banyaknya kendaran truk
pengangkut pasir dengan muatan sangat
berat yang melintas dan menimbulkan
kebisingan.
Untuk mengetahui tingkat kualitas
lingkungan sosial di Kecamatan Sukaratu,
dalam penelitian ini digunakan enam
indikator yaitu kenyamanan, ketentraman,
lapangan kerja, pendidikan, pendapatan dan
kesehatan. Skor kualitas lingkungan sosial
responden hasil penelitian dapat dilihat pada
tabel 4 dan tabel 5 berikut ini.
Tabel 4.23 Kriteria Kualitas Lingkungan Fisik
No Nilai IKLH Kriteria
1 0-33 Kualitas Lingkungan Fisik Rendah
2 34-67 Kualitas Lingkungan Fisik Sedang
3 68-100 Kualitas Lingkungan Fisik Baik
Sumber: Hasil Analisis, 2014
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 3, Nomor 1, April 2013 | 13
Tabel 4. Skor Setiap Indikator
Kualitas Lingkungan Sosial
Tabel 5. Jumlah Skor dan Kriteria Kualitas
Lingkungan Sosial
Dari tabel 4 dan tabel 5 dapat
diketahui bahwa jumlah skor kualitas
lingkungan untuk wilayah yang jaraknya
dekat dari pertambangan yaitu 1.462, jarak
sedang 1.499 dan jarak jauh 4.055. Dengan
jumlah skor tersebut diperoleh hasil bahwa
kualitas lingkungan sosial untuk wilayah
baik yang jaraknya dekat, sedang maupun
jauh dari pertambangan pasir di wilayah
Kecamatan Sukaratu adalah sedang.
Berdasarkan pemaparan diatas dapat
diketahui bahwa kegiatan penambangan
pasir di Kecamatan Sukaratu lebih
berpengaruh terhadap kualitas lingkungan
sosial masyarakat. Karena berdasarkan data
hasil penelitian menunjukkan bahwa
kualitas lingkungan fisik Kecamatan
Sukaratu masih tergolong baik, sedangkan
kualitas lingkungan sosialnya tergolong
sedang.
KESIMPULAN
Kegiatan penambangan pasir di
Kecamatan Sukaratu yang berlangsung
selama kurang lebih 30 tahun telah
memberikan pengaruh terhadap kualitas
lingkungan fisik sekitarnya. Dilihat dari
kualitas air sungai, ada dua sungai yang
telah tercemar oleh limbah cair sisa
pencucian pasir yaitu sungai Cibanjaran dan
sungai Cikunir. Sedangkan untuk kualitas
udara masih normal dengan rata-rata
konsentrasi dari NO2 19,19 ppb dan
konsentrasi dari SO2 adalah 0,74 ppb.
Untuk tutupan hutan diketahui bahwa luas
hutan primer di wilayah Kecamatan
Sukaratu adalah 1.201,7 hektar, luas hutan
sekundernya 10 hektar dan luas kawasan
hutan secara keseluruhan yaitu 1.443,85
hektar. Dari hasil penghitungan diperoleh
kualitas lingkungan fisik setiap indikator
yaitu nilai indeks pencemaran air sungai
(IPA) adalah 80, nilai indeks pencemaran
udara (IPU) sebesar 99,61 dan nilai indeks
tutupan hutan (ITH) yaitu 83,92. Adapun
nilai IKLH (indeks kualitas lingkungan
hidup) yang telah diperoleh dari hasil
penghitungan yaitu sebesar 87,84. Hal ini
menunjukkan bahwa penambangan pasir
telah mempengaruhi penurunan kualitas
lingkungan fisik, tetapi tidak signifikan,
karena tingkat kualitas lingkungan fisik di
Kecamatan Sukaratu masih tergolong baik.
Selain dapat berpengaruh terhadap
kualitas lingkungan fisik, aktivitas dari
penambangan pasir juga mempengaruhi
kualitas lingkungan sosial di Kecamatan
Sukaratu. Hal ini dapat dilihat dari masih
rendahnya kenyamanan, ketentraman,
ketersediaan lapangan kerja, keleluasaan
pendidikan, tingkat pendapatan dan tingkat
kesehatan masyarakat setempat. Kegiatan
penambangan pasir telah menimbulkan
konflik dengan masyarakat. Hal ini
dikarenakan terjadinya penurunan kondisi
lingkungan fisik seperti air sungai yang
menjadi keruh karena mengandung lumpur
sehingga merugikan pertanian dan
perikanan. Terjadi kerusakan jalan karena
tonase muatan pasir yang diangkut cukup
besar. Suasana bising dan kondisi udara
yang gersang berdebu karena pengaruh
aktivitas truk pengangkut pasir dan lain-
lain. Banyak dari masyarakat yang
melakukan aksi protes terhadap pihak
Tabel 4.84 Skor Kualitas Lingkungan Sosial Responden
Berdasarkan Jarak dari Pertambangan
No Indikator Variabel
Kualitas Lingkungan Sosial
Skor Untuk Jarak
Total
Skor Dekat
(<500 m)
Sedang
(500 m - 1
Km)
Jauh
(>1 Km)
1 Identitas responden 0 0 0 0
2 Kenyamanan 464 490 1.398 2.352
3 Ketentraman 223 219 337 779
4 Lapangan kerja 182 191 563 936
5 Pendidikan 160 150 500 810
6 Pendapatan 134 166 471 771
7 Kesehatan 299 283 786 1.368
Jumlah Skor Tiap Jarak 1.462 1.499 4.055 7.016
Sumber: Hasil Analisis, 2014
Tabel 4.85 Hasil Penghitungan Skor Kualitas Lingkungan Sosial dan Kriterianya
No Jarak dari Pertambangan Skor Kriteria
1 Dekat (<500 m) 1.462 Kualitas Lingkungan Sosial Sedang
2 Sedang (500 m – 1 Km) 1.499 Kualitas Lingkungan Sosial Sedang
3 Jauh (>1 Km) 4.055 Kualitas Lingkungan Sosial Sedang
Jumlah Skor 7.016 Kualitas Lingkungan Sosial Sedang
Sumber: Hasil Analisis, 2014
14 | Norma Anggraini, dkk.
Pengaruh Penambangan Pasir Terhadap Kualitas Lingkungan di Kecamatan Sukaratu Kabupaten
Tasikmalaya
pengusaha pertambangan dan pihak-pihak
yang berwenang seperti pemerintah daerah
dan Dinas Pertambangan dan Energi.
Bentuk protes masyarakat dilakukan mulai
dari memasang spanduk hingga melakukan
aksi demo. Dari hasil penghitungan
diperoleh skor kualitas lingkungan sosial
untuk wilayah yang jaraknya dekat dari
pertambangan yaitu 1.462, jarak sedang
1.499 dan jarak jauh 4.055. Dengan jumlah
skor tersebut diperoleh hasil bahwa kualitas
lingkungan sosial baik untuk wilayah yang
jaraknya dekat, sedang maupun jauh dari
pertambangan pasir di wilayah Kecamatan
Sukaratu adalah sedang.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. (2010). Tambang Pasir.
Harian Pikiran Rakyat, 6 April.
tanpa halaman. [Online]. Tersedia
di:http://www.tekmira.esdm.go.id/c
urrentissues/?p=2774. [Diakses 15
Februari 2013].
Badan Pusat Statistik Kabupaten
Tasikmalaya. (2013). Kecamatan
Sukaratu Dalam Angka Tahun 2013.
Tasikmalaya: BPS Kabupaten
Tasikmalaya.
Bintarto, R. & Hadisumarno, S. (1979).
Metode Analisa Geografi. Jakarta:
LP3ES.
Budiyanto. (2013). Pengertian dan
Karakteristik Kualitas Lingkungan
Hidup. [Online]. Tersedia di:
http://budisma.web.id/materi/sma/g
eografi/pengertian-dan-karateristik-
kualitas-lingkungan-hidup/.
[Diakses 6 Maret 2013].
Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air dan
Pertambangan. (2006). Teknik
Penambangan. Cianjur: Dinas
Pengelolaan Sumber Daya Air dan
Pertambangan.
Fhasya, M.A. (2010). Valuasi Ekonomi
Dampak Lingkungan Akibat
Pertambangan Pasir Kecamatan
Sukalarang Kabupaten Sukabumi.
(Skripsi). Jurusan Pendidikan
Geografi Fakultas Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial, Universitas
Pendidikan Indonesia.
Gevita. (2009). Manajemen Pemasaran
Strategik CV Putra Mandiri.
[Online]. Tersedia di:
http://mrstetelepta.blogspot.com/20
09/07/cv-putra-mandiri.html.
[Diakses 21 Januari 2014].
Irwan, Z.D. (2010). Prinsip-Prinsip Ekologi
Ekosistem, Lingkungan dan
Pelestariannya. Jakarta: Bumi
Aksara.
Kementrian Lingkungan Hidup. (2011).
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup
Indonesia Tahun 2010. Jakarta:
Kementrian Lingkungan Hidup.
Madu. (2009). Profil Kabupaten
Tasikmalaya. [Online]. Tersedia di:
http://aa-
tasikmalaya.blogspot.com/2009/12/
profil-kabupaten-tasikmalaya
5977.html. [Diakses 5 Maret 2013].
Peraturan Daerah Kabupaten Tasikmalaya
Nomor 2 Tahun 2012 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Tasikmalaya Tahun
2011-2031. [Online]. Tersedia di:
http://www.pu.go.id/uploads/servic
es/infopublik20130204150852.pdf.
[Diakses15 Februari 2013].
Soerjani, M., Ahmad, R., & Munir, R.
(Penyunting), (1987), Lingkungan:
Sumberdaya Alam dan
Kependudukan dalam
Pembangunan. Jakarta: UI Press.
Wahyu. (2011). Eksplorasi dan Eksploitasi
Pasir Gunung Galunggung.
[Online]. Tersedia di:
http://wahyu0711.blogspot.com/20
11/07/eksplorasi-dan-eksploitasi-
pasir-gunung.html. [Diakses 5
Maret 2013].