pengaruh penambangan pasir terhadap kualitas lingkungan …

14
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 3, Nomor 1, April 2013 | 1 PENGARUH PENAMBANGAN PASIR TERHADAP KUALITAS LINGKUNGAN DI KECAMATAN SUKARATU KABUPATEN TASIKMALAYA N. Anggraini 1 , Darsihardjo 2 , Y. Malik 3 Departemen Pendidikan Geografi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia [email protected] , [email protected] , [email protected] ABSTRAK Keberadaan sumberdaya alam sifatnya terbatas, sehingga semakin sulit untuk didapatkan. Hal ini dikarenakan jumlah manusia yang semakin meningkat. Untuk memenuhi kebutuhannya manusia seringkali mengeksploitasi sumberdaya alam yang ada secara berlebihan. Hal ini dapat menimbulkan penurunan kualitas lingkungan. Kabupaten Tasikmalaya kaya akan sumberdaya alam terutama bahan tambang, karena memiliki 39 jenis bahan tambang yang telah diidentifikasikan. Salah satu sektor pertambangan yang potensial di Kabupaten Tasikmalaya adalah material pasir Gunung Galunggung yang ada di Kecamatan Sukaratu. Namun, saat ini muncul permasalahan lingkungan yang diakibatkan penambangan pasir yang menimbulkan konflik antara masyarakat sekitar lokasi penambangan yang merasa dirugikan dengan para pengusaha pertambangan pasir. Sehingga, ada tuntutan masyarakat terhadap pemerintah agar menutup pertambangan pasir dikarenakan kegiatan penambangan pasir yang dilakukan belum memperhatikan kelestarian lingkungan. Oleh sebab itu, penulis mengadakan penelitian untuk mengetahui tentang pengaruh penambangan pasir terhadap kualitas lingkungan di Kecamatan Sukaratu dengan tujuan untuk menganalisis pengaruh penambangan pasir terhadap kualitas lingkungan fisik dan sosial di Kecamatan Sukaratu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode survei deskriptif dengan pendekatan kelingkungan. Populasi penelitian ini terdiri dari populasi wilayah yang meliputi seluruh wilayah Kecamatan Sukaratu dan populasi manusia yang meliputi seluruh masyarakat di Kecamatan Sukaratu yang berjumlah 48.252 jiwa. Sedangkan sampel wilayah penelitian ini adalah seluruh wilayah desa yang terkena pengaruh dari kegiatan penambangan pasir yaitu Desa Linggajati, Desa Sinagar dan Desa Tawangbanteng. Sampel manusia dalam penelitian ini ialah masyarakat yang ada di wilayah sekitar lokasi penambangan yaitu di Desa Linggajati, Desa Sinagar dan Desa Tawangbanteng yang berjumlah 81 responden. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi lapangan, wawancara, penyebaran angket, analisis laboratorium, studi literatur dan dokumentasi. Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik persentase dan analisis Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH). Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai IKLH yang telah diperoleh dari penghitungan yaitu sebesar 87,84 yang berarti kualitas lingkungan fisik di Kecamatan Sukaratu masih tergolong baik. Sedangkan hasil penghitungan menunjukkan bahwa kualitas lingkungan sosial di wilayah Kecamatan Sukaratu adalah sedang. Dengan demikian, melalui penelitian ini diharapkan semua pihak dapat mengatasi permasalahan lingkungan sosial akibat penambangan. Kata Kunci : Penambangan Pasir, Kualitas Lingkungan

Upload: others

Post on 22-Feb-2022

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Antologi Pendidikan Geografi, Volume 3, Nomor 1, April 2013 | 1

PENGARUH PENAMBANGAN PASIR TERHADAP KUALITAS LINGKUNGAN DI KECAMATAN SUKARATU

KABUPATEN TASIKMALAYA

N. Anggraini1, Darsihardjo2, Y. Malik3

Departemen Pendidikan Geografi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas

Pendidikan Indonesia

[email protected] , [email protected] , [email protected]

ABSTRAK

Keberadaan sumberdaya alam sifatnya terbatas, sehingga semakin sulit untuk

didapatkan. Hal ini dikarenakan jumlah manusia yang semakin meningkat. Untuk memenuhi

kebutuhannya manusia seringkali mengeksploitasi sumberdaya alam yang ada secara

berlebihan. Hal ini dapat menimbulkan penurunan kualitas lingkungan. Kabupaten

Tasikmalaya kaya akan sumberdaya alam terutama bahan tambang, karena memiliki 39 jenis

bahan tambang yang telah diidentifikasikan. Salah satu sektor pertambangan yang potensial di

Kabupaten Tasikmalaya adalah material pasir Gunung Galunggung yang ada di Kecamatan

Sukaratu. Namun, saat ini muncul permasalahan lingkungan yang diakibatkan penambangan

pasir yang menimbulkan konflik antara masyarakat sekitar lokasi penambangan yang merasa

dirugikan dengan para pengusaha pertambangan pasir. Sehingga, ada tuntutan masyarakat

terhadap pemerintah agar menutup pertambangan pasir dikarenakan kegiatan penambangan

pasir yang dilakukan belum memperhatikan kelestarian lingkungan. Oleh sebab itu, penulis

mengadakan penelitian untuk mengetahui tentang pengaruh penambangan pasir terhadap

kualitas lingkungan di Kecamatan Sukaratu dengan tujuan untuk menganalisis pengaruh

penambangan pasir terhadap kualitas lingkungan fisik dan sosial di Kecamatan Sukaratu.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode survei deskriptif dengan pendekatan

kelingkungan. Populasi penelitian ini terdiri dari populasi wilayah yang meliputi seluruh

wilayah Kecamatan Sukaratu dan populasi manusia yang meliputi seluruh masyarakat di

Kecamatan Sukaratu yang berjumlah 48.252 jiwa. Sedangkan sampel wilayah penelitian ini

adalah seluruh wilayah desa yang terkena pengaruh dari kegiatan penambangan pasir yaitu

Desa Linggajati, Desa Sinagar dan Desa Tawangbanteng. Sampel manusia dalam penelitian ini

ialah masyarakat yang ada di wilayah sekitar lokasi penambangan yaitu di Desa Linggajati,

Desa Sinagar dan Desa Tawangbanteng yang berjumlah 81 responden. Teknik pengumpulan

data dilakukan melalui observasi lapangan, wawancara, penyebaran angket, analisis

laboratorium, studi literatur dan dokumentasi. Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah

dan dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik persentase dan analisis Indeks

Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH). Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai IKLH yang

telah diperoleh dari penghitungan yaitu sebesar 87,84 yang berarti kualitas lingkungan fisik di

Kecamatan Sukaratu masih tergolong baik. Sedangkan hasil penghitungan menunjukkan

bahwa kualitas lingkungan sosial di wilayah Kecamatan Sukaratu adalah sedang. Dengan

demikian, melalui penelitian ini diharapkan semua pihak dapat mengatasi permasalahan

lingkungan sosial akibat penambangan.

Kata Kunci : Penambangan Pasir, Kualitas Lingkungan

2 | Norma Anggraini, dkk.

Pengaruh Penambangan Pasir Terhadap Kualitas Lingkungan di Kecamatan Sukaratu Kabupaten

Tasikmalaya

THE INFLUENCE OF SAND MINING AGAINST THE ENVIRONMENTAL QUALITY

IN SUKARATU SUB-DISTRICT TASIKMALAYA DISTRICT

ABSTRACT

The existence of natural resources are limited, making it increasingly difficult to obtain.

This is because an increasing number of people. To meet their needs man often exploit the

natural resources which there is excess. This can lead to environmental degradation.

Tasikmalaya District is rich in natural resources, especially mine, since it has 39 types of mines

that have been identified. One of the potential mining sector in Tasikmalaya District is a

material sand of Galunggung Mount in Sukaratu Sub-district. However, today's emerging

environmental problems caused by sand mining caused conflict between the communities

surrounding the mine site that feel harmed by sand mining entrepreneurs. So, there are the

demands of the community against the government to shut down the sand mining because the

activity of sand mining done has not been paying attention to environmental sustainability.

Therefore, the authors conducted research to find out about the influence of sand mining

against environmental quality in Sukaratu Sub-district with the aim to analyze the inlfuence of

sand mining against the quality of physical and social environments in Sukaratu Sub-district.

The method used in this research is a descriptive survey method with an environmental

approach. The population of this research consists of the population of the area which covers

the whole Sub-district Sukaratu and human population which includes all communities in the

Sukaratu Sub-district which consisted of 48.252 inhabitants. While samples area this research

is the whole area of the villages affected by the influence of sand mining activities namely

Linggajati Village, Sinagar Village and Tawangbanteng Village. A sample of human beings in

this research is the people that existed in the area around the mine site namely Linggajati

Village, Sinagar Village and Tawangbanteng Village which consisted of 81 respondents. The

technique of data collection was done through field observations, interviews, questionnaire,

laboratory analysis, the study of literature and documentation. The data have been collected

is then processed and analyzed by descriptive using the percentage and the analysis of

Environmental Quality Index (IKLH). The results showed that the value of IKLH which have

been obtained from the calculation is equal to 87,84 which means the quality of the physical

environment in Sukaratu Sub-district still quite good. While the results of the calculation shows

that the quality of the social environment in the territory of Sukaratu Sub-district is moderate.

Thus, through this research expected that all parties can overcome the social environmental

problems caused by mining.

Keywords: Sand Mining, Environmental Quality

Antologi Pendidikan Geografi, Volume 3, Nomor 1, April 2013 | 3

PENDAHULUAN

Sumberdaya alam merupakan segala

sesuatu baik yang berada di dalam maupun

diluar permukaan bumi yang terbentuk

secara alami dan menjadi bernilai apabila

dimanfaatkan atau diolah dengan baik oleh

manusia. Oleh karena itu, seringkali

manusia mengeksploitasi sumberdaya alam

yang sifatnya terbatas secara berlebihan.

Hal ini dapat mengakibatkan munculnya

berbagai permasalahan lingkungan dan

terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

Setiap wilayah di muka bumi

memiliki potensi sumberdaya alam yang

berbeda-beda. Indonesia merupakan salah

satu negara di dunia yang kaya akan

sumberdaya alam, baik sumberdaya alam

hayati maupun non hayati. Hal ini menjadi

salah satu keunggulan yang dapat

menunjang proses pembangunan nasional

apabila sumberdaya alam yang ada

dimanfaatkan secara optimal.

Kabupaten Tasikmalaya merupakan

salah satu wilayah di Provinsi Jawa Barat

yang memiliki potensi tanah yang subur dan

melimpahnya bahan material bangunan

seperti pasir dan bebatuan. Sektor

pertambangan merupakan salah satu

tumpuan perekonomian di Kabupaten

Tasikmalaya selain pertanian, peternakan,

dan perikanan. Hal ini dikarenakan potensi

sektor pertambangan di Kabupaten

Tasikmalaya cukup melimpah diantaranya

terdapat 39 jenis bahan tambang yang telah

diidentifikasikan (Madu, 2009). Salah satu

sektor pertambangan yang potensial di

Kabupaten Tasikmalaya adalah material

pasir Gunung Galunggung di Kecamatan

Sukaratu yang memiliki kualitas cukup baik

untuk digunakan sebagai bahan material

bangunan dan konstruksi jalan.

Penambangan pasir di Kecamatan

Sukaratu sudah dimulai sejak tahun 1984,

yakni dua tahun setelah meletusnya Gunung

Galunggung yang terakhir yaitu pada

tanggal 5 Mei 1982. Pada periode pasca

letusan (yaitu sekitar tahun 1984-1990)

merupakan masa awal dilakukannya

penambangan pasir (Wahyu, 2011) dan

terus berlanjut sampai saat ini (2014).

Pasir yang dihasilkan di Kecamatan

Sukaratu ini merupakan pasir yang

berkualitas baik. Sebagaimana yang telah

dikemukakan oleh Gevita (2009) bahwa

pasir Galunggung ini berdasarkan hasil uji

laboratorium baik digunakan sebagai bahan

campuran dalam pengecoran, pengaspalan,

bangunan dan media untuk tumbuh rumput

lapangan golf.

Jika dilihat dari ukuran butirannya,

jenis pasir yang ditambang di Kecamatan

Sukaratu ini dibagi menjadi tiga jenis, yaitu

jenis pasir 02 (hasil saringan ukuran 2 mm),

04 (hasil saringan ukuran 4 mm) dan 08

(hasil saringan ukuran 8 mm). Proses

penambangan pasir yang dilakukan para

pengusaha penambangan cukup bervariasi,

mulai dari cara yang masih tradisional

sampai menggunakan teknologi modern

dengan modal yang besar membuka lahan-

lahan tambang baru. Biasanya lahan-lahan

penambangan baru tersebut diperoleh

dengan melakukan sistem sewa/kontrak

kandungan dan sistem bagi hasil dengan

masyarakat sekitar.

Berdasarkan data dari Dinas

Pertambangan dan Energi Kabupaten

Tasikmalaya (dalam Anonymous, 2010)

penambangan pasir di Kecamatan Sukaratu

telah mengalami peningkatan produksi

setiap tahunnya. Untuk lebih jelasnya

mengenai produksi pasir di Kecamatan

Sukaratu dapat dilihat pada tabel 1 berikut.

Tabel 1. Jumlah Penambang dan

Produksi Pasir di Kecamatan Sukaratu

Tahun 2006 sampai Tahun 2009

Berdasarkan data yang tercantum

dalam tabel 1 dapat diketahui bahwa

produksi pasir di Kecamatan Sukaratu

Tabel 1.1 Jumlah Penambang dan Produksi Pasir di Kecamatan Sukaratu

dari Tahun 2006 sampai Tahun 2009

No Tahun Jumlah Penambang Produksi (Ton)

1 2006 11 19.909

2 2007 11 28.854

3 2008 7 38.207

4 2009 11 127.662

Sumber: http://www.tekmira.esdm.go.id/currentissues/?p=2774, 2012

4 | Norma Anggraini, dkk.

Pengaruh Penambangan Pasir Terhadap Kualitas Lingkungan di Kecamatan Sukaratu Kabupaten

Tasikmalaya

semakin bertambah setiap tahunnya. Hal ini

menunjukkan adanya peningkatan

penambangan pasir, terutama pada tahun

2009 yang produksi pasirnya meningkat

menjadi 127.662 ton. Jika dibandingkan

dengan tahun 2006 yang produksi pasirnya

hanya 19.909 ton, maka dalam kurun waktu

tiga tahun (2006-2009) produksi pasirnya

sudah berkembang menjadi sekitar 6,4

kalilipat.

Penambangan pasir di Kecamatan

Sukaratu menimbulkan berbagai dampak,

baik positif maupun negatif. Salah satu

dampak positif dari penambangan pasir di

Kecamatan Sukaratu yaitu memicu

pertumbuhan industri hilir, seperti

pembuatan conblock dan pavingblock.

Sedangkan dampak negatif penambangan

pasir antara lain kerusakan lahan,

pencemaran air dan pencemaran udara serta

suara juga kerusakan fasilitas jalan.

Selain itu, masih ada beberapa

perusahaan yang melakukan penambangan

pasir secara ilegal. Pelanggaran lainnya,

perusahaan tersebut menambang di luar

batas wilayah penambangan yang

ditentukan. Masalah-masalah lingkungan

yang diakibatkan penambangan pasir

akhirnya menimbulkan konflik antara

masyarakat sekitar lokasi penambangan

yang merasa dirugikan dengan para

pengusaha penambangan pasir. Sehingga,

masyarakat menuntut pemerintah untuk

menutup tambang pasir yang ada. Karena,

kegiatan penambangan yang dilakukan oleh

para pengusaha pertambangan belum

memperhatikan kelestarian lingkungan.

Berdasarkan Peraturan Daerah

Kabupaten Tasikmalaya Nomor 2 Tahun

2012 pasal 30 ayat (2) tentang RTRW

Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2011-2031,

Kecamatan Sukaratu termasuk kedalam

kawasan hutan lindung yaitu kawasan hutan

yang berfungsi lindung dan berada pada

Kesatuan Pemangku Hutan (KPH)

Kabupaten Tasikmalaya. Selain itu, masih

dalam peraturan yang sama dikatakan

bahwa Kecamatan Sukaratu juga

merupakan kawasan resapan air

berdasarkan pasal 32 ayat 2 serta

merupakan kawasan rawan bencana gunung

berapi hal ini terdapat dalam pasal 35 ayat

3. Sedangkan dalam pasal 42 tentang

kawasan peruntukan pertambangan masih

dalam perda tersebut dijelaskan bahwa

perencanaan pengembangan kawasan

pertambangan hendaknya menerapkan

sistem pertambangan yang memiliki sifat

berkelanjutan (sustainable) dan senantiasa

memperhatikan kelestarian lingkungan atau

ramah terhadap lingkungan (environmental

friendly). Hal ini perlu dilakukan demi

kesejahteraan masyarakat.

Adapun beberapa kriteria lainnya

yang harus dipenuhi agar suatu kawasan

dapat menjadi kawasan pertambangan

berdasarkan Perda Kabupaten Tasikmalaya

Nomor 2 (2012, hlm. 130) pasal 42 kriteria

untuk kawasan pertambangan antara lain

memiliki potensi ekonomi yang riil, tidak

mengakibatkan dampak negatif terutama

terhadap lingkungan setempat, lokasi

penambangan tidak terdapat di kawasan

lindung dan daerah resapan atau daerah

yang memiliki mata air serta sungai yang

rapat, lokasi penambangan tidak terdapat di

daerah rawan banjir atau daerah rawa dan

lokasi penambangan tidak terdapat di

daerah rawan bencana alam seperti gempa

bumi, erosi, longsor dan sebagainya. Selain

itu, lokasi penambangan tidak boleh terlalu

dekat dengan pemukiman penduduk,

kegiatan penambangan tidak boleh

dilakukan pada lereng yang curam (>40%)

yang dapat menimbulkan erosi atau longsor,

harus memperhatikan pengaturan bangunan

juga peralatan penambangan agar tidak

menimbulkan bahaya dengan senantiasa

memperhatikan asas-asas keseimbangan

antara biaya, risiko dan manfaat.

Berdasarkan kriteria tersebut, maka

Kecamatan Sukaratu belum memenuhi

semua kriteria untuk menjadi kawasan

pertambangan. Karena, berdasarkan Perda

Kabupaten Tasikmalaya Nomor 2 Tahun

2012 pasal 30 ayat (2) tentang RTRW

Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2011-2031

Kecamatan Sukaratu merupakan kawasan

Antologi Pendidikan Geografi, Volume 3, Nomor 1, April 2013 | 5

hutan lindung, resapan air (pada pasal 32

ayat 2) dan kawasan rawan bencana gunung

berapi (pada pasal 35 ayat 3). Namun, pada

kenyataannya penambangan pasir di

Kecamatan Sukaratu masih tetap dilakukan

dengan produksi pasirnya yang semakin

meningkat.

Selain itu, kegiatan penambangan

pasir yang dilakukan telah menimbulkan

berbagai dampak, baik itu dampak positif

maupun dampak negatif. Hal ini tentunya

sedikit banyak turut mempengaruhi

keadaan kualitas lingkungan disekitar

lokasi penambangan.

Berdasarkan pemaparan secara umum

mengenai permasalahan diatas maka

penulis tertarik untuk meneliti bagaimana

pengaruh dari kegiatan penambangan pasir

terhadap perubahan kualitas lingkungan di

Kecamatan Sukaratu Kabupaten

Tasikmalaya.

Adapun tujuan dari penelitian ini

adalah untuk menganalisis pengaruh

penambangan pasir terhadap kualitas

lingkungan fisik di Kecamatan Sukaratu

dan menganalisis pengaruh penambangan

pasir terhadap kualitas lingkungan sosial di

Kecamatan Sukaratu. Penelitian ini

didukung oleh berbagai teori yang relevan.

Berikut ini merupakan beberapa teori yang

menjadi landasan penelitian.

Penambangan merupakan rangkaian

aktivitas atau kegiatan untuk mengambil

bahan tambang baik secara tradisional

maupun secara modern yang meliputi tahap

pembukaan lahan, penambangan, tahap

pemuatan sampai proses distribusi hasil

tambang (Dinas Pengelolaan Sumber Daya

Air dan Pertambangan Kabupaten Cianjur,

2006).

Menurut Gevita (2009) pelaksanaan

operasional kerja dalam penambangan

pasir, khususnya di Kecamatan Sukaratu

meliputi tujuh tahap kerja, antara lain

pembersihan area kerja (land clearing),

tahap penggalian (diging), pengayakan

(screening), tahap pencucian (washing),

tahap pemuatan (loading), pengangkutan

(hauling), dan tahap reklamasi pasca

tambang. Sistem yang diterapkan dalam

kegiatan penambangan pasir antara lain

penambangan pasir secara konvensional/

tradisional, semi mekanis dan mekanis.

Lingkungan adalah segala sesuatu

yang berada di sekitar manusia dan

membentuk sistem kompleks di muka bumi

ini serta mempengaruhi tumbuh kembang

organisme (Irwan, 2010, hlm. 108).

Menurut teori lingkungan yang

dikemukakan Bintarto dan Hadisumarno

(1979, hlm. 22) dijelaskan bahwa

lingkungan hidup manusia terbagi menjadi

tiga yakni lingkungan fisikal, lingkungan

biologis dan lingkungan sosial.

Budiyanto (2013) berpendapat bahwa

kualitas lingkungan hidup adalah suatu

kondisi lingkungan yang mampu

mendukung secara optimal kelangsungan

hidup organisme terutama manusia pada

suatu tempat. Berdasarkan sifatnya kualitas

lingkungan hidup dibagi tiga bentuk yaitu

biofisik, sosial-ekonomi, dan budaya.

Kegiatan penambangan pasir dapat

mempengaruhi kondisi dan kualitas

lingkungan hidup. Hal ini sesuai pendapat

Soerjani dkk. (1987, hlm. 9) yang

mengemukakan bahwa pengambilan dan

pemanfaatan sumberdaya dengan teknologi

atau industrialisasi dapat menurunkan

kualitas lingkungan hidup, karena

menghasilkan limbah.

Kelestarian lingkungan dapat dilihat

dari aspek kualitas air sungai, kualitas udara

dan tutupan hutan. Hal ini ditentukan

berdasarkan Indeks Kualitas Lingkungan

Hidup (IKLH) yang dikeluarkan oleh

Kementerian Lingkungan Hidup (KLH)

yang menggunakan kualitas air sungai,

kualitas udara, dan tutupan hutan.

Menurut Sumaatmadja (dalam

Fhasya, 2010, hlm. 14) ada sembilan

indikator kualitas lingkungan, yaitu

kenyamanan, ketentraman, ketersediaan

lapangan kerja, tingkat pendidikan,

pendapatan dan kesehatan (kualitas

lingkungan sosial) serta kualitas air sungai,

kualitas udara dan tutupan hutan (kualitas

lingkungan fisik).

6 | Norma Anggraini, dkk.

Pengaruh Penambangan Pasir Terhadap Kualitas Lingkungan di Kecamatan Sukaratu Kabupaten

Tasikmalaya

METODE

Lokasi penelitian berada di wilayah

Kecamatan Sukaratu yang berada di

Kabupaten Tasikmalaya. Wilayah

administratif Kecamatan Sukaratu terdiri

dari delapan desa, yaitu Desa Gunungsari,

Indrajaya, Linggajati, Sinagar, Sukagalih,

Sukamahi, Sukaratu dan Tawangbanteng.

Agar lebih jelas mengenai lokasi penelitian

dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Lokasi Penelitian

Populasi wilayah meliputi seluruh

wilayah di Kecamatan Sukaratu yang terdiri

dari delapan desa. Populasi manusia

meliputi seluruh masyarakat Kecamatan

Sukaratu yang berada di wilayah sekitar

lokasi penambangan pasir yang berjumlah

48.252 (Badan Pusat Statistik Kabupaten

Tasikmalaya, 2013).

Sampel wilayah dalam penelitian ini

adalah seluruh wilayah desa di Kecamatan

Sukaratu yang terkena pengaruh dari

kegiatan penambangan pasir yaitu Desa

Linggajati, Desa Sinagar dan Desa

Tawangbanteng. Sampel manusianya ialah

masyarakat yang berada di wilayah sekitar

lokasi penambangan di Desa Linggajati,

Desa Sinagar dan Desa Tawangbanteng.

Teknik pengambilan sampel manusia pada

penelitian ini secara bertujuan (purposive

sampling/judgemental sampling). Sehingga

sampel yang didapat mewakili karakter

populasi penelitian. Penentuan sampel

dalam penelitian ini mempertimbangkan

jumlah penduduk dan jarak dari lokasi

penambangan ke pemukiman. Jumlah

sampel manusia dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Sampel Manusia

Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa

jumlah anggota populasi penelitian yang

berasal dari tiga desa sebanyak 17.062 KK

dengan anggota sampel berjumlah 81 KK

atau responden. Jumlah sampel dari setiap

desa yaitu Desa Linggajati sebanyak 21

KK/responden, Desa Sinagar sebanyak 45

KK/responden dan Desa Tawangbanteng

sebanyak 33 KK/responden. Sampel dibagi

tiga yaitu sampel yang memiliki jarak dekat

(<500 m), jarak sedang (500 m–1 Km) dan

jarak jauh (>1 Km). Jumlah sampel di Desa

Linggajati yang memiliki jarak dekat,

sedang dan jauh masing-masing sebanyak 7

KK/responden, Desa Sinagar 9

KK/responden dan Desa Tawangbanteng

jumlah sampelnya 33 KK/ responden yang

memiliki jarak jauh.

Metode penelitian yang digunakan

adalah metode survey deskriptif. Dalam

penelitian ini terdapat dua macam variabel

penelitian, yaitu variabel bebas dan variabel

terikat. Adapun variabel bebas dan terikat

dari penelitian dapat dilihat pada gambar 2

berikut ini.

Gambar 2. Variabel Penelitian

Tabel 3.2 Penentuan Jumlah Anggota Sampel Manusia

No Daerah

Jumlah

Anggota

Populasi

Jarak dari Lokasi

Penambangan Pasir

Jumlah

Anggota

Sampel

1 Desa Linggajati 4.449 KK

Dekat (<500 m) 7 KK

Sedang (500 m–1 Km) 7 KK

Jauh (>1 Km) 7 KK

2 Desa Sinagar 5.762 KK

Dekat (<500 m) 9 KK

Sedang (500 m–1 Km) 9 KK

Jauh (>1 Km) 9 KK

3 Desa

Tawangbanteng 6.851 KK Jauh (1> Km) 33 KK

Jumlah 17.062 KK 81 KK

Sumber: Hasil Analisis, 2014

Variabel Terikat (Y)

1. Kualitas Lingkungan Fisik

a. Kualitas Air Sungai

b. Kualitas Udara

c. Tutupan Hutan

2. Kualitas Lingkungan Sosial

a. Kenyamanan

b. Ketentraman

c. Lapangan Kerja

d. Pendidikan

e. Pendapatan

f. Kesehatan

Variabel Bebas (X)

Penambangan Pasir

di Kecamatan Sukaratu

Kabupaten Tasikmalaya

Antologi Pendidikan Geografi, Volume 3, Nomor 1, April 2013 | 7

Adapun instrumen yang digunakan

dalam penelitian ini ada tiga jenis, yaitu

checklist, pedoman wawancara yang serta

angket yang disebar kepada responden.

Teknik pengumpulan data yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah

observasi lapangan, wawancara, angket,

analisis laboratorium, studi literatur dan

dokumentasi. Dari penjelasan diatas maka

dapat diketahui alur dari penelitian. Berikut

ini merupakan desain alur penelitian yang

dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Bagan Alur Penelitian

Teknik analisis data yang digunakan

pada penelitian ini, yaitu teknik persentase

dan analisis indeks kualitas lingkungan

hidup atau IKLH serta analisis deskriptif.

Analisis IKLH (Kementrian Lingkungan

Hidup, 2011) digunakan untuk menganalisis

kualitas lingkungan fisik yang terdiri dari

kualitas lingkungan air sungai, udara dan

tutupan hutan. Rumus untuk mengetahui

nilai IKLH yaitu:

IKLH =IPA + IPU + ITH

3

Keterangan:

IKLH = indeks kualitas lingkungan hidup

IPA = indeks pencemaran air sungai

IPU = indeks pencemaran udara

ITH = indeks tutupan hutan

Untuk mendapat nilai IPA terlebih

dahulu hitung nilai PI (Pollution Index):

PIj = √(Ci/Lij)M

2+ (Ci/Lij)R

2

2

Keterangan:

PIj: indeks pencemaran bagi peruntukan j

Ci: konsentrasi parameter kualitas air i dan

Lij: konsentrasi parameter kualitas air i

tercantum dalam baku peruntukan air j

(Ci/Lij)M = nilai maksimum dari Ci/Lij

(Ci/Lij)R = nilai rata-rata dari Ci/Lij

Setelah diperoleh nilai Pij maka

langkah selanjutnya adalah menghitung niai

IPA dengan menggunakan rumus:

𝐼𝑃𝐴 = 100 − (∑ 𝑛𝑃𝐼𝑗>1

∑ 𝑛𝑃𝐼𝑗𝑥100)

Setelah mendapatkan nilai IPA

maka selanjutnya adalah melakukan

penghitungan nilai indeks pencemaran

udara (IPU) dengan menggunakan formula

sebagai berikut:

IPU =IPNO2 + IPSO2

2, 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛

IPNO2 = {−0,2×(0,177×KonsentrasiNO2)}+ 100

IPSO2 = {−0,2×(0,625×KonsentrasiSO2)}+ 100

Keterangan:

IPU = Indeks Pencemaran Udara

IPNO2 = Indeks Pencemar NO2

IPSO2 = Indeks Pencemar SO2

Setelah diperoleh nilai IPU maka

langkah berikutnya ialah penghitungan

untuk mendapatkan nilai ITH dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

ITH =LHP + LHS

LKH

Keterangan:

ITH = indeks tutupan hutan

LHP = luas hutan primer

LHS = luas hutan sekunder

LKH = luas kawasan hutan menurut

Menteri Kehutanan

Berikut ini merupakan desain atau bagan alur penelitian yang dilakukan.

Mencari masalah penelitian Judul penelitian

Latar belakang penelitian

Penentuan variabel penelitian

Variabel Bebas (X)

Penambangan Pasir

di Kecamatan Sukaratu

Kabupaten Tasikmalaya

Variabel Terikat (Y)

1. Kualitas Lingkungan Fisik

a. Kualitas Air Sungai

b. Kualitas Udara

c. Tutupan Hutan

2. Kualitas Lingkungan Sosial

a. Kenyamanan

b. Ketentraman

c. Lapangan Kerja

d. Pendidikan

e. Pendapatan

f. Kesehatan

Pengumpulan data

Pengolahan data

Analisis data

Pemetaan

Kesimpulan Saran

Data Primer

1. Observasi lokasi

2. Wawancara

3. Angket

4. Uji Laboratorium

Data Sekunder

1. Monografi Desa

2. BPS

3. Dinas Pertambangan dan

Energi

4. KLH

5. Dinas Kehutanan

6. Departemen Perhutani

Studi kepustakaan

Rumusan masalah penelitian

Penyusunan Instrumen

Sumber: Hasil Analisis, 2014

Gambar 3.3 Bagan alur penelitian

8 | Norma Anggraini, dkk.

Pengaruh Penambangan Pasir Terhadap Kualitas Lingkungan di Kecamatan Sukaratu Kabupaten

Tasikmalaya

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kecamatan Sukaratu terletak antara

07º14'4" LS sampai dengan 07º19'40" LS

dan 108º03'30" BT sampai 108º10'56" BT.

Luas wilayah Kecamatan Sukaratu yaitu

3.348,66 hektar. Kecamatan Sukaratu

memiliki ketinggian rata-rata 596 mdpl dan

bentangan wilayah berupa dataran sampai

pegunungan dengan kemiringan lerengnya

antara 0%-40%. Batas administratif dari

wilayah Kecamatan Sukaratu yaitu sebelah

utara berbatasan dengan dengan Kecamatan

Cisayong, Kota Tasikmalaya. Sebelah

Selatan berbatasan dengan dengan

Kecamatan Singaparna, Padakembang, dan

Leuwisari. Sebelah Timur berbatasan

dengan dengan Kecamatan Cisayong,

Indihiang, Bungursari, Mangkubumi, Kota

Tasikmalaya. Sebelah Barat berbatasan

dengan Kecamatan Cigalontang.

Iklim di Kecamatan Sukaratu

termasuk iklim tropis dengan suhu udara

yaitu mulai dari 22°C sampai 30°C.

Berdasarkan data dari BPS (Kecamatan

Sukaratu Dalam Angka, 2013, hlm. 9) curah

hujan tahunannya mencapai 2.687

mm/tahun. Jika diklasifikasikan ke dalam

tipe iklim altitude daerah tropika maka

Kecamatan Sukaratu dengan ketinggian

tempat 500 mdpl sampai 700 mdpl dan suhu

udara rata-rata tahunannya antara 26°C

sampai 28°C termasuk kedalam tipe iklim

tropika zone panas.

Dilihat dari kondisi geologinya,

Kecamatan Sukaratu memiliki jenis batuan

gunungapi yang terbentuk pada kala holosen

sampai plistosen. Ada tiga jenis formasi

batuan yang menyusun wilayah Kecamatan

Sukaratu, yaitu formasi breksi gunungapi

Gunung Galunggung (Qvb), hasil

gunungapi muda Gunung Galunggung

(Qvg) dan hasil gunungapi muda Gunung

Talagabodas (Qvt). Pembentukan satuan

geologis Qvb terjadi pada kala holosen,

sedangkan Qvg dan Qvt terbentuk mulai

dari kala holosen sampai kala plistosen pada

zaman kuarter.

Dari kondisi hidrologinya wilayah

Kecamatan Sukaratu memiliki beberapa

sumber air yang digunakan oleh penduduk

setempat baik berupa air permukaan

maupun air tanah. Untuk air permukaan

wilayah Kecamatan Sukaratu ini dilalui oleh

beberapa sungai. Sebagian besar penduduk

menggunakan air tanah bebas untuk

memenuhi kebutuhan air bersih sehari-

harinya. Karena air tanah bebas yang

umumnya berupa sumur gali di wilayah ini

cukup dangkal sekitar 3-5 meter dan

memiliki kualitas yang cukup baik. Hal ini

dilihat dari warna airnya yang jernih dan

airnya yang tidak berbau dan tidak berasa.

Jenis tanah yang ada di wilayah

Kecamatan Sukaratu berdasarkan peta

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten

Tasikmalaya tahun 2011-2031 terdiri dari

dua jenis, yaitu tanah andosol dan tanah

regosol yang memiliki bahan induk yang

berupa batuan dan material gunungapi yaitu

Gunung Galunggung.

Penggunaan lahan di Kecamatan

Sukaratu cukup bervariasi mulai dari lahan

hutan, kebun/perkebunan, ladang/tegalan,

pemukiman, rumput/tanah kosong dan

pesawahan. Namun, penggunaan lahannya

lebih banyak digunakan untuk lahan

pertanian yaitu pesawahan. Selain itu,

vegetasi penutup lahannya berupa hutan

tropis, rumput, semak, tanaman musiman,

tanaman tahunan dan tanaman campuran.

Berdasarkan data kependudukan

tahun 2013 yang telah diperoleh dari Badan

Pusat Statistik (BPS) Kabupaten

Tasikmalaya dapat diketahui bahwa jumlah

penduduk Kecamatan Sukaratu pada tahun

2012 adalah sebanyak 48.252 jiwa. Dengan

luas wilayah 3.348,66 hektar atau 33,4866

Km2 maka Kecamatan Sukaratu memiliki

kepadatan penduduk 1.441 jiwa/Km2dan

termasuk kategori sangat padat. Jumlah

penduduk Kecamatan Sukaratu terdiri dari

24.022 jiwa laki-laki dan 24.230 jiwa

perempuan. Angka sex rationya sebesar 99.

Artinya setiap 100 jiwa penduduk

perempuan yang ada di Kecamatan Sukaratu

maka terdapat sekitar 99 jiwa penduduk

laki-laki.

Antologi Pendidikan Geografi, Volume 3, Nomor 1, April 2013 | 9

Isu tentang permasalahan kerusakan

lingkungan pada saat ini semakin sering

terdengar. Hal ini biasanya disebabkan oleh

aktivitas manusia yang tidak bertanggung

jawab terhadap kondisi lingkungan, salah

satunya dalam kegiatan mengeksploitasi

sumberdaya alam secara berlebihan tanpa

memperhatikan kelestarian lingkungan dan

peraturan. Kecamatan Sukaratu merupakan

salah satu wilayah penghasil pasir. Dengan

adanya penambangan pasir telah

mempengaruhi kualitas lingkungannya,

baik lingkungan fisik maupun sosial.

Berdasarkan hasil penelitian ada

empat lokasi penambangan pasir yang

masih beroperasi di Kecamatan Sukaratu.

Namun, hanya dua diantaranya yang

berbentuk perusahaan pertambangan pasir,

sedangkan yang lainnya pertambangan pasir

secara manual yang dilakukan oleh

perseorangan. Perusahaan pertambangan

pasir yang ada di Kecamatan Sukaratu

adalah CV Titian Koswara yang berdiri

sejak tahun 2011 dan CV Putra Mandiri

yang didirikan pada tahun 2003.

Koordinat lokasi pertambangan

manual yang pertama ada di titik

07º17'09"LS dan 108º07'54"BT tepatnya

berada di Kampung Babakan Kondang,

Desa Sinagar dan lokasi pertambangan

manual yang kedua berada di titik koordinat

07º17'20" LS dan 108º08'08" BT tepatnya

terletak di Kampung Cibanjaran, Desa

Sinagar. Sedangkan lokasi pertambangan

pasir CV Titian Koswara berada di titik

koordinat 07º17'12" LS dan 108º07'20" BT

atau terletak di Kampung Batubulu, Desa

Linggajati. Sedangkan untuk koordinat

lokasi pertambangan CV Putra Mandiri

yaitu di titik 07º16'37" LS dan 108º07'22"

BT tepatnya terletak di Kampung Sinagar,

Desa Sinagar.

Luas areal pertambangan pasir CV

Titian Koswara yaitu seluas 2 hektar,

sedangkan CV Putra Mandiri seluas 5

hektar. Status kepemilikan lahan

pertambangan CV Titian Koswara yaitu

sebagian lahan pertambangan berstatus

milik pribadi dan sisa lahan pertambangan

lainnya berstatus milik masyarakat sekitar.

Sedangkan CV Putra Mandiri seluruh status

lahan pertambangannya adalah milik

pribadi. Untuk tanah yang berstatus milik

masyarakat digunakan sistem sewa berupa

sistem sewa kandungan (pasir) per satu kali

penggalian dengan biaya sewa/kontrak Rp

250.000/bata (1 bata = 14,286 m2). Jenis

penggunaan lahan sebelum dijadikan areal

pertambangan berupa area pesawahan

terutama sawah irigasi.

Jarak antara areal pertambangan

dengan pemukiman penduduk sekitar yaitu

kurang lebih 200-500 meter, namun ada

beberapa rumah yang dekat dengan areal

pertambangan yang jaraknya kurang lebih

25 meter. Tidak ada investasi atau bantuan

modal kepada perusahaan. Semua biaya

operasional dan produksi ditanggung

pribadi. Adapun produk tambang yang

dihasilkan oleh perusahaan pertambangan

CV Titian Koswara antara lain pasir cor

berukuran 08, batu split dengan screen

berukuran 1/2, 2/3 dan 3/5 serta abu batu.

Sedangkan CV Putra Mandiri memiliki hasil

produksi antara lain pasir cor ukuran 04, 06

dan 08, batu split dengan screen berukuran

2/3 dan abu batu dengan screen berukuran

3/5.

Volume pasir yang ditambang per

hari sebanyak 200-400 m3. Pasir yang

diangkut per hari berjumlah 40-80 truk

pasir. Tonase muatan pasir per truk

sebanyak 5 m3 atau 9 ton (1 m3 = 1,8 ton).

Waktu dan lama operasional penambangan

pasir dilakukan setiap hari kecuali hari

Jumat selama 22 jam/hari, mulai dari pukul

07.00 sampai pukul 18.00 dan mulai dari

pukul 19.00 sampai pukul 06.00. Hasil

produksi pertambangan didistribusikan

mulai dari pertambangan di Galunggung

kemudian dikirimkan ke Stock Field di

Cikunir, Kabupaten Tasikmalaya untuk

selanjutnya didistribusikan ke berbagai

wilayah di Pulau Jawa, seperti Bandung,

Jakarta, Karawang dan Purwakarta.

Adapun sistem penambangan yang

dilakukan ada dua, yaitu secara manual dan

mekanis/teknis. Peralatan pertambangan

10 | Norma Anggraini, dkk.

Pengaruh Penambangan Pasir Terhadap Kualitas Lingkungan di Kecamatan Sukaratu Kabupaten

Tasikmalaya

secara manual antara lain sekop pasir dan

ayakan/geong sedangkan peralatan

pertambangan yang digunakan untuk

pertambangan secara mekanis/teknis antara

lain excavator/beco untuk penggalian,

pencucian dan pemuatan pasir, sandwasher

untuk penyaringan pasir, stoneclasser untuk

penggilingan atau pemotongan dan

pemilahan batuan serta dumptruk/coltdiesel

untuk pengangkutan atau distribusi

pasir/batuan. Alat berat yang dioperasikan

setiap harinya ada satu sampai dua unit

excavator/beco dan 18 unit dumptruk/

coltdiesel. Air pencucian pasir yang

digunakan berasal dari Sungai Cibanjaran

dan Sungai Cikunir.

Pekerja di pertambangan berjumlah

26 orang yang berasal dari Desa Linggajati

dan Desa Sinagar. Rata-rata usia pekerja di

pertambangan sekitar 25-50 tahun. Rata-rata

pendidikan terakhir pekerja pertambangan

adalah SMP dan SMA tetapi adapula S1.

Rata-rata mata pencaharian pekerja sebelum

bekerja di pertambangan adalah masih

pekerja di sektor pertambangan di tempat

lain. Jenis pekerjaan di perusahaan

pertambangan antara lain bagian

personalia/keuangan, operator beco,

kondektur beco, mandor, supir dumptruk

coltdiesel, mekanik dan pekerja lingkungan

atau bagian penanganan limbah serta

security. Upah pekerja tambang Rp

75.000/hari. Pihak perusahaan memberikan

program kesejahteraan yang dikelola

personalia/keuangan bagi pekerja

pertambangan misalnya untuk dana untuk

pengobatan pekerja tambang yang sakit.

Kontribusi perusahaan untuk

masyarakat dan daerah antara lain pajak,

uang portal untuk desa, membuka lapangan

kerja, mengurangi angka pengangguran,

meningkatkan kondisi perekonomian dan

pembangunan daerah seperti pembangunan

sarana umum dan sarana keagamaan antara

lain mesjid, madrasah, pondok pesantren,

sekolah, perbaikan jalan dan pembuatan

saluran irigasi. Selain itu ada pula dana

santunan untuk jompo dan yatim piatu serta

khinatan massal.

Pihak perusahaan memberikan CSR

(Corporate Social Responsibility) kepada

masyarakat setiap 3 bulan sekali (triwulan)

dengan melakukan penggalangan dana

melalui suatu perkumpulan para pengusaha

pasir Galunggung yang tergabung dalam

organisasi bernama Putra Galunggung

Bersatu yang telah diresmikan/dinotaris di

Desa Linggajati pada bulan Maret 2014.

Bentuk CSR yang diberikan berupa

sejumlah uang dan barang berupa bahan-

bahan untuk bangunan seperti pasir dan

batu. Dana CSR diambil dari persentase

penghasilan perusahaan pertambangan

sebesar 10% setiap 3 bulan atau jika

dijumlahkan sebesar 30% per tahun.

Pemberian CSR dilakukan secara kontinu

atau berkala sebanyak 3 kali dalam setahun

dan dilaksanakan setiap 3 bulan sekali yaitu

pada bulan April, Juli dan Oktober. Selain

CSR, pihak perusahaan juga harus

membayar pajak. Besaran pajak yang harus

dibayar perusahaan kepada pemerintah

daerah sebesar Rp 3.500/ton. Perusahaan

pertambangan CV Titian Koswara

membayar pajak Rp 2.000.000/bulan.

Sedangkan CV Putra Mandiri membayar

pajak Rp 5.000.000/bulan.

Beberapa usaha yang dilakukan oleh

perusahaan pasca tambang yaitu reklamasi

lahan bekas tambang, menyaring limbah

cair, memperbaiki jalan. Usaha yang

dilakukan untuk mengatasi lahan bekas

tambang yaitu dengan cara lahan bekas

tambang diberi lumpur dan pupuk untuk

selanjutnya ditanami dengan vegetasi.

Usaha yang dilakukan untuk mengatasi

limbah cair pertambangan pasir dengan

menyaring atau mengendapkan limbah cair

sebelum dibuang ke badan perairan umum

(sungai) pada kolam penampungan limbah

(kotak limbah) untuk mengendapkan

lumpur bekas pencucian pasir yang

terkandung pada limbah cair. Perusahaan

pertambangan pasir hanya menggunakan

satu sampai dua kotak limbah, padahal

seharusnya menggunakan tiga kotak limbah

sehingga limbah cair yang dibuang ke

sungai lebih jernih.

Antologi Pendidikan Geografi, Volume 3, Nomor 1, April 2013 | 11

Usaha yang dilakukan untuk

mengatasi kerusakan fasilitas jalan adalah

dengan meratakan jalan terlebih dahulu

untuk kemudian dilakukan pengurugan

jalan dengan menggunakan pasir dan batu.

Kegiatan penambangan pasir yang

dilakukan tentunya memberikan dampak

kepada masyarakat, baik itu dampak positif

maupun dampak negatif. Dampak positif

pertambangan bagi masyarakat antara lain

dapat menyerap tenaga kerja dari

masyarakat sekitar sehingga dapat

mengurangi pengangguran, meningkatkan

perekonomian dan pembangunan daerah.

Sedangkan dampak negatif pertambangan

bagi masyarakat antara lain erosi oleh

pembukaan lahan pertambangan, kerusakan

lahan oleh penggalian pasir, pencemaran air

oleh limbah cair hasil pencucian pasir,

pencemaran udara oleh debu karena jalan

dilalui truk pasir, polusi suara (bising) oleh

kendaraan pengangkut pasir dan kerusakan

fasilitas jalan.

Pernah ada keluhan dari masyarakat

mengenai pengoperasian pertambangan

sebanyak lebih dari tiga kali. Oleh karena itu

diadakan pengawasan kegiatan

penambangan yang dilakukan oleh pihak

pemerintah setempat dan dinas-dinas terkait

seperti Dinas Pertambangan dan Energi

setiap sebulan sekali, Kantor Lingkungan

Hidup (KLH) setiap dua minggu sekali,

BPSDA sebulan sekali dan Tim Limbah

yang beranggotakan koramil tiap desa setiap

seminggu sekali dan LSM setiap sebulan

sekali.

Untuk mengetahui pengaruh

kegiatan penambangan pasir terhadap

kuaitas lingkungan fisik di Kecamatan

Sukaratu perhatikan proses penghitungan

nilai IKLH berikut ini. Untuk mengetahui

nilai IKLH dimulai dengan penghitungan

nilai IPA adalah sebagai berikut.

𝐼𝑃𝐴 = 100 − (∑ 𝑛𝑃𝐼𝑗>1

∑ 𝑛𝑃𝐼𝑗𝑥100)

𝐼𝑃𝐴 = 100 − (1

5𝑥100)

𝐼𝑃𝐴 = 100 − 20

𝐼𝑃𝐴 = 80

Jadi, dari hasil penghitungan diatas

telah diperoleh nilai indeks pencemaran air

sungai (IPA) sebesar 80. Selanjutnya adalah

penghitungan nilai IPU yang dimulai

dengan menghitung nilai IPNO2 dan IPSO2

berikut ini. IPNO2 = {−0,2×(0,177×KonsentrasiNO2)}

+ 100

IPNO2 = {−0,2×(0,177×19,19)} + 100

IPNO2 = {−0,2×3,39663} + 100

IPNO2 = −0,679326 + 100

IPNO2 = 99,320674

Setelah diperoleh nilai IPNO2 maka

yang kedua adalah penghitungan nilai IPSO2

sebagai berikut. IPSO2 = {−0,2×(0,625×KonsentrasiSO2)}

+ 100

IPSO2 = {−0,2×(0,625×0,74} + 100

IPSO2 = {−0,2×0,4625} + 100

IPSO2 = −0,0925 + 100

IPSO2 = 99,9075

Dari hasil penghitungan diatas telah

diperoleh nilai IPNO2 dan IPSO2 maka yang

selanjutnya adalah penghitungan nilai IPU

sebagai berikut.

IPU =IPNO2 + IPSO2

2

IPU =99,320674 + 99,9075

2

IPU =199,228174

2

IPU = 99,614087 dibulatkan 99,61 Dari penghitungan diatas diperoleh

nilai IPU sebesar 99,61. Selanjutnya adalah

menghitung nilai ITH sebagai berikut.

ITH =LHP + LHS

LKH 𝑥 100

ITH =1201,7 + 10

1.443,85 𝑥 100

ITH =1.211,7

1.443,85 𝑥 100

ITH =121.170

1.443,85

ITH = 83,921 dibulatkan 83,92

Dari hasil penghitungan diatas maka

diperoleh nilai indeks tutupan hutan (ITH)

dari wilayah Kecamatan Sukaratu sebesar

83,92.

Jika dilihat secara keseluruhan maka

diperoleh hasil yaitu nilai indeks

pencemaran air sungai (IPA) adalah 80.

12 | Norma Anggraini, dkk.

Pengaruh Penambangan Pasir Terhadap Kualitas Lingkungan di Kecamatan Sukaratu Kabupaten

Tasikmalaya

Sedangkan nilai indeks pencemaran udara

(IPU) sebesar 99,61. Untuk nilai indeks

tutupan hutan (ITH) yaitu 83,92. Setelah

diperoleh semua nilai indikator kualitas

lingkungan fisik tersebut, maka untuk

mengetahui bagaimana pengaruh dari

kegiatan penambangan pasir terhadap

kuaitas lingkungan fisik perlu dilakukan

penghitungan nilai indeks kualitas

lingkungan hidup (IKLH) sebagai berikut.

IKLH =IPA + IPU + ITH

3

IKLH =80 + 99,61 + 83,92

3

IKLH =262,67

3

IKLH = 87,8434 dibulatkan 87,84 Dari hasil penghitungan diatas telah

diperoleh nilai IKLH sebesar 87,84. Agar

lebih mudah diketahui artinya, maka dibuat

penentuan kriteria dari nilai IKLH yang

diperoleh. Penentuan kriteria kualitas

lingkungan fisik berdasarkan nilai IKLH

dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Kriteria Kualitas Lingungan Fisik

Berdasarkan tabel 3 tentang kriteria

kualitas lingkungan fisik maka dapat

diketahui bahwa kualitas lingkungan fisik

dibagi kedalam tiga kriteria, yaitu kualitas

lingkungan fisik rendah, sedang dan tinggi.

Dengan nilai IKLH yang telah diperoleh

dari hasil penghitungan yaitu sebesar 87,84

berarti hal ini menunjukkan bahwa tingkat

kualitas lingkungan fisik di Kecamatan

Sukaratu adalah baik.

Setelah diketahui bagaimana

pengaruh penambangan pasir terhadap

kualitas lingkungan fisik maka tahap

selanjutnya adalah pembahasan mengenai

bagaimana pengaruh penambangan pasir

terhadap kualitas lingkungan sosial di

Kecamatan Sukaratu.

Kegiatan penambangan pasir di

Kecamatan Sukaratu ini telah menuai kontra

dan ketidaksetujuan dari masyarakat sekitar.

Konflik terkait permasalahan penambangan

pasir yang terjadi di Kecamatan Sukaratu

dipicu oleh kondisi lingkungan fisik yang

tidak nyaman. Ketidaknyamanan ini

dirasakan cukup lama sehingga masyarakat

melakukan demo berkali-kali di lokasi

penambangan pasir dan di depan kantor

pemerintahan Kabupaten Tasikmalaya.

Masyarakat menuntut agar penambangan

pasir Galunggung segera ditutup. Selain itu,

saat ini ada beberapa spanduk yang berisi

permohonan masyarakat terkait penutupan

penambangan pasir ini yang dipasang ruas-

ruas jalan terutama di ruas-ruas jalan Desa

Tawangbanteng.

Desa Tawangbanteng terletak di

daerah hilir sungai Cikunir dan sungai

Cibanjaran. Kedua sungai tersebut

merupakan sungai tempat pembuangan

limbah cair hasil pencucian pasir. Oleh

karena itu, kualitas air sungai yang mengalir

ke wilayah Desa Tawangbanteng dan

mengairi pesawahan dan kolam-kolam ikan

milik masyarakat setempat menjadi keruh

karena mengandung lumpur. Dengan

kualitas air yang seperti itu mengakibatkan

produktivitas panen menurun dan terjadi

pendangkalan. Selain itu, sebelum tahun

2014 kondisi jalan di Desa Tawangbanteng

rusak parah, penuh lubang, ketika musim

kemarau penuh debu dan ketika musim

penghujan datang kondisi jalan menjadi

seperti kolam-kolam kecil. Hal ini terjadi

karena banyaknya kendaran truk

pengangkut pasir dengan muatan sangat

berat yang melintas dan menimbulkan

kebisingan.

Untuk mengetahui tingkat kualitas

lingkungan sosial di Kecamatan Sukaratu,

dalam penelitian ini digunakan enam

indikator yaitu kenyamanan, ketentraman,

lapangan kerja, pendidikan, pendapatan dan

kesehatan. Skor kualitas lingkungan sosial

responden hasil penelitian dapat dilihat pada

tabel 4 dan tabel 5 berikut ini.

Tabel 4.23 Kriteria Kualitas Lingkungan Fisik

No Nilai IKLH Kriteria

1 0-33 Kualitas Lingkungan Fisik Rendah

2 34-67 Kualitas Lingkungan Fisik Sedang

3 68-100 Kualitas Lingkungan Fisik Baik

Sumber: Hasil Analisis, 2014

Antologi Pendidikan Geografi, Volume 3, Nomor 1, April 2013 | 13

Tabel 4. Skor Setiap Indikator

Kualitas Lingkungan Sosial

Tabel 5. Jumlah Skor dan Kriteria Kualitas

Lingkungan Sosial

Dari tabel 4 dan tabel 5 dapat

diketahui bahwa jumlah skor kualitas

lingkungan untuk wilayah yang jaraknya

dekat dari pertambangan yaitu 1.462, jarak

sedang 1.499 dan jarak jauh 4.055. Dengan

jumlah skor tersebut diperoleh hasil bahwa

kualitas lingkungan sosial untuk wilayah

baik yang jaraknya dekat, sedang maupun

jauh dari pertambangan pasir di wilayah

Kecamatan Sukaratu adalah sedang.

Berdasarkan pemaparan diatas dapat

diketahui bahwa kegiatan penambangan

pasir di Kecamatan Sukaratu lebih

berpengaruh terhadap kualitas lingkungan

sosial masyarakat. Karena berdasarkan data

hasil penelitian menunjukkan bahwa

kualitas lingkungan fisik Kecamatan

Sukaratu masih tergolong baik, sedangkan

kualitas lingkungan sosialnya tergolong

sedang.

KESIMPULAN

Kegiatan penambangan pasir di

Kecamatan Sukaratu yang berlangsung

selama kurang lebih 30 tahun telah

memberikan pengaruh terhadap kualitas

lingkungan fisik sekitarnya. Dilihat dari

kualitas air sungai, ada dua sungai yang

telah tercemar oleh limbah cair sisa

pencucian pasir yaitu sungai Cibanjaran dan

sungai Cikunir. Sedangkan untuk kualitas

udara masih normal dengan rata-rata

konsentrasi dari NO2 19,19 ppb dan

konsentrasi dari SO2 adalah 0,74 ppb.

Untuk tutupan hutan diketahui bahwa luas

hutan primer di wilayah Kecamatan

Sukaratu adalah 1.201,7 hektar, luas hutan

sekundernya 10 hektar dan luas kawasan

hutan secara keseluruhan yaitu 1.443,85

hektar. Dari hasil penghitungan diperoleh

kualitas lingkungan fisik setiap indikator

yaitu nilai indeks pencemaran air sungai

(IPA) adalah 80, nilai indeks pencemaran

udara (IPU) sebesar 99,61 dan nilai indeks

tutupan hutan (ITH) yaitu 83,92. Adapun

nilai IKLH (indeks kualitas lingkungan

hidup) yang telah diperoleh dari hasil

penghitungan yaitu sebesar 87,84. Hal ini

menunjukkan bahwa penambangan pasir

telah mempengaruhi penurunan kualitas

lingkungan fisik, tetapi tidak signifikan,

karena tingkat kualitas lingkungan fisik di

Kecamatan Sukaratu masih tergolong baik.

Selain dapat berpengaruh terhadap

kualitas lingkungan fisik, aktivitas dari

penambangan pasir juga mempengaruhi

kualitas lingkungan sosial di Kecamatan

Sukaratu. Hal ini dapat dilihat dari masih

rendahnya kenyamanan, ketentraman,

ketersediaan lapangan kerja, keleluasaan

pendidikan, tingkat pendapatan dan tingkat

kesehatan masyarakat setempat. Kegiatan

penambangan pasir telah menimbulkan

konflik dengan masyarakat. Hal ini

dikarenakan terjadinya penurunan kondisi

lingkungan fisik seperti air sungai yang

menjadi keruh karena mengandung lumpur

sehingga merugikan pertanian dan

perikanan. Terjadi kerusakan jalan karena

tonase muatan pasir yang diangkut cukup

besar. Suasana bising dan kondisi udara

yang gersang berdebu karena pengaruh

aktivitas truk pengangkut pasir dan lain-

lain. Banyak dari masyarakat yang

melakukan aksi protes terhadap pihak

Tabel 4.84 Skor Kualitas Lingkungan Sosial Responden

Berdasarkan Jarak dari Pertambangan

No Indikator Variabel

Kualitas Lingkungan Sosial

Skor Untuk Jarak

Total

Skor Dekat

(<500 m)

Sedang

(500 m - 1

Km)

Jauh

(>1 Km)

1 Identitas responden 0 0 0 0

2 Kenyamanan 464 490 1.398 2.352

3 Ketentraman 223 219 337 779

4 Lapangan kerja 182 191 563 936

5 Pendidikan 160 150 500 810

6 Pendapatan 134 166 471 771

7 Kesehatan 299 283 786 1.368

Jumlah Skor Tiap Jarak 1.462 1.499 4.055 7.016

Sumber: Hasil Analisis, 2014

Tabel 4.85 Hasil Penghitungan Skor Kualitas Lingkungan Sosial dan Kriterianya

No Jarak dari Pertambangan Skor Kriteria

1 Dekat (<500 m) 1.462 Kualitas Lingkungan Sosial Sedang

2 Sedang (500 m – 1 Km) 1.499 Kualitas Lingkungan Sosial Sedang

3 Jauh (>1 Km) 4.055 Kualitas Lingkungan Sosial Sedang

Jumlah Skor 7.016 Kualitas Lingkungan Sosial Sedang

Sumber: Hasil Analisis, 2014

14 | Norma Anggraini, dkk.

Pengaruh Penambangan Pasir Terhadap Kualitas Lingkungan di Kecamatan Sukaratu Kabupaten

Tasikmalaya

pengusaha pertambangan dan pihak-pihak

yang berwenang seperti pemerintah daerah

dan Dinas Pertambangan dan Energi.

Bentuk protes masyarakat dilakukan mulai

dari memasang spanduk hingga melakukan

aksi demo. Dari hasil penghitungan

diperoleh skor kualitas lingkungan sosial

untuk wilayah yang jaraknya dekat dari

pertambangan yaitu 1.462, jarak sedang

1.499 dan jarak jauh 4.055. Dengan jumlah

skor tersebut diperoleh hasil bahwa kualitas

lingkungan sosial baik untuk wilayah yang

jaraknya dekat, sedang maupun jauh dari

pertambangan pasir di wilayah Kecamatan

Sukaratu adalah sedang.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. (2010). Tambang Pasir.

Harian Pikiran Rakyat, 6 April.

tanpa halaman. [Online]. Tersedia

di:http://www.tekmira.esdm.go.id/c

urrentissues/?p=2774. [Diakses 15

Februari 2013].

Badan Pusat Statistik Kabupaten

Tasikmalaya. (2013). Kecamatan

Sukaratu Dalam Angka Tahun 2013.

Tasikmalaya: BPS Kabupaten

Tasikmalaya.

Bintarto, R. & Hadisumarno, S. (1979).

Metode Analisa Geografi. Jakarta:

LP3ES.

Budiyanto. (2013). Pengertian dan

Karakteristik Kualitas Lingkungan

Hidup. [Online]. Tersedia di:

http://budisma.web.id/materi/sma/g

eografi/pengertian-dan-karateristik-

kualitas-lingkungan-hidup/.

[Diakses 6 Maret 2013].

Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air dan

Pertambangan. (2006). Teknik

Penambangan. Cianjur: Dinas

Pengelolaan Sumber Daya Air dan

Pertambangan.

Fhasya, M.A. (2010). Valuasi Ekonomi

Dampak Lingkungan Akibat

Pertambangan Pasir Kecamatan

Sukalarang Kabupaten Sukabumi.

(Skripsi). Jurusan Pendidikan

Geografi Fakultas Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial, Universitas

Pendidikan Indonesia.

Gevita. (2009). Manajemen Pemasaran

Strategik CV Putra Mandiri.

[Online]. Tersedia di:

http://mrstetelepta.blogspot.com/20

09/07/cv-putra-mandiri.html.

[Diakses 21 Januari 2014].

Irwan, Z.D. (2010). Prinsip-Prinsip Ekologi

Ekosistem, Lingkungan dan

Pelestariannya. Jakarta: Bumi

Aksara.

Kementrian Lingkungan Hidup. (2011).

Indeks Kualitas Lingkungan Hidup

Indonesia Tahun 2010. Jakarta:

Kementrian Lingkungan Hidup.

Madu. (2009). Profil Kabupaten

Tasikmalaya. [Online]. Tersedia di:

http://aa-

tasikmalaya.blogspot.com/2009/12/

profil-kabupaten-tasikmalaya

5977.html. [Diakses 5 Maret 2013].

Peraturan Daerah Kabupaten Tasikmalaya

Nomor 2 Tahun 2012 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten Tasikmalaya Tahun

2011-2031. [Online]. Tersedia di:

http://www.pu.go.id/uploads/servic

es/infopublik20130204150852.pdf.

[Diakses15 Februari 2013].

Soerjani, M., Ahmad, R., & Munir, R.

(Penyunting), (1987), Lingkungan:

Sumberdaya Alam dan

Kependudukan dalam

Pembangunan. Jakarta: UI Press.

Wahyu. (2011). Eksplorasi dan Eksploitasi

Pasir Gunung Galunggung.

[Online]. Tersedia di:

http://wahyu0711.blogspot.com/20

11/07/eksplorasi-dan-eksploitasi-

pasir-gunung.html. [Diakses 5

Maret 2013].